• Tidak ada hasil yang ditemukan

RPM Tentang Situs Bermuatan Negatif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RPM Tentang Situs Bermuatan Negatif"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR ... TAHUN 2013

TENTANG

PENANGANAN SITUS INTERNET BERMUATAN NEGATIF

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa internet merupakan salah satu media perwujudan hak asasi manusia melalui kemerdekaan menyampaikan pendapat dan memperoleh informasi yang dilaksanakan secara bertanggung jawab, selaras dan seimbang antara kebebasan dan kesetaraan menggunakan hak berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. bahwa Pemerintah memfasilitasi pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik serta melindungi kepentingan umum dari segala jenis gangguan sebagai akibat penyalahgunaan informasi elektronik yang mengganggu ketertiban umum sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;

c. bahwa untuk memberikan akses internet yang sehat dan aman bagi masyarkat dengan memberikan perlindungan berdasarkan daftar informasi sehat dan terpercaya;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, maka dipandang perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika tentang Penanganan Situs Internet Bermuatan Negatif.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843);

(2)

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 181, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4928);

3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61);

4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas, Dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;

5. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 17/P/M.KOMINFO/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Komunikasi dan Informatika;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TENTANG PENANGANAN SITUS INTERNET BERMUATAN NEGATIF

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:

1. Pemblokiran Situs Internet Bermuatan Negatif yang selanjutnya disebut Pemblokiran adalah aksi yang diambil untuk menghentikan masyarakat untuk mengakses informasi dari sebuah situs bermuatan negatif.

2. Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat.

3. Penyelenggara Telekomunikasi adalah adalah perseorangan, koperasi, badan usaha milik daerah, badan usaha milik negara, badan usaha swasta, instansi pemerintah, dan instansi pertahanan keamanan negara.

(3)

7. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang membidangi aplikasi informatika.

8. Direktur adalah Direktur yang membidangi e-Business.

BAB II TUJUAN

Pasal 2 Tujuan Peraturan Menteri ini, yaitu:

1. memberikan acuan bagi Pemerintah dan masyarakat terhadap pemahaman situs internet bermuatan negatif dan peran bersama dalam penanganannya; 2. melindungi kepentingan umum dari konten internet yang berpotensi

memberikan dampak negatif dan atau merugikan.

Pasal 3 Ruang lingkup Peraturan Menteri ini, yaitu:

1. penentuan situs internet bermuatan negatif yang perlu ditangani;

2. peran Pemerintah dan masyarakat dalam penanganan situs internet bermuatan negatif;

3. tanggung jawab Penyelenggara Jasa Akses Internet dalam penanganan situs bermuatan negatif;

4. tata cara pemblokiran dan normalisasi pemblokiran dalam penanganan situs internet bermuatan negatif.

BAB III

SITUS INTERNET BERMUATAN NEGATIF

Pasal 4

(1) Jenis situs internet bermuatan negatif yang ditangani sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 butir 1, yaitu:

1.pornografi; 2.perjudian;

3.kegiatan ilegal lainnya.

(4)

BAB IV

PERAN MASYARAKAT DAN PEMERINTAH

Pasal 5

(1) Masyarakat dapat mengajukan pelaporan untuk meminta pemblokiran atas muatan negatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) butir 1 dan butir 2.

(2) Kementerian atau Lembaga Pemerintah dapat meminta pemblokiran situs internet bermuatan negatif yang menjadi bidang kewenangannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) butir 3.

(3) Lembaga Penegak Hukum dan atau Lembaga Peradilan dapat meminta pemblokiran situs bermuatan negatif.

Pasal 6

(1) Direktur Jenderal menyediakan daftar alamat situs yang bermuatan negatif yang disebut TRUST+Positif.

(2) Direktur Jenderal memerintahkan kepada Penyelenggara Jasa Akses Internet untuk melaksanakan pemblokiran pada sisi layanan mereka mengacu kepada TRUST+Positif atau menggunakan layanan pemblokiran dari Penyelenggara

Layanan Pemblokiran yang terdaftar.

Pasal 7

Masyarakat dapat ikut serta menyelenggarakan layanan pemblokiran dengan memuat paling sedikit situs-situs dalam TRUST+Positif.

Pasal 8

(1) Penyelenggaraan layanan pemblokiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dilakukan oleh Penyelenggara Layanan Pemblokiran.

(2) Penyelenggara Layanan Pemblokiran harus memiliki kriteria sekurang-kurangnya:

a. terdaftar sebagai Penyelenggara Sistem Elektronik; b.berbadan hukum Indonesia;

c. menempatkan pusat datanya di Indonesia;

(5)

BAB V

TANGGUNG JAWAB PENYELENGGARA JASA AKSES INTERNET

Pasal 9

(1) Penyelenggara Jasa Akses Internet wajib melakukan pemblokiran terhadap situs-situs yang terdapat dalam TRUST+Positif.

(2) Pemblokiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan sebagai berikut:

a. pemblokiran mandiri; atau

b.pemblokiran menggunakan layanan pemblokiran yang disediakan Penyelenggara Layanan Pemblokiran.

(3) Dalam hal Penyelenggara Jasa Akses Internet tidak melakukan pemblokiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Penyelenggara Jasa Akses Internet dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Penyelenggara Jasa Akses Internet yang telah menjalankan pemblokiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Penyelenggara Jasa Akses Internet tersebut telah memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan terkait dengan Pasal 4.

Pasal 10

(1) Penyelenggara Jasa Akses Internet wajib melakukan pembaruan data atas daftar baru yang masuk kedalam TRUST+Positif.

(2) Pembaharuan data sebagaimana dimaksud pada ayat (1):

a. wajib terlaksana paling sedikit 1 x seminggu untuk pembaharuan rutin; b.wajib terlaksana paling sedikit 1 x 24 jam untuk pembaharuan bersifat

darurat.

BAB VI

TATA CARA PEMBLOKIRAN DAN NORMALISASI PEMBLOKIRAN

Bagian Kesatu Penerimaan Laporan

(6)

1. Penerimaan laporan berupa pelaporan atas: a. situs internet bermuatan negatif; atau b.permintaan normalisasi pemblokiran situs.

2. Pelaporan disampaikan oleh masyarakat kepada Menteri c.q. Direktur Jenderal melalui fasilitas penerimaan pelaporan berupa e-mail aduan dan atau pelaporan berbasis situs yang disediakan;

3. Pelaporan dari masyarakat dapat dikategorikan sebagai pelaporan darurat apabila menyangkut hak pribadi, pornografi anak, dan dampak negatif yang cepat di masyarakat dan atau permintaan yang bersifat khusus.

Pasal 12

(1) Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) harus telah melalui penilaian di Kementerian/Lembaga terkait dengan memuat alamat situs, jenis muatan negatif, jenis pelanggaran dan keterangan;

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Pejabat berwenang kepada Menteri c.q. Direktur Jenderal, dengan dilampiri daftar alamat situs dan hasil penilaian;

(3) Terhadap pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Direktur Jenderal melakukan pemantauan terhadap situs yang dilaporkan.

Pasal 13

(1) Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) dilakukan dalam rangka penindakan dan penegakan hukum.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus telah melakui penilaian pada Lembaga Penegak Hukum atau Lembaga Peradilan yang bersangkutan. (3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan oleh Pejabat

berwenang kepada Menteri c.q. Direktur Jenderal, dengan dilampiri daftar alamat situs dan hasil penilaian.

(4) Terhadap pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Direktur Jenderal melakukan pemantauan terhadap situs yang dilaporkan.

Bagian Kedua

Tindak Lanjut dan Pemberkasan Laporan

Pasal 14

(7)

a. pemberkasan pelaporan asli kedalam berkas dan database elektronik berikut penguraian pelaporan;

b.peninjauan ke situs internet yang dituju dan mengambil beberapa sampel situs;

c. penampungan sampel gambar situs internet ke dalam berkas dan database elektronik.

2. Direktur Jenderal menyelesaikan pemberkasan dalam waktu paling lambat 1 x 24 jam sejak pelaporan diterima;

3. Apabila situs internet dimaksud merupakan situs bermuatan negatif:

a. Direktur Jenderal menempatkan alamat situs tersebut ke dalam TRUST+Positif dalam periode pemberkasan;

b.apabila merupakan kondisi darurat, Direktur Jenderal menempatkan alamat situs tersebut dalam TRUST+Positif dalam periode 1 x 12 jam sejak

laporan diterima dan dilakukan komunikasi kepada Penyelenggara Jasa Akses Internet.

Pasal 15

Tata cara tindak lanjut dan pemberkasan laporan dari Kementerian/Lembaga meliputi:

1. Direktur Jenderal memberikan peringatan melalui e-mail kepada penyedia situs untuk menyampaikan adanya muatan negatif.

2. Dalam hal penyedia situs tidak mengindahkan peringatan sebagaimana butir 1 dalam waktu 2 x 24 jam, maka dilakukan pemberkasan.

3. Dalam hal tidak ada alamat komunikasi yang dapat dihubungi maka langsung dilakukan pemberkasan.

4. Melakukan kegiatan pemberkasan pelaporan yang meliputi:

a. pemberkasan pelaporan asli kedalam berkas dan database elektronik berikut penguraian pelaporan;

b.peninjauan ke situs internet yang dituju dan mengambil beberapa sampel situs;

c. penampungan sampel situs internet ke dalam berkas dan database elektronik.

5. Direktur Jenderal menyelesaikan pemberkasan dalam waktu paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak pelaporan diterima;

6. Apabila situs internet dimaksud merupakan situs bermuatan negatif:

(8)

b.apabila merupakan kondisi darurat, Direktur Jenderal menempatkan alamat situs tersebut dalam TRUST+Positif dalam periode 24 jam sejak

laporan diterima dan dilakukan komunikasi kepada Penyelenggara Jasa Akses Internet.

Pasal 16

Tata cara tindak lanjut dan pemberkasan laporan dari Lembaga Penegak Hukum atau Lembaga Peradilan meliputi:

1. Melakukan kegiatan pemberkasan pelaporan yang meliputi:

a. pemberkasan pelaporan asli kedalam berkas dan database elektronik berikut penguraian pelaporan;

b.peninjauan ke situs internet yang dituju dan mengambil beberapa sampel situs;

c. penampungan sampel situs internet ke dalam berkas dan database elektronik.

2. Direktur Jenderal menyelesaikan pemberkasan dalam waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak pelaporan diterima;

3. Direktur Jenderal menempatkan alamat situs tersebut ke dalam TRUST+Positif

dalam periode pemberkasan;

4. Apabila merupakan kondisi darurat, Direktur Jenderal menempatkan alamat situs tersebut dalam TRUST+Positif dalam periode 24 jam sejak laporan

diterima dan dilakukan komunikasi kepada Penyelenggara Jasa Akses Internet.

Bagian Ketiga Tata Cara Normalisasi

Pasal 17

(1) Pengelola situs atau masyarakat dapat mengajukan normalisasi atas pemblokiran situs.

(2) Tata cara pelaporan normalisasi dilakukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11.

(3) Melakukan kegiatan pemberkasan pelaporan yang meliputi:

a. pemberkasan pelaporan asli kedalam berkas dan database elektronik berikut penguraian pelaporan;

(9)

c. penampungan sampel gambar situs internet ke dalam berkas dan database elektronik.

(4) Direktur Jenderal menyelesaikan pemberkasan dalam waktu paling lambat 1 x 24 jam sejak pelaporan diterima.

(5) Apabila situs internet dimaksud bukan merupakan situs bermuatan negatif: a. menghilangkan dari TRUST+Positif;

b.melakukan komunikasi kepada Penyelenggara Jasa Akses Internet atas proses normalisasi tersebut;

c. melakukan pemberitahuan (notifikasi) secara elektronik atas hasil penilaian kepada pelapor.

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 18

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkannya.

Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 2013

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA,

TIFATUL SEMBIRING

Diundangkan di Jakarta pada tanggal

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

AMIR SYAMSUDIN

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini tergolong penelitian dengan jenis data kualitatif yaitu dengan mengelola data primer yang bersumber dari Aparat Penegak Hukum (Polisi) Polsek Tellu Limpoe

Program ini merupakan program penyuluhan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat se-Kabupaten Sukoharjo, dengan cara mendatangi setiap sekolahan untuk

Communications of the ACM 46 ⑾(November) Elizabeth Fife and Francis Pereira(2005)Global Acceptance of Technology(GAT)and Demand for Mobile Data Services, Hong Kong

Bab ini menjelaskan landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu dasar dinamika molekul, model interaksi antar molekul, model interaksi sistem dengan lingkungan dan

Merupakan penggambaran riwayat Sang Buddha dalam deretan relief- relief (tetapi bukan merupakan riwayat yang lengkap ) yang dimulai dari turunnya Sang Buddha dari

Accident Rate (AR) atau tingkat kecelakaan di tentukan dengan membagi frekuensi kecelakaan oleh beberapa ukuran (volume lalu lintas, panjang ruas jalan dan jumlah tahun

Jadual Luh al-Hay t dan Luh al-Mam t tersebut di atas digunakan oleh pengarang sebagai asas numerologi di dalam kitabnya dan disarankan kepada orang ramai