• Tidak ada hasil yang ditemukan

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Supervisi Akademik Melalui Kunjungan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Mengajar Guru Di SDN Karangrejo 1 Dempet Demak T2 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Supervisi Akademik Melalui Kunjungan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Mengajar Guru Di SDN Karangrejo 1 Dempet Demak T2 BAB II"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1

Supervisi Akademik

2.1.1 Definisi Supervisi Akademik

Supervisi akademik merupakan bagian supervisi pendidikan yang menitikberatkan pada upaya memberikan bantuan meningkatkan mutu pembelajaran dan professional guru sebagai pengelola proses belajar di kelas. Menurut Muslim (2009: 41) “supervisi akademik diberi pengertian sebagai serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan professional yang diberikan oleh supervisor (kepala sekolah, penilik sekolah dan pembina lainnya) guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar”.

(2)

menghargai satu sama lainnya. Makna lain yang terkandung dalam definisi tersebut adalah bahwa supervisi dimaksudkan untuk membantu guru dalam memberi pengertian kepada masyarakat mengenai program yang sudah ada dan direncanakan oleh sekolah agar masyarakat dapat mengerti dan membantu usaha sekolah. Intinya, supervisi akademik merupakan bantuan kepada guru dalam meningkatkan pemahaman dan kecakapan kinerja profesinya sebagai tenaga pendidik, agar berhasil mencapai tujuan pendidikan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi akademik adalah kegiatan berupa bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh supervisor yaitu pengawas sekolah dan kepala sekolah kepada guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, sehingga akan mendorong peningkatan prestasi belajar peserta didik yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan.

2.1.2 Tujuan supervisi akademik

(3)

yang mendidik. Oleh sebab itu melalui supervise akademik guru hendaknya mengusai kompetensi yang harus dimilikinya yakni kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi pedagogik, dan kompetensi professional sebagaimana dituangkan dalam Permendiknas Nomor 16 tahun 2007.

Supervisi akademik diselenggarakan dengan tujuan meningkatkan kulaitas pembelajaran melalui pemantauan dan penilaian kegiatan proses belajar dan proses mengajar di sekolah agar diketahui sejauh mana tercapainya tujuan pembelajaran. Pemantauan dan penilaian bisa dilakukan melalui kunjungan dan observasi kelas pada saat guru melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran dikatakan berkualitas apabila peserta didik melakukan aktivitas belajar yang mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, inovatif dan menyenangkan serta mencapai hasil belajar yang optimal sehingga peserta didik mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan memiliki rasa keingintahuan lebih lanjut.

2.1.3 Pengelolaan Supervisi Akademik a. Perencanaan Supervisi Akademik

(4)

kelancaran proses supervisi. Perencanaan sangat berpengaruh terhadap hasil supervisi, oleh karena itu perencanaan yang matang merupakan awal keberhasilan (Hartoyo, 2006:93).

b. Pelaksanaan Supervisi Akademik

Menurut Herabudin (2009: 234) supervisi akademik dapat dilaksanakan melalui beberapa kegiatan antara lain: (1) Kunjungan rutin yang terjadwal ke setiap sekolah, yang dikesani sebagai silaturahmi para supervisor sehingga terbentuk hubungan dialogis yang harmonis dalam mendiskusikan berbagai permasalahan pembela jaran yang dihadapi sekolah; (2) Melakukan berbagai kegiatan sekolah dengan melibatkan para guru dan siswa untuk mengenali dan menerapkan metode dan pendekatan baru dalam pembelajaran; (3) Melaksanakan seminar pendidikan untuk para guru untuk menambah wawasan kependidikannya. (4) Pelaksanaan kurikulum baru yang lebih menekankan kepada kemandirian siswa. (5) Penilaian terhadap kinerja guru dan reward yang dijanjikan.

c. Umpan Balik

(5)

kelemahan-kelemahan kecil yang membutuhkan diskusi setelah supervisi selesai dibawa ke pertemuan balikan. Karena jumlah kasus atau guru yang disupervisi lebih dari satu dalam satuan waktu tertentu maka pertemuan balikan dilakukan secara bergantian. Diskusi pada pertemuan balikan perlu mempertimbangkan kemampuan guru, pribadi, watak, dan sifat-sifat guru lainnya (Pidarta, 2009: 107).

2.1.4 Teknik Supervisi

Efektivitas supervisi juga dipengaruhi oleh pemilihan teknik supervisi yang sesuai. Menurut Arikunto (2004:54-58) terdapat 2 jenis teknik supervisi yaitu:

a. Teknik Perorangan

Yang dimaksud dengan teknik perorangan dalam kegiatan supervise adalah bantuan yang dilakukan secara sendiri oleh petugas supervise, baik terjai di dalam kelas maupun di luar kelas (Arikunto, 2004: 54). Teknik perorangan antara lain:

(6)

sedang berisi siswa tetapi guru sedang tidak mengajar (Arikunto, 2004: 55).

(2) Mengadakan observasi kelas (classroom observation), yang dimaksud dengan observasi kelas atau classroom observation ialah kunjungan yang dilakukan oleh supervisor, baik pengawas atau kepala sekolah ke sebuah kelas dengan maksud untuk mencermati situasi atau peristiwa yang sedang berlangsungdi kelas yang bersangkutan (Arikunto, 2004: 55).

(3) Mengadakan wawancara perseorangan (individual interview) Wawancara perseorangan dilakukan apabila supervisor berpendapat bahwa dia menghendaki adanya jawaban dari individu tertentu. Hal ini adapat dilakukan apabila, (a) ada masalah khusus pada individu guru atau staf sekolah lain yang penyelesaianya tidak boleh di dengar oleh orang lain. (b) apabila supervisor ingin mengecek kebenaran data yang sudah dikumpulkan dari orang lain. Dalam hal ini wawancara perseorangan adalah teknik yang tep[at agar orang yang diwawancari tidak terpengaruh oleh pendapat orang lain (Arikunto, 2004: 56).

(7)

round table menghendaki adanya persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu situasi dan peraturan duduk dalam diskusi hendaknya memang dalam posisi lingkaran yang bundar, dimana masing-masing angota kelompok memiliki kedudukan dan hak yang sama. Demikian juga pewawancara hendaknya duduk juga dalam lingkaran, berada di antara anggota kelompok yang lain (Arikunto, 2004: 56).

b. Teknik kelompok

1) Mengadakan pertemuan atau rapat (Meeting) Fungsi komunikasi dalam manajemen sekolah dapat terlaksana dengan baik apabila masing-masing warga sekolah mempunyai hak yang sama untuk mengemukakn pendapat, dan segala informasi yang ada dapat dengan segera sampai ke semua warga dengan cepat dan dengan sis yang tepat pula (Arikunto, 2004: 57). 2) Mengadakan diskusi kelompok (group

(8)

3) Mengadakan penataran-penataran (in service training) Salah satu wadah untuk meningkatlkan kemampuan guru dan staff sekolah adalah penataran. Dalam klasifikasi pendidikan, penataran dikategorikan sebagai in service training, sebagai jenis lain dari pre service training, yang merupakan pendidikan sebelum yang bersangkutan diangkat jadi pegawai yang resmi (Arikunto, 2004: 57).

4) Seminar, sejak diberlakukan kenaikan pangkat dengan jabatan fungsional, banyak guru yang merasa membutuhkan sertifikat yang dapat diakui sebagaiangka kredit. Cara yang baik dalam mengikuti seminar adalah apabila dilakukan dengan sungguh-sungguh, serius, dan cermat mengikuti prestasi dan acara Tanya jawab (Arikunto, 2004: 58).

2.1.5 Supervisi Akademik Kunjungan Kelas

(9)

Menurut Arikunto (2009: 54) yang dimaksud dengan kunjungan kelas atau classroom visitation adalah kunjungan yang dilakukan oleh pengawas atau kepala sekolah ke sebuah kelas, baik ketika kegiatan sedang berlangsung untuk melihat atau mengamati guru yang sedang mengajar, ataupun ketika kelas sedang kosong, atau sedang berisi siswa tetapi guru sedang tidak mengajar. Kunjungan dan observasi kelas sangat bermanfaat untuk mendapatkan informasi tentang proses belajar mengajar secara langsung, baik yang menyangkut kelebihan maupun kekurangan dan kelemahamnnya (Mulyasa, 2013: 245). Melalui teknik ini, kepala sekolah dapat mengamati secara langsung kegitan guru dalam melakukan tugas utamanya, mengajar, penggunaan alat, metode, dan teknik mengajar secara keseluruhan dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Hasil observasi kelas ini dapat digunakan oleh supervisor bersama guru untuk menentukan cara-cara yang paling tepat untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi belajar mengajar. Agar kunjungan kelas berlangsung efektif, hendaknya dipersiapkan dengan teliti dan dilaksanakan secara hati-hati dengan penampilan yang baik pula.

(10)

menggali lebih dalam tentang kejadian tersebut. Yang penting untuk diingat adalah bahwa dari kunjungan kelas seperti ini sebaiknya diperoleh hasil dalam bentuk bantuan atau pembinaan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan kata lain, sebaiknya terjadi diskusi yang akrab dan dialog yang hangat antara supervisor dengan guru atau siswa sehingga diperoleh kesepakatan yang harmonis.

2.1.6 Langkah-langkah supervisi kunjungan kelas Menurut Pidarta (2009: 104-106) langkah-langkah dalam supervisi kunjungan kelas terdiri dari.

a. Persiapan

Tahap persiapan merupakan pembuatan kerangka kerja, instrumen penilaian dipersiapkan oleh supervisor dan guru sebaiknya juga mengetahui indikator-indikator yang menjadi objek penilaian. Selanjutnya guru diberitahukan waktu akan diadakan supervisi. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan pada tahap persiapan ialah (1) menilai pencapaian belajar siswa pada bidang studi tertentu, (2) mempersiapkan instrumen atau alat observasi kunjungan kelas, (3) memberitahukan kepada guru yang akan di-supervisi termasuk waktu kunjungan, (4) mengadakan kesepakatan pelaksanaan supervisi (Wahjanta, 2007: 42)

(11)

(1) Memeriksa catatan-catatan hasil supervisi yang lampau, tentang nama-nama yang masih memiliki kelemahan kecil. (2) Memeriksa macm-macam kelemahan kecil itu beserta nama guru yang bersangkutan. (3) Memeriksa informasi yang di dapat dari berbagai pihak tentang kasus-kasus kelemahan pada guru-guru. (4) encatat kasus-kasus tersebut beserta guru yang bersangkutan. (5) Memilih kelemahan-kelemahan kecil dan kasus-kasus itu, yang mana saja dapat kemungkinan diperbaiki pada hari itu. (6) Menentukan waktu untuk mensupervisi, Pidarta (2009: 104).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tahap persiapan adalah tahap dimana supervisor mempersiapkan hal-hal yang di perlukan dalam kegiatan supervisi seperti misalnya mengumpulkan data tentang kondisi guru yang akan disupervisi, dan melihat dokumen hasil supervisi tahun sebelumnya.

b. Proses supervisi

(12)

melaksanakan kegiatan mengacu pada rencana pembelajaran (RPP) yang telah dibuat, (5) supervisor mengobservasi penampilan guru berdasarkan format observasi yang telah disepakati, (6) setelah guru selesai melaksanakan seluruh rangkaian kegi-atan pembelajaran, bersama-sama dengan supervisor meninggalkan ruang kelas dan pindah ke ruang guru atau ruang pembinaan (Wahjanta, 2007: 43)

Supervisor yang memakai teknik supervisi kunjungan kelas dapat melakukan supervisi pada beberapa kelas dalam satu hari. Proses supervisi antara satu kelas atau satu kasus dengan kelas atau kasus lain hampir tidak berbeda. Proses tersebut secara berturut-turut adalah sebagai berikut: Sikap supervisor; Catatan mengamati guru; Hal-hal yang diamatai; Cara mengintervensi guru; Bentuk catatan; Mengakhiri proses supervisi (Pidarta, 2009: 104-105).

Berdasarkan pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa proses supervisi merupakan pelaksanaan dari kegiatan supervisi untuk mengamati jalannya pembelajaran yang dilakukan oleh guru, sesuai dengan hal-hal yang telah direncanakan sebelumnya.

c. Pertemuan balikan

(13)

diskusi umpan balik antara supervisor (kepala sekolah) dan guru. Suasana pertemuan penuh persahabatan, bebas dari prasangka, dan tidak bersifat mengadili. Supervisor memaparkan data secara objektif sehingga guru dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan selama proses pembelajaran berlangsung (Wahjanta, 2007: 43).

Untuk kasus-kasus atau kelemahan-kelemahan kecil yang membutuhkan diskusi setelah supervisi, dibawa ke pertemuan balikan. Karena jumlah kasus atau guru yang disupervisi lebih dari satu dalam satuan waktu tertentu maka pertemuan balikan ini dilakukan secara bergantian. Kalau dalam satu hari supervisi kunjungan kelas melakukan empat kali supervisi dan semuanya membutuhkan pertemuan balikan maka keempat guru ini perlu antre untuk mendapatkan giliran berdiskusi dengan supervisor dalam pertemuan balikan (Pidarta, 2009: 107).

(14)

2.1.7 Ciri-ciri supervisi kunjungan kelas

Beberapa ciri teknik supervisi kunjungan kelas, diantaranya sebagai berikut. (1) Menentukan waktu mengadakan supervisi. (2) Bersifat individual. (3) Tidak ada pertemuan awal. (4) Waktu supervisi cukup singkat. (5) Dapat mengobservasi lebih dari satu kelas. (6) Dapat menginterview guru dan siswa dalam kelas. (7) Yang disupervisi adalah kasus-kasus. (8) Kunjungan dilakukan bisa sebelum dan sesudah usai pembelajaran. (9) Boleh tidak mengadakan pertemuan balikan. (10) Tindak lanjut, kalau pertemuan balikan tidak diadakan berarti tindak lanjut supervisi juga tidak ada. Menurut Pidarta (2009: 100-103)

2.1.8 Instrumen supervisi

Untuk membantu supervisor mengarahkan supervisi diperlukan alat bantu yang dinamakan instrumen. Ada beberapa macam instrumen, namun instrumen pada umumnya digunaknan dalam supervisi antara lain panduan observasi, wawancara, kuisioner, dan panduan penelusuran dokumen (Hartoyo, 2006:120-126). Berikut ini adalah uraian penjelasannya.

a. Panduan observasi

(15)

observasinya, diperlukan panduan observasi (Hartoyo, 2006: 120).

b. Panduan wawancara

Saat supervisor melakukan wawancara, baik kepada guru, kepala sekolah, tenaga administrasi sekolah atau pun siswa, supervisor membutuhkan pedoman seputar data yang ingin diperolehnya dari responden. Hal yang perlu diperhatikan supervisor adalah wawancara merupakan kesempatan untuk memperoleh informasi seluas-luasnya dari responden, yang menguak pendapat responden.

Agar wawancara dapat berjalan lancar dan efektif, supervisor perlu mempersiapkan outline pertanyaan, meski dalam wawancara dapat dilakukan improvisasi lebih mendalam. Alat bantu wawancara ini dinamakan panduan wawancara. Panduan wawancara meliputi identitas singkat responden dan pertanyaan yang bersangkutan dengannya sesuai dengan bidangnya (Hartoyo, 2006: 121-122).

c. Kuesioner

(16)

lengkap dan kemungkinan terjadi manipulasi data atau informasi. Oleh karena itu, kuesioner perlu dirumuskan dengan baik sehingga valid dan reliable sebagai alat pengumpul data, Hartoyo (2006: 124). d. Panduan penelusuran dokumen

Panduan penelusuran dokumen digunakan oleh supervisor utuk mengetahui ketersediaan dokumen yang diperlukan. Dalam supervisi manajerial misalnya, panduan penelusuran dokumen digunakan untuk mengetahui ada tidaknya arsip-arsip pembukuan, barang, pegawai dan sebagainya. Dalam ruang lingkup akademis, panduan penelusuran dokumen ini digunakan untuk mengetahui dokumen guru dalam mempersiapkan pembelajaran seperti RPP, silabus, standar isi, standar kompetensi dan lain-lain (Hartoyo, 2006: 126).

2.1.9 Kelebihan dan Kekurangan Supervisi Kunjungan Kelas

(17)

adalah satu-satunya teknik supervisi yang membolehkan supervisor meperbaiki langsung kelemahan-kelemahan kecil yang dilakukan guru ketika sedang mengajar dan mendidik para peserta didik. (4) Teknik supervisi ini juga tidak selalu membutuhkan pertemuan balikan dengan guru yang disupervisi, sebab ada kalangan supervisor memperbaiki kelemahan guru secara langsung dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan demikian teknik supervisi ini cukup efisien.

Kekurangan, ada dua kekurangan teknik supervisi kunjungan kelas yaitu. (1) Teknik supervisi kunjungan kelas yang berlangsung singkat untuk mendapatkan sampel data, otomatis tidak mungkin bisa mengumpulkan data secara lengkap dan utuh tentang kemampuan atau kualitas guru yang disupervisi. (2) Teknik ini tidak dapat dipakai mensupervisi guru yang belum pernah disupervisi atau yang datanya tidak diketahui sama sekali oleh supervisor. Dengan kata lain supervisi ini hanya dapat dipakai mensupervisi guru-guru yang sudah diketahui kelemahan-kelemahannya ketika di supervisi dahulu atau bersumber dari informasi tertentu tentang kelemahan-kelemahan atau kasus-kasus itu, (Pidarta, 2009: 108-109).

(18)

2.2

Kinerja Guru

2.2.1 Pengertian Kinerja Guru

Kinerja sebagai perbuatan terhadap pekerjaan yang wajib sesuai dengan perjanjian atau kontrak. Istilah kamus bahasa Indonesia, kinerja diartikan sebagai sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, dan kemampuan kerja. Pengertian demikian juga berlaku dalam pengertian kinerja guru.

Menurut keputusan Mendikbud No. 025/O/1995 tentang Petunjuk Teknis Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kridit (2001: 28) bahwa kinerja guru meliputi kegiatan pelaksanaan proses pembelajaran atau bimbingan meliputi: 1) penyusunan program pengajaran atau praktik atau bimbingan dan konseling; 2) penyajian program pengajaran atau praktik aau bimbingan dan konseling; 3) evaluasi belajar atau praktik atau bimbingan dan konseling; 4) analisis, remidial dan pengayaan.

(19)

dijadikan ukuran dalam mengkaji kinerja tenaga kependidikan. Disamping itu, untuk mengadakan pengukuran terhadap kinerja diperlukan pengkajian khusus tentang kemampuan dan komunikasi.

Untuk mencapai kinerja guru yang baik, maka guru harus memiliki kemampuan dasar, kemampuan akademik dan juga non akademik. Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus, pekerjaan tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang mampu berbicara diberbagai bidang ilmu pengetahuan belum tentu guru, untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus (Usman, 2008: 5).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru merupakan hasil kerja dalam kegiatan pembelajaran berkaitan dengan kualitas kerja, tanggung jawab, kejujuran, dan kerjasama.

(20)

Melakukan evaluasi apakah masalah tersebut sudah teratasi atau belum. (g) Mulai dari awal apabila perlu, (Anwar, 2006: 22).

Dari peningkatan kinerja ini mempunyai hasil dalam peningkatan karena semuanya mempunyai kekurangan dan kelebihan, hal itu sangat berguna bagi para karyawan. Dari berbagai uraian teori tentang kinerja guru, maka yang dimaksud dengan kinerja guru dalam penelitian ini adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugasnya yang menghasilkan hasil yang memuaskan guna tercapainya tujuan organisasi kelompok dalam suatu unit kerja. Kinerja guru dalam penelitian ini dapat diukur berdasarkan 4 dimensi, yaitu kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran, kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran, kinerja guru dalam evaluasi pembelajaran, serta kinerja guru dalam melaksanakan tindak lanjut.

2.2.3 Mengukur Kinerja Guru

(21)

ketua jurusan, modal untuk mendapatkan kenaikan pangkat dengan sistem kredit.

Dalam melaksanakan tugas profesionalnya, setiap guru harus dinilai kinerjanya sehingga dapat diketahui sejauh mana proses dan hasil kerja guru tersebut. Evaluasi kinerja guru selain dilakukan oleh Kepala Sekolah atau pengawas sekolah, dapat juga dilakukan oleh peserta didik di kelas dimana guru yang bersangkutan mengajar. Walaupun masih menjadi kontroversi, penilaian kinerja guru oleh peserta didik merupakan salah satu teknik penilaian yang bisa mengidentifikasi kinerja guru yang sebenarnya.

Salah satu alasan yang melatar belakangi penilaian guru dapat dilakukan oleh peserta didik diantaranya disebabkan karena kultur masyarakat Indonesia yang menganggap bahwa pekerjaan guru masih cukup tertutup. Bahkan atasan guru seperti Kepala Sekolah dan pengawas sekalipun tidak mudah untuk mendapatkan data dan mengamati realitas keseharian performance guru di hadapan peserta didik.

(22)

matang serta tanpa semangat dan antusiasme yang tinggi.

Menurut Isjoni (2004: 19) bahwa ukuran kinerja guru

terlihat dari rasa tanggung jawabnya menjalankan amanah, profesi

yang diembannya dan rasa tanggung jawab moral di pundaknya.

Semua itu akan terlihat kepada kepatuhan dan loyalitasnya di

dalam menjalankan tugas keguruannya di dalam kelas dan tugas

kependidikannya di luar kelas. Sikap ini akan dibarengi pula

dengan rasa tanggung jawabnya mempersiapkan segala

perlengkapan pengajaran sebelum melaksanakan proses

pembelajaran. Selain itu, guru juga sudah mempertimbangkan metode yang akan digunakan, termasuk alat/media pembelajaran

yang akan dipakai, serta alat penilaian apa yang digunakan di

dalam pelaksanaan evaluasi.Lebih lanjut dinyatakan bahwa kinerja

guru menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan komponen

persekolahan, apakah itu kepala sekolah, guru, karyawan maupun

anak didik.

Sudarwan Danim (2002: 41) mengungkapkan bahwa salah

satu ciri krisis pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu

menunjukkan kinerja (work performance) yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru belum sepenuhnya ditopang oleh derajat penguasaan kompetensi yang memadai, karena itu perlu

adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan kompetensi

guru.

(23)

yang dimiliki oleh barang atau jasa tersebut. Hal tersebut senada dengan pendapat Yoyon B. Irianto dalam Casmita (2003:28) yang menyebutkan bahwa “kualitas adalah paduan sifat-sifat barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi pelanggan”.

Berdasarkan Permendiknas No 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi akademik dan kompetensi guru menyatakan bahwa Standar kompetensi guru ini dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.

Berkaitan dengan kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan tugas keprofesionalan guru dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20(a) TentangGuru dan Dosen ditegaskan bahwa guru memiliki tugas keprofesionalan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.

(24)

2.2.4 Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja merupakan proses yang dilakukan suatu instansi dalam mengevaluasi kinerja pekerjaan seseorang. Penilaian kinerja meliputi dimensi kinerja karyawan dan akuntabilitas. Dalam dunia kompetitif yang mengglobal, perusahan membutuhkan kinerja tingi. Pada waktu yang sama, para karyawan membutuhkan umpan balik tentang kinerja mereka sebagai petunjuk untuk mempersiapkan perilaku masa depan, (Mangkuprawira, 2003: 223).

Penilaian merupakan bagian penting dari fungsi manajemen. Penilaian dilakukan untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi, dan sekaligus memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi sehingga tujuan organisasi dapat dicapai secara maksimal. Penilaian adalah suatu proses pengukuran dan pertimbangan hasil pekerjaan nyata yang dicapai dengan kriteria yang ditetapkan.

(25)

pelatihan dan pengembangan; (5) perencanaan dan pengembangan karir; (6) efisiensi proses penempatan staf; (7) ketidakakuratan informasi; (8) kesalahan rancangan pekerjaan; (9) kesempatan kerja yang sama; (10) tantangan-tantangan eksternal; (11) umpan balik pada SDM.

Sedangkan Mulyasa (2007: 157) menjelaskan tentang manfaat penilaian tenaga pendidikan:

“Penilaian tenaga pendidikan biasanya difokuskan pada prestasi individu, dan peran sertanya dalam kegiatan sekolah. Penilaian ini tidak hanya penting bagi sekolah, tetapi juga penting bagi tenaga kependidikan yang bersangkutan. Bagi para tenaga kependidikan, penilaian berguna sebagai umpan balik terhadap berbagai hal, kemampuan, ketelitian, kekurangan dan potensi yang pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan, jalur, rencana, dan pengembangan karir. Bagi sekolah, hasil penilaian prestasi tenaga kependidikan sangat penting dalam mengambilkeputusan berbagai hal, seperti identifikasi kebutuhan program sekolah, penerimaan, pemilihan, pengenalan, penempatan, promosi, sistem imbalan dan aspek lain dari keseluruhan proses pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan”.

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa penilaian kinerja penting dilakukan oleh suatu sekolah untuk perbaikan kinerja guru itu sendiri maupun untuk sekolah dalam hal menyusun kembali rencana atau strategi baru untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

(26)

membantu guru dalam mengenal tugas-tugasnya secara lebih baik sehingga guru dapat menjalankan pembelajaran seefektif mungkin untuk kemajuan peserta didik dan kemajuan guru sendiri menuju guru yang profesional.Penilaian kinerja guru tidak dimaksudkan untuk mengkritik dan mencari kesalahan, melainkan sebagai dorongan bagi guru dalam pengertian konstruktif guna mengembangkan diri menjadi lebih profesional dan pada akhirnya nanti akan meningkatkan kualitas pendidikan peserta didik. Hal ini menuntut perubahan pola pikir serta perilaku dan kesediaan guru untuk merefleksikan diri secara berkelajutan.

Penilaian kinerja guru dapat dilakukan oleh kepala sekolah maupun pengawas untuk mengetahui realisasi tugas yang telah ditetapkan. Penilaian kinerja yang baik harus menghargai prestasi kerja yang telah dicapai oleh guru dan tidak bermaksud mencari kesalahan, namun lebih bertujuan menindaklanjuti hasil penilaian. Penilaian terhadap guru dapat dilakukan apabila telah disepakati standar/target kinerja yang di harapkan.

(27)

kinerja dapat digunakan sebagai dasar dalam menyusun program semester dan program tahunan sekolah.

2.3 Penelitian Yang Relevan

Ryan dan Gottfried (2012: 565-571) dalam penelitiannya yang berjudul “Elementary SuperVision and the Supervisor: Teacher Attitudes and Inclusive Education”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa sebagai pengawas, pentingnya mengetahui diri sendiri, dan mengetahui orang-orang bahwa ia sedang mengawasi, sangat penting untuk keberhasilan kelompok. Maksudnya adalah ketika akan dilakukan supervisi maka supervisor harus mengetahui keadaan guru yang akan disupervisi.

(28)

Sharma, Yusoff, Kannan, dan Baba (2011: 214-217) dalam penelitiannya yang berjudul “Concerns of Teachers and Principals on Instructional Supervision in Three Asian Countries“. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengawasan yang dilakukan tidak sungguh-sungguh atau hanya sekedar melihat-lihat saja memberikan hasil yang tidak maksimal. Dalam pelaksanaan supervisi diperlukan adanya keterlibatan kepala sekolah, guru-guru serta supervisor untuk kegiatan supervisi dapat berjalan dengan baik dan juga diperoleh hasil yang maksimal.

Barinto (2012: 201-214) dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Kompetensi Guru Dan Supervisi Akademik Dengan Kinerja Guru SMP Negeri Se-Kecamatan Percut Sei Tuan” Hasil analisis yaitu: 1) terdapat hubungan yang signifikan antara kompetensi guru dengan kinerja guru. 2) terdapat hubungan yang signifikan antara supervisi akademik dengan kinerja guru, dan 3) terdapat hubungan yang signifikan antara kompetensi guru dan supervisi akademik secara bersama-sama dengan kinerja guru.

(29)

kategori cukup yaitu 56, 37%. Pelaksanaan supervisi yang menyangkut aspek peningkatan kemampuan akademik guru dalam pembelajaran berada dalam kategori cukup yaitu 41%. Pelaksanaan supervisi yang menyangkut aspek pengembangan profesi sebagai guru mata pelajaran oleh supervisor berada dalam kategori kurang yaitu 35, 97%.

Suryani (2013: 234-139) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengelolaan Supervisi Akademik di SD N 1 Tampingan Kecamatan Boja Kabupaten Kendal” menyatakan bahwa Pelaksanaan supervisi akademik di SDN 1 Tampingan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Strategi yang digunakan oleh kepala sekolah dalam pelaksanaan supervisi adalah penggunaan komunikasi dua arah untuk memudahkan pelaksanaan komunikasi. Aspek yang dinilai dalam supervisi akademik adalah sistematika pembelajaran, penggunaan alat peraga serta evaluasi pembelajaran. sikap kepala sekolah ketika melakukan supervisi pembelajaran tidak mengganggu jalannya pembelajaran.

(30)

2.4 Kerangka Pikir

Gambar Kerangka Pikir

Kepala Sekolah melakukan supervisi akademik kunjungan kelas terhadap guru pada saat melaksanakan proses pembelajaran. Kepala sekolah mengadakan pendekatan kepada guru. Adanya supervisi guru merasa diperhatikan, ada tempat untuk mencari solusi, kepala sekolah memberikan motivasi pada guru untuk senantiasa melaksanakan pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian kinerja mengajar guru menjadi meningkat

1. Pendekatan kepada guru 2. Guru merasa

diperhatikan 3. Guru merasa

ada tempat untuk mencari solusi

4. Kepala sekolah memotivasi 5. Guru

melaksanakan pembelajaran Supervisi

akademik melalui kunjung-an kelas

(31)

Referensi

Dokumen terkait

Apabila pindah sekolah, buku Laporan Hasil Belajar Peserta Didik ini dibawa oleh Peserta Didik yang bersangkutan untuk dipergunakan di sekolah baru

Dalam beradaptasi dengan lingkungan, berkomunikasi secara efektif, dan empatik, santun berkomunikasi beliau cukup baik hal ini terbukti ketika peneliti meminta izin untuk

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIALUNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI EMOSIONAL SOSIAL PESERTA DIDIK BERBAKAT.. Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan.. © Kartika Fajriana

1) Untuk mengetahui hubungan volume penjualan ( produksi), harga jual, biaya produksi dan biaya-biaya lain serta mengetahui laba rugi perusahaan. 2) Sebagai

Membuat resume dan memaparkan resume tentang matematika sebagai sarana berpikir deduktif secara benar dan aktif. Membuat resume sekaligus memaparkan resume tentang

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis spektral, analisis SHD dan SVD serta pemodelan 2D yang dikorelasikan dengan penampang seismik untuk mengetahui

Sedangkan yang dilaporkan oleh Kurniawan (2011) pemberian sumber nitrogen KNO3 dengan rasio C/N=10 pada medium mampu menghasilkan aktifitas protease paling tinggi