MAKALAH
Hubungan antara hukum dagang internasional &
hukum ekonomi internasiona
Oleh:
Josias huki marga kiha
Nim :312014135
Program Studi ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
Pendahulian
Dalam perdagangan internasional akan tampak secara umum bahwa suatu negara akan mengimpor komoditas yang tidak dihasilkannya, dan
mengekspor komoditas yang jumlah hasil produksinya melebihi kebutuhan pasar utamanya pasar domestik. Jika proses ini berlangsung secara alami maka akan nampak tercipta satu keteraturan dalam pembagian kerja internasional. Jika setiap negara mempertahankan tingkat kebutuhan dan tingkat produksinya. Akan tetapi seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era-modernisasi dan tuntutan
peningkatan standar hidup masyarakat dunia, menyebabkan keteraturan ini tidak mungkin tercipta secara ketat dalam suatu perekonomian dunia
tunggal.
Hukum perdagangan internasional merupakan bidang hukum yang
berkembang cepat. Ruang lingkup bidang hukum ini cukup luas. Hubungan– hubungan dagang yang sifatnya lintas batas dapat mencakup banyak
jenisnya, dari bentuknya yang sederhana, yaitu dari barter, jual beli barang atau komoditi hingga hubungan atau transaksi dagang yang kompleks. Kompleksnya hubungan atau transaksi dagang internasional ini paling tidak disebabkan oleh adanya jasa teknologi (khususnya teknologi informasi ) sehingga transaksi-transaksi dagang semakin berlangsung cepat. Batas-batas Negara bukan lagi menjadi halangan dalam bertransaksi.
Ada dua pendekatan yang memungkinkan untuk merumuskan defenisi hukum ekonomi internasional. Pertama, pendekatan yang didasarkan pada asal hukum (norma) yang mengaturnya; dan kedua, mendasarkan kepada objek dari hukum internasional. Menurut sarjana Jerman, Elder, pendekatan yang tepat adalah yang kedua. Berarti bahwa hukum nasioanal, hukum perdata dan hukum publik mengenai hubungan-hubungan 2 ekonomi internasional publik merupakan hukum ekonomi internasional. Kemudian pendekatan yang dikemukan oleh John H. Jackson, beliau beranggapan bahwa: “international economic Law could be defined as inculding all legal subjects which have both an international and an economic component.” Pengertiannya yaitu bahwa hukum ekonomi internasional adalah semua subjek hukum yang memiliki unsur internasional dan unsur ekonomi.
Dalam pengaturan nasional, regional dan dunia hubunganhubungan ekonomi transnasional acapkali dibedakan antara 5 kategori utama
transaksi-transaksi internasional:
pergerakan barang-barang secara lintas batas negara (international movement of goods) atau biasa disebut dengan perdagangan
internasional dibidang barang;
pergerakan jasa-jasa secara lintas batas negara atau biasa disebut
pergerakan orang-orang yang melintasi batas-batas negara
(international movement of persons), misalnya kebebasan bekerja bagi orang atau badan hukum di negara lain;
pergerakan internasional modal yang mensyaratkan investor-investor
asing untuk dapat mengawasi secara langsung modalnya; dan
pembayaran internasional dalam transaksi-transaksi ekonomi tersebut diatas yang biasanya menyangkut tukar menukar mata uang
asing(foreign exchange transactions).
Bab 2
ISI
Prinsip-prinsip hukum dagang internasional
Prinsip-prinsip dasar (fundamental principles) yang dikenal dalam hukum perdagangan internasional diperkenalkan oleh sarjana hukum perdagangan internasional Profesor Aleksancer Goldštajn. Beliau memperkenalkan 3 (tiga) prinsip dasar tersebut, yaitu (1) prinsip kebebasan para pihak dalam
berkontrak (the principle of the freedom of contract); (2) prinsip pacta sunt servanda; dan (3) prinsip penggunaan arbitrase.
1. Prinsip Dasar Kebebasan Berkontrak adalah prinsip universal dalam hukum perdagangan internasional. Setiap sistem hukum pada bidang hukum dagang mengakui kebebasan para pihak ini untuk membuat kontrak-kontrak dagang (internasional).
2. Prinsip Dasar Pacta Sunt Servanda adalah prinsip yang mengisyaratkan bahwa kesepakatan atau kontrak yang telah ditandatangani harus
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya (dengan itikad baik). Prinsip ini pun sifatnya universal. Setiap sistem hukum di dunia menghormati prinsip ini. 3. Prinsip Dasar Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase
Arbitrase dalam perdagangan internasional adalah forum penyelesaian sengketa yang semakin umum digunakan.
Prinsip standard minimum (minimum standard) Prinsip perlakuan sama (identical treatment) Prinsip perlakuan nasional (national treatment)
Prinsip dasar atau klausul ‘most favoured nation’ (MFN) Prinsi menahan diri untuk tidak merugikan Negara lain
Prinsip tindakan pengamanan: klusul penyelamat (safeguards and
escape clause)
Prinsip preferensi bagi Negara sedang berkembang Prinsip penyelesaian sengketa secara damai
Prinsip kedaulatan Negara atas kekayaan alam, kemakmuran, dan
kehidupan ekonominya
Prinsip kerja sama international.
Dalam perkembangan hubungan antra bangsa di dunia seiring
perkembangan ekonomi internasional maka perdagangan internasional adalah satu bentuk hubungan yang cenderung tetap dan konsisten
dilakukan. Seiring dengan semakin beranekaragamnya kebutuhan manusia yang terus meningkat, maka interdependensi antar bangsa dalam pasar perekonomian dunia pun terus meningkat. Hal ini telah menunjukkan suatu nuansa baru pada hubungan antar negara dalam komunitas dunia.
Perdagangan internasional sebagai salah satu bagian dari kegiatan ekonomi atau kegiatan bisnis, dalam dekade terakhir ini menunjukkan perkembangan yang sangat pesat, ditengah semakin meningkatnya perhatian dunia usaha terhadap kegiatan bisnis internasional.
Fenomena ini dapat dicermati dari semakin berkembangnya arus peredaran barang, jasa, modal dan tenaga kerja antarnegara, serta berkembangnya kegiatan bisnis melalui hubungan ekspor impor, investasi, perdagangan jasa, lisensi dan waralaba (license and franchise), hak atas kekayaan intelektual serta berbagai jenis perdagangan internasional lainnya.
Perdagangan internasional telah men “drive” perdagangan dalam negeri untuk bertransformasi menjadi perdagangan global, di mana seluruh dunia adalah pasar global, globalisasi berarti bahwa arus barang, jasa, modal, teknologi dan orang menyebar di seluruh dunia, Unsur inti dari globalisasi adalah ekspansi perdagangan dunia melalui penghapusan atau pengurangan hambatan perdagangan, seperti tarif impor.
Ekonomi "globalisasi" sebagai hasil dari perdagangan internasional adalah proses sejarah, hasil dari inovasi manusia dan kemajuan teknologi. Hal ini mengacu pada peningkatan integrasi ekonomi seluruh dunia, terutama melalui pergerakan barang, jasa, dan modal lintas batas. Istilah ini kadang-kadang juga mengacu pada pergerakan manusia (tenaga kerja) dan
pengetahuan (teknologi) melintasi perbatasan internasional.
Ada berbagai alasan mengapa negara atau sebjek hukum (pelaku
perdagangan internasional adalah tulang punggung bagi negara untuk menjadi makmur, sejahtera dan kuat. Hal ini sudah terbukti dalam perjalanan sejarah perkembangan dunia.
Liberalisasi perdagangan internasional mulai mengalami pertumbuhan yang sangat pesat pada abad ke-19 sehingga memberikan keuntungan dalam bidang ekonomi di Eropa.Tetapi kebebasan perdagangan tersebut belum dapat dinikmati oleh bangsa lainnya diluar Eropa, terutama di Asia dan Afrika. Hal ini disebabkan karena waktu itu Asia dan Afrika merupakan wilayah kolonial atau jajahan negara-negara Eropa, sehingga dalam sektor perdagangan, bangsa Asia dan Afrika tidak mendapatkan kesempatan dan kebebasan yang sama seperti bangsa Eropa. Dengan demikian yang
memegang kekuasaan ekonomi maupun politik pada periode liberal ini adalah bangsa Eropa, sebaliknya bangsa Asia dan Afrika tidak mempuanyai kekuasaan dan politik di negerinya sendiri.
Timbulnya kebebasan dalam melaksanakan perdagangan antar negara atau disebut dengan perdagangan internasional termotivasi oleh paham dan teori yang dikemukakan oleh Adam Smith dalam bukunya berjudul “The Wealth of Nation”, yang menyatakan bahwa kesejahteraan masyarakat suatu negara justru akan semakin meningkat, jika perdagangan internasional dilakukan dalam pasar bebas dan intervensi pemerintah dilakukan seminimal mungkin.
Kebijakan dalam rangka liberalisasi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu yang dilakukan secara global dan unilateral, dan yang dilakukan secara bilateral atau regional. Kebijakan yang berlaku global berkaitan dengan kesepakatan yang diputuskan di WTO dan yang unilateral adalah kebijakan yang secara sepihak dilaksanakan oleh negara tersebut. Kebijakan regional atau bilateral adalah kebijakan yang dilaksanakan berdasarkan pada
kesepakatan secara bilateral atau regional yang biasanya berada dalam suatu perjanjian perdagangan baik bilateral maupun regional.
Tahun 1995 menjadi sebuah babak baru dalam perekonomian internasional. Pada tahun ini, dibentuklah organisasi perdagangan yang lebih formal
yakni World Trade Organization (WTO). Dibentuknya WTO ini sekaligus
menggantikan rezim perdagangan lama yaitu General Agreements on Tariffs and Trade (GATT) yang telah berjalan sejak 1947. Perubahan rezim
perdagangan ini tentu menimbulkan dampak terhadap perekonomian
internasional secara umum. Sebagai sebuah organisasi, WTO lebih memiliki legalitas dan aturan yang lebih jelas serta mengikat. Berikut merupakan ulasan dari proses terbentuknya WTO dan keberadaannya sebagai organisasi perdagangan internasional.
Suatu negara akan memperoleh keuntungan konsumsi dan produksi melalui perdagangan internasional. negara-negara dimungkinkan mengkonsumsi barang-barang dan jasa yang lebih murah melalui impor, bahkan untuk barang dan jasa yang tidak bisa diproduksi di dalam negeri suatu negara, karena produsen di dalam negeri tidak mampu menyediakannya atau memasoknya. Sehingga melalui perdagangan internasional suatu negara dapat meningkatkan efisiensi dalam berproduksi dengan cara mendorong pengalokasian kembali sumber daya, mengalihkan dari sector ekonomi yang lebih baik dan mengimpor ke sector dimana negara tersebut mempunyai keuntungan komparatif dibandingkan negara lain.
Dalam perkembangan hubungan antra bangsa di dunia seiring
perkembangan ekonomi internasional maka perdagangan internasional adalah satu bentuk hubungan yang cenderung tetap dan konsisten