• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterampilan Berbicara Mahasiswa Jurusan Jurusan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Keterampilan Berbicara Mahasiswa Jurusan Jurusan"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

UMPK 608 BAHASA INDONESIA KEILMUAN

Dosen Pembina : Peni Dyah Anggari, M.Pd.

KETERAMPILAN BERBICARA MAHASISWA JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS NEGERI MALANG DI DEPAN FORUM BERDASARKAN

PENGUASAAN KOSAKATA

Oleh :

Nama : Lutfi Hamdani Sutikno

NIM : 160523610828

Off : C

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

(2)

i

Kata Pengantar

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat

dan karunia-Nya, sehingga karya tulis ini dapat di selesaikan tepat pada waktu nya.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu Dosen Bahasa

Indonesia Keilmuan, Peni Dyah Anggari, M.Pd., selaku dosen pembimbing dalam penulisan

karya tulis ini. Juga kepada teman-teman Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Negeri Malang semua tanpa terkecuali.

Karya tulis ini dibuat berdasarkan tugas yang diberikan oleh Ibu Dosen mata kuliah

Bahasa Indonesia Keilmuan. Karya tulis ini dibuat sebagai tugas akhir mata kuliah Bahasa

Indonesia Keilmuan.

Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Oleh karena itu, kritik

dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi pengembangan ilmu

pengetahuan dan kebaikan di masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis mohon maaf jika ada kelemahan dan kekurangan dalam karya

tulis ini. Sekian dan terima kasih.

Malang, Desember 2016

(3)

ii

DAFTAR ISI

1. Kata Pengantar ...………... i

2. Daftar Isi ...………... ii

3. Bab I Pendahuluan ...………... 1

1.1 Latar Belakang ……….... 1

1.2 Identifikasi Masalah ………... 3

1.3 Pembatasan Masalah ………... 3

1.4 Rumusan Masalah ………... 3

1.5 Tujuan Penelitian ………... 3

1.6 Manfaat Penelitian ………... 4

5. Bab II Landasan Teori ………... 5

2.1 Kajian Teori ... 5

2.2 Hipotesis Penelitian ... 10

6. Bab III. Metodologi Penelitian ………... 12

3.1. Metode dan Jenis Penelitian ... 12

3.2. Waktu, Tempat, dan Objek Penelitian ... 12

3.3. Populasi dan Sampel ... 13

3.4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 13

3.5. Teknik Pengolahan Data ... 15

7. Bab IV. Pembahasan ………... 21

4.1. Tujuan Berbicara ... 21

4.2. Faktor-faktor Penunjang Kegiatan Berbicara ... 22

4.3. Faktor-faktor Penghambat Kegiatan Berbicara ... 23

4.4. Kiat Meningkatkan Kosakata ... 23

(4)

iii

8. Bab V. Penutup ………... 27

5.1. Kesimpulan ... 27

5.2. Saran-saran ... 27

(5)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa merupakan

sarana untuk berkomunikasi antar manusia. Bahasa menjadi alat komunikasi dalam

rangka memenuhi sifat manusia sebagai makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan

sesama manusia. Menurut Effendi (1985: 5) bahasa dianggap sebagai alat yang paling

sempurna dan mampu membawakan pikiran dan perasaan baik mengenai hal-hal yang

bersifat konkrit maupun yang bersifat abstrak. Seseorang yang mempunyai kemampuan

berbahasa yang memadai akan lebih mudah menyerap dan menyampaikan informasi

baik secara lisan maupun tulisan.

Mengingat pentingnya fungsi dan peranan bahasa bagi kehidupan manusia, tidak

hanya orang yang berkecimpung di bidang linguistik saja yang berusaha memperdalam

pengetahuannya tentang bahasa, begitu juga orang yang bergelut dalam bidang lain.

Akhir-akhir ini semakin disadari betapa pentingnya fungsi bahasa bagi kehidupan

manusia. Semua orang menyadari bahwa penguasaan bahasa memegang peranan sangat

penting dalam kegiatan berkomunikasi, baik penguasaan secara lisan maupun

penguasaan secara tertulis. Mereka semua menyadari bahwa interaksi dan segala

macam kegiatan masyarakat akan lumpuh tanpa bahasa.

Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek, yaitu menyimak atau

mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan bahasa

tersebut menggambarkan esensi dari bahasa, yaitu sarana dalam berkomunikasi. Karena

itu, keterampilan dalam segala aspek berbahasa wajib dimiliki oleh setiap orang,

termasuk mahasiswa.

Mahasiswa harus menguasai keempat aspek tersebut agar terampil berbahasa.

Dengan demikian, pembelajaran keterampilan berbahasa di perguruan tinggi tidak

hanya menekankan pada teori saja, tetapi mahasiswa dituntut untuk mampu

menggunakan bahasa sebagaimana fungsinya.

Sejak kecil manusia sudah dilatih untuk berkomunikasi. Bayi mendengarkan

bunyi dari lingkungannya dan belajar untuk memahami arti dari berbagai bunyi

tersebut. Perlahan ia belajar berbicara untuk menyampaikan keinginannya atau

(6)

2

sebagai bentuk komunikasi dalam bahasa tulis. Dari rangkaian proses ini, tampak

bahwa bahasa lisan lebih dulu dikuasai manusia dibandingkan dengan bahasa tulis.

Berbicara adalah satu sarana komunikasi yang paling efektif dengan orang lain.

Istilah ini sering kita kenal dengan komunikasi verbal. Komunikasi verbal adalah

komukasi dua arah atau lebih yang menggunakan bahasa verbal (percakapan).

Selain berbicara, keterampilan lain yang perlu dikembangkan oleh mahasiswa

adalah keterampilan menulis. Keterampilan menulis kini tampaknya dianggap sebagai

keterampilan berbahasa yang paling perlu dikuasai. Hal ini pun tecermin dalam ujian

bahasa Indonesia yang lebih banyak mengujikan teori-teori bahasa yang terkait dengan

keterampilan menulis.

Keterampilan menulis tidak mungkin tumbuh sendiri tanpa diiringi dengan

penguasaan keterampilan berbahasa yang lain. Oleh karena itu, membaca merupakan

keterampilan yang perlu dikuasai oleh mahasiswa selanjutnya. Hal ini disebabkan oleh

manfaat membaca yang begitu besar. Salah satunya adalah memperkaya

perbendaharaan kata dan memperluas wawasan. Membaca telah memberi pengaruh

terhadap kemampuan mahasiswa dalam berbahasa utamanya berbicara dan menulis.

Menyimak adalah keterampilan menerima pesan yang disampaikan secara lisan.

Dalam kegiatan menyimak, aktivitas kita diawali dengan mendengar dan diakhiri

dengan memahami atau menanggapi. Dengan demikian, di sini berarti bukan sekedar

mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melainkan sekaligus memahaminya. Dalam bahasa

pertama (bahasa ibu), kita memperoleh keterampilan mendengarkan melalui proses

yang tidak kita sadari sehingga kita pun tidak menyadari begitu kompleksnya proses

pemerolehan keterampilan mendengar tersebut.

Pada kenyataannya, tidak semua mahasiswa di jenjang perguruan tinggi

menguasai empat aspek dalam keterampilan berbahasa. Hal tersebut patut disayangkan

mengingat perguruan tinggi merupakan jenjang tertinggi dalam pendidikan formal.

Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu motode untuk meningkatkan keterampilan berbahasa

masing-masing mahasiswa.

Menurut Jeff Cob (2011: 4) peningkatan kualitas belajar mahasiswa merupakan

bagian yang fundamental dalam setiap pembelajaran karena pembelajaran merupakan

proses transfer informasi dan pengalaman melalui pengetahuan, keahlian, perilaku dan

sikap yang melibatkan faktor internal, yaitu akal, indera dan emosi. Selain itu juga

(7)

3 1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, masalah dapat

diidentifikasi sebagai berikut.

1. Tidak semua mahasiswa di perguruan tinggi memiliki keterampilan berbahasa yang

memadai.

2. Dibutuhkan suatu metode untuk meningkatkan keterampilan berbahasa

masing-masing mahasiswa.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan pertimbangan kemampuan, tenaga, waktu, dan dana, maka

penelitian ini perlu dibatasi. Adapun penelitian ini dibatasi pada masalah pengaruh

antara penguasan kosakata dengan keterampilan berbicara mahasiswa Jurusan Teknik

Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang.

1.4 Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, maka kajian yang akan dibahas pada karya

tulis ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut.

1. Bagaimana penguasaan kosakata dari mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang dapat berpengaruh pada keterampilan berbicara?

2. Apa pengaruh dari perbendaharaan kata dengan keterampilan berbicara? 3. Bagaimana upaya meningkatkan keterampilan berbicara bagi mahasiswa?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi ada tidaknya

hubungan antara penguasaan kosakata dengan keterampilan berbicara mahasiswa

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

a. hubungan antara penguasaan kosakata dengan keterampilan berbicara

(8)

4

b. upaya meningkatkan perbendaharaan kata bagi mahasiswa;

c. dan strategi untuk mengasah keterampilan berbicara.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara

teoritis maupun praktis kepada dosen, khususnya dosen mata kuliah Bahasa Indonesia

Keilmuan dan kepada mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Negeri Malang serta para pembaca pada umumnya.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :

a. Memberikan informasi tentang ada tidaknya hubungan signifikan penguasaan

kosakata dengan keterampilan berbicara;

b. memberikan sumbangan kepada teori pembelajaran tentang berbicara serta

variabel-variabel yang mendukung keterampilan berbicara;

c. menambah wawasan ilmu khususnya bidang pembelajaran bahasa Indonesia

keilmuan sehingga mendorong peneliti lain untuk melaksanakan penelitian

sejenis yang lebih luas dan mendalam.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada :

a. Mahasiswa

Manfaat penelitian ini bagi mahasiswa adalah untuk mengetahui

kemampuannya dalam hal keterampilan berbicara dan meningkatkannya dengan

penguasaan kosakata, sehingga mahasiswa dapat mengukur kemampuannya.

b. Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia Keilmuan

 Sebagai bahan pertimbangan tentang arti penting penguasaan kosakata mahasiswa bagi pengembangan keterampilan berbicara, sehingga

mendorong para dosen mata kuliah terkait untuk mengajarkan empat

(9)

5

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Keterampilan Berbicara

Menurut Nurgiyantoro (1995:276) berbicara adalah aktivitas berbahasa

kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah

aktivitas mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi yang didengar itu, kemudian

manusia belajar untuk mengucapkan dan akhirnya terampil berbicara.

Henry Guntur Tarigan mengatakan berbicara diartikan sebagai

kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk

mengekspresikan, menyatakan danmenyampaikan pikiran, gagasan, serta

perasaan (1983a: 14). Dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu

system tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible)

yang memanfaatkan sejumlah otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan

gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Berbicara merupakan suatu bentuk

perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis,

semantik, dan linguistik.

Keterampilan ini bukanlah suatu jenis keterampilan yang dapat diwariskan

secara turun temurun walaupun pada dasarnya secara alamiah setiap manusia

dapat berbicara. Namun, keterampilan berbicara secara formal memerlukan

latihan dan pengarahan yang intensif. Stewart dan Kennert Zimmer (1997: 56)

memandang penguasaan kosakata yang baik akan menciptakan komunikasi

yang efektif yang merupakan sesuatu yang esensial untuk mencapai

keberhasilan setiap individu maupun kelompok. Mahasiswa yang mempunyai

keterampilan berbicara yang baik, pembicaraannya akan lebih mudah dipahami

oleh penyimaknya. Berbicara menunjang keterampilan membaca dan menulis.

Menulis dan berbicara mempunyai kesamaan yaitu sebagai kegiatan produksi

bahasa dan bersifat menyampaikan informasi. Kemampuan mahasiswa dalam

berbicara juga akan bermanfaat dalam kegiatan menyimak dan memahami

(10)

6

mahasiswa mempunyai kemampuan berbicara yang baik. Oleh sebab itu,

pembinaan keterampilan berbicara harus dilakukan sedini mungkin.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa berbicara

diartikan sebagai suatu alat untuk mengkombinasikan gagasan-gagasan yang

disusun serta mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang

pendengar atau penyimak. Berbicara merupakan instrumen yang

mengungkapkan kepada penyimak hampir secara langsung apakah sang

pembicara memahami atau tidak, baik bahan pembicaraan maupun para

penyimaknya, apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau

tidak, pada saat dia mengkombinasikan gagasan-gagasannya, apakah dia

waspada serta antusias ataukah tidak.

Menurut pandangan whole language, berbicara tidak diajarkan sebagai

suatu pokok bahasan yang berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan

dalam pembelajaran bahasa bersama dengan keterampilan berbahasa yang lain.

Kenyataan teresebut dapat dilihat bahwa dalam proses pembelajaran bahasa,

keterampilan berbahasa tertentu dapat dikaitkan dengan keterampilan berbahasa

yang lain. Pengaitan keterampilan berbahasa yang dimaksud tidak selalu

melibatkan keempat keterampilan berbahasa sekaligus, melainkan dapat hanya

menggabungkan dua keterampilan berbahasa saja sepanjang aktivitas berbahasa

yang dilakukan bermakna.

Pentingnya keterampilan berbicara atau bercerita dalam komunikasi juga

diungkapkan oleh Supriyadi (2005:178) bahwa apabila seseorang memiliki

keterampilan berbicara yang baik, dia akan memperoleh keuntungan social

maupun profesional. Keuntungan social berkaitan dengan kegiatan interaksi

social antar individu. Sedangkan keuntungan professional diperoleh sewaktu

menggunakan bahasa untuk membuat pertanyaa-pertanyaan, menyampaikan

fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan dan mendeskripsikan. Keterampilan

berbahasa lisan tersebut memudahkan mahasiswa berkomunikasi dan

(11)

7 2.1.2 Pengertian Kosakata

Harimurti Kridalaksana (1984:114) mengatakan bahwa kosakata

adalah kekayaan kata yang dimiliki seorang pembicara, penulis, atau suatu

bahasa; perbendaharaan kata.

berpendapat bahwa kosakata dapat diartikan menjadi lima macam arti, yaitu :

(1) semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa,

(2) kata-kata yang dikuasai seseorang atau kata-kata yang dipakai oleh

segolongan orang dari lingkungan yang sama,

(3) kata-kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan,

(4) seluruh morfem yang ada dalam suatu bahasa (dalam linguistik), dan

(5) daftar sejumlah kata dan frase dari suatu bahasa yang disusun secara

alpabetis disertai batasan dan keterangannya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

kosakata adalah perbendaharaan kata, yaitu kata-kata yang ada dalam suatu

bahasa; dalam hal ini bahasa Indonesia.

2.1.3 Penggunaan Kosakata

Ditinjau dari segi pemakaiannya, penggunaan kata dalam berbahasa tidak

sama. Ada kata yang hanya dipergunakan oleh sekelompok orang, ada pula

kata yang hanya dipergunakan sebagian besar masyarakat; ada kata yang

jarang dipergunakan, ada pula kata yang sering dipergunakan.

Soedjito (1986 : 1) membagi kosakata menjadi dua macam, yaitu kosakata

aktif dan kosakata pasif. Kosakata aktif ialah kosakata yang sering digunakan

dalam pembicaraan dan menulis, sedangkan kosakata pasif adalah kosakata

(12)

8

Gorys Keraf (1984 : 81) juga sependapat dengan pendapat di atas. Ia

berpendapat bahwa ada dua macam pembagian kata, yaitu kata-kata aktif dan

kata-kata pasif. Kata-kata aktif ialah kata-kata yang sering dipergunakan

seseorang dalam berbicara atau menulis. Kata-kata itu seolah terlontar keluar

tanpa dipikir panjang oleh pembicara atau penulis dalam menyatakan

gagasannya. Sebaliknya, kata-kata pasif ialah kata-kata yang dapat dikatakan

hampir atau tidak pernah digunakan oleh orang, namun akan menimbulkan

reaksi bahasa jika didengar atau dibaca. Antara kata-kata aktif dan pasif ini

terdapat kata-kata yang setengah aktif dan setengah pasif, artinya orang dapat

menggunakan kata-kata tersebut tetapi sulit. Peristiwa ini kita alami jika kita

harus mempergunakan bahasa asing yang betul-betul belum kita kuasai.

Berdasarkan ketiga pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

berdasarkan frekuensi pemakaiannya, kosakata dapat dibedakan atas dua

macam, yaitu kosakata yang berfrekuensi tinggi dan kosakata yang

berfrekuensi rendah. Kosakata yang berfrekuensi tinggi ialah kosakata yang

sering digunakan dalam kegiatan berbahasa, sedangkan kosakata yang

berfrekuensi rendah ialah kosakata yang jarang atau bahkan tidak pernah

dipergunakan dalam berkomunikasi.

2.1.4 Pentingnya Penguasaan Kosakata

Dalam kegiatan berbahasa sebagai sarana komunikasi, penguasaan

kosakata mempunyai peranan penting, sebab penggunaan kosakata yang baik

menjadikan kegiatan komunikasi berjalan dengan baik pula. Hal ini

disebabkan oleh sangat pentingnya peranan penggunaan kosakata dalam

proses penguasaan bahasa. Bahkan dapat dikatakan bahwa penguasaan

kosakata merupakan syarat mutlak untuk menguasai bahasa.

Selanjutnya ditegaskan oleh Henry Guntur Tarigan (1986: 1) bahwa

keterampilan berbahasa seseorang sangat tergantung kualitas dan kuantitas

kosakata yang dimilikinya. Semakin kaya kosakata yang dimilikinya, maka

semakin besar pula kemungkinannya terampil berbahasa.

Komunikasi merupakan salah satu proses pertukaran informasi melalui

sistem simbol, tanda atau tingkah laku yang umum antara individu. Dalam

komunikasi tersebut baik komunikator maupun komunikan menyampaikan

(13)

9

kalimat-kalimat. Komunikasi ini akan terganggu jika salah satu pihak kurang

menguasai kosakata bahasa yang digunakan. Keadaan seperti ini akan nampak

jika terjadi komunikasi antara orang yang telah pandai berbahasa dengan orang

asing yang masih baru belajar bahasa Indonesia. Bagi orang yang telah

menguasai bahasa Indonesia tidak ada masalah, namun bagi orang asing

tersebut tentunya mengalami kesulitan karena kurangnya penguasaan

kosakata.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapt disimpulkan bahwa penguasaan

kosakata merupakan syarat mutlak dalam kegiatan berbahasa. Baik dan

tidaknya keterampilan berbahasa seseorang sangat ditentukan oleh kualitas dan

kuantitas kosakata yang dimilikinya.

2.1.5 Penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi Negara pada saat ini juga dirasa

telah memposisikan diri dalam peran yang nyata dan positif. Dalam

perkembangannya, bahasa Indonesia yang bermula dari bahasa Melayu, telah

menjadi bahasa pengantar bagi seluruh bangsa Indonesia dan berbagai bidang

kehidupan sebagaimana tercantum dalam UUD 1945, Bab XV, Pasal 36. Dan

karenanya pula, kita sebagai pemakai bahasa Indonesia patut member

perhatian yang besar terhadap kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa

resmi Negara dan bahasa pergaulan seluruh masyarakat Indonesia.

Dalam konteks inilah, kemampuan berbagai disiplin ilmu yang terkandung

dalam ilmu bahasa Indonesia, seperti linguistik, membaca, menulis, berbicara,

dan menyimak perlu mendapat perhatian yang serius. Bahasa tulisan sebagai

salah satu bentuk wacana yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya

mensyaratkan seorang penulis untuk menguasai kaidah-kaidah bahasa,

khususnya penggunaan EYD. Karena dengan pengusaaan terhadap kaidah

EYD, dapat dipastikan pesan informasi yang disampaikan dalam tulisannya

dapat dengan mudah dipahami oleh pembacanya. Hal ini berkaitan dengan

pernyataan Henri Guntur Tarigan (1984:21) yang menyatakan bahwa menulis

adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik, yang

menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang, hingga orang lain

memahami lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa

(14)

10

Surat resmi sebagai salah satu bentuk karya berbentuk tulisan tampaknya

patut dicermati lebih jauh khususnya dalam kaitan penggunaan EYD yang

terdapat didalamnya. Berbagai macam bentuk surat resmi diantaranya seperti

surat lamaran, surat permohonan, surat perjanjian dan sebagainya. Untuk

memenuhi fungsi dan tujuannya sebagai alat komunikasi juga tidak terlepas

dari unsure penggunaan EYD. Bahkan dalam suratresmi, format penulisan

surat pun juga menjadi salah satu tolok ukur yang penting.

Dalam prakteknya, sebagai padanan berbahasa yang baku, EYD kurang

dikuasai oleh remaja pada umumnya. Hal ini disebabkan pengaruh

penggunaan bahasa local atau bahasa ibu dalam pergaulan keseharian.

Yang memprihatinkan, saat ini bermunculan beberapa aliran atau paham

yang meluas di masyarakat tentang gaya hidup yang berpengaruh pada kaidah

berbahasa, misalnya bahasa alay.

Inilah yang juga mampu merusak bentuk penulisan bahasa Indonesia

yang sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Khususnya para

remaja saat mereka menulis, mencatat, bahkan penulisan jawaban pada lembar

jawaban ketika mengerjakan ujian.

Oleh karena itu perlu adanya kesadaran pada diri kita sendiri agar tidak

menggunakan bahasa yang tidak sesuai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

dalam proses pembelajaran di sekolah. Perlunya juga bantuan dari para guru

bahasa Indonesia untuk memberi bimbingan, ajaran, serta aturan untuk bentuk

penulisannya tidak menggunakan bentuk penulisan pada SMS dan sesuai

dengan bentuk penulisan bahasa Indonesia yang sesuai Ejaan Yang

Disempurnakan (EYD).

Kosakata yang dikuasai mahasiswa juga dipengaruhi oleh penguasaan

mereka terhadap Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Hal ini tentunya

memiliki hubungan dengan kecerdasan mereka dalam berbicara khususnya

secara formal.

2.2 Hipotesis Penelitian

Penelitian ini berlandaskan teori yang dikemukakan oleh Stewart dan Kennert

Zimmer (1997: 56) yang memandang penguasaan kosakata yang baik akan

menciptakan komunikasi yang efektif yang merupakan sesuatu yang esensial untuk

(15)

11

rumusan masalah dan kajian teori yang telah diuraikan, dapat diperoleh hipotesis

“Adanya pengaruh penguasaan kosakata terhadap keterampilan berbicara mahasiswa

(16)

12

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode dan Jenis Penelitian

Penelitian ini bertolak dari anggapan bahwa minat membaca berpengaruh

terhadap keterampilan berbicara. Keduanya diduga mempunyai hubungan yang sangat

erat.Selain itu, penguasaan kosakata seseorang juga dianggap berpengaruh terhadap

keterampilan berbicara sehingga antara minat membaca, penguasaan kosakata, dan

keterampilan berbicara saling berhubungan dan mempengaruhi.

Dalam penelitian ilmiah, faktor metodologi memegang peranan penting guna

mandapatkan data yang obyektif, valid, dan selanjutnya digunakan untuk memecahkan

permasalahan yang telah dirumuskan. Menurut W.J.S Poerwodarmingto (1987:649)

pengertian metode adalah cara yang teratur dan telah terfikir secara baik yang

digunakan untuk mencapai tujuan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, karena

metode ini bersifat menerangkan dan bertujuan menentukan sifat hubungan antara satu

atau lebih variabel bebas. Dengan demikian, melalui metode deskriptif ini diharapkan

dapat diperoleh gambaran objektif tentang hubungan penguasaan kosakata dengan

keterampilan berbicara mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Negeri Malang.

Jenis penelitian ini bersifat kuantitatif. Artinya data-data yang dihimpun dari

responden diolah menjadi bentuk angka-angka yang merupakan presentase jawaban

responden atas rumusan masalah yang ada terkait pembatasan dan tujuan penelitian

yang telah ditentukan.

Sebagai upaya untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka perlu dirumuskan

scenario penelitian mulai dari persiapan, pelaksanaan, sampai pada evaluasinya.

3.2 Waktu, Tempat, dan Objek Penelitian

1. Waktu Penelitian

(17)

13

2. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di lingkungan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Negeri Malang.

3. Objek Penelitian

Peserta yang diteliti, yang selanjutnya kami sebut responden terdiri dari mahasiswa

angkatan 2016 sebanyak 19 orang, angkatan 2015 sebanyak 16 orang, dan angkatan

2014 sebanyak 15 orang.

3.3 Populasi dan Sampel

➢ Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Negeri Malang.

➢ Sampel dari penelitian ini yang selanjutnya disebut sebagai responden terdiri

dari mahasiswa angkatan 2016 sebanyak 19 orang, angkatan 2015 sebanyak 16

orang, dan angkatan 2014 sebanyak 15 orang.

3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Penelitian ini dimulai dengan persiapan peneliti menyiapkan angket atau lembar

kuesioner yang sifatnya open minded (terbuka) dan lentur, sehingga dapat menggali data

sesuai tujuan yang telah ditetapkan. Sebanyak 50 lembar sebagai sampel dari seluruh

mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang. Pencarian data

dari angket dilaksanakan selama 2 hari berturut-turut. Masing-masing responden mengisi

angket yang terdiri dari beberapa pertanyaan.

ANGKET KETERAMPILAN BERBAHASA

1. Dapatkah Anda menggunakan bahasa Indonesia sesuai ejaan yang disempurnakan (EYD)?

a. Ya

b. Tidak

Mengapa ?

(18)

14

2. Dapatkah Anda secara lisan menyampaikan pendapat / isi pikiran dengan baik dan runtut?

a. Ya

b. Tidak

Mengapa ?

………

Bagaimana caranya ?

………..

3. Apakah Anda memiliki keberanian untuk berbicara di forum kecil seperti kelas ?

a. Ya

b. Tidak

Mengapa ?

………

4. Kesulitan apa saja yang Anda alami ketika menyampaikan gagasan?

a. Kesulitan menyampaikan gagasan denganbahasa yang tepat

b. Pemilihan kosakata

c. Kesulitan menyampaikan alur gagasan secara teratur

5. Apakah Anda mengalami kesulitan saat menyimak materi pelajaran yang diterangkan oleh

guru ?

a. Ya

b. Tidak

Mengapa ?

………

6. Dapatkah Anda menangkap dengan mudah materi pelajaran tersebut ?

a. Ya

b. Tidak

Mengapa ?

………

(19)

15

a. Novel

b. Komik

c. Artikel

d. Koran

e. Fakta-fakta

f. Religi

g. Motivasi

Lainnya

………

3.5 Teknik Pengolahan Data

Setelah terkumpul, selanjutnya data tersebut diolah. Adapun langkah-langkah

yang ditempuh dalam pengolahan data adalah sebagai berikut.

1) Penyeleksian data, yakni dimaksudkan untuk mengetahui apakah hasil

pekerjaan responden itu memenuhi syarat atau tidak dan juga untuk

menghindari pertukaran antar sampel.

2) Penghitungan presentasi hasil jawaban, yakni untuk mengetahui mayoritas dan

minoritas jawaban yang telah diberikan oleh responden, baik untuk jawaban Ya

dan Tidak, serta alasan yang mendasarinya.

3) Membuat grafik presentasi, hal ini dimaksudkan untuk memperjelas presentasi

jawaban dari responden.

Persentase Hasil Penelitian

Setelah responden mengumpulkan lembar kuisioner yang peneliti bagikan, kami

melakukan rekapitulasi pengolahan data dalam bentuk persentase dari jawaban

masing-masing pertanyaan yang ada di lembar kuisioner.

1. Dapatkah Anda menggunakan bahasa Indonesia sesuai Ejaan Yang disempurnakan

(20)

16

62.50% 37.50%

0 0

Dapatkah Anda menggunakan bahasa

Indonesia sesuai EYD ?

Ya

Tidak

 Sebanyak 62,5% dari responden menjawab Ya. Alasannya dapat kami rinci

sebagai berikut.

a. 28,57% responden menjawab Ya mengaku karena mereka sudah

mempelajarinya di sekolah melalui mata pelajaran Bahasa Indonesia.

b. 28,57% responden mengaku sudah terbiasa menggunakan Ejaan Yang

Disempurnakan (EYD).

c. 19,05% responden menyadari keharusan menggunakan Ejaan Yang

Disempurnakan (EYD) karena mereka adalah generasi penerus bangsa.

d. 19,05% responden mengaku dapat menggunakan Ejaan Yang

Disempurnakan (EYD) karena mudah.

e. 4,76% responden mengaku terbiasa menggunakannya sebagai bahasa

keseharian di rumah.

 Responden yang menjawab Tidak persentasenya sebanyak 37,5% dengan

alasan sebagai berikut.

a. 58,82% beralasan bahwa mereka terpengaruh dengan bahasa pergaulan

sehari- hari.

b. 41,18% responden mengaku bahwa Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

cukup sulit dan mereka tidak memahaminya.

2. Dapatkah Anda secara lisan menyampaikan pendapat atau isi pikiran dengan baik

(21)

17

 Sebanyak 57,5% menjawab Ya. Ada beberapa alasan yang mendasarinya

sebagai berikut.

a. 68,42% dari responden yang menjawab Ya mengaku sudah terbiasa

mengungkapkan apa yang ada di pikirannya.

b. 31,58% mengaku hal itu adalah keharusan untuk memudahkan orang lain

memahami maksud ucapannya.

 Dari pengakuan responden dalam lembar kuisioner sebanyak 42,5% mengaku

kesulitan mengungkapkan isi pikirannya dengan baik dan runtut. Beberapa

alasan mereka dapat kami jabarkan sebagai berikut.

a. 64,3% mengaku kesulitan memilih kata-kata yang tepat.

b. 14,3% mengaku malu dan tidak biasa melakukannya.

c. 14,3% responden mengaku kesulitan karena mengalami hambatan

mengungkapkan maksudnya secara runtut.

3. Apakah Anda memiliki keberanian untuk berbicara di forum kecil seperti kelas ?

57,50% 42,50%

Dapatkah Anda secara lisan menyampaikan pendapat

atau isi pikiran dengan baik dan runtut ?

Ya

(22)

18

37.14%

34.28% 28.57%

Kesulitan apa yang Anda alami ketika

menyatakan gagasan ?

Bahasa

Kosakata

Alur 0.00%

50.00% 100.00%

Ya

Tidak

82,5%

17,5%

Apakah Anda memiliki keberanian untuk

berbicara di forum kecil seperti kelas ?

 Responden yang menjawab Ya persentasenya 82,5% . Alasan yang mereka ajukan adalah:

a. 69,23% mengaku berani melakukannya untuk melatih mental dan rasa

percaya diri agar dapat mengembangkan keterampilan berbicaranya ketika

berbicara di forum yang lebih besar lagi.

b. 30,77% responden mengaku karena sudah terbiasa berbicara di depan

teman-temannya.

 Sebanyak 17,5% responden menjawab Tidak.

a. 50% responden takut melakukan kesalahan dalam berbicara.

b. 50% responden mengaku malu.

(23)

19

a. 37,14% menjawab bahwa mereka kesulitan menyampaikan gagasan dengan

bahasa yang tepat.

b. 34,28% mengalami kesulitan dalam pemilihan kosakata.

c. 28,57% responden mengalami kesulitan menyampaikan alur gagasan secara

teratur.

5. Apakah Anda mengalami kesulitan saat menyimak materi pelajaran yang

diterangkan oleh guru ?

 37,5% dari responden yang mengisi angket di lembar kuisioner kami menjawab Ya. Alasannya :

a. 71,43% mengaku metode mengajar yang digunakan oleh guru tidak

menyenangkan.

b. 14,3% dari responden mengaku materi pelajarannya sulit.

c. 14,3% dari responden menjawab situasi kelas yang rebut telah

mengganggu konsentrasi mereka.

 Sebanyak 62,5% responden menjawab Tidak dengan alasan:

a. 56,25% memperhatikan dengan sungguh-sungguh saat guru menerangkan

materi pelajaran.

b. 31,25% responden mengaku guru mereka memiliki metode mengajar yang

cukup menyenangkan.

c. 6,25% beralasan bahwa faktor tempat duduk turut berperan memberi

kesulitan kepada mereka saat menyimak materi pelajaran.

6. Dapatkah Anda menangkap dengan mudah materi pelajaran tersebut ?

 Responden yang menjawab Ya sebanyak 75%.

a. Metode mengajar guru yang asyik dipilih sebagai alasan 47,37%

responden.

b. 15,79% responden mengaku materi yang mereka pelajari mudah.

c. Motivasi belajar yang tinggi dipilih sebagai alasan mereka dapat

menangkap dengan mudah materi pelajaran sebanyak 36,84% responden.

 Responden yang menjawab Tidak sebanyak 71,43% alasan mereka antara lain :

(24)

20

b. 14,3% dari mereka mengaku materi pelajarannya sulit.

c. 14,3% mengaku kurangnya konsentrasi menghambat mereka dalam

menangkap materi pelajaran.

7. Jenis bacaan apa yang sering Anda baca ?(pilihan dapat lebih dari 1)

Karena jawaban yang diberikan boleh lebih dari satu, maka perinciannya peneliti

jabarkan sebagai berikut.

a. 45% mengaku bacaan yang sering mereka baca adalah komik, novel dan

fakta-fakta.

b. Sebanyak 35% lainnya menjawab artikel.

c. Responden yang menjawab koran sebanyak 37,5% .

d. 47,5% dari responden menjawab mereka sering membaca bacaan yang bergenre

religi.

e. Sementara persentase terbesar yaitu sebanyak 55% dari responden memilih

(25)

21

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Tujuan Berbicara

Setiap kegiatan berbicara yang dilakukan manusia selalu mempunyai maksud

dan tujuan. Menurut Henry Guntur Tarigan (1983b: 15) tujuan utama berbicara adalah

untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka

sebaiknya sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin

dikombinasikan, dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasi terhadap

pendengarnya, dan dia harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala

sesuatu situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan. Menurut Djago,

dkk (1997: 37) tujuan pembicaraan biasanya dapat dibedakan atas lima golongan

yaitu:

a. menghibur,

b. menginformasikan,

c. menstimulasi,

d. meyakinkan, dan

e. menggerakkan.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa seseorang

melakukan kegiatan berbicara selain untuk berkomunikasi juga bertujuan untuk

mempengaruh orang lain dengana maksud apa yang dibicarakan dapat diterima oleh

lawan bicaranya dengan baik. Adanya hubungan timbal balik secara aktif dalam

kegiatan berbicara antara pembicara dengan pendengar akan membentuk kegiatan

(26)

22

4.2 Faktor-faktor Penunjang Kegiatan Berbicara

Berbicara atau kegiatan komunikasi lisan merupakan kegiatan individu dalam

usaha menyampaikan pesan secara

lisan kepada sekelompok orang, yang

disebut juga audience atau majelis.

Supaya tujuan pembicaraan atau

pesan dapat sampai kepada audience

dengan baik, perlu diperhatikan

beberapa faktor yang dapat

menunjang keefektifan berbicara.

Kegiatan berbicara juga memerlukan hal-hal di luar kemampuan berbahasa dan ilmu

pengetahuan. Pada saat berbicara diperlukan beberapa hal berikut, yaitu :

1) penguasaan bahasa,

2) bahasa,

3) keberanian dan ketenangan,

4) kesanggupan menyampaikan ide dengan lancar dan teratur.

Faktor penunjang pada kegiatan berbicara sebagai berikut.

1. Faktor kebahasaan, meliputi :

1) ketepatan ucapan,

2) penempatan tekanan nada, sendi atau durasi yang sesuai,

3) pilihan kata,

4) ketepatan penggunaan kalimat serta tata bahasanya,

5) ketepatan sasaran pembicaraan.

2. Sedangkan faktor nonkebahasaan, meliputi :

1) sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku,

2) pendangan harus diarahkan ke lawan bicara,

3) kesediaan menghargai orang lain,

4) gerak-gerik dan mimik yang tepat,

5) kenyaringan suara,

6) kelancaran,

(27)

23

8) penguasaan topik.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kegiatan berbicara adalah faktor urutan kebahasaan (linguitik) dan non

kebahasaan (nonlinguistik).

4.3 Faktor-faktor Penghambat Kegiatan Berbicara

Faktor yang diduga sebagai penyebab rendahnya keterampilan berbicaraadalah

rendahnya pengetahuan tentang kaidah bahasa yang berlaku, minimnya penguasaan

kosakata mahasiswa, dan terbatasnya pengetahuan atau pengalaman yang akan

disampaikan kepadalawan bicara atau pendengar. Selaras dengan hal tersebut, Henry

Guntur Tarigan (1993 : 2) mengatakan bahwa kualitas keterampilan berbahasa

seseorang jelas bergantung kepada kuantitas dan kualitas kosakata yang dimilikinya.

Henry Guntur Tarigan (1984 : 53), menyatakan bahwa tanpa kemampuan

berbicara yang memadai, mahasiswa tidak dapat mengekspresikan, menyatakan, dan

menyampaikan pikiran, gagasan, danperasaan dengan baik. Keterampilan berbicara

siswa tidak dapat dimiliki dengan tiba-tiba, tetapi harus melalui latihan yang teratur.

Mengacu beberapa perkiraan-perkiraan jawaban di atas, peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian guna menguji ada tidaknya hubungan signifikan antara minat

membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berbicara.

Ada kalanya proses komunikasi mengalami gangguan yang mengakibatkan pesan

yang diterima oleh pendengar tidak sama dengan apa yang dimaksudkan oleh

pembicara. Tiga faktor penyebab gangguan dalam kegiatan berbicara, yaitu:

1) faktor fisik, yaitu faktor yang ada pada partisipan sendiri dan faktor yang berasal

dari luar partisipan.

2) faktor media, yaitu faktor linguitisk dan faktor nonlinguistik, misalnya lagu,

irama, tekanan, ucapan, isyarat gerak bagian tubuh, dan

3) faktor psikologis, kondisi kejiwaan.

4.4 Kiat Meningkatkan Kosakata

Sebanyak 34,28% dari responden yang kami teliti mengaku bahwa hambatan

terbesar mereka dalam berbicara adalah perbendaharaan kata yang kurang memadai.

Di bawah ini akan dijelaskan beberapa tips yang dapat memperkaya kosakata

(28)

24

a. Berdiskusi

Dalam diskusi terjadi dua kegiatan berbahasa yaitu menyimak dan berbicara.

Peristiwa ini melibatkan proses timbal balik yang terjadi antara satu orang dengan

yang lain. Tanpa disadari banyak berdiskusi, selain memperluas wawasan,

meningkatkan kemampuan bersosialisasi, juga dapat memperkaya perbendaharaan

kata. Makin banyak berdiskusi, maka akan semakin banyak hal yang kita ketahui.

Dengan demikian, perbendaharaan kata yang dimiliki juga mengalami

peningkatan.

b. Banyak membaca buku

Minat membaca

yangrendah diduga sebagai

pemicu rendahnya penguasaan

kosakata. Dengan demikian

mahasiswa yang minat bacanya

rendah akan rendah pula

penguasaan kosakatanya. Hal

itu akan berlanjut pada

kegiatanberbahasa yang lain

yang berbentuk berbicara.

Jenis bacaan juga turut mempengaruhi kualitas dari kosakata yang dimiliki

mahasiswa.Tidak semua bacaan yang dibaca akan meningkatkan kosakata.

Hal ini disebabkan dalam tulisan terutama karya sastra yang sebagian besar

berlatar kehidupan keseharian. Berdasarkan hasil penelitian, 45% responden yang

merupakan mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri

Malang sering membaca komik dan novel. Meskipun hal tersebut dapat

berdampak positif untuk keterampilan menulis mereka, sebaiknya untuk

meningkatkan keterampilan berbicara, jenis bacaan yang dikonsumsi memiliki

nilai lebih untuk peningkatan perbendaharaan kata seperti bacaan motivasi, koran,

(29)

25 4.5 Kiat Meningkatkan Rasa Percaya Diri

Persentase responden yang mengaku tidak memiliki keberanian untuk

berbicara di forum kecil seperti kelas sebanyak 17,5%. Berbagai alasan yang mereka

utarakan ialah takut salah, tidak menguasai materi, malu atau tidak percaya diri, takut

ditertawakan dan lain-lain. Bagi sebagian orang berbicara di depan umum dalam

forum resmi adalah suatu momok yang menakutkan, sehingga hal ini mengakibatkan

mereka menjadi cemas dan takut untuk melakukan hal itu. Masalah-masalah ini

banyak sekali kita jumpai di lapangan, termasuk di perguruan tinggi. Tidak sedikit

mahasiswa yang tidak mampu berbicara baik di depan kelas ataupun forum luar kelas.

Hal ini jika dibiarkan akan sangat berdampak kurang baik bagi pengembangan diri

mahasiswa tersebut.

Masalah-masalah di atas sebenarnya bisa ditangani jika mahasiswa punya

kemauan untuk melakukannya. Berikut ada beberapa tips yang bisa dilakukan supaya

mampu berbicara efektif dalam forum resmi.

a. Kuasai materi yang akan dibicarakan

Dalam sebuah pembicaraan resmi atau di depan umum, seseorang harus

menguasai materi yang akan disampaikan. Sifat dari pembicaraan resmi berbeda

dengan pembicaraan biasa. Dalam pembicaraan resmi selalu ada tujuan yang

hendak dicapai. Misalnya dalam sebuah presentasi. Tujuan dari presentasi adalah

membahas, mendiskusikan dan menginformasikan sesuatu kepada orang lain.

Kalau materi tidak dikuasai maka mustahil sesorang mampu melakukan

presentasi secara baik. Hal ini berlaku dalam setiap pembicaraan yang bersifat

resmi.

b. Berprasangka baik terhadap diri sendiri

Berpikir positif juga merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam

komunikasi atau pembicaraan yang bersifat resmi. Banyak kasus terjadi,

seseorang tidak mampu berbicara baik di depan umum karena mereka tidak

berpikir positif terhadap diri sendiri. Mereka selalu beranggapan bahwa dirinya

tidak bisa atau tidak berbakat dalam hal tersebut. Supaya mampu berbicara secara

efektif maka kita harus berpikir postif, kita tekankan dalam diri kita bahwa kita

mampu melakukan hal tersebut. Sebaiknya kita tidak usah berpikir bagaimana

(30)

26

semakin takut dan berpikiran negatif terhadap diri kita sendiri. Setelah itu katakan

pada diri kita bahwa kita bisa.

c. Lakukan latihan secara intensif

Untuk hasil yang maksimal dalam melakukan sesuatu tidak akan pernah

terlepas dari kebiasaan dan latihan yang dilakukan. Anggapan bahwa kecerdasan

linguistik itu adalah bawaan lahir, harus kita hilangkan.Pada dasarnya semua

bakat berkembang karena lingkungan dan latihan, termasuk juga dalam

berbicara.Untuk itu kita harus luangkan waktu kita untuk latihan berbiacara.

Misalnya kita latihan berbiacara di depan cermin, kita lihat diri kita sendiri sudah

bagus atau belum. Kalau kita belum mampu membahas hal-hal yang berat, maka

kita bisa latihan dari hal-hal yang kita sukai.Latihan ini harus kita lakukan secara

intensif untuk hasil yang maksimal.

d. Berani untuk mencoba

Setelah semua hal di atas dilaksanakan dengan baik, maka hal terakhir

yang perlu dilakukan adalah berani mencoba.Apa yang sudah kita upayakan harus

dicoba.Untuk hasil yang baik tidak mungkin bisa seketika, namun butuh sebuah

proses yang panjang sambil terus mengasah kemampuan dengan berlatih dan

(31)

27

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana penguasaan kosakata dari

mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang dapat

berpengaruh pada keterampilan berbicara.

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut.

1. Terbuktinya kebenaran hipotesis bahwa adanya pengaruh penguasaan kosakata

terhadap keterampilan berbicara mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Negeri Malang.

2. Masih cukup banyak mahasiswa yang kurang mampu menyampaikan pendapatnya

dengan baik dan runtut. Hal ini dibuktikan dengan pengakuan sebanyak 42,5% dari

responden yang mengalami kendala, baik itu dari segi penguasaan kosakata

maupun kesulitan dalam penyampaian alur gagasan.

3. Sebagian besar mahasiswa atau 82,5% responden telah memiliki rasa percaya diri

menyampaikan isi pikirannya di depan kelas.

4. Kesulitan yang dialami saat penyampaian gagasan disebabkan oleh perbendaharaan

kata yang kurang, penggunaan bahasa yang tepat, serta alur yang teratur.

5.2 Saran-Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penulis dapat mengemukakan saran kepada

mahasiswa dan dosen mata kuliah bahasa Indonesia keilmuan sebagai berikut.

5.2.1 Mahasiswa

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih banyak mahasiswa

yang kurang menguasai kosakata dan mengalami kesulitan dalam berbicara.

Oleh sebab itu, penulis menyarankan kepada mahasiswa Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang beberapa hal sebagai berikut.

1) Agar lebih meningkatkan penguasaan kosakata, terutama kata-kata atau

(32)

28

penguasaan kosakata dapat dilakukan dengan cara banyak membaca dan

berdiskusi.

2) Meningkatkan keterampilan berbicara dan rasa percaya diri. Yakinkan

pada diri sendiri bahwa kita mampu. Teruslah berlatih dan berusaha.

3) Mempelajari Ejaan Yang Disempurnakan sebagai pedoman berbahasa

Indonesia yang baik dan benar. Sebagai penerus bangsa, sudah selayaknya

bahasa Indonesia dilestarikan. Untuk itu pengetahuan tentang bahasa

Indonesia yang baik dan benar merupakan hal yang wajib diketahui oleh

mahasiswa.

5.2.2 Dosen Bahasa Indonesia Keilmuan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih banyak mahasiswa yang

kurang menguasai kosakata dan mengalami kesulitan dalam berbicara. Oleh

sebab itu, penulis menyarankan kepada dosen Bahasa Indonesia Keilmuan

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang beberapa hal

sebagai berikut.

1) Agar lebih meningkatkan mutu pengajaran.

2) Menggunakan metode mengajar yang memudahkan mahasiswa dalam

memahami materi. Salah satu tujuan pengajaran bahasa Indonesia adalah

menjadikan mahasiswa mampu berbahasa dengan baik dan benar. Oleh

sebab itu, dosen hendaknya jangan semata-mata mengajarkan teori tentang

bahasa, tetapi berusaha sedemikian rupa sehingga mahasiswa mampu

(33)

29

DAFTAR PUSTAKA

Ansharullah. 2011. Pendidikan Islam Berbasis Kecerdasan Jamak Multiple Intelligences. Cetakan I. Jakarta: STEP.

Azwar, Saifuddin, 2006. Pengantar Psikologi Inteligensi. Edisi I, Cetakan V Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Gardner, Howard. 2003. Kecerdasan Majemuk, Teori Dalam Praktek. Batam: Interaksa.

Anonim. 2010. Perkembangan Bahasa Anak.

http://bayibalita.com/2010/07/perkembangan-bahasa-anak/

Whandi. 2010. Perkembangan Berbicara (Bahasa) Pada Anak-Anak Usia Dini.

http://whandi.net/perkembangan-berbicara-bahasa-pada-anak-anak-usia-dini.html

Massofa. Perkembangan Bahasa Anak.

Referensi

Dokumen terkait

Faktor-faktor yang paling mempengaruhi dari sistem penilaian kelayakan mitra di dalam menentukan periode pembiayaan mitra berdasarkan fungsi diskriminan adalah faktor pendekatan

Kecerdasan adalah kemampuan memahami dunia, berpikir secara rasional dan menggunakan sumber-sumber secara efektif pada saat dihadapkan dengan tantangan (Feldam dalam

Berdasarkan analisis observasi kinerja guru pada siklus I diperoleh hasil bahwa aktivitas guru dalam proses pembelajaran sebelum menerapkan model Role Playing

Sedangkan modul pemantauan berfungsi untuk mengolah data-data perkembangan ayam yang sudah diberikan oleh peternak mitra dan anak kandang. Kedepannya, sistem ini dapat

(3) Bakal Calon Kepala Dusun yang telah ditetapkan oleh Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diajukan kepada Pemerintah Desa untuk ditetapkan sebagai calon

bahwa kinerja merupakan seperangkat perilaku yang relevan dengan tujuan organisasi, unit organisasi tempat orang bekerja.Hasil penelitian memperlihatkan bahwa peubah pengembangan

Tujuan dari penelitian tentang pengaruh harapan pelanggan, kualitas yang dirasakan, kepuasan terhadap loyalitas pada kunjungan Ciputra Waterpark di Surabaya adalah :..

Namun dengan memanfaatkannya dalam penelitian ini yang dapat digunakan sebagai pembantu pembuatan tablet maka dapat digunakan pada industri yang lebih modern untuk pembuatan