• Tidak ada hasil yang ditemukan

Economic valuation of the solid waste disposal management of bantar gebang to determine management policy in the future

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Economic valuation of the solid waste disposal management of bantar gebang to determine management policy in the future"

Copied!
419
0
0

Teks penuh

(1)

SAMPAH BANTAR GEBANG UNTUK MENENTUKAN

KEBIJAKAN DI MASA DEPAN

R. Julianto

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Valuasi Ekonomi Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir Sampah Bantar Gebang untuk Menentukan Kebijakan di Masa Depan adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Juni 2011

(3)

ABSTRACT

JULIANTO.R. Economic Valuation of The Solid Waste Disposal Management of Bantar Gebang to determine Management Policy in the Future . Under direction of SUPIANDI SABIHAM, SYAIFUL ANWAR, and WONNY AHMAD RIDWAN.

The existence of Bantar Gebang Solid Waste Disposal (SWD) Management considered a problem and a blessing for the surrounding community. The aim of the research was to determine the impacts, the externality and the Total Economic Value Management of Bantar Gebang SWD and SWD Policy. Analysis of the externality is the result of direct or indirect impacts of the Bantar Gebang SWD including economic impact, social impact and environmental impact. Negative externalities analyses were based on the inconvenience, the loss of environmental values, pollution, and decreased property values. Positive externalities analysis included the existence of business and employment opportunities for the people to waste recycle, and the existence of access roads to facilitate transport to landfill to the surrounding community. Total economic value of the economic valuation analysis of Bantar Gebang SWD is comprised of the total cost of Rp 1.70 trillion and the total benefits of Rp 2.19 trillion so that the total economic value amounting to Rp 482 billion. This shows positive total economic value means that the existence Bantar Gebang SWD is waste recycle activities domination by informal sector.

(4)

RINGKASAN

JULIANTO.R. Valuasi Ekonomi Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir Sampah Bantar Gebang untuk Menentukan Kebijakan di Masa Depan. Dibimbing oleh SUPIANDI SABIHAM, SYAIFUL ANWAR, dan WONNY AHMAD RIDWAN.

Penilaian dampak lingkungan tempat pembuangan akhir sampah dilakukan dengan menggunakan pendekatan valuasi ekonomi atau penilaian ekonomi guna mengetahui manfaat dan biaya dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Bantar Gebang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak yang terjadi, biaya eksternalitas, Nilai Ekonomi Total (NET) pengelolaan TPA sampah Bantar Gebang dan merumuskan kebijakan serta strategi pengelolaan TPA sampah di masa depan yang ramah lingkungan.

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Bantar Gebang sebagai lokasi penampung sampah Jakarta, menggunakan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara langsung menggunakan daftar pertanyaan. Data primer yang dikumpulkan terdiri dari: (1) data sosial, ekonomi dan kesehatan masyarakat, pemulung, lapak dan bandar; (2) data penyebaran bau sampai radius 5 km dari TPA sampah Bantar Gebang; (3) data kualitas air tanah pada radius 250 m (ring I), 500 m (ring II), dan 750 m (ring III) dari TPA sampah Bantar Gebang. Data sekunder diperoleh dari studi literatur dan hasil penelitian terdahulu seperti: (1) data BPS (Bekasi dalam Angka 1990–2008); (2) Studi Valuasi Ekonomi Kerusakan Lingkungan Akibat Keberadaan TPA Jakarta oleh Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pemerintah Kota Bekasi; dan (3) Studi Andal Lokasi Pembuangan Akhir Sampah Bantar Gebang Bekasi oleh Biro Bina Kependudukan dan Lingkungan Hidup DKI Jakarta.

Hasil penelitian kualitas air pengolahan leachate sampah pada Instalasi Pengolahan Air (IPA) TPA sampah Bantar Gebang menunjukkan bahwa parameter pencemar yang masih melebihi baku mutu adalah zat padat terlarut (TDS), amonia (NH3), merkuri, nitrat, COD dan BOD. Kualitas air permukaan yaitu air Sungai Ciketing pada lokasi sebelah hulu kawasan TPA sampah Bantar Gebang mengalami penambahan beban pencemaran dari TPA sampah Bantar Gebang. Penambahan beban pencemaran tersebut berupa bahan organik (BOD dan COD), nitrogen (amoniak), padatan dan sebagian logam (mangan dan sulfida). Hasil pemantauan pada lokasi sebelah hilir TPA ternyata parameter yang ada telah melampaui baku mutu yang diijinkan yaitu untuk parameter TSS (total suspended solid), mangan dan sulfida. Kualitas air sumur di sekitar TPA sampah Bantar Gebang secara umum baik kualitas fisik maupun kualitas kimia semuanya masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan dalam Permenkes Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990, kecuali parameter total harness yang melebihi baku mutu. Parameter mikrobiologi, menunjukkan adanya pencemaran coliform dan

(5)

Kualitas udara yang diteliti dari dalam lokasi TPA dan di luar TPA, menunjukkan bahwa kualitas udara ambien cukup baik, kecuali kebisingan. Kebisingan di beberapa lokasi melebihi nilai baku mutu, yaitu di depan kantor TPA sampah Bantar Gebang, belakang TPA Sumur Batu dan pertigaan TPA sampah Bantar Gebang serta Jalan Raya Narogong.

Perhitungan biaya eksternalitas dari dampak TPA yang mengakibatkan pencemaran air tanah menggunakan pendekatan perubahan perilaku konsumsi air rumah tangga yakni kebutuhan air untuk mandi sebanyak 80 liter/hari dan kebutuhan air untuk minum sebesar 5 liter/hari dengan harga air dorongan Rp 150 per liter pada tahun 2009. Hasil survey menunjukkan bahwa kualitas air tanah di wilayah ring I tidak layak untuk air minum dan mandi. Kawasan ring II dan ring III tidak layak untuk air minum. Nilai kerugian akibat penurunan kualitas air tanah (NRAB) sebesar Rp 817 milyar.

Berdasarkan data Bekasi dalam Angka (2006), proporsi penduduk dari wilayah yang diteliti (3 kelurahan dan 1 desa) sebanyak 57% dari penduduk Kecamatan Bantar Gebang. Jenis penyakit yang diderita 75% disebabkan sampah di TPA dan 25% disebabkan faktor lain. Nilai kerugian akibat penyakit yang disebabkan keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang (NRPP) sebesar Rp 41,8 milyar.

Nilai kerugian penurunan produktivitas kerja (NRPK) dihitung berdasarkan jumlah hari tidak masuk kerja karena penyakit yang ditimbulkan oleh pencemaran TPA sampah Bantar Gebang, yaitu sebesar Rp 49,2 milyar. Nilai kerugian akibat gagal panen padi sawah (NRGP) karena luapan air hujan yang mengandung sampah, dihitung dengan menggunakan asumsi gagal panen 1 kali per tahun. Nilainya sebesar Rp 1,7 milyar. Hasil estimasi emisi gas metana menggunakan data IPCC (2007). Biaya sosial emisi karbon dioksida adalah harga kerusakan dari perubahan iklim agregat di seluruh dunia yang diperkirakan sebesar 12 USD (1USD=Rp 9591,7) per ton CO2 untuk tahun 2005 (UNEP, 2009). Nilai kerugian

akibat emisi CO2 (NRKU) yang dihasilkan dari sampah di TPA sampah Bantar

Gebang dari Tahun 1990 sampai Tahun 2009 diperkirakan sebesar Rp 20,1 milyar.

Kerugian akibat bau busuk didekati dari hasil penelitian Willis dan Garrod (1997) dalam DEFRA (2004), tentang WTP yang berkaitan dengan pengurangan kebisingan, bau dan debu serta sampah yang tertiup angin dari landfill Crawcrook Quarry. Nilai kompensasi masyarakat di sekitar TPA sampah Bantar Gebang sebesar Rp 120.851 per KK per bulan atau Rp 916.713 per KK per tahun. Pada radius 1.000 m, bau busuk muncul hampir setiap hari, radius 1.000-2.500 m tercium setelah hujan turun. Berdasarkan Badan Meteorologi dan Geofisika, jumlah hari hujan 100 hari per tahun. Pada radius 2.500-5.000 m bau sampah tidak begitu menyengat, sehingga nilai kompensasi 50% dari kompensasi di radius 1.000-2.500 m. Nilai kerugian akibat bau (NRBU) sebesar Rp 1,2 milyar. Penurunan nilai tanah di sekitar TPA sampah Bantar Gebang diperoleh hasil Rp 43,1 milyar juta pada radius 100 m dan Rp 41 milyar pada radius 200 m sehingga kerugian akibat penurunan nilai properti (NRTP) sebesar Rp 18,2 milyar.

(6)

sampah untuk didaur ulang. Pekerja yang terkait meliputi pemulung, buruh, pemilik lapak dan bandar. Ekternalitas positif dari pendapatan pemulung total Rp 1.569 milyar, pendapatan buruh daur ulang sampah sebesar Rp 214,5 milyar. Ekternalitas positif dari pendapatan pemilik lapak sebesar Rp 164 milyar, pendapatan bandar Rp 55,9 milyar. Total ekternalitas manfaat dari kegiatan daur ulang sampah (NMKJ) sebesar Rp 2.003 milyar. Eksternalitas positif lain adalah keberadaan jalan akses ke TPA. Nilai keberadaan dihitung dengan menggunakan jalan sebagai faktor penggerak pembangunan wilayah (Utama, 2001) di sekitar Bantar Gebang. Adanya jalan akses menuju TPA menimbulkan peningkatan kegiatan ekonomi. Nilai keberadaan jalan akses tersebut pada tahun 2009 diperkirakan NMJL sebesar Rp 187,5 milyar.

Nilai ekonomi total per tahun (tahun 1990-2009) dari hasil analisa valuasi ekonomi dengan perhitungan biaya dan manfaat pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang adalah terdiri dari total biaya (nilai rugi, NR) sebesar Rp 1.708,5 milyar dan total manfaat (nilai manfaat, NM) sebesar Rp 2.190,9 milyar, sehingga nilai ekonomi totalnya NET sebesar Rp 482,4 milyar. Eksternalitas pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang mempunyai nilai ekonomi total positif karena biaya ekonomi lingkungan lebih kecil dibandingkan manfaat ekonomi lingkungan. BCR sebesar 1,28 (> 1) yang menunjukkan manfaat secara lingkungan masih lebih besar dari kerugian lingkungan.

(7)

©Hak Cipta milik IPB, tahun 2011

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(8)

VALUASI EKONOMI

PENGELOLAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR

SAMPAH BANTAR GEBANG UNTUK MENENTUKAN

KEBIJAKAN DI MASA DEPAN

R. Julianto

Disertasi

Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)

Judul Disertasi : Valuasi Ekonomi Tempat Pembuangan Akhir Sampah Bantar Gebang untuk Menentukan Kebijakan di Masa Depan

Nama Mahasiswa : R. Julianto

Nomor Pokok : P 0620402234

Disetujui, Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr Ketua

Dr. Ir. Syaiful Anwar, MSc Dr. Wonny Ahmad Ridwan, SE, MM

Anggota Anggota

Mengetahui

Ketua Program Studi

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berjudul Valuasi Ekonomi Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir Sampah Bantar Gebang untuk Menentukan Kebijakan di Masa Depan.

Selama melaksanakan penelitian dan penulisan disertasi ini, penulis banyak mendapat bantuan baik moril maupun materil serta bimbingan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini disampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr. sebagai ketua komisi pembimbing, dan Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc., Dr. Wonny Ahmad Ridwan, SE, MM., masing-masing sebagai anggota komisi pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan serta memberi saran demi kemajuan penulis dan lebih sempurnanya tulisan ini.

2. Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS sebagai Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana IPB Masa Bakti Tahun 2011-2015 yang memacu, memberi semangat dan solusi atas setiap permasalahan yang penulis hadapi, agar penulis selesai dalam studi ini. 3. Prof. Dr. Ir. Surjono Hadi Sutjahjo, MS dan Dr. Drh. Hasyim DEA selaku

Dosen Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana IPB yang selalu memberi semangat agar penulis selesai dalam studi ini.

4. Rektor dan Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor beserta staf dan jajaran administrasinya yang telah berkenan menerima dan mengasuh serta selalu mendukung penulis untuk kelancaran dan kesuksesan studi ini. 5. Direktur, Para Kasubdit, Kepala Seksi, Satker dan PPK beserta staf di

(11)

6. Dr.Etty Riani,M.S, Dr.Ir.Widiatmaka, DEA, dan Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Agr.Sc, Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T. dan Dr.Ir.Zulkifli Rangkuti,M.M, M.Sc, penulis mengucapkan terima kasih atas masukannya serta para staf Program studi PSL IPB yang terus mendukung dan memberikan semangat penulis untuk terus melanjutkan penyelesaian studi ini.

7. Dinas Kebersihan dan Bappeda Propinsi DKI Jakarta serta PT Godangtua Jaya yang memberikan ijin dan data pendukung penelitian di TPA Sampah Bantar Gebang.

8. Pemerintah Kota Bekasi dan jajarannya yang telah memberikan ijin dan bantuan untuk pelaksanaan penelitian lapangan dan penyediaan data Wilayah Kecamatan Bantar Gebang.

9. Laboratorium Pusat Pendidikan dan Latihan Teknis Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Permukiman Kementerian Pekerjaan Umum di Kota Bekasi yang telah membantu analisis kualitas air tanah dan air permukaaan. 10. Teman-teman dan kerabat yang membantu survai lapangan dan penyusunan

penelitian ini.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya, baik moril maupun materiil.

Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada Istri yang telah membantu dan memberi semangat penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Permohonan maaf penulis sampaikan kepada keluarga yaitu istri dan anak-anakku yang berkurang perhatian penulis selama menyelesaikan penelitian ini.

Akhir kata, semoga semua bantuan yang telah diberikan, penulis hanya dapat berdoa semoga diberi ganjaran yang setimpal oleh Allah S.W.T. dan dinilai sebagai amal shaleh. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih belum sempurna dan dengan segala kerendahan hati menerima masukan, kritikan, dan saran agar tulisan ini dapat disempurnakan sesuai dengan yang diharapkan. Selanjutnya penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi Pemerintah dan Pemerintah Daerah serta masyarakat dan pengusaha terkait dan dunia ilmu pengetahuan.

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada Tanggal 30 Juli 1959 di Kelurahan Gunung Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan, merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara dari Ayah bernama R. Soead bin Miftah dan Ibu bernama R.R. Soebekti bin Soedjarwo Prawirodimedjo.

Penulis menamatkan Pendidikan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah dan Sekolah Menengah Atas dari Tahun 1967-1979 di Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Pada pertengahan Tahun 1979 Penulis diterima menjadi mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia di Salemba, Jakarta dan lulus awal Tahun 1987. Pada Tahun Oktober 1999 Penulis mendapat tugas belajar pendidikan strata dua (S2) ke IHE Delft Belanda Bidang Studi Urban Infrastrcture Management dan menamatkan studi pada Maret 2002 meraih gelar Master of Science (M.Sc). Selanjutnya pada Tahun 2005 hingga sekarang penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Pascasarjana strata tiga (S3) pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Pada Tahun 1987 penulis mulai bekerja pada perusahaan konsultan PT. Yodya Karya (Persero) dan akhir Tahun 1991 masuk menjadi pegawai Subdit Penyusunan dan Pengendalian Program Direktorat Bina Program Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum. Mulai Tahun 1994 Penulis menjadi pegawai Subdit Perencanaan Umum dan Evaluasi Direktorat Bina Program Direktorat Jenderal Cipta Karya ketika terjadi Reorganisasi Direktorat Jenderal Cipta Karya. Tahun 1999 Penulis menjadi pegawai Subdit Program dan Anggaran Direktorat Bina Teknik Direktorat Jenderal Pengembangan Perkotaan Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah. Penulis diangkat menjadi Pemimpin Proyek Pembinaan dan Pengendalian Prasarana dan Sarana Dasar Perkotaan pada pertengahan Tahun 2002 Direktorat Bina Teknik Direktorat Pengembangan Perkotaan sampai Tahun 2006. Pada Tahun 2007 sampai 2009 Penulis menjadi Kepala Satuan Kerja Pembinaan dan Pengendalian Prasarana dan Sarana Dasar Perkotaan Direktorat Bina Program Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum. Tahun 2010 Penulis bekerja sebagai Kepala PPK Perencanaan dan Pengendalian Kegiatan Peningkatan Sistem Perencanan dan Manajemen pada Satuan Kerja Direktorat Bina Program Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum, kemudian Tahun 2011 bekerja sebagai Asisten Teknik dan Kelembagaan CPMU Urban Strategy and Development Reform Program.

(13)

xii

Halaman

DAFTAR TABEL. ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxii

1. PENDAHULUAN... .. 1

Latar Belakang ... 1

Ruang Lingkup Penelitian ... ... 2

Tujuan Penelitian ... 3

Kerangka Pemikiran ... 3

Perumusan Masalah ... .. 5

Manfaat Penelitian ... .. 6

Kebaruan Penelitian (Novelty) ... .. 7

2. TINJAUAN PUSTAKA... .. 9

Dampak Tempat Pembuangan Akhir Sampah ... .. 9

Eksternalitas Tempat Pembuangan Akhir Sampah. ... .. 12

Eksternalitas Negatif Pembuangan Sampah. ... .. 13

Eksternalitas Positif Pembuangan Sampah. ... .. 15

Perhitungan Konversi Ekonomi ... 18

Valuasi Ekonomi ... .. 19

Analisis Nilai Ekonomi Dampak ... 20

Nilai Keberadaan (NK) ... 25

Nilai Warisan (NW) ... 25

Kebijakan Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir Sampah ... 26

Analisis Ekonomi untuk Masukan Kebijakan ... ... 26

Metoda Pengolahan Sampah ... 31

3. METODE PENELITIAN ... 43

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43

(14)

xiii

Metode Analisis ... 46

Kebijakan Pengelolaan Sampah ... 46

Dampak Tempat Pembuangan Akhir ... 46

Biaya Eksternalitas ... 49

Benefit Eksternalitas ... 52

Nilai Ekonomi Total Dampak ... 53

Perumusan Kebijakan... 54

4. GAMBARAN UMUM ... 57

Kondisi Geografis TPA Sampah Bantar Gebang ... 57

Iklim ... 58

Geologi dan Topografi ... 59

Topografi ... 59

Kualitas Air ... 60

Kualitas Air Lindi di Instalasi Pengolahan Air Sampah (IPAS) TPA Sampah Bantar Gebang ... 60

Kualitas Air Sungai Ciketing ... 60

Kualitas Air Sumur Di Sekitar TPA Sampah Bantar Gebang ... 62

Kualitas Udara dan Kebisingan di Sekitar TPA Sampah Bantar Gebang ... 65

5. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 69

Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar TPA ... 69

Responden Masyarakat ... 69

Responden Pemulung ... 72

Responden Lapak ... 75

Responden Bandar ... 78

Kebijakan Pengelolaan Sampah ... 81

Peraturan Perundangan Tentang Sampah ... 81

Pedoman Pemanfaatan Kawasan Sekitar TPA Sampah ... 86

(15)

xiv

Eksternalitas Negatif Pengelolaan TPA Sampah ... 97

Eksternalitas Positif Pengelolaan TPA Sampah ... 108

Nilai Ekonomi Total Dampak ... 111

Alternatif Teknologi ... 112

Aspek dan Kriteria ... 113

Skala prioritas antara kombinasi 1 dan kombinasi lainnya ... 116

Skala prioritas antara kombinasi 2 dan kombinasi lainnya ... 118

Skala prioritas antara kombinasi 3 dan kombinasi lainnya ... 120

Skala prioritas antara kombinasi 4 dan kombinasi lainnya ... 121

Skenario Pengembangan TPA Sampah Bantar Gebang ke Depan... 122

TPST Bantar Gebang Skenario 1 ... 122

TPST Bantar Gebang Skenario 2 ... 141

Nilai Ekonomi Total TPST ... 158

Nilai Benefit Cost Ratio TPST ... 164

Analisis Kelayakan Finansial TPST ... 165

Potensi Pendapatan dari Sertifikat Reduksi Emisi Gas Rumah Kaca ... 167

6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 171

Kesimpulan ... 171

Saran ... 172

DAFTAR PUSTAKA ... 173 LAMPIRAN

(16)

xv

Halaman

1. Pengeluaran biaya untuk penyakit saluran pernafasan ... 17

2. Pengeluaran untuk biaya pengobatan menurut jenis penyakit . ... 17

3. Rekapitulasi nilai ekonomi total tahun 2007 ... 18

4. Matriks metoda valuasi ekonomi/economic valuation method matrix. ... 24

5. Komposisi sampah rata-rata di DKI Jakarta ... 33

6. Valuasi ekonomi dampak ... 50

7.Curah hujan di Kecamatan Bantar Gebang ... 58

8. Hasil pengukuran kualitas air Sungai Ciketing pada titik hulu TPA Sampah Bantar Gebang tahun 2004 - 2008... 61

9. Hasil pengukuran kualitas air Sungai Ciketing pada titik hilir TPA Sampah Bantar Gebang tahun 2004 - 2008 ... 61

10. Hasil pengukuran kualitas air sumur di lokasi kantor TPA Sampah Bantar Gebang untuk parameter fisika tahun 2004 sampai 2008 ... 62

11. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Utara TPA Sampah Bantar Gebang untuk parameter kimia tahun 2004 sampai 2008 ... 63

12. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Selatan TPA Sampah Bantar Gebang untuk parameter kimia tahun 2004 sampai 2008 ... 64

13. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Barat TPA Sampah Bantar Gebang untuk parameter kimia tahun 2004 sampai 2008 ... 64

14. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Timur TPA Sampah Bantar Gebang untuk parameter kimia tahun 2004 sampai 2008 ... 64

15. Hasil pengukuran kualitas air sumur di lokasi kantor TPA Sampah Bantar Gebang untuk parameter biologi (Coliform) tahun 2004 sampai 2008 (dalam MPN/100ml) ... 65

16. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Utara TPA Sampah Bantar Gebang untuk parameter biologi (E Coli) tahun 2004 sampai 2008 (dalam MPN/100ml) ... 65

17. Hasil pengukuran kualitas udara di dalam lokasi di TPA Sampah Bantar Gebang (IPAS 4) tahun 2005 - 2008 ... 66

18. Hasil pengukuran kualitas udara di Sumur Batu tahun 2005 - 2008... 66

19. Hasil pengukuran kualitas udara di Cikiwul tahun 2005 - 2008 ... 66

20. Hasil pengukuran kualitas udara di Ciketing Udik tahun 2005 - 2008 ... 67

(17)

xvi

23. Tingkat usia responden masyarakat ... 69

24. Aspek Sosial tingkat pendidikan dan lama tiinggal responden masyarakat ... 70

25. Aspek ekonomi pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan responden masyarakat ... 70

26. Tanggapan responden masyarakat mengenai jalan lingkungan ... 70

27. Tanggapan responden masyarakat mengenai jalan masuk... 71

28. Tanggapan responden masyarakat mengenai gangguan lingkungan ... 71

29. Tanggapan responden masyarakat mengenai jenis gangguan lingkungan . 71

30. Tingkat usia responden pemulung ... 72

31. Tingkat pendidikan responden pemulung ... 72

32. Lama tinggal responden pemulung ... 73

33. Tingkat penghasilan/pendapatan per bulan sebagai pemulung ... 73

34. Pekerjaan sambilan/sampingan responden pemulung ... 73

35. Tanggapan responden pemulung mengenai jalan lingkungan sekitar TPA 74

36. Tanggapan responden pemulung mengenai jalan masuk ke TPA ... 74

37. Tanggapan responden pemulung mengenai gangguan lingkungan ... 74

38. Tanggapan responden pemulung mengenai jenis gangguan lingkungan ... 75

39. Tingkat usia responden pemilik lapak... 75

40. Tingkat pendidikan responden pemilik lapak ... 76

41. Lama menetap/berusaha responden pemilik lapak ... 76

42. Tingkat penghasilan/pendapatan per bulan sebagai pemilik lapak ... 77

43. Tanggapan responden pemilik lapak mengenai kondisi sarana dan prasarana jalan lingkungan ke lokasi TPA ... 77

44. Tanggapan responden pemilik lapak mengenai adanya gangguan lingkungan dengan adanya TPA Sampah Bantar Gebang ... 77

45. Tanggapan responden pemilik lapak mengenai jenis gangguan lingkungan dengan adanya TPA Sampah Bantar Gebang. ... 78

46. Tingkat usia responden bandar... 78

47. Tingkat pendidikan responden bandar ... 79

48. Lama menetap/berusaha responden bandar ... 79

49. Tingkat penghasilan/pendapatan per bulan sebagai bandar ... 79

50. Tanggapan responden mengenai kondisi jalan lingkungan ke lokasi TPA 80

(18)

xvii

54. Hasil pengukuran kualitas air Sungai Ciketing pada titik hulu dan hilir TPA Sampah Bantar Gebang tahun 2009 ... 90 55. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Cikiwul untuk parameter fisika

tahun 2009 ... 91 56. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Ciketing Udik untuk parameter

fisika tahun 2009 ... 91 57. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Taman Rahayu untuk parameter

fisika tahun 2009 ... 91 58. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Sumur Batu untuk parameter

fisika tahun 2009 ... 92 59. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Cikiwul untuk parameter kimia

tahun 2009 ... 92 60. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Ciketing Udik untuk parameter

kimia tahun 2009 ... 93 61. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Taman Rahayu untuk parameter

kimia tahun 2009 ... 93 62. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Sumur Batu untuk parameter

kimia tahun 2009 ... 94 63. Hasil pengukuran kualitas air sumur di lokasi sekitar TPA Sampah

Bantar Gebang untuk parameter biologi tahun 2009 ... 96 64. Pengeluaran untuk pembelian air akibat penurunan kualitas air tanah di

TPA Sampah Bantar Gebang ... 98 65. Pengeluaran biaya untuk penyakit infeksi saluran pernafasan ... 99 66. Total biaya pengobatan per tahun sesuai dengan jenis penyakit di

Kelurahan Cikiwul, Ciketing Udik, Sumur Batu dan Taman Rahayu akibat Keberadaan TPA Bandar Gebang ... 100 67. Nilai kerugian karena tidak masuk kerja akibat sakit berkaitan dengan

keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang ... 102 68. Penurunan produksi pertanian ... 103 69. Estimasi emisi CH4 yang dihasilkan dari TPA Sampah Bantar Gebang ... 104

70. Pengeluaran untuk dampak bau yang busuk pada kawasan radius 1000 m dari TPA Sampah Bantar Gebang ... 105 71. Pengeluaran untuk dampak bau busuk pada kawasan dengan jarak

1000 m sampai dengan 2500 m dari TPA Sampah Bantar Gebang ... 106 72. Pengeluaran untuk dampak bau busuk pada kawasan dengan jarak

(19)

xviii

74. Penurunan nilai tanah dengan jarak 200m dari TPA Sampah Bantar

Gebang ... 108

75. Rincian perhitungan NPV dan pemulung, pekerja daur ulang, lapak dan bandar ... 110

76. Nilai keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang ... 111

77. Nilai Ekonomi Total TPA Sampah Bantar Gebang Tahun 1990 - 2009.... 111

78. Produk dan treatment Skenario 1 dan 2 pada Kombinasi 1 ... 122

79. Pendapatan yang diterima dari Tipping Fee Skenario 1 ... 123

80. Hasil penjualan energi listrik Skenario 1 ... 124

81. Pendapatan yang diterima dari pengolahan kompos Skenario 1 ... 127

82. Pendapatan yang diterima dari daur ulang material kertas Skenario 1 ... 128

83. Pendapatan yang diterima dari daur ulang material plastik Skenario 1 ... 129

84. Pendapatan yang diterima dari daur ulang material logam/metal Skenario 1... 130

85. Manfaat penjualan RDF dari sisa sampah kertas dan plastik dijadikan RDF Skenario 1 ... 131

86. Manfaat tidak langsung TPST Bantar Gebang Skenario 1 ... 132

87. Proyeksi konservasi sumberdaya material sampah dari daur ulang plastik tahun 2010-2025 Skenario 1 ... 134

88. Proyeksi konservasi sumberdaya material sampah dari daur ulang kertas tahun 2010-2025 Skenario 1 ... 135

89. Proyeksi konservasi sumberdaya material sampah dari daur ulang logam tahun 2010-2025 Skenario 1 ... 136

90. Total manfaat eksternalitas tahun 2010-2025 Skenario 1 ... 137

91. Biaya operasional TPST Bantar Gebang Skenario 1 Tahun 2010 ... 138

92. Biaya investasi dan operasional Skenario 1. ... 139

93. Jumlah sampah yang diolah dan yang dibuang ke landfill Skenario 1 ... 140

94. Biaya pengolahan sampah yang diolah dan yang dibuang ke landfill Skenario 1... 141

95. Pendapatan yang diterima dari Tipping Fee Skenario 2 ... 142

96. Hasil penjualan energi listrik Skenario 2 ... 144

97. Pendapatan yang diterima dari pengolahan kompos Skenario 2 ... 146

98. Pendapatan yang diterima dari daur ulang material kertas Skenario 2 ... 147

(20)

xix

Skenario 2... 149

101. Manfaat penjualan RDF dari sisa sampah kering kertas dan plastik tidak daur ulang skenario 2 ... 150

102. Manfaat tidak langsung TPST Bantar Gebang Skenario 2 ... 152

103. Proyeksi konservasi sumber daya alam dari daur ulang plastik tahun 2010-2025 Skenario 2 ... 153

104. Proyeksi konservasi sumber daya alam dari daur ulang kertas tahun 2010-2025 Skenario 2 ... 154

105. Proyeksi konservasi sumber daya alam dari daur ulang logam tahun 2010-2025 Skenario 2 ... 155

106. Total manfaat eksternalitas tahun 2010-2025 Skenario 2 ... 156

107. Biaya operasional TPST Bantar Gebang Skenario 2 Tahun 2010 ... 157

108. Biaya investasi dan operasional Skenario 2 ... 157

109. Jumlah sampah yang diolah dan yang dibuang ke landfill Skenario 2 .... 160

110. Biaya pengolahan sampah yang diolah dan yang dibuang ke landfill Skenario 2... 161

111. Nilai manfaat TPST Bantar Gebang Skenario 1 tahun 2010 sampai 2025 ... 161

112. Nilai biaya TPST Bantar Gebang Skenario1 tahun 2010 sampai dengan tahun 2025 ... 162

113. Nilai manfaat TPST Bantar Gebang Skenario 2 tahun 2010 sampai dengan tahun 2025 ... 162

114. Nilai biaya TPST Bantar Gebang Skenario 2 tahun 2010 sampai dengan tahun 2025 ... 163

115. Rekapitulasi nilai ekonomi Existing, Skenario 1 dan 2 TPST Bantar Gebang ... 163

(21)

xx

Halaman

1. Kerangka pemikiran pendekatan penelitian. ... 4

2. Analisis nilai ekonomi dampak pengelolaan TPA sampah (modifikasi) ... 23

3. Langkah-langkah pada analisis manfaat dan biaya (Dixon dan Hufschmidth, 1986) ... 27

4. Tingkat Inflasi Tahun 1988 - 2007... 30

5. Suku bunga Bank Indonesia jangka waktu 1 bulan, tahun 2000-2008 ... 31

6. Suku bunga Bank Indonesia jangka waktu 3 bulan, tahun 2000-2008 ... 31

7. Teknis operasional pengelolaan persampahan perkotaan (Tchobanoglous et al., 1977). ... 32

8. Diagram alur daur ulang sampah terpadu berbasis zero waste (Kholil, 2005) ... 36

9. Lokasi penelitian ... 43

10. Hirarki pemiilihan alternatif pengolahan sampah dalam IPST ... 55

11. Potensi bahaya TPA terhadap jarak ... 88

12. Pembagian zona di sekitar TPA lama tanpa penyangga ... 89

13. Kecenderungan jumlah penderita sakit berdasarkan jenis penyakit... 101

14. Perkembangan jumlah pemulung dan pekerja daur ulang di TPA Sampah Bantar Gebang ... 109

15. Perkembangan jumlah jumlah lapak dan bandar di TPA Sampah Bantar Gebang ... 109

16. Aspek yang dipertimbangkan dalam menentukan teknologi pengolahan sampah terpadu ... 114

17. Kriteria yang dipertimbangkan dalam aspek lingkungan... 114

18. Kriteria yang dipertimbangkan dalam aspek sosial . ... 115

19. Kriteria yang dipertimbangkan dalam aspek teknis. ... 115

20. Kriteria yang dipertimbangkan dalam aspek ekonomi... 116

21. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 1 dan kombinasi 2 berdasarkan setiap aspek ... 117

22. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 1 dan kombinasi 3 berdasarkan setiap aspek ... 117

(22)

xxi

25. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 2 dan kombinasi 3

berdasarkan setiap aspek. ... 119 26. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 2 dan kombinasi 4

berdasarkan setiap aspek. ... 119 27. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 2 dan kombinasi 5

berdasarkan setiap aspek. ... 120 28. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 3 dan kombinasi 4

berdasarkan setiap aspek. ... 120 29. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 3 dan kombinasi 5

berdasarkan setiap aspek. ... 121 30. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 4 dan kombinasi 1

(23)

xxii

Halaman 1. Peta titik pengambilan sampel penyebaran bau dari TPA Sampah

Bantar Gebang . ... 177 2. Tabel Proyeksi Pendapatan TPST Bantar Gebang Skenario 1 Tahun 2010

sampai Tahun 2025) ... 178 3. Tabel Proyeksi Pendapatan TPST Bantar Gebang Skenario 2 Tahun 2010

(24)

\

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Bantar Gebang mempunyai areal seluas 108 ha. Luas areal kerja efektif kurang lebih 69 ha yang dibagi dalam lima zona, masing-masing zona dikelilingi dengan jalan kerja yang kondisinya cukup baik. Setiap zona tersebut dibagi menjadi beberapa bagian sub-zona. Pada saat penelitian sebagian besar areal kerja telah terisi sampah. Berdasarkan hasil pemantauan PPMSL-UI dan Unisma Bekasi, ketinggian sampah di tiap zona pada tahun 2002 berkisar antara 4,58 m sampai 10,77 m. Ketinggian sampah yang direncanakan adalah 25 meter, dengan mengacu disain ketinggian sampah tersebut dan hasil penelitian memperkirakan bahwa seluruh zona TPA Sampah Bantar Gebang masih dapat dioperasikan dengan umur teknis 42 bulan atau sampai tahun 2006 berdasarkan Master Plan JICA Tahun 1987 (JICA, 2001), namun hingga saat penelitian berlangsung TPA Sampah Bantar Gebang masih dimanfaatkan. .

TPA Sampah Bantar Gebang telah beroperasi sekitar 21 tahun yaitu sejak tahun 1989 sampai sekarang. Berdasarkan rencana Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya Tahun 1987, TPA Sampah Bantar Gebang akan beroperasi 20 tahun dengan metode pembuangan sampah secara sanitary landfill. Berdasarkan rencana tersebut umur teknis tempat pembuangan sampah ini telah dilewati. TPA Sampah Bantar Gebang sejak beroperasi sampai sekarang melayani buangan sampah dari Kota Jakarta dan Kota Bekasi.

Dampak langsung atau dampak primer merupakan dampak yang timbul sebagai akibat dari tujuan utama kegiatan, baik berupa biaya ataupun manfaat. Dampak langsung ataupun tidak langsung yang terjadi di lingkungan TPA Sampah Bantar Gebang adalah dampak ekonomi, dampak sosial dan dampak lingkungan. Dampak kerusakan lingkungan dihitung dan dikonversi berdasarkan nilai kerugian kesehatan manusia yang diderita dalam jangka waktu tertentu. Nilai ini dihitung berdasarkan biaya pengobatan yang dibutuhkan serta turunnya produktifitas masyarakat akibat gangguan kesehatan yang diterima.

(25)

adanya aktivitas pemulung sampah yang membangun gubuk-gubuk dan menumpuk sampah di sekitar tempat permukiman mereka dan di sepanjang jalan masuk TPA Sampah Bantar Gebang.

Pengelolaan persampahan yang terjadi di TPA Sampah Bantar Gebang melibatkan masyarakat, pemerintah, dan pelaku usaha (produsen, penjual, pedagang dan jasa). Pengelolaan sampah di masyarakat masih bermasalah karena rendahnya peran dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan sampah. Dari sisi pemerintah, permasalahan terjadi karena kurangnya sarana, prasarana, sumberdaya manusia dan keterbatasan dana, serta masih kurangnya dukungan pemerintah terhadap upaya komunitas masyarakat yang telah berhasil dalam pengelolaan sampah. Dukungan penghargaan, dukungan pendanaan, teknis, manajemen, maupun bentuk dukungan lainnya, seperti adanya sistem insentif dan disinsentif bagi pelaku usaha belum diberikan oleh pemerintah. Pelaku usaha masih menggunakan bahan produksi maupun produk dan kemasan yang tidak ramah lingkungan, dan masih rendahnya pelaku usaha yang memanfaatkan sampah sebagai bahan baku serta sumber energi.

Rendahnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah dan tidak aktifnya pelaku usaha untuk memanfaatkan dan mengelola sampah menyebabkan perlunya tempat pembuangan akhir sampah. TPA Sampah Bantar Gebang yang tidak sesuai dengan spesifikasi teknis dapat menimbulkan berbagai dampak baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Di TPA Sampah Bantar Gebang terdapat + 4500 orang pemulung, + 300 orang lapak dan + 45 orang bandar (Dinas Kebersihan DKI, 2005).

Pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang yang melibatkan banyak aktor tersebut perlu diketahui seberapa besar manfaat dan biaya dari keberadaan tempat pembuangan akhir sampah Bantar Gebang. Adanya manfaat dan biaya pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang memerlukan kebijakan yang komprehensif dan memperhatikan masa yang akan datang.

1.2. Ruang Lingkup Penelitian

Lingkup wilayah atau lokasi penelitian adalah TPA Sampah Bantar Gebang. Sampah yang diteliti adalah sampah berasal dari Kota Jakarta, baik sampah yang dapat didaur ulang (recycleable) maupun sampah yang dapat dijadikan kompos (compostable).

(26)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian Valuasi Ekonomi Pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang untuk menentukan Kebijakan di Masa Depan adalah:

5. Mengulas implementasi kebijakan pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang.

6. Mengidentifikasi dampak-dampak yang terjadi pada Pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang.

7. Menghitung eksternalitas Pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang.

8. Menghitung Nilai Ekonomi Total Pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang. 9. Merumuskan kebijakan dan strategi Pengelolaan TPA Sampah yang terpadu.

1.4. Kerangka Pemikiran

Keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang dianggap merupakan masalah dan manfaat bagi masyarakat di sekitarnya. Dampak langsung ataupun tidak langsung yang terjadi di lingkungan TPA Sampah Bantar Gebang adalah dampak ekonomi, dampak sosial dan dampak lingkungan. Pencemaran air dan udara merupakan masalah yang menjadi dampak negatif dari kegiatan pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang. Dampak kerusakan lingkungan dihitung dan dikonversi berdasarkan nilai kerugian ketidaknyamanan lingkungan, kesehatan dan penurunan nilai properti. Dampak positif dari keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang adalah sampah yang ada sebagian dapat didaur ulang sehingga kegiatan tersebut merupakan peluang usaha dan kerja masyarakat.

(27)

Berdasarkan hukum biaya dan manfaat (a benefit–cost rule), keputusan untuk mengembangkan suatu aset lingkungan hidup wajib memberikan manfaat bersih lebih besar dari manfaat bersih konservasi, dengan demikian manfaat konservasi diukur dengan NET dari aset lingkungan hidup yang diinterpretasikan sebagai NET dari perubahan kualitas lingkungan hidup (PSSAL, 2005). Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka pemikiran pendekatan penelitian

Negatif

Eksternalitas Negatif Eksternalitas Positif

Valuasi ekonomi (Penilaian Biaya dan Manfaat) Positif

Dampak

fisik-kimia,ekonomi, sosial dan budaya

Nilai Ekonomi Biaya Nilai Ekonomi Manfaat

Nilai Ekonomi Total

(28)

1.5. Perumusan Masalah

Keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang yang melibatkan banyak aktor memerlukan adanya kebijakan yang komprensif yang memperhatikan dampak fisik, kimia, biologi, ekonomi, sosial dan budaya. Dampak yang timbul dari fisik dan kimia diantaranya adalah pencemaran air, udara berupa bau, dan emisi gas rumah kaca. Sampah menimbulkan bau tidak sedap, baik pada lokasi TPA maupun daerah sekitarnya dan jalur yang dilewati. Dampak bau bukan bersifat sementara, melainkan selama TPA Sampah Bantar Gebang masih berfungsi dan kegiatan masih berlangsung, maka bau tidak sedap akan terjadi. Secara nyata, kegiatan TPA sampah Bantar Gebang akan berdampak terhadap kualitas udara, khususnya bau, dan meningkatnya kadar SO2 dan NH2 di udara secara permanen selama kegiatan proyek

berlangsung. Secara otomatis, dengan tercemarnya udara, maka kesehatan lingkungan penduduk di sekitar TPA Sampah Bantar Gebang akan terganggu, terutama penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas). Dampak tidak langsung dari adanya timbunan sampah adalah menurunnya nilai harga tanah disekitar TPA Sampah Bantar Gebang .

Dampak yang timbul dari ekonomi diantaranya adalah berkembangnya usaha daur ulang sampah. Dampak yang timbul dari sosial budaya diantaranya adalah terjadinya perebutan lahan (konflik), kebiasaan hidup tidak sehat (kumuh), dan terjadinya interaksi budaya antar pemulung yang berlatar belakang budaya berbeda.

Dampak-dampak tersebut perlu dilakukan pengkajian dari berbagai pendekatan. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kelembagaan dan pendekatan valuasi ekonomi. Pendekatan kelembagaan memperhatikan kebijakan-kebijakan yang digunakan untuk mendirikan TPA Sampah Bantar Gebang dan kebijakan-kebijakan yang digunakan untuk mengelola TPA Sampah Bantar Gebang sampai penelitian ini dilakukan. Pendekatan valuasi ekonomi digunakan untuk melihat dampak positif maupun negatif yang diekonomikan.

Penelitian-penelitian terdahulu umumnya melihat dari aspek fisik kimia diantaranya adalah Anwar (2007), melakukan percobaan penelitian untuk mengolah sampah: Biodegradable, yang difermentasi secara anaerobik menghasilkan 90% pembentukan gas metana dalam masa produksi 35 hari. Gani (2007) menyatakan sampah yang lama terurai dapat diolah menghasilkan arang dan asap Cair dengan teknologi pirolisis. Sedangkan untuk sampah yang mudah terurai menggunakan decomposer, secara aerobik menghasilkan kompos dalam waktu antara 20-30 hari.

(29)

yang ditelaah berada diatas baku mutu lingkungan seperti kesadahan Ca, BOD, COD, nitrut, nitrat, koliform dan E Coli. Secara keseluruhan telah terjadi peningkatan pencemaran di perairan sekitar TPA Sampah BantarGebang dikarenakan pengelolaan yang tidak efisien terkait dengan penutupan sampah. Kondisi ini akan mempengaruhi biaya eksternal yang akan bertambah besar bila inefisiensi semakin meningkat.

Royadi (2006), menggunakan analisis AHP dengan empat tingkat struktur hirarkir yaitu fokus, aktor (pemerintah, swasta, dan masyarakat), kriteria (fisik kimia, mikrobiologi, dan sosial ekonomi dan kesehatan) dan alternatif kebijakan, menyatakan faktor dominan dalam pemanfaatan TPA Sampah pascaoperasi adalah keterlibatan swasta, negara donor dan teknologi. Sedangkan Saraswati (2007) menyatakan faktor utama yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan pengelolaan sampah adalah sosialisasi untuk pemahaman 3R, juga diperlukan adanya peraturan tentang sistem insentif dan disinsentif dalam pelaksanaan 3R dan pemasaran untuk kompos dan produk daur ulang, dan Saribanon (2007) menyebutkan diperlukan penyebarluasan informasi mengenai pengelolaan sampah, membentuk forum komunikasi antar lembaga lokal dan menggandeng kemitraan dengan pihak swasta.

Penelitian yang telah dilakukan tersebut belum pernah membahas valuasi ekonomi TPA Sampah Bantar Gebang, oleh karena itu penelitian Valuasi Ekonomi TPA Sampah Bantar Gebang diperlukan. Permasalahan-permasalahan yang timbul dari adanya pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang adalah:

1. Kebijakan pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang belum berjalan dengan baik. 2. Pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang mempunyai dampak fisik kimia dan ekonomi

yang bersifat negatif maupun positif.

3. Pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang meningkatkan biaya eksternalitas. 4. Pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang kurang bermanfaat secara ekonomi.

5. Pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang tidak sesuai dengan peraturan dan kebijakan yang telah ditetapkan.

1.6. Manfaat Penelitian

1. Besaran manfaat dan biaya nilai ekonomi lingkungan TPA Sampah Bantar Gebang dapat dijadikan koreksi terhadap biaya pengelolaan sampah dan retribusi sampah yang dibebankan kepada masyarakat pengguna jasa.

(30)

3. Bagi ilmu pengetahuan dan teknologi, hasil penelitian dapat dilanjutkan sebagai bahan acuan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama.

1.7. Kebaruan Penelitian (Novelty)

1. Valuasi ekonomi dan kebijakan pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang secara terpadu.

2. Perhitungan ekonomi TPA Sampah Bantar Gebang tidak lagi menjadi cost center, akan tetapi telah berubah menjadi profit center.

(31)
(32)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dampak Tempat Pembuangan Akhir Sampah

Penentuan dampak dari TPA Sampah perlu memperhitungkan pencemaran lingkungan yang menyebabkan timbulnya pengaruh yang berbahaya terhadap lingkungan, karena adanya perubahan yang bersifat fisik, kimiawi dan biologis (Supardi, 1994). Pencemaran lingkungan meliputi derajat pencemaran, waktu tercemarnya dan lamanya kontak antara bahan pencemaran dan lingkungan (Royadi, 2006).

Pencemaran air yang berasal dari TPA Sampah merupakan rembesan dari timbunan limbah dan sumber kontaminan potensial bagi air permukaan, air tanah dangkal, maupun air tanah dalam. Eugene (1987) mengemukakan bahwa lindi tergantung dari sifat lindi, jarak aliran dengan air tanah dan sifat-sifat tanah yang dilaluinya. Oleh sebab itu untuk menghindari pencemaran oleh lindi, sumber air sumur dangkal terletak jauh dari lokasi sanitary landfill. Pencemaran air dapat mengganggu tujuan penggunaan air dan akan menyebabkan bahaya bagi manusia melalui keracunan atau sumber penyebab penyakit. Pendapat (Vasu,K. 1998), nitrat merupakan pencemar utama yang dapat mencapai air tanah dangkal maupun air tanah dalam yang diakibatkan oleh aktivitas manusia dari penempatan sampah. Bakteri pathogen yang biasanya disebarkan melalui air adalah bakteri amuba disentri, kolera dan tipus. Jumlah bakteri dalam air umumnya sedikit dibandingkan dengan bakteri coliform. Jenis bakteri coliform sebagai indikator pencemar fecal (tinja).

Menurut Slamet (2007), Pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi efek yang langsung dan tidak langsung. Efek langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak yang langsung dengan sampah tersebut. Pengaruh tidak langsung dapat dirasakan masyarakat akibat proses pembusukan, pembakaran dan pembuangan sampah. Efek tidak langsung lainnya berupa penyakit bawaan vektor yang berkembang biak didalam sampah.

(33)

pencemaran oleh karbon monoksida (CO), apabila terhisap ke dalam paru-paru akan ikut peredaran darah akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh manusia. Dampak pencemaran nitrogen oksida (NO), pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan gangguan pada sistem syaraf yang mengakibatkan kejang-kejang, pada tanaman menyebabkan kerusakan pada jaringan daun. Dampak pencemaran udara oleh belerang oksida (SO) dapat menyebabkan gangguan pada sistim pernapasannya (Slamet, 2007).

Pengaruh dampak limbah padat lainnya adalah terhadap kesehatan lingkungan, dapat terjadi melalui pengaruh langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung terjadi akibat kontak langsung dengan sampah, dimana sampah bersifat racun, korosif terhadap tubuh, karsiogenik, teratogenik dan ada juga yang mengandung kuman patogen yang langsung dapat menularkan penyakit (Slamet, 2007). Pengaruh tidak langsung dapat dirasakan oleh manusia terutama akibat pembusukan, pembakaran dan pembuangan sampah.

Dampak besarnya timbunan sampah yang tidak ditangani dapat menyebabkan berbagai permasalahan, betapa besarnya timbulan sampah yang dihasilkan, data beberapa kota besar di Indonesia dapat menjadi rujukan. Kota

Jakarta setiap hari menghasilkan timbulan sampah sebesar 6,2 ribu ton, Kota

Bandung sebesar 2,1 ribu ton, Kota Surabaya sebesar 1,7 ribu ton, dan Kota

Makassar 0,8 ribu ton. Jumlah tersebut membutuhkan upaya yang tidak sedikit

dalam penanganannya. Berdasarkan data tersebut diperkirakan kebutuhan lahan

untuk TPA di Indonesia pada tahun 1995 yaitu seluas 675 ha, dan meningkat

menjadi 1.610 ha pada tahun 2020. Kondisi ini akan menjadi masalah besar

dengan memperhatikan semakin terbatasnya lahan kosong khususnya di perkotaan

(Mungkasa, 2004).

(34)

dapat tertampung dan peningkatan pendapatan dalam pemanfaatan sampah (daur ulang dan kompos).

Pencemaran lingkungan dari masuknya bermacam-macam makhluk hidup, bahan-bahan, zat-zat pada suatu lingkungan yang menyebabkan timbulnya pengaruh yang berbahaya terhadap lingkungan tersebut, karena adanya perubahan yang bersifat fisik, kimiawi, maupun biologis (Supardi, 1994). Tiap pencemaran lingkungan mempunyai derajat pencemaran atau tahap pencemaran yang berbeda. Perbedaan tersebut didasarkan pada konsentrasi zat pencemar, waktu tercemarnya, lamanya kontak antara bahan pencemar dengan lingkungan. Salah satu contoh peristiwa pencemaran lingkungan adalah pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh zat pencemar yang berasal dari timbunan sampah. Menurut Sinabutar (2005) di wilayah perkotaan, pencemaran lingkungan dapat disebabkan oleh zat pencemar yang berasal dari sampah permukiman, pasar dan perkantoran. Kasus pencemaran lingkungan merupakan suatu kasus yang sukar dilihat oleh mata. Misalnya melalui pembusukan sampah oleh bakteri metana dihasilkan gas metana (CH4) yang beracun dan dapat terbakar. Dalam reaksi degradasi anaerob

bahan organik oleh bakteri metan dihasilkan gas (CH4). Gas metana berpengaruh

dampak adanya perubahan iklim akibat kenaikan temperatur bumi atau pemanasan global. Sampah mempunyai kontribusi untuk emisi gas rumah kaca yaitu gas metana (CH4), diperkirakan 1 ton sampah padat menghasilkan 50 kg gas metana. Sampah kota perlu dikelola secara benar, agar laju perubahan iklim bisa diperlambat (KLH, 2007)

Menurut Tchobanoglous et al. (1977), perolehan gas nitrogen (N2), karbon

dioksida (CO2), dan (CH4), tergantung dari banyaknya komponen organik pada

lahan urug, zat hara yang tersedia, kadar air pada sampah, tingkat kepadatan sampah pada kondisi awal, waktu penimbunan, dan lain-lain. Secara umum perolehan gas N2, CO2 dan CH4 pada lahan urug dapat dihitung dengan

melakukan perkalian antara volume sampah pada lahan urug dengan nilai persen masing-masing gas menurut lamanya sampah telah tertimbun menurut Popov et al. (1998), CO2 terjadi secara mencolok pada bulan ke 3-12 dan CH4 terjadi secara

(35)

Menurut Sinabutar (2005), gas rumah kaca yang merusak lapisan ozon dan penyebab naiknya suhu permukaan bumi adalah CO2, CH4, N2O, NFCs, PFCs dan

SF dengan komposisi gas CO2 = 50%, CH4= 19% dan NO2= 4%. Berdasarkan

penelitian Sinabutar (2005) dari 9 kali pengujian sampel gas yang telah dilakukan diperoleh kadar gas metana (CH4) adalah: (18,80; 37,70; 27,17; 7,40; 68,93;

40,92; 39,59; 67,55; 57,72)%. Kadar CH4 rata-rata adalah 47,58%.

Menurut Sinabutar (2005) kadar gas CH4 dari lahan urug yang layak

dimanfaatkan sebagai sumber gas untuk tenaga listrik pada kisaran 40-60%, CH4

yang diperoleh dari lahan urug TPA Sampah Bantar Gebang dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya listrik (pembangkit listrik) yang potensial.

Plastik merupakan polimer dengan rantai hidrokarbon yang sangat panjang. Oleh sebab itu ikatan polimer tidak dapat terfraksinasi secara alami, cara fraksinasi dengan proses pirolisis. Pirolisis sampah plastik adalah penguraian suatu bahan yang mudah menguap, dengan pemanasan. Pada umumnya bahan-bahan yang diuraikan adalah bahan-bahan organik. Proses pirolisis dilakukan pada suhu tinggi tanpa oksigen. Pada proses pirolisis diklasifikasikan dalam dua jenis berdasarkan suhu operasi, yaitu pirolisis pada suhu rendah (< 700oC) sedangkan pada proses pirolisis pada suhu tinggi menghasilkan reaksi volatile yang kaya akan hidrogen dan solid residu yang kaya akan karbon (Samuel dan Lando, 1974).

2.2. Eksternalitas Tempat Pembuangan Akhir Sampah

Eksternalitas adalah biaya dan manfaat yang ditimbulkan oleh pengelola TPA. Pada umumnya tidak diperhitungkan oleh “private agent” terhadap sampah.

(36)

pihak lain. Eksternalitas dapat bersifat menguntungkan (positive externalities) atau bersifat merugikan (negative externalities).

2.2.1. Eksternalitas Negatif Pembuangan Sampah.

Setiap kemungkinan pilihan pembuangan sampah (antara lain landfill, insinerasi dengan atau tanpa pemulihan energi, pengomposan, pengolahan kimia) membawa eksternalitas. Prakiraan dampak negatif misal ketidaknyamanan (kebisingan, bau, kabut debu) diakibatkan lokasi TPA. Menurut Studi ANDAL Lokasi Pembuangan Akhir Sampah Bantar Gebang (Biro BKLH DKI Jakarta, 1989) diantaranya adalah:

1. Pencemaran udara menyebabkan penurunan kualitas udara. 2. Peningkatan kebisingan.

3. Pencemaran air menyebabkan penurunan kualitas air permukaan, 4. Penurunan kualitas air tanah.

5. Penurunan komponen biologi, meliputi jumlah tanaman keras, jumlah individu, serta keanekaragaman plankton.

6. Penurunan tingkat kesehatan masyarakat di sekitar lokasi TPA Sampah Bantar Gebang.

7. Peningkatan kepadatan lalu lintas dan kemacetan karena pengangkutan sampah ke TPA Sampah Bantar Gebang.

8. Timbulnya keresahan dan konflik sosial terutama antara masyarakat dengan pemulung.

9. Peningkatan peluang terjadinya kecelakaan kerja akibat adanya aktivitas pemulung di TPA Sampah Bantar Gebang.

10. Berkurangnya nilai estetika akibat pemulung membangun gubuk-gubuk dan menumpuk sampah hasil daur ulang di sekitar tempat permukiman mereka dan di sepanjang jalan masuk TPA Sampah Bantar Gebang.

Pemulihan energi (energy recovery) seperti penangkapan gas CH4 pada

(37)

menurut Turner (2000) adalah: komposisi sampah, Luas TPA, karakteriktik fisik lokasi TPA, umur TPA, tata ruang (spatial) TPA dan teknik operasi TPA.

Lokasi TPA Sampah Bantar Gebang yang dekat permukiman menimbulkan biaya ekternalitas antara lain penurunan kualitas air, kualitas udara (misal kebisingan, bau, kabut debu), timbulnya keresahan dan konflik sosial terutama antara masyarakat dengan pemulung, berkurangnya nilai estetika akibat pemulung membangun gubuk-gubuk dan menumpuk sampah hasil daur ulang di sekitar tempat permukiman mereka dan di sepanjang jalan masuk TPA Sampah Bantar Gebang serta penurunan tingkat kesehatan. Slamet (2007), menyatakan bahwa kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efisien, tidak benar, menimbulkan permasalahan pencemaran (udara, tanah, air), menimbulkan turunnya harga tanah (karena daerah yang turun kadar estetikanya), bau dan memperbanyak populasi lalat dan tikus.

Berdasarkan Nengsih (2002) dalam KLH (2007) untuk 1 juta ton sampah menghasilkan emisi sebesar 0,005 juta ton CH4.Biaya sosial karbon dioksida adalah harga kerusakan dari perubahan iklim agregat di seluruh dunia. Biaya ini diperkirakan sebesar US $ 12 per ton CO2 untuk tahun 2005 dan diperkirakan

meningkat dari waktu ke waktu menurut IPCC (2007) dalam UNEP (2009)

(38)

negatif lainnya adalah penurunan nilai properti/harga tanah, dan social cost

(terjadinya konflik sosial dan menurunnya nilai estetika atau ketidak-nyamanan) dan biaya pengobatan. Besarnya biaya sosial diperkirakan dengan terlebih dahulu pengumpulan data primer, kemudian dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif (DPLH, Kota Bekasi, 2008).

2.2.2. Eksternalitas Positif Pembuangan Sampah

Eksternalitas yang bersifat menguntungkan dengan keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang adalah memberikan peluang kesempatan kerja dalam memanfaatkan sampah dan pemanfaatan sampah organik. Perkiraan biaya eksternalitas positif berupa manfaat yang diperoleh masyarakat sejak keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang dimasukkan kedalam identifikasi manfaat/penilaian manfaat.

Identifikasi manfaat suatu proyek didasarkan pada pendekatan eksternalitas positif/social benefit, yang diperoleh dari para pelaku (pemulung, lapak, bandar) yang memanfaatkan sampah menjadi barang ekonomi. Eksternalitas positif yang diperoleh dari para pelaku yang memanfaatkan sampah adalah melalui jumlah penerimaan upah para pekerja sebagai pemulung, lapak maupun bandar. Metoda yang digunakan untuk mengukur nilai tersebut adalah replacement cost atau biaya pengganti. Eksternalitas positif lainnya adalah menghitung besarnya nilai manfaat gas CH4. apabila digunakan sebagai energi (Turner, 2000).

Penelitian Matahelumual (2007), mengenai sifat-sifat fisika, kimia, biologi delapan percontohan air di kecamatan Bantar Gebang tahun 2002 menunjukkan bahwa percontohan air tersebut tidak memenuhi persyaratan air minum berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan No. 416 tahun 1990. Hasil ini sesuai dengan penilaian sistem STORET yang menyimpulkan bahwa mutu air tersebut tergolong buruk.

(39)

operasi 10 tahun. Pekerja informal yang terserap pada sektor persampahan sebanyak 1200 sampai 2000 orang selain itu ada pihak swasta yang bergerak di bidang tersebut yaitu UDAU. Pendapatan pelaku pengumpulan barang bekas per-tahun sebesar Rp 293.232.000, sedangkan biaya pengeluaran pelaku pengumpulan barang bekas per-tahun sebesar Rp 98.496.000. Retribusi yang diperoleh sebesar Rp 320.300.000 per-tahun. Nilai manfaat dengan nilai tambah jalan diperoleh Rp 318.750.000. Nilai asset TPA Piyungan Rp 4.562.390.000, biaya investasi untuk pembangunan TPA Piyungan Rp 3.637.000.000 dan biaya operasional TPA Piyungan per-tahun Rp 153.922.000. Analisis biaya dan manfaat implikasi dari pembangunan TPA memberikan nilai NFV sebesar Rp 2.564.907.555 dan nilai NET/BCR sebesar 1,054. Hal ini menunjukkan pembangunan TPA Piyungan layak dilaksanakan. Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pemerintah Kota Bekasi, (2008).

Mengukur dampak fisik, biologi dan ekonomi TPA Sampah Bantar Gebang dampak kualitas air tanah digunakan pendekatan perubahan perilaku konsumsi air rumah tangga. Dari hasil survey diketahui bahwa kualitas air tanah di wilayah ring I tidak layak untuk air minum dan mandi sedangkan kawasan ring II dan ring III tidak layak untuk air bersih. Dengan menggunakan pendekatan kebutuhan air untuk mandi sebanyak 80 liter/hari dan kebutuhan air untuk minum sebesar 5 liter/hari dengan harga air dorongan Rp 75 per-liter/orang/hari. Penduduk kawasan ring I sebanyak 4.240 jiwa mengeluarkan uang untuk membeli air sebesar Rp 9.865.950.000. Sedangkan penduduk kawasan ring II sebanyak 13.246 jiwa dan penduduk kawasan ring III sebanyak 26.668 jiwa membayar Rp 5.463.228.750 untuk membeli air.

Dari hasil survey diketahui bahwa rata-rata pengeluaran untuk biaya sakit saluran pernafasan penduduk kelurahan/desa sekitar TPA sebesar Rp 1.394.004,88 seperti yang terlihat pada Tabel 1.

(40)

TPA Sampah Bantar Gebang disebabkan sampah di TPA dan 25% disebabkan faktor lain. Biaya rata-rata kunjungan pasien yang berobat untuk jenis penyakit umum dan mata sebesar Rp 50.000, dan untuk jenis penyakit anak, kulit dan paru diperlukan biaya sebesar Rp 75.000. Dari asumsi tersebut jumlah pengeluaran untuk biaya pengobatan yang ditanggung adalah Rp1.816.149 seperti disajikan pada Tabel 2.

Tabel 1. Pengeluaran biaya untuk penyakit saluran pernafasan

Desa Jumlah Penderita

Sumber : Bekasi Dalam Angka Tahun 2006

Tabel 2. Pengeluaran untuk biaya pengobatan menurut jenis penyakit

Jenis Penyakit 2002 2003 2004 2005 2006 Umum 233.436.375 160.170 330.415 161.125 211.912 Kulit & Paru 247.266.000 159.319 258.199 274.872 291.641 Mata 203.233.500 191.178 232.282 259.835 279.799 Anak 899.353.125 1.056.267 1.110.453 1.178.072 1.032.797 Jumlah 1.583.289.000 1.566.934 1.931.349 1.873.904 1.816.149

Sumber : Bekasi Dalam Angka Tahun 2006

Nilai kerugian karena tidak masuk kerja akibat sakit terkait dengan TPA Sampah Bantar Gebang adalah sebesar Rp 577.640 dengan menggunakan asumsi : jumlah penduduk yang sakit 1.125 jiwa, rata-rata tidak kerja karena sakit sebanyak 7 hari dan upah kerja Rp 20.000 per-hari pada tahun 2007.

(41)

Tabel 3. Rekapitulasi nilai ekonomi total tahun 2007

No. Jenis Dampak Nilai Ekonomi (Rp Milyar/Tahun) Perkiraan Rendah Perkiraan Tinggi 1 Menanggulani turunnya kualitas air 10,58 15,33 2 Pengobatan sakit karena kualitas air 1,58 1,81 3 Penurunan penghasilan absen kerja 0,58 0,58 4 Penurunan produksi pertanian 1,32 1,32 5 Penurunan kualitas udara/pengobatan 1,39 1,39

Jumlah 15,45 20,43

Sumber : (DPLH Kota Bekasi, 2008)

Fakta yang terjadi adalah kompensasi (tipping fee) yang diberikan oleh Pemda DKI Jakarta untuk Pemkot Bekasi sebesar 4.500 ton/hari x Rp 6.070 x 30 hari x 12 bulan = Rp 9,8 milyar per-tahun (DPLH Kota Bekasi, 2008).

Masyarakat di sekitar TPA Sampah Bantar Gebang setiap 3 bulan sekali menerima dana kompensasi sebesar Rp 200.000 dalam bentuk uang tunai dan Rp 100,000 dialokasikan melalui Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) untuk pembangunan fisik (DPLH Kota Bekasi, 2008).

2.2.3. Perhitungan konversi ekonomi

Untuk perhitungan menggunakan persamaan linier sederhana (DEFRA, 2004) yaitu :

WTAa = WTAb x (PPP GNI per capita a / PPP GNI per kapita a) dimana,

WTAa = WTA negara a

WTAb = WTA negara b

PPP GNI per kapita a = PPP GNI per kapita negara a PPP GNI per kapita b = PPP GNI per kapita negara b

(42)

dasar perkiraan nilai WTA untuk sesuai waktu yang akan ditentukan (lihat Eisworth dan Shaw 1997; Kesehatan Kanada, Research Triangle Institute dan USEPA, 2002).

WTAni = WTAn1 x (CPIni/CPIn1)

dimana,

WTAni = WTA pada tahun berdasarkan data yang ada

WTAn1 = WTA pada tahun yang dikonversikan

CPIni = CPI pada tahun berdasarkan data yang ada

CPIn1 = CPI pada tahun yang dikonversikan

2.3. Valuasi Ekonomi

Valuasi Ekonomi menurut PSSAL (2005) adalah ilmu tentang pembuatan pilihan-pilihan (making choices). Dalam pembuatan pilihan-pilihan dari alternatif yang dihadapkan kepada pilihan tentang lingkungan hidup lebih kompleks, dibandingkan dengan pembuatan pilihan dalam konteks barang-barang privat murni (purely private goods). Oleh karena itu, prinsip dasar pada valuasi ekonomi adalah perkiraan harga yang didasari pada kemampuan masyarakat membayar (WTP) yang diberikan kepada jasa lingkungan atau kemauan menerima kompensasi untuk suatu gangguan/penurunan kualitas lingkungan (WTA). Dalam konteks lingkungan hidup, yang harus dibandingkan adalah satu barang dengan harga (priced good, private good), dan satu barang tanpa harga (unpriced good, public good).

Tujuan utama dari valuasi ekonomi barang-barang dan jasa lingkungan (environmental goods and services) adalah untuk dapat menempatkan lingkungan supaya dikenal sebagai bagian/komponen integral dari setiap sistem ekonomi. Dengan demikian valuasi lingkungan harus merupakan suatu bagian integral dari prioritas sektoral, dalam mendeterminasi keseimbangan antara konservasi dan pembangunan, dan dalam memilih standard lingkungan. DEFRA, (2004).

(43)

Economic Valuation dilakukan karena: (1) Karakteristik/sifat-sifat khas yang melekat (peculiarities) dari SDA, (2) Sifat tidak terpisahkan (interdependency), (3) Sifat Keterpulihan (renewability) dan (4) Sifat dampak eksternal (externality) (Fauzi, 2004)

Menurut PSSAL (2005) dalam valuasi ekonomi dikenal Nilai Ekonomi Total (NET) yaitu nilai ekonomi dari aset lingkungan hidup yang dapat dipecah-pecah ke dalam suatu set bagian komponen. Sebagai ilustrasi dalam kontek penentuan alternatif penggunaan lahan dari hutan mangrove. Berdasarkan hukum biaya dan manfaat (a benefit–cost rule), keputusan untuk mengembangkan suatu hutan mangrove dapat dibenarkan (justified) apabila manfaat bersih dari pengembangan hutan tersebut lebih besar dari manfaat bersih konservasi. Jadi dalam hal ini manfaat konservasi diukur dengan NET dari hutan mangrove tersebut. NET ini dapat diinterpretasikan sebagai NET dari perubahan kualitas lingkungan hidup.

2.3.1 Analisis Nilai Ekonomi Dampak

Nilai ekonomi (economic value) dari suatu barang atau jasa diukur dengan menjumlahkan kesediaan untuk membayar WTP (willingness to pay;) dari banyak individu terhadap barang atau jasa yang dimaksud. Pada gilirannya, WTP merefleksikan preferensi individu untuk suatu barang yang dipertanyakan. Jadi dengan demikian, valuasi ekonomi dalam konteks lingkungan hidup adalah tentang pengukuran preferensi dari masyarakat (people) untuk lingkungan hidup yang baik dibandingkan terhadap lingkungan hidup yang jelek. Dengan kata lain valuasi merupakan preferensi yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri (PSSAL, 2004).

(44)

Tujuan valuasi ekonomi antara lain untuk melihat nilai kepuasan seseorang atau komunitas atas keberadaan suatu aset, mengetahui nilai ekonomi dari pemanfaatan sampah, mengetahui gangguan terhadap kehidupan masyarakat sekitar TPA Sampah Bantar Gebang dan memperoleh perkiraan manfaat di masa yang akan datang.

Metoda Valuasi Ekonomi dilakukan dengan menyesuaikan nilai mengingat adanya perbedaan antara kegiatan satu dengan lainnya. Pada umumnya digunakan nilai rata-rata, berdampak pertimbangan aplikabilitas dari penggunaan nilai tersebut maka digunakan nilai yang termasuk layak dan dapat diaplikasikan. Metoda perhitungan valuasi ekonomi didasarkan pada manfaat dan biaya.

Perhitungan nilai per unit waktu adalah nilai total dari dampak per unit waktu maka nilai per unit waktu harus dikalikan jumlah individu yang terkena dampak. Apabila dampak tersebut berubah menurut waktu, maka harus diestimasi pada tiap-tiap waktu di masa datang pada saat pengaruh tersebut diperkirakan akan menyebar.

Perhitungan nilai total terdiskonto digunakan pada waktu kapan dampak tersebut akan terjadi, mengingat biaya dan manfaat objek studi dapat terjadi pada waktu, yang berbeda (misal biaya proyek muncul, sementara manfaat atau kerusakan terjadi setelah proyek selesai beroperasi). Perhitungan total kerusakan dan manfaat tahunan terdiskonto, dengan menggunakan tingkat bunga yang disarankan. Penggunaan tingkat bunga dan nilai dampak, keduanya harus juga mempertimbangan faktor inflasi dengan cara yang sama yaitu bahwa keduanya harus dihitung dalam bentuk nilai riil (the real value).

(45)

NET = NM + NNM

NM = NML + NMTL + NMP

NNM = NK + NW

dimana:

NET = Nilai Ekonomi Total NM = Nilai Manfaat; NNM = Nilai Bukan Manfaat NML = Nilai Manfaat Langsung NMTL = Nilai Manfaat Tidak Langsung NMP = Nilai Manfaat Pilihan:

(46)

Gambar 2. Analisis nilai ekonomi dampak pengelolaan TPA sampah (modifikasi)

Nilai Ekonomi Dampak TPA Sampah Bantar Gebang

Nilai Manfaat Nilai Bukan Manfaat

Nilai Pilihan Keberadaan Nilai penggunaNilai Bukan lainnya

Gambar

Gambar 2. Analisis nilai ekonomi dampak pengelolaan TPA sampah (modifikasi)
Gambar 7. Teknis operasional pengelolaan persampahan perkotaan (Tchobanoglous et al.,
Gambar 8. Diagram alur daur ulang sampah terpadu berbasis zero waste (Kholil, 2005)
Gambar 9. Lokasi penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

10 Apakah anda mengetahui dampak terhadap kesehatan apabila limbah Pertambangan Tradisional tidak diolah dengan berwawasan lingkungan.. ( ) Ya (

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memahami teori-teori yang didapat dalam data dan/atau informasi yang diperoleh serta mengetahui bagaimana implementasi kegiatan

[r]

Bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketepatan, antara lain: tingkat kesulitan, pengalaman, keterampilan sebelumnya, jenis keterampilan, perasaan, dan kemampuan

Kebanyakan perusahaan tetap tidak mendelegasikan beberapa macam keputusan yang di anggap vital, seperti misalnya keputusan tentang pertambahan permodalan yang tetap merupakan

Manajemen RSU swasta di Kota Medan supaya menerapkan strategi bisnis internal yaitu proses inovasi, proses operasi dan proses purnalayanan untuk dapat meningkatkan kinerja keuangan

lintas data pada jaringan komputer, packet capture sendiri adalah basis dari sistem.. penyaringan paket data ataupun klasifikasi paket data pada lalu-lintas

Pihak-pihak yang terlibat dalam prosedur ini adalah Ketua UPT Lintas/Bahasa UB, Koordinator BIPA, Pengajar kursus BIPA, staf UPT Lintas/Bahasa UB dan pemohon jasa kursus