PENATA 1
ALAKSANA 1/3 DISTAL
Diajukan M
AAN FISOT L FIBULA S
L
Guna Melen Menyelesaik
F UNIVERS
TERAPI PA SINISTRA D LATIHAN D
D RIKO TAN
J
NASKA
ngkapi Tuga kan Program
JURUSA FAKULTAS
ITAS MUH
ADA KASU DENGAN M DI RSUD SA
Disusun oleh: NGGUH PR J 100080025
AH PUBLIK
as-Tugas dan Pendidikan
AN FISIOT S ILMU KE HAMMADIY
2014
US KONTRA MODA LITA
ALATIGA
:
RADANA
KASI
n Memenuhi Diploma III
ERAPI SEHATAN YAH SURA
AKTUR PO AS IR DAN
i Syarat-syar I Fisioterapi
N
AKARTA
OS OPERAS TERAPI
ABSTRAKSI
RIKO TANGGUH PRADANA J 100080025, PENATALAKSANAAN FISOTERAPI PADA KASUS KONTRAKTUR POS OPERASI 1/3 DISTAL FIBULA SINISTRA DENGAN MODA LITAS IR DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD SALATIGA, JURUSAN FISIOTERAPI ,FAKULTAS ILMU KEDOKTERAN,UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA, 2014, 52 HALAMAN
Tujuan dari penelitian ini Untuk meengetahui proses penatalaksanaan fisioterapi pada kasus kontraktur post operasi 1/3 distal fibula sinistra dengan modalitas IR dan terapilatihandi RSUD Salatiga,
Berdasarkan pengukuran nyeri dengan menggunakan VDS di dapat data bahwa nyeri tekan dari T1=2 cm menjadi T6=2cm, nyeri gerak dari T1=1 cm menjadi T6=1cm, dan untuk nyeri diam tetap sama dari T1=1cm tetap menjadi T6=1cm. dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa pelaksanan terapi yang telah dilaksanakan sudah dapat menurunkan rasa nyeri.
Berdasarkan hasil pengukuran LGS di dapat data bahwa gerak aktif dari T1: S 50.00.1230 - F 430.00.240 menjadi T6 : S 50.00.1250 F 430.00.190. untuk gerak pasif T1 : S 50.00.1230 - F 430.00.240 menjadi T6 : S 50.00.1230 - F 430.00.240
Dari hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa dengan penggunaan modalitas fisioterapi berupa terapi latihan dapat membantu mengurangi permasalahan yang timbul pada kasus kontraktur post operasi 1/3 distal fibula sinistra. Penanganan kontraktur post operasi 1/3 distal fibula sinistra ini akan lebih berhasil jika disertai kemauan dan semangat untuk sembuh. Dimana motivasi sangat berperan dalam proses penyembuhan, karena tanpa adanya kemauan dan keinginan untuk cepat sembuh, maka proses penyembuhan akan memakan waktu yang cukup lama. Apabila kemauan dan keinginan untuk sembuh ada di tambah penanganan dan terapi yang benar-benar tepat, maka hasil yang didapat akan maksimal.
Kata Kunci: Kontraktur, Moda Litas IR ,Terapi Latihan
PENDAHULUAN
menyebabkan terjadinya gangguan fungsional, gangguan mobilisasi dan gangguan aktifitas kehidupan sehari-hari.
Modalitas yang digunakan oleh fisioterapi dalam upaya pemulihan dan pengembalian kemampuan fungsional pada pasien dengan kasus kontraktur post operasi 1/3 distal fibula sinistraadalah dengan modalitas IR dan terapi latihan.Terapi latihan merupakan salah satu upaya pengobatan dalam fisioterapi yang pelaksanaannya menggunakan latihan gerak pasif dan aktif (Kisner, 1996).Macam dari terapi latihan tersebut diantaranya (1) breathing exercise, (2) posisioning (3) static contraction, (4) passive exercise, (5) active exercise, (6) latihan jalan.Terapi latihan disini bermanfaat dalam mengurangi nyeri akibat oedem dan luka incisi, mengurangi adanya pembengkakan, mempertahankan, dan menambah atau memelihara luas gerak sehingga dengan latihan tersebut pasien diharapkan bisa kembali beraktivitas seperti semula
PROSES FISIOTERAPI A. Pengkajian Fisioterapi
Sistematika pemeriksaan dan pengumpulan data yang diperlukan pada kasus kontraktur pos operasi 1/3 distal fibulasinistra adalah sebagai berikut :
1. Anamnesis
Anamnesis adalah proses tanya jawab untuk mendapat informasi tentang keadaan pasien. Anamnesis penting untuk mengetahui tanda-tanda dan gejala dari penyakit yang ditunjukkan pasien sehingga dapat memperkuat diagnosis medis. Anamnesis berisi tentang identitas penderita dan hal-hal yang berkaitan dengan keadaan penderita. Anamnesis dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan melakukan tanya jawab langsung dengan pasien sendiri (auto anamnesis) atau tanya jawab dilakukan kepada orang lain yang dianggap mengetahui kondisi penderita (hetero anamnesis).Anamnesis dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: a. Anamnesis umum
b. Anamnesis khusus
Keterangan yang dapat diketahui tentang pasien pada anamnesis khusus antara lain :
1) Keluhan utama
Informasi yang diperoleh dari anamnesis tentang keluhan utama yaitu pasien merasakan kaku di kedua pergelangan kaki dan jari-jari kaki. 2) Riwayat penyakit sekarang
Informasi yang diperoleh dari anamnesis tentang riwayat penyakit sekarang yaitu bulan november 2011, saat mau mendorong sepeda motor pasien pasien terpeleset. Kemudian pasien langsung di bawa ke puskesmas terdekat dari tempat tersebut tidak dilakukan tindakan pengobatan, hanya dilakukan pemeriksaan seperlunya kemudian di rujuk di RSUD Salatiga dan dilakukan operasi dan dilanjutkan tindakan fisioterap
3) Riwayat penyakit dahulu
Informasi yang diperoleh dari anamnesis tentang riwayat penyakit dahulu yaitu pasien belum pernah merasakan sakit yang dirasakan seperti sekarang.
4) Riwayat penyakit penyerta
Informasi yang diperoleh dari anamnesis tentang riwayat penyakit penyerta yaitu bahwa pasien tidak mempunyai penyakit lain seperti yang dirasakan sekarang, Hipertensi (+), Diebetes (+).
5) Riwayat pribadi
Informasi yang diperoleh dari anamnesis tentang riwayat penyakit pribadi yaitu pasien merupakan ibu rumah tangga yang rajin. Setiap harinya bekerja mengurus rumah seperti memasak, momomg cucu, dan bersih-bersih rumah.
6) Anamnesis sistem
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik untuk melengkapi anamnesis dan yang termasuk dalam pemeriksaan fisik pada kondisi kontraktur pos operasi 1/3 distal fibula sinistra antara lain :
a. Vital sign
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan vital sign antara lain tekanan darah : 140 / 80 mmHg, denyut nadi : 70x/menit, pernafasan :26x/menit, tinggi badan : 155 cm, dan berat badan 57 kg.
b. Inspeksi
Inspeksi merupakan suatu pemeriksaan dengan cara melihat dan mengamati. Dapat dilakukan secara langsung atau menggunakan kaca pembesar. Inspeksi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : saat pasien dalam keadaan diam (statik) dan bergerak (dinamis). Dari inspeksi statis diperoleh data berupa tampak bekas incisi di angkle bagian lateral kiri, posisi telapak kaki cenderung inversi dan plantar flexi. Dari inspeksi dinamis diperoleh data bahwa cara pasien tampak masih berhati-hati dalam berjalan.
c. Palpasi
Pemeriksaan dengan cara meraba, menekan, dan memegang bagian tubuh pasien. Data yang diperoleh berupa suhu di daerah cidera normal, bagian ekas incisi keras dan tebal.
3. Pemeriksaan gerak dasar
Merupakan pemeriksaan dengan cara pasien menggerakkan badannya. Macam pemeriksaan gerak dasar pada kondisi kontraktur pos operasi 1/3 distal fibulasinistra antara lain :
a. Pemeriksaan gerak aktif
flexsi, extensi, abd, dan add, tidak full ROM pada bagian angkle kakikanan dan ankle kaki kiri serta terdapat rasa nyeri yang ringan pada plantar.
b. Pemeriksaan gerak pasif
Pasien dalam keadaan pasif dan rileks sedangkan pemeriksaan dilakukan oleh terapis yang menggerakkan anggota badan pasien. Dari pemeriksaan diketahui bahwa pasien dapat menggerakkan kaki kanan dan kaki kiri full ROM dan fell secara flexsi, extensi, abd, dan add dan pada angkle kaki kanan dan kaki kiri tidak full ROM dan fell terdapat rasa nyeri yang ringan.
c. Pemeriksaan gerak isometrik melawan tahanan
Pasien dapat melaksanakan gerak aktif dan gerak pasif mampu melawanan tahanan kecuali angkle kiri
4. Pemeriksaan spesifik
Pemeriksaan spesifik dilakukan untuk memeriksa hal–hal yang diperlukan sebagai informasi yang bertujuan untuk menegakkan diagnosis ataupun menyusun problematika, tujuan dan tindakan fisioterapi. Pada kasus ini pemeriksaanya meliputi :
a. Pemeriksaan derajat nyeri
1) Pemeriksaan ini dengan menggunakkan VDS
Pengukuran derajat nyeri dengan cara menunjuk satu titik pada scala nyeri (0-10cm). Satu jung menunjukan tidak nyeri pada ujung lainnya menunjukkan nyeri hebat. Panjang garis mulai dari titik tidak nyeri sampai titik yang ditunjuk menunjukan besarnya nyeri.besarnya dalam satuan centimeter. Pemeriksaan kaki kanan dan kaki kiri di dapatkan informasi : Nyeri tekan : 2 , nyeri gerak : 1, nyeri diam : 1.
2) Pengukuran lingkup gerak sendi
3) Pemeriksaan kekuatan otot
Dari hasil pemeriksaan tentang nilai kekuatan otot dengan keterbatasan Lingkup Gerak sendi (LGS) diperoleh informasi B. Penatalaksanaan Fisioterapi
Dalam perencanaan program fisioterapi, modalitas yang digunakan oleh penulis adalah Infra Red( IR), terapi manipulasi, dan terapi latihan untuk mengatasi masalah yang timbul pada kasus kontraktur pos operasi 1/3 distal fibulasinistra.
1. Infra Red (IR)
Pemberian Infra Red (IR) dalam terapi bertujuan untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan elastisitas jaringan. Adapun hal-hal yang perlu dilakukan dalam penatalaksanaan Infra Red (IR) yaitu : a) Persiapan alat
Perlu dipersiapkan alat serta pemeriksaan alat yang akan digunakan, antara lain meliputi : kabelnya, jenis lampu besarnya watt. b) Persiapan pasien
Pada pelaksanaannya posisi pasien tidur terlentang, rileks dan senyaman mungkin. Daerah yang diobati harus bebas dari pakaian. Perlu pemberitahuan mengenai panas yang dirasakan dari terapi infra red yaitu rasa hangat. Bila ternyata ada rasa panas yang menyengat, pasien diminta untuk segera memberitahukan fisioterapis.
c) Pelaksanaan terapi
Penyinaran dengan infra merah diusahakan tegak lurus dengan daerah yang diobati dengan jarak lampu antara 45cm. Lamanya waktu penyinaran antara + 15 menit. Setelah terapi selesai alat dirapikan seperti semula.
2. Terapi latihan
a. Latihan gerak pasif
Terapis menggerakkan secara pasif kearah palmarfleksi, dorsifleksi, deviasi ulnar, deviasi radial, fleksi-ekstensi persendian
Posisi pasien tiduran terlentang. Posisi terapis di samping kiri pasien. Tangan terapis yang kanan memfiksasi pada proximal sendi pergelangan kaki, tangan kiri terapis memegang kaki pasien. Kemudian terapis menggerakkan kearah palmarfleksi dan dorsifleksi.
Gerakan dilakukan sampai pasien merasakan nyeri kemudian ditahan sampai hitungan keenam.
2. Untuk gerakan deviasi ulnar-deviasi radial
Posisi pasien tiduran terlentang, terapis di samping kiri pasien. Tangan terapis yang kanan memfiksasi bagian proksimal sendi pergelangan kaki pasien, tangan kiri terapis memegang kaki pasien. Posisi kaki bawah pasien pronasi. Kemudian terapis menggerakkan tangan pasien ke arah deviasi ulnar dan deviasi radial. Terapis menggerakkan sampai batas nyeri kemudian ditahan sampai hitungan ke enam.
3. Untuk gerakan fleksi dan ekstensi jari-jari tangan
Posisi pasien tiduran terlentang, terapis di samping kiri pasien. Sebelum dilakukan gerakan terlebih dahulu pada sendi metacarpophalangeal dan interphalangeal diberikan traksi. Kemudian terapis menggerakkanpegelangan kaki ke arah fleksi dan ekstensi. Gerakan dilakukan sampai batas nyeri kemudian ditahan sampai hitungan ke enam.
b. Latihan gerak aktif
Pasien menggerakkan secara aktif untuk gerakan dorsifleksi, palmarfleksi, deviasi ulnar, deviasi radial, supinasi, pronasi dan fleksi ekstensi jari-jari tangan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN
t
asien yang
AHASAN K lah dilakuka elum dan se metri dengan engan gonio
ri dengan VD
Dari grafik T1=2 cm 1cm, dan un 1cm. dengan g telah dilaks Berkurangn yebabkan pe permukaan adanya pen pi latihan sa an perlahan
skala
VAS
ditunjang d
KASUS an proses fis
esudah terap midline, kek ometer, dan
DS
E
k di atas dap menjadi T6 ntuk nyeri d n demikian d sanakan suda pi didapat h kuatan otot d kemampuan
GRAFIK VALUASI
pat dilihat h 6=2cm, nye diam tetap s dapat kita si ah dapat men
karena ef uperficial de
ini akan me sisa metabol bantu mengu
gsang propi
2 T3 T4 T5
Waktu Terapi
engukuran
at
nyeri
de
nose dokter
elaksanaan fi hasilmeliput dengan MM n fungsional
K 4.1 NYERI
hasil sebaga ri gerak da sama dari T impulkan ba
n
penuruna
engan
VDS
r dan assess
fisioterapi da ti nyeri den MT, lingkup g l dengan in
ai berikut : n ri karena ad ng merupaka
an
S
Nyeri Tekan
Nyeri Gerak
Nyeri Diam
sment dari
an evaluasi ngan VDS, gerak sendi
deks Katz,
nyeri tekan m menjadi ap menjadi
anan terapi
asilkan IR trasi hanya i pada otot Sedangkan da gerakan
P
uatan otot de
PE
rafik dapat n kekeuatan
m menguran LAN pulan
ntraktur ada pasif maup ong, otot dan rdasarkan pe nyeri tekan d i T6=1cm, i T6=1cm. d ang telah dil rdasarkan ha otot ini kare ngi nyeri (Ma
alah hilangny pun aktif k
n kulit. engukuran n dari T1=2 cm
dan untuk
asil Penguku
meter besar man, 1994)
Gambar 4.1 AN KEKUA
anya pening ena efek yan ardiman, 199
ya atau kura karena keter
nyeri dengan m menjadi T
nyeri diam ikian dapat sudah dapat uran LGS di
menjadi T6
T3 T4
Waktu Tera
ran Peningk
r yang menu
ATAN OTOT m tetap sam kita simpulk menurunkan
dapat data b 6 : S 50.00.12
T5 T6
pi
katan Kekua
utup spinal
T
uatan otot p kan oleh IR
ya lingkup g ndi, fibrosi
kan VDS di eri gerak dar ma dari T1=
gate nyeri
pada kaki. dan terapi
gerak sendi is jaringan
gerak pasif T1 : S 50.00.1230 - F 430.00.240 menjadi T6 : S 50.00.1230 - F 430.00.240
Dari hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa dengan penggunaan modalitas fisioterapi berupa terapi latihan dapat membantu mengurangi permasalahan yang timbul pada kasus kontraktur post operasi 1/3 distal fibula sinistra. Penanganan kontraktur post operasi 1/3 distal fibula sinistra ini akan lebih berhasil jika disertai kemauan dan semangat untuk sembuh. Dimana motivasi sangat berperan dalam proses penyembuhan, karena tanpa adanya kemauan dan keinginan untuk cepat sembuh, maka proses penyembuhan akan memakan waktu yang cukup lama. Apabila kemauan dan keinginan untuk sembuh ada di tambah penanganan dan terapi yang benar-benar tepat, maka hasil yang didapat akan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Apply.A.Gaham,(1996), Buku Ajar Orthopedic dan Kontraktur Sistem Apply, Alih Bahasa Edi Nugroho, Edisi Ketuju. Widya Medika,Jakarta.
Basmajian.(1982). Therapeutic Exercise United States Of American Rehabilitation, William dan Wilkins. Baltimore USA.
Bhon Stafleu Van Loghum. (1990). Pemeriksaan alat pengerak tubuh. Cetakan Kedua. Houten. Belanda.
Bloch, Bernard,(1978). Kontraktur dan Dislokasi. Yayasan Essentia Medica. Yogyakarta.
Behrens F, (1988), External Fixation, Currents Orthopedi 2, New York.
Chusid, J.G. (1993) Neurologi Korelatif dan Neurologi Functional. GadjahMadaUniversity Press, Yogyakarta.
Corolla R, Robert, (1990), Human Anatomy and Physiologi, Mc Grow Hill Publising Company: New York.
Dorland. (1995). Kamus Kedokteran. Edisi 26. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Gardiner, M. Denna.(1996), The Principle of Exercise Therapy. Fourth Edition. Bel and Hyman. London.
Guyton, et Hall, (2006), Fisiologi Kedokteran,Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
htt://penjelajahwaktu.blogspot.com/2007/09/artikel-trauma-pada-kecelakaan-lalu.html
J,N. Anton. (1996) Kapita Selekta Troumatologik dan Orthopedic, Edisi Ketiga.Penerbit buku kedokteran EGC.Jakarta Hal 35-37.
Kapanji, LA. (1997). The physiologi of the joint. Edition 5, Gruchill Livingtone, Endinburg London, Melbourne and New York.
Kisner, et.al.(1996). TherapeuticExercise Foundation and Techniques. Edisi 3. F.A, Davis Company, Phyladelpia. HAL 339-412.
Kotlle dalam Krusen, Frank, W.et.al.(1991), Hand Book at Physical medicine and Rehabilitation.W.B. Sanders. Phyladelpia.
Kotlle, et.al. (1996), Therapeutic Execise Foundations and Technigues, edisi 3.F.A, Davis Company, Phyladelpia.
Kessler M. Radoph and Dalene Harling, (1983). Management of Comment Musculoskeletal Disorder, Happer and Row Publisher, Philadelpia, London.
Lachman, F. F Masock, AJ, (1988), Soft Tissue Injuries In Sproot, Oxford
Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach St. Louis. Cv. Mosby Company.
Mardiman, Sri. dkk,(1998), Dokumentasi Persiapan Praktek Profesional Fisioterapi Komprehensip Pada Nyeri. Surakarta.
Maskun, (2006), Perkuliahan Rematologi,Catatan Kuliah Akfis UMS.
Meller, M. E. Allgwer, M, Schneider, R and Willeneger,H(1991), Manual of Internal Fixation, Edition 3. Sprinbge, Heidelber. New York.
Melzack and will: Diedit oleh Slamet Parjoto, (1996), Pelatihan Penatalaksanaan Komprehensip Pada Nyeri. Surakarta.
Phillip.T.F. and Contreras, D.M (1990). Mojor Orthopaedic Surgery of Fracture in Patients Who Have Multiple Injuries, Journal of Bone and Joint Surgery. New York.
Putz and Pabst, (2000), Atlas Anatomi Manusia,Edisi 2, Penerbir Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sistem Kesehatan Nasional (SKN), (2002). Departemen Kesehatan RI, Cetakan ke-5. Indonesia.
Syafudin, (1995). Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Soejipto, (2008), Work Shop Update Management Of Pain, FIK UMS.
Srell, Richard. S, (1996). Neuroanatomi Klinik, Edisi 2, Penerbit EGC, Jakarta.
Spalteholz, wenner and rudofl spanner, (1985). Atlas Anatomi Manusia, Edidisi 5, Penerbit EGC, Jakarta.
Slamet Parjoto, (2006), Terapi Listrik Untuk Modalitas Nyeri, Penerbit IFI Semarang.
Wojo Wasito, S, (1992). Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris Dengan Ejaan Yang Disempurnakan. Cetakan ke-10 Hasta Bandung.
Wesner Kolle, (1995). Atlas dan buku Teks Anatomi Manusia, EGC, Jakarta.