• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori Belajar Pemerosesan Imformasi dan (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Teori Belajar Pemerosesan Imformasi dan (1)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Teori Belajar Pemerosesan Imformasi dan

Penerapanya dalam Pembelajaran

“Ditujukan untuk memenuhi tugas”

Mata Kuliah

: Teori belajar dan pembelajaran

Dosen

: Ahmad Fuadi M.Pd

Jurusan

: Tarbiyah - PAI (IV-A)

Di susun Oleh

Kelompok 8 (Delapan)

- Husna Hukmanda

- Raihana Jannati

- Siti Rahmah

- Suryani Tarigan

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM JAM’IYAH

MAHMUDIYAH TANJUNG PURA - LANGKAT

(2)
(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Teori pemrosesan informasi ini didasari oleh asumsi bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil komulatif dari pembelajaran. Dalam pembelajaran terjadi proses informasi, untuk diolah sehingga menghasilkan bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran

Berbagai pemahaman tentang belajar telah benyak dikemukakan oleh para ahli dari berbagai aliran. Paparan ini mencoba menyajikan pemahaman tentang belajar dari sudut pandang teori pemrosesan informasi. Proses belajar menurut teori ini meliputi kegiatan menerima, menyimpan dan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah diterima. Belajar tidaklah hanya apa yang anda lihat, yang penting bagaimana proses kognitif itu terjadi dalam diri pembelajar.

B.Rumusan Masalah

Untuk mendapatkan makalah yang terarah diperlukan adanya rumusan masalah. Berdasarkan latar belakang di atas dapat kita rumuskan masalah yang ada sebagai berikut :

1. Bagaimana konsep dari teori pemrosesan informasi?

(4)

C. Tujuan Pembahasan

a. Untuk mengetahui konsep dari teori pemrosesan informasi. b. Untuk mengetahui penerapan teori pemrosesan informasi di kelas

BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Teori Pemrosesan Informasi

Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar tertentu yang dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam otak melalui beberapa indera.

Komponen pertama dari sistem memori yang dijumpai oleh informasi yang masuk adalah registrasi penginderaan. Registrasi penginderaan menerima sejumlah besar informasi dari indera dan menyimpannya dalam waktu yang sangat singkat, tidak lebih dari dua detik. Bila tidak terjadi suatu proses terhadap informasi yang disimpan dalam register penginderaan, maka dengan cepat informasi itu akan hilang.

Keberadaan register penginderaan mempunyai dua implikasi penting dalam pendidikan. Pertama, orang harus menaruh perhatian pada suatu informasi bila informasi itu harus diingat. Kedua, seseorang memerlukan waktu untuk membawa semua informasi yang dilihat dalam waktu singkat masuk ke dalam kesadaran.1

1 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. Teori Belajar dan Pembelajaran.

(5)

Interpretasi seseorang terhadap rangsangan dikatakan sebagai persepsi. Persepsi dari stimulus tidak langsung seperti penerimaan stimulus, karena persepsi dipengaruhi status mental, pengalaman masa lalu, pengetahuan, motivasi, dan banyak faktor lain.

Informasi yang dipersepsi seseorang dan mendapat perhatian, akan ditransfer ke komponen kedua dari sistem memori, yaitu memori jangka pendek. Memori jangka pendek adalah sistem penyimpanan informasi dalam jumlah terbatas hanya dalam beberapa detik. Satu cara untuk menyimpan informasi dalam memori jangka pendek adalah memikirkan tentang informasi itu atau mengungkapkannya berkali-kali. Guru mengalokasikan waktu untuk pengulangan selama mengajar.

Memori jangka panjang merupakan bagian dari sistem memori tempat menyimpan informasi untuk periode panjang. Tulving membagi memori jangka panjang menjadi tiga bagian, yaitu memori episodik, yaitu bagian memori jangka panjang yang menyimpan gambaran dari pengalaman-pangalaman pribadi kita, memori semantik, yaitu suatu bagian dari memori jangka panjang yang menyimpan fakta dan pengetahuan umum, dan memori prosedural adalah memori yang menyimpan informasi tentang bagaimana melakukan sesuatu.

Dalam upaya menjelaskan bagaimana suatu informasi (pesan pengajaran) diterima, disandi, disimpan dan dimunculkan kembali dari ingatan serta dimanfaatkan jika diperlukan, telah dikembangkan sejumlah teori dan model pemrosesan informasi oleh para pakar seperti Biehler dan Snowman (1986); Baine (1986); dan Tennyson (1989). Teori-teori tersebut umumnya berpijak pada tiga asumsi yaitu:2

2 Al Rasyidin & Wahyudin Nur Nasution, Teori Belajar dan

(6)

a. Bahwa antara stimulus dan respon terdapat suatu seri tahapan pemrosesan

informasi dimana pada masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah waktu tertentu.

b. Stimulus yang diproses melalui tahapan-tahapan tadi akan mengalami

perubahan bentuk ataupun isinya.

c. Salah satu dari tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas.

Dari ketiga asumsi tersebut,dikembangkan teori tentang komponen struktur dan pengatur alur pemrosesan informasi (proses control). Kompenen pemrosesan dipilih menjadi tiga berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi, serta proses terjadinya”lupa”. Ketiga komponen tersebut adalah:

1. Sensory receptor

Sensory Receptor (SR) merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar. informasi masuk ke sistem melalui sensory register Di dalam SR informasi ditangkap dalam bentuk aslinya, informasi hanya dapat bertahan dalam waktu yang sangat singkat, dan informasi tadi mudah terganggu dengan kata lain sangat mudah berganti. Agar tetap berada dalam sistem, informasi masuk ke working memory yang digabungkan dengan informasi di long-term memory.

2. Working memory

(7)

dalam WM, maka upayakan jumlah informasi tidak melebihi kapasitas WM disamping melakukan rehearsal. Sedangkan penyandian pada tahapan WM, dalam bentuk verbal, visual, ataupun semantik, dipengaruhi oleh peran proses kontrol dan seseorang dapat dengan sadar mengendalikannya.

3. Long term memory

Long Term Memory (LTM) diasumsikan; 1) berisi semua pengetahuan yang telah dimiliki oleh individu, 2) mempunyai kapasitas tidak terbatas, dan 3) bahwa sekali informasi disimpan di dalam LTM ia tidak akan pernah terhapus atau hilang. 3

Kelemahannya adalah betapa sulit mengakses informasi yang tersimpan di dalamnya. Persoalan “lupa” pada tahapan ini disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan memunculkan kembali (retrieval failure) informasi yang diperlukan. Ini berarti, jika informasi ditata dengan baik maka akan memudahkan proses penelusuran dan pemunculan kembali informasi jika diperlukan. Dikemukakan oleh Howard (1983) bahwa informasi disimpan di dalam LTM dalam bentuk prototipe, yaitu suatu struktur representasi pengetahuan yang telah dimiliki yang berfungsi sebagai kerangka untuk mengkaitkan pengetahuan baru. Dengan ungkapan lain, Tennyson (1989) mengemukakan bahwa proses penyimpanan informasi merupakan proses mengasimilasikan pengetahuan baru pada pengetahuan yang telah dimiliki, yang selanjutnya berfungsi sebagai dasar pengetahuan (knowledge base) (Lusiana, 1992).

Sejalan dengan teori pemrosesan informasi, Ausubel (1968) mengemukakan bahwa perolehan pengetahuan baru merupakan fungsi srtuktur kognitif yang telah dimiliki individu. Reigeluth dan Stein (1983) mengatakan pengetahuan ditata didalam struktur kognitif secara hirarkhis. Ini berarti pengetahuan yang lebih umum dan abstrak yang diperoleh lebih dulu oleh individu dapat mempermudah perolehan pengetahuan baru yang rinci Proses pengolahan informasi dalam ingatan dimulai dari proses penyandian informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (storage), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan

(8)

(retrieval). Ingatan terdiri dari struktur informasi yang terorganisasi dan proses penelusuran bergerak secara hirarkhis, dari informasi yang paling umum dan inklusif ke informasi yang paling umum dan rinci, sampai informasi yang diinginkan diperoleh.

Teori belajar pemrosesan informasi mendeskripsikan tindakan belajar merupakan proses internal yang mencakup beberapa tahapan. Sembilan tahapan dalam peristiwa pembelajaran sebagai cara-cara eksternal yang berpotensi mendukung proses-proses internal dalam kegiatan belajar adalah : 4

1. Menarik perhatian

2. Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa

3. Merangsang ingatan pada pra syarat belajar

4. Menyajikan bahan peransang

5. Memberikan bimbingan belajar

6. Mendorong unjuk kerja

7. Memberikan balikan informatif

8. Menilai unjuk kerja

9. Meningkatkan retensi dan alih belajar

4 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. Teori Belajar dan Pembelajaran.

(9)

B.Konsep Dasar Teori pemrosesan Informasi

Pengetahuan yang diproses dan dimaknai dalam memori kerja disimpan pada memori panjang dalam bentuk skema-skema teratur secara tersusun. Tahapan pemahaman dalam pemrosesan informasi dalam memori kerja berfokus pada bagaimana pengatahuan baru yang dimodifikasi.

Urutan dari penerimaan informasi dalam diri manusia dijelaskan sebagai berikut: pertama, manusia menangkap informasi dari lingkungan melalui organ-organ sensorisnya yaitu: mata, telinga, hidung dan sebagainya. Beberapa informasi disaring pada tingkat sensoris, kemudian sisanya dimasukkan dalam ingatan jangka pendek. Ingatan jangka pendek mempnyai kapasitass pemeliharaan informasi yang terbatas sehingga kandungannya harus diproses secara sedemikian rupa (misalnya dengan pengulangan atau pelatihan), jika tidak akan lenyap dengan cepat. 5

Bila diproses, informasi dari ingatan jangka pendek dapat ditransfer dalam ingatan jangka panjang. Ingatan jangka panjang merukan hal penting dalam proses belajar. Karena ingatan jangka panjang merupakan tempat penyimpanan informasi yang faktual (disebut pengetahuan deklaratif) dan informasi bagaimana cara mengerjakan sesuatu.

Tingkat pemrosesan stimulus informasi diproses dalam berbagai tingkat kedalaman secara bersamaan bergantung kepada karakternya. Semakin dalam suatu informasi diolah, maka informasi tersebut akan semakin lama diingat. Sebagai contoh, informasi yang mempunyai imaji visual yang kuat atau banyak berasosiasi dengan pengetahuan ynag telah ada akan diproses secara lebih dalam. Demikian juga informasi yang sedang diamati akan lebih dalam diproses dari pada stimuli atau kejadian lain di luar pengamatan. Dengan kata lain, manusia akan lebih mengingat hal-hal yang mempunyai arti bagi dirinya atau hal-hal yamg

(10)

menjadi perhatiannya karena hal-hal tersebut diproses secara lebih mendalam dari pada stimuli yang tidak mempunyai arti atau tidak menjadi perhatiannya.

Pengulangan memegang peranan penting dalam pendekatan model. Penyimpanan juga dianggap penting dalam pendekatan model tingkat pemrosesan. Namun hanya mengulang-ulang saja tidak cukup untuk mengingat. Untuk memperoleh tingkatan yang lebih dalam, aktivitas pengulangan haruslah bersifat elaboratif. Dalam hal ini, pengulangan harus merupakan sebuah proses pemberian makna dari informasi yang masuk.

C.Diagram Pemrosesan informasi

Teori belajar kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal berfikir, yakni proses pengolahan informasi.

Teori belajar yang cocok serta dapat menjawab dua pertanyaan didepan adalah suatuteori belajar yang oleh Gagne (1988) disebut dengan ‘Information Processing LearningTheory’. Teori ini merupakan gambaran atau model dari kegiatan di dalam otak manusiadi saat memroses suatu informasi. Karenanya teori belajar tadi disebut juga ‘Information-Processing Model’ oleh Lefrancois atau ‘Model Pemrosesan Informasi’. Beberapa model telah dikembangkan di antaranya oleh Gagne (1984), Gage dan Berliner (1988) sertaLefrancois, yang terdiri atas tiga macam ingatan yaitu: sensory memory atau MemoriInderawi (MI),Memori Jangka Pendek (MJPd) atau short-term/working memory, serta Memori Jangka Panjang (MJPj) atau long-term memory. Berdasar ketiga model tersebut dapat dikembangkan diagram pemrosesan informasi berikut ini:6

6 Nana Sujana. Teori – Teori Belajar Untuk Pengajaran.

(11)

Gambar tersebut menunjukkan menunjukkan informasi diproses dan disimpan dalam tiga tahap.Menunjukkan titik awal dan akhir dari peristiwa pengolahan informasi. Garis putus-putus menunjukkan batas antara kognitif internal dan dunia eksternal.Dalam model tersebut tampak bahwa stimulus fisik seperti cahaya, panas, tekanan udara, ataupun suara ditangkap oleh seseorang dan disimpan secara cepat di dalam sistem penampungan penginderaan jangka pendek.Apabila informasi itu diperhatikan, maka informasi itu disampaikan ke memori jangka pendek dan sistem penampungan memori kerja.Apabila informasi di dalam kedua penampungan tersebut diulang-ulang atau disandikan, maka dapat dimasukkan ke dalam memori jangka panjang.

Kebanyakan, peristiwa lupa terjadi karena informasi di dalam memori jangka pendek tidak pernah ditransfer ke memori jangka panjang. Tapi bisa juga terjadi karena seseorang kehilangan kemampuannya dalam mengingat informasi yang telah ada di dalam memori jangka panjang. Bisa juga karena interferensi, yaitu terjadi apabila informasi bercampur dengan atau tergeser oleh informasi lain.Ada dua bentuk pelancaran dalam membangkitkan ingatan, yaitu:7

 Pelancaran Proaktif : Seseorang mengingat informasi sebelumnya apabila

informasi yang baru dipelajari memiliki karakter yang sama.

(12)

 Pelancaran Retroaktif : Seseorang mempelajari informasi baru akan

memantapkan ingatan informasi yang telah dipelajari

Memori Inderawi (MI)

Sebagaimana terlihat pada diagram di atas, suatu masukan/informasi yang terdapatpada stimulus atau rangsangan dari luar akan diterima manusia melalui panca inderanya.Informasi tersebut menurut Lefrancois akan tersimpan di dalam ingatan selama tidaklebih dari satu detik saja. Ingatan tersebut akan hilang lagi tanpa disadari dan akan digantidengan informasi lainnya. Ingatan sekilas atau sekelebat yang didapat melalui pancaindera ini biasanya disebut ’sensory memory’ atau ‘ingatan inderawi’.

Berdasar pada apa yang dipaparkan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa, sepertiyang telah sering dialami para guru, pesan atau keterangan yang disampaikan seorang guru dapat hilangseluruhnya dari ingatan para siswa jika pesan atau keterangan tersebut terkategori sebagaiingatan inderawi. Alasanya, seperti sudah dipaparkan tadi, Ingatan Inderawi hanya dapatbertahan di dalam pikiran manusia selama tidak lebih dari satu detik saja. Pertanyaanpenting yang dapat dimunculkan adalah: Bagaimana caranya agar informasi atas keterangan seorang guru tidak akan hilang begitu saja dari ingatan siswa?

Pertama,orang biasanya memperhatikan rangsangan jika rangsangan tersebut mengandung sesuatu yang menarik perhatian. Maka sebagai guru kita mungkin membuat respon yang terorientasi jika rangsangan dihadirkan.

Kedua, orang lebih memperhatikan jika rangsangan melibatkan pola yang dikenal. Sejauh ini kita memancing pikiran siswa lebih dulu sebelum kita memulai presentasi.Kita dapat mengambil keuntungan dari prinsip ini.

(13)

Suatu informasi baru yang mendapat perhatian siswa, tentunya akan berbeda dariinformasi yang tidak mendapatkan perhatian dari mereka. Suatu informasi baru yangmendapat perhatian seorang siswa lalu terkategori sebagai MJPd sebagaimana dinyatakanGage dan Berliner (1988, p.285) berikut: “When we pay attention to a stimulus, theinformations represented by that stimulus goes into short-term memory or workingmemory.” Jelaslah bahwa MJPd adalah setiap Ingatan Inderawi yang stimulusnyamendapat perhatian dari seseorang. Dengan kata lain, MJPd tidak akan terbentuk di dalamotak siswa tanpa adanya perhatian dari siswa terhadap informasi tersebut. MJPd inimenurut Lefrancois dapat bertahan relatif jauh lebih lama lagi, yaitu sekitar 20 detik.Sebagai akibatnya, pengetahuan tentang perbedaan antara kedua ingatan ini lalu menjadisangat penting untuk diketahui para guru dan diharapkan akan dapat dimanfaatkanselama proses pembelajaran di kelasnya.8

Sekali lagi, perhatian para siswa terhadap informasi atau masukan dari para guruakan sangat menentukan diterima tidaknya suatu informasi yang disampaikan para gurutersebut. Karenanya, untuk menarik perhatian para siswa terhadap bahan yang disajikan,di samping selalu memotivasi siswanya, seorang guru pada saat yang tepat sudahseharusnya mengucapkan kalimat seperti: “Anak-anak, bagian ini sangat penting.” Tidakhanya itu, aksi diam seorang guru ketika siswanya ribut, mencatat hal dan contoh pentingdi papan tulis, memberi kotak ataupun garis bawah dengan kapur warna untuk materiessensial, menyesuaikan intonasi suara dengan materi, memukul rotan ke meja, sampaimenjewer telinga merupakan usaha-usaha yang patut dihargai dari seorang guru selamaproses pembelajaran untuk menarik perhatian siswanya. Namun hal yang lebih pentinglagi adalah bagaimana menumbuhkan kemauan dan motivasi dari dalam diri siswasendiri, sehingga para siswa akan mau belajar dan memperhatikan para gurunya selamaproses pembelajaran sedang berlangsung.

(14)

Memori Jangka Panjang (MJPJ)

Mengapa Ibukota Indonesia jauh lebih mudah diingat daripada Ibukota Negeria?Untuk menjawabnya, perlu disadari adanya suatu kenyataan bahwa Jakarta jauh lebihsering disebut dan didengar namanya daripada Lagos; misalnya dari buku, pembicaraan,televisi, ataupun koran. Karenanya, Jakarta sebagai Ibukota Indonesia kemungkinan besarsudah tersimpan di dalam MJPJ Informasi yang sudah tersimpan di dalam MJPJ ini sulituntuk hilang, sehingga Jakarta dapat diingat dengan mudah. Jelaslah bahwa MJPJ adalahMJPJ yang mendapat pengulangan. Kata lainnya MJPJ tidak akan terbentuk tanpa adanyapengulangan. Dapatlah disimpulkan sekarang bahwa pengulangan merupakan kata kuncidalam proses pembelajaran. Karenanya, latihan selama di kelas atau di rumah merupakankata kunci yang akan sangat menentukan keberhasilan atau ketidak berhasilan suatupengetahuan yang diingat dalam jangka waktu yang lama. Itulah sebabnya, ada guruberpengalaman yang menyatakan kepada siswanya bahwa akan jauh lebih baik untukbelajar 6 × 10 menit daripada 1 × 60 menit.

D. Penerapan Teori Belajar Pemrosesan Informasi dalam Pembelajaran

1) Strategi pembelajaran daya ingat

Salah satunya adalah dengan Pembelajaran verbal. Pembelajaran verbal adalah pembelajaran kata-kata (atau fakta yang diungkapkan dalam kata-kata). Dalam banyak studi, misalnya siswa diminta mempelajari daftar kata-kata atau suku kata yang tidak masuk akal.

Ada tiga jenis tugas pembelajaran verbal yang biasanya dilihat diruangan kelas seperti:9

a. Pembelajaran Pasangan-Berkaitan (Paired-Associate Learning)

9 Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran, Landasan dan

(15)

Melibatkan pembelajaran untuk menyebutkan satu anggota pasangan ketika diberikan anggota lain pasangan tersebut. Biasanya ada suatu daftar pasangan untuk dihapal. Contoh pendidikan tugas pasangan-berkaitan meliputi pembelajaran ibu kota Negara bagian, nama dan tanggal perang saudara, table penambahan dan perkalian, dan ejaan kata.

Dalam pembelajaran pasangan-berkaitan, siswa harus menghubungkan tanggapan dengan masing-masing rangsangan. Misalnya, kepada siswa tersebut diberikan gambar tulang (rangsangan) dan harus menjawab tulang kering, atau diberikan symbol Au dan harus menjawab emas. Salah satu aspek penting pembelajaran rangsangan berkaitan ialah tingkat pengenalan yang telah dimiliki siswa dengan rangsangan dan tanggapan tersebut.

Misalnya dengan GAMBAR lebih ampuh dalam membantu mengingat hubungan. Salah satu metode kuno untuk meningkatkan daya ingat dengan menggunakan gambaran ialah penciptaan cerita-cerita untuk menggabungkan informasi. Misalnya gambar-gambar dari mitos yunani dan sumber-sumber lain yang telah lama digunakan untuk membantu orang mengingat peta bintang.10

b. Pembelajaran Serial (Serial Learning)

Melibatkan pembelajaran suatu daftar istilah dalam urutan tertentu. Penghafalan not dalam nada balok, janji kesetiaan, unsure-unsur dalam susunan berat atom, dan puisi serta lagu adalah tugas-tugas pembelajaran serial. Pembelajaran serial kurang terjadi dalam pengajaran di ruang kelas dari pada tugas-tugas pembelajaran pasangan-berkaitan.

(16)

c. Tugas Pembelajaran Ingatan Bebas (Free-Recall Learning)

Juga melibatkan penghafalan daftar, tetapi bukan dalam urutan khusus. Mengingat nama ke-50 negara bagian Amerika Serikat, jenis-jenis rangsangan, jenis-jenis-jenis-jenis penggalan baris puisi, dan system organ dalam tubuh adalah tugas-tugas ingatan bebas.

2) Strategi Yang Membantu Siswa Dalam Belajar

a. Membuat Catatan11

b. MenggarisBawahi c. Meringkas

d. Menulis untuk Belajar

e. Membuat garis besar dan memetakan

(17)

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar tertentu yang dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam otak melalui beberapa indera

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Al Rasyidin & Wahyudin Nur Nasution.2011.Teori Belajar dan

pembelajaran, Medan :Perdana Publishing,

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Ar – Ruzz Media

Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Group Soemanto, Wasty. 1987. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara

Sujana, Nana. 1991. Teori – Teori Belajar Untuk Pengajaran. Jakarta :Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi

Gambar

Gambar  tersebut  menunjukkan  menunjukkan  informasi  diproses  dan

Referensi

Dokumen terkait

Penyelenggaraan reklame di Kabupaten Nganjuk sangatlah beragam jenis dan bentuknya. Masyarakat Kabupaten Nganjuk dewasa ini sudah memiliki pemahaman

Skripsi dengan judul “ Pengaruh Suhu Annealing Pada Lapisan Tipis TiO2 Transparan Terhadap Sifat Optik dan Sifat Listrik Un tuk Aplikasi Sel Surya Transparan” merupakan

Permasalahan dalam skripsi ini belum pernah dibahas sebelumnya, namun pada skripsi sebelumnya ada penelitian yang ada kesamaan dengan penelitian yang akan diteliti

Tujuan penelitian ini untuk membuktikan apakah ekstrak etanol daun pugun tanoh memiliki efek relaksasi terhadap otot polos trakea marmut terisolasi yang diinduksi dengan

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh: (1) bobot komponen bendung yang dapat digunakan sebagai indikator kinerja bendung berdasarkan kondisi dan keberfungsian bangunannya, (2)

Bahwa pada tanggal 14 Oktober 2013, bertempat di Hotel Mahkota Plasa, diselenggarakanya Pleno Rekapitulasi Hasil Perhitungan Suara di mana dihadiri oleh saksi dari Pemohon dan

Leonardi-Bee (2002) pada penelitiannya yang dilakukan pada 17.398 pasien dengan stroke akut menemukan bahwa tekanan darah tinggi maupun rendah secara tidak langsung

Identifikasi masalah siswa dilakukan dengan memberikan Instrumen Kebutuhan dan Masalah Siswa (IKMS), wawancara dengan poihak terkait, dan sosiometeri. Setelah pengambilan