• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS FILSAFAT DAN SEJARAH SAINS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS FILSAFAT DAN SEJARAH SAINS"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS FILSAFAT DAN SEJARAH SAINS

Sarana Berpikir Ilmiah

Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M. Pd.

DI SUSUN OLEH :

NAMA : Farizal Arbi Fauzan

NIM : K2315028

MATA KULIAH : Filsafat dan Sejarah Sains

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

A. Pendahuluan

Manusia mempunyai akal yang membedakannya dengan makhluk lainnya, seperti hewan dan tumbuhan. Akal yang dimilikinya membuat manusia mempunyai kemampuan untuk mencapai tujuan hidup dalam kehidupannya. Manusia juga mampu membuat peralatan- peralatan yang dapat meringankan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kemampuan manusia membuat peralatan bukanlah hal yang dapat dilakukan dengan begitu saja, tetapi telah melalui proses pengalaman. Pengalaman-pengalaman yang telah dilalui menjadi dasar bagi pembentukan pengetahuan, dengan pengetahuan yang telah dimiliki inilah manusia dapat membuat peralatan-peralatan tersebut.

Pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman menyebabkan manusia terus mengembangkan pengetahuannya. Untuk mengembangkan pengetahuannya tersebut dibutuhkan juga sarana. Sarana yang baik memungkinkan manusia akan memperoleh pengetahuan baru melalui aktivitas berpikir yang benar.

Kegiatan-kegiatan ilmiah, bertujuan memperoleh pengetahuan yang benar atau pengetahuan ilmiah. Untuk mencapai tujuan tersebut, manusia jelas memerlukan sarana atau alat berpikir ilmiah. Sarana ini bersifat pasti, sehingga aktivitas atau kegiatan ilmiah tidak akan maksimal tanpa sarana berpikir ilmiah tersebut.

Bagi seorang ilmuwan penguasaan sarana berpikir ilmiah merupakan suatu keharusan, karena tanpa penguasaan sarana ilmiah tidak akan dapat melaksanakan kegiatan ilmiah yang baik (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2010:97). Penguasaan sarana ilmiah sangat penting bagi ilmuwan agar dapat melaksanakan kegiatan ilmiah dengan baik. Sarana berpikir ilmiah membantu manusia menggunakan akalnya untuk berpikir dengan benar dan menemukan ilmu yang benar.

(3)

B. Pembahasan

Pengertian Berpikir Ilmiah

Berpikir Ilmiah merupakan suatu pemikiran atau tindakan seorang manusia yang menggunakan dasar-dasar dan ilmu tertentu. Sehingga ide tersebut dapat diterima orang lain. Berpikir ilmiah juga harus melalui proses yang panjang dan benar karena akan menyangkut kebenaran. Dalam berpikir ilmiah seseorang harus memperhatikan dasar-dasarnya yang didalamnya menyangkut apa, siapa, dimana, kapan, dan bagaimana. Biasanya hal itu digunakan untuk mencari rumusan masalah dan mencari solusi atau kesimpulan suatu masalah.

Berpikir ilmiah sangat penting dalam melakukan sesuatu, tidak hanya di lingkungan masyarakat tetapi juga di lingkungan sekolah. Jika dalam suatu pekerjaan untuk menunjukkan hasil dari pekerjaan kita. Kita pasti akan dituntut untuk menunjukkan apa saja hasil dari pekerjaan kita dan semua itu pasti akan diuji kebenarannya sehingga orang lain akan percaya dengan pekerjaan kita. Berpikir ilmiah juga sangat penting dalam melakukan penelitian sesuatu, baik tentang tanaman, hewan, manusia dan sebagainya. Pasti dalam membuat dan mengumpulkan data itu sendiri harus sesuai dengan kebenaran karena untuk menjelaskan hasil dari penelitian kita dibutuhkan suatu pemikiran yang ilmiah. Selain itu berpikir ilmiah juga tanpa emosi dan berpikir sesuai kebenaran yang ada. Untuk itu sebagai manusia yang ingin selalu menjadi terbaik, kita harus selalu menggunakan pemikiran ilmiah dalam setiap pendapat rasional orang–orang sekitar kita akan selalu menganggap kita tidak berpendapat yang omong kosong.

Adapun ciri-ciri berpikir ilmiah adalah sebagai berikut:

a. Harus obyektif: Seorang ilmuwan dituntut mampu berpikir obyektif atau apa adanya. Seorang

yang berpikir obyektif selalu menggunakan data yang benar. Disebut sebagai data yang benar, manakala data itu diperoleh dari sumber dan cara yang benar. Sebaliknya, data yang tidak benar oleh karena diperoleh dengan cara yang tidak benar. Data itu dibuat-buat, misalnya; data yang benar adalah data yang benar-benar sesuai dengan kenyataan yang ada, tidak kurang dan tidak lebih. Ternyata untuk mendapatkan data yang benar juga tidak mudah. Lebih mudah mendapatkan data palsu. Seorang ilmuwan harus mampu membedakan antara data yang benar itu dari data yang palsu. Data yang benar tidak selalu mudah mendapatkannya, dan hal itu sebaliknya adalah data palsu. Banyak orang berpikir salah, oleh karena mendasarkan pada data yang salah atau bahkan data palsu. Dari kenyataan seperti ini, maka seorang yang berpikir ilmiah, harus hati-hati terhadap data yang tersedia.

(4)

hukum sebab dan akibat. Bahwa sesuatu ada, maka pasti ada yang mengadakan. Sesuatu menjadi berkembang, oleh karena ada kekuatan yang mengembangkan. Seseorang menjadi marah oleh karena terdapat sebab-sebab yang menjadikannya marah. Manakala sebab itu tidak ada, tetapi tetap marah, maka orang dimaksud dianggap di luar kebiasaan, atau tidak masuk akal. Orang berikir ilmiah tidak akan terjebak atau terpengaruh oleh hal-hal yang tidak masuk akal. Informasi, pendapat atau pandangan baru bagi seseorang yang selalu berikir ilmiah tidak segera diterimanya. Mereka akan mencari tahu informasi itu tentang sumbernya, siapa yang membawa, dan kalau perlu diuji terlebih dahulu atas kebenarannya. Begitu pula tatkala menghadapi pandangan atau pendapat, maka seorang yang berpikir ilmiah akan berusaha mendapatkan alasan atau dasar-dasar yang digunakan hingga muncul pandangan atau pendapat itu. Atas sikapnya seperti itu, maka seorang yang berpkir ilmiah dianggap kritis. c. Terbuka: Ia selalu memposisikan diri bagaikan gelas yang terbuka dan masih bisa diisi

kembali. Seorang yang terbuka adalah selalu siap mendapatkan masukan, baik berupa pikiran, pandangan, pendapat dan bahkan juga data atau informasi baru dari manapun asal atau sumbernya. Ia tidak segera menutup diri, bahwa hanya pendapatnya sendiri saja yang benar dan selalu mengabaikan lainnya dari mana pun asalnya. Seseorang yang berpikir ilmiah tidak akan tertutup dan apalagi menutup diri.

d. Selalu berorientasi pada kebenaran, dan bukan pada kalah dan menang: Seorang yang berpikir

ilmiah sanggup merasa kalah tatkala buah pikirannya memang salah. Kekalahan itu tidak dirasakan sebagai sesuatu yang mengecewakan dan menjadikan dirinya merasa rendah. Seorang yang berpikir ilmiah lebih mengedepankan kebenaran daripada sekedar kemenangan. Kebenaran menjadi tujuan utamanya. Oleh karena itu, seseorang yang berpikir ilmiah, dalam suasana apapun harus mampu mengendalikan diri, agar tidak bersikap emosional, subyektif, dan tertutup. Jadi, berpikir ilmiah memiliki ciri-ciri, diantaranya: a. pendapat atau tindakannya melalui penelitian; b. pendapatnya sesuai kebenaran; c. terdapat data-data atau bukti dalam menunjukkan hasilnya; d. tidak berdasarkan perkiraan atau hanya sekedar pendapat

Sarana Berpikir Ilmiah

Sarana berpikir ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuhnya (Salam: 2000). Selain itu, Salam (2000:24) menambahkan bahwa sarana ilmiah merupakan alat yang membantu kita dalam mencapai suatu tujuan tertentu atau sarana ilmiah mempunyai fungsi – fungsi yang khas dalam kaitan kegiatan ilmiah secara menyeluruh.

(5)

Bahasa

Bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia, tanpa bahasa tiada komunikasi. Sebagai sarana komunikasi maka segala yang berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa, seperti berpikir sistematis dalam menggapai ilmu dan pengetahuan. Dengan kemampuan kebahasaan akan terbentang luas cakrawala berpikir seseorang dan tiada batas dunia baginya.

Kemudian Bloch and Trager mengatakan bahwa “a language is a system of arbitrary vocal symbols by means of which a social group cooperates” (bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi). Joseph Broam mengatakan bahwa “a language is a structured system of arbitrary vocal symbols by means of which members of social group interact” (bahasa adalah suatu sistem yang berstrukturdari sibol-simbol bunyi arbiter yang dipergunakan oleh para anggota sesuatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain).

Batasan di atas memerlukan sedikit penjelasan agar tidak terjadi salah paham. Oleh karena itu, perlu diteliti setiap unsur yang terdapat di dalamnya:

 Simbol-simbol

Simbol-simbol berarti things that stand for other things atau sesuatu yang menyatakan sesuatau yang lain. Sebagai contoh adalah awan hitam dan turunnya hujan, di amana awan hitam adalah awal turunnya hujan. Jika dikatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol, hal tersebut mengandung makna bahwa uacapan si pembicara dihubungkan secara simbolis dengan objek-objek ataupun kejadian dalam dunia praktis.

 Simbol-simbol vokal

Simbol-simbol yang membangun ujaran manusia adalah simbol-simbol vokal, yaitu bunyi-bunyi yang urutan-urutan bunyi-bunyinya dihasilkan dari kerjasama berbagai organ atau alat tubuh dengan sistem pernapasan. Tapi tidak semua bunyi yang dihasilkan oleh organ-organ vokal manusia merupakan simbol-simbol bahasa ataupun lambang-lambang kebahasaan. Bersin, dengkur, batuk dan lain sebagainya, biasanya tidak mengandung niai simbolis. Hanya apabila bunyi tersebut mempunyai makna tertentu dalam suatu kelompok sosial tertentu.

 Simbol-simbol vokal arbitrer

Istilah arbitrer di sini bermakna “mana suka” dan tidak perlu ada hubungan yang valid secara filosofis antara ucapan lisan dan arti yang dikandungnya. Misalnya, untuk menyatakan jenis binatang yang disebut Equus Caballus, orang Inggris menyebutnya horse, orang Perancis menyebutnya cheval, orang Indonesia kuda dan orang Arab hison. Semua ini sama tepatnya, sama arbitrernya. Semuanya adalah konvensi sosial yakni sejenis persetujuan yang tidak diucapkan atau kesepakatan secara diam-diam antara sesama anggota masyarakat yang memberi setiap kata makna tertentu.

(6)

Misalnya saja, setiap bahasa beroperasi dengan sejumlah bunyi dasar yang terbatas (dan ciri-ciri fonetik lainnya seperti tekanan kata dan inotasi). Gabungan bunyi dan urutan bunyi membuktikan betapa pentingnya kriteria kecocokan dan permulaan yang teratur rapi.

 Dipergunakan oleh para anggota suatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain.

Bagian ini menyatakan hubungan antara bahasa dan masyarakat. Fungsi bahasa memang sangat penting dalam dunia manusia. Dengan bahasa para anggota masyarakat dapat mengadakan interaksi sosial. Telaah mengenai pola-pola interaksi ini merupakan bagian dari ilmu sosiologi.

 Fungsi Bahasa

Aliran filsafat bahasa dan psikolinguistik melihat fungsi bahasa sebagai sarana untuk

menyampaikan pikiran, perasaan dan emosi, sedangkan aliran sosiolinguistik berpendapat bahwa fungsi bahasa adalah untuk perubahan masyarakat (Bakhtiar: 2004). Menurut Haliday

sebagaimana yang dikutip oleh Thaimah bahwa fungsi bahasa adalah sebagai berikut:

1) Fungsi instrumental: peggunaan bahasa untuk mencapai suatu hal yang bersifat materi seperti makan, minum dan sebagainya.

2) Fungsi regulatoris: penggunaan bahasa untuk memerintah dan perbaikan tingkah laku.

3) Fungsi interaksional: penggunaan bahasa untuk saling mencurahkan perasaan pemikiran antara seseorang dan oraang lain.

4) Fungsi personal: seseorang menggunakan bahasa untuk mencurahkan perasaan dan pikiran. 5) Fungsi heuristik: penggunaan bahasa untuk mencapai mengungkap tabir fenomena dan

keinginan untuk mempelajarinya.

6) Fungsi imajinatif: penggunaan bahasa untuk mengungkapkan imajinasi seseorang dan gambaran-gambaran tentang penemuan seseorang dan tidak sesuai dengan realita (dunia nyata).

7) Fungsi representasional: penggunaan bahasa unuk menggambarkan pemikiran dan wawasan serta menyampaikannya pada orang lain.

Logika

Logika adalah sarana untuk berfikir sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir.

Aturan cara berpikir yang benar, antara lain: 1. Mencintai kebenaran.

(7)

cakrawala/perspektif, berpikir terkotak-kotak, memutlakkan titik berdiri atau suatu profil dan sebagainya.

2. Ketahuilah dengan sadar apa yang anda sedang lakukan/kerjakan.

Kegiatan yang sedang dikerjakan adalah kegiatan berpikir. Seluruh aktivitas intlek kita adalah suatu usaha terus menerus mengerjakan kebenaran yang diselingi dengan diperolehnya pengetahuan tentang kebenaran tetapi bersifat parsial.

3. Ketahuilah dengan sadar apa yang sedang anda katakan.

Pikiran diungkapkan kedalam kata-kata. Kecermatan pikiran terungkap kedalam kecermatan kata-kata, karenanya kecermatan ungkapan pikiran kedalam kata merupakan sesuatu yang tidak boleh ditawar lagi.

4. Buatlah distingsi (pembedaan) dan pembagian (klasifikasi) yang semestinya.

Jika ada dua hal yang tidak memiliki bentuk yang sama, hal itu jelas berbeda, tetapi banyak kejadian di mana dua hal atau lebih menpunyai bentuk sama, namun tidak identik. Disinilah perlunya membuat distingsi, suatu berbedaan.

5. Cintailah definisi yang tepat.

Penggunaan bahasa sebagai ungkapan sesuatu kemungkinan tidak ditangkap sebagaimana yang di ungkapkan atau yang dimaksud. Karenanya jangan segan membuat definisi. Definisi harus diburu hingga tertangkap. Definisi adalah pembatasan yakni membuat jelas batas-batas sesuatu.

6. Ketahuilah dengan sadar mengapa anda menyimpulkan sesuatu

Ketahuilah mengapa anda berkata begini atau begitu. Anda harus bisa dan biasa melihat asumsi-asumsi, imflikasi-imflikasi, dan konsekuensi-konsekuensi dari suatu penuturan. Pernyatan atau kesimpulan yang dibuat.

Matematika

Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “artificial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati. Alfred North Whitehead mengatakan bahwa “x itu sama sekali tidak berarti”.

(8)

ilmu. Ilmu memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak yang memungkinkan pemecahan masalah secara tepat dan cermat.

Contohnya, menghitung kecepatan jalan kaki seseorang anak. Maka objek “kecepatan jalan kaki seorang anak” kita lambangkan X, “jarak tempuh seorang anak” kita lambangkan Y, “waktu berjalan kaki seorang anak” kita lambangkan Z, maka kita dapat melambangkan hubungan tersebut sebagai Z=Y/X. Pernyataan Z=X/Y kiranya jelas tidak mempunyai konotasi emosional dan hanya mengemukakan informasi mengenai hubungan antara X, Y dan Z. Dalam hal ini pernyataan matematika mempunyai sifat yang jelas, spesifik dan informatif dengan tidak menimbulkan konotasi yang tidak bersifat emosional.

Secara deduktif, matematika menemukan pengetahuan yang baru berdasarkan premis-premis tertentu, walaupun pengetahuan yang ditemukan ini sebenarnya bukanlah konsekuensi dari pernyataan-pernyataan ilmiah yang kita telah temukan sebelumnya. Meskipun “tak pernah ada kejutan dalam logika” (Ludwig Wittgenstein), namun pengetahuan yang didapatkan secara deduktif sangat berguna dan memberikan kejutan yang sangat menyenangkan. Dari beberapa premis yang kita telah ketahui, kebenarannya dapat diketemukan pengetahuan-pengetahuan lainnya yang memperkaya perbendaharaan ilmiah kita.

Statistika

Statistik diartikan sebagai keterangan-keterangan yang dibutuhkan oleh negara dan berguna bagi negara.

Secara etimologi, kata statistik berasal dari kata “status” (latin) yang punya persamaan arti dengan “state” (bahasa inggris) dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah Negara. Pada mulanya statistic diartikan sebagai kumpulan bahan keterangan (data), baik yang berwujud angka (data kuantitatif) maupun yang tidak berwujud (data kualitatif), yang mempunyai arti penting dan kegunaan yang besar bagi suatu Negara. Perkembangannya, arti kata statistic hanya dibatasi pada kumpulan bahan keterangan yang berwujud angka (data kuantitatif) saja.

Secara terminologi, dewasa ini istilah statistik terkandung berbagai macam pengertian :

1. Statistik kadang diberi pengertian sebagai data tatistik yaitu kumpulan bahan keterangan

berupa angka atau bilangan.

(9)

3. Metode statistik yaitu cara-cara tertentu yang perlu ditempuh dalam rangka mengumpulkan,

menyusun atau mengatur, menyajikan menganalisis dan memberikan interpretasi terhadap sekumpulan bahan keterangan yang berupa angka itu dapat berbicara atau dapat memberikan pengertian makna tertentu.

4. Ilmu statistik adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari dan memperkembangkan secara

ilmiah tahap-tahap yang ada dalam kegiatan statistik. Adapun metode dan prodesur yang perlu ditempuh atau dipergunakan dalam rangka:

a.Pengumpulan data angka

b.Penyusunan atau pengaturan data angka

c.Penyajian atau penggambaran atau pelukisan data angka d.Penganalisaan terhadap data angka

e.Penarikan kesimpulan (conclusion) f.Pembuatan perkiraan (estimation)

g.Penyusunan ramalan (prediction) secara ilmiah

Dalam kamus ilmiah popular, kata statistik berarti table, grafik, data informasi, angka-angka, informasi. Sedangkan kata statistika berarti ilmu pengumpulan, analisis dan klarifikasi data, angka sebagai dasar untuk induksi. Jadi statistika merupakan sekumpulan metode untuk membuat keputusan yang bijaksana dalam keadaan yang tidak menentu.

Peranan Statistika

Statiska bukan merupakan sekumpulan pengetahuan mengenai objek tertentu melainkan merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh pengetahuan. Metode keilmuan, sejauh apa yang menyangkut metode, sebenarnya tak lebih dari apa yang dilakukan seseorang dalam mempergunakan pikiran-pikiran tanpa ada sesuatu pun yang membatasinya.

Untuk mempercepat perkembangan kegiatan keilmuan di negara kita maka penguasaan berpikir induktif dengan statistika sebagai alat berpikirnya harus mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh. Dalam perjalanan sejarah, statistika memang sering mendapat tempat yang kurang layak. Statistika sebagai disiplin keilmuwan sering dikacaukan dengan statistika yang berupa data yang dikumpulkan.

(10)

untuk mengeneralisasikan dan menyimpulkan karakteristik suatu kejadian secara lebih pasti dan bukan terjadi secara kebetulan.

C. Daftar Pustaka

 http://eghaalifaputra.blogspot.co.id/2015/12/sarana-berpikir-ilmiah.html

 https://www.academia.edu/9523443/MAKALAH_SARANA_BERPIKIR_ILMIAH_t

ampil

Referensi

Dokumen terkait

Dari blok diagram di atas terlihat bahwa variabel bebas yang paling berpengaruh dalam ekstraksi oleoresin jahe secara batch ini adalah waktu ekstraksi, diikuti

Untuk itu, dilakukan suatu peneliti tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share terhadap hasil belajar, dengan rumusan masalah 1 Apakah hasil belajar siswa

Belajar dalam pembelajaran Contextual Teaching and Learning dipandang sebagai upaya guru yang bisa mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu dan mengarahkan

Mahasiswa dapat memahami tentang kegunaan ilmu sculpture dalam desain produk sebagai. acuan bentuk dan

den#an baik, seper n baik, seperti pemelih ti pemeliharaan dan perem araan dan perema1aan a1aan alat alat medis alat alat medis, in house , in house trainin# atau seminar dan

Gambar 14.2 sama halnya dengan 14.1, hanya pada awal waktu jaringan adhoc multi-hop (5 node) terjadi peningkatan throughput (flow-1 dan flow-2), selebihnya hingga

 Bercak merah yang halus pada lidah  Sering disertai angular cheilitis.  Selain pada lidah, inflamasi dapat terjadi pada bibir

Hasil diskusi ini kemudian kita interpretasikan atau pertalikan dengan struktur pengetahuan yang telah mapan, sehingga kita dapat memunculkan teori atau paradigma baru. Hasil