KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dan puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayahNya Buku Hasil Pengujian Bahan Pakan dan Hijauan Pakan Ternak Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Pakan Bekasi (BPMSP) tahun 2013 telah dapat disusun.
Informasi tentang bahan pakan dan hijauan pakan ternak di Indonesia masih perlu sebarluaskan kepada masyarakat peternakan. Oleh karena itulah Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Pakan Bekasi perlu mempublikasikan hasil pengujiannya yang telah dilakukan terutama informasi bahan pakan dan hijauan pakan ternak.
Buku ini disusun berdasarkan hasil pengujian bahan pakan di Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak dari bulan Januari 2009 sampai dengan bulan Desember 2012. Buku ini diharapkan dapat membantu peternak, khususnya dan bagi semua pembaca yang ingin mengetahui kandungan nutrisi dari bahan pakan dan hijauan pakan ternak.
Akhir kata, semoga buku ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Masukan, saran, kritik membangun kami harapkan untuk perbaikan di masa mendatang. Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terbitnya buku ini.
Bekasi, Oktober 2013 Kepala Balai,
Ir. Junaida
ii
DAFTAR ISI
2.1. Butir-butiran dan Limbahnya ... 3
iv
BAB 4 HIJAUAN PAKAN TERNAK ... 48
4.1. Rumput-rumputan (Graminae) ... 49
4.1.1. Rumput Raja (Pennisetum purpuroides) ... 49
4.1.2. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) ... 50
4.1.3. Rumput Setaria (Setaria splendida) ... 53
4.1.4. Rumput Benggala (Panicum maximum) ... 54
4.1.5. Rumput Australia (Paspalum Dilatatum) ... 55
4.1.6. Rumput Signal (Brachiaria decumbens) ... 56
4.1.7. Rumput Brachiaria humidicola ... 58
4.1.8. Rumput Bintang/Stargra ss (Cynodon plectostachyus) ... 59
4.1.9. Rumput Mexico (Euchlena mexicana ) ... 60
4.1.10. Rumput Laut ... 62
4.1.12. Rumput Bahia (Paspalum notatum) ... 63
4.1.13. Rumput Lapang, alam, liar ... 64
4.2. Legum (Leguminosa) ... 65
4.2.1. Lamtoro (Leucana leucocephala) ... 65
4.2.2. Gamal (Gliricidia sepium) ... 67
4.2.3. Kaliandra (Caliandra calothyrsus) ... 68
4.2.4. Alfalfa (Medicago sativa) ... 69
DAFTAR Gambar
Halaman
Gambar 1. Pohon Jagung dan Jagung Pipilan 3
Gambar 2. Bonggol Jagung 4
Gambar 3. Pohon Padi dan Dedak Padi 7
Gambar 4. Jerami Padi 9
Gambar 5. Pohon Gandum dan Pollard 12
Gambar 6. Pohon Shorgum 13
Gambar 7. Pohon Kedelai dan Kacang Kedelai 15
Gambar 8. Bungkil Kedelai 17
Gambar 9. Ampas Kecap 18
Gambar 10. Ampas Tahu 19
Gambar 11. Pohon dan Buah Sawit 21
Gambar 12. Bungkil dan Solid Sawit 22
Gambar 13. Batang dan Tepung Sagu 24
Gambar 14. Pohon Kelapa dan Bungkil Kelapa (Kopra) 25
Gambar 15. Pohon Tebu 28
Gambar 16. Tetes (Molases) 28
Gambar 17. Pohon Coklat 29
Gambar 18. Pohon kopi dan Biji Kopi 30
Gambar 19. Kacang Tanah (Arachis hypogea ) 32
Gambar 20. Bungkil Kacang Tanah 34
Gambar 21. Umbi Singkong 36
Gambar 22. Onggok 38
Gambar 23. Daun Singkong 38
Gambar 24. Daun dan Umbi Ubi Jalar 40
Gambar 25. Tepung Tulang dan Daging (Meat Bone Meal) 42
Gambar 26. Tepung Bulu Ayam 44
Gambar 27. Tepung Ikan (Fish Meal) 46
Gambar 28. Rumput Raja (Pennisetum purpuroides) 49
Gambar 29. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) 50
Gambar 30. Rumput Setaria (Setaria splendida) 53
Gambar 31. Rumput Benggala (Panicum maximum) 54
Gambar 32. Rumput Australi (Paspalum dilatatum) 55
Gambar 33. Rumput Signal (Brachiaria decumbens) 56
Gambar 34. Rumput Brachiaria humidicola 58
Gambar 35. Rumput Bintang/Stargra ss (Cynodon plectostachyus) 59
Gambar 36. Rumput Meksiko (Euchlena Mexicana) 60
Gambar. Rumput Laut 62
vi
Gambar 39. Lamtoro (Leucana leucocephala) 65
Gambar 40. Gamal (Gliricidia sepium) 67
Gambar 41. Kaliandra (Caliandra calothyrsus) 68
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Jagung 4
Tabel 2. Kandungan Nutrisi Hasil Olahan Jagung 5
Tabel 3. Kandungan Nutrisi Bagian Jagung 6
Tabel 4. Kandungan Nutrisi Dedak Padi 8
Tabel 5. Kandungan Nutrisi Bagian Tanaman Padi dan Olahannya 11
Tabel 6. Kandungan Nutrisi Pollard 13
Tabel 7. Kandungan Nutrisi Shorgum dan Hasil Pengolahannya 14
Tabel 8. Kandungan Nutrisi Kedelai 16
Tabel 9. Kandungan Nutrisi Hasil Ikutan Dari Pengolahan Kedelai 20
Tabel 10. Kandungan Nutrisi Bungkil Kelapa Sawit 22
Tabel 11. Kandungan Nutrisi Hasil Ikutan Sawit 23
Tabel 12. Kandungan Nutrisi dan Hasil Ikutan Sagu 25
Tabel 13. Kandungan Nutrisi Kelapa dan Hasil Ikutannya 27
Tabel 14. Kandungan Nutrisi Tetes (Molases) dan Pucuk Tebu 29
Tabel 15. Kandungan Nutrisi Hasil Ikutan Pengolahan Coklat 30
Tabel 16. Kandungan Nutrisi Kulit Kopi 31
Tabel 17. Kandungan Nutrisi Kacang Tanah 33
Tabel 18. Kandungan Nutrisi Hasil Ikutan Kacang Tanah 35
Tabel 19. Kandungan Nutrisi Singkong 37
Tabel 20. Kandungan Nutrisi Hasil Ikutan Singkong 39
Tabel 21. Kandungan Nutrisi Beberapa Jenis Ubi Jalar 40
Tabel 22. Kandungan Nutrisi Susu Skim 42
Tabel 23. Kandungan Nutrisi Tepung Tulang dan Daging (Meat Bone Meal) 43
Tabel 24. Kandungan Nutrisi Tepung Bulu Ayam 45
Tabel 25. Kandungan Nutrisi Kulit dan Kepala Udang 45
Tabel 26. Kandungan Nutrisi Tepung Ikan dan Beberapa Limbah Perikanan 47 Tabel 27. Kandungan Kandungan Nutrisi Rumput Raja(Pennisetum purpuroides) 50 Tabel 28. Kandungan Nutrisi Berbagai Jenis Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) 52
Tabel 29. Kandungan Nutrisi Rumput Setaria (Setaria splendida) 54
Tabel 30. Kandungan Nutrisi Rumput Benggala (Panicum maximum) 55
Tabel 31. Kandungan Nutrisi Rumput Australia (Paspalum dilatatum) 56
Tabel 32. Kandungan Nutrisi Rumput Signal (Brachiaria decumbens) 57
Tabel 33. Kandungan Nutrisi Rumput Brachiaria humidicola 59
Tabel 34. Kandungan Nutrisi Rumput Bintang/Stargra ss 60
Tabel 35. Kandungan Nutrisi Rumput Meksiko (Euchlena Mexicana ) 61
Tabel 36. Kandungan Nutrisi Rumput Laut 63
Tabel 37. Kandungan Nutrisi Rumput Bahia (Paspalum notatum) 64
viii
Tabel 39. Kandungan Nutrisi Lamtoro (Leucana leucocephala ) 66
Tabel 40. Kandungan Nutrisi Gamal (Gliricidia sepium) 68
Tabel 41. Kandungan Berbagai Jenis Kaliandra (Caliandra calothyrsus) 69
BAB I PENDAHULUAN
Peran strategis peternakan yang utama adalah sebagai penyedia pangan berkualitas, yakni sebagai sumber protein hewani yang turut mencerdaskan bangsa, khususnya untuk anak dan generasi penerus bangsa Indonesia. Pakan yang berkualitas baik akan menghasilkan pangan yang baik pula (feed safety for food safety). Pemberian pakan dan bahan pakan yang berkualitas dapat mempengaruhi produksi dan produktivitas. Oleh karena itu informasi tentang bahan pakan dan hijauan pakan ternak di Indonesia masih perlu disebarluaskan kepada masyarakat peternakan.
Hijauan pakan ternak dalam UU No. 18 tahun 2009 dikenal dengan nama “tumbuhan pakan” adalah tumbuhan yang tidak dibudidayakan maupun yang dibudidayakan (tanaman pakan), baik yang diolah maupun tidak diolah yang dapat dijadikan pakan, seperti rumput dan legume. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan Bahan akan adalah bahan-bahan hasil pertanian, perikanan, peternakan atau bahan lainnya yang layak digunakan sebagai pakan, baik yang telah diolah maupun yang belum diolah.
Bedasarkan Permentan Nomor 59/Permentan.OT.140/5/2013, Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Pakan Bekasi (BPMSP-Bekasi) merupakan institusi yang mempunyai tupoksi antara lain: pelaksanaan pengujian mutu dan keamanan pakan, penyiapan perumusan hasil pengujian mutu dan keamanan pakan dan penyebaran informasi dan dokumentasi hasil pengujian mutu dan keamanan pakan. Oleh karena hal itu BPMSP Bekasi merasa perlu mempublikasikan hasil pengujian yang telah dilakukan terutama informasi mengenai nutrisi bahan pakan dan hijauan pakan ternak.
Buku ini terdiri atas beberapa bagian secara global. Bab II adalah Bahan Pakan Asal Tumbuhan yang membahas mengenai seluruh bahan pakan ternak yang terbuat dari tumbuhan baik berupa hasil utama maupun hasil ikutannya. Bab III yaitu Bahan Pakan Asal Hewan yang membahas tentang bahan pakan yang berasal dari ternak ataupun hewani serta teknologi pakannya. Bab IV adalah Hijauan Pakan Ternak yang membahas mengenai hijauan yang dipergunakan sebagai pakan ternak serta teknologi pengawetannya yang berasal dari jenis rumput dan leguminosa.
BAB II
BAHAN PAKAN ASAL TUMBUHAN
II.1. Butir-butiran dan Limbahnya
II.1.1. Jagung (Zea Mays)
Gambar 1. Pohon Jagung dan Jagung Pipilan
A. Deskripsi
Berdasarkan temuan-temuan genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4.000 tahun yang lalu.
xii Tabel 1. Kandungan Nutrisi Jagung
Propinsi
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2011-2012
B. Bagian Dan Hasil Olahan Jagung Yang Dijadikan Bahan Pakan Ternak
Gambar 2. Bonggol Jagung
bentuk segar maupun awetan. Produk Jagung dapat diolah menjadi beberapa bentuk produk lain ataupun dapat menghasilkan hasil samping produk olahan jagung antara lain berupa Corn Gluten Meal (CGM), tepung jagung, dedak jagung dan hasil olahan yang lainnya. Kandungan Nutrisi Hasil Olahan Jagung dapat dilihat pada Tabel 2. Kandungan Nutrisi Bagian Jagung dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 2. Kandungan Nutrisi Hasil Olahan Jagung
Hasil Olahan
Jagung Propinsi Air Abu
Protein Kasar
Lemak Kasar
Serat
Kasar Ca P
xiv Tabel 3. Kandungan Nutrisi Bagian Tanaman Jagung
Hasil Olahan
Keterangan :* *Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil Lab. * Hasil Uji berdasarkan as fed
II.1.2. Padi (Oryza sativa)
Gambar 3. Pohon Padi dan Dedak Padi
A. Deskripsi
Padi adalah makanan pokok penduduk di Asia dan beberapa negara di Benua Afrika dan Benua Amerika Latin (sekitar dua pertiga dari populasi penduduk dunia). Asia menghasilkan dan mengkonsumsi sekitar 90% dari produksi dan konsumsi beras dunia.
Dedak merupakan hasil ikutan padi, jumlahnya sekitar 10% dari jumlah padi yang di giling menjadi beras. Gabah tersusun dari tiga bagian yang akan menentukan nilai dari setiap dedak. Penyusun gabah adalah (1). Kulit gabah yang banyak mengandung serat kasar dan mineral disebut sekam. (2). Selaput perak yang kaya akan protein dan vitamin B1, juga lemak dan mineral disebut dedak padi. (3). Lembaga beras yang sebagian besar terdiri dari karbohidrat yang mudah dicerna disebut bekatul. Secara umum istilah hasil ikutan padi disebut dedak padi.
xvi rendah (0-15o C). Kandungan nutrisi dedak padi sebagaimana terdapat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan Nutrisi Dedak Padi
Provinsi Air Abu Protein
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2011-2012
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia, dedak padi dibagi menjadi 3 yaitu dedak padi mutu I, mutu II dan mutu III. Pemberian pada ternak tergantung dari komposisi bahan penyusunnya. Bahan ini biasa digunakan sebagai sumber energi bagi pakan unggas khususnya unggas layer, yang mana penggunaanya rata-rata mencapai 10-20% di usia produksi.
3% bekatul dan 1-17% menir dapat dihasilkan dari berat gabah kering. Dedak padi sangat disukai semua ternak, pemakaian dedak padi dalam ransum ternak umumnya sampai 25% dari campuran kosentrat.
Dalam perdagangan perlu teliti dan waspada karena dedak padi sering dipalsukan dengan mencampur kulit gabah (sekam) atau bahan lain yang telah digiling halus ke dalam dedak halus, lunteh atau bekatul. Secara kasat mata untuk menguji apakah dedak itu palsu atau terjadi pemalsuan dengan cara mengambil dedak padi dengan genggaman tangan dan jika kita buka banyak yang menempel pada tangan berarti dapat diindikasikan terjadi pemalsuan (rendahnya kohesi).
B. Bagian Dan Hasil Olahan Padi Yang Dijadikan Bahan Pakan Ternak
Gambar 4. Jerami padi
Bagian tanaman padi selain beras dan dedak yang merupakan unsur utama, ada beberapa bagian yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan dan pakan ternak. Bagian tersebut yaitu jerami padi, gabah kering, nasi aking bahkan kulit ari. Padi mempunyai komposisi, 70-72% endosperma, 20% sekam padi, 7-8.5% dedak padi, dan 2-3% embrio (bekatul).
xviii (pengerasan) sehingga terbentuk ligninselulosa dan lignohemiselulosa.
Selain oleh adanya proses lignifikasi, rendahnya daya cerna ternak terhadap jerami disebabkan oleh tingginya kandungan silikat. Lignifikasi dan silifikasi tersebut bersama-sama mempengaruhi rendahnya daya cerna jerami padi. Rendahnya protein kasar dan mineral pada jerami padi juga membawa efek langsung, yaitu jerami padi sulit dicerna kalau hanya diberikan secara tunggal untuk pakan ternak.
Rendahnya kandungan nutrisi jerami padi tersebut dan sulitnya daya cerna jerami maka pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak ruminansia perlu diefektifkan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara penambahan suplemen atau bahan tambahan lain agar kelengkapan nilai nutrisinya dapat memenuhi kebutuhan hidup ternak secara lengkap sekaligus meningkatkan daya cerna pakan.
Tabel 5. Kandungan Nutrisi Bagian Tanaman Padi
xx II.1.3. Gandum (Triticum sativum lank)
Gambar 5. Pohon Gandum dan Pollard
Pemakaian gandum (> 50%) dalam formulasi pakan adalah hal yang sangat umum dilakukan di Eropa Utara, Kanada dan Australia. Namun, di pasar Asia penggunaannya terbatas dalam pakan karena adanya beberapa hambatan. Hal ini terutama berkaitan dengan fakta bahwa nilai gizi yang melekat pada gandum lebih bervariasi dibandingkan dengan jagung sehingga, penggunaannya memberikan risiko dalam mempertahankan produktivitas ternak.
Secara morfologi, biji gandum terdiri dari tiga bagian yaitu bagian kulit (bran), bagian endosperma, dan bagian lembaga (germ). Bagian kulit dari biji gandum sebenarnya tidak mudah dipisahkan karena merupakan satu kesatuan dari biji gandum tetapi bagian kulit ini biasanya dapat dipisahkan melalui proses penggilingan. Pada umumnya, kernel berbentuk ofal dengan panjang 6–8 mm dan diameter 2–3 mm. Seperti jenis serealia lainnya, gandum memiliki tekstur yang keras.
Pollard merupakan hasil ikutan dari penggilingan dari gandum menjadi terigu. Angka konversi pollard dari bahan baku sekitar 25-26%. Pollard tidak mempunyai antinutrisi, tetapi penggunaan pollard perlu dibatasi mengingat adanya sifat pencahar yang ada pada pollard. Karena adanya sifat pencahar, maka pollard akan bernilai apabila diberikan pada ternak yang baru lahir atau setelah melahirkan. Pollard juga akan bernilai sangat baik apabila diberikan pada ternak dara.
kalsium (Ca). Pollard mengandung 1,29% P, tetapi hanya mengandung 0,13% Ca. Bagian terbesar dari Pollard ada dalam bentuk phitin phosphor. Pollard tidak mengandung vitamin A, tetapi kaya akan niacin dan thiamin.
Pollard merupakan salah satu bahan pakan ternak yang popular karena kandungan protein dan kecernaan nilai zat. Pemberian pollard biasanya dicampur dengan butiran dan bahan pakan yang kaya protein seperti bungkil -bungkilan. Pollard mempunyai nilai yang tinggi ketika dipakai lebih 25% dari bagian konsentrat. Kandungan Nutrisi Pollard dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Kandungan Nutrisi Pollard
Propinsi Air Abu Protein
Kasar
Lemak Kasar
Serat
Kasar Ca P
Bangka Belitung 13,25 3,85 15,82 3,84 6,46 0,08 0,76 DKI Jakarta 11,27 3,10 11,96 11,82 3,87 0,19 0,45 Jawa Barat 11,45 5,57 13,60 3,83 10,93 0,07 0,83 Jawa Tengah 12,02 4,35 9,98 3,04 9,71 0,09 0,53 Jawa Timur 13,21 2,65 7,98 1,75 7,95 0,09 0,82 Kalimantan Barat 10,46 3,50 16,69 4,19 5,98 0,08 0,73 Rata-rata 11,30 7,25 12,85 3,84 7,42 0,08 0,63 Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2011-2012
II.1.4. Shorgum (Shorgum bicolor)
Gambar 6. Pohon Shorgum
xxii setelah gandum, jagung, padi, dan jelai. Sorgum merupakan makanan pokok penting di Asia Selatan dan Afrika sub-sahara.
Kualitas shorgum hampir mirip dengan jagung, walaupun ukuran butirannya lebih kecil. Proteinnya umumnya lebih tinggi daripada jagung, tapi lemaknya lebih rendah. Kandungan methioninnya hampir sama dengan jagung, namun lisinnya lebih rendah.
Kandungan serat kasar shorgum cukup rendah sehingga dapat diberikan pada unggas, tapi bila pengunaannya menggantikan jagung perlu diperhatikan karena shorgum tidak mempunyai xanthophyl. Penggunaan shorgum perlu mendapatkan perhatian karena kandungan tanin yang tinggi. Diduga kandungan tannin ini dapat menyebabkan gangguan pada ternak.
Tanaman sorgum mempunyai keunggulan yang tak kalah dari tanaman pangan lain, seperti : daya adaptasi luas, tahan terhadap kekeringan, sangat cocok untuk dikembangkan di daerah marginal dan seluruh bagian tanaman mempunyai nilai ekonomis. Kandungan Nutrisi Shorgum dan Hasil Pengolahannya dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Kandungan Nutrisi Shorgum dan Hasil Pengolahannya
II.1.5. Kedelai (Glycine max) A. Deskripsi
Gambar 7. Pohon Kedelai dan Kacang Kedelai
Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar dari banyak makanan di Asia Timur seperti kecap, tahu, dan tempe. Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia. Penghasil kedelai utama dunia adalah Amerika Serikat meskipun kedelai praktis baru dibudidayakan masyarakat di luar Asia setelah tahun 1910.
Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai yang kita kenal sekarang (Glycine max (L) Merril)yang berasal dari daerah Manshukuo (Cina Utara). Di Indonesia, kedelai mulai dibudidayakan pada abad ke-17 sebagai tanaman pangan dan pupuk hijau. Penyebaran kedelai ke Indonesia berasal dari Manshukuo menyebar ke Mansyuria (Jepang) dan ke negara-negara lain di Amerika dan Afrika.
xxiv Produksi per hektar tergantung tipe kedelai, jenis tanah, pemupukan serta cuaca. Biji kedelai sangat disukai ternak. Pemakaian yang terlalu tinggi tanpa diikuti dengan penambahan hijauan berkualitas baik akan berdampak negatif pada kandungan vitamin A dan warna kuning lemak mentega yang dihasilkan.
Biji kedelai mengandung zat penghambat protease yang bila bergabung dengan trypsin akan membentuk senyawa kompleks yang tidak aktif. Penghambat ini dapat menyebabkan hipertropy pada pankreas. Mode aksi dari penghambat ini adalah dihambatnya sekresi enzym pankreas. Perlakuan pemanasan pada temperatur yang tepat (250oF selama 2,5-3,5 menit) dapat menghancurkan bahan ini. Anti vitamin B-12 merupakan cara yang terbaik untuk menanggulangi masalah ini. Goitrogens merupakan bahan yang menghambat penyerapan yodium.
Secara kualitatif kualitas tepung kedelai dapat diuji dengan menggunakan bulk density ataupun uji apung. Bulk density tepung kedelai tidak dikuliti yang baik adalah 642.3 g/l. Makin banyak bahan yang mengambang pada uji apung menandakan, makin banyak biji yang rusak yang terdapat pada biji kedelai tersebut. Selain itu uji organoleptik seperti tekstur, rasa, warna dan bau dapat dipakai untuk mengetahui kualitas tepung kedelai yang baik. Kandungan Nutrisi Kedelai dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Kandungan Nutrisi Biji Kedelai
Propinsi Air Abu Protein
B. Hasil Olahan Kedelai Yang Dijadikan Bahan Pakan Ternak
1) Bungkil Kedelai
Gambar 8. Bungkil Kedelai
Bungkil kedelai merupakan sisa hasil olahan dari industri minyak biji kedelai. Bungkil ini sangat disukai oleh ternak. Namun penggunaannya perlu diperhatikan karena zat penghambat trypsin mungkin masih tersisa pada bungkil kedelai yang diproduksi dengan pemakaian suhu yang rendah.
xxvi 2) Ampas Kecap
Gambar 9. Ampas Kecap
Bahan baku untuk membuat kecap adalah biji kedelai. Ampas kecap dihasilkan sebesar 59.7% dari bahan baku kedelai. Ampas ini cukup disukai oleh ternak. Ampas kecap berasal dari kedelai dan oleh karena itu anti nutrisi yang terdapat pada ampas kecap adalah sama dengan kedelai hanya konsentrasinya lebih sedikit karena telah mengalami pengolahan. Ampas kecap tidak mempunyai sifat pencahar. Tetapi perlakuan yang tidak baik terhadap ampas kecap khususnya ampas kecap segar dapat mengakibatkan tumbuhnya jamur yang selanjutnya dapat mengakibatkan menurunnya nilai nutrisi ampas tersebut.
Secara kualitatif kualitas ampas kecap dapat diuji dengan menggunakan bulk density ataupun uji apung. Selain itu uji organoleptik seperti tekstur, rasa, warna dan bau dapat dipakai untuk mengetahui kualitas ampas kecap yang baik.
3) Ampas Tahu
Gambar 10. Ampas Tahu
Ampas tahu merupakan hasil ikutan dari pabrik tahu yang jumlahnya bervariasi tergantung dari proses pembuatan. Jumlah ampas tahu yang dihasilkan berselang dari 25% sampai 67% dengan rata-rata adalah 39.2%. Ampas ini cukup disukai ternak terutama yang masih segar.
Ampas tahu berasal dari kedelai dan oleh karena itu anti nutrisi yang terdapat pada ampas tahu adalah sama dengan kedelai hanya konsentrasinya lebih sedikit karena telah mengalami pengolahan.
Ampas tahu tidak mempunyai sifat pencahar. Akan tetapi penanganan ampas tahu segar harus sebaik mungkin. Penanganan yang tidak baik terhadap ampas tahu segar dapat mengakibatkan penurunan nilai nutrisi dan juga menurunkan palatabilitas.
xxviii Tabel 9. Kandungan Nutrisi Hasil Ikutan Dari
Pengolahan Kedelai
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
II.2. Limbah Industri Perkebunan
II.2.1. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis)
Gambar 11. Pohon dan Buah Sawit
A.Deskripsi
Kelapa sawit (Elaeis guineensis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua jenis: Elaeis guineensis dan Elaeis oleifera. Elaeis guineensis adalah yang pertama kali dan terluas dibudidayakan sedangkan Ela eis oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman sumber daya genetik. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi. Minyak sawit digunakan dalam berbagai industri. Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah.
xxx Tabel 10. Kandungan Nutrisi Bungkil Kelapa Sawit
Propinsi Air Abu Protein
Kasar
Lemak Kasar
Serat
Kasar Ca P
Sumatera Utara 8,28 8,96 19,71 12,51 14,70 0,28 0,61 Sumatera Selatan 8,00 4,30 14,90 12,03 13,38 0,50 0,54 Riau 10,72 4,20 16,34 6,42 18,17 0,49 0,66 Bangka Belitung 7,94 4,50 15,99 6,66 20,72 0,35 0,62 Lampung 9,42 4,30 15,95 9,75 15,10 0,30 0,57 Jawa Barat 6,66 5,80 13,90 14,35 23,20 0,47 0,51 Jawa Tengah 8,74 5,10 16,18 8,77 18,67 0,39 0,55 Kalimantan Barat 9,82 5,10 19,46 14,63 10,20 0,08 0,51 Jawa Tengah 8,74 5,10 16,18 8,77 18,67 0,39 0,55 Sulawesi Selatan 19,74 4,80 13,45 5,32 16,09 0,60 0,60
Rata-rata 9,76 5,26 17,50 9,66 16,29 0,39 0,58
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
B.Hasil Ikutan Pengolahan Sawit
Gambar 12. Bungkil dan Solid Sawit
Tiga jenis limbah industri kelapa sawit yang dapat dimanfaatkan oleh ternak adalah, bungkil kelapa sawit, lumpur kelapa sawit dan serat kelapa sawit. Angka konversi dari lumpur sawit adalah 30% dan serat 20%, sedangkan bungkil inti sawit 40-60% dari inti.
asam amino yang menjadi faktor pembatas adalah methionin, sedangkan keseimbangan asam amino lain cukup baik.
Bungkil kelapa sawit bisa diberikan sebanyak 20% pada unggas dan babi, dan 30 - 40% pada ruminansia. Serat kelapa sawit mengandung kadar serat kasar yang tinggi sehingga hanya dapat digunakan untuk ransum ternak ruminansia. Serat kelapa sawit dapat diberikan pada ruminansia sebanyak 15-35% dari ransum. Kandungan Nutrisi Hasil Ikutan Sawit dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Kandungan Nutrisi Hasil Ikutan Sawit
xxxii II.2.2. Sagu (Metroxylon sago Rottb.)
Gambar 13. Batang dan Tepung Sagu
Sagu adalah butiran atau tepung yang diperoleh dari teras batang pohon sagu atau rumbia (Metroxylon sago Rottb.). Tepung sagu memiliki ciri fisik yang mirip dengan tepung tapioka. Dalam resep masakan, tepung sagu yang relatif sulit diperoleh sering diganti dengan tepung tapioka, meskipun keduanya sebenarnya berbeda.
Sagu merupakan makanan pokok bagi masyarakat Maluku dan Papua. Sebagai sumber karbohidrat, sagu memiliki potensi untuk dijadikan sebagai bahan pakan.
Tabel 12. Kandungan Nutirisi dan Hasil Ikutan Sagu
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2011-2012
II.2.3. Kelapa (Cocos nucifera)
Gambar 14. Pohon Kelapa dan Bungkil Kelapa (Kopra)
Kelapa (Cocos nucifera) adalah satu jenistumbuhan dari suku aren-arenan atau Arecaceae dan adalah anggota tunggal dalam genus Cocos. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serba guna, khususnya bagi masyarakat
xxxiv m. Pohon kelapa biasanya tumbuh di pinggir pantai. Hampir semua bagiannya dapat dimanfaatkan oleh manusia. Kelapa juga adalah sebutan untuk buah pohon ini
Limbah industri kelapa yang dapat dimanfaatkan ternak terutama adalah bungkil kelapa. Kualitas bungkil kelapa bervariasi tergantung pada cara pengolahan dan mutu. Berdasarkan komposisi kimianya, bungkil kelapa termasuk sumber protein untuk ternak. Dalam pemakaian terutama untuk monogastrik perlu diperhatikan keseimbangan asam aminonya, karena bungkil kelapa kekurangan asam amino lisin dan histidin. Bungkil kelapa bisa digunakan untuk unggas sebaiknya tidak lebih dari 20%, babi 40-50% dan ruminansia 30%.
Bungkil kelapa sangat baik diberikan pada sapi perah sebab dapat meningkatkan kadar lemak susu sehingga meningkatkan kualitas susu. Dapat diberikan juga pada kuda hanya dalam jumlah sedikit dan dicampur dengan gabah atau dedak, sebab apabila terlalu banyak dapat menyebabkan diare.
Tabel 13.Kandungan Nutrisi Kelapa dan Hasil Ikutannya
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
II.2.4. Tebu (Saccharum officinarum)
A.Deskripsi
xxxvi Gambar 15. Pohon Tebu
B.Hasil Ikutan Pengolahan Tebu (Tetes/Molases)
Tetes (Molases) bisa diberikan pada ternak secara langsung setelah melalui proses pengolahan menjadi protein sel tunggal dan asam amino. Keuntungan tetes untuk pakan ternak adalah kadar karbohidratnya tinggi (48 – 60% sebagai gula), kadar mineral dan rasanya disukai ternak.
Gambar 16. Tetes (Molases)
Tetes juga mengandung vitamin B kompleks dan unsur mikro yang dibutuhkan ternak seperti cobalt, boron, iodium, tembaga, mangan dan seng. Kelemahannya adalah kadar kaliumnya yang tinggi dapat menyebabkan diare jika dikonsumsi terlalu banyak. Tetes dapat digunakan dalam ransum unggas sebesar 5-6% serta babi dan ruminansia sebesar 15%. Kandungan Nutrisi Tetes (Molases) dan Pucuk Tebu dapat dilihat pada Tabel 14.
Hasil Keterangan : Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil Lab. Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2012
II.2.5. Coklat (Theobroma cacao)
Gambar 17. Pohon Coklat
Limbah industri coklat adalah kulit buah, kulit biji dan Lumpur coklat. Kulit buah merupakan 71% dari buah sedangkan kulit biji coklat sekitar 15%. Limbah industri coklat merupakan sumber protein yang baik untuk ternak ruminansia karena tidak mudah untuk didegradasi dalam rumen. Namun bahan ini mengandung zat racun.
Kulit coklat buah mengandung protein rendah dan serat kasar yang tinggi sehingga penggunaannya terbatas hanya untuk ruminansia. Akan tetapi kulit biji coklat mengandung protein yang cukup tinggi sehingga bisa digunakan untuk semua jenis ternak. Penggunaan kulit buah coklat pada ungas dan babi bisa sekitar 10-24%, sedangkan pada ruminansia bisa sekitar 30-40%. Kandungan Nutrisi Hasil Ikutan Pengolahan Coklat dapat dilihat pada Tabel 15.
xxxviii Keterangan : Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil Lab. Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2012
II.2.7. Kopi (Coffea)
Gambar 18. Pohon kopi dan Biji Kopi
Kopi adalah sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan dan
ekstraksi biji tanaman kopi. Dari sekian banyak jenis biji kopi yang dijual di pasaran, hanya terdapat 2 jenis varietas utama, yaitu kopi
arabika (Coffea arabica) dan robusta (Coffea robusta). Kopi arabika merupakan tipe kopi tradisional dengan cita rasa terbaik. Sebagian besar kopi yang ada dibpasaran dibuat biji kopi jenis ini. Kopi ini berasal dari
Etiopia dan sekarang telah dibudidayakan di berbagai belahan dunia, mulai dari Amerika Latin, Afrika Tengah, Afrika Timur, India, dan
Amoniasi salah satu kendala pemanfaatan kulit kopi sebagai pakan ternak adalah kandungan serat kasarnya yang tinggi (33,14%), sehingga tingkat kecernaannya sangat rendah. Dengan proses amoniasi, tingkat kecernaan kulit kopi bisa ditingkatkan. Bukan hanya itu, amoniasi kulit kopi juga dapat meningkatkan kadar protein serta menghilangkan aflatoksin. Kandungan Nutrisi Kulit Kopi dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16.Kandungan Nutrisi Kulit Kopi
Hasil Ikutan
Kopi
Propinsi Air Abu Protein
Kasar
Lemak Kasar
Serat
Kasar Ca P
Fermentasi
Kulit Kopi Sumatera Barat 72,63 17,10 15,67 4,31 38,67 1,73 0,48
Kulit Kopi
Banten 13,63 5,90 9,45 0,78 36,96 0,47 0,06 Jawa Barat 8,74 5,10 10,65 1,16 26,14 0,49 0,14 Lampung 12,82 7,23 8,78 1,33 30,17 0,55 0,15 NTB 14,25 10,30 12,30 0,35 42,43 42,43 0,19 Sumatera Utara 11,26 2,20 3,54 1,24 60,04 0,32 0,03 DI Yogyakarta 12,65 6,80 8,39 2,55 36,30 0,55 0,19
Rata-rata 12,23 6,26 8,85 1,24 38,67 7,47 0,13
xl II.1.8. Kacang Tanah (Arachis hypogea)
A. Deskripsi
Gambar 19. Kacang Tanah (Arachis hypogea)
Produksi per hektar tergantung pada jenis kacang tanah, jenis tanah, pemupukan dan cuaca. Kacang ini disukai ternak dan merupakan pakan suplementasi protein dari tumbuhan yang secara luas dipakai untuk ternak. Goitrogens adalah antinutrisi yang terdapat pada kacang tanah. Anti nutrisi ini dapat mengakibatkan thyroid membesar. Perlakuan panas dan pemberian yodium (I) yang cukup merupakan metode yang baik untuk menanggulangi masalah anti nutrisi ini. Selain itu kacang tanah mempunyai sifat pencahar, sehingga perlu pembatasan penggunaannya dalam ransum.
Tabel 17. Kandungan Nutrisi Kacang Tanah
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
B. Hasil Ikutan Pengolahan Kacang Tanah
Bungkil kacang tanah merupakan limbah dari pengolahan minyak kacang tanah. Bungkil kacang tanah disukai ternak dan merupakan suplemen protein tumbuhan yang berkualitas baik. Tapi bungkil ini mempunyai anti nutrisi yang dapat mengakibatkan kelenjar thyroid membesar dan juga mempunyai sifat pencahar, tapi pengaruhnya lebih randah dibandingkan dengan kacang tanah.
Secara kualitatif kualitas bungkil kacang tanah dapat diuji dengan uji bulk density ataupun uji apung. Bulk density bungkil kacang tanah adalah 465.6 g/l. Selain itu juga uji organoleptik seperti tekstur, rasa, warna dan bau dapat dipakai untuk mengetahui kualitas bungkil kacang tanah yang baik. Uji sekam dengan flouroglucinol dapat juga dilakukan.
Bungkil kacang tanah mengandung protein sekitar 46.62% dan serat kasar 5.5%. Bila serat kasar lebih tinggi maka telah terjadi pemalsuan sekam dan karena itu produk tersebut tidak dapat disebut bungkil kacang tanah tetapi bungkil kacang tanah dan sekam.
xlii Gambar 20. Bungkil Kacang Tanah
Kualitas protein bungkil kacang tanah adalah baik dan hampir sama dengan bungkil kedelai. Tetapi bungkil kacang tanah biasanya mengandung lisin yang lebih rendah daripada bungkil kedelai. Bungkil kacang tanah mengandung kalsium (Ca) yang rendah dan kandungan phospornya (P) adalah setengah dari kandungan bungkil biji kapas.
Tabel 18. Kandungan Nutrisi Hasil Ikutan Kacang Tanah
Hasil Ikutan Propinsi Air Abu Protein
Kasar
Lemak Kasar
Serat
Kasar Ca P
Akar Kacang
Tanah Jawa Barat 14,16 31,10 7,45 1,17 17,46 0,43 0,17 Batang Kacang
Tanah DKI Jakarta 11,8 11,8 13,87 3,14 27,07 - - Daun dan Batang Jawa Tengah 12,63 9,7 8,61 1,86 35,14 1,22 0,32 Jerami Kacang
Tanah Jawa Tengah 16,8 12,00 19,92 1,96 29,57 1,85 0,23 Daun Kacang
Tanah
Kep Bangka
Belitung 15,34 11,1 14,16 2,27 31,13 1,84 0,28
Kulit Kacang Tanah
DKI Jakarta 9,45 31,25 5,25 1,14 36,30 0,52 - Jawa Barat 14,54 40,19 7,41 9,92 16,08 0,56 - Jawa Tengah 12,38 40,19 7,99 1,68 16,08 0,56 - Sulawesi
Tenggara 9,52 4,90 6,37 1,26 57,93 0,35 - DIY 10,69 5,90 8,23 1,29 57,78 0,57 0,10
Rata-rata 11,32 24,49 7,05 3,06 36,83 0,51 0,10
Kacang Hijau NTB 11,58 4,7 24,23 0,85 8,21 0,24 0,39 Tepung Kacang
Hijau
xliv II.3. Umbi-umbian
II.3.1. Singkong (Manihot utilisima)
Gambar 21. Umbi Singkong
A. Deskripsi
Singkong, yang juga dikenal sebagai ketela pohon atau ubi kayu, adalah pohon tahunan tropika dan subtropika dari keluarga Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran. Merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan fisik rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis singkong yang ditanam. Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi singkong tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Produksi ubi kayu segar 10-40 ton/ha/tahun.
Suatu faktor pembatas dalam penggunaan ubi kayu adalah racun asam sianida yang terdapat dalam bentuk glikosida sianogenik. Dua macam glikosida sianogenik dalam ubi kayu yaitu lanamarine (±95% dari bentuk glikosida sianogenik) dan bentuk lotaustarin.
Pada proses detoksifikasi asam sianida dalam tubuh ternak diperlukan sulfur yang dapat dari asam amino tersebut akan meningkat. Sulfur untuk detoksifikasi ini dapat juga berasal dari sulfur inorganik. Penggunaan ubi kayu dalam ransum berdasarkan beberapa peneliti untuk unggas 5-10%, babi 40-70% dan rumiansia 40-90%. Kandungan Nutrisi Singkong dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Kandungan Nutrisi Singkong
Provinsi Air Abu Protein
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
B. Hasil Ikutan Singkong
1. Onggok
Onggok merupakan limbah pabrik tapioka dan gula. Angka konversi ubi kayu menjadi onggok berkisar antara 60-65%. Sebagai sumber energi, onggok lebih rendah dibandingkan dengan jagung dan ubi kayu akan tetapi lebih tinggi dari pada dedak.
xlvi Gambar 22. Onggok
2. Daun Ubi Kayu
Dari tanaman ubi kayu sebanyak bagiannya 10-40% terdiri dari daun. Sebanyak 75% dari protein daun adalah murni dan mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi. Asam amino daun ubi kayu ternyata hampir sama dengan bungkil kedelai walaupun jumlahnya berbeda. Daun ubi kayu defisien asam amino esensial yang mengandung sulfur yaitu methionin dan sistin. Kelemahan lain adalah adanya racun HCN dan kandungan serat kasar yang tinggi. Kandungan HCN pada daun muda berkisar antara 427-542 mg/kg, sedangkan pada daun tua kandungannya lebih rendah yaitu berkisar antara 343-379 mg/kg. Kandungan Nutrisi Hasil Ikutan Singkong dapat dilihat pada Tabel 20.
Gambar 23. Daun Singkong
Hasil Ikutan
Keterangan :**Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil Lab.
* Hasil Uji berdasarkan as fed
xlviii II.3.2. Ubi Jalar
Varietasnya sangat banyak, menyebabkan perbedaan rasa, ukuran, bentuk, warna dan nilai gizi. Produksi ubi jalar antara 2,5 sampai dengan 15 ton segar per ha per tahun. Ubi jalar merupakan sumber energi dan untuk ubi jalar yang berwarna kuning mengandung provitamin A dan karotenoid yang cukup.
Gambar 24. Daun dan Umbi Ubi Jalar
Asam amino pembatas ubi jalar adalah luecine. Seperti umumnya umbi-umbian yang mempunyai kandungan protein yang rendah, pemberian ubi jalar perlu diimbangi pemberian kandungan protein yang tinggi. Apabila digunakan lebih dari 90% pengganti jagung dalam ransum unggas sering terjadi luka-luka pada usus unggas yang dapat diikuti dengan kematian, Pada ransum ruminansia umumnya digunakan pengganti jagung sebanyak 50%. Kandungan Nutrisi Beberapa Jenis Ubi Jalar dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Kandungan Nutrisi Beberapa Jenis Ubi Jalar
BAB III
BAHAN PAKAN TERNAK ASAL HEWANI
Berdasarkan kandungan serat kasarnya bahan makanan ternak dapat dibagi kedalam dua golongan yaitu bahan penguat (konsentrat) dan hijauan. Konsentrat dapat berasal dari bahan pangan atau dari tanaman seperti serealia (misalnya jagung, padi atau gandum), kacang-kacangan (misalnya kacang hijau atau kedelai), umbi-umbian (misalnya ubi kayu atau ubi jalar), dan buah-buahan (misalnya kelapa atau kelapa sawit). Konsentrat juga dapat berasal dari hewan seperti tepung daging dan tepung ikan. Disamping itu juga dapat berasal dari industri kimia seperti protein sel tunggal, limbah atau hasil ikutan dari produksi bahan pangan seperti dedak padi dan pollard, hasil ikutan proses ekstraksi seperti bungkil kelapa dan bungkil kedelai, limbah pemotongan hewan seperti tepung darah dan tepung bulu.
Klasifikasi berdasarkan kandungan gizinya bahan makanan ternak dapat dibagi atas sumber energi (misalnya dedak ubi kayu), sumber protein yang berasal dari tanaman (misalnya bungkil kedelai dan bungkil kelapa) dan sumber protein hewani (tepung darah, tepung bulu dan tepung ikan). Selain sumber protein dan sumber energi, beberapa bahan makanan dapat digolongkan sebagai sumber mineral (misalnya tepung tulang, kapur dan garam), serta sumber vitamin (misalnya ragi dan minyak ikan).
III.1. Susu Skim
l Tabel 22. Kandungan Nutrisi Susu Skim
Provinsi Air Abu Protein
Kasar
Lemak Kasar
Serat Kasar
Jawa Tengah 4,70 4,00 13,68 15,66 -
Jawa Barat 2,59 3,70 13,94 2,84 2,19
DKI Jakarta 5,94 4,25 11,40 8,48 1,72
Rata-rata 4,41 3,98 13,01 8,99 1,96
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
III.2. Tepung Tulang dan Daging (Meat Bone Meal)
Gambar 25. Tepung Tulang dan Daging (Meat Bone Meal)
Tepung tulang dan daging berasal dari sisa-sisa daging yang tidak dikonsumsi manusia,biasanya melekat pada kulit dan tulang dalam bentuk tetelan sehingga seringkali dalam bentuk tepung daging dan tulang (MBM). Pengolahan tepung daging dapat dilakukan dengan :
a. Pemasakan dengan tangki terbuka (Meat Scrap)
b. Bahan dimasak pada tangki tertutup (Tankage).
Setelah dimasak dalam tangki tertutup kemudian disaring lalu residu diperas. Filtrat diuapkan akan didapat serbuk-serbuk. Residu yang diperas menghasilkan ampas dan dicampur dengan hasil penguapan, dekeringkan lalu digiling maka diperoleh tankage. Kandungan protein tankage berkisar 60% dan banyak mengandung vitamin B diantaranya asam pantotenat, niacin, riboflavin dan vitamin B12. Bahan baku tankage tidak boleh berisi bulu, kuku, tanduk, kotoran dan isi perut. Penggunaan untuk ternak unggas berkisar 10% dan kurang disukai karena dapat menimbulkan bau pada produk ternak (daging, telur dan susu). Kandungan Nutrisi Tepung Tulang dan Daging (Meat Bone Meal) dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Kandungan Nutrisi Tepung Tulang dan Daging (Meat Bone Meal)
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
III.3. Tepung Bulu Ayam
lii Bulu-bulu itu dapat dimanfaatkan untuk campuran pakan ruminansia, non ruminansia, dan unggas. Dukungan ketersediaan limbah berupa bulu sangat terjamin kontinuitasnya sehubungan jumlah ayam yang dipotong dari tahun ke tahun semakin meningkat sehingga bulu ayam yang dihasilkan juga meningkat. Pemanfaatan limbah bulu menjadi pakan ternak sangat memberikan dampak positif karena sekaligus mampu mengatasi permasalahan limbah bulu.
Gambar 26. Tepung Bulu Ayam
Tepung bulu ayam terbuat dari bulu ayam yang bersih, segar dan belum mengalami pembusukan, dengan proses hidrolisa. Tepung bulu ayam berpotensi sebagai sumber protein untuk ternak. Proses pembuatan tepung bulu ayam meliputi proses autoclave, perlakuan kimia dan enzimatis serta fermentasi dengan mikroorganisme. Adanya kandungan keratin pada bulu ayam menyebabkan daya utilisasi dan daya cerna bulu ayam masih rendah, sehingga pada proses pembuatan Tepung bulu ayam tidak hanya dengan proses hidrolisa atau tekanan saja.
Indikator lain kualitas Tepung bulu ayam selain protein kasar adalah kecernaan pepsin. Dibandingkan tepung ikan, kandungan protein bulu ayam lebih tinggi yaitu 85-90%, energi metabolis (ME) 2287 kkal/kg, dengan kadar serat kasar 1 -3%. Defisien terhadap asam amino lysine, tryptophan, histidin, dan methionin. Dengan kandungan protein kasar yang tinggi, kadar air tepung bulu ayam tidak melebihi 10%. Taraf penggunaan tepung bulu ayam untuk ternak berkisar 5-8 % untuk non ruminansia dan 10-15% untuk ruminansia. Kandungan Nutrisi Tepung Bulu Ayam dapat dilihat pada Tabel 24.
Provinsi Air Abu Protein Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
III.4. Udang (Crustaceae spp)
Tepung kepala udang adalah tepung yang dibuat dari bagian udang yang tidak dikonsumsi manusia terdiri atas kepala dan kulit secara keseluruhan dan dengan konversi 30-40% dari total tubuh udang. Mutu pakan lebih rendah dari tepung ikan (protein kasar 43-47%). Kelemahan tepung udang adanya khitin (yang sulit dicerna) suatu ikatan polisacharida-protein dalam kulit kelompok udang sebesar 20-30% dengan kecernaan yang rendah 28%.
Kecernaan pakan bisa tinggi (meningkat) bila pengolahan dilakukan dengan ekstrasi dengan basa. Pemakaian tepung udang dalam ransum ungas maksimal 10%. Kandungan Nutrisi Kulit dan Kepala Udang dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25. Kandungan Nutrisi Kulit dan Kepala Udang
Jenis
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
liv Gambar 27. Tepung Ikan (F ish Meal)
Tepung ikan dapat berasal dari ikan jenis kecil maupun jenis besar atau limbah/sisa bagian-bagian ikan yang tidak diikutsertakan dalam pengalengan. Kendala yang sering dijumpai adalah bahwa kadar lemak yang tinggi dari tepung ikan karena bahan baku awal tinggi lemak atau dalam proses pengolahan tidak dilakukan pembuangan lemaknya. Dalam segi kualitas, tepung ikan lokal memiliki kualitas lebih rendah matahari. Yang bagus adalah ikannya harus segar, dipanaskan dengan steam cooking bukan dry cooking setelah itu diperas, dikeluarkan minyaknya lalu dikeringkan.
Tepung ikan yang baik bila kadar lemak 10% dan tidak asin. Rasa asin ini terjadi karena penambahan NaCl sebagai pengawet sering ditambahkan pada bahan baku ikan yang kurang segar. Tepung ikan yang ada di Indonesia dibedakan antara impor dan lokal. Sementara ini tepung impor dianggap lebih baik karena protein kasar lebih dari 60% dan kadar lemak rendah, sedangkan tepung ikan lokal dengan konversi randemen 20% dari bahan baku hanya mempunyai kadar protein kasar 55-58% dan termasuk grade C. Kandungan Nutrisi Tepung Ikan dan Beberapa Limbah Perikanan dapat dilihat pada Tabel 26.
Tepung Ikan Keterangan :Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil Lab.
lvi BAB IV
HIJAUAN PAKAN TERNAK
Bahan pakan alami untuk ternak ruminansia adalah hijauan baik berupa rumput-rumputan maupun leguminosa. Sebagian hijauan terutama leguminosa juga bisa diberikan pada ternak monogastrik (unggas) dalam jumlah tertentu setelah mengalami pengolahan sebelumnya (pengeringan dan penggilingan).
Tanaman hijauan pakan ternak yang secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu (1). Tanaman hijauan pakan ternak yang tidak dibudidayakan seperti rumput lapang, padang rumput alami, semak dan pohon-pohonan, (2). Tanaman hijauan pakan ternak yang secra sengaja dibudidayakan baik secara permanen ataupun temporer. Padang rumput alami umumnya mancakup berbagai jenis/species rumput-rumputan atau leguminosa, sedangkan padang rumput yang dibudidayakan biasanya hanya terdiri dari satu jenis/species atau campuran dari hanya beberapa/sedikit jenis saja.
Beberapa jenis rumput unggul yang telah banyak dikenal peternak di Indonesia adalah Pennisetum purpureum (rumput gajah), Panicum maximum (rumput benggala), Paspalum notatum (rumput bahia), Setaria splendida (setaria gajah) dan Brachiaria humidicola. Rumput mengandung serat kasar yang tinggi. Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa, lignin dan silika. Selulosa merupakan salah satu bahan organik yang terdapat dalam jumlah banyak di alam dan merupakan sumber energi yang sangat potensial bagi ruminansia.
Rumput-rumputan merupakan hijauan segar yang sangat disukai ternak, mudah diperoleh karena memiliki kemampuan tumbuh tinggi, terutama di daerah tropis meskipun sering dipotong/disengut langsung oleh ternak sehingga menguntungkan para peternak/pengelola ternak. Hijauan banyak mengandung karbohidrat dalam bentuk gula sederhana, pati dan fruktosa yang sangat berperan dalam menghasilkan energi.
Jenis rumput-rumputan asal tropis dan subtropics umumnya lebih banyak mengandung karbohidrat dalam bentuk pati daripada fruktan dan umumnya disimpan dalam bagian daun. Kandungan nutrisi hijauan tersebut perlu diperhatikan sehubungan dengan proses pengawetan hijauan baik berupa pengawetan kering (hay) maupun pada proses pengawetan basah/segar (silase).
ruminansia. Bahan kering pakan khususnya rumput pada ruminasia sebagaian besar dicerna dalam rumen.
IV.1. Rumput-rumputan (Graminae)
IV.1.1. Rumput Raja/King Grass (Pennisetum purpuroides)
Gambar 28. Rumput Raja (Pennisetum purpuroides)
Rumput Raja merupakan persilangan antara P. purpureum dan P. americanum (Amerika tropis). Di Indonesia Indonesia biasa disebut dengan rumput raja. Rumput ini berasal dari Afrika daerah tropis. Rumput ini mudah ditanam, dapat tumbuh dari dataran rendah hingga dataran tinggi, menyukai tanah subur dan curah hujan yang merata sepanjang tahun. Produksi rumput ini jauh lebih tinggi dibandingkan rumput lainnya. Rumput raja biasanya dikembangkan dengan stek batang dan mampu tumbuh baik pada tanah ringan sampai berat. Rumput raja dapat tumbuh pada ketinggian 0-3000 m diatas permukaan air laut dengan curah hujan tahunan sebesar 1000 m atau lebih. Produksi rumput raja dapat mencapai lebih dari 290 ton/ha/tahun dalam bahan segar dan tahan kering.
lviii Tabel 27. Kandungan Nutrisi Rumput Raja
(Pennisetum purpuroides)
Provinsi Air Abu Protein
Kasar
Lemak Kasar
Serat
Kasar Ca P
Bangka Belitung 66,75 14,80 7,32 1,94 34,92 0,25 0,12 Jawa Barat 64,07 12,13 12,91 2,45 30,22 0,50 0,37 Kalimantan Timur 79,62 9,98 9,35 1,44 35,09 0,52 0,22 Sulawesi Tenggara 69,68 15,40 19,40 1,08 32,44 0,53 0,43 Sulawesi Utara 76,65 17,40 12,00 1,63 31,86 0,51 0,25 Sumatera Utara 63,30 18,70 13,81 0,74 33,28 0,42 0,32
Rata-rata 70,01 14,73 12,46 1,55 32,97 0,46 0,29
Keterangan : Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil Lab.
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2011--2012
IV.1.2. Rumput Gajah/Elephant Grass (Pennisetum purpureum)
Gambar 29. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)
Nama daerah: Elephant grass, napier grass (Inggris), Herbe
d’éléphant, fausse canne à sucre (Prancis), Rumput Gajah (Indonesia, Malaysia), Buntot-pusa (Tagalog, Filipina), Ya-nepia (Thailand), Co’ duôi voi (Vietnam), pasto elefante (Spanyol).
panas yang panjang. Dikembangkan terus menerus dengan berbagai silangan sehingga menghasilkan banyak kultivar, terutama di Amerika, Philippine dan India.
Nilai pakan rumput gajah dipengaruhi oleh perbandingan (rasio) jumlah daun terhadap batang dan umurnya. Batang-batangnya kurang begitu disukai ternak (karena keras) kecuali yang masih muda dan mengandung cukup banyak air. Kandungan Nutrisi Berbagai Jenis Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) dapat
lx Tabel 28. Kandungan Nutrisi Berbagai Jenis
Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2011-2012
Gambar 30. Rumput Setaria (Setaria splendida)
Rumput setaria gajah (Setaria splendida) merupakan salah satu hijauan pakan yang produktif dan mudah cara penanamannya. Setaria splendida serupa dengan Setaria sphacellata , tetapi lebih besar, lebih tinggi, dan lebih tegar dibanding kultivar komersil lain. Rumput gajah setaria ini biasa disebut dengan hanya rumput setaria.
lxii Tabel 29. Kandungan Nutrisi Rumput Setaria
(Setaria splendida)
Provinsi Air Abu Protein
Kasar
Lemak Kasar
Serat
Kasar Ca P
Kalimantan Timur
71,67 11,4 9,15 1,44 40,21 0,34 0,76 Jawa
Tengah
77,41 16,10 13,27 2,51 31,82 0,33 0,24
Rata-rata 74,54 13,75 11,21 1,975 36,015 0,335 0,5
Keterangan : Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil Lab
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2011-2012
IV.1.4. Rumput Benggala (Panicum maximum)
Gambar 31. Rumput Benggala (Panicum maximum)
Rumput benggala (Panicum maximum) adalah rumput yang tersebar di Arika, Asia, Australia dan Eropa. Di Indonesia rumput ini dikenal dengan nama Rumput Benggala atau Suket Londo. Rumput ini sangat disukai ternak. Protein kasar berkisar 4-14% dengan serat kasar (SK) antara 28-36%.
bahan kering (BK) sekitar 40-62%. Kandungan Nutisi Rumput Benggala dapat dilihat pada Tabel 30.
Tabel 30. Kandungan Nutrisi Rumput Benggala (Panicum maximum)
Provinsi Air Abu Protein
Kasar
Lemak Kasar
Serat
Kasar Ca P
Sumatera Barat 77,41 10,80 12,95 2,43 31,91 0,28 0,17 NAD 71,76 14,90 12,82 0,24 34,46 0,50 0,57
Rata-rata 74,59 12,85 12,89 1,34 33,19 0,39 0,37
Keterangan : Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil Lab
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2011-2012
IV.1.5. Rumput Australi (Paspalum dilatatum)
Gambar 32. Rumput Australi (Paspalum dilatatum)
Rumput ini aslinya berasal dari daerah Amerika Selatan tepatnya di Brazil, Argentina dan Uruguay. Rumput ini masuk ke Indonesia dibawa dari Australia oleh karena itu dikenal dengan nama Rumput Australi atau Rumput Dallies. Kandungan protein kasar berkisar antara 13,4 -18,5%, lemak kasar 1,3-2,4%, serat kasar 24,4-34,8% dan Beta-N 40,1-48,6%. Hijauan ini mempunyai kecernaan BK sekitar 50-63%.
lxiv Kelebihan konsumsi dapat mengakibatkan ternak mengalami diare. Kandungan Nutrisi Rumput Australia (Paspalum dilatatum) dapat dilihat pada Tabel 31.
Tabel 31. Kandungan Nutrisi Rumput Australia (Paspalum dilatatum)
Keterangan : Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil Lab
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
IV.1.6. Rumput Signal (Brachiaria decumbens)
Gambar 33. Rumput Signal (Brachiaria decumbens)
Rumput ini berasal dari Arika daerah timur yaitu Uganda, Rwanda, Tanzania dan lain-lain. Di Indonesia rumput ini dikenal dengan nama rumput BD. Rumput BD tidak tahan pada lingkungan yang ternaungi, sehingga tidak cocok untuk dikembangkan berintegrasi dengan perkebunan
Rumput ini memiliki kualitas yang baik seperti dilaporkan dari hampir semua negara yang pernah melakukan percobaan dengan rumput ini. Kandungan protein kasarnya 6,1-10,1%, tergantung
Provinsi Air Abu Protein
Kasar
Lemak Kasar
Serat
Kasar Ca P
pada pemupukan nitrogen yang digunakan. Serat kasarnya bisa mencapai 37%.
Ditanam untuk padang gembala permanen dan sebagai penutup tanah untuk menahan erosi dan gulma. Dapat digunakan sebagai hay dan untuk menekan nematoda pada sistem tanaman pangan. Kandungan Nutrisi Rumput Signal (Bachiaria decumbens) dapat dilihat pada Tabel 32.
Tabel 32. Kandungan Nutrisi Rumput Signal (Brachiaria decumbens)
Provinsi Air Abu Protein
Kasar
Lemak Kasar
Serat
Kasar Ca P
Jawa Timur 25,98 12,02 13,72 2,09 24,81 3,59 0,23 Kalimantan
Timur
78,54 6,1 19,98 2,32 37,75 0,25 0,53 Rata-rata 62,54 8,87 16,34 2,41 30,38 0,39 0,36 Sulawesi Utara 8,57 11,9 7,98 1,97 32,76 0,09 0,1 Sumatera Barat 77,24 10,65 12,25 1,8 31,99 0,43 0,26 Sumatera Utara 77,64 9,8 11,11 0,91 32,43 0,19 0,21
Rata-rata 55,09 9,89 13,56 1,92 31,69 0,82 0,28
Keterangan : Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil Lab
lxvi IV.1.7. Rumput Brachiaria humidicola
Gambar 34. Rumput Brachiaria humidicola
Brachiaria humidicola merupakan tanaman rumput tahunan yang mempunyai banyak stolon dan rizoma dan membentuk lapisan penutup tanah yang padat. Tumbuh pada beragam jenis tanah mulai dari tanah sangat asam (pH 3,5) dan tidak subur, tanah dengan Alumunium tinggi, tanah liat berat merekah, sampai tanah pasir berbatu pH tinggi. Kebutuhan rumput akan unsur Ca rendah. Tahan terhadap tanah berpengairan buruk dan sering ditemukan pada tanah liat basah musiman. Brachiaria humidicola memerlukan 1000-4000 mm curah hujan tahunan dengan distribusi yang baik. Kurang baik pada lingkungan dengan curah hujan tahunan <1600 mm dan >6 bulan musim kering. Brachiaria humidicola tumbuh paling baik pada lingkungan dataran rendah tropis pada lintang sampai 27o, dengan ketinggian sampai 1000 m.
Helai daun lebar 5-16 mm, dan panjang sampai 25 cm. Tangkai bunga tegak, tinggi 20-60 cm.Inflorescence panjang 7-12 cm, dengan 2-5 tandan, kelompok bunga berbulu.
Tabel 33. Kandungan Nutrisi Rumput Brachiaria humidicola
Provinsi Air Abu Protein
Kasar
Lemak Kasar
Serat
Kasar Ca P
Kalimantan Timur 71,18 5,20 20,93 1,84 36,65 0,31 0,39 Sumatera Utara 60,46 9,05 10,38 1,93 33,67 0,20 0,22 Rata-rata 65,82 7,13 15,65 1,89 35,16 0,26 0,31 Keterangan : Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil
Lab
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
IV.1.8. Rumput Bintang/Stargrass (Cynodon plectostachyus)
Gambar 35. Rumput Bintang/Stargrass (Cynodon plectostachyus)
Nama latin dari rumput bintang/stargrass adalah Cynodon plectostachyus. Nama umum dari rumput ini adalah African Star grass. Tanda-tanda rumput ini adalah perenial, membentuk rumpun dan berstolon yang membentuk jaring yang padat, tinggi batang 60-100 cm, bunga berbentuk menjari (digit). Rumput ini dapat tumbuh subur pada curah hujan > 500-890 mm/th, Tumbuh subur pada berbagai jenis tanah. Rumput ini mengandung HCN yang tinggi merupakan zat anti nutrisi. Kandungan Nutrisi Rumput Bintang/Stargrass dapat dlihat pada Tabel 34.
lxviii
Provinsi Air Abu Protein
Kasar
Lemak Kasar
Serat
Kasar Ca P
Jawa Barat 70,39 9,20 15,34 0,92 27,92 0,49 0,24 Jawa Tengah 81,96 10,50 10.89 1,32 34,73 0,52 0,33 Jawa Timur 26,91 10,65 15,11 1,84 25,96 0,56 0,21 Kalimantan Timur 39,92 8,10 9,05 1,80 33,43 0,91 0,26 NAD 65,95 11,40 14,30 1,71 35,70 0,55 0,43 Sumatera Utara 24,18 8,60 9,73 3,41 34,41 0,43 0,28
Rata-rata 51,55 10,07 13,62 1,84 31,74 0,51 0,30
Keterangan : Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil Lab
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
IV.1.9. Rumput Meksiko (Euchlena Mexicana)
Gambar 36. Rumput Meksiko (Euchlena Mexicana)
Rumput Meksiko (Euchlena Mexicana) berasal dari Amerika Tengah, rumput ini termasuk rumput potong yang tumbuh tegak, batang dan daunnya lebar mirip tanaman jagung. Ketinggian tanaman mencapai 2,5–4 m, sistem perakarannya dalam dan luas, tumbuh baik pada daerah-daerah lembab atau tanah yang subur dengan ketinggian 0 - 1200 m di atas permukaan laut dan curah hujan tidak kurang dari 1000 mm/tahun.
Rumput ini bersifat annual, morfologinya seperti tanaman jagung. Tanaman ini berasal dari Mexico dan Amerika Tengah, hidup di daerah tropik yang basah dan subtropik yang tanahnya berair. Ukuran daun pada rumput meksiko lebih lebar dari jenis rumput lain, dengan panjang daun kurang lebih 1,5 meter dan lebar daun kurang lebih 10 cm. tulang daun menjari, batang tidak berbulu dengan diameter kurang lebih 3,5 cm dan batang muda berbentuk pipih serta batang tua berbentuk elips. Kandungan Nutrisi Rumput Meksiko (Euchlena Mexicana) dapat dilihat pada Tabel 35.
Tabel 35. Kandungan Nutrisi Rumput Meksiko (Euchlena Mexicana)
Propinsi Air Abu Protein
Kasar
Lemak Kasar
Serat
Kasar Ca P
Sumatera Barat* 74,54 9,00 20,80 4,08 27,81 0,51 0,21 Kalimantan Timur* 70,47 9,80 9,84 1,50 37,72 0,34 0,41
Rata-rata 72,51 9,40 15,32 2,79 32,77 0,43 0,31
Keterangan :
- Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil Lab.
- Protein kasar pada rumput Meksiko dari Sumatera Barat dikarenakan pengambilan sampel dilakukan ketika baru di pupuk.
lxx IV.1.10. Rumput Laut
Gambar 37. Rumput Laut
Rumput laut atau gulma laut merupakan salah satu sumberdaya hayati yang terdapat di wilayah pesisir dan laut. Istilah ini rancu secara botani karena dipakai untuk dua kelompok “tumbuhan” yang berbeda. Dalam bahasa Indonesia, istilah rumput laut dipakai untuk menyebut baik gulma laut dan lamun. Yang dimaksud sebagai gulma laut adalah anggota dari kelompok vegetasi yang dikenal sebagai alga (ganggang).
Sumberdaya ini biasanya dapat ditemui di perairan yang berasosiasi dengan keberadaan ekosistem terumbu karang. Gulma laut alam biasanya dapat hidup di atas substrat pasir dan karang mati.
Di beberapa daerah pantai di bagian Selatan Jawa dan pantai Barat Sumatera, gulma laut banyak ditemui hidup di atas karang-karang terjal yang melindungi pantai dari deburan ombak. Di pantai Selatan Jawa Barat dan Banten misalnya, gulma laut dapat ditemui di sekitar pantai Santolo dan Sayang Heulang di Kabupaten Garut atau di daerah Ujung Kulon Kabupaten Pandeglang. Sementara di daerah pantai Barat Sumatera, gulma laut dapat ditemui di pesisir barat Provinsi Lampung sampai pesisir Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam. Kandungan Nutrisi Rumput Laut dapat dilihat pada Tabel 36.
Provinsi Air Abu Protein Kasar
Lemak Kasar
Serat
Kasar Ca P
Jambi* 4,86 1,70 56,81 11,92 0,42 0,45 0,29 Lampung 8,82 9,90 36,83 7,40 8,93 1,13 0,99 Keterangan : Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan
hasil Lab
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
IV.1.11. Rumput Bahia (Paspalum notatum)
Gambar 38. Rumput Bahia (Paspalum notatum)
Rumput Bahia Paspalum notatum merupakan tanaman tahunan berhizoma, berakar dalam. Tingginya dapat mencapai 60 cm atau lebih. Berasal dari Amerika Tengah dan Selatan dan beradaptasi di daerah tropik dan subtropik. Paspalum notatum Fluegge merupakan rumput penggembalaan yang berguna dan tahan terhadap penggembalaan. Cukup tahan kering tetapi di Nigeria Utara mati pada musim kering. Mudah membentuk hamparan rumput yang rapat dan dapat digembalai 3 bulan sesudah penanaman. Merupakan rumput yang paling baik untuk pengawetan tanah.
lxxii panjang. Rumput ini cukup populer karena kemampuannya beradaptasi pada kesuburan tanah yang rendah, mampu mentolerir kekeringan dan merupakan rumput penggembalaan yang berkesinambungan. Kandungan Nutrisi Rumput Bahia (Paspalum notatum) dapat dilihat pada tabel 37.
Tabel 37. Kandungan Nutrisi Rumput Bahia (Paspalum notatum)
Keterangan : Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil Lab
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
IV.1.12. Rumput Lapang, alam, liar
Tabel 38. Kandungan Nutrisi Rumput Lapang, Alam, Liar
IV.2. Legum (Leguminosa)
IV.2.1. Lamtoro (Leucana leucocephala)
Gambar 39. Lamtoro (Leucana leucocephala)
Lamtoro, petai cina, atau petai selong adalah sejenis perdu dari suku Fabaceae (=Leguminosae, polong-polongan), yang kerap digunakan dalam penghijauan lahan atau pencegahan erosi. Berasal dari Amerika tropis, tumbuhan ini sudah ratusan tahun dimasukkan ke Jawa untuk kepentingan pertanian dan kehutanan, dan kemudian menyebar pula ke pulau-pulau yang lain di Indonesia.
Lamtoro mudah beradaptasi, dan segera saja tanaman ini menjadi liar di berbagai daerah tropis di Asia dan Afrika; termasuk pula di Indonesia. Ada tiga jenis (subspesies), yakni:
1. Leucaena leucocephala ssp. leucocephala; ialah anak jenis yang disebar luaskan oleh bangsa Spanyol. Di Jawa dikenal sebagai lamtoro atau petai cina „lokal‟, berbatang pendek sekitar 5 m tingginya dan pucuk rantingnya berambut lebat.
2. ssp. glabrata (Rose) S. Zárate. Dikenal sebagai lamtoro gung, tanaman ini berukuran besar segala-galanya (pohon, daun, bunga, buah) dibandingkan anak jenis yang pertama. Lamtoro gung baru menyebar luas di dunia dalam beberapa dekade terakhir.
3. ssp. ixtahuacana C. E. Hughes; yang menyebar terbatas di Meksiko dan Guatemala.