• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN RES

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN RES"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN RESIKO BUNUH DIRI

MAKALAH

oleh:

Kelompok 7

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER

(2)

ii

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN RESIKO BUNUH DIRI

MAKALAH

disusun guna melengkapi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik VIII Dosen Pengampu: Ns. Emi Wuri Wuryaningsih, M. Kep., Sp. Kep.J.

oleh:

Kelompok 7

Amadea Yollanda 122310101009 Ananta Efrandau 122310101015 Ajeng Dwi Retnani 112310101020

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER

(3)

iii

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul“Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Resiko Bunuh Diri” yang diajukan sebagai tugas pemicu mata kuliah Keperawatan Klinik VIII (Jiwa). Dalam proses pembuatan makalah ini, penulis didukung oleh berbagai pihak sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ns. Erti Ikhtiarini Dewi, M.Kep, Sp.Kep.J, selaku penanggung jawab mata kuliah (PJMK) Keperawatan Klinik VIII (Jiwa);

2. Ns. Emi Wuri Wuryaningsih, M.Kep, Sp.Kep.J , selaku dosen pembimbing 3. orang tua yang senantiasa member motivasi dan doa yang tiada henti dan tak

pernah putus;

4. teman-teman angkatan 2012, yang selalu memberikan dorongan semangat dan dukungan, sehingga makalah ini dapat selesai tepatwaktu.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari para pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.

Jember, Maret 2015

(4)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PRAKATA ... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Tujuan ... 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1Pengertian ... 3

2.2Psikopatologi/ Psikodinamika ... 5

2.2.1 Etiologi Resiko Bunuh Diri ... 5

2.2.2 Penatalaksanaan Klien Dengan Perilaku Bunuh Diri ... 11

2.3Contoh Kasus ... 12

2.3.1 Pengkajian ... 13

2.3.2 Diagnosa Keperawatan ... 15

2.3.3 Intervensi Keperawatan ... 15

2.3.4 Implementasi ... 17

2.3.5 Evaluasi ... 17

BAB III. PENUTUP ... 18

4.1Kesimpulan ... 18

4.2Saran ... 18

(5)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bunuh diri adalah sebuah tindakan sengaja yang menyebabkan kematian diri sendiri. Bunuh diri seringkali dilakukan akibat adanya rasa keputusasaan yang disebabkan oleh gangguan jiwamisalnyadepresi, gangguan bipolar,schizophrenia,

ketergantungan alkohol/alkoholisme ataupenyalahgunaan obat.

Di dunia lebih dari 1000 tindakan bunuh diri terjadi tiap hari. Di Inggris ada lebih dari 3000 kematian bunuh diri tiap tahun. Di Amerika Serikat dilaporkan 25.000 tindakan bunuh diri setiap tahun dan merupakan penyebab kematian kesebelas. Rasio kejadian bunuh diri antara pria dan wanita adalah tiga berbanding satu. Pada usia remaja, bunuh diri merupakan penyebab kematian kedua. (Susanto, 2010)

Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 mengungkapkan bahwa 1 juta orang bunuh diri dalam setiap tahunnya atau setiap 15-34 tahun, selain karena faktor kecelakaan. Pada laki-laki tiga kali lebih sering melakukan bunuh diri daripada wanita, karena laki-laki lebih sering menggunakan alat yang lebih efektif untuk bunuh diri, antara lain dengan pistol, menggantung diri, atau lompat dari gedung yang tinggi, sedangkan wanita lebih sering menggunakan zat psikoaktif overdosis atau racun, namun sekarang mereka lebih sering menggunakan pistol. Selain itu wanita lebih sering memilih cara menyelamatkan dirinya sendiri atau diselamatkan orang lain.

(6)

1.2 Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah sebagai berikut:

1.2.1 Tujuan umum

Mahasiswa keperawatan mampu memahami dengan baik dan menerapkan di lapangan mengenai asuhan keperawatan klien dengan gangguan kepribadian

1.2.2 Tujuan khusus:

1.2.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai konsep dasar mengenai resiko bunuh diri

(7)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian

Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal dalam melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah. Beberapa alasan individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalan untuk beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti, perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan (Stuart,2006).

Sumber: googleimage.com

Bunuh diri adalah segala perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan dirinya sendiri dan yang dengan sengaja dilakukan oleh seseorang yang tahu akan akibatnya yang mungkin pada waktu yang singkat. Menciderai diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusanterakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008).

(8)

Menurut Beck (1994) dalam Keliat (1991 hal 3) mengemukakan rentang harapan- putus harapan merupakan rentang adaptif -maladaptif.Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya setempat. Prilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas yang jika tidak di cegah dapatmengarah kepada kematian. Rentang respon protektif diri mempunyai peningkatandiri sebagai respon paling adaptif, sementara perilaku destruktif diri, pencederaan diri,dan bunuh diri merupakan respon maladaptif (Wiscarz dan Sundeen, 1998). Pikiran bunuh diri biasanya muncul pada individu yang mengalami gangguan mood, terutama depresi. Bunuh diri adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk membunuh diri sendiri (Videbeck, 2008).

(9)

Perilaku bunuh diri terbagi menjadi tiga kategori yaitu (Stuart, 2006):

1) Ancaman bunuh diri yaitu peringatan verbal atau nonverbal bahwa seseorang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang yang ingin bunuh diri mungkin mengungkapkan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita lebih lama lagi atau mengomunikasikan secara non verbal.

2) Upaya bunuh diri yaitu semua tindakan terhadap diri sendiri yang dilakukan oleh individu yang dapat menyebabkan kematian jika tidak dicegah.

3) Bunuh diri yaitu mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang yang melakukan bunuh diri dan yang tidak bunuh diri akan terjadi jika tidak ditemukan tepat pada waktunya.

Sementara itu, Yosep (2010) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis bunuh diri, meliputi:

1) Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari oleh faktor lingkungan yang penuh tekanan (stressful) sehingga mendorong seseorang untuk bunuh diri.

2) Bunuh diri altruistik adalah tindakan bunuh diri yang berkaitan dengan kehormatan seseorang ketika gagal dalam melaksanakan tugasnya.

3) Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan faktor dalam diri seseorang seperti putus cinta atau putus harapan.

2.1 Psikodinamika

2.1.1 Etiologi Resiko Bunuh Diri

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri ada dua faktor, yaitu factor predisposisi (factor risiko) dan factor presipitasi (factor pencetus). a. Faktor predisposisi

Stuart (2006) menyebutkan bahwa faktor predisposisi yang menunjang perilaku resiko bunuh diri meliputi:

1) Diagnosis psikiatri

Tiga gangguan jiwa yang membuat klien berisiko untuk bunuh diri yaitu gangguan alam perasaan, penyalahgunaan obat, dan skizofrenia.

2) Sifat kepribadian

(10)

3) Lingkungan psikososial

Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian,kehilangan yang dini, dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.

4) Biologis

Banyak penelitian telah dilakukan untuk menemukan penjelasan biologis yang tepat untuk perilaku bunuh diri. Beberapa peneliti percaya bahwa ada gangguan pada level serotonin di otak, dimana serotonin diasosiasikan dengan perilaku agresif dan kecemasan. Penelitian lain mengatakan bahwa perilaku bunuh diri merupakan bawaan lahir, dimana orang yang suicidal mempunyai keluarga yang juga menunjukkan kecenderungan yang sama. Walaupun demikian, hingga saat ini belum ada faktor biologis yang ditemukan berhubungan secara langsung dengan perilaku bunuh diri

5) Psikologis

Leenars (dalam Corr, Nabe, & Corr, 2003) mengidentifikasi tiga bentuk penjelasan psikologis mengenai bunuh diri. Penjelasan yang pertama didasarkan pada Freud yang menyatakan bahwa “suicide is murder turned around 180 degrees”, dimana dia mengaitkan antara bunuh diri dengan kehilangan seseorang atau objek yang diinginkan. Secara psikologis, individu yang beresiko melakukan bunuh diri mengidentifikasi dirinya dengan orang yang hilang tersebut. Dia merasa marah terhadap objek kasih sayang ini dan berharap untuk menghukum atau bahkan membunuh orang yang hilang tersebut. Meskipun individu mengidentifikasi dirinya dengan objek kasih sayang, perasaan marah dan harapan untuk menghukum juga ditujukan pada diri. Oleh karena itu, perilaku destruktif diri terjadi

6) Sosiokultural

(11)

b. Faktor presipitasi

Stuart (2006) menjelaskan bahwa pencetus dapat berupa kejadian yang memalukan, seperti masalah interpersonal, dipermalukan di depan umum,kehilangan pekerjaan, atau ancaman pengurungan. Selain itu, mengetahui seseorang yang mencoba atau melakukan bunuh diri atau terpengaruh media untuk bunuh diri, juga membuat individu semakin rentan untukmelakukan perilaku bunuh diri.

Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah perasaan terisolasi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti, kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres, perasaan marah/bermusuhan dan bunuh diri sebagai hukuman pada diri sendiri, serta cara utuk mengakhiri keputusasaan.

c. Respon terhadap stres

1) Kognitif: Klien yang mengalami stress dapat mengganggu proses kognitifnya, seperti pikiran menjadi kacau, menurunnya daya konsentrasi, pikiran berulang, dan pikiran tidak wajar.

2) Afektif: Respon ungkapan hati klien yang sudah terlihat jelas dan nyata akibat adanya stressor dalam dirinya, seperti: cemas, sedih dan marah.

3) Fisiologis: Respons fisiologis terhadap stres dapat diidentifikasi menjadi dua, yaitu Local Adaptation Syndrome (LAS) yang merupakan respons lokal tubuh terhadap stresor (misal: kita menginjak paku maka secara refleks kaki akan diangkat) dan Genital Adaptation Symdrome (GAS) adalah reaksi menyeluruh terhadap stresor yang ada.

4) Perilaku: Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor social maupun budaya.

(12)

d. Kemampuan mengatasi masalah/ sumber coping

1) Kemampuan personal: kemampuan yang diharapkan pada klien dengan resiko bunuh diri yaitu kemampuan untuk mengatasi masalahnya.

2) Dukungan sosial: adalah dukungan untuk individu yang di dapat dari keluarga, teman, kelompok, atau orang-orang disekitar klien dan dukungan terbaik yang diperlukan oleh klien adalah dukungan keluarga.

3) Asset material: ketersediaan materi antara lain yaitu akses pelayanan kesehatan, dana atau finansial yang memadai, asuransi, jaminan pelayanan kesehatan dan lain-lain.

d. Keyakinan positif: merupakan keyakinan spiritual dan gambaran positif seseorang sehingga dapat menjadi dasar dari harapan yang dapat mempertahankan koping adaptif walaupun dalam kondisi penuh stressor. Keyakinan yang harus dikuatkan pada klien resiko bunuh diri adalah keyakinan bahwa klien mampu mengatas masalahnya.

e. Mekanisme coping

Klien dengan penyakit kronis, nyeri, atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat melakukan perilaku destruktif-diri. Sering kali klien secara sadar memilih bunuh diri. Menurut Stuart (2006) mengungkapkan bahwa mekanisme pertahanan ego yang berhubungan dengan perilaku destruktif diri tidak langsung adalah penyangkalan, rasionalisasi, intelektualisasi, dan regresi. Menurut Fitria (2012) mengemukakan rentang harapan-putus harapan merupakan rentang adaptif-maladaptif.

Keterangan:

a. Peningkatan diri: seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahan diri secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahan diri.

b. Beresiko destruktif: seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah semangat bekerja ketika

(13)

dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.

c. Destruktif diri tidak langsung: seseorang telahmengambil sikap yang kurang tepat terhadap situasi yangmembutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri.

d. Pencederaan Diri: seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat hilangnya harapan terhadapsituasi yang ada.

e. Bunuh diri: seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya hilang.

Perilaku bunuh diri menunjukkan terjadinya kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan adgar untuk mengatasi masalah. Resiko yang mungkin terjadi pada klien yang mengalami krisis bunuh diri adalah mencederai diri dengan tujuan mengakhiri hidup. Perilaku yang muncul meliputi isyarat, percobaan atau ancaman verbal untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan kematian perlukaan atau nyeri pada diri sendiri.

Sumber Koping <<<

Faktor Presipitasi Faktor Predisposisi

Mekanisme Koping Maladaptif Ketidakefektifan

(14)

f. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat diambil pada klien dengan resiko bunuh diri adalah:

Resiko bunuh diri g. Intervensi

a) Bantu klien untuk mengenal masalah yang sedang dialami

b) Bantu klien untuk menurunkan resiko perilaku destruktif (behavior management) c) Berikan lingkungan yang aman (safety) berdasarkan tingkatan resiko

d) Bantu klien mengidentifikasi dan mendapatkan dukungan sosial e) Membantu klien mengembangkan mekanisme koping yang positif

h. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan 1. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada klien resiko bunuh diri salah satunya adalah dengan terapi farmakologi. Menurut (videbeck, 2008), obat-obat yang biasanya digunakan pada klien resiko bunuh diri adalah SSRI (selective serotonine reuptake inhibitor) (fluoksetin 20 mg/hari per oral), venlafaksin

(75-225 mg/hari per oral), nefazodon (300-600 mg/hari per oral), trazodon (200-300 mg/hari per oral), dan bupropion (200-300 mg/hari per oral). Obat-obat tersebut sering dipilih karena tidak berisiko letal akibat overdosis.

Mekanisme kerja obat tersebut akan bereaksi dengan sistem neurotransmiter monoamin di otak khususnya norapenefrin dan serotonin. Kedua neurotransmiter ini dilepas di seluruh otak dan membantu mengatur keinginan, kewaspadaan, perhataian, mood, proses sensori, dan nafsu makan.

2. Penatalaksanaan Keperawatan

Setelah dilakukan pengkajian pada klien dengan resiko bunuh diri selanjutnya perawat dapat merumuskan diagnosa dan intervensi yang tepat bagi klien. Tujuan dilakukannya intervensi pada klien dengan resiko bunuh diri adalah (Keliat, 2009) 1) Klien tetap aman dan selamat

2) Klien mendapat perlindungan diri dari lingkungannya 3) Klien mampu mengungkapkan perasaannya

4) Klien mampu meningkatkan harga dirinya

(15)

2.2.2 Penatalaksanaan Klien Dengan Perilaku Bunuh Diri

Menurut Stuart dan Sundeen (1997, dalam Keliat, 2009:13) mengidentifikasi intervensi utama pada klien untuk perilaku bunuh diri yaitu :

1) Melindungi

Merupakan intervensi yang paling penting untuk mencegah klien melukai dirinya. Intervensi yang dapat dilakukan adalah tempatkan klien di tempat yang aman, bukan diisolasi dan perlu dilakukan pengawasan, temani klien terus-menerus sampai klien dapat dipindahkan ke tempat yang aman dan jauhkan klien dari semua benda yang berbahaya.

2) Meningkatkan harga diri

Klien yang ingin bunuh diri mempunyai harga diri yang rendah. Bantu klien mengekspresikan perasaan positif dan negatif. Berikan pujian pada hal yang positif.

3) Menguatkan koping yang konstruktif/sehat

Perawat perlu mengkaji koping yang sering dipakai klien. Berikan pujian penguatan untuk koping yang konstruktif. Untuk koping yang destruktif perlu dimodifikasi atau dipelajari koping baru.

4) Menggali perasaan

Perawat membantu klien mengenal perasaananya. Bersama mencari faktor predisposisi dan presipitasi yang mempengaruhi prilaku klien.

5) Menggerakkan dukungan sosial

Untuk itu perawat mempunyai peran menggerakkan sistem sosial klien, yaitu keluarga, teman terdekat, atau lembaga pelayanan di masyarakat agar dapat mengontrol prilaku klien.

a. Penatalaksanaan klien dengan resiko bunuh diri yaitu:

1) Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan meminta bantuan dari keluarga atau teman.

2) Meningkatkan harga diri klien, dengan cara:

a) Memberi kesempatan klien mengungkapkan perasaannya.

b) Berikan pujian bila klien dapat mengatakan perasaan yang positif. c) Meyakinkan klien bahwa dirinya penting

(16)

e) Merencanakan aktifitas yang dapat klien lakukan

3) Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara: a) Mendiskusikan dengan klien cara menyelesaikan masalahnya

b) Mendiskusikan dengan klien efektifitas masing-masing cara penyelesaian masalah

c) Mendiskusikan dengan klien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik

2.3. Contoh Kasus

(17)

2.3.1 Pengkajian

a. Faktor predisposisi 1) Diagnosis psikiatri

Tn.K dalam kasus tersebut didiagnosis skizofrenia. 2) Sifat kepribadian

Sifat kepribadian pada Tn.K yang meningkatkan resiko bunuh diri adalah adanya teman khayalan sehingga Tn.K selalu berusaha melindunginya dengan mengorbankan dirinya sendiri yang bisa membahyakan.

3) Lingkungan psikososial

Tn.K mulai mengalami gangguan adalah ketika dia diserang dan dicoba dibunuh oleh kakaknya yang baru keluar penjara dimana kakaknya mengalami dendam terhadapnya.

4) Biologis

Tidak ada keturunan dari Tn.K yang sama memiliki gangguan seperti dirinya.

5) Psikologis

Perilaku yang ditujukan oleh Tn.K dengan selalu melindungi teman khayalannya yang merupakan cerminana dirinya tersebut karena dia ingin teman khayalan tersebut tidak seperti dirinya sekarang. Dia juga merasa bersalah dengan apa yang terjadi pada kakaknya sehingga dia juga tertekan. Tn.K akan selalu berusaha melindungi dengan cara yang membahayakan dirinya tanpa dia sadari tersebut. Karena pada dunia Tn.K, teman khayalan yang dia lihat itu nyata dan perlu perlindungannya.

6) Sosiokultural:

Hubungan dengan orang disekitarnya, Tn.K memiliki hubungan yang baik dan Tn.K merupaka tokoh yang diidolakan karena karya bukunya. Akan tetapi, hubungan Tn.K dengan kakaknya sangat tidak baik. Dan hal tersebut salah satu yang melatarbelakangi apa yang dialaminya sekarang. b. Faktor prepitasi

(18)

menyerang Tn.K, sehingga teman khayalan Tn.K muncul sebagai cerminan dirinya.

c. Respon terhadap stres 1) Kognitif

Kognitif klien sejak mengalami gangguan ini terganggu, yaitu kemampuan menulisnya sangat menurun dan cenderung hanya mengulang tulisan yang sudah pernah dia tulis sebelumnya.

2) Afektif

Tn.K seringkali merasakan cemas akan serangan dari kakaknya, dan selain itu bayangan dari masa lalunya terus saja datang membayangi 3) Fisiologis:

Tn.K sering kali merasakan keringat dingin dan susah tidur ketika bayangan dari masa lalunya sudah mulai ada, dan Tn.K selalu mencemaskan teman bayangannya.

4) Perilaku

Tn.K sehari-harinya berperilaku seperti orang normal lainnya dalam menjalani aktivitas hariannya, hanya saja orang sekeliling Tn.K sering melihat Tn.k mengobrol sendiri seolah ada orang lain didepannya yang diajak mengobrol. Selain itu, Tn.K sering berperilaku yang membahayakn seperti menabrakkan mobilnya sendiri dan menjatuhkan dirinya sendiri seperti orang yang sedang dipukuli

5) Sosial

Hubungan sosial Tn.k dengan sekitar baik, tidak mengalami gangguan d. Kemampuan Mengatasi Masalah/ Sumber Coping

1) Kemampuan personal:

Tn.K kurang bisa mengendalikan dirinya apabila sudah menyangkut dengan teman bayangannya, sehingga menurut orang sekitar Tn.K sering melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya.

2) Dukungan social:

(19)

3) Asset material:

Tn.K merupakan penulis terkenal, sehingga memiliki penghasilan yang cukup untuk kehidupannya dan keluarganya

4) Keyakinan positif:

Tn.K memiliki keyakinan penuh bahwa dirinya akan sembuh dengan keyakinan padaNya, selain itu dukungan dari keluarga dan orang sekitar juga menjadi penyemangat tersendiri baginya.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

1.Membantu klien untuk mengenali masalah yang sedang dialami.

2.Manajemen perilaku

a. Bantu klien untuk menurunkan resiko perilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri dengan cara:

1) Kaji tingkatan resiko yang dialami klien: tinggi, sedang, rendah

2) Kaji level Long-Term Risk: lifestyle, dukungan sosial, tindakan yang bisa membahayakan dirinya b. Bantu klien untuk meningkatkan

harga diri

1) Tidak menghakimi dan bersikap empati

2) Mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki

(20)

harian yang terencana untuk klien dengan control impuls yang rendah

4) Lakukan terapi kelompok dan terapi kognitif serta perilaku bila diindikasikan

3.Surveillance: safety

a. Berikan lingkungan yang aman (safety)

1) Tempatkan klien di ruang perawatan yang mudah dipantau

2) Mengidentifikasi dan mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan klien

3) Berikan ruangan yang nyaman, dan aman yaitu dengan situai lingkungan yang cukup cahaya dan jendela yang tidak terbuka lebar untuk menghindari kemungkinan klien lari dari ruang perawatan

4) Ketika memberikan obat oral, dampingi klien dan pastikan semua obat telah diminum 5) Monitor keadaan klien scara

kontinyu

(21)

klien 4. Active Listening

a. Bantu klien untuk mendapatkan dukungan sosial

1) Informasikan kepada keluarga dan saudara bahwa

klien membutuhkan

dukungan sosial yang adekuat

2) Dorong klien melakukan aktivitas sosial

3) Jadilah pendengar yang baik bagi klien dan bantu klien untuk mengatasi masalah 5. Afirmasi Positif

6. Berikan reinforcement positif kepada klien

2.3.4 Implementasi

Melakukan apa yang sudah direncakan di intervensi kepada klien 2.3.5 Evaluasi

S : Tuliskan apa yang masih dirasakan klien

a. Klien masih sering melihat teman bayangannya setiap waktu yang seolah-olah selalu meminta bantuannya

O : Klien masih terlihat sering berbicara sendiri seolah ada lawan bicara didepannya.

A : Tanda gejala yang masih ada atau yang sudah hilang

a. klien masih terlihat murung dan melakukan hal yang mengarah pada mencedari diri dengan alasan melindungi temannya

b. klien masih sering mengobrolsendiri

(22)

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan individu secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati. Prilaku bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan dan ancaman verbal yang akan mengakibatkan kematian, atau luka yang menyakiti diri sendiri. Terjadinya bunuh diri dapat diakibatkan oleh depresi maupun gangguan sensori seperti halusinasi. Penatalaksanaan dilakukan dari segi medis dan keperawatan. Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan terapi farmakologi sedangkan penatalaksanaan keperawatan yang dilakukan berfokus pada klien dan keluarga klien. Selain penatalaksanaan, resiko bunuh diri dapat dicegah melalui upaya pencegahan, baik upaya pencegahan dari diri sendiri tetapi juga upaya pencegahan yang berasal dari lingkungan klien

3.2Saran

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Captain. 2008. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Carpenito Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Alih bahasa oleh Yasmin Asih. Jakarta: EGC.

Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tidakan Keperawatan (LP dan SP) revisi 2012. Jakarta: Salemba Medika.

Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta: EGC.

Keliat, Budi Anna. 2009.Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC. NANDA. (2012). Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2012-2014.

Philadelphia: NANDA International.

Stuart, G.W. & Sundeen, S.J. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC. Videbeck, Sheila L. 2008.Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Wilkinson, J.M., & Ahern N.R..2012. Buku Saku Diagnosis KeperawatanDiagnosa NANDA Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC Edisi kesembilan. Jakarta: EGC

Referensi

Dokumen terkait

Namun harga juga menjadi indikator kualitas suatu produk atau jasa yang dapat ditawarkan oleh pihak perusahaan Golden futsal Simpang Haru Padang kepada

Perkebunan N usantara XII (Persero) Kantor Wilayah II Jember adalah subjek pajak dalam negeri, yang berstatus sebagai pemotong Pajak Penghasilan Pasal 23 atas jasa

Menurut Suryabrata (dalam Hamzah dan Nurdin Mohammad, 2011:139) bahwa, “Belajar adalah suatu proses yang menghasilkan perubahan perilaku yang dilakukan dengan

Seorang arsitek dari Wina yang bernama Adolf Loos, pada tahun 1910 dengan pongahnya meramalkan bahwa ornamen akan terhapuskan dari kehidupan manusia.. Bahkan

Berdasarkan uraian ringkas tentang pemikiran epistemologi dari para filosof muslim Paripatetik menunjukkan bahwa akal atau rasiolah yang paling dominan sebagai

Sumber daya manusia (SDM) peternak ayam pedaging sistem kemitraan bagi hasil dipengaruhi secara positif dan signifikan (&gt;1.680) oleh sumber daya teknologi sebesar 0.428,

Berdasarkan Lampiran dan Tabel diketahui bahwa nilai kepuasan konsumen untuk pasar tradisional yaitu 69,44 (Tidak Puas) hal ini karena produk yang dijual dipasar

Tujuan utama dari program pengobatan pada reumatoid artritis adalah untuk menghilangkan nyeri dan peradangan, mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari