PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIFITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA KOMPOSISI MEDIA TANAM
AMPAS KOPI DAN DAUN PISANG KERING YANG BERBEDA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Oleh: YUDHY IRHANANTO
A.420 100 127
PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIFITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA KOMPOSISI MEDIA TANAM
AMPAS KOPI DAN DAUN PISANG KERING YANG BERBEDA
Yudhy Irhananto, A 420 100 127, Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2014
ABSTRAK
Jamur tiram putih (Pleorotus ostreatus) adalah salah satu jamur kayu yang dapat dikonsumsi serta mempunyai kandungan gizi tinggi seperti karbohidrat, kalsium, protein, zat besi, lemak, kalium dan fosfor. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pertumbuhan dan produktifitas jamur tiram putih(Pleurotus ostreatus) pada komposisi media tanam ampas kopi dan daun pisang kering yang berbeda. Metode penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan satu faktor komposisi ampas kopi dan daun pisang kering yaitu Y0 (tanpa ampas kopi dan daun pisang kering), Y1 (ampas kopi 50 g + daun pisang kering 25 g), Y2 (ampas kopi 50 g + daun pisang kering 15 g), Y3 (ampas kopi 25 g + daun pisang kering 25 g), Y4 (ampas kopi 25 g + daun pisang kering 15 g). Analisis data pengujian menggunakan One Way Anova. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan jamur tiram putih (waktu pemenuhan miselium) paling cepat pada perlakun Y0 (tanpa ampas kopi dan daun pisang kering) selama 28,7 hari. Produktifitas jamur tiram putih (Σ total panen jumlah tubuh buah dan Σ total panen berat segar tubuh buah) tertinggi pada perlakuan Y3 (ampas kopi 25 g + daun pisang kering 25 g) yaitu 17 helai pada panen pertama, 11 helai pada panen kedua dan 126,67 g pada panen pertama, 110 g pada panen kedua.
A. PENDAHULUAN
Jamur tiram putih merupakan salah satu produk pertanian yang
mempunyai kandungan gizi tinggi dibandingkan dengan jamur lain. Menurut
Cahyana (1999), kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein 27%, lemak
1,6%, karbohidrat 58%, serat 11,5%, abu 9,3%, kalori 265 Kkal. Selain
kandungan gizinya yang tinggi, juga mempunyai manfaat untuk kesehatan
yaitu sebagai protein nabati yang tidak mengandung kolesterol sehingga dapat
mencengah timbulnya penyakit darah tinggi dan jantung (Pasaribu, dkk
2002).
Suriawiria (2000), budidaya jamur tiram putih di Indonesia belum
dapat untuk memenuhi kebutuhan konsumen setiap hari. Padahal prospek
pengusahaan jamur tiram putih cukup cerah, karena pangsa pasar untuk
ekspor maupun lokal terbuka lebar, asal kualitas dan kuantitas produksi sesuai
dengan persyaratan. Budidaya jamur tiram putih tidak terlalu membutuhkan
modal besar karena salah satu media tanamnya adalah serbuk gergaji.
Menurut Suprapti (2000), budidaya jamur tiram putih dapat dilakukan dengan
teknologi sederhana menggunakan media tanam dari serbuk gergaji kayu.
Serbuk gergaji merupakan limbah dari pabrik kayu yang mudah diperoleh.
Yuniasmara, dkk (1999), jamur tiram dapat tumbuh pada media yang
mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yaitu lignin,
karbohidrat (selulosa dan glukosa), nitrogen, serat, dan vitamin. Media tanam
yang biasanya digunakan dalam pertumbuhan jamur tiram yaitu serbuk kayu
gergaji, bekatul, jerami, sekam, tepung beras. Menurut penelitian Winarni
(2002), produksi jamur tiram putih (Pleuratus ostreatus) menunjukkan bahwa
formulasi paling baik media tanam terhadap produksi jamur tiram putih
adalah serbuk gergaji kayu 15 kg, bekatul 2,25 kg, gips 0,15 kg, kapur 0,375
kg.
Di daerah Baki, Sukoharjo banyak warga yang mengkonsumsi kopi,
dari konsumsi kopi tersebut menghasilkan ampas kopi yang hanya di buang
begitu saja. Ampas kopi dapat dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada
2
nitrogen, lignin dan selulosa yang di butuhkan dalam pertumbuhan jamur
tiram putih, pemanfaatan daun pisang kering kurang terutama hanya dibakar
sebagai pengganti kayu atau minyak tanah, maka diperlukan inovasi
diversifikasi pemakaian daun pisang kering secara optimal. Di daun pisang
kering dapat di manfaatkan sebagai bahan tambahan media tanam jamur tiram
putih, karena mengandung karbon, selulosa dan lignin yang dibutuhkan dalam
pertumbuhan jamur tiram putih.
Menurut S. Caetano (2012), kandungan ampas kopi meliputi total
karbon 47,8-58,9%; total nitrogen 1,9-2,3%; protein 6,7-13,6 g/100g; abu
0,43-1,6%; selulosa 8,6%.
Hasil penelitian Elliyanti (2002), menunjukan bahwa komposisi
medium serbuk gergaji kayu sengon 25% dan alang-alang 75% berpengaruh
terhadap pertumbuhan miselium lebih cepat, karena medium tanam tersebut
tidak padat, sehingga miselium dapat menjalar ke segala arah dalam medium
tersebut.
Daun pisang kering merupakan salah satu bagian tanaman pisang yang
mengandung hemiselulosa sehingga dapat dijadikan media tanam jamur.
Menurut Chang (1982), komponen organik daun pisang kering (gr/100 gr
berat kering sampel) adalah selulosa 10,85; hemiselulosa 19,96; lignin 18,21;
total C 50,52; C/N rasio 29,54. Hasil penelitian Mayun (2007), limbah daun
pisang merupakan media tanam jamur merang yang paling baik dibandingkan
limbah pertanian yang lain seperti kulit kopi, alang-alang, dan jerami.
Hasil penelitian Supiah (2000), menunjukan bahwa penambahan daun
pisang kering 15% pada medium dasar serbuk gergaji kayu sengon 75% dapat
meningkatkan berat segar tubuh buah jamur tiram putih. Hartadi dalam
Suryani (2007), kandungan daun pisang kering terdiri atas bahan kering
16,0%, protein kasar 2,3%, serat kasar 3,7%, lemak 6,0%, kadar abu 1,9%.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengaruh
pupuk kandang ayam pada media tanam terhadap pertumbuhan dan hasil
B. METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada Januari sampai Mei 2014, didesa Sugihan Rt
21/ Rw 05, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Metode Penelitian
menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu (ampas
kopi + daun pisang kering) yang terdiri dari lima perlakuan yaitu Y0 (tanpa
ampas kopi dan daun pisang kering), Y1 (ampas kopi 50g + daun pisang
kering 25g), Y2 (ampas kopi 50g + daun pisang kering 15g), Y3 (ampas kopi
25g + daun pisang kering 25g), Y4 (ampas kopi 25g + daun pisang kering15g)
, setiap perlakuan di ulang sebanyak tiga kali.
Tahap penelitian dimulai dari Persiapan media tanam, pengomposan,
pembungkusan, sterilisasi, pendinginan, inokulasi, inkubasi, pemeliharaan,
pemeliharaan pertumbuhan jamur tiram putih dan panen. Parameter yang
diamati adalah lama pertumbuhan miselium (hari), jumlah tubuh buah (helai)
dan berat segar tubuh buah jamur (gram).
Teknik pengumpulan data dengan percobaan langsung. Data diuji
menggunakan uji statistik One-Way ANOVA (α = 0,05). Analisis data dengan menggunakan program computer SPSS(Statistic Product and Service Solution
) 17.0for Windows
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian pertumbuhan miselium dan hasil jamur tiram putih yang
meliputi jumlah tubuh buah dan berat segar tubuh buah sebagai berikut.
1. Waktu pemenuhan miselium jamur tiram putih
Waktu pemenuhan miselium diamati sejak munculnya miselium
sampai memenuhi baglog. Salah satu indikator keberhasilan inokulasi
4
Tabel 4.1 Rata-rata waktu pemenuhan miselium jamur tiram putih
Perlakuan Waktu
Pemenuhan miselium (hari) Y0 (tanpa ampas kopi dan daun pisang kering) 28,7* Y1 (ampas kopi 50 g + daun pisang kering 25 g) 39** Y2 (ampas kopi 50 g + daun pisang kering 15 g) 37,7 Y3 (ampas kopi 25 g + daun pisang kering 25 g) 36,3 Y4 (ampas kopi 25 g + daun pisang kering 15 g) 35,3
*Waktu pemenuhan miselium paling cepat **Waktu pemenuhan miselium paling lama
Tabel 4.1 menunjukkan waktu pemenuhan miselium pada baglog
paling cepat penuh selama 28,7 hari pada perlakuan Y0 (tanpa ampas kopi
dan tanpa daun pisang kering). Rata-rata waktu pemenuhan miselium
jamur tiram putih paling lama 39 hari pada perlakuan Y1 (ampas kopi 50
g, dan daun pisang kering 25 g).
2. Jumlah Tubuh Buah dan Berat Segar Tubuh Buah
Jumlah tubuh buah dan berat segar tubuh buah jamur tiram putih disajikan
pada tabel 4.2
Tabel 4.2Rata-rata berat segar tubuh buah dan jumlah tubuh buah jamur tiram putih
Perlakuan Panen Berat segar tubuh buah (g)
*Jumlah tubuh buah dan berat segar tubuh buah paling rendah **Jumlah tubuh buah dan berat segar tubuh buah paling tinggi
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah tubuh buah
jamur tiram putih putih yang paling tinggi pada perlakuan Y3 (ampas
kopi 25 g + daun pisang kering 25 g) sebanyak 17 helai pada panen ke
1, sedangkan jumlah tubuh buah jamur tiram putih paling rendah pada
perlakuan Y0 (tanpa ampas kopi dan daun pisang kering) sebanyak 4
helai pada panen ke 1.
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa berat segar tubuh buah jamur
tiram putih yang paling tinggi pada perlakuan Y3 (ampas kopi 25 g +
daun pisang kering 25 g) sebesar 126,67 g pada panen ke 1, sedangkan
berat segar tubuh buah jamur tiram putih paling rendah pada
perlakuan Y0 (tanpa ampas kopi dan daun pisang kering) sebesar
46,67 g pada panen ke 2.
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa Σ tubuh buah dan berat segar
tubuh buah jamur tiram putih paling tinggi pada perlakuan Y3 (ampas
kopi 25 g + daun pisang kering 25 g) sebesar 83 helai dan 710 g,
sedangkanΣtubuh buah dan berat segar tubuh buah jamur tiram putih
paling rendah pada perlakuan Y0 (tanpa ampas kopi dan daun pisang
kering) sebanyak 36 helai dan 430 g.
D. Pembahasan
1. Waktu pemenuhan miselium
Pemenuhan miselium diamati sejak munculnya miselium
sampai miselium memenuhi baglog. Salah satu indikator keberhasilan
inokulasi yaitu munculnya miselium. Perbedaan waktu pemenuhan
6
.1 Waktu pemenuhan miselium berbagai pelakuan media
Pada gambar 4.1 menunjukkan bahwa wakt
um perlakuan Y0 (tanpa ampas kopi dan daun
28,7 hari paling cepat namun dilihat dari hasil
nutrisi tambahan, sedangkan waktu pemenuha
kuan Y1 (ampas kopi 50 g + daun pisang kering
ling lama waktu pemenuhan miselium namun ha
dari Y3 (ampas kopi 25 g + daun pisang kering
kopi memiliki kandungan lignin 33,6%
nggu pemenuhan miselium.
Kholisoh (2011), selulosa merupakan rantai lur
-glukosa dan merupakan komponen terbesar pa
n. Keberadaannya pada dinding sel tanaman
n hemiselulosa dan lignin, oleh karena itu serat
dengan lignoselulosa. Lignin merupakan pol
phenyl propana dan mudah didegradasi oleh asam
lignolitik. Enzim yang dapat mendegradasi
angan peroxidase,lignin peroxidase, dancellobiose lignin melindungi selulosa dan hemiselulosa da
n, maka enzim selulase tidak mudah diadsorpsi
Pemenuhan miselium jamur tiram putih
6
edia
aktu pemenuhan
un pisang kering),
hasil rendah karena
enuhan miselium
ng 25 g), yaitu 39
un hasil tidak lebih
kering 25 g) karena
sehingga agak
lurus polimer dari
r pada dinding sel
an bersama-sama
rat tanaman biasa
polimer kompleks
sam, basa, maupun
dasi lignin adalah
ose dehydrogenase. dalam dinding sel
dan hem
miselulosa. Bahkan, lignin mampu menga
meskipun tidak bereaksi. Hal ini tentu saja m
hidrolisis lignoselulosa secara enzimatik. Enz
drolisis selulosa adalah selulase. Kapa
silkan selulase adalahAspergillus niger,Trichode Lama pemenuhan miselium dipengaruhi
baban, tempat inkubasi dan kualitas bibit jamur y
enunjang pemenuhan miselium pada jamur
inkubasi memiliki suhu 22-29oC dan kelemba
dan Saparinto dalam Steviani, 2011). Tingkat ke
empengaruhi pada penyebaran miselium, apabil
aka miselium juga akan sulit untuk memenuhi
ukaan baglog, oleh karena itu dalam peng
kan untuk tidak terlalu padat atau terlalu rengga
tubuh buah jamur tiram putih
Jumlah tubuh buah jamur tiram putih menj
atan untuk menjelaskan salah satu indikator ha
erbedaan jumlah tubuh buah jamur tiram put
histogram berikut ini. Berikut adalah histogram
h tubuh buah jamur tiram putih:
Gambar 4.2 Rata-rata jumlah tubuh buah jamur tiram p
8 9
Jumlah tubuh buah jamur tiram pu
ngadsorpsi enzim
merugikan dalam
nzim yang dapat
pang yang bisa
choderma viride. uhi oleh suhu,
ur yang digunakan.
ur tiram, idealnya
mbaban 90-100%
kepadatan baglog
bila baglog terlalu
enuhi ke seluruh
pengisian baglog
nggang.
enjadi parameter
or hasil jamur tiram
putih dapat dilihat
ram hasil rata-rata
8
Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa jumlah tubuh buah
jamur tiram putih paling tinggi pada perlakuan Y3 (ampas kopi 25 g +
daun pisang kering 25 g) 17 helai pada panen pertama dan 11 helai
pada panen kedua. Hal ini menunjukkan bahwa Y3 (komposisi ampas
kopi 25 g dan daun pisang kering 25 g) berpengaruh terhadap jumlah
tubuh buah jamur tiram putih.
Nutrisi yang terkandung dalam penambahan ampas kopi
adalah unsur nitrogen kisaran 2,3%, selulosa 8,6%, hemiselulosa
36,7%, protein 6,7–13,6% yang dapat memacu pertumbuhan dan hasil
tubuh buah jamur. Sesuai dengan pernyataan Soenanto dalam Steviani
(2011), bahwa nitrogen berfungsi untuk pembentukan protein, dan
membangun enzim-enzim yang disimpan dalam tubuhnya untuk
memacu pertumbuhan tubuh buah jamur. Sesuai juga dengan
pernyataan Darlina (2008), protein merupakan sumber nitrogen yang
dibutuhkan sebagai penyusun jaringan yang sedang aktif tumbuh,
sehingga mempengaruhi diameter tudung jamur.
Hasil rata-rata jumlah tubuh buah jamur tiram putih pada
panen pertama dan kedua secara keseluruhan mengalami penurunan,
hal ini disebabkan menurunnya nutrisi pada media sehingga
mempengaruhi pertumbuhan dan hasil jamur tiram.
3) Berat segar tubuh buah jamur tiram putih
Berat segar tubuh buah jamur tiram putih menjadi parameter
pengamatan untuk menjelaskan salah satu indikator hasil jamur tiram
putih. Perbedaan berat segar tubuh buah jamur tiram putih dapat
Pe
Gambar 4.3 Rata-rata berat segar jamur tiram putih media
Pengamatan berat segar buah jamur diperole
kuan Y3 (ampas kopi 25 g + daun pisang kering
a berat segar tubuh buah jamur tiram putih
pertama dan 110 g pada panen kedua
ukkan bahwa (ampas kopi 25 g + daun pisang
eningkatkan hasil jamur tiram putih. Sesua
an Supiah (2000), menunjukan bahwa pena
kering 15% pada medium dasar serbuk gerga
pat meningkatkan berat segar tubuh buah jamur
Hasil rata-rata berat segar tubuh buah jamur ti
pertama dan kedua secara keseluruhan mengal
disebabkan oleh menurunnya nutrisi pada m
ngaruhi pertumbuhan dan hasil jamur tiram.
ni (2002), bahwa rata-rata berat tubuh buah se
kan setiap kali panen baik panen pertama da
ami penurunan, hal ini karena sebagian nutri
digunakan oleh jamur untuk menghasilkan tub
n pertama.
Berat segar tubuh buah jamur tiram
tih berbagai perlakuan
roleh hasil bahwa
ring 25 g) dengan
ih 126,67 g pada
dua, hal tersebut
sang kering 25 g)
suai dengan hasil
penambahan daun
rgaji kayu sengon
ur tiram putih.
ur tiram putih pada
ngalami penurunan,
da media sehingga
. Hasil penelitian
h segar jamur yang
dan panen kedua
nutrisi media tanam
10
E. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Pertumbuhan jamur tiram putih (waktu pemenuhan miselium) paling cepat
pada perlakun Y0 (tanpa ampas kopi dan daun pisang kering) selama 28,7
hari.
2. Produktifitas jamur tiram putih (Σ total panen jumlah tubuh buah dan Σ
total panen berat segar tubuh buah) tertinggi pada perlakuan Y3 (ampas
kopi 25 g + daun pisang kering 25 g) yaitu 17 helai pada panen pertama,
11 helai pada panen kedua dan 126,67 g pada panen pertama, 110 g pada
panen kedua.
DAFTAR PUSTAKA
Adikasari, Ria. 2012. “Pemanfaatan Ampas Teh Dan Ampas Kopi Sebagai Penambah Nutrisi Pada Pertumbuhan Tanaman Tomat (Solanum Lycopersicum) Dengan Media Hidroponik”. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Aini, Fitriah Nur. 2013. “Pengaruh Penambahan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)”. Jurnal Sains dan Seni Pomits, Vol. 2, No.1, (2013): 2337-3520
Alex, M. 2011. Meraih Sukses dengan Budidaya Jamur Tiram, Jamur Merang, dan Jamur Kuping. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Belewu.2005. Cultivation of mushroom (Volvariella volvacea) on banana leaves. African Journal of Biotechnology Vol. 4 (12), pp. 1401-1403, December 2005
Chang-Ho,Y. 1982. Ecological Studies of Volvaroella volvaceae, dalam Chang, S.T. and T.H. Quimio (Ed.), 1982, Tropical Mushroom: Biological Nature and Cultivation Methods, Chinese university Press, Hongkong.
Djarijah, N. M dan A. S. Djarijah., 2001. Budidaya Jamur Tiram. Kanisius, Yogyakarta. Hal 9, 14, 15, 47.
Etty Sumiati.2006. “Cara Praktis Budidaya Jamur Tiram”.Sinar TaniEdisi 19-25 July 2006.
Fan, Leifa., C.R. Soccol. 2005. “Shittake Bag Cultivation”. COFFEE RESIDUES.Mushroom Growers. Handbook 2.
Griffin, D.H. 1994. Fungal Physiology. John Wiley & Sons, Inc, New York.
Nofriadi, Edo. 2009. Keragaman Nilai Lignin Terlarut Asam (Acid Soluble Lignin) Dalam Kayu Reaksi Pinus merkusii Jungh Et de Vriese dan Gnetum gnemonLinn. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Houston,D.F. and G.O Kohler, 1982. Nutritional Propertes Of Rice. National
Academy Of Science Washington DC.
Isnaeni , W. 2010.Budidaya Jamur Konsumsi. Yogyakarta: Lily Publisher.
Kholisaoh, S. Diyar. 2011. DELIGNIFIKASI SABUT KELAPA DENGAN NaOH UNTUK PRODUKSI GULA PEREDUKSI SECARA ENZIMATIK. Seminar Rekayasa Kimia Dan Proses: 1411-4216
Moore E and Landecker. 1996. Fundamentals of the Fungi. Edisi IV, Prentice Hall, Inc, New Jersey.
Mutakin, Jenal. 2006. “Uji Kultivasi Efisiensi Biologi Jamur Tiram (Pleurotus spp.) Liar dan Budidaya”. Skripsi. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Nelson, Scot. 2008. “Black Leaf Streak of Banana”.Plant Disease, PD-50
Redaksi Agromedia. 2009. Bertanam Jamur Konsumsi. PT Agro Media Pustaka. Jakarta.
Rismunandar, 1984.Mari Berkebun Jamur. Ternate. Bandung.
S. caetano, Nidia. 2012. “Valorization of Coffee Grounds for Biodiesel Production”. CHEMICAL ENGINEERING TRANSACTIONS, VOL. 26, 2012. DOI: 10.3303/CET1226045
12
Steviani, Susi. 2011. “Pengaruh Penambahan Molase Dalam Berbagai Media Pada Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus)”. Skripsi. Surakarta: Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret.
Suprapti S. 1988. “Pengaruh penambahan dedak terhadap produksi jamur
tiram”. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 5 (6): 337-339
Suryani, T. 2007. Kajian Komposisi Medium Tumbuh pada Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas Jamur Tiram(Laporan Penelitian). Universitas Wangsa Manggala, Yogyakarta.
Sutanto, Rahman. 2002.Penerapan Pertanian Organik.Yogyakarta : Kanisus. Tjitrosoepomo, Gembong. 2009.Taksonomi Tumbuhan. Yogya: UGM Press
Waluyo, Lud. 2009.Mikrobiologi Lingkungan. Yogyakarta : UMM Press.
Widiyastuti, B. 2008.Budi Daya Jamur Kompos: Jamur Merang, Jamur Kancing (Champignon), Jakarta: Penebar Swadaya.
Winarni, Inggit. Rahayu, Ucu. (2002). “Pengaruh Formulasi Media Tanam
dengan Bahan Dasar Sebuk Gergaji terhadap Produksi Jamur Tiram