PERKEMBANGAN ANAK
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Ilmu Pendidikan
Yang dibina oleh Bapak Dr. Moh. Irtadji
Oleh Kelompok 7 Offering A: Abdul Basit 14081161080 Agninda Rahmi Putri 1408116 Anwar Kirom 140811604407 Bayanisa Arum Nadia 1408116
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI
PERKEMBANGAN ANAK
Anak didik adalah objek utama dari pendidikan. Pendidikan berusaha untuk membawa anak yang semula serba tak beraya naik ke tingkat dewasa, yaitu suatu keadaan di mana anak sanggup bediri sendiri dan tidak menggantungkan diri lagi pada orang lain, serta bertanggung jawab terhadap dirinya, baik secara
individual, secara sosial, maupun secara susila. Dalam perkembangan anak
menuju ke tingkat dewasa ini, ada beberapa kekuatan atau faktor-faktor yang turut berperanan dalam menentukan bagaimana hasil perkembangan tersebut.
Peranan Pembawaan dalam Perkembangan
Pembawaan disebut juga bakat. Pembawaan atau bakat adalah faktor yang terdapat pada anak didik. Faktor ini disebut intern, indogi, atau juga faktor dasar. Pembawaan atau bakat merupakan potensi-potensi atau
kemungkinan-kemungkinan yang memberikan kepada seseorang untuk berkembang menjadi sesuatu. Berkembang atau tidaknya potensi pada seorang anak sangat tergantung pada faktor-faktor lain.
Aliran-aliran tentang Perkembangan Anak 1. Aliran Nativisme
Dipelopori oleh Schopenlauer. Berasal dari kata “nativus” yang berarti pembawaan. Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan seorang anak ditentukan oleh pembawaannya. Ketika lahir, anak telah memiliki
pembawaannya sendiri-sendiri. Selanjutnya, anak akan berkembang sesuai dengan pembawaan yang ada pada dirinya masing-masing. Pendidikan tidak berkuasa apa-apa terhadap perkembangan anak.
2. Aliran Naturalisme
Dipelopori oleh J.J.Rousseau. Aliran ini berpendapat bahwa anak itu lahir dengan “nature”-nya sendiri-sendiri, dengan sifat-sifatnya sendiri, dengan alamnya sendiri. Menurutnya, pendidikan dan lingkungan adalah bersifat negatif.
3. Aliran Predestinasi atau Predeterminasi
yaitu oleh nasibnya atau pembawaannya masing-masing. Nasib diperoleh dari keturunan. Salah satu tokohnya adalah Gregor Mendel, seorang ahli Ilmu Keturunan yang membuktikan adanya bakat-bakat tertentu yang menurun dalam suatu keluarga.
Peranan Lingkungan dalam Perkembangan
Faktor lingkungan disebut juga faktor ajar. Lingkungan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang ada di luar diri anak yang memberikan pengaruh terhadap perkembangannya. Lingkungan dapat berupa benda-benda, orang-orang, keadaan-keadaan, dan peristiwa-peristiwa yang ada di sekitar anak dan dapat memberikan pengaruh terhadap perkembangannya , baik secara langsung ataupun tidak langsung. Lingkungan juga merupakan arena yang memberikan kesempatan kepada anak.
Pembawaan seorang anak, sebaik apapun itu, tanpa adanya kesempatan dan pendidikan maka tidak akan berkembang. Sebaliknya, meskipun pembawaan itu kurang baik, tetapi lingkungan memberikan dorongan yang cukup dan
kesempatan yang leluasa, maka pembawaannya yang kurang baik bisa berkembang mencapai tingkat maksimal.
Berdasarkan hal-hal di atas, maka timbul pendapat-pendapat yang tidak mengakui adanya pembawaan dalam perkembangan. Beberapanya diantaranya adalah:
1. John Locke dengan Tabularasa-teori
Menurut teori Tabularasa, anak yang dilahirkan itu keadaannya masih bersih, tidak mengandung apa-apa, tidak ada pembawaan apa-apa. Anak lahir diumpamakan seperti sehelai kertas yang putih bersih masih kosong. Akan ditulisi apa kertas itu, terserah kepada si pendidikan. Si pendidik dapat bisa menjadikan anak didik itu apa saja. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan itu maha kuasa.
2. Emanuel Kant
Teori Konvergensi dalam Perkembangan
Wilhelm Stern memandang bahwa kedua pendapat di atas saling mengandung kelemahan. Pendapat pertama terlalu menekankan pada peranan pembawaan di dalam perkembangan, dan kurang memberikan tempat pada peranan lingkungan dan pendidikan. Sebaliknya pendapat kedua terlalu menekankan pada peranan lingkungan dan pendidikan, kurang memberikan tempat pada peranan pembawaan dan perkembangan.
Dalam hal ini Wilhelm Stern mengajukan suatu teori dalam
perkembangan, yaitu yang terkenal dengan teori konvergensi. Menurut teori konvergensi, perkembangan anak itu tidak hanya ditentukan oleh pembawaannya saja, dan juga tidak hanya ditentukan oleh lingkungan saja, melainkan bahwa perkembangan seorang anak itu ditentukan oleh hasil kerjasama antara kedua faktor tersebut. Hasil kerjasama antara faktor pembawaan dan lingkungan. Hasil kerjasama antara faktor-faktor yang ada di dalam diri anak dan faktor-faktor yang ada di luar anak. Hasil kerjasama antara kekuatan-kekuatan endogen dan
kekuatan-kekuatan eksogen. Hasil kerjasama antara dasar dan ajar. Kedua faktor tersebut tidak boleh tiada yang satu. Hanya ada pembawaan saja tetapi lingkungan tidak memberi kesempatan maka perkembangan tidak akan berhasil. Hanya dengan pendidikan dan lingkungan tanpa adanya pembawaan, perkembangan juga tidak akan berhasil. Kedua-duanya harus ada dan harus bekerjasama.
Peranan Aktivitas Pribadi dalam Perkembangan
Apabila ditinjau ulang dengan seksama pada aliran ataupun paham yang sebelumnya telah dijelaskan, terdapat kesamaan prinsip yang memandang bahwa manusia hanyalah merupakan produk dari satu atau beberapa faktor
perkembangan secara kodrat. Dalam artian, manusia dianggap pasif dalam perkembangannya atau manusia tidak dapat berbuat sesuatu terhadap
perkembangannya. Akan tetapi pendapat ini tidak dibenarkan atau salah. Karena dalam diri manusia termasuk juga anak terdapat naluri ataukecenderungan untuk membentuk dirinya sendiri, memiliki kemauan dan kemampuan untuk
perkembangan untuk mencapat titik tujuan perkembangan inilah yang disebut dengan aktivitas pribadi.
Mungkin pada masa kanak-kanak aktivitas pribadi masih belum terlihat dengan jelas atau masih kabur, walaupun sebenarnya sudah ada. Sehingga membutuhkan pengawasan dan pemantauan dari kedua orang tuanya untuk mencapai tujuan perkembangan. Semakin anak bertambah usia, anak harus mengetahui tujuan perkembangannya, terlebih setelah anak menginjak mau
dewasa. Anak harus tau aktivitas-aktivitas mana yang akan berdampak negatif dan berdampak positif untuk mencapai tujuan perkembangannya.
Beberapa Aspek Perkembangan
Dalam bagian ini, akan dijelaskan beberapa bagian dari perkembangan anak, seperti: perkembangan motorik; perkembangan pengamatan, ingatan dan fantasi; perkembangan berpikir; perkembangan kepribadian; dan perkembangan kedewasaan.
a. Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik sering diartikan dengan perkembangan yang berkaitan dengan gerakan. Awal perkembangan motorik pada anak bermula dari keseluruhan menuju kekhususan. Sebagai contoh, pada anak yang sedang belajar menulis. Ia akan menulis tidak hanya dengan jarinya, tetapi ia akan menulis dengan menggunakan keseluruhan jarinya, dan bahkan menggunakan tubuhnya dan disertai pencurahan seluruh tenaganya. Akan tetapi lambat laun, akan terjadi kekhususan dan pengurangan tenaga yang digunakan. Anak tidak lagi
menggunakan keseluruhan jari, tetapi hanya menggunakan tiga jarinya dengan tenaga yang secukupnya. Proses inilah yang disebut dengan proses differensiasi.
Selanjutnya akan terjadi proses automatisasi atau effesiensi, yaitu proses gerakan terjadi secara otomatis. Contohnya ketika anak sedang berjalan, secara otomatis kaki kiri dan kaki kanan akan bergantian menjalankan tugasnya. Anak sudah tidak perlu memikirkan gerakan-gerakan selanjutnya. Di samping proses-proses yang ada, akan terbentuk juga suatu kebiasaan atau refleks. Misalnya secara langsung anak akan menginjak rem saat mau menabrak sesuatu, atau anak akan secara refleks akan menoleh ketika ada yang memanggil namanya.
b. Perkembangan pengamatan, ingatan, dan fantasi
Pengamatan, ingatan, dan fantasi merupakan salah satu aspek perkembangan anak. Pengamatan dapat diartikan sebagai melihat sekeliling dengan teliti. Pengamatan akan berkembang dari yang umum dan mengerucut menuju yang khusus. Pada awalnya anak akan melihat secara keseluruhan, samar, dan agak kabur, kemudian mulai berfokus dan nampak ciri-ciri khusus yang jelas. Contoh mudahnya ketika melihat orang kembar. Pada saat pertama melihat orang kembar, kita akan menduga kalau orang tersebut memang benar-benar sama persis. Akan tetapi ketika sudah terbiasa atau sudah sering melihat, akan nampak perbedaan dari keduanya.
Ingatan berkembang seiring dengan bertambahnya usia anak. Bayi
mungkin tidak memiliki daya ingatan yang cukup kuat untuk mengingat apa yang diamatinya. Akan tetapi, semakin anak betambah umurnya akan bertambah pula kemampuan mengingatnya. Semula anak yang hanya bisa mengingat kejadian sehari yang lalu, seiring bertambahnya usia ia mulai dapat mengingat kejadian lusa kemarin, minggu lalu, dan terus berkembang hingga batas kemampuan ingatannya. Di samping bertambahnya usia, pengalaman anak juga menentukan banyaknya ingatan anak.
Fantasi merupakan khayalan atau angan-angan. Fantasi berkembang pada usia kurang lebih 3 tahun, dan akan mengalami perkembangan pesat saat anak-anak. Akan tetapi akan terjadi penurunan pada masa sekolah, hal ini terjadi karena didesak oleh perkembangan intelektual, sikap kritis, logis, dan realistis.
Selanjutnya pada masa remaja dan selanjtunya, fantasi berkembang lagi sesuai dengan kewajaran pada perkembangan usianya.
Awalnya, anak akan berpikir bahwa segala sesuatu memiliki kesamaan denganya baik itu perasaan, pikiran, maupun kemauan (personifikasi). Pada perkembangan ini cara berpikir anak lebih dipengaruhi oleh fantasinya.
Selanjutnya pada masa sekolah akan timbul sikap kritis, logis, realistis, analogis, induktif, deduktif, dan reflektif. Selain itu, sudah menjadi tujuan pokok bagi Pendidikan Dasar untuk memberikan dasar yang kokoh tentang “Membaca,
Menulis, dan Menghitung”. Karena ketiganya merupakan dasar dari segala macam cabang ilmu. Oleh karena itu kemampuan tersebut harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh.
Selain dari ketiga kemampuan tersebut, ada 4C yang tidak boleh
dikesampingkan. 4C tersbut adalah Costum (kebiasaan), Culture (kebudayaan), Civilization (peradaban), dan Church (keagamaan). Kemudian pada masa remaja perkembangan berpikir akan mengalami gangguan. Karena pada masa itu, perkembangan yang banyak terbentuk adalah perkembangan kepribadian.
d. Perkembangan Kepribadian
Perkembangan kepribadian dimulai kurang lebih sekitar usia tiga tahun. Pada usia ini mulai muncul egosentrisme, merasa dirinya raja yang harus dipenuhi segala kemauannya, menjadi pusat perhatian. Akan tetapi, pada kurang lebih usia 4-6 tahun akan terjadi masa kritis awal. Yaitu sifat egosentrisme mendapatkan banyak tantangan dari lingkungannya, hingga terjadi bentrokan. Apakah ingin menyesuaikan dengan lingkungannya dan melepas egosentrisme atau
mempertahankan egosentrisme walau medapatkan tantangan dari dunia luar. Akan tatapi pada akhirnya mereka akan menyerah pada lingkungan dan memilih untuk konformitas.
Kemudian pada usia sekitar 14-18 tahun, akan muncul krisis kedua. Goncangan pada masa remaja, antara sudah mampu berdiri sendiri, mandiri, ingin bebas tanpa campur tangan orang lain merasa sudah dewasa, atau malah masih membutuhkan bantuan orang lain, perhatian orang tua, bimbingan, dan
pengawasan. Akhirnya dengan bertambahnya usia dan pengalaman hidup dalam masyarakat akan terbentuk suatu kepribadian yang bulat dan harmonis.
Perkembangan kedewasaan tidak dapat lepas dari perkembangan kepribadian pada masa remaja. Karena sebenarnya perkembangan kedewasaan terjadi pada fase positif masa remaja. Ketika pada masa remaja semakin banyak pengalaman, ikut keorganisasian, lembaga kemasyarakatan, dan lainnya. Dari situlah remaja akan belajar, berlatih tentang kedewasaan. Kemudian setelah melalui proses selektif dan evaluatif, remaja akan memilih nilai-nilai yang dianggap ideal dan akan dipegang teguh olehnya semasa hidupnya. Dengan ketercapaian ini, akan tercapai pula kematangan diri, tanggung jawab, mandiri, dapat memutuskan dengan menimbang baik dan buruknya, dan lain-lain. Maka ketika hal itu sudah berada pada diri seseorang, tercapailah tingkat kedewasaan baginya.
Beberapa Teori Perkembangan
Dalam kesempatan ini, kami akan mencantumkan beberapa teori perkembangan masa hidup. Teori-teori yang akan dijelaskan adalah sebagai berikut:
a. Lima Tahap Perkembangan Psikoseksual Freud
Menurut teori psikoanalisis yang diusung oleh Sigmund Freud, manusia akan melalui lima tahapan perkembangan psikoseksual, yaitu:
1. Tahap oral, yaitu kesenangan anak dipusatkan di daerah mulut, yang terjadi pada saat anak dilahirkan hingga pada usia sekitar satu setengah tahun.
2. Tahap anal, yaitu kesenangan anak dipusatkan di daerah anus, yang terjadi pada saat anak usia satu setengah tahun hingga 3 tahun. 3. Tahap falik, yaitu kesenangan anak dipusatkan pada daerah genital,
yang terjadi pada usia 3 hingga 6 tahun.
4. Tahap laten, yaitu anak menekan hasrat seksual kemudian
mengembangkan keterampilan sosial dan intelektual, terjadi pada masa usia 6 tahun hingga masa pubertas (18 tahun).
Dalam pandangan Freud, apabila kebutuhan untuk memperoleh kepuasan kurang maka akan terjadi fiksasi atau terkunci pada masa tahapan tersebut. Dan kedewasaan akan ditentukan dari cara menyelesaikan setiap konflik di setiap tahapan perkembangan.
b. Delapan Tahapan Perkembangan Psikososial Erikson
Berbeda dengan Freud yang menyebutkan bahwa motivasi utama manusia bersifat seksual, Erikson malah menyebutkan bahwa motivasi utama manusia bersifat sosial atau keinginan bergabung dengan yang lain. Erikson juga
menyebutkan bahwa perubahan perkembangan akan berlangsung sepanjang masa hidup, bukan pada tahun pertama seperti pendapat Freud. Menurutnya, ada delapan tahapan perkembangan yang akan terungkap semasa hidup manusia. Dan di setiap tahapan perkembangan akan ada krisis yang akan menjadi awal dari tahapan perkembangan selanjutnya. Delapan tahapan perkembangan tersebut adalah: (1)kepercayaan versus ketidakpercayaan, (2)otonomi versus rasa malu-malu dan ragu, (3)prakarsa versus rasa bersalah, (4)semangat versus rasa rendah diri,
(5)
identitas versus kebingungan identitas, (6)keakraban versus keterkucilan,
(7)
generativitas versus stagnasi, (8)integritas versus keputusasaan. Untuk lebih gampangnya lihatlah gambar berikut.
c. Tahap Perkembangan Kognitif Piaget
Menurut Piaget, anak-anak secara aktif membangun pemahamannya sendiri tentang dunia luar dan akan melalui empat tahap perkembangan kognitif. Empat tahapan perkembangan tersebut, sebagai berikut:
Tahap-tahap Periode
Integritas vs Keputusasaan Masa dewasa akhir (60 tahun ke atas) Generativitas vs Stagnasi Masa dewasa menegah (40an- 50an) Keakraban vs Keterkucilan Masa dewasa awal (20-30an) Identitas vs Kebingungan Identitas Masa remaja (10-20an)
Semangat vs Rasa rendah diri
Masa kanak-kanak pertengahan dan akhir (masa sekolah dasar, 6 tahun hingga pubertas)
Prakarsa vs Rasa bersalah Masa kanak-kanak awal (masa prasekolah, 3-5 tahun)
Otonomi vs Rasa malu-malu dan ragu-ragu Masa Bayi (1-3 tahun)
1. Tahap sensorik-motorik, berlangsung mulai dari lahir hingga usia sekitar 2 tahun. Pada tahun ini bayi membangun pemahaman mengenai dunianya dengan mengoordinasikan pengalaman-pengalaman sensoris, fisik, dan motorik.
2. Tahap praoperasional, berlangsung mulai 2 tahun hingga 7 tahun. Pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar. Kata dan gambar ini mencerminkan meningkatnya pemikiran simbolis dan melampuai hubungan informasi sensorik dan tindakan fisik. 3. Tahap operasional konkret, berlangsung pada usia 7 hingga 11 tahun.
Pada tahap ini anak mulai bernalar secara logis mengenai peristiwa-peristiwa konkret dan mengklasifikasikan objek-objek ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda.
4. Tahap operasional formal, berlangsung pada usia 11 tahun hingga masa dewasa. Pada masa ini, individu berpikir secara abstrak dan lebih logis, serta idealis.
Kesimpulan
Terdapat beberapa peranan yang akan menentukan hasil perkembangan anak, yaitu:
a. Peranan Pembawaan atau Bakat, berpendapat bahwa peranan pembawaan atau bakatlah yang akan menentukan hasil perkembangan seorang anak. b. Peranan Lingkungan atau Ajar, berpendapat bahwa lingkungan dapat
membuat manusia yang bagaimana saja dan saat dilahirkan manusia hanyalah seperti kertas putih yang kosong dan akan ditulis (ditentukan) oleh lingkungannya.
c. Peranan Bakat dan Ajar, pendapat ini menggabungkan antara peranan pembawaan dan peranan lingkungan, keduanya menentukan hasil perkembangan, bukan faktor bakat saja atau faktor lingkungan saja. Disebut juga teori konvergensi oleh Wilhem Stern.
Beberapa aspek perkembangan yang perlu diperhatikan, antara lain: perkembangan motorik; perkembangan pengamatan, ingatan dan fantasi; perkembangan berpikir; perkembangan kepribadian; dan perkembangan kedewasaan.
Beberapa teori perkembangan masa hidup, antara lain:
a. Perkembangan Psikoseksual Freud: tahap oral, tahap anal, tahap falik, tahap laten, dan tahap genital.
b. Perkembangan Psikososial Erikson:kepercayaan versus ketidakpercayaan, otonomi versus rasa malu-malu dan ragu, prakarsa versus rasa bersalah, semangat versus rasa rendah diri, identitas versus kebingungan identitas, keakraban versus keterkucilan, generativitas versus stagnasi, integritas versus keputusasaan.
c. Perkembangan Kognitif Piaget: tahap sensorik-motorik, tahap
praoperasional, tahap operasional konkret, dan tahap operasional formal.
Daftar Rujukan
Indrakusuma, Amir Daien. 1973. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.