• Tidak ada hasil yang ditemukan

329994377 Isi Makalah Tentang Teori Penawaran Agregat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "329994377 Isi Makalah Tentang Teori Penawaran Agregat"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tahun 1960an ahli-ahli ekonomi telah merasa puas dengan analisis keseimbangan Makro Ekonomi, yaitu analisis yang mengabaikan aplikasi perubahan harga ke atas keseimbangan tingkat kegiatan ekonomi dan yang sangat menekankan segi permintaan dalam analisis penentuan tingkat kegiatan ekonomi suatu negara. Peristiwa-peristiwa dalam kegiatan ekonomi berbagai negara dalam tahun 1970an, yang pada umumnya menghadapi masalah inflasi yang serius dalam keadaan pengangguran yang cukup tinggi, menimbulkan kesadaran bahwa analisis yang ada belum dapat memberikan gambaran yang tepat mengenai peristiwa-peristiwa yang mungkin berlaku dalam perekonomian.

Kelemahan ini telah mendorong kepada perkembangan model penentuan keseimbangan kegiatan ekonomi negara yang ketiga, yang menunjukkan bagaimana perubahan harga-harga akan mempengaruhi pertumbuhan, fluktuasi kegiatan ekonomi, dan kesempatan kerja. Analisis ini memberikan gambaran yang lebih menyeluruh dan lebih lengkap oleh karena bukan saja dapat memberi gambaran tentang implikasi perubahan harga ke atas tingkat pengeluaran dalam suatu perekonomian, tetapi juga menunjukkan implikasi perubahan harga ke atas penawaran agregat yaitu jumlah barang dan jasa yang akan diproduksikan dan ditawarkan dalam perekonomian pada berbagai tingkat harga. Berdasarkan kepada sifat analisisnya ini, yaitu yang memperhatikan segi permintaan dan segi penawaran, analisis keseimbangan Makro Ekonomi ini lebih dikenal sebagai model permintaan dan penawaran agregat (aggregate demand-supply model) atau analisis AD-AS.

(2)

Keynes. Mereka menganggap keyakinan Klasik bahwa kesempatan kerja penuh selalu tercapai dalam ekonomi adalah terlalu optimis. Sebaliknya keyakinan Keynes bahwa pengangguran yang serius selalu berlaku dalam perekonomian, juga tidak sepenuhnya tepat. Analisis Klasik Baru dan Keynesian Baru bertujuan untuk memperbaiki ketidaksempurnaan tersebut dengan cara memperbaiki cara pendekatan dalam menentukan keseimbangan kegiatan ekonomi dengan menggunakan analisis AD-AS.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan teori penawaran agregat?

2. Bagaimana terkait dengan kurva AS menurut teori Klasik dan Keynes? 3. Bagaimana terkait dengan kurva AS menurut Klasik Baru dan Keynesian

Baru?

4. Apa yang menyebabkan pergeseran kurva penawaran agregat? C. Tujuan

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dan bahan presentasi dalam mata kuliah Makro Ekonomi 1 dari Dosen Ibu Dr. Hj. Khairunnisa Musari, ST., M.MT dan juga bagi penulis maupun pembaca makalah ini agar mengetahui serta memahami lebih mendalam tentang:

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan teori penawaran agregat. 2. Mengetahui terkait dengan kurva AS menurut teori Klasik dan Keynes. 3. Mengetahui terkait dengan kurva AS menurut teori Klasik Baru dan

Keynesian Baru.

4. Mengetahui penyebab pergeseran kurva penawaran agregat.

(3)

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Penawaran Agregat

Seorang cendekiawan Muslim yang bernama Ibnu Khaldun mengakui adanya pengaruh permintaan dan penawaran terhadap penentuan harga. Hal ini sangat penting untuk diketahui karena peranan permintaan dan penawaran terhadap penentuan harga tidak begitu baik dipahami di Dunia Barat. Beliau menekankan bahwa kenaikan penawaran atau penurunan permintaan menyebabkan kenaikan harga, demikian pula sebaliknya. Dia sangat percaya bahwa akibat dari rendahnya harga yang terjadi sangat drastis akan merugikan pengrajin dan pedagang serta mendorong mereka keluar pasar, sedangkan akibat dari tingginya harga yang naik secara drastis sangat menyusahkan terhadap konsumen.1

Menurut Ibnu Khaldun, faktor-faktor yang menentukan penawaran adalah permintaan, tingkat keuntungan relatif, tingkat usaha manusia, besarnya tenaga buruh termasuk ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, ketenangan dan keamanan, serta kemampuan teknik dan perkembangan masyarakat secara keseluruhan. Semua ini merupakan elemen-elemen penting dari teori produksi, jika harga turun dan menyebabkan kebangkrutan, modal menjadi hilang, sedangkan untuk penawaran yang menurun dan mendorong munculnya resesi ekonomi (kemerosotan dalam ekonomi).2

Sedangkan teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah. Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran “pemikiran teoritis” yang mereka

(4)

definisikan sebagai “menentukan” bagaimana dan mengapa variabel-variabel dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan.3

Kata teori memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang-bidang pengetahuan yang berbeda pula tergantung pada metodologi dan konteks diskusi. Secara umum, teori merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta. Selain itu, berbeda dengan teorema, pernyataan teori umumnya hanya diterima secara "sementara" dan bukan merupakan pernyataan akhir yang konklusif. Hal ini mengindikasikan bahwa teori berasal dari penarikan kesimpulan yang memiliki potensi kesalahan, berbeda dengan penarikan kesimpulan pada pembuktian dalam keilmuan matematika.

Sedangkan secara lebih spesifik di dalam ilmu sosial, terdapat pula teori sosial. Neuman mendefiniskan teori sosial adalah sebagai sebuah sistem dari keterkaitan abstraksi atau ide-ide yang meringkas dan mengorganisasikan pengetahuan tentang dunia sosial. Perlu diketahui bahwa teori berbeda dengan ideologi, seorang peneliti kadang-kadang bias dalam membedakan teori dan ideologi. Terdapat kesamaan di antara kedunya, tetapi jelas mereka berbeda. Teori dapat merupakan bagian dari ideologi, tetapi ideologi bukan teori. Contohnya adalah aleniasi manusia adalah sebuah teori yang diungkapakan oleh Karl Marx, tetapi Marxis atau Komunisme secara keseluruhan adalah sebuah ideologi.4

Sedangkan penawaran adalah jumlah barang yang produsen ingin tawarkan atau jual pada bebrbagai tingkat harga selama satu periode waktu tertentu. Hukum penawaran menyatakan bahwa “semakin tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang, semakin sedikit jumlah

3 Diambil dari:https://id.wikipedia.org/wiki/Teori.

(5)

barang tersebut yang ditawarkan.” Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran antara lain:5

1. Harga barang itu sendiri

Jika harga suatu barang naik, maka produsen cenderung akan menambah jumlah barang yang dihasilkan. Hal ini kembali lagi pada hukum dari penawaran itu sendiri.

2. Harga barang lain yang terkait

Apabila harga barang subtitusi (barang pengganti) naik, maka penawaran suatu barang akan bertambah, dan sebaliknya. Sedangkan untuk barang komplemen (barang pelengkap) dapat dinyatakan bahwa apabila harga barang komplemen naik, maka penawaran suatu barang berkurang atau sebaliknya.

3. Harga faktor produksi

Kenaikan harga faktor produksi akan menyebabkan perusahaan memproduksi outputnya lebih sedikit dengan jumlah anggaran yang tetap yang nantinya akan mengurangi laba perusahaan, sehingga produsen akan pindah ke industri lain dan akan mengakibatkan berkurangnya penawaran barang.

4. Biaya produksi

Kenaikan harga input juga mempengaruhi biaya produksi. Bila biaya produksi meningkat, maka produsen akan menbgurangi hasil produksinya, berarti penawaran barang berkurang.

(6)

5. Teknologi produksi

Kemajuan teknologi menyebabkan penurunan biaya produksi dan menciptakan barang-barang baru sehingga menyebabkan kenaikan dalam penawaran barang.

6. Jumlah pedagang atau penjual

Apabila jumlah penjual suatu produk tertentu semakin banyak, maka penawaran barang tersebut akan bertambah.

7. Tujuan perusahaan

Tujuan perusahaan adalah memaksimumkan laba bagi hasil produksinya. Akibatnya tiap produsen tidak berusaha untuk memanfaatkan kapasitas produksinya secara malksimum, tetapi akan menggunakannya pada tingkat produksi yang akan memberikan keuntungan maksimum. 8. Kebijakan pemerintah

Kebijakan pemerintah untuk mengurangi komoditas impor menyebabkan supply atau penawaran dan keperluan akan kebutuhan tersebut dipenuhi sendiri sehingga dapat meningktakan penawaran.

Sedangkan agregat adalah jumlah kumpulan dan keseluruhan dari variabel atau objek yang sedang diamati atau menjadi pokok pembahasan dalam suatu permasalahan di berbagai bidang ilmu pengetahuan.6 Jika digabungkan dari ketiga istilah tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan teori penawaran agregat (aggregate supply) adalah suatu teori atau pendapat yang berkaitan dengan jumlah barang dan jasa akhir perekonomian yang dijual atau ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan (firms) pada berbagai tingkat harga yang berbeda. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa penawaran agregat merupakan nilai total dari seluruh barang akhir dan jasa yang

(7)

dihasilkan dalam perekonomian. Penawaran agregat di dalam suatu perekonomian dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:7

1. Besarnya angkatan kerja (size of the labor force).

2. Besarnya stok kapital atau stok modal (size of capital stock). 3. Keadaan atau tingkat teknologi (state of technology).

4. Tingkat pengangguran alamiah (natural rate of unemployment). 5. Harga faktor-faktor produksi.

B. Kurva AS atau Aggregate Supply Menurut Teori Klasik dan Keynes

1. Pengertian Kurva AS atau Aggregate Supply

Seperti yang kita ketahui di atas, maka yang dimaksud dengan teori penawaran agregat (aggregate supply) yang sering disingkat dengan AS adalah suatu teori atau pendapat yang berkaitan dengan jumlah barang dan jasa akhir perekonomian yang dijual atau ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan (firms) pada berbagai tingkat harga yang berbeda. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa penawaran agregat merupakan nilai total dari seluruh barang akhir dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian.

Kurva AS atau kurva Aggregate Supply atau kurva penawaran agregat adalah kurva yang menggambarkan tentang hubungan antara tingkat harga yang berlaku dalam ekonomi dan nilai produksi riil atau

output (pendapatan nasional rill) yang akan ditawarkan dan diproduksi oleh semua perusahaan dalam suatu perekonomian. Karena perusahaan yang menawarkan barang dan jasa memiliki harga fleksibel dalam jangka panjang tetapi harga kaku dalam jangka pendek, maka hubungan penawaran agregat penting untuk dibedakan, antara kurva penawaran agregat jangka panjang (long-run aggregate supply atau LRAS) dan kurva

(8)

penawaran agregat jangka pendek (short-run aggregate supply atau SRAS).8

Dua faktor yang menentukan penawaran agregat, yaitu keseimbangan di pasar tenaga kerja dan fungsi produksi. Keseimbangan di pasar tenaga kerja akan menentukan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan memproduksi barang dan jasa. Dan kemampuan dari tenaga kerja ini menghasilkan produksi nasional tergantung kepada fungsi produksi yang menerangkan hubungan diantara jumlah tenaga kerja dan faktor-faktor produksi lain untuk mewujudkan produksi nasional. Secara umum kurva penawaran agregat atau kurva AS dapat digambarkan sebagai berikut:9

2. Kurva AS atau Aggregate Supply Menurut Teori Klasik

Istilah Klasik di dalam ilmu ekonomi mula-mula diperkenalkan oleh Karl Marx yang ditujukan untuk teori-teori dari para ahli mulai dari Adam Smith, David Richardo, James Mill, dan para pendahulu mereka. Pengertian klasik versi Karl Marx ini kemudian diperluas oleh John

(9)

Maynard Keynes. Gagasan atau pandangan kaum Klasik yang sangat penting adalah yang mengatakan bahwa tingkat output dan harga keseimbangan hanya bisa dicapai kalau perekonomian berada pada tingkat kesempatan kerja penuh (full employment) dan keseimbangan dengan tingkat kesempatan kerja penuh (equilibrium with full employment) itu hanya bisa dicapai melalui bekerjanya mekanisme pasar bebas (free operation of market mechanism). Berdasarkan teori ekonomi klasik, maka perekonomian ditentukan oleh:10

a. Jumlah barang modal yang tersedia dan digunakan dalam perekonomian (C = Capital).

b. Jumlah dan kualitas tenaga kerja yang tersedia dalam perekonomian ( L = Labor ).

c. Jumlah dan jenis kekayaan alam yang akan digunakan (Q = Quantity).

d. Tingkat teknologi yang digunakan (T = Technology).

Keseimbangan dengan kesempatan kerja penuh tersebut menurut kaum Klasik merupakan kondisi yang ideal atau normal dari suatu perekonomian. Keyakinan dari kaum Klasik bahwa di dalam perekonomian akan selalu terwujud keadaan seimbang dengan tingkat kesempatan kerja penuh itu dilatarbelakangi oleh keyakinan mereka akan tiga hal berikut, yaitu:11

a. Bahwa perekonomian pasar bebas itu memiliki kekuatan yang dapat diibaratkan sebagai suatu mekanisme yang memiliki kemampuan self-correcting atau self-regulating, yang dapat membawa perekonomian tersebut kepada kondisi yang diinginkan, yaitu full employment equilibrium.

10 Tommy Suhartono, Teori-Teori Ekonomi, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), halaman 312.

11 Diambil dari:

(10)

b. Hukum pasar dari J.B. Say yang mengatakan bahwa penawaran akan menciptakan permintaannya sendiri (supply creates its own demand), selalu berlaku bagi perekonomian secara keseluruhan.

c. Bahwa tingkat harga dan upah di dalam perekonomian adalah cukup fleksibel, artinya harga-harga barang dan upah tenaga kerja sewaktu-waktu dapat dengan cepat disesuaikan.

Pada intinya model makro ekonomi dari kaum Klasik memiliki beberapa implikasi yang penting, yaitu:12

a. Kesempatan kerja penuh selalu terwujud.

b. Pergeseran permintaan agregat (aggregate demand atau AD) hanya akan mempengaruhi tingkat harga (P), tetapi tidak mempengaruhi tingkat output riil keseimbangan (Y) dan kesempatan kerja di dalam perekonomian.

c. Penawaran merupakan faktor kunci bagi pertumbuhan ekonomi, menurut kaum klasik, stagnasi ekonomi yang terjadi merupakan akibat dari kegagalan atau ketidakmampuan di dalam meningkatkan atau mengembangkan input-input tersebut.

d. Inflasi yang terjadi akibat ketidakmampuan bank sentral. Menurut kaum klasik, inflasi di dalam perekonomian timbul sebagai akibat kegagalan dari pemerintah atau bank sentral untuk mengendalikan laju pertumbuhan jumlah uang beredar.

Menyangkut penawaran agregat (AS), kaum klasik tidak membuat pembedaan antara kurva penawaran agregat jangka pendek (SRAS) dan kurva penawaran jangka panjang (LRAS). Bagi kaum Klasik hanya ada satu kurva penawaran agregat yaitu kurva penawaran agregat yang tegak lurus atau vertikal, yang menunjukkan bahwa jumlah output barang atau jasa yang sama akan ditawarkan berapapun harganya. Dengan perkataan

(11)

lain, jumlah output barang atau jasa yang ditawarkan itu tidak bergantung pada tingkat harga. Kurva penawaran agregat kaum Klasik didasarkan pada asumsi bahwa pasar tenaga kerja berada pada kseimbangan dengan kesempatan kerja (employment) berada dalam kondisi full employment.

Dalam pandangan klasik, kurva SRAS selalu bergerak ka arah tingkat

outputfull employment untuk berpotongan antara kurva LRAS.13

Dengan perkataan lain, keseimbangan ditentukan oleh perpotongan antara kurva permintaan agregat (AD) dengan kurva penawaran agregat jangka panjang (LRAS). Di dalam model makro ekonomi Klasik, keseimbangan terjadi dimana kekuatan permintaan agregat (AD) dan penawaran agregat (AS) adalah seimbang. Permintaan agregat menurut kaum Klasik hanya bergantung pada tingkat teknologi dan sekaligus merupakan tingkat output atau GNP riil kesempatan kerja penuh (full employment level of real GNP).14

3. Kurva AS atau Aggregate Supply Menurut Teori Keynes

Hal-hal yang dikemukakan oleh kaum Klasik tersebut di atas ternyata mendapat tanggapan dan kritik keras dari John Maynard Keynes yang juga dikenal sebagai bapak dari makro ekonomi modern. Salah satu pendapat yang sangat penting dari Keynes adalah yang mengatakan bahwa perekonomian swasta pada dasarnya adalah tidak stabil dan penuh dengan ketidakpastian.

Selain itu, Keynes mengatakan bahwa tidak terdapat kecenderungan secara alamiah bagi perekonomian yang bergerak ke arah keseimbangan dengan kesempatan kerja penuh. Di dalam model makro ekonominya Keynes, uang merupakan pengubah yang sangat penting dan menentukan karena dapat mempengaruhi tingkat output dan kesempatan kerja. 15

(12)

Keynes menciptakan suatu teori yang bersifat terpadu tentang uang, output, kesempatan kerja, dan harga-harga. Sebagai kebalikan dari teori klasik, Keynes mengemukakan suatu teori yang dikenal dengan

“two-worlds system”, dimana output riil dan kesempatan kerja ditentukan oleh tingkat upah dan tingkat bunga, sementara jumlah uang beredar hanya menentukan tingkat harga. Pada kesimpulannya Keynes tidak mempercayai bahwa:16

a. Perekonomian akan selalu berada pada kondisi keseimbangan dengan kesempatan kerja penuh.

b. Mekanisme pasar itu akan selalu dapat bekerja dengan baik, sehingga menjamin perekonomian selalu dalam kondisi yang diharapkan.

c. Hukum pasar dari J.B. Say yang mengatakan penawaran menciptakan permintaan sendiri akan selalu berlaku di dalam perekonomian secara keseluruhan, sehingga menjamin bahwa penawaran agregat akan selalu sama dengan permintaan agregat (AS=AD).

d. Tingkat harga dan upah bersifat fleksibel, tetapi sebaliknya Keynes mengatakan bahwa harga dan upah itu cenderung untuk kaku.

J.M. Keynes sering dikatakan telah menciptakan suatu revolusi di dalam pemikiran ekonomi, khususnya dalam ekonomi makro, yaitu

revolusi Keynesian. Sedangkan berkaitan dengan penawaran agregat, Keynes dan pengikut-pengikutnya (Keynesian) mengatakan bahwa kurva penawaran agregat jangka pendek (SRAS) adalah horizontal atau sejajar atau datar (perfectly elastic), yang berarti bahwa suatu jumlah output riil akan ditawarkan pada suatu tingkat harga tertentu. Dengan perkataan lain, perusahaan akan menawarkan berapapun jumlah barang yang diminta pada tingkat harga yang berlaku. Pemikiran yang melandasi kurva penawaran agregat Keynes dan pengikutnya (Keynesian) disebabkan oleh terdapatnya

15 Roy Pranomo, Para Maestro Makro Ekonomi, (Yogyakarta: Adicita Group, 2002), halaman 123.

(13)

pengangguran, perusahaan dapat memperoleh sebanyak mungkin tenaga kerja dengan tingkat upah yang berlaku. Biaya produksi rata-rata mereka karenanya diasumsikan tidak berubah walau terjadi perubahan dalam tingkat outputnya.17

Para produsen menawarkan berapapun yang diminta pada tingkat harga yang berlaku. Kurva penawaran agregat jangka pendek (short-run aggregate supply curve atau SRAS) menurut Keynes hanya akan bergeser secara perlahan apabila suatu perekonomian berada di luar tingkat pengangguran alamiah (natural rate of unemployment). Pergeseran yang lamban dari kurva penawaran agregat jangka pendek menurut Keynes terjadi sebagai akibat dari adanya perubahan upah dan harga yang lamban. Menurut model Keynes, kalau jumlah pengangguran besar (berada di atas

natural rate), akan menyebabkan atau mendorong penyesuaian yang sangat lambat di dalam upah relatif terhadap harga-harga. Hal yang sama terjadi apabila jumlah pengangguran berada dibawah tingkat alamiah dimana tekanan bagi upah untuk meningkatkan lebih cepat kecil sekali.18

Secara grafik, pandangan kaum klasik dan Keynes tentang penawaran agregat dapat digambarkan sebagai berikut:19

C. Kurva AS atau Aggregate Supply Menurut Teori Klasik Baru dan Keynesian Baru

1. Kurva AS atau Aggregate Supply Menurut Teori Klasik Baru

17Muana Nanga, op. cit., halaman 148-149.

18 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1994), halaman 231.

(14)

Terdapat beberapa tokoh yang mengemukakan pendapatnya mengenai penawaran agregat dari aliran Klasik Baru, tokoh-tokoh tersebut diantaranya adalah:

a. A.W. Phillips (18 November 1914 – 4 Maret 1975)

Nama lengkapnya adalah Alban William Housego Phillips yang merupakan seorang ilmuwan ekonomi asal Islandia Baru, kurva Phillips tentang penawaran agregat menggambarkan ciri perhubungan diantara tingkat kenaikan upah dengan tingkat pengangguran atau diantara tingkat harga dengan tingkat pengangguran. Nama kurva tersebut diambil dari orang yang pertama sekali membuat studi dalam aspek tersebut. Pada tahun 1958 A.W. Phillips, yang pada waktu itu menjadi professor di London School of Economics, menerbitkan suatu studi mengenai ciri-ciri perubahan tingkat upah di Inggris dalam periode 1861-1957.20

Studi tersebut meneliti sifat hubungan diantara tingkat pengangguran dan kenaikan tingkat upah. Kesimpulan dari studi tersebut adalah terdapat suatu sifat hubungan yang negatif (berbalikan) diantara kenaikan tingkat upah dengan tingkat pengangguran. Pada ketika tingkat pengangguran tinggi, persentasi kenaikan tingkat upah adalah rendah dan apabila tingkat pengangguran rendah, persentasi kenaikan tingkat upah adalah tinggi.21

Phillips menggunakan suatu kurva dalam menjelaskan tentang teorinya berkaitan dengan penawaran agregat, contoh hipotetikal sesuatu kurva Phillips ditunjukkan pada gambar di bawah. Titik-titik dalam grafik tersebut menunjukkan hubungan diantara kenaikan tingkat upah nominal dan tingkat pengangguran. Perhatikan dua contoh berikut: dalam tahun t0 yaitu tahun 1990, tingkat pengangguran adalah m0 dan persentasi kenaikan upah adalah DW0 sedangkan dalam tahun t1

(15)

yaitu tahun 1995, tingkat pengangguran adalah m1 dan tingkat kenaikan upah adalah DW1.22

Titik t0 dan t1 menggambarkan hubungan tersebut, maksudnya adalah titik t0 menunjukkan pada tahun 1990 kenaikan upah adalah DW0 dan pada waktu itu tingkat pengangguran adalah m0 dan titik t1 menunjukkan pada tahun 1995 besarnya kenaikan upah adalah DW1 dan pada tahun yang sama tingkat pengangguran adalah m1. Kurva Phillips ditentukan (secara analisis statistik) berdasarkan kedudukan titik-titik yang dicontohkan pada gambar di bawah ini.23 Walau bagaimanapun kurva Phillip telah memberi gambaran yang berguna mengenai pertalian diantara perubahan tingkat upah dan tingkat pengangguran. Kurva itu dapat digunakan sebagai suatu titik tolak untuk memahami bentuk yang lebih realistis dari kurva penawaran agregat. Secara sederhana betuk grafik dari kurva Phillips adalah:24

Untuk memahami bentuk yang lebih realistis dari kurva penawaran agregat atau AS, dua langkah perlu dilakukan. Yang pertama, berdasarkan kepada kurva Phillips, perlu ditentukan sifat hubungan diantara tingkat upah dengan tingkat kesempatan kerja. Ini ditunjukkan oleh grafik pertama (a) pada gambar di bawah ini. Kedua, berdasarkan sifat hubungan diantara tingkat upah dan tingkat kesempatan kerja dalam grafik pertama (a) ini, selanjutnya ditentukan

22Ibid., halaman 234. 23Ibid.

(16)

pula hubungan diantara tingkat harga dengan pendapatan nasional riil. Hubungan tersebut menggambarkan kurva penawaran agregat dalam perekonomian dan ditunjukkan dalam grafik dari gambar kedua (b). Kurva dari Phillips menunjukkan bahwa: semakin kecil tingkat pengangguran, maka semakin tinggi tingkat kenaikan upah. Dengan kata lain, peningkatan kesempatan kerja akan mempercepat kenaikan upah dan mempertinggi tingkat upah. Gambar dari grafik tersebut secara sederhana adalah sebagai berikut:25

b. Robert Lucas (15 September 1937)

Nama lengkapnya adalah Robert Emerson Lucas Jr. yang merupakan ilmuwan ekonomi asal Amerika Serikat. Kurva penawaran agregat yang dianalisis dalam teori makro ekonomi pada saat ini selalu dikaitkan kepada analisisnya dalam tulisannya: “The Role of Monetary Policy” dalam The American Economic Review (Maret 1968). Pada

(17)

tahun 1973 Robert Lucas telah menyempurnakan analisis Friedman dalam tulisannya: “Some International Evidence on Output – Inflation Trade-offs” yang juga diterbitkan dalam The American Economic Review. Teori penawaran agregat yang dikembangkan tersebut dinamakan juga sebagai teori penawaran agregat Lucas.26

Teori penawaran agregat dari Lucas berdasarkan kepada hubungan diantara tingkat upah dengan tingkat kesempatan kerja yang merupakan pengembangan dari teori Phillips dan berdasarkan sifat hubungan diantara tingkat harga dengan pendapatan nasional riil. Hubungan tersebut menggambarkan kurva penawaran agregat dalam perekonomian hingga saat ini, dikarenakan analisis Lucas yang berdasarkan aliran Klasik Baru yang lebih mendalam terkait dengan teorinya tentang penawaran agregat.27

Penentuan penawaran agregat seperti halnya yang diterangkan oleh Lucas pada dasarnya merupakan modifikasi dari pembentukan penawaran agregat dalam model Klasik. Dalam modelnya, Lucas memperhatikan penyesuaian-penyesuaian jangka pendek yang berlaku sebagai akibat perubahan harga dan tingkat upah. Telah ditunjukkan bahwa perubahan harga dan upah akan menimbulkan perubahan terhadap permintaan tenaga kerja. Perubahan ini selanjutnya akan menimbulkan perubahan terhadap penawaran agregat.28

Pada grafik di bawah ini menggambarkan kurva permintaan tenaga kerja dan digambarkan sesuai dengan analisis dari Lucas terkait teorinya tentang penawaran agregat. Misalkan pada mulanya keadaan di pasaran tenaga kerja ditunjukkan oleh titik E yaitu tingkat upah riil adalah W0/P0 dan tenaga kerja yang digunakan adalah N0 yang akan dimisalkan juga sebagai jumlah tenaga kerja pada kesempatan kerja

26Ardiansyah, op. cit., halaman 233. 27Ibid.

(18)

penuh yang melambangkan suatu keseimbangan. Titik E ini bertindih dengan titik B yang menggambarkan hubungan di antara upah W2 dan tingkat harga P1 di mana W2/P1 = W0/P0 dan dengan titik D yang menggambarkan hubungan di antara upah W4 dengan tingkat harga P2 dimana W4/P2 = W0/P0. Titik A menggambarkan bahwa upah riil merosot (W1/P1 lebih rendah dari W0/P0). Titik C menggambarkan keadaan sebaliknya yaitu kenaikan upah besar (W3/P2 lebih tinggi dari W0/P0). Secara grafik atau gambar, kurva Lucas tersebut dapat digambarkan dengan:29

2. Kurva AS atau Aggregate Supply Menurut Teori Keynesian Baru

Menurut golongan Keynesian Baru, upah di dalam pasaran ditentukan secara kontrak di antara pekerja dan majikan, dan tidak akan dipengaruhi oleh perubahan dalam permintaan dan penawaran tenaga kerja yang berlaku. Dengan perkataan lain upah cenderung untuk bertahan pada tingkat yang sudah disetujui oleh perjanjian di antara tenaga kerja dan majikan. Pengurangan permintaan tenaga kerja tidak akan menurunkan upah nominal dan sebaliknya pertambahan permintaan tenaga kerja tidak akan secara tepat menaikan upah nominal.30

29Roy Pranomo, op. cit., halaman 126.

(19)

Berdasarkan kepada pandangan di atas maka pembentukan kurva penawaran agregat dalam pendekatan golongan Keynesian Baru adalah sedikit berbeda dengan yang digunakan oleh golongan Klasik Baru. Gambar grafik di bawah ini menunjukkan pendekatan golongan Keynesian Baru dalam membentuk kurva penawaran agregat AS. Grafik dibawah ini juga menggambarkan permintaan tenaga kerja pada berbagai tingkat harga dan penawaran tenaga kerja apabila para pekerja mempunyai ekspektasi bahwa tingkat harga yang berlaku adalah P0. Pada mulanya dimisalkan permintaan tenaga kerja ditunjukkan oleh kurva ND(P0) yaitu kurva permintaan yang akan berlaku apabila tingkat harga adalah P0. Dengan demikian keseimbangan pasaran tenaga kerja dicapai di titik E0. Berdasarkan kepada keseimbangan ini perjanjian kerja diantara pekerja dengan majikan akan menetapkan tingkat upah pada W0. Menurut golongan Keynesian Baru, tingkat upah ini relatif stabil dan tidak akan dipengaruhi oleh perubahan-perubahan harga barang, selama kontrak perjanjian kerja masih berlaku. Pada keseimbangan ini tenaga kerja yang digunakan adalah N0.31

Apabila berlaku kenaikan harga dari P0 menjadi P1 akan berlaku pergeseran ke atas kurva permintaan tenaga kerja, yaitu menjadi ND (P1). Tanpa perubahan dalam tingkat upah (yaitu tetap sebanyak W0) keseimbangan di pasaran tenaga kerja dicapai di titik E1. Sebagai akibat N1 tenaga kerja akan digunakan dalam perekonomian dan akan meningkatkan produksi nasional riil menjadi Y1. Grafik dari golongan Keynesian Baru dapat digambarkan sebagai berikut:32

31Ibid.

(20)

3. Perbedaan Kurva AS Aliran Klasik Baru dengan Golongan Keynesian Baru

Untuk menunjukkan pembentukan kurva penawaran agregat golongan Klasik Baru akan menggunakan pendekatan seperti yang digunakan dalam menerangkan grafik di bawah ini. Kenaikan harga, dari P0 menjadi P1 menyebabkan kurva permintaan tenaga kerja bergeser menjadi ND (P1) dan keseimbangan di pasar tenaga kerja bergeser ke titik D yang menggambarkan tingkat upah nominal meningkat menjadi W1 dan kesempatan kerja menjadi N3. Berdasarkan kepada keseimbangan ini maka produksi nasional riil meningkat menjadi Y3 dan hubungan di antara tingkat harga (P1) dengan pendapatan nasional riil (Y3) ditunjukkan oleh titik D pada grafik bagian (d).33

Sekarang perhatikan keadaan yang sebaliknya, yaitu apabila harga turun dari P0 menjadi P2. Permintaan tenaga kerja akan menjadi ND (P2) dan keseimbangan di pasaran tenaga kerja dicapai di titik E. Tingkat upah nominal menurun menjadi W2 dan tenaga kerja yang digunakan adalah sebanyak N4 . Berdasarkan pada perubahan ini maka titik E pada grafik (d) menggambarkan hubungan yang baru diantara tingkat harga (P2) dan pendapatan nasional riil (Y4). Penawaran agregat dalam analisis Klasik Baru diperoleh dengan membentuk suatu kurva yang melalui titik E, A, dan D yaitu kurva ASC. Dari analisis ini dapat disimpulkan: kurva

(21)

penawaran agregat Klasik Baru (ASC) adalah lebih curam dari kurva penawaran agregat Keynesian Baru (ASK).34

D. Pergeseran Kurva Penawaran Agregat

Tidak hanya pergeseran di dalam kurva AD yang dapat menjadi sumber fluktuasi di dalam output agregat (siklus bisnis), tetapi juga bisa terjadi karena pergeseran di dalam kurva penawaran agregat atau AS. Kurva penawaran agregat dapat bergeser karena faktor-faktor yang mempengaruhi biaya produksi, sebagai berikut:35

1. Kekuatan Pasar Tenaga Kerja

Ketika output agregat berada di atas tingkat output natural rate (Y > Yn), maka kurva penawaran agregat (SRAS) akan bergeser ke dalam atau ke kiri atau ketika output agregat berada di bawah tingkat output

alamiah (Y<Yn), maka kurva SRAS akan bergeser ke luar atau ke kanan. 2. Tingkat Harga yang Diharapkan

34Ibid.

(22)

Perubahan di dalam tingkat harga yang di harapkan (expected price level) akan menyebabkan kurva SRAS bergeser ke kanan tau ke kiri dan semakin besar kenaikan yang diharapkan di dalam tingkat harga (yaitu semakin tinggi tingkat harga yang di harapkan), maka semakin besar pergeseran ke dalam dari kurva SRAS tersebut.

3. Dorongan Upah

Keberhasilan para pekerja untuk mendorong upah (wages push) naik juga akan menyebabkan kurva SRAS bergeser ke dalam (inward shift) atau ke kiri.

4. Perubahan dalam Biaya Produksi yang Tidak Terkait dengan Upah

Suatu guncangan penawaran yang negatif (negative supply shock) yang menaikan biaya produksi akan mendorong kurva SRAS bergeser ke dalam atau ke kiri, sementara suatu guncangan penawaran yang positif (positive supply shock) yang menurunkan biaya produksi akan menggeser kurva SRAS ke luar atau ke kanan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ditinjau dari berbagai penjelasan yang kami paparkan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

(23)

merupakan nilai total dari seluruh barang akhir dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian.

2. Kurva AS atau Aggregate Supply Menurut Teori Klasik dan Keynes:

a. Pengertian Kurva AS atau Aggregate Supply: Kurva AS atau kurva

Aggregate Supply atau kurva penawaran agregat adalah kurva yang menggambarkan tentang hubungan antara tingkat harga yang berlaku dalam ekonomi dan nilai produksi riil atau output (pendapatan nasional rill) yang akan ditawarkan dan diproduksi oleh semua perusahaan dalam suatu perekonomian.

b. Kurva AS atau Aggregate Supply Menurut Teori Klasik: Menyangkut penawaran agregat (AS), kaum klasik tidak membuat pembedaan antara kurva penawaran agregat jangka pendek (SRAS) dan kurva penawaran jangka panjang (LRAS). Bagi kaum Klasik hanya ada satu kurva penawaran agregat yaitu kurva penawaran agregat yang tegak lurus atau vertikal, yang menunjukkan bahwa jumlah output barang atau jasa yang sama akan ditawarkan berapapun harganya. Dengan perkataan lain, jumlah output barang atau jasa yang ditawarkan itu tidak bergantung pada tingkat harga. Kurva penawaran agregat kaum Klasik didasarkan pada asumsi bahwa pasar tenaga kerja berada pada kseimbangan dengan kesempatan kerja (employment) berada dalam kondisi full employment.

(24)

agregat Keynes dan pengikutnya (Keynesian) disebabkan oleh terdapatnya pengangguran, perusahaan dapat memperoleh sebanyak mungkin tenaga kerja dengan tingkat upah yang berlaku. Biaya produksi rata-rata mereka karenanya diasumsikan tidak berubah walau terjadi perubahan dalam tingkat outputnya.

3. Kurva AS atau Aggregate Supply Menurut Teori Klasik Baru dan Keynesian Baru:

a. Kurva AS atau Aggregate Supply Menurut Teori Klasik Baru:

Terdapat beberapa tokoh yang mengemukakan pendapatnya mengenai penawaran agregat dari aliran Klasik Baru, tokoh-tokoh tersebut diantaranya adalah:

1) A.W. Phillips (18 November 1914 – 4 Maret 1975): Kurva Phillips tentang penawaran agregat menggambarkan ciri perhubungan diantara tingkat kenaikan upah dengan tingkat pengangguran atau diantara tingkat harga dengan tingkat pengangguran. Nama kurva tersebut diambil dari orang yang pertama sekali membuat studi dalam aspek tersebut. Pada tahun 1958 A.W. Phillips, yang pada waktu itu menjadi professor di London School of Economics, menerbitkan suatu studi mengenai ciri-ciri perubahan tingkat upah di Inggris dalam periode 1861-1957.

(25)

Economic Review. Teori penawaran agregat yang dikembangkan tersebut dinamakan juga sebagai teori penawaran agregat Lucas. b. Kurva AS atau Aggregate Supply Menurut Teori Keynesian Baru:

Menurut golongan Keynesian Baru, upah di dalam pasaran ditentukan secara kontrak di antara pekerja dan majikan, dan tidak akan dipengaruhi oleh perubahan dalam permintaan dan penawaran tenaga kerja yang berlaku. Dengan perkataan lain upah cenderung untuk bertahan pada tingkat yang sudah disetujui oleh perjanjian di antara tenaga kerja dan majikan. Pengurangan permintaan tenaga kerja tidak akan menurunkan upah nominal dan sebaliknya pertambahan permintaan tenaga kerja tidak akan secara tepat menaikan upah nominal.

c. Perbedaan Kurva AS Aliran Klasik Baru dengan Golongan Keynesian Baru: Penawaran agregat dalam analisis Klasik Baru diperoleh dengan membentuk suatu kurva yang melalui titik E, A, dan D yaitu kurva ASC. Dari analisis ini dapat disimpulkan: kurva penawaran agregat Klasik Baru (ASC) adalah lebih curam dari kurva penawaran agregat Keynesian Baru (ASK).

4. Pergeseran Kurva Penawaran Agregat:

a. Kekuatan Pasar Tenaga Kerja. b. Tingkat Harga yang Diharapkan. c. Dorongan Upah.

d. Perubahan dalam Biaya Produksi yang Tidak Terkait dengan Upah. B. Saran

(26)

mencari atau membaca sumber-sumber lain yang berkaitan dengan hal ini, sehingga dapat memperkaya ilmu pengetahuan yang ada. Sehingga harapan kami Anda nantinya tidak hanya sebatas membaca namun juga memberikan koreksi positif demi kebaikan makalah ini kedepannya.

Daftar Pustaka

Aditya, Bayu. 2007. Pemikiran Makroekonomi. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Ardiansyah. 2007. Teori Makro Ekonomi. Bandung: Graha Cipta.

Deliarnov. 2012. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Diulio, Eugene. 1993. Teori Makroekonomi. Jakarta: Erlangga. Hidayat, Syamsul. 2010. Ekonomi Makro. Jakarta: Rajawali Press.

http://arengiff.blogspot.co.id/2011/03/perdebatan-antara-klasik-dan-keynes.html. Diakses pada 20 Oktober 2016.

(27)

Nanga, Muana. 2005. Makroekonomi: Teori, Masalah, dan Kebijakan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Pranomo, Roy. 2002. Para Maestro Makro Ekonomi. Yogyakarta: Adicita Grup. Rosyidi, Suherman. 2005. Pengantar Teori Ekonomi. Jakarta: RajaGrafindo

Persada.

Suhartono, Tommy. 2009. Teori-Teori Ekonomi. Jakarta: Rajawali Press.

Gambar

Gambar grafik di bawah ini menunjukkan pendekatan golongan Keynesian

Referensi

Dokumen terkait