PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA SPRAIN ANKLE
SINISTRA DENGAN MODALITAS TRANSCUTANEUS
ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) DAN TERAPI
LATIHAN DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III pada Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh :
FESA APRINDA KUSUMADARI J100 150 048
PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
i
HALAMAN PERSETUJUAN
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA SPRAIN ANKLE
SINISTRA DENGAN MODALITAS TRANSCUTANEUS
ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) DAN TERAPI
LATIHAN DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA
PUBLIKASI ILMIAH
oleh:
FESA APRINDA KUSUMADARI J100 150 048
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen Pembimbing,
(Isnaini Herawati, S.Fis., M.Sc) NIK. 0614127401
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA SPRAIN ANKLE
SINISTRA DENGAN MODALITAS TRANSCUTANEUS
ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) DAN TERAPI
LATIHAN DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA
OLEH:
FESA APRINDA KUSUMADARI
J100150048
Telah dipertahankan di depan Dewan penguji Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Kamis, 5 Juli 2018 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan penguji:
1. Isnaini Herawati, S.Fis., M.Sc ( ) (Ketua Dewan Penguji)
2. Farid Rahman SST.FT., M.OR. ( )
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Totok Budi Santoso, S.Pd., SSTFT., M.Kes ( ) (Anggota II Dewan Penguji)
Dekan,
(Dr. Mutalazimah, SKM., M.Kes) NIK : 786
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar ahli madya di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 10 Juli 2018 Penulis
FESA APRINDA KUSUMADARI J100150048
1
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA SPRAIN ANKLESINISTRA DENGAN MODALITAS TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE
STIMULATION (TENS) DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA
ABSTRAK
Sprain ankle adalah cedera pada ligamen kompleks lateral karena overstretch dengan posisi inversi dan plantar fleksi yang terjadi secara tiba-tiba saat kaki tidak menumpu dengan sempurna sehingga menyebabkan terganggunya aktifitas fungsional Untuk mengetahui pelaksanaan fisioterapi dalam mengurangi nyeri, meningkatkan kekuatan otot dan mobilitas pada sendi ankle dengan modalitas Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan latihan Ankle Theraband Exercise Setelah dilakukan terapi selama 6 kali didapatkan hasil penilaian nyeri T1 : 0,6 menjadi T6 : 0, nyeri tekan pada maleollus lateral kiri T1 : 1,4 menjadi T6 : 0, nyeri pada gerakan keseluruh arah T1 : 5,3 menjadi T6 : 1, peningkatan Lingkup Gerak Sendi (LGS) pada ankle sinistra pada gerakan aktif flexi dan ekstensi dari T1 dengan hasil S 25˚-0˚-10˚ menjadi T6 dengan hasil S 30˚-0˚-50˚, pada gerakan pasif flexi dan ekstensi dengan hasil T1 S 30˚-0˚-30˚ menjadi T6 dengan hasil S 30˚-0˚-50˚, pada gerakan aktif inversi dan eversi dengan hasil T1 R 10˚-0˚-5˚ menjadi T6 dengan hasil R 20˚-0˚-30˚, pada gerakan pasif inversi dan eversi dengan hasil T1 R 15˚-0˚-5˚ menjadi T6 dengan hasil R 20˚-0˚-30˚, peningkatan kekuatan otot pada T1 dengan hasil 3 menjadi T6 dengan hasil 4.
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan latihan Ankle
Theraband Exercise dapat mengatasi gangguan yang ada pada kasus Sprain Ankle Sinistra.
Kata Kunci : Sprain Ankle Sinistra, TENS, Theraband, Exercise.
ABSTRACT
Ankle sprain is an injury to the lateral complex ligaments due to the overstretch with the position of inversion and the flexion of the plantar which suddenly happens when the foot is not restoring perfectly and causing a disruption of functional activity. To find out the implementation of physiotherapy in reducing pain, increasing the muscle strength and mobility in ankle joints with Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) modalities and Ankle Theraband Exercise After therapy for 6 times obtained results soreness T1 : 0.6 became T6 : 0, painful tap on left lateral maleollus T1 : 1.4 became T6 : 0, pain on movement across the direction of T1 : 5.3 into T6:1, increasing the scope of the motion of joints (LGS) in the ankle sinistra on active movement of flexion and extensions of the T1 with the result S 25˚-0˚-10˚ became T6 with the result S 30˚-0˚-50˚, on passive movement flexion and extension with the results of the T1 S 30˚-0˚-30˚ into T6 with results S 30˚-0˚-50˚, on an active movement inversion and eversi with the results of the T1 R 10˚-0˚-5˚ became T6 with the result R 20˚-0˚-30˚, on passive motion inversion and eversi with results T1 R 15˚-0˚-5˚ became
2
T6 with the result R 20˚-0˚-30˚, increased muscle strength on T1 with the results of 3 became T6 with the results 4. Transcutaneous Electrical Neurostimulation (TENS) and Ankle Theraband exercises Exercise can overcome interference in case of Sprain Ankle Sinistra.
Keywords : Ankle Sprain Sinistra, TENS, Theraband, Exercise.
1.PENDAHULUAN
Kaki adalah salah satu bagian anggota gerak tubuh yang sering digunakan dalam aktivitas sehari-hari. Apabila fungsi kaki terjadi gangguan atau disfungsi yang menyebabkan terhambatnya aktivitas sehari-hari seperti dalam lingkup pekerjaan sehingga mampu menurunkan produktifitas seseorang. Salah satu kasus yang sering terjadi pada kaki yaitu, terkilir. Terkilir dapat terjadi oleh beberapa faktor seperti, jatuh tersandung atau gerakan yang terjadi secara tiba-tiba sehingga kaki belum siap untuk menerima tumpuan. Dan salah satu gangguan maupun penyakit pada kaki adalah Sprain Ankle.
Sprain ankle adalah cedera pada ligamen kompleks lateral karena overstretch dengan posisi inversi dan plantar fleksi yang terjadi secara tiba-tiba saat kaki tidak menumpu dengan sempurna (Muawanah, 2016)
Di kota Denpasar sebuah penelitian yang dilakukan kepada 24 pasien dengan penyakit Sprain Ankle yang dikemukakan oleh Nazar Moesbar yang menyatakan bahwa 85,7% pria lebih banyak terkena sprain ankle pada tendon achilles dibandingkan dengan wanita yang hanya 14,3% dan kelompok usia produktif lebih rentan terkena cidera Sprain Ankle kronis. (Fujastawan, Gede, & Nopi, 2015)
Maka peran Fisioterapi adalah sebagai bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis, dan mekanis), pelatihan fungsi, dan komunikasi (Depkes RI, 2007).
3
Dan peran Fisioterapi dalam menangani kasus Sprain Ankle yaitu untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan lingkup gerak pada sendi ankle. Untuk mewujudkan tujuan ini maka diberikan beberapa modalitas yaitu electrotherapy seperti Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS), dan terapi latihan metode Ankle Exercise Theraband.
2.METODE
Penatalaksanaan fisioterapi dilakukan sebanyak 6 kali terapi di RSUD Dr. Moewardi pada pasien Ny. S usia 73 tahun dengan diagnosa medis sprain ankle sinistra. Dalam penanganan modalitas fisioterapi yang diberikan adalah Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan terapi latihan. Metode tersebut digunakan untuk mengurangi rasa nyeri, meningkatkan LGS (Lingkup Gerak Sendi) dan meningkatkan kekuatan otot. Selain terapi diatas, diharapkan keluarga dapat melaksanakan edukasi di rumah yang telah diajarkan oleh fisioterapis seperti posisi duduk selonjor sesuai dengan latihan ankle theraband exercise agar hasil memuaskan sesuai yang diharapkan. 3.HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Terapi yang diberikan kepada Ny. S usia 73 tahun dengan diagnosa medis sprain ankle sinistra memiliki problematika yaitu nyeri pada pergelangan kaki kiri, menurunnya Lingkup Gerak Sendi (LGS) pergelangan kaki kiri, dan menurunnya kekuatan otot pergelangan kaki kiri. Setelah dilakukan terapi dengan modalitas Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan terapi latihan selama 6 kali terapi didapatkan hasil:
4
3.1.1 Nyeri dengan VAS (Visual Analogue Scale)
Nyeri T1 T2 T3 T4 T5 T6 Nyeri diam ankle sinistra 0,6 0,2 0 0 0 0 Nyeri tekan pada maleollus
lateralis sinistra
1,4 1 0,7 0 0 0 Nyeri gerak ke seluruh arah
(sirkumduksi)
5,3 4 3,4 2 1,4 1 Tabel 1. Hasil Evaluasi Nyeri
Berkurangnya derajat nyeri menggunakan VAS pada saat diam nyeri pada ankle kiri T1:0,6 menjadi T6:0, nyeri tekan pada maleollus lateral kiri T1:1,4 menjadi T6:0, nyeri pada gerakan keseluruh arah T1:5,3 menjadi T6 :1
3.1.2 LGS dengan Goneometer
T a b e
Tabel 2. Hasil Evaluasi LGS
LGS ankle pada bidang sagital yaitu gerakan dorsi flexi dan plantar flexi didapatkan T1 : S 25˚-0˚-10˚ menjadi T6 : S 30˚-0˚-50˚. LGS ankle pada bidang rotasi yaitu eversi dan inversi didapatkan T1 : R 10˚-0˚-5˚ menjadi T6 : R 20˚-0˚-30˚. Jadi, pasien mengalami peningkatan LGS ankle sebanyak 5˚ pada setiap sesi terapi. Bidang T1 T2 T3 T4 T5 T6 Sagital S 25˚-0˚-10˚ S 25˚-0˚-20˚ S 30˚-0˚-30˚ S 30˚-0˚-35˚ S 30˚-0˚-45˚ S 30˚-0˚-50˚ Rotasi R 10˚-0˚-5˚ R 20˚-0˚-10˚ R 20˚-0˚-25˚ R 20˚-0˚-30˚ R 20˚-0˚-30˚ R 20˚-0˚-30˚
5
3.1.3 Kekuatan otot dengan MMT (Manual Muscle Testing)
Grup Otot T1 T2 T3 T4 T5 T6
Flexor 3 3 4 4 4 4
Ekstensor 3 3 3 4 4 4
Inversor 3 3 4 4 4 4
eversor 3 3 3 4 4 4
Tabel 3. Hasil Evaluasi Kekuatan Otot
. Pada grup otot flexor didapatkan T1 : 3 menjadi T6 : 4, pada grup otot ekstensor didapatkan T1 : 3 menjadi T6 : 4, pada grup otot inversor didapatkan T1 : 3 menjadi T6 : 4, dan pada grup otot eversor didapatkan T1 : 3 menjadi T6 : 4. Jadi, pasien mengalami peningkatan otot pada setiap sesi terapi.
3.2 Pembahasan
3.2.1 Nyeri dengan VAS (Visual Analogue Scale)
Hasil yang diperoleh pada T1 sampai T6 adalah berupa penurunan pada setiap sesi terapi nyeri baik nyeri diam, nyeri tekan pada bagian lateraal maleollus, maupun nyeri gerak ke seluruh arah.
Manfaat TENS (Trancutaneus Electrical Nerve Stimulation) digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri pada ankle sinistra. Mekanisme kerjanya diperkirakan melalui “penutupan gerbang” transmisi nyeri dan serabut saraf kecil dengan menstimulasi serabut saraf besar, kemudian serabut saraf besar akan menutup jalur pesan ke otak dan meningkatkan aliran darah ke area nyeri dan TENS juga mentimulasi produksi anti nyeri alamiah tubuh yaitu endorfin (James et al., 2008).
3.2.2 LGS dengan Goneometer
Hasil yang diperoleh pada T1 sampai T6 adalah berupa peningkatan Lingkup Gerak Sendi (LGS) pada setiap sesi terapi sebanyak 5˚. Hal ini disebabkan karena berkurangnya nyeri yang
6
menyebabkan Lingkup Gerak Sendi pun juga bertambah setiap sesi terapi.
Penurunan dan keterbatasan LGS terjadi karena adanya nyeri pada ankle sinistra sehingga membatasi gerak pasien. Latihan awal untuk meningkatkan ROM (Range Of Motion) ankle yaitu dengan gerakan menekuk dan meluruskan sendi ankle sampai terasa nyaman dengan gerakan yang sederhana, kemudian ditingkatkan dengan melakukan gerakan rotasi searah jarum jam dan berlawanan dengan jarum jam sampai pada akhirnya dapat melakukan gerakan tanpa merasakan nyeri dan itu merupakan tanda bahwa sendi sudah siap melanjutkan ke tahap latihan selanjutnya (Nugroho et al., 2009)
3.2.3 Kekuatan otot dengan MMT (Manual Muscle Testing)
Hasil yang diperoleh grup otot flexor dan inversor pada T1 dan T2 dengan nilai 3 belum terjadi adanya perubahan karena pasien masih merasakan nyeri. Pada grup otot ekstensor dan eversor T1 sampai T3 dengan nilai 3 belum terjadi adanya perubahan karena pasien masih merasakan nyeri. Adanya peningkatan kekuatan grup otot flexor dan inversor pada T3 sampai T6 dan grup otot ekstensor dan eversor pada T4 sampai T6 menjadi 4 karena nyeri yang dirasakan pasien sudah banyak berkurang.
Pada kasus ini, kekuatan otot pasien menurun karena adanya nyeri. Terapi latihan merupakan salah satu modalitas fisioterapi dengan menggunakan gerak tubuh akti maupun pasif dengan tujuan untuk pemeliharaan dan perbaikan kekuatan, ketahanan kardiovaskuler, mobilitas, fleksibilitas, stabilitas relaksasi, koordinasi, keseimbangan dan kemampuan fungsional (Uqihakim, 2013: 1). Terapi latihan artinya mempercepat proses penyembuhan dari cedera dan membuat pasien mampu melakukan kegitan sehari-hari (Wishnu Subroto, 2010: 1). Pada kasus ini, untuk meningkatkan kekuatan otot dilakukan terapi latihan Ankle
7
Theraband Exercise. Latihan ini dengan cara melilitkan theraband pada ankle dengan kaki meja atau kursi dilanjutkan dengan melatih gerakan dorsiflexi, plantasflexi, inversi, dan eversi (Marcia dkk, 2009).
4.SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan
Penatalaksanaan fisioterapi dilakukan sebanyak 6 kali terapi pada pasien dengan diagnosa medis sprain ankle sinistra dapat disimpulkan bahwa Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan terapi latihan dapat mengurangi rasa nyeri, meningkatkan LGS (Lingkup Gerak Sendi) dan meningkatkan kekuatan otot.
4.2 Saran
Berdasarkan pada penatalaksanaan fisioterapi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, maka penulis akan memberikan saran kepada pasien, keluarga, dan fisioterapi, sebagai berikut:
4.2.1 Bagi Pasien
Berdasarkan dari uraian sebelumnya, maka penulis mengajukan saran dengan harapan dapat memberikan manfaat kepada pasien. Saran yang diberikan adalah Pasien harus memiliki keinginan yang tinggi untuk sembuh dan keinginan yang tinggi dalam menjalani rangkaian terapi secara rutin agar mendapatkan hasil yang maksimal sesuai dengan yang diharapkan. Pasien juga dianjurkan untuk melakukan latihan dirumah sesuai saran dari terapis.
4.2.2 Bagi Keluarga
Berdasarkan dari uraian sebelumnya, maka penulis mengajukan saran dengan harapan dapat memberikan manfaat kepada pasien melalui dukungan dari anggota keluarga. Saran yang diberikan adalah Keluarga harus selalu mendukung dan terus memberi
8
motivasi serta masukan yang positif kepada pasien dalam menjalani serangkaian terapi agar pasien termotivasi untuk segera sembuh dan kembali beraktifitas seperti biasa.
4.2.3 Bagi Fisioterapi
Berdasarkan dari uraian sebelumnya, maka penulis mengajukan saran dengan harapan dapat memberikan manfaat kepada pihak rumah sakit. Saran yang diberikan adalah Semoga dengan adanya Karya Tulis Ilmiah tentang kasus Sprain Ankle Sinistra Grade 1 ini dapat membantu teman-teman agar lebih mengerti tentang kasus ini, dan diharapkan teman-teman sesama fisioterapi selalu berusaha untuk menambah wawasan dimanapun berada.
DAFTAR PUSTAKA
Bekerom, M. P. J., Gresnigt, F., Niek C. D., Witjes, S., and Jan, G. O., 2012. Ankle Treatment After Injuries of The Ankle Ligaments, Volume 48, pp. 2-7.
Bleakley, Chris M, et aL. (2010). Effect of Accelerated Rehabilitation on Function after Ankle Sprains: Randomised Controlled Trial. BMJ Online.bmj.com diunduh pada 21 Maret 2015.
Cael, Christy. (2009). Functional Anatomy Muskuloskeletal Anatomy, Kinesiology, and Palpation for Manual Therapy (LWW Massage Therapy & Bodywork Educational Series. Philadelphia: Wolters Kluwer Health.
Calatayud J, Borreani S, Colado J. C, Flandes J, Page P. 2014. exercise and ankle sprain injuries A Comprehensive Review. Hal 88- 93, vol 42 issue 1, februari 2014.
Chan K, Ding B, dan Mroczek K, 2011. Acute and chronic lateral ankle instability in the athlete. Bulletin of the Nyu Hospital for Joint Diseases 2011;69(1):17-26 17
Farquhar W, 2013. Muscle Spindle Traffic in Functionally Unstable Ankles
During Ligamenous Stress. Journal of Athletic Training
2013;48(2):192–202,
Fujastawan, Gede, I. N., & Nopi, N. L. (2015). Penambahan Ankle Exercis Dengan Menggunakan Therabend Pada Intervensi Ultrasound Lebih Menurunkan Nyeri Pada Kasus Sprain Aankle Kronis Di Kota Denpasar, 3.
9
Han K dan Ricard M, 2011 Effects of 4 Weeks of Elastic-Resistance Training on Ankle-Evertor Strength and Latency, Journal of Sport Rehabilitation, 2011, 20, 157-173, 2011 Human Kinetics, Inc Johnson, M, 2008. Transcutaneous electrical nerve stimulation,
electrotherapy: evidence based practiv=ce, Churchill Livingstone, Edinburg
Kaminski, Thomas W, et al. (2013). National Athletic Trainers’Association Position Statement:Conservative Management and Prevention of Ankle Sprains in Athletes. Journal of Athletic Training ; 48(4): 528–545 doi: 10.4085/1062-6050-48.4.02
Kisner C dan Colby L Alen.2012.Therapeutic Exercise Foundations and Techniques. Sixth Edition. F.A Davis Company.America. hal 850-859.
Konseptual, A., & Sumartiningsih, S. (2012). Cedera Keseleo pada Pergelangan Kaki (Ankle Sprains). Juli Disetujui: Juni, 2, 2088–6802. Retrieved from http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/miki
Lavallee, M.E and T. Balam. (2010). An overview of strength training injuries: acute and chronic. Curr. Sports Med. Rep., 9(5): 307-313, Ligamen-Ligamen Pergelangan Kaki
https://img.tfd.com
Lin, Chung-Wei Christine, Claire E. Hiller, and Rob A. de Bie. 2010. Evidence-based Treatment for Ankle Injuries. Journal of Manual and Manipulative Therapy : 18(1): 22-28.
Martin, R. L., Davenport, T. E., Paulseth, S., Wukich, D. K., & Godges, J. J. (2013). Ankle Stability and Movement Coordination Impairments: Ankle Ligament Sprains. Journal of Orthopaedic & Sports Physical Therapy, 43(9), A1–A40. https://doi.org/10.2519/jospt.2013.0305
Muawanah, S. et all. (2016). Perbedaan Pelatihan Proprioceptive Menunggunakan Wobble Board Dengan Pelatihan Penguatan Otot Ankle Menggunakan Karet Elastic Resistance Dalam Menurunkan Foot and Ankle Disability Pada Kasus Sprain Ankle Kronis. Sport and Fitness, 4(1), 59–71.
Nuach, B. M., Widyawati, I. Y., Hidayati, L., Program, M., Pendidikan, S., Keperawatan, F., … Airlangga, U. (2010). Pemberian Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation ( Tens ) Menurunkan Intensitas Nyeri Pada Pasien Bedah Urologi di Ruang Rawat Inap Marwah RSU Haji Surabaya.
Nugroho, B. S., Laksmi, R., Jurusan, A., Keshatan, P., Fik, R., Abstrak, U. N. Y., … Priyonoadi, B. (2009). Tingkat Pengetahuan Atlet Tentang Cedera Ankle Dan, 23–38.
Parjoto Slamet. 2006. Terapi Listrik Untuk Modulasi Nyeri. Semarang: Ikatan Fisioterapi Indonesia Cabang Semarang.
PENATALAKSANAAN ULTRASOUND DAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN SPRAIN ANKLE DEXTRA DISUSUN OLEH : SARTI RAHAYU PROGAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI. (2015), 1– 16.
10
Pengertian Sehat Menurut Ahli, 2013. Sehat Menurut WHO. [Online] Available at :http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-sehat-menurut-ahliwho.html [Accessed 14 February 2014].
Punt, I. M., Ziltener, J., Laidet, M., Armand, S., & Allet, L. (2014). Kiprah dan Gangguan Fisik Pasien akut Ankle Terkilir yang tidak menerima Terapi Fisik, 1–7. https://doi.org/10.1016/j.pmrj.2014.06.014
Roosen, Philip, Tine Willems, Roel De Ridder, Lorena San Miguel, Kristen Holdt, Henningsen, Dominique Paulus, An De Sutter, and Pascale Jonckheer. 2013. Ankle Sprains: Diagnosis and Therapy. KCE Reports. Diakses dalam http://www.kce.fgov.be pada Senin 1 Februari 2016 pukul 07.00 WIB.
Susunan Tulang Pergelangan Kaki https://faithnatomy.wikispaces.com