• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Waktu Tanam, Pemberian Mulsa Jerami dan Penanaman Refugia terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung (Zea mays L.) Varietas Nk 6326, Hama dan Patogen Penyakit Serta Musuh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Waktu Tanam, Pemberian Mulsa Jerami dan Penanaman Refugia terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung (Zea mays L.) Varietas Nk 6326, Hama dan Patogen Penyakit Serta Musuh"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teoritis

2.1.1. Tanaman Jagung

Tanaman Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman yang termasuk ke dalam famili Graminae, divisi tumbuhan berbiji (Spermatophyta), sedangkan bijinya tertutup oleh bakal buah (Angiospermae), kelas Monocotyledoneae, ordo Graminaceae dan digolongkan ke dalam genus Zea

dengan nama ilmiah Zea mays. L (Tjitrosoepomo, 1991).

Tanaman Jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan aneka biji dari keluarga aneka rumput. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman pangan yang penting, selain Padi dan Gandum. Tanaman Jagung berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar abad ke-16 orang Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia (Prahasta, 2009).

Jagung merupakan komoditi strategis kedua setelah padi karena dibeberapa daerah, Jagung masih merupakan bahan makanan pokok kedua setelah beras. Jagung juga mempunyai arti penting dalam pengembangan industri di Indonesia karena merupakan bahan baku untuk industri pangan maupun industri pakan ternak khusus pakan ayam (Rukmana, 2009).

Tanaman jagung berakar serabut. Beberapa varietas tanaman jagung memiliki purata jumlah daun 12 - 18 helai. Beberapa varietas mempunyai kecenderungan untuk tumbuh dengan cepat. Kecenderungan ini tergantung pada kondisi iklim dan jenis tanah. Varietas tanaman jagung yang pertumbuhan dewasanya dengan cepat mempunyai jumlah daun yang lebih sedikit dibandingkan varietas tanaman jagung yang lambat pertumbuhan dewasanya. Panjang daun antara 30 - 150 cm dan lebar daun dapat mencapai 15 cm (Berger, 1962 dan Tjitrosoepomo, 1991).

(2)

endosperma yang menjadi nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan menjadi tanaman jagung (Johnson, 1991).

2.1.2. Syarat Tumbuh Tanaman Jagung

Secara umum tanaman jagung dapat tumbuh pada daerah dengan ketinggian 0 - 1.300 m dari permukaan laut dan dapat hidup baik di daerah panas maupun dingin. Selama pertumbuhannya, tanaman Jagung memerlukan sinar matahari yang cukup (Sutoro, dkk. 1988). Jumlah radiasi surya yang diterima tanaman selama stadia pertumbuhannya merupakan faktor yang penting untuk penentuan jumlah biji. Bila kekurangan cahaya batangnya akan kurus, lemah, dan tongkol kecil serta hasil yang didapatkan rendah (Muhadjir, 1988).

Jagung dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah asalkan mendapatkan pengolahan yang baik. Tanah dengan tekstur lempung berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhannya. Tanah-tanah dengan tekstur berat masih dapat ditanami Jagung dengan hasil yang baik bila pengolahan tanah dikerjakan secara optimal, sehingga aerase dan ketersediaan air di dalam tanah berada dalam kondisi baik. Kemasaman tanah (pH) yang baik untuk pertumbuhan tanaman jagung antara 5,6 – 7,5 (Rochani, 2007).

2.1.3. Stadia Pertumbuhan

(3)

Gambar 2.1. Stadia pertumbuhan tanaman jagung

Stadia pertumbuhan tanaman jagung sebagai berikut:

1. Stadia VE-V2 (perkecambahan sampai daun terbuka 1-2)

Stadia ini berlangsung pada saat tanaman mulai berkecambah, bakal daun muncul ke permukaan tanah umumnya berumur antara 3-6 hari setelah tanam. Pada stadia ini akar seminal sudah mulai tumbuh, akar nodul belum aktif, dan titik tumbuh berada di bawah permukaan tanah (McWilliams dkk.. 1999).

2. Stadia V3-V5 (jumlah daun yang terbuka sempurna 3-5).

Stadia ini berlangsung pada saat tanaman berumur antara 10-18 hari setelah berkecambah. Pada stadia ini akar seminal sudah mulai berhenti tumbuh, akar nodul sudah mulai aktif, dan titik tumbuh berada di bawah permukaan tanah. Suhu tanah sangat mempengaruhi titik tumbuh. Suhu rendah akan memperlambat keluar daun, menurunkan jumlah daun, dan menunda terbentuknya bunga jantan (McWilliams dkk.. 1999).

3. Stadia V6-V10 (jumlah daun terbuka sempurna 6-10)

(4)

4. Stadia V11- Vn (jumlah daun terbuka sempurna 11 sampai daun 15-18)

Stadia ini berlangsung pada saat tanaman berumur antara 33-50 hari setelah berkecambah. Tanaman tumbuh dengan cepat dan akumulasi bahan kering meningkat dengan cepat pula. Pada stadia ini, kekeringan dan kekurangan hara sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tongkol, dan bahkan akan menurunkan jumlah biji dalam satu tongkol karena mengecilnya tongkol, yang akibatnya menurunkan hasil (McWilliams dkk.. 1999, Lee 2007).

5. StadiaVT (Tasseling)

Stadia tasseling biasanya antara 45-52 hari, ditandai oleh adanya cabang terakhir dari bunga jantan sebelum kemunculan bunga betina (silk/rambut tongkol). Tahap VT dimulai 2-3 hari sebelum rambut tongkol muncul, di mana pada periode ini tinggi tanaman hampir mencapai maksimum dan mulai menyebarkan serbuk sari (pollen).

6. Stadia R1 (silking)

Tahap silking diawali oleh munculnya rambut dari dalam tongkol yang terbungkus kelobot, biasanya mulai 2-3 hari setelah tasseling. Rambut tongkol muncul dan siap diserbuki selama 2-3 hari. Rambut tongkol tumbuh memanjang 2,5-3,8 cm per hari dan akan terus memanjang hingga diserbuki. Penyerbukan (polinasi) terjadi ketika serbuk sari yang dilepas oleh bunga jantan jatuh menyentuh permukaan rambut tongkol yang masih segar. Bakal biji hasil pembuahan tumbuh dalam suatu struktur tongkol dengan dilindungi oleh tiga bagian penting biji, yaitu glume, lemma, dan palea, serta memiliki warna putih pada bagian luar biji (Lee 2007).

7. Stadia R2 (blister)

Stadia R2 muncul sekitar 10-14 hari seletelah silking, rambut tongkol sudah kering dan berwarna gelap. Ukuran tongkol, kelobot, dan janggel hampir sempurna. Biji sudah mulai nampak dan berwarna putih melepuh, pati mulai diakumulasi ke endosperma, kadar air biji sekitar 85%, dan akan menurun terus sampai panen.

8. Stadia R3(masak susu)

(5)

cepat. Warna biji sudah mulai terlihat (bergantung pada warna biji setiap varietas), dan bagian sel pada endosperma sudah terbentuk lengkap.

9. Stadia R4 (dough)

Stadia R4 mulai terjadi 24-28 hari setelah silking. Bagian dalam biji seperti pasta (belum mengeras). Separuh dari akumulasi bahan kering biji sudah terbentuk, dan kadar air biji menurun menjadi sekitar 70%. Cekaman kekeringan pada stadia ini berpengaruh terhadap bobot biji.

10. Stadia R5 (pengerasan biji)

Stadia R5 akan terbentuk 35-42 hari setelah silking. Seluruh biji sudah terbentuk sempurna, embrio sudah masak, dan akumulasi bahan kering biji akan segera terhenti. Kadar air biji 55%.

11. Stadia R6 (masak fisiologis)

Tanaman jagung memasuki tahap masak fisiologis 55-65 hari setelah

silking. Pada tahap ini, biji-biji pada tongkol telah mencapai bobot kering maksimum. Lapisan pati yang keras pada biji telah berkembang dengan sempurna dan telah terbentuk pula lapisan absisi berwarna coklat atau kehitaman. Pembentukan lapisan hitam (black layer) berlangsung secara bertahap, dimulai dari biji pada bagian pangkal tongkol menuju ke bagian ujung tongkol. Pada varietas lain, ada tanaman yang mempunyai sifat tetap hijau (stay-green)

yang tinggi.

2.1.4. Organisme Penggangu Tanaman

Dalam pertanian, organisme pengganggu tanaman (yang selanjutnya akan disebut OPT) adalah semua organisme yang dapat menyebabkan penurunan potensi hasil yang secara langsung maupun tidak langsung karena menimbulkan kerusakan fisik, gangguan fisiologi dan biokimia, atau kompetisi hara terhadap tanaman budidaya. OPT meliputi hama tanaman, patogen penyakit tanaman dan tumbuhan pengganggu (gulma) (Djojosumarto, 2008).

2.1.5. Hama Tanaman Jagung

Hama utama tanaman Jagung yang sering minimbulkan kerugian secara kualitas dan kuantitatif adalah penggerek tongkol Jagung Helicoverpa armigera.

(6)

malam hari. Ngengat betina meletakkan telurnya secara tunggal pada tanaman berumur 45 - 56 hari setelah tanam bersamaan dengan munculnya rambut tongkol. Imago betina mampu menghasilkan telur 600 - 1000 butir. Telur baru menetas setelah 4-7 hari. Larva hama ini selain menyerang tongkol juga menyerang pucuk dan menyerang malai sehingga bunga jantan tidak terbentuk , yang mengakibatkan hasil biji berkurang. Stadia pupa ada di dalam tongkol. Siklus hidupnya antara 36-45 hari (Kalshoven,1981).

Hama tanaman jagung yang umum di temukan menurut (Susmawati, 2014) sebagai berikut:

1. Penggerek Batang (Ostrinia furnacalis Guen ) (Lepidoptera: Noctuidae) Ngengat aktif pada malam hari, dan menghasilkan beberapa generasi per tahun. Umur imago/ngengat dewasa 7-11 hari. Telur berwarna putih diletakkan berkelompok. Satu kelompok telur beragam antara 30 - 50 butir. Seekor ngengat betina mampu meletakkan 602-817 butir telur. Telur menetas 3-4 hari. Ngengat betina lebih menyukai meletakkan telur pada tanaman jagung yang tinggi dan telur di letakkan pada permukaan bagian bawah daun, terutama pada daun ke 5-6. Larva yang baru menetas berwarna putih kekuning-kuningan. Dalam mencari makan, larva berpindah pindah tempat. Larva muda makan pada bagian alur bunga jantan. Setelah instar lanjut larva menggerek batang. Larva akan menjadi pupa setelah 17-30 hari (Susmawati, 2014).

Karakteristik kerusakan tanaman jagung akibat dari serangan larva hama ini yaitu: (1) adanya lubang kecil pada daun, (2) lubang gerekan pada batang, bunga jantan, atau pangkal tongkol, (3) batang dan tassel yang mudah patah, dan (4) tumpukan tassel yang rusak.

2. Ulat bulu (Spodoptera litura F.) (Lepidoptera: Noctuidae).

(7)

30 – 60 hari (lama stadium telur 2 – 4 hari, larva terdiri dari lima instar, dengan lama stadium larva 20 – 46 hari, lama stadium pupa 8 – 10 hari).

Larva yang masih kecil merusak daun dan menyerang secara serentak

berkelompok, dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas. Daun tanaman yang diserang oleh larva hama ini akan terlihat transparan dan

tinggal tulang-tulang daunnya saja. Biasanya larva berada di permukaan bawah daun. Serangan hama ini umumnya terjadi pada musim kemarau. Hama ini bersifat polifag. Selain tanaman jagung, hama ini juga menyerang tanaman tomat, kubis, cabai, buncis, bawang merah, kentang, kangkung, bayam, padi, tebu, jeruk, pisang, tembakau, aneka kacang, dan tanaman hias (Susmawati, 2014).

3. Penggerek tongkol (Helicoverpa armigera) (Lepidoptera: Noctuidae) Imago betina H. armigera meletakkan telur pada rambut jagung. Purata produksi telur imago betina adalah 730 butir. Telur menetas dalam tiga hari setelah diletakkan . Larva spesies ini terdiri dari lima sampai tujuh instar. Imago betina akan meletakkan telur pada rambut tongkol jagung. Sesaat setelah menetas larva akan menginvasi masuk ke dalam tongkol dan akan memakan biji yang sedang mengalami perkembangan. Infestasi serangga ini akan menurunkan kualitas dan kuantitas tongkol jagung (Susmawati, 2014).

4. Lalat bibit (Diptera) (Diptera: Antomyiidae)

Lama hidup imago bervariasi antara lima sampai 23 hari dimana umur imago betina dua kali lebih lama daripada imago jantan. Imago sangat aktif terbang dan sangat tertarik pada kecambah atau tanaman yang baru muncul di atas permukaan tanah. Imago berukuran panjang 2,5 mm sampai 4,5 mm, Larva terdiri dari tiga instar yang berwarna putih krem pada awalnya dan selanjutnya menjadi kuning hingga kuning gelap. Larva yang menetas melubangi batang yang kemudian membuat terowongan hingga pangkal batang dan berdampak muncul warna kuning pada tanaman yang akhirnya tanaman mati (Susmawati, 2014).

5. Sitophilus zeamais (Motsch) (Coleoptera: Curculionidae)

(8)

beras. S. zeamais merusak biji jagung dalam penyimpanan dan juga dapat menyerang tongkol jagung yang masih berada di pertanaman. Siklus hidup antara 30-45 hari jika kondisi suhu optimum 290C, kadar air biji 14% dan kelembaban nisbi 70%. Perkembangan populasinya sangat cepat pada bahan simpanan yang berkadar air di atas 15% (Susmawati, 2014).

6. Hama Kutu Daun (Rhopalosiphum maydis Fitc)

Serangan hama ini, terutama bila populasinya mengakibatkan helaian daun menguning dan mengering. Gejala klorosis yang sejajar dengan tulang daun, yang terlihat akibat serangan hama ini dikarenakan hama ini sebagai vektor virus. Kutu daun ini berwarna hijau. Imagonya ada yang bersayap dan ada yang tidak bersayap. Pada bagian belakang dari ruas abdomen kelima terdapat sepasang tabung sifunkulus (Susmawati, 2014).

2.1.6. Penyakit Tanaman Jagung

Patogen penyebab penyakit tanaman jagung terdiri dari golongan jamur, bakteri, mikoplasma, dan virus. Di indonesia terdapat tujuh jenis penyakit penting pada tanaman jagung. Menurut Semangun (1991) tujuh penyakit pentung pada tanaman jagung di Indonesia sebagai berikut:

1. Penyakit bulai (yang disebabkan oleh Peronosclerospora maydis)

Gejala penyakit ini terlihat pada permukaan atas daun jagung yang berwarna putih sampai kekuningan diikuti dengan garis-garis klorotik. Ciri lainnya adalah pada pagi hari di sisi bawah daun jagung terdapat lapisan beledu putih yang terdiri dari konidiofor dan konidium jamur. Penyakit bulai pada tanaman jagung menyebabkan gejala sistemik yang meluas ke seluruh bagian tanaman dan menimbulkan gejala lokal (setempat). Gejala terjadi bila infeksi jamur mencapai titik tumbuh sehingga semua daun yang dibentuk terinfeksi. Jika tanaman yang terinfeksi penyakit bulai pada umur masih muda maka tidak membentuk buah. Bila tanaman terinfeksi pada umur yang lebih tua, tanaman masih membentuk buah tetapi umumnya pertumbuhannya kerdil (Semangun, 1991).

2. Bercak daun (yang disebabkan oleh Curvularia spp.)

(9)

kumparan, dan (2) bercak berwarna hijau kuning atau klorotik kemudian menjadi coklat kemerahan. Pada bibit jagung yang terserang menjadi layu atau mati dalam waktu 3-4 minggu setelah tanam. Tongkol yang terinfeksi dini menyebabkan biji akan rusak dan busuk, bahkan tongkol dapat gugur. Bercak pada jagung terdapat pada seluruh bagian tanaman (daun, pelepah, batang, tangkai kelobot, biji dan tongkol). Permukaan biji yang terinfeksi ditutupi miselium berwarna abu-abu sampai hitam sehingga dapat menurunkan hasil yang cukup besar bahkan sampai gagal panen (Semangun, 1991).

3. Hawar daun (yang disebabkan oleh Helminthosporium turcicum)

Pada awal infeksi gejala berupa bercak kecil, berbentuk oval kemudian bercak semakin memanjang berbentuk ellips dan berkembang menjadi nekrotik dan disebut hawar, warnanya hijau keabu-abuan atau coklat. Panjang hawar 2,5-5 cm. Bercak muncul awal pada daun yang terbawah kemudian berkembang menuju daun atas. Infeksi berat dapat mengakibatkan tanaman cepat mati atau mengering dan jamur ini tidak menginfeksi tongkol atau klobot. Jamur ini dapat bertahan hidup dalam bentuk miselium dorman pada daun atau pada sisa sisa tanaman di lapang (Semangun, 1991).

4. Karat (yang disebabkan oleh Puccinia polysora)

Bercak-bercak kecil (uredinia) berbentuk bulat sampai oval terdapat pada permukaan daun jagung di bagian atas dan bawah. Uredinia menghasilkan

uredospora yang berbentuk bulat atau oval dan berperan penting sebagai sumber inokulum dalam menginfeksi tanaman jagung yang lain dan sebarannya melalui angin. Penyakit karat dapat terjadi di dataran rendah sampai tinggi dan infeksinya berkembang baik pada musim penghujan atau musim kemarau (Semangun, 1991). 5. Hawar upih daun (yang disebabkan oleh Rhizoctonia solani)

Gejala penyakit hawar upih daun pada tanaman jagung umumnya terjadi pada pelepah daun. Bercak berwarna agak kemerahan kemudian berubah menjadi abu-abu. Bercak meluas dan seringkali diikuti pembentukan sklerotium dengan bentuk yang tidak beraturan. Mula-mula sklerotium berwarna putih kemudian berubah menjadi cokelat (Semangun, 1991).

(10)

jamur dapat mencapai pucuk atau tongkol. Jamur ini bertahan hidup sebagai

miselium dan sklerotium pada biji, di tanah dan pada sisa-sisa tanaman di lapang. Keadaan tanah yang basah, lembab dan drainase yang kurang baik akan merangsang pertumbuhan miselium dan sklerotia, sehingga merupakan sumber inokulum utama (Semangun, 1991).

6. Busuk Batang

Tanaman jagung tampak layu atau kering seluruh daunnya. Umumnya gejala tersebut terjadi pada stadia generatif, yaitu setelah stadia pembungaan. Pangkal batang yang terinfeksi berubah warna dari hijau menjadi kecoklatan, bagian dalamnya membusuk, sehingga mudah rebah. Pada bagian pangkal batang yang terinfeksi memperlihatkan warna merah jambu, merah kecoklatan atau coklat. Penyakit busuk batang jagung dapat disebabkan oleh tujuh spesies jamur, seperti: (1) Colletotrichum graminearum, (2) Diplodia maydis,

(3) Gibberella zeae, (4) Erwinia moniliforme, (5) Macrophomina phaseolina, (6)

Pythium apanidermatum, dan (7) Cephalosporium maydis (Subandi, 1998).

7. Virus mosaik kerdil jagung

Gejala penyakit menyebabkan tanaman menjadi kerdil, daun berwarna mosaik atau hijau dengan diselingi garis-garis kuning. Dilihat secara keseluruhan tanaman tampak berwarna agak kekuningan mirip dengan gejala bulai tetapi apabila permukaannya daun bagian bawah dan atas dipegang tidak terasa adanya serbuk spora. Penularan virus dapat terjadi secara mekanis atau melalui serangga. Tanaman yang terinfeksi virus ini umumnya terjadi penurunan hasilnya (Semangun, 1991).

2.1.7. Musuh Alami Hama Tanaman Jagung

Teori dasar dalam pengelolaan hama terpadu adalah mempertimbangkan komponen musuh alami dalam strategi pemanfaatannya dan pengembangannya. Teknik pengelolaan hama terpadu yang melibatkan musuh alami untuk dapat menurunkan populasi hama disebut pengendalian hayati (Pedigo, 1999).

(11)

Beberapa musuh alami dari hama dan patogen penyakit tanaman Jagung disajikan pada Tabel 2.1. (Natawigena, 1990).

Tabel 2.1. Musuh alami dan statusnya pada tanaman jagung

Musuh Alami Status Hama dan Patogen Penyakit

Laba – laba (Lycosa sp.) Predator Aphis spp, kutu daun (Stemhause,1963)

Kumbang Bulan (Verania sp. ) Predator Aphis spp, kutu daun, kebul (Natawigena,1990) Kumbang kubah

Belalang sembah (Mantodea carolina ) Predator Aphis spp., Hellopeltis spp., kutu kebul (Subyakto,2000)

Anggang-anggang Lymnoganus sp. Predator Nyamuk, wereng (Gallogher,1991)

Capung (Anax juinus) Predator Walang sangit (Natawigena,1990)

Serangga Trichograma sp. Parasitoid Telur, serangga, ngengat (Subyakto,2000)

Jamur Beauveria bassiana Patogen Belalang, tawon (Natawigena, 1990)

Jamur Trichoderma sp. Patogen Jamur, penyakit akar (Natawigena,1990)

2.1.8. Tanaman Refugia

Refugia merupakan beberapa jenis tumbuhan atau tanaman yang dapat menyediakan tempat perlindungan, sumber pakan (nutrisi) tambahan, atau sumberdaya yang lain bagi musuh alami seperti predator dan parasitoid (Nentwig, 1998). Refugia berfungsi sebagai mikrohabitat yang diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam usaha konservasi musuh alami. Musuh alami akan berdampak pada dinamika serangga dan meningkatkan peluang lingkungan bagi musuh alami dalam pengendalian hama secara biologis (Solichah, 2001).

Tumbuhan liar merupakan mikrohabitat bagi kelangsungan hidup suatu organisme tertentu. Dalam ekosistem pertanian, mikrohabitat buatan yang baik adalah jika dibuat pada tepian atau di dalam lahan pertanian (Klingauf, 1988). Heitzmen, dkk. (1990) mengatakan bahwa refugia adalah tumbuhan terpilih yang diatur dalam satu lajur di lahan pertanian, tidak menunjukkan pengaruh kompetisinya yang berarti bagi tanaman budidaya.

2.1.9. Pranata Mangsa

(12)

Pakubuwono VII (raja di kerajaan Surakarta) pada tanggal 22 Juni 1855, meskipun sebenarnya pranata mangsa telah ada jauh sebelumnya. Pranata mangsa menjadi pedoman formal dalam berbagai aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat, terutama dalam kegiatan bercocok tanam (Wisnubroto, 1997).

Pranata mangsa Jawa dilakukan dengan membaca tanda-tanda alam untuk menentukan perhitungan musim yang akan digunakan dalam mengelola lahan pertanian. Sistem pranata mangsa terbagi menjadi empat musim, yaitu: musim hujan (rendheng), pancaroba akhir musim hujan (mareng), musim kemarau (ketiga), dan musim pancaroba menjelang hujan (labuh). Kepercayaan yang berkembang di tengah masyarakat Jawa sangatlah komplek. Pengetahuan masyarakat Jawa terhadap dunia yang bersifat rasional dan irrasional memiliki kompleksitas yang cukup tinggi (Fidiyani dan Kamal, 2012).

Tabel 2.2 Jenis-jenis musim (mangsa) menurut kalender pranata mangsa (Daldjoeni, 1997)

Mangsa Nama

Mangsa Keterangan

Kasa

Ketiga

Musim menanam palawija, tanah sawah melungka.

Karo Musim bertanam palawija tahap kedua.

(13)

menghalangi hilangnya air karena penguapan atau untuk mematikan tumbuhan pengganggu (gulma). Setelah mulsa organik menjadi kompos selain meningkatkan kadar hara makro dan mikro, juga bertindak sebagai penyangga biologi dan menyebabkan struktur tanah lebih remah dan stabil. Kondisi tersebut menunjang pertumbuhan tanaman (Budiman dkk., 2007).

Mulsa yang sengaja dihamparkan di permukaan tanah atau lahan pertanian dapat melindungi lapisan atas tanah dari cahaya matahari langsung, terutama pada intensitas cahaya yang tinggi. Mulsa dapat mengurangi kompetisi antar tanaman dengan gulma dalam memperoleh sinar matahari dan mencegah proses evaporasi sehingga penguapan hanya melalui transpirasi yang normal dilakukan oleh tanaman (Rukmana dan Saputro, 1999).

2.2. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, model hipotetis dan tinjauan pustaka maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Jagung yang ditanam pada dua waktu tanam yang berbeda (berdasarkan kebiasaan petani versus ramalan pranata mangsa) yang dikombinasikan dengan pemberian jerami dan penanaman refugia akan mempengaruhi pertumbuhan dan hasil produksi tanaman Jagung.

2. Jagung yang ditanam pada dua waktu tanam yang berbeda (berdasarkan kebiasaan petani versus ramalan pranata mangsa) yang dikombinasikan dengan pemberian jerami dan penanaman refugia akan mempengaruhi jenis dan populasi hama.

3. Jagung yang ditanam berdasarkan waktu tanam pranata mangsa yang dikombinasikan dengan pemberian jerami dan penanaman refugia akan memiliki pertumbuhan dan hasil produksi yang lebih tinggi.

4. Penanaman refugia di antara barisan tanaman jagung akan berdampak meningkatkan populasi musuh alami.

2.3. Definisi dan Pengukuran Variabel

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda terhadap hipotesis yang dikemukakan, maka dibuat definisi dan pengukuran variabel sebagai berikut: 1. Stadia pertumbuhan adalah tahapan pertumbuhan tanaman pada saat memasuki

(14)

2. Tinggi tanaman pada stadia vegetatif diukur dari buku pertama pada pangkal batang sampai ke ujung daun paling atas. Tinggi tanaman pada stadia generatif diukur dari pangkal batang sampai bagian teratas dari bunga jantan. Pengukuran dilakukan pada setiap stadia pertumbuhan tanaman, dengan satuan pengukuran adalah cm.

3. Jumlah daun dihitung dari munculnya daun tanaman yang terbuka secara sempurna, dihitung mulai daun pertama sampai keluarnya bunga jantan. Satuan pengukuran yang digunakan adalah helai.

4. Intesitas serangan patogen penyakit dihitung dengan formula sebagai berikut:

Keterangan:

I = intensitas serangan penyakit (%)

ni = jumlah tanaman yang bergejala pada skor ke-i vi = skor ke-i

N = jumlah seluruh tanaman yang diamati Z = skor tertinggi

5. Persentase jumlah tanaman yang diserang patogen penyakit dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

6. Musuh alami dari hama tanaman adalah berbagai organisme yang menjadi predator, parasit atau parasitoid dan patogen pada hama tanaman jagung. Musuh alami dipilah berdasarkan ordonya. Populasi musuh alami adalah jumlah musuh alami yang ditemukan pada tanaman contoh.

7. Jumlah biji per tongkol adalah jumlah seluruh biji dalam satu tongkol.

(15)

9. Bobot biji kering per tanaman adalah bobot biji yang dihasilkan per tanaman yang ditimbang dengan satuan pengukuran gram.

10. Bobot biji kering per petak perlakuan adalah bobot biji jagung yang diperoleh dari petak sampel berukuran 2,5 m x 2,5 m, yang di ambil secara acak pada setiap petak perlakuan dan diulang sebanyak tiga kali dalam dengan satuan pengukuran kilogram.

11. Bobot 1000 biji adalah bobot 1000 butir biji jagung yang ditimbang dengan menggunakan satuan pengukuran gram. Untuk memperoleh bobot 1000 biji di ambil secara acak 100 biji kemudian ditimbang. Penimbangan di ulang delapan kali. Setiap kali pengulangan dilakukan penggantian sepuluh biji secara acak. Kemudian purata hasil penimbangan 100 biji dikalikan sepuluh. 12. Hama dan musuh alami diamati kehadirannya pada setiap stadia pertumbuhan

tanaman, dan dihitung populasinya.

13. Bobot biji jagung per hektar adalah bobot biji per hektar yang diperoleh dari

konversi bobot biji per petak berukuran 2,5 m x 2,5 m. Rumus yang digunakan adalah:

Gambar

Gambar 2.1. Stadia pertumbuhan tanaman jagung
Tabel 2.2 Jenis-jenis musim (mangsa) menurut kalender pranata mangsa (Daldjoeni, 1997)

Referensi

Dokumen terkait

Pola pertumbuhan Flavobacterium sp NUB1 ditentukan dengan cara menumbuhkan isolat bakteri tersebut pada media mineral yang mengandung 1% (v/v) senyawa alifatik nitril

10 Memberikan satu pendapat dalam bentuk pengajuan masalah yang ada dalam skenario (step 2)atau hipotesis terhadap masalah yang dikemukakan oleh anggota kelompok (step 3)atau

Tahap Perencanaan Siklus I; Kegiatan yang dilakukan dalam tahap siklus I: Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah : a. Menelaah kurikulum Bahasa

Birden fazla elektrotlu makinelere ek olarak yapılan kaynağı çoğaltmak için sıcak tel ve toz metal katkıları (özel yöntem deneyleri istenemektedir) gibi özel

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)

apa saja yang dapat mempengaruhi perkembangan sosial emosional dan karakter anak.. Perkembangan zaman termasuk perkembangan dan kemajuan

Judul : Penerapan Strategi Writing Workshop Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Paragraf Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris (Suatu PTK di kelas Paragraph Based

Jika pada suatu konstruksi statis tak tertentu yang mempunyai banyak tumpuan menerima beban-beban luar di atasnya, maka sudut belahan akibat beban tsb (α) akan ditutup/ditiadakan