• Tidak ada hasil yang ditemukan

12 PENGARUH TEKNIK BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN SEKRET PADA PASIEN TB PARU (STUDI EKSPERIMENTAL DI POLI PARU RSUD UNIT SWADANA PARE KABUPATEN KEDIRI TAHUN 2008)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "12 PENGARUH TEKNIK BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN SEKRET PADA PASIEN TB PARU (STUDI EKSPERIMENTAL DI POLI PARU RSUD UNIT SWADANA PARE KABUPATEN KEDIRI TAHUN 2008)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TEKNIK BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN

SEKRET PADA PASIEN TB PARU (STUDI EKSPERIMENTAL DI POLI PARU

RSUD UNIT SWADANA PARE KABUPATEN KEDIRI TAHUN 2008)

Susilowati*, Dwi Kristiani** *) Dosen Akper Pamenang Pare–Kediri

**) Perawat RSUD Pare Kediri

Effective cough technique is an action to clearance the airway from secretion and mucus Effective cough technique especially conducted to the patient with Tuberculosis who had problem on expenditure of airway secretion. Various means have been conducted to lessen to heaping of secretion by deep breathing technique and effective cough technique/ maneuver. Intention of this research is to know is there any influence the effective cough technique to expenditure of airway secretion at patient with lung tuberculosis in Pulmonology clinic of Pare Public Hospital (RSUD Pare) Kediri in 2008.

Design of this study was pre experimental design with post test only design. Object of the study was all patient with lung tuberculosis who experienced problems in airway secretion expenditure at pulmonology clinic of RSUD Pare. Total population of the study was 38 patients. Sampling technique used was consecutive sampling and the sample size was 34 patients. Data had been collected by using observation sheet before and after conducted by effective cough technique from March,10th to March,18th 2008. Then data analyzed descriptively .

Result of research indicate that there is influence of effective cough technique to expenditure of airway secretion at patient with pulmonal tuberculosis in Pulmonolical clinic of Pare Public Hospital. It Showed that result of before technique cough effective equal to 38,2% and after technique cough effective equal to 70,6% its meaning of H1 accepted there is influence of effective cough technique to expenditure of airway secretion at patient with Pulmonal tuberculosis.

Based on the result of the research, it is suggested to nurse to improve in effective cough teaching to the patient with pulmonal tuberculosis to lessen the presence of airway secretion of lung tissue.

Keyword : Effective Cough Technique, Expendicture of secret, Tuberculosis

Latar Belakang

Di Indonesia penyakit Tuberculosis Paru

merupakan suatu masalah utama kesehatan

masyarakat yang sejak dahulu sudah ada dan tersebar diseluruh Nusantara. (2007, www.TbcIndonesia.or.id

). Tuberculosis Paru itu sendiri merupakan penyakit

menular yang disebabkan oleh Mycobacterium

Tuberculosis yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau diberbagai orgam tubuh lainnya serta mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi. (H. Tobrani, 1996). Pada penderita Tuberculosis paru sekret yang dikeluarkan terus-menerus menyebabkan batuk menjadi lebih dalam dan sangat mengganggu penderita pada waktu siang maupun malam hari. (Alsagaff, 2002). Sekret ini dapat dikeluarkan dengan maksimal melalui cara batuk efektif. Namun

kenyataannya banyak penderita Tuberculosis paru

batuk dengan cara yang inefisien dan

membahayakan. Batuk degnan cara ini akan

menimbulkan reaksi rangsang batuk yang terus-menerus. Tekanan di paru-paru meninggi sekali, sehingga dapat menimbulkan cedera pada struktur paru-paru yang halus, tenggorokan dan pita suara. Pita suara bengkak, suaranya menjadi serak, gatal serta

muka menjadi merah. (2001,www.Indomedia.com).

Menurut WHO terdapat 22 Negara yang

berprevalensi penderita Tuberculosis paru yang tinggi, 10 negara berada di Asia dengan prevalensi

(2)

Tuberculosis paru termasuk dalam kelompok usia produktif yaitu antara 45-64 tahun. (Suyudi, 1994). Keadaan ini dikarenakan pada usia tersebut dulunya pecandu alkohol atau narkotik, penghuni rumah

beramai-ramai dalam tempat yang sempit,

imunosupresi, hubungan intim dengan pasien yang

mempunyai sputum positif, kemiskinan dan

malnutrisi. (H. Tabrani, 1996). Di Indonesia, Tuberculosis paru merupakan penyakit menular nomor satu dan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung (Assegaff, 2002). Dri hasil studi pendahuluan yangn dilakukan di RSUD Pare pada tanggal 10 Oktober 2007 didapatkan data dari Rekam Medik terdapat 18 penderita pada bulan Maret, 19 penderita pada bulan April dengan BTA positif dan keluhan penderita yang sering muncul adalah batuk

dengan disertai penumpukan sekret disaluran

pernafasan bawah.

Pada penderita Tuberculosis paru dalam hal ini yang menjadi gejala dini dan sering dikeluhkan ialah

batuk yang terus-menerus dengan disertai

penumpukan sekret disaluran pernafasan bawah. (Alsogaff, 2002). Batuk yang dilakukan pada penderita Tuberculosis paru merupakan batuk yang inefisien dan membahayakan. Penderita Tuberculosis melakukan batuk tersebut karena mereka menganggap dengan batuk dapat mengeluarkan sekret yang mengganggu jalannya nafas. Bahkan penderita Tuberculosis paru yang menderita batuk kronik cenderung untuk menyangkal dan meremehkan batuk mereka. Hal ini sering dilakukan karena penderita Tuberculosis paru sudah sangat terbiasa dengan hal tersebut, sehingga mereka tidak menyadari berapa sering hal itu terjadi. (Perry dan Potter, 2005). Akibat yang ditimbulkan dari batuk yang inefisien ialah adanya cedera pada struktur paru-paru yang halus dan batukpun akan semakin parah. Walaupun semua ini

demi mengeluarkan sekret, hasil pengeluaran

sekretnya tidak berarti. (www.Indonesia.com ).

Apabila hal tersebut dilakukan terus-menerus

penyakitnya bertambah parah serta mengakibatkan sarang penyakitnya pecah dan keluar darah. (Hendrawan. N, 1996).

Tertimbunnya sekret disaluran pernafasan bawah dapat menambah batuk semakin keras karena sekret menyumbat saluran nafas, sehingga perlu cara untuk mengeluarkan sekret yang tertimbun tersebut dengan upaya batuk efektif. Diharapkan setelah dilakukan

paru, mobilisasi sekresi dan mencegah efek samping dari retensi sekresi. (Hudak dan Gollo, 1997). Sebelum batuk efektif terlebih dahulu penderita Tuberculosis paru dianjurkan untuk minum air hangat untuk mengencerkan sekret agar mudah untuk dikeluarkan melalui cara batuk efektif. (Lynda Juall, C, 1999).

Cara mengeluarkan sekret dari saluran pernafasan bawah salah satunya ialah dengan batuk efektif. Memperhatikan hal tersebut, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh

Batuk Efektif Terhadap Pengeluaran Sekret Pada Pasien TB Paru RSUD unit Swadana Pare kab. Kediri

Tahun 2007”.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan

masalahnya adalah ”Adakah Pengaruh Teknik Batuk

Efektif Terhadap Pengeluaran Sekret Pada Pasien Tuberculosis Paru Di Poli Paru RSUD Pare tahun

2008?”

Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menganalisis adakah pengaruh Teknik Batuk Efektif Terhadap Pengeluaran Sekret Pada Pasien Tuberculosis Paru Di Poli Paru Rsud Pare tahun 2008.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengeluaran sekret pada pasien TB paru sebelum dilakukan teknik batuk efektif di Poli Paru RSUD Pare tahun 2008

b. Mengidentifikasi pengeluaran sekret pada pasien TB paru sesudah dilakukan tekhnik batuk efektif. di Poli Paru RSUD Pare tahun 2008

c. Menganalisis ada tidaknya pengaruh teknik Batuk Efektif terhadap pengeluaran sekret pada pada pasien TB paru sebelum dan sesudah dilakukan teknik batuk efektif di Poli Paru RSUD Pare tahun 2008.

Desain Penelitian

Dalam penelitian ini desain yang digunakan

adalah “Pre-post Eksperimental Desain” yaitu desain

(3)

kemudian diobservasi lagi setelah diintervensi.

Variabel dalam penelitian meliputi variable

independent yaitu batuk efektif; dan variabel -dependen yaitu pengeluaran sekret. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 10-18 Maret 2008 bertempat di Poli Penyakit Paru RSUD Pare Kediri. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien tuberculosis paru yang berkunjung ke Poliklinik Penyakit Paru RSUD Pare selama masa penelitian yaitu 38 orang, sample dibatasi hanya pada pasien yang mengalami gangguan pengeluaran sekret sebanyak 34 orang. Teknik pemilihan sampling adalah consecutive sampling, yaitu pemilihan sampel dengan menetapkan subyek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah responden yang diperlukan terpenuhi. Analisis data dilakukan secara deskriptif melalui teknik editing, coding, dan scoring.

Hasil Penelitian

Data Umum

a. Karakteristik responden berdasarkan jenis

kelamin.

64,7 35,3

LAKI-LAKI PEREMPUAN

Dari diagram pie diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki – laki dengan jumlah (64,7%) dan sebagian kecil berjenis kelamin perempuan dengan jumlah (35,3%).

b. Karakteristik Responden berdasarkan Umur.

14,7

20,6 29,4

35,3

15-24TH 25-44TH 45-64TH >65

Dari diagram pie diatas menunjukkan

bahwa sebagian besar responden berumur 45–64

tahun dengan jumlah (35,3%) dan sebagian kecil

responden berumur 15–24 tahun dengan jumlah

(14,7%).

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat

Pendidikan.

17,6

44,1 29,4

8,8

TIDAK SEKOLAH SD SMP SMA

Dari diagram pie diatas menunjukkan

bahwa sebagian besar responden tingkat

pendidikannya SD dengan jumlah (44,1%) dan sebagian kecil responden tingkat pendidikannya SMA dengan jumlah (8,8%).

d. Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan.

14,7

52,9 32,4

TIDAK BEKERJA PETANI WIRASWASTA

Dari diagram pie diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden pekerjaannya petani dengan jumlah (52,9%) dan sebagian kecil responden tidak bekerja dengan jumlah (14,7%).

Data Khusus

(4)

a. Hasil Observasi Pengeluaran Sekret sebelum dilakukan Teknik Batuk Efektif.

61,8

38,2

0 10 20 30 40 50 60 70

TIDAK EFEKTIF EFEKTIF

Berdasarkan diagram diatas menunjukkan bahwa sebelum dilakukan teknik batuk efektif

responden yang dapat secara efektif

mengeluarkan sekret sejumlah 38,2% dan tidak efektif mengeluarkan sekret sejumlah 61,8%.

b. Hasil Observasi pengeluaran Sekret Sesudah dilakukan teknik Batuk efektif.

0 20 40 60 80

TIDAK EFEKTIF EFEKTIF

Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa sesudah dilakukan teknik batuk efektif

responden yang dapat secara efektif

mengeluarkan sekret sejumlah 70,6% dan tidak efektif mengeluarkan sekret sejumlah 29,4%.

c. Pengaruh Teknik Batuk Efektif Terhadap

Pengeluaran Sekret pada pasien TB paru Sebelum dan Sesudah Dilakukan Teknik Batuk Efektif.

13

21

24

10

0 5 10 15 20 25 30

efektif tidak efektif efektif tidak efektif

sebelum sesudah

Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa sebelum dilakukan teknik batuk efektif responden yang dapat secara efektif megeluarkan sekret sejumlah 38,2% dan tidak efektif mengeluarkan sekret sejumlah 61,8%. Sedangkan sesudah dilakukan teknik batuk efektif responden yang dapat secara efektif mengeluarkan sekret megalami penigkatan menjadi 70,6% dan tidak

efektif mengeluarkan sekret mengalami

penurunan menjadi 29,4%. Artinya H1 diterima ada pengaruh teknik batuk efektif terhadap pengeluaran sekret pada pasien TB paru di poli

Paru RSUD Unit Swadana Pare–Kediri tanggal

10 Maret s/d 18 Maret 2008.

Pembahasan

1. Pengeluaran Sekret pada pasien TB paru sebelum dilakukan Tenik Batuk Efektif

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebelum dilakukan teknik batuk efektif pada pasien TB paru yang dapat mengeluarkan sekret secara efektif sejumlah 13 responden (38,2%) dan yang tidak dapat mengeluarkan sekret secara tidak efektif sejumlah 21 responden (61,8%).

Sekret adalah campuran sekresi selaput lendir dari rongga mulut, rongga hidung, tenggorokan dan alveoli dengan bakteri, virus,

debu dan bermacam – macam sel (pusdiklat

Daftar RI “JICA”, 1992). Pada penderita TB paru

(5)

keluar dalam jumlah sedikit, kemudian berubah menjadi kental bila sudah terjadi pengejuan dan perlunakan (Alsagaff, 2002). Tertimbunnya benda sekret menyebabkan inflamasi, bila terdapat inflamasi akan terjadi infeksi yang dapat menambah batuk menjadi keras, maka penting sekali untuk mengeluarkan sekret tersebut dengan meggunakan Teknik Batuk Efektif (2001, www. Indomedia.com).

Keberhasilan dalam pengeluaran sekret ditunjang oleh beberapa hal diantaranya produksi sekret, keadaan pasiel dan adanya obstruksi jalan nafas oleh benda asing. Apabila ada salah satu dari ketiga hal tersebut terdapat pada Pasien TB paru, maka sekret yang dikeluarkan akan sedikit. Hal ini sesuai dengan hasil dari penelitian yang ada bahwa dari seluruh responden yang ada, penumpukkan sekret yang mereka alami ini disebabkan karena mereka memiliki penyakit TB paru. Sebelum dilakukan teknik Batuk Efektif responden dapat mengeluarkan sekret walaupun tidak maksimal dalam pengeluaran sekretnya.

2. Pengeluaran sekret pada pasien TB paru sesudah dilakukan Teknik Batuk Efektif

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa setelah dilakukan teknik batuk efektif pada pasien TB paru yang dapat mengeluarkan sekret secara efektif sejumlah 24 responden (70,6%) dan yang tidak dapat mengeluarkan sekret secara tidak efektif sejumlah 10 responden (29,4%)

Menurut Hudak dan Gallo (1997). Batuk

efektif adalah merupakan tindakan yang

diperlukan untuk membersihkan sekresi. Tujuan dari batuk efektif yaitu untuk meningkatkan ekspansi paru, mobilisasi sekresi, dan mencegah efek samping dari retensi sekresi.

Salah satu tindakan non farmakologi untuk mengeluarkan sekret dengan maksimal dengan cara batuk efektif. Pendapat ini sesuai dengan hasil teknik batuk efektif terhadap responden pasien TB paru, hampir setengahnya responden pasien TB paru dapat mengeluarkan sekret secara efektif. Berbeda pada responden pasien TB paru sebelum dilakukan pemberian teknik batuk efektif pengeluaran sekretnya tidak maksimal, hal ini disebabkan karena sebelumnya tidak diajarkan teknik batuk efektif.

3. Pengaruh Teknik Batuk Efektif Terhadap

Pengeluaran sekret pada pasien TB paru sebelum dan sesudah dilakukan Teknik Batuk Efektif

Dari tabulasi diagram batang distribusi

pengaruh teknik batuk efektif terhadap

pengeluaran sekret pada pasien TB Paru diperoleh bahwa hampir setengahnya responden dapat mengeluarkan sekret secara efektif, yang semula sebelum dilakukan teknik batuk efektif jumlah responden yang dapat mengeluarkan sekret sebesar (38,2%) setelah dilakukan teknik batuk

efektif jumlah responden yang dapat

mengeluarkan sekret sebesar (70,6%).

Menurut H. Tabrani (1996) Tuberculosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau diberbagai organ tubuh lainnya, serta mempunyai tekanan parsia yang tinggi yang menjadi gejala dini dan sering dikeluhkan pada pasien TB Paru ialah baik yang terus – menerus dengan adanya penumpukkan sekret disaluran pernafasan bawah. Untuk mengeluarkan sekret ini dapat dilakukan teknik batuk efektif.

Adapun tujuan dari dilakukan teknik batuk efektif yang dapat dirasakan pada tubuh yaitu untuk meningkatkan ekspansi paru, mobilisasi sekresi, dan mencegah efek samping dari retensi sekresi. Dari tujuan teknik batuk efektif tersebut sangatlah berpengaruh terhadap pengeluaran sekret. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil penelitian bahwa sesudah dilakukan teknik batuk efektif hampir setengahnya responden dapat mengeluarkan sekret secara efektif.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh teknik batuk efektif terhadap pengeluaran sekret pada pasien TB paru di Poli Paru

RSUD Unit Swadana Pare–kediri 2008, maka dapat

disimpulkan :

1. Sebelum dilakukan teknik batuk efektif pada pasien TB paru yang dapat mengeluarkan sekret secara efektif sebesar 38,2%.

(6)

3. Menganalisis dari hasil tabulasi sebelum dan sesudah dilakukan Teknik Batuk efektif pada pasien TB Paru, bahwa adanya peningkatan jumlah responden dalam pengeluaran sekret. Maka dapat disimpulkan berarti ada pengaruh teknik batuk efektif terhadap pengeluaran sekret pada pasien TB Paru di Poli Paru RSUD Pare -Kediri Tahun 2008

Saran

1. Bagi Profesi Keperawatan

Peran perawat sebagai perawat independent agar lebih menigkatkan ketrampilannya dalam melatih teknik batuk efektif untuk mengeluarkan sekret pada pasien TB paru.

2. Bagi Institusi Penelitian RSUD unit Swadana Pare–kediri.

Peneliti menyarankan agar pihak rumah sakit lebih meningkatkan pelayanan dan penyuluhan mengenai penyakit TB paru dalam hal tindakan teknik batuk efektif dapat melakukan latihan sendiri untuk mengurangi masalah pengeluaran sekret.

3. Bagi Institusi Pendidikan.

Diharapkan hasil penelitian ini dapat di masukkan kedalam uji kompetensi yang ada, sehingga mahasiswa Akper Pamenang dapat memiliki pengetahuannya dan ketrampilan tentang tindakan teknik batuk efektif untuk membantu pengeluaran sekret pada pasien TB paru.

4. Bagi Peneliti Yang Akan Datang

Diharapkan hasil penelitian ini dapat sebagai masukan dalam penelitian berikutnya.

5. Bagi Pasien TB Paru

Diharapkan pasien dapat melakukan teknik batuk efektif untuk membantu pengeluaran sekret dan tidak tergantung pada obat–obatan.

6. Bagi Masyarakat

Diharapkan masyarakat juga ikut berperan serta dalam penanggulangan penyakit TB Paru bila membuang dahak jangan disembarang tempat dan menutup mulut bila batuk dan bersin.

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, H. (2002).Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru.

Arikunto, S. (1993). Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktek .Jakarta: Rineka cipta.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktek.Jakarta: Rineka Cipta

Carpenito, L. (1999). Rencana asuhan dan

dokumentasi keperawatan,Ed. 2. Jakarta: EGC

Hardjoeno. (2007). Pengobatan Sendiri Batuk.

www.pharmacy.gov.my. (download: 4 Oktober 2007)

Hudak dan Gallo. (2007). Keperawatan Kritis.

Jakarta: EGC

Nadesul, H. (1996). Penyebab, pencegahan dan

pengobatan TBC. Jakarta : Puspa swara

Nikmawati, A. (2007). Resistensi Mycobacterium

Tuberculosis. www.TbcIndonesia.or.id. (download : 30 September 2007)

Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian

Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta.

Nursalam dan Pariani, S. (2001). Penerapan Praktis Metodologi Riset Keperawatan.

Jakarta:Salemba Media

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi

Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Nursing Education Project OTA. (1992). Perawatan Pasien Yang Merupakan Kasus penyakit Dalam. Jakarta: Pusdiklat Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Perry dan Potter. (2005). Buku ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, proses, dan praktik, Ed. 4. Jakarta: EGC

Priyanti, dr. ZS. (2006). Patofisiologi Batuk dan Oksidan-Antioksidan. www.Kalbe.co.id.

www.Indomedia.com. (download : 2 Oktober 2007)

_____. (2002). Pedoman Penanggulangan TBC.

Jakarta: Departemen Kesehatan R.I

_____. (2002). Materi Lokakarya Penanggulangan

TBC. Kediri: Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Kediri

______. (2007). Lembar Fakta Tuberkulosis.

Referensi

Dokumen terkait

PUSAT DARI PERIODE INI DISEBUT YUNANI KLASIK, YANG BERLANGSUNG DARI ABAD 5-4 SM, DAN DIAWALI OLEH KEBERHASILAN YUNANI, DENGAN DIPIMPIN OLEH KOTA ATHENA, DALAM

Dalam kondisi forcemajeur tidak dapat menggunakan logging software, Peserta wajib menggunakan Log sheet & Summary sheet manual, yang berisi Total QSO dan Total Point/Score

Implikasi manajerial yang dapat dilakukan terhadap nilai pengguna, kepuasan dan loyalitas pemustaka di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yaitu melalui peningkatan

“M: Flere af de elever, der sidste år evaluerede IRL med youtubevideoer, de ligger på deres, altså, og det er noget af det mest sete de har på deres youtubekanal.” (Bilag 2) Der

Pemeriksaan sedimen urine menggunakan urine segar dengan jumlah volume spesimen 10 mL, memiliki stabilitas pada suhu kamar yaitu selama 1 jam.. Jika urine

Namun, terlepas dari permasalahan-permasalahan yang terjadi, salah seorang lansia dengan inisal CL mengatakan bahwa mereka merasa bahagia berada di Panti Sosial Penyantunan