• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kultur Redaksi dan Produksi Berita

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kultur Redaksi dan Produksi Berita"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1 | P a g e

KULTUR REDAKSI DAN PRODUKSI BERITA SURATKABAR GLOBAL PADA TIGA ERA TEKNOLOGI

Oleh: Gilang Desti Parahita1

Juli, 2013

HARI ini kita hidup di jagad informasi yang mengepung kita melalui berbagai medium secara

serentak: suratkabar, majalah, berita radio dan audiovisual, dan daring (online). Kehadiran

teknologi baru tak serta-merta menyingkirkan teknologi yang lama sehingga seluruh jenis media

itu hadir berdampingan danberpadu (konvergen). Akan tetapi, esensi penting dari implikasi

teknologi tersebut bagi industri media massa adalah kulturkeredaksian(newsroom culture), divisi

yang menghasilkan produk berupa berita pada organisasi media,serta proses produksi berita itu

sendiri yang turut berubah dan berkembang.

Menerapkan pemikiran Strukturasi Giddens, teknologi, manusia, dan aksi sosial

merupakan elemen rekursif di mana teknologi menjadi strukur yang membentuk agensi sekaligus

dibentuk oleh agensi.2 Mengaitkan teknologi dan kultur keredaksian dalam perspektif sejarah

menjadi penting untuk melihat transmutasi teknologi dan tindakan reflektif agen atas teknologi.

Proses rekursif itusendiri membentuk suatu kultur keredaksian yaitu nilai-nilai yang mendasari

rutinitas kerja redaksional dan rutinitas itu sendiri. Saat ini, profesionalisme jurnalisme yang

menekankan pada public service, objectivity, autonomy, immediacy, dan ethics (Deuze, 2008)telah menjadi kredo jurnalisme global meski banyak paradoks yang dikandungnya (Evetts, 2005; Deuze,

2005). Kultur keredaksian suratkabar kontemporer globalitu adalah etos profesionalismeyang lahir

tidak dengan sendirinya melainkan melalui proses ekonomi politik persuratkabaran Anglo Saxon

pada abad ke-19 (Nolan, 2008; Hoyer dan Lauk, 2003) dan yang memiliki beragam makna pada tiap

konteks masyarakatnya (Kolari, 2007).

Scharpf berpendapat bahwa profesionalitas yang menjadi kultur redaksi suratkabar

kontemporer terdiri dari tiga elemen, yaitu kemampuan suratkabar untuk menantang otoritas

dalam hal ini umumnya pemerintah; kemampuan suratkabar untuk memberi merek pada dirinya

(branding) dan mengemas (packaging) dirinya sendiri; dan ketiga, kemampuan suratkabar untuk

1

Penulis dapat dihubungi di parahita.gilang@gmail.com

(2)

2 | P a g e

menerapkan standardisasi dan mengatur praktek-praktek jurnalistik dan bisnisnya.3 Tentu saja,

kultur keredaksian itu tidak hanya dibentuk oleh struktur teknologi belaka akan tetapi teknologi

merupakan salah satu struktur yang tidak hanya berkontribusi pada pembentukan konten berita

(nilai berita, struktur dan kepadatan), melainkan menyesuaikan konten denganplatform di mana

suatu berita dan informasi akan diterima audiens saat ini. Membaca Detik Dotcom pada sebuah iPad

merupakan contoh nyata betapa teknologi menjadi struktur yang membentuk kerja redaksional

dan resepsi audiens.

Esai ini membahas sejarah dan perkembangan kultur redaksisuratkabar global pada tiga

era perkembangan teknologi: Pertama, era pra-cetak, mesin cetak, dan Linotype; kedua, era radio,

dan televisi; dan ketiga, era komputer dan Internet. Kultur redaksi suratkabar dipilih karena

suratkabar merupakan format pers yang pertama muncul di dunia dan masih tetap bertahan di

tengah persaingan dengan sesamanya atau dengan media berformat elektronik dan Internet. Siapa

pun saat ini masih bisa berlangganan suratkabar, menonton berita di televisi dan mengakses berita

di portal berita Internet. Selain itu, dengan memilih media yang berformat cetak, penulis dapat

mencermati bagaimana perkembangan teknologi –dari mesin cetak hingga Internet yang diadopsi

oleh maupun yang melingkupi industri pers— dapat mempengaruhi kultur keredaksian yang pada

akhirnya mempengaruhi kualitas berita yang dikonsumsi audiens.

Ketiga era perkembangan teknologi itu dipilih dan disusun sedemikian rupa atas dasar

beberapa pertimbangan. Pertama, kultur keredaksian suratkabar terbentuk tak hanya dikarenakan

struktur teknologi yang diadopsi suratkabar melainkan juga teknologi komunikasi yang bersaing

dengan suratkabar. Mesin cetak, Linotype, dan komputer merupakan teknologi-teknologi yang

pernah dan atau masih digunakan oleh industri suratkabar. Ketiga teknologi itu telah menjadi

bagian dari peletak dasar jurnalisme cetak (dan jurnalisme elektronik serta daring) dunia. Kedua,

radio dan televisi, dua teknologi komunikasi yang mendorong munculnya jurnalisme

penyiaranpernah membuat industri suratkabar merefleksikan dan menata ulang eksistensinya.

Sementara itu, ketiga, Internet merupakan teknologi informasi dan komunikasi yang

digunakan industri suratkabar maupun pesaingnya sehingga Internet sebagaimana radio dan

televisi kembali membuat industri suratkabar kontemporer harus merefleksikaneksistensinya dan

menata ulang kedudukannya. Keeratan kaitan Internet dengan teknologi komputasi dan kehadiran

(3)

3 | P a g e

Internet pasca teknologi komputasi modern menempatkan Internet sebagai penanda era ketiga

industri suratkabar bersama dengan komputer.

A. Suratkabar pada Era Pra-Cetak, Gutenberg, dan Linotype: Abad 17 hingga abad 20

Jauh sebelum suratkabar bersaing dengan radio dan televisi, suratkabar pertama

ditulis dengan tangan dan muncul pada peradaban-peradaban Roma dan Cina4. Perintis

suratkabar pertama diyakini adalah Acta Diurna dari Roma pada 131 tahun SM dan

Tching-Pao atau Berita )stana yang ditulis di Cina pada era tak jauh dari era rintisan Roma. Suratkabar pada era tersebut memiliki audiens yang terbatas. Selain hanya ditulis tangan,

suratkabar-suratkabar itu hanya diletakkan di lokasi-lokasi yang bisa dijangkau oleh

publik.

Penemuan mesin cetak oleh Gutenberg di Mainz pada 1493 menjadi peletak dasar

era publikasipada kebudayaan literasi. Apabila Roma dan Cina diyakini sebagai

peradaban-peradaban yang melahirkan budaya literasi meski terbatas di golongan tertentu, Jerman

tempat lahirnya mesin cetak, diyakini sebagai bangsa pertama di dunia yang melahirkan

suratkabar bernama Strassebourg Relation pada 1609 meski sebelum Strassebourg telah banyak pamflet-pamflet dan newsletter yang berisikan berita bisnis atau sensasional seperti

serangan drakula.

Gambar 1. Koran pertama di dunia, Strassebourg Relation, diunduh dari http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_the_oldest_newspapers

Setelah Jerman, lusinan suratkabar muncul dan mulai menjalar ke seluruh benua Eropa,

pertama di Jerman, lalu Inggris, Perancis dan Spanyol. Teknologi cetak Gutenberg

mendorong tumbuh kembang basis awal persdan jurnalisme di dunia.

Dari segi isi, suratkabar pasca temuan Gutenberg masih belum memiliki kesadaran

berpihak pada kepentingan publik.5 Ketika itu, umumnya koran belum mengembangkan

4Seluruh isi pada paragraf ini disarikan dari http://en.wikipedia.org/wiki/History_of_newspapers_and_magazines, diakses pada 22 Desember 2012.

(4)

4 | P a g e

mekanisme unik dan profesional tentang media karena kedekatan mereka dengan institusi

di luar mereka (partai politik, kelompok dagang, keluarga bangsawan) dan regulasi-regulasi

pemerintah yang ketat. Memang, suratkabar-suratkabar tersebut memberitakan

kisah-kisah yang dicatat dalam sejarah seperti berita perjalanan Colombus, akan tetapi secara

umum koran-koran tersebut menjadi media untuk melayani kepentingan kaum kaya dan

bangsawan terhormat pada era itu.

Pada abad 16 dan 17 konsep media independen belum muncul dan sensor dari

pemerintah masih dominan6. Pada tahun 1643, Parlemen Inggris mengeluarkan aturan

ketat yang menjelaskan hal-hal yang dapat dan tidak dapat ditulis di suratkabar dan tak

terhitung jumlah editor Inggris yang dipenjara setelah menulis prosiding-prosiding rapat

Parlemen yang membahas salah satu anggotanya. Pada awal 1700-an di Eropa, suratkabar

dilihat sebagai perpanjangan perusahaan bisnis atau partai-partai politik tertentu, dan

tajuk-tajuk rencana yang membahas berita yang sarat opini sesuai pemilik. Banyak

suratkabar hanya berfungsi seperti kolom-kolom gosip dan busa-busa contong individual.

Pun, keterbatasan mereka sebagai layanan-layanan mewah untuk perusahaan-perusahaan

lain membatasi mereka mendefinisi diri menjadi suratkabar modern.

Mesin cetak Gutenberg menghadirkan kesempatan bagi sekelompok orang untuk

menggandakan karya tulis baik berita ataupun opini dan pemikiran dengan lebih mudah

dan lebih banyak sehingga karya literasi bisa diedarkan ke publik yang luas. Cikal bakal

jurnalisme mengecambah di era itu. Mesin cetak ala Gutenberg terus mengalami modifikasi

sehingga pada 1800-an mesin cetak telah menggunakan teknologi gulungan kertas, alat pres

dari besi, dan mengunakan energi uap. Semakin murahnya ongkos cetak mendorong

Benjamin Day untuk mendiskon harga jual New York Sun hingga satu penny per eksemplar

sehingga muncullah istilah penny press.7 Langkah itu dinilai para historian media sebagai penanda lahirnya era industri media massa di mana kecepatan dan jangkauan edar (massa)

telah menjadi unsur-unsur penting.

Teknologi berikutnya yang menyusul mesin cetak dalam menyumbang peradaban

literasi adalah Linotype. Linotype menjadi katalis perkembangan pers dan jurnalisme

karena ia melenyapkan keharusan suratkabar untuk menyusun huruf demi huruf di atas

sebuah papan secara manual sebelum proses pencetakan dimulai.

6Scharpf, 2006.

(5)

5 | P a g e

Pada 1886, Ottmar Margenthaler mendemonstrasikan mesin pembentuk baris

(linecasting) di depan Whitelaw Raid, Pemimpin Redaksi New York Tribune8. Mesin itu setinggi tujuh kaki dan memiliki berat dua ton. Thomas Edison menyebutnya keajaiban

kedelapan dunia. Segera setelah didemonstrasikan, Reid sangat kagum dengan mesin itu

dan meneriakkan, Ottmar, you’ve cast a line of type! Seruan itu kemudian dikenal dengan

singkatan Linotype untuk menyebut mesin kreasi Ottmar. Mesin ini bisa dioperasikan oleh satu orang. Sebuah papan ketik 90 karakter dihubungkan dengan matrik-matrik metal

untuk menghasilkan deretan-deretan huruf yang diinginkan. Satu menit Linotype bekerja

dalam kecepatan penuh bisa menghasilkan hingga enam baris selebar dua inci. New York Tribune adalah suratkabar pertama yang menggunakan teknologi tersebut. Empat tahun kemudian, Ottmar mendirikan Margenthaler Linotype Company dan meluaskan adopsi

teknologinya ke berbagai perusahaan suratkabar sehingga pada 1930-an Linotype menjadi

bagian tak terpisahkan dari industri suratkabar.

Pasca adopsi Linotype, kecepatan produksi suratkabar semakin meningkat;luas

halaman melebar dan jumlah halaman suratkabar bisa melampaui delapan halaman.

Implikasi nyata Linotype pada industri suratkabar itu adalah jumlah berita yang dihasilkan

tiap harinya semakin meningkat dan ongkos produksi dan harga jual semakin murah.

Akibatnya, jangkauan pembaca makin luas. Pada 1928, Linotype merupakan alat yang harus

dimiliki oleh semua suratkabar di dunia. Implikasi Linotype pada industri suratkabar era itu

baru-baru ini difilmkan oleh Doug Wilson dan dirilis di Parkland Theater pada April 2012.9

Gambar 2. Mesin Linotype produksi 1965 diunduh dari http://en.wikipedia.org/wiki/Linotype_machine

(6)

6 | P a g e

Lebih dari sepuluh tahun setelah Linotype dimanfaatkan industri suratkabar AS,

Teletype tidak hanya dimanfaatkan sebagai penata letak (typesetting), melainkan

pengetikan dan pengiriman pesan jarak jauh.10Menurut Schwaloze (2002), Teletype mulai

digunakan di ruang redaksi pada 1915 –atau tiga belas tahun setelah Linotype (-pen).

Teletype (teleprinter, teletypewriter, atau TTY) adalah mesin ketik mekanis-elektronik –

yang sudah punah— yang bisa digunakan untuk mengkomunikasikan pesan-pesan yang

diketik dari satu titik ke titik lain melalui saluran komunikasi elektronik yang sederhana,

baik dengan kabel maupun tanpa kabel. Bentuk paling modern dari Teletype itu

menggunakan unit pajang citra (Visual Display Unit) dilengkapi dengan pencetak lembaran

kertas (hardcopy printer). 11 Teletype secara massif digunakan pada era Perang Dunia

Pertama.12

Tuturan Jack Limpert bisa memberi gambaran alur kerja jurnalis pada era mesin ketik

dan Teletype13:

we d write stories on a typewriter, edit them ourseleves or have someone else check them, and then the stories would be retyped at the teletype machine.you sat at the teletype and your key strokes punched holes in a paper tape which then was fed into the teletype machine and the story went out.in bigger bureaus, we had a few teletype operators who would take yur story and do the keyboarding.in smaller bureaus, the writers had to keyboard the stories twice, once at the typewriter, then at the teletype.

Dari gambaran tersebut, Teletype memiliki penekanan fungsi yang berbeda dengan

Linotype. Teletype berfungsi untuk mengirimkan berita jarak jauh sementara Linotype

untuk tata letak dan membantu pencetakan namun keduanya bisa digabung dan jadilah

mesin cetak jarak jauh. Bersama dengan mesin ketik dan alat cetak, keempat jenis mesin

tersebut jamak dijumpai pada kantor-kantor suratkabar dan agensi berita era 1930-an.

Meski Teletype memiliki kontribusi pada penentuan aktualitas dan kedekatan geografi

dan atau emosional) suatu berita, secara umum Teletype tidakberdampak secara langsung

pada jumlah eksemplar dan perwajahan suratkabar, dua aspek objektif yang secara inheren

menjadi ciri khas suratkabar. Oleh karena itu, banyak historian lebih menganggap Linotype

berpengaruh lebih mendalam pada industri suratkabar.

10R.A. Schwarloze, Cooperative News Gathering , dalam W.D. Sloan dan L.W.Parcell (eds), (2002), American Journalism:

History, Principles, Practices, Jefferson, NC: McFarland & Company, Inc.

11Christopher Sterling, http://knowledge.sagepub.com/view/journalism/n382.xml, diakses pada 22 Desember 2012. Teletype itu adalah merek teleprinter keluaran Morkrum Company yang juga digunakan secara luas merujuk ke teknologi yang sama.

12R.J. Brown, A Capsule History of Typesetting , dikunjungi di American

(7)

7 | P a g e

Gambar 3. Elizabeth Widel menggunakan mesin Linotype pada 1964, sekarang ia menulis dengan PC dalam Microsoft Word.(http://www.omakchronicle.com/archives/specarchives/db_anniv.asp?story=anninbegin)

Sejalan dengan perkembangan teknologi, sistem masyarakat dunia terutama Eropa

dan Amerika mulai bergeser dari feodalisme ke demokrasi. Suratkabar mengambil peran

pada pergeseran itu. Upaya kritik pertama suratkabar terhadap penguasa terjadi di

Amerika. Pada 1690, suratkabar Amerika pertama muncul. Benjamin Harris menerbitkan

Publick Occurrences, Both Foreign and Domestick.Akan tetapi, bahkan teritori baru seperti Amerika tidak imun dari kontrol dari luar (Inggris). Koran tersebut akhirnya ditutup empat

hari setelah terbitan pertamanya yang mengkritik tentara Inggris di koloni.14 Tetapi

eksistensi suratkabar Amerika tidak berhenti di situ.Menurut data di Wikipedia, jumlah

suratkabar di Amerika meningkat secara signifikan sejak 1775 atau pasca kemerdekaan AS

hingga 1835.

Tabel 1. Peningkatan jumlah suratkabar di Amerika (http://en.wikipedia.org/wiki/Image:NEWS.JPG, dikutip Scharpf, 2006)

(8)

8 | P a g e

Desakan suara publik bertemu dengan kepentingan suratkabar dan politik sehingga

polah tingkah suratkabar terlalu kuat untuk diatasi oleh pemerintah. Jumlah suratkabar

Amerika terus tumbuh.15 Pada era 1880-an, era tajuk rencana sebagai corong dan

pembentuk opini publik mulai terbentuk dengan kokoh, dan suratkabar mulai mengakhiri

aliansi mereka dengan partai-partai politik tertentu.16Daripada membeo suara partai

politik, para editor menyadari bahwa suara mereka dapat sama persuasifnya bagi publik

yang terliterasi. Menurut Scharpf (2006), pada era pasca kolonialisme Inggris, suratkabar

Amerika merintis etos profesional ruang redaksi. Jumlah suratkabar yang mengembangkan

identitas independen terus bertambah. Perkembangan tersebut juga didasari oleh

merebaknya gaya baru jurnalistik saat itu –jurnalisme kuning- yang dikreasi Joseph Pulitzer

dan William Randolph Hearst. Keduanya bersaing ketat untuk memunculkan headline-headline yang sensasional.

Jumlah dan keberagaman suratkabar yang tinggi itu bisa menunjukkan keintiman

dengan audiensnya, atau malah kekacauan; kolom-kolom tertentu dapat muncul pada suatu

periode, dan menghilang pada periode berikutnya; editor bisa menghadirkan kolom baru

semudah membinasakannya atau lupa menerbitkannya17. Hal itu bisa dimaklumi karena

pada era tersebut beragam filosofi, model bisnis, teknik jurnalistik, dan latar belakang

pendidikan bertarung untuk mendapatkan dominasi pada industri suratkabar.

Profesionalitas yang terlihat pada industri suratkabar saat ini belum muncul, akan

tetapi dekade-dekade tersebut menjadi laboratorium bagi lahirnya kultur ruang berita

modern.18Bersama dengan New York Times dan Washington Post, tak terhitung jumlah suratkabar dan terbitan gaya hidup di ASyang menyasar audiens tertentu. Siapa pun yang

memiliki teknologi Linotype dan kertas dapat membuat suratkabar. Jelaslah teknologi

Linotype mengkatalis sejumlah perubahan dalam industri suratkabar AS dan bersama

dengan mesin cetak, keduanya menjadi benchmark bagi kemunculan teknologi berikutnya seperti Teletype, Phototypesetting, dan Lithography. Ketiga yang terakhir ini tidak muncul

begitu saja terlepas dari kebutuhan industri, melainkan justru berangkat dari kebutuhan

industri termasuk suratkabar.

Jumlah suratkabar yang tinggi pada era 1940-an mengalami penurunan pada 1980-an

yang disebabkan oleh beberapa hal, yaitu situasi ekonomi pasca Perang Dunia Kedua yang

15Scharpf (2006), op.cit. 16Scharpf ibid.

(9)

9 | P a g e

membuat menguatnya gerakan buruh, keengganan pemilik media untuk segera melakukan

inovasi teknologi pencetakan, dan fenomena merger dan akuisisi (Neiva, 1996).

Neiva (1996) menyebutkan sebelum 1945, industri suratkabar menikmati stabilitas

selama lebih dari seperempat abad di mana inovasi teknologi tidak ada yang signifikan,

tidak ada ancaman kompetitif yang baru, dan hanya sedikit peningkatan biaya produksi.

Perubahan signifikan mulai terjadi ketika Perang Dunia Kedua usai di mana para pekerja

termasuk di industri suratkbar menuntut kenaikan upah19. Banyak suratkabar yang tidak

siap menerima tuntutan serikat-serikat pekerja suratkabar akhirnya gulung tikar20. Prescott

Low, pemilikPatriot Ledgersejak awal 1950-anberupaya untuk memukul balik tuntutan para

pekerja suratkabar tersebut dengan mencari teknologi-teknologi baru yang dapat

mengurangi ketergantungan suratkabar terhadap para pekerjanya, terutama dalam hal

pencetakan, dengan mengadopsi teknologi photocomposition(dengan merek Varityper dan Underwood), lalu Linotype21. Namun, meski teknologi tersebut tersedia, pada 1960-an

masih banyak suratkabar yang tidak mengadopsi teknologi tersebut akibat kegamangan

mereka menghadapi serikat pekerja suratkabar yaitu International Typographical Unions

(ITU) yang menolak teknologi photocomposition. Schermer dan Haines, pemilik Missoulian yang pada 1960-an terancam gulung tikar, membuat kesepakatan dengan ITUuntuk

mengadopsi teknologi photocomposition tanpa disertai dengan pengurangan jumlah

pressmen maupun demonstrasi22. Selain itu, mereka menawarkan program pensiun dengan dan paket keuntungan yang menarik bagi para printer Missoulian agar para printer tersebut

keluar dari keanggotaan serikat. Ketika teknologi photocomposition semakin marak digunakan, keuntungan industri suratkabar berlipatganda. Hal itu disadari oleh Internal

Revenue Services (IRS/Badan Pajak AS) yang kemudian menerapkan pajak yang lebih tinggi

untuk industri media. Kewajiban pajak tersebut akhirnya membuat industri suratkabar

melakukan akuisisi dan merger sehingga kepemilikan suratkabarAS yang pada 1940-an

umumnya berada di tangan keluarga-keluarga, pada 1980-an berada di

perusahaan-perusahaan publik (Neiva, 1996).

19E.M. Nei a, Chai Buildi g: the Co solidatio of the A erica Ne spaper I dustr ,

- , The Business History Review, Vol. 70 (1-42).

20

Neiva, ibid.

21

Neiva, ibid.

22

(10)

10 | P a g e

B. Suratkabar pada Era Radio, dan Televisi: 1920an-1970-an

Sebelum abad ke-20, dan sebelum kemunculan radio dan televisi, secara umum

dunia persuratkabaran AS menjadi sedemikian penting di kehidupan publik AS namun

belum memiliki standar profesionalitas. Industri suratkabar merupakan industri yang kuat,

dengan jumlahnya yang besar dan isi yang beragam meningggalkan kesan yang luas di

benak publik.23

Lahirnya teknologi radio sempat berdampak matinya banyak suratkabar di AS saat

itu, salah satunya adalah Jounal-American.24 Harian tersebut terbit pada sore hari seperti umumnya suratkabar yang terbit di AS saat itu— namun semenjak hadirnya radio, model

koran sore tak lagi dianggap mampu bersaing dengan berita radio kecuali koran sore

tersebut memiliki partner di koran pagi.25Journal-American memiliki lima lembar edisi sehari, dengan satu ekstra kisah besar untuk diedarkan dari Lower-East Manhattan ke

seluruh kota, bersaing dengan enam suratkabar lainnya pada masa itu. Harian itu dipimpin

oleh salah seorang legendaris Paul Schoenstein, pemenang Pulitzer Prize pada 1944. Pada

1966, Journal-American berhenti beroperasi. Shapiro mengklaim harian itu sebagaimana harian-harian sore AS lainnya menjadi korban berita radio26 meski banyak faktor lain yang

berpengaruh seperti semakin banyaknya harian yang muncul di berbagai daerah kecil, dan

resesi ekonomi yang mendorong pengiklan memasang iklan di radio.

Gambar 3. Ruang redaksi Journal-American, pemandangan generik suratkabar AS kala itu sebelum kehadiran komputer (http://www.smithsonianmag.com/history-archaeology/The-Newsroom-Rush-of-Old.html#)

23Scharpf, ibid.

24Michael Shapiro, The Newsroom Rush of Old, diunduh dari Smithsonian Dotcom,

http://www.smithsonianmag.com/history-archaeology/The-Newsroom-Rush-of-Old.html#, pada 22 Desember 2012. 25Shapiro, ibid.Pada 1950, Asosiasi Suratkabar Amerika mencatat 1.450 harian terbit sebagai koran sore sementara hanya 322 terbit sebagai koran pagi, berbeda dengan kondisi pada 2009 di mana 1.418 harian terbit pagi hari dan hanya 546 terbit pada sore hari (Larry McDermott, An Afternoon paper part of good old days, diunduh dari Masslive Dotcom,

(11)

11 | P a g e

Sementara itu, kemunculan televisi tidak hanya menguatkan sinyal untuk

kebangkitan misi jurnalistik yang berbeda yang disebabkan oleh nilai-nilai berita televisi,

melainkan juga godaan popularitas televisi bagi para jurnalis suratkabar kala itu: para

jurnalis suratkabar ingin menjadi reporter televisi27. Akhirnya, radio dan televisi

merupakan dua teknologi komunikasi yang hadir pada 1920-an dan 1980-an menggempur

eksistensi suratkabar Amerika dan dunia saat itu. Waktu mengaso di sore hari yang semula

untuk membaca koran sore menjadi untuk mendengarkan radio atau menyaksikan televisi.

Blessing in disguise, sejak kemunculan radio dan televisi, suratkabar mulai secara nyata merefleksikan posisinya dan mengubah komposisi mereka. Korporasi besar mulai

membeli suratkabar-suratkabar besar dan mereka mulai membinasakan suratkabar gaya

hidup (luxury papers) dan pinggiran (fringe papers). Pada paro 1900-an, suratkabar besar

mulai memapankan bentuk modern mereka dan dengan segera pupuslah era keintiman dan

kekacauan itu28. Bisa dibilang, berkat kehadiran radio dan televisi, suratkabar mulai

menunjukkan diri yang impersonal, terdepartemenisasi, dan tersdandardisasi.Justru

dikarenakan oleh tekanan dan pengaruh korporasi yang ingin membedakan suratkabar dari

radio dan televisi, tajuk-tajuk rencana yang sensasional dan jurnalisme contong

ditundukkan menjadi jurnalisme objektif, modern, dan absah (legitimate). Hanya terbitan

yang menyasar niche market tertentu yang tetap menawarkan gaya sensasional semacam

itu.

Radio mampu menyiarkan persitiwa secara langsung ke pendengar dan televisi

mampu menghadirkan citra-citra realis pada para pemirsa. Untuk menunjukkan keunggulan

mereka dari radio dan televisi, mereka menerbitkan berita-berita yang dihasilkan dari kerja

jurnalistik yang lebih matang dan mendalam daripada berita-berita radio dan televisiyang

lebih cepat tetapi tidak utuh. Selain itu, keunggulan suratkabar lahir secara inheren dari

format suratkabar itu sendiri yaitu dapat dibaca kapan pun audiens ingin membacanya,

tidak seperti radio dan televisi yang menyiarkan program berita pada jam tertentu saja

sehingga audiens harus benar-benar menyisihkan waktu untuk menyimak.

Suratkabar mengambil sifat-sifat yang ada dalam berita radio dan televisi. Pada

akhir abad ke-20, banyak suratkabar yang mengikuti jejak USA TODAY, yaitu menampilkan citra-citra, infografis, dan format yang mirip layar televisi. The New York Times, yang lama disebut sebagai perintis tradisionalisme kultur media cetak, mengikuti gaya

27E. Klinenberg, (2005), News Production in Digital Age , dalam The Annals of the American Academy of Political and Social Science, Vol.597, hal.48-64.

(12)

12 | P a g e

tersebut,dengan mengurangi jumlah kolom, dan menambahkan foto besar berwarna pada

halaman depan.The NYT dan USA Today merupakan contoh dari gelombang perubahan komposisi visual suratkabar dan kultur ruang berita era itu di AS meski tak semua pihak

menerima dengan mudah perubahan tersebut. Selain itu, mayoritas reporter di radio dan

televisi merupakan jebolan dari industri suratkabar sehingga meskipun teknologi

berkembang sedemikian rupa kultur ruang berita suratkabar menjadi benchmark bagi industri pers pada umumnya era itu.29

C. Suratkabar pada Era Komputer dan Internet: 1970-an hingga sekarang

Pola produksi berita dan kultur redaksi pasca ditemukannya Teletype dan Linotype

bertahan hingga lebih dari 50 tahun. Perkembangan pola produksi berita dan kultur redaksi

pada paro terakhir abad ke-20 kemudian dipengaruhisecara esensial oleh kehadiran radio

dan televisi. Baik teknologi-teknologi yang digunakan oleh industri suratkabar maupun

yang mengitarinya berlangsung pengaruhnya pada era yang berimpitan. Misalnya, pada

1980-an, USA Today muncul dengan perwajahan seperti media televisi dan hal itu dimungkinkan ketika teknologi yang ada mendukung, yaitu komputer. Setelah Linotype,

hampir tak ada inovasi dan invensi yang cukup berarti yang berdampak pada jati diri

suratkabar, hingga akhirnya pada 1960-an teknologi komputasi moderndigunakan oleh

suratkabar.

Era Komputer

Istilah komputer yang dikenal umum saat ini telah mengalami pergeseran. Pada

1950-an, komputer hanya merujuk pada alat untuk melakukan fungsi komputasi, mengatasi

masalah aritmetika kompleks.30 Dari definisi tersebut, sempoa atau sipoa bisa disebut

dengan komputer. Saat ini, komputer merujuk pada semua fungsi teknologi komunikasi dan

informasi yaitu menyimpan dan mengambil data, mengelola jaringan komunikasi,

memproses teks, mengunduh dan memanipulasi gambar dan suara, untuk menerbangkan

pesawat terbang dan antariksa, dan seterusnya.31 Untuk mencapai perkembangan teknologi

komputer seperti yang saat ini jamak digunakan di perkantoran maupun rumah tangga,

Ceruzzi (2003) membagi fase perkembangan komputasi modern menjadi sepuluh, dari era

1945- 9 yang meletakkan dasar komersialisasi teknologi kemputasi hingga )nternet

Time pada 1995-2001.

29Scharpf (2006), op.cit.

(13)

13 | P a g e

Komputer sebagai sebuah desktop yang banyak digunakan di kantor dan rumah tangga pada 1980-an bisa disebut mengubah kerja redaksional secara dramatis pada era

yang sama. Akan tetapi, komputer sebagai teknologi komputasi barangkali sudah lama

digunakan oleh suratkabar beberapa dekade sebelum itu meski hingga makalah ini ditulis

penulis belum menemukan sumber informasi tersebut. Yang jelas, pada 1974, Los Angeles Times di AS sudah mulai merintis sistem penyuntingan elektronik yang melibatkan teknologi komputasi yang tersedia saat itu yaitu mainframe (komputer raksasa).32

Pada tahun 1974, para pengelola redaksi Times mempertimbangkan kebutuhan akan

komputer atas dasar tiga alasan: ekonomi, komunikasi, dan fleksibilitas33. Pada aspek

ekonomi, para pengelola melihat bahwa ongkos penataan kesalahan pada typing hampir tidak masuk akal lagi. Redaksi membutuhkan alat ketik yang lebih akurat dan tidak perlu

melakukan ketik ulang jika perlu koreksi sehingga waktu tidak terbuang percuma dan

departemen produksi dapat segera mencetak koran. Pada aspek komunikasi, Times memiliki banyak kantor berita di mana setiap cabang perlu melaporkan berita ke kantor

pusat dengan kecepatan dan reliabilitas tinggi. Eksperimen dengan terminal-terminal

jinjing mendemonstrasikan keuntungan memiliki teknologi komunikasi elektronik.

Pengumpulan berita menjadi lebih efisien dan efektif bagi Times ketika terminal-terminal itu ditempatkan di seluruh cabang dan dibawa oleh semua jurnalis ketika bertugas di

lapangan. Kisah-kisah ditransmisikan secara cepat dari telepon mana pun di dunia. Dengan

lebih banyak waktu yang tersisa, laporan penuh pemikiran bisa lebih banyak dihasilkan.

Pada aspek fleksibilitas, komputer menawarkan potensi cara yang lebih efisien untuk

memproduksi suratkabar dengan mengurangi ongkos produksi dan mempercepat produksi

tepat waktu sehingga mempertahanan daya saing sementara kontrol redaksional terhadap

proses produksi juga meningkat.

Ketika Times memulai program perencanaan membangun sistem informasi dan komunikasi yang integratif itu, Louisville Courier-Journal, the Tucson Citizen, the Houston Post, the Vancouver Province and Sun, the New York Times dan the Long Beach Press telegram sudah menggunakan komputer. Suratkabar-suratkabar tersebut diwawancarai oleh Gugus

Tugas dari LA Times untuk melihat penggunaan dan kemanfaatan komputer pada proses produksi berita. Locke (1991) menemukan tujuh tahun sejak 1974 barulah sistem

komputasi itu bisa berjalan sesuai dengan harapan para pengelola redaksi.

32W.Locke (1991), Telecomunication inthe News )ndustry: Before and After Computers , dalam People and Technology in

(14)

14 | P a g e

Studi pustaka atas adopsi komputer oleh divisi redaksi dilakukan oleh McKercher.

Digunakannya komputer oleh awak redaksi membutuhkan waktu. Umumnya, komputer

digunakan oleh unit pustaka pada organisasi berita. Endres (1985) menemukan bahwa

suratkabar dengan sirkulasi yang besar menggunakan komputer akan tetapi suratkabar

lebih kecil tidak menggunakannya.34 Endres mengidentifikasi bahwa redaktur pelaksana

dan redaktur utama pada suratkabar besar tersebut memanfaatkan komputer, diikuti oleh

jurnalis investigasi, bisnis dan penulis features, jurnalis politik, kolumnis dan penulis tajuk

rencana. Pada penelitian survei terhadap 40 penulis tajuk rencana dari 27 suratkabar, Kerr

dan Niebauer (1987) menemukan bahwa 2/3 responden yang adalah para jurnalis jarang

atau tidak pernah menggunakan sistem basis data terkomputerisasi. Perpustakaan

terkomputerisasi yang ditawarkan sebagai teknologi yang menghemat waktu belum

mampu mengatasi kebutuhan jurnalis akan kecepatan kala itu.35Di Kanada, The Ottawa

Citizens dan the Gazzette pada 1992 masih menggunakan komputer dan Internet untuk tugas-tugas tradisional jurnalis: menulis, membuat kliping berita, dan mengakses kliping

berita.36

Beberapa studi meneliti bagaimana komputer mempengaruhi apa yang nampak di

suratkabar. Studi Neuwirth et.al. (1988) menunjukkan rilis-rilis yang dikirim secara

elektronik ke dua suratkabar yang mereka teliti lebih sedikit disunting dan ditulis ulang

daripada yang dikirim dalam media kertas. Hal ini menunjukkan diseminasi elektronik

meningkatkan kemampuan sumber berita untuk mengontrol informasi yang ia kirim.

Artikel-artikel Pulitzer pada era 1990-an menunjukkan kekayaan informasi yang lebih

tinggi yaitu mengandung sumber-sumber yang lebih beragam dan secara kualitas lebih baik

(Hansen, 1990).37

Studi lain juga menunjukkan perpustakaan menjadi bagian penting dari produksi

berita38. Bagian dari protokol produksi berita adalah para jurnalis harus memeriksa

kembali koleksi kliping; produksi berita yang tidak melibatkan perpustakaan bisa dibilang

tidak utuh (Hansen, Ward, McLeod, 1987). Enam bulan setelah perpustakaan

dikomputerisasi, 84% jurnalis memanfaatkan perpustakaan tersebut dan 16% sisanya

mengabaikan protokol dalam produksi berita: mengkonsep kisah, menganalisis materi yang

34C. McKercher 99 , Computers and Reporters: Newsroom Practices at Two Canadian Daily Newspapers , CJC-Online, Vol.20, No. 2diunduh dari http://cjc-online.ca/index.php/journal/article/view/867/773.

(15)

15 | P a g e

sudah diterbitkan sebelumnya untuk topik yang sama dan pemeriksaan fakta untuk akurasi

dan deteksi perbedaan. Meski perpustakaan elektronik menjadi sedemikian penting pada

produksi berita, jurnalis tidak diberi akses pada jasa data komersial dikarenakan ongkos

yang mahal, tetapi jurnalis diharapkan menguasai sistem perpustakan elektronik di

hariannya dengan pelatihan dan pengawasan yang minimal (Ward, Hansen, & McLeod,

1988). Mengakses sumber data elektronik komersial biasanya hanya dilakukan oleh para

pustakawan dan pencarian tersebut juga tak dihadiri oleh jurnalis sehingga story framing

tidak sepenuhnya dilakukan oleh jurnalis.

Penelitian-penelitian yang dikutip McKercher itu, dan sumber-sumber lain39

mengkonfirmasi temuan Locke bahwa sekitar 1980-an komputer dapat berfungsi dengan

baik di ruang redaksi itu cocok dengan beberapa sumber yang menyebutkan bahwa pada

era 1980-an komputer secara dramatis menggeser teknologi-teknologi khas redaksi

suratkabar AS kala itu, termasuk Linotype, dan Teletype.Pada 1990-an, komputer

memungkinkan untuk menata letak suratkabar lnagsung dari layar komputer ke plat

pencetak. Pada kurun bersamaan yaitu 1970-an, sebagai dampak hadirnya radio, jumlah

suratkabar di kota-kota menurun dan Konggres Amerika mengeluarkan Newspaper

Preservation Act yang membolehkan suatu perusahaan suratkabar melakukan merger atas

anak perusahaannya jika salah satu atau kedua suratkabar tertekan oleh keadaan

ekonomi40. Pada 1980-an, CNN dan USA Today terbentuk dan mempersengit persaingan

industri media massa di AS. Pada 1991, CNN menayangkan bom-bom pesawat AS

dijatuhkan ke target di Irak secara langsung dan berwarna ke hadapan para pemirsa AS.

Pengaruh televisi menguat dan industri suratkabar kempali harus mereposisi diri. Internet

menjadi pesaing, pengaruh, sekaligus penyelamat.

Era Internet

Seiring dengan perkembangan teknologi komputasi di mana komputasi tidak hanya

dilakukan secara offline melainkan juga online, dan rupa-rupa outlet teknologi komputasi mulai dari desktop, laptop, notebook, netbook, tablet, hingga ke smartphone , industri suratkabar mau tidak mau harus menyesuaikan diri. Kebutuhan dan harapan audiens terus

berubah dengan hadirnya teknologi media baru yang berbasis komputasi dan Internet.

Teknologi komputasi dan Internet pada akhirnya tidak hanya menjadi teknologi untuk

39Seperti di situs Encyclopedia (http://www.encyclopedia.com/topic/newspaper.aspx), Waybacktimes (http://www.waybacktimes.com/coswayscornernewspapers.html) dan Pressreferences

(http://www.pressreference.com/Sw-Ur/United-States.html) 40

(16)

16 | P a g e

memproduksi berita, melainkan juga menerima berita. Apalagi di dalam Internet berbagai

platform media dan komunikasi tersedia, menggeser banyak bentuk media komunikasi yang kini nampak primitif.

Konvergensi –dalam pengertian penggunaan dua atau teknologi yang berbeda untuk

membuat, mendistribusi, dan mengkonsumsi berita— oleh teknologi media cetak

sebetulnya tidak dimulai dengan Internet, tetapi dengan televisi pada akhir 1970-an seperti

eksperimen yang dilakukan oleh majalah Timedan upaya Ft. Worth Star Telegram dengan aplikasi komputer pada awal 1980-an namun kesemua upaya tersebut tidak sukses.41Meski

demikian, upaya-upaya lain terus dilakukan oleh banyak media, termasuk Atlanta Journal yang memiliki kemampuan grafis dan navigasi.

Baru pada 1990-an, ketika banyak rumah tangga mulai memanfaatkan komputer

dan Internet, industri media massa mencapai babak baru dalam sejarah perkembangan

industri dengan cukup dramatis. Prodigy dan Compuserve amat populer di

rumahtangga-rumahtangga AS pada awal 1990-an. Mengenali tren tersebut, banyak organisasi berita

terutama suratkabar berkerjasama dengan layanan online untuk mengkreasi portal-portal berita yang akan menampilkan versi daring dari berita suratkabar. Portal-portal tersebut

menjadi faktor pendorong pajanan nasional atas suratkabar. USA Todaymenjadi suratkabar

pertama yang membawa ciri khasnya ke dunia Internet. Televisi juga bergabung dalam

upaya konvergensi itu, dengan mengkombinasi aspek-aspek Internet dengan siaran berita

tradisional. Pada akhir 1990-an, banyak suratkabar besar memiliki versi memiliki

situs-situs berita mereka. Kombinasi antara cetak dan Internet membangun tahapan baru

konvergensi media.

Saat ini, dampak konvergensi media terlihat dari banyak pekerjaan baru tercipta,

persyaratan kerja, dan segala kesempatannya.42 Baik bagi jurnalis, perusahaan yang

memperkerjakan, maupun sekolah-sekolah jurnalisme, konvergensi media memiliki

implikasi yang signifikan.43 Minimal, semua jurnalis harus mengembangkan pemahaman

dasar tentang kemampuan khas berbagai media komunikasi sebab banyak perusahaan

media yang akan mengirim konten berita ke banyak ragam platform. Jurnalis yang diterima

di media cetak berarti harus segera menyadari bahwa mereka mungkin juga akan menulis

kisah untuk jenis media yang lain, televisi misalnya. Sekolah-sekolah jurnalisme pun tak lagi

41http://mconvergence.wordpress.com/ 42R.Gordo , Co erge ce Defi ed ,

USC Annenberg Online Journalism Review, dikunjungi di http://ojr.org/ojr/business/1068686368.php, pada 23Desember 2012.

43

(17)

17 | P a g e

bisa hanya mencetak lulusan yang paham satu alat komunikasi. Pada sisi lain, jurnalis

belum sepenuhnya dituntut untuk mengambil gambar foto maupun bergerak, mengeditnya,

dan menyajikan ke portal berita. Akan selalu spesialis lain yang lakukan, namun pada masa

organisasi media yang semakin terkonvergensi di masa depan, para jurnalis yang mampu

dengan baik mengerti kemampuan unik setiap media akan menjadi golongan yang paling

sukses, mendorong inovasi terbaik, dan menjadi pemimpin.44

Paradoks terjadi pada kultur redaksi media berita daring. Ketika perkembangan

teknologi digital memaksa institusi suratkabar luring untuk membuka outlet baru di dunia

daring dan memodifikasi presentasi daring pada fisik suratkabar (misalnya dengan

menambah fitur barcode untuk jelajah konten daring), kultur redaksional pada media-media berita online itu malah tetap mengadopsi budaya konservatif. Boczkowski justru

melihat meski banyak kemungkinan kreatif-teknologis yang disediakan oleh media digital,

suratkabar-suratkabar daring justru tetap beroperasi dalam pola kerja yang konservatif

dengan memilih strategi-strategi yang mengantisipasi dan meminimalisir resiko, seperti

mengemas ulang artikel-artikel lama sebagai konten daring yang baru (dalam Grazian,

2005). Strategi-strategi tersebut didasari oleh tiga alasan (Boczkowski, dalam Grazian,

2005), pertama, rutinitas konservatif itu pernah dan masih terbukti sukses daripada

inovasi-inovasi yang belum teruji. Kedua, media berita daring umumnya ditujukan untuk

mendukung media berita luring sebagai upaya defensif media berita luring atas

perkembangan teknologi daripada sebagai bentuk media alternatif. Ketiga, strategi-strategi

yang tetap mendukung budaya redaksi konservatif itu lebih menjamin keuntungan

komersial meski hanya jangka pendek.

Penutup

Pemaparan di atas menunjukkan setting teknologi yang berubah akan berimplikasi pada industri suratkabar. Bagaikan kucing bernyawa sepuluh, berkali-kali teknologi baru muncul sebagai

pesaing, suratkabar masih menunjukkan eksistensinya. Teknologi jugalah yang semakin

memperkokoh kedudukan suratkabar selama suratkabar tersebut mampu mengadopsi teknologi

sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Di tengah gegap gempita dunia daring,

penelitian Kovacic et.al. (2009) menunjukkan bahwa kredibilitas media-media tradisional termasuk

suratkabar masih lebih tinggi daripada media daring.

44

(18)

18 | P a g e

Daftar Pustaka

Jurnal dan Buku

Deuze, M. , U dersta di g jour alism as newswork: how it changes, and how it remains the

sa e , Westminster Papers in Communication and Culture, Vol. 5(2), 4-23.

Deuze, M , Popular journalism and professional ideology: tabloid reporters and editors speak

out , dala Media Culture Society, Vol. 27, No.6, hal. 861-882.

E etts, J. , The a age e t of professio alis : a co te porar parado , akalah dala

seminar Changing Teacher Roles, Identity and Professionalism, Kings College, London pada 15 Oktober.

Grazia , D., , A Digital Re olutio ? A reassess e t of e edia a d cultural productio i the

digital age, ti jaua pustaka atas Digitizing the News: Innovation in Online Newspapers (Paul

J. Boczkowski), Annals of the American Academy of Political and Social Science, Vol. 597 (209-222).

Ho er, “. da Lauk, E. , The Parado es of Jour alistic Professio : A Historical Perspecti e ,

Nordicom Review, 24 (2), 3-18.

Klinenberg, E. (2005), Ne s Productio i Digital Age , dala The Annals of the American Academy of

Political and Social Science, Vol.597, hal.48-64.

Kolari, E. , Jour alistic profesio alis as co te tual e terprise , Working Paper dipresentasikan

pada 18th Nordic Conference for Media and Communication Research, Helsinski, 16 Agustus.

McKercher, C. , Co puters a d Reporters: Ne sroo Practices at T o Ca adia Dail

‘Professio alisatio , School of Culture and Communication University of Melbourne.

Orliko ski , Usi g Tech olog a d Co stituti g “tructures: A Practice Le s for “tud ing

Tech olog i Orga izatio s ,dala Organization Science, Vol. 11, No.4, hal.404-428.

Scharpf, 2006, Print and Online Cultures in the Modern Newspaper, Worcester Polytechnic Institute,

diunduh dari

http://www.wpi.edu/Pubs/E-project/Available/E-project-042606-115329/unrestricted/ScharpfMQP.pdf, pada 22 Desember 2012.

“ch arloze,R.A., Cooperati e Ne s Gatheri g , dala W.D. “loa da L.W.Parcell eds), (2002),

American Journalism: History, Principles, Practices, Jefferson, NC: McFarland & Company, Inc.

P.Ceruzzi (2003), A History of Modern Computing: Second Edition, Massachusetts: MIT Press.

W.Locke , Teleco u icatio i the Ne s I dustr : Before a d After Co puters , dala People

and Technology in the Workplace, hal.279-295.

Artikel Online

(19)

19 | P a g e

Shapiro, M., The Newsroom Rush of Old, diunduh dari Smithsonian Dotcom,

http://www.smithsonianmag.com/history-archaeology/The-Newsroom-Rush-of-Old.html#, pada 22 Desember 2012.

McDermott, L., An Afternoon paper part of good old days, diunduh dari Masslive Dotcom, http://www.masslive.com/opinion/index.ssf/2009/09/an_afternoon_paper_part_of_goo.ht ml, pada 22 Desember 2012.)

Portal Online

Encyclopedia (http://www.encyclopedia.com/topic/newspaper.aspx)

Waybacktimes (http://www.waybacktimes.com/coswayscornernewspapers.html) Pressreferences (http://www.pressreference.com/Sw-Ur/United-States.html) Mconvergence (http://mconvergence.wordpress.com/)

Gambar

Gambar 1. Koran pertama di dunia, Strassebourg Relation, diunduh dari http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_the_oldest_newspapers
Gambar 2. Mesin Linotype produksi 1965 diunduh dari http://en.wikipedia.org/wiki/Linotype_machine
Tabel 1. Peningkatan jumlah suratkabar di Amerika (http://en.wikipedia.org/wiki/Image:NEWS.JPG, dikutip Scharpf, 2006)
Gambar 3. Ruang redaksi Journal-American, pemandangan generik suratkabar AS kala itu sebelum kehadiran

Referensi

Dokumen terkait

Dari analisis per jenis industri dapat diketahui bahwa prosentase yang paling tinggi melakukan tindakan perataan laba terdapat pada perusahaan constructions, nilai

Fitur utama yang diuji oleh pengguna pada bagian ini adalah pengiriman gambar sebagai hasil konversi dari kanvas yang pengguna buat dan membagi kanvas dengan pengguna lain

Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah mendasar dari Penelitian adalah “bagaimana mengetahui informasi lokasi jaringan distribusi dan gardu distribusi pada PLN

yang memiliki pengetahuan yang baik, belum tentu dalam kehidupan sehari- hari akan menerapkan sikap yang baik pula, yang terlihat dari hasil penelitian bahwa dari

showed that with a low of vocabulary mastery and logical reasoning make students difficult to improve a good listening skill, while the score of

Beberapa authoring software mempunyai fitur yang disebut auto- hypertext. Dengan fasilitas yang ada, pada pengembangan multimedia tidak perlu menentukan tanda khusus pada teks

[r]

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu data profil pendidikan jenjang pendidikan dasar yaitu Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah