• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR KEJADI AN PREEKLAMSI DIPUSKESMAS KARANG RAYUNG - GROBONGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FAKTOR KEJADI AN PREEKLAMSI DIPUSKESMAS KARANG RAYUNG - GROBONGAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR KEJADIAN PREEKLAMSI

DIPUSKESMAS KARANG RAYUNG - GROBONGAN Sehmawati

Candra Purnamasari

Akademi Kebidanan An Nur Purwodadi watisehma@yahoo.com

A Characteristics Description of Pregnant Women With Preeclamsia At Puskesmas Karangrayung 1

ABSTRACT

Background of the study: Peeclamsia is the highest pregnancy complication at Puskesmas Karangrayung I in 2016.

The objective of the study is to know the characteristics description of pregnant women with preeclamsia including age, parity, and hypertension history.

Research method: this is a descriptive qualitative research in which it only takes a look at the characteristics description of pregnant women with preeclamsia. The research samples are 63 pregnant women with preeclamsia at Puskesmas Karangrayung I - Grobogan.

The results of the research are as follows. Based on the age category, there are 55.6% out of 63 pregnant women aged less than 20 years old and more than 35 years old, whereas those pregnant ranged 20 up to 35 years old are 44.4%. Meanwhile, based on the parity, there are 52.4 % of primigravida and 47.3 % of multrigravida. The last, there are 58.7 % of pregnant women with hypertension history and the rest of them, that is 41.3 % don’t have it.

Keyword: pregnant women, preeclamsia.

PENDAHULUAN

Preeklamsi merupakan komplikasi kehamilan dan persalinan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah, protein urine, dan oedema, yang kadang-kadng disertai komplikasi sampai koma. Sindroma preeklamsia ringan seperti hipertensi, oedema, dan protein urine sering tidak diperhatikan, sehingga tanpa disadari dalam waktu singkat dapat timbul preeklamsia berat, bahkan eklamsia (Prawiroharjo, 2002).

Preeklamsi atau toksemia preeklamik

(preeclamptic toxaemia, PET) adalah

penyebab utama mortalitas dan morbiditas ibu dan janin. Preeklamsi adalah sindrom yang ditandai dengan hipertensi dan protein urine yang baru muncul di trimester kedua kehamilan yang selalu pulih di periode postnatal (S.Elizabeth Robson, Jason Waugh,2002)

Angka kematian ibu di dunia mencapai 529.000 per tahun, dengan rasio

400 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup dimana 12% dari kematian ibu disebabkan oleh preeklamsia.Preeklamsi merupakan masalah kesehatan yang memerlukan perhatian khusus, karena preeklamsia adalah penyebab kematian ibu hamil dan perinatal yang tinggi terutama di Negara berkembang.karena angka kejadian preeklamsitetap tinggi dan mengakibatkan angka morbilitas dan eklamsia adalah 2,8% dari kehamilan di Negara berkembang, dan 0,6% dari kehamilan di Negara maju (WHO,2005).

(2)

intravascular coagulation (DIC) yang memiliki prognosis buruk. (Benson, 2009). Preeklamsia adalah gejala terjadinya hipertensi pada masa kehamilan.Kondisi ini tidak hanya membahayakan nyawa ibu dan janin, sarwono, 2008).

Tanda-tanda preeklamsi timbul adanya pertambahan berat badan yang berlebihan,diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada preeklamsi ringan ditandai dengan gejala meningkatnya tekanan darah yang mendadak (sebelum hamil tekanan darah normal) 140/90 mmHg dan adanya protein urine +1 atau +2 dan terjadi pada usia kehamilan diatas 20 minggu (Wibisono dan Dewi, 2009). Sedangkan pada preeklamsi berat didapatkan sakit kepala di daerah frontal, skotoma, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di epigastrium, mual atau muntah (Wiknjosastro, 2007). Preeklamsia berat terjadi bila ibu dengan preeklamsia ringan tidak dirawat, ditangani dan diobati dengan benar. Preeklamsia berat bila tidak ditangani dengan benar akan terjadi kejang-kejang menjadi eklamsia (Bandiyah, 2010).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya preeklamia adalah faktor predisposisi yaitu Nulipara, usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, peningkatan indeks massa tubuh, primipara (ibu yang melahirkan pertama kali), ukuran plasenta yang besar, ibu yang merokok, primigravida muda, distensi rahim yang berlebihan, adanya riwayat preeklamsia, riwayat hipertensi, kehamilan ganda, dan penyakit yang menyertai kehamilan seperti diabetes militus dan kegemukan (Rozikhan, 2007).

Sindrom preeklamsi dapat dicegah dan dideteksi secara dini. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan yang secara rutin

Provinsi Jawa Tengah untuk AKI pada tahun 2007sebanyak 228 per 100.000 kelahiran hidup.Sedangkan pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 116,34 per 100.000 kelahiran hidup (profil kesehatan kab/kota 2012). Jawa tengah merupakan provinsi dengan jumlah AKI terbanyak kedua di Indonesia.Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Grobogan angka kematian ibu maternal pada tahun 2015 sebanyak 149,92 per 100.000 kelahiran hidup dengan 33 kasus. Sedangkan pada tahun 2016 mengalami penurunan sebanyak 28 kasus per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan 4 kasus, infeksi 1 kasus, hipertensi dalam kehamilan 11 kasus, dan lain-lain 12 kasus.Dari jumlah ibu hamil di kabupaten grobogan sebanyak 23.059 jiwa, jumlah komplikasi obstetri di kabupaten grobogan sebanyak 6.888 jiwa (Dinkes Grobogan,2016).

Dilihat dari data diatas bawasannya salah satu penyebab kematian ibu disebabkan oleh preeklamsi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mengetahui Gambaran faktor-faktor ibu hamil dengan preeklamsia. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi untuk mengetahui faktor-faktor kejadian preeklamsi pada ibu hamil.

METODE

(3)

HASIL PENELITIAN

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ibu hamil dengan kejadian preeklamsia.

Umur Frekuensi

N Presentase (%)

<20 tahun dan >35 tahun 35 55,6

20-35 tahun 28 44,4

Jumlah 63 100.0

Berdasarkan tabel 4.1 diatas, dapat diketahui bahwa umur ibu hamil <20 tahun dan >35 tahun sebanyak 35 responden (55,5%), umur ibu hamil 20-35 tahun sebanyak 28 responden (44,4%). Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ibu hamil dari 63 responden sebagian besar ibu berumur<20 tahun dan >35 tahun, yaitu 35 responden (55,6%).

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan paritas ibu hamil dengan kejadian preeklamsia.

Paritas Frekuensi

N Presentase (%)

Primigravida 33 52,4

Multigravida 30 47,6

Jumlah 63 100,00

Berdasarkan tabel 4.4 diatas, dapat diketahui bahwa Paritas ibu hamil Primigravida sebanyak 33 responden (52,4%), Multigravida ibu hamil sebanyak 30 responden (47,6%)

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Paritas ibu hamil dari 63 responden sebagian besar ibu primigravida, yaitu 33 responden (52,4%).

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan riwayat hipertensi ibu hamil dengan kejadian preeklamsia.

Riyawat Hipertensi Frekuensi

N Presentase (%)

Ada Riwayat 37 58,7

Tidak Ada Riwayat 26 41,3

Jumlah 63 100.00

Berdasarkan tabel 4.5 diatas, dapat diketahui bahwa riwayat hipertensi ibu hamil, Ada Riwayat hipertensi 37 responden (58,7%) Tidak ada riwayat hipertensi 26 responden (41,3%).

(4)

PEMBAHASAN

Preeklamsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menunjukan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih (Rustam Muctar, 1998).

Penelitian ini terdapat beberapa karakteristik responden yaitu umur, paritas, dan riwayat hipertensi. Pada karakteristik umur ibu hamil dan sebagian besar responden berumur antara <20 tahun dan >35 tahun yaitu sebanyak 35 responden (55,6%). Berdasarkan karakteristik paritas ibu hamil sebagian besar responden primigravida yaitu 33 responden (52,4%). Berdasarkan karakteristik riwayat hipertensi pada ibu hamil sebagian besar responden mempunyai riwayat hipertensi yaitu 37 responden (58,7%).

a. Usia

Responden yang usia <20 tahun dan >35 tahun lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah responden usia 20-35tahun yaitu 35 responden (55,6%) dan 28 responden (44,4%). Masturoh (2014) pada penelitian tentang analisis faktor resiko status kesehatan ibu terhadap kejadian preeklamsia di kabupaten tegal, hasil penelitian menunjukn bahwa ibu hamil dengan usia <20 tahun dan >35 tahun mempunyai resiko terjai preeklamsia 7,9 kali dibanding ibu hamil dengan usia reproduksi sehat (20-35 tahun). Lamminpaa (2012) pada penelitiannya di finland juga mengungkapkan bahwa preeklamsia lebih dipengaruhi oleh usia ibu. Ibu

Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Usia 20-30 tahun adalah periode paling aman untuk hamil atau melahirkan, faktor usia berpengaruhi terhadap terjadinya preeklamsia. Pada penelitian yang dilakukan oleh Lie dkk pada tahun 2008 mengemukakan bahwa wanita diatas usia 35 tahun memiliki resiko tiga hingga empat kali lipat lebih tinggi untuk menderita preeklamsia. Hal ini mungkin saja disebabkan oleh adanya hipertensi kronis pada wanita yang lebih tua akibat dari faktor penuaan pada pembuluh darah.

b. Paritas

Penelitian ini menujukan bahwa jumlah paritas primigravida menunjukan kejadian terbanyak preeklamsia dibandingkan multigravida yaitu 33 responden (52,4%) dan 30 responden (47,6%). Ibu primigravida lebih beresiko mengalami preeklamsia atau lebih dikenal dengan keracunan kehamilan sering terjadi dikarenakan antibody ibu tidak sempurna menerima antigen plasenta hal ini dkarenakan proses pertama dalam tubuh mengalami kehamilan. Hasil penelitian lain oleh penelitian Sri Kayati (2014) mengungkapkan bahwa ibu hamil dengan primigravida mempunyai resiko terjadi preeklamsia 1,6 kali dibandingkan dengan multigravia.

Penelitian masturoh

(5)

terkena preeklamsia/eklamsia (Manuaba,2007)

c. Riwayat Hipertensi

Dari karakteristik riwayat hipertensi sebagian besar responden ibu yang tidak ada riwayat hipertensi sebanyak 26 responden (41,3%) dan yang mempunyai riwayat hipertensi yaitu 37 responden (58,7%). Hipertensi atau penyakit darah tinggi terjadi karena adanya pembuluh darah yang menegang sehingga membuat tekanan darah meningkat. Bila dilakukan pemeriksaan laboratorium, akan ditemui adanya protein yang tinggi dalam urinnya. Tekanan darah bisa mencapai 140/90 mmHg (Puji Ichtiari, 2005).

Menurut Michael L. Callaham, dkk (261) riwayat menderita hipertensi merupakan faktor risiko terjadinya preeklamsia pada preeklamsia hipertensi biasanya timbul lebih dahulu daripada tanda-tanda lain.

Tanda-tanda preeklamsi timbul adanya pertambahan berat badan yang berlebihan,diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada preeklamsi ringan ditandai dengan gejala meningkatnya tekanan darah yang mendadak (sebelum hamil tekanan darah normal) 140/90 mmHg dan adanya protein urine +1 atau +2 dan terjadi pada usia kehamilan diatas 20 minggu (Wibisono dan Dewi, 2009). Sedangkan pada preeklamsi berat didapatkan sakit kepala di daerah frontal, skotoma, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di epigastrium, mual atau muntah (Wiknjosastro, 2007). Preeklamsia berat terjadi bila ibu dengan preeklamsia ringan tidak dirawat, ditangani dan diobati dengan benar. Preeklamsia berat bila tidak ditangani dengan benar akan terjadi kejang-kejang menjadi eklamsia (Bandiyah, 2010).

Sindrom preeklamsi dapat dicegah dan dideteksi secara dini. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan yang secara rutin mencari tanda-tanda preeklamsia,

sangat penting dalam usaha pencegahan preeklamsia berat dan eklamsia. Ibu hamil yang mengalami preeklamsi perlu ditangani dengan segera. Penanganan ini dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak (Prawiroharjo, 2002).

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Karakteristik ibu hamil dengan preeklamsia, dilakukan terhadap 37 respoden di puskesmas karangrayung 1, kecamatan karangrayung, kabupaten grobogan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Faktor-faktor ibu hamil yang mengalami preeklamsia dari 63 responden dilihat dari faktor Umur, Paritas dan Riwayat Hipertensi. 2. Ibu hamil yang mengalami

preeklamsia sebanyak 63 responden dilihat dari faktor usia terdapat 55,6% usia <20 tahun dan >35 tahun, sedangkan 44,4% ibu hamil yang mengalami preeklamsia pada usia reproduksi yaitu 20-35 tahun.

3. Ibu hamil yang mengalami preeklamsia sebanyak 63 responden dilihat dari faktor paritas terdapat paritas sebanyak 52,4% dan multigravida 47,6%.

4. Ibu hamil yang mengalami preeklamsia sebanyak 63 responden dilihat dari faktor riwayat hipertensi terdapat ibu hamil yang mempunyai riwayat hipertensi sebanyak 58,7% dan yang tidak mempunyai riwayat hipertensi sebanyak 41,3%.

B. Saran

1. Bagi tenaga kesehatan

Meningkatkan pelayanan berupa penyuluhan sehingga menurunkan kasus preeklamsia pada ibu hamil 2. Bagi peneliti selanjutnya

(6)

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat melanjutkan penelitian Menghubungkan antar faktor-faktor dengan preeklamsia

DAFTAR PUSTAKA

1. Ariani Ayu Putri. 2014.Metode Penelitian

Kesehatan Reproduksi. Edisi

Pertama. Nuha Medika.

2. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2012. Profil Kesehatan Jawa TengahTahun 2012. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Jakarta 3. Kusmiyati Yuni, et al. 2009. Perawatan

Ibu Hamil. Edisi ketiga. Fitri Maya. Yogyakarta

4. Martaadisoebrata, et al. 2013. Obstetri Patologi. Edisi ketiga. Penerbit Buku Kedokteran. EGC ; Jakarta

5. Margareth dan Sukarni. 2013. Kehamilan Persalinan dan Nifas. Nuha Medika. Yogyakarta

6. Marmi et al, 2015. Asuhan Kebidanan Patologi. Edisi Ketiga. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

7. Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan . Edisi Pertama. Rineka Cipta. Jakarta

8. Prawiroharjo S. 2010. Ilmu Kebidanan.Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo ; Jakarta

9. Prawiroharjo S. 2011. Ilmu Kandungan. Edisi Ketiga. PT.Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta 10.Priyati. 2008. Karakteristik ibu hamil

dengan preeklamsia-eklamsia. Journal Karakteristik ibu hamil dengan preeklamsia-eklamsia. Kediri 11.Rozikhan. 2007. Faktor-faktor resiko

13.Rukiyah dan Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan Patologi. Edisi Revisi . Trans Info Media, Jakarta

14.Saifudin AB. 2009. Buku Acuan Kesehatan Maternal dan Neonatal. PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo ; Jakarta

15.Sukarni dan Sudarti. 2014. Patologi : Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Neonatus Resiko Tinggi. Edisi Pertama. Nuha Medika ;Yogyakarta 16.WHO. Maternal Mortality. Diunduh dari

http://.who.int/mediacentre/factsheets /fs348/en/

17.Faizah B R, Yanti, Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Kejadian Preeklamsia di RSUI Yaksi Sragen, Jurnal Kebidnaan, 2011.

Diunduh dari :

http://journal.akbideub.ac.id/indekph p/jkeb/article/view/83

Referensi

Dokumen terkait

Sikap mahasiswa (ATT), persepsi mereka terhadap tekanan sosial (SN), dan persepsi mereka terhadap kemudahan mewujudkan perilaku (PBC) berkaitan dengan penggunaan

Penelitian beban iklan terhadap tax avoidance dikakukan dalam perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman tahun 2015- 2018 menyatakan tidak berpengaruh dikarenakan

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) upaya layanan bimbingan konseling Islam yang dilakukan guru konselor untuk menyadarkan perilaku merokok pada siswa di SMP Negeri 5

Dari Bendung Cuiug diperoleh pertumbuhan panjang kaiapas alami sebesar 2,5 mm/2 minggu (Kesuma 1981), sedangkan dari Situ Ciburuy diperoleh sebesar 3,6 mm/2 minggu (Andi 1983);

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Selain dari beberapa karya di atas, Fazlur Rahman pernah menulis artikel yang berjudul “Iqbal in Modern Muslim Thoght” Rahman mencoba melakukan survei terhadap

Varriabel Kepuasan Konsumen Variabel kepuasan konsumen berpengaruh positif dan memiliki pengeruh yang lebih dominan terhadap intensi hunian ulang dengan koefisien regresi