• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

3.3. Metoda Analisis

3.3.2. Dampak Tempat Pembuangan Akhir a Fisika dan Kimia

Dampak pencemaran lingkungan di TPA Sampah Bantar Gebang perlu dilakukan observasi lapangan, pengujian laboratorium dan sumber penelitian terkait lainnya (data sekunder) dengan membandingkan persyaratan standar kualitas air, tanah, udara sesuai peraturan/kebijakan yang berlaku.

Pengambilan sampel air dilakukan di Kelurahan Cikiwul, Ciketing Udik, Sumur Batu dan Taman Rahayu yaitu pada sumur gali penduduk yang bermukim di sekitar TPA. Cara pengambilan sampel air dilakukan dengan menggunakan botol plastik berukuran 1,5 liter, sampel tersebut dimasukkan ke dalam cooler box untuk diawetkan. Contoh air dan lindi dianalisis di laboratorium. Data sekunder berupa data fisik dan kimia yang telah dilakukan oleh Dinas Kebersihan DKI Jakarta, gambaran umum serta data pelengkap lainnya.

Air Sumur. Kualitas air sumur penduduk, diukur dengan mengambil sampel pada saat musim hujan dan musim kemarau, parameter yang digunakan sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/ Menkes/Per/IX/1990.

Titik pengambilan sampel sebagai verifikasi data sekunder dari Dinas Kebersihan berdasarkan aliran air tanah, diambil dari pompa atau sumur-sumur penduduk di Kelurahan Cikiwul, Ciketing Udik, Sumur Batu dan Taman Rahayu, radius 250 m, 500 m dan 750 m dari lokasi TPA Sampah Bantar Gebang. Masing- masing lokasi sampel diambil satu titik sehingga didapatkan 12 (dua belas) sampel air sumur. Data kesehatan didapat dari data sekunder BPS Kota Bekasi dan wawancara dengan masyarakat.

Air Permukaan (sungai). Sungai yang dijadikan sampel adalah sungai Ciketing, lebar sekitar 2 m, debit air 0,409 m3/detik. Pengambilan sampel didasarkan pada sistem aliran air dan hulu sungai menuju hilir sungai atau dan tempat yang tinggi menuju ke tempat yang rendah. Sampel diambil pada aliran sungai sebelum memasuki wilayah TPA (dianggap sebagai hulu sungai) dan aliran sungai sesudah melewati wilayah TPA (dianggap sebagai hilir sungai), sehingga didapatkan dua sampel air sungai. Parameter kualitas air sungai sesuai dengan Baku Mutu Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Air lindi. Kualitas air lindi dan infiltrasi air hujan yang masuk ke dalam timbunan sampah dan terkontaminasi (bercampur dengan senyawa-senyawa di dalam sampah) membentuk lindi, diuji dari kualitas air lindi. Sampel diambil dari setiap zone (karena pemanfaatannya berbeda waktu) dan dari kolam-kolam (bak) pada unit IPAS, meliputi sampel pada inlet dan outlet, satu titik diambil satu sampel, sehingga didapatkan delapan sampel air lindi. Titik inlet adalah air lindi yang masuk ke dalam IPAS dan landfill, sedangkan outlet air lindi yang telah mengalami pengolahan dari IPAS. Parameternya sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No.20 tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Baku Mutu golongan B untuk Bahan Baku Air Minum, Baku Mutu golongan C Penggunaan air untuk Perikanan dan Pertanian. Air lindi disetarakan dengan air limbah cair yang baku mutunya diatur oleh Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep5I/MENLH/IO/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan Industri.

Udara. Kualitas udara tempat pembuangan akhir Bantar Gebang di uji berdasarkan kualitas udara. Pada umumnya diberi batasan sebagai udara yang mengandung satu atau lebih zat kimia dalam konsentrasi yang cukup tinggi untuk

dapat menyebabkan gangguan pada manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan harta benda. Waktu pengukuran diambil waktu perataan (averaging time) dan untuk pengukuran tiap jam dilakukan perhitungan secara geometric mean. Pengukuran SOx dilakukan dengan menggunakan alat spektrofotometer, COx dengan NDIR (non dipersive infared) analyzer, debu dengan high volume sampling method. Baku mutu udara ambien diatur dengan Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. KEP- 03/MENKLH/II/1991 tanggal 1 Februari 1991.

Kebisingan. Kebisingan berkaitan dengan pengumpulan sampah oleh truk- truk pengangkut dan pengambilan kaleng-kaleng yang menimbulkan suara bising. Kebisingan juga terjadi pada saat keluar masuk truk di lokasi tempat pembuangan akhir sampah. Responden yang diamati adalah kelompok masyarakat, pemulung, pengelola dan masyarakat yang berada di Kelurahan sekitar TPA Sampah Bantar Gebang meliputi Kelurahan Ciketing Udik, Cikiwul, Sumur Batu dan Taman Rahayu. Sumber data dalam pengamatan ini berasal dari data primer yang diambil melalui metoda wawancara dengan responden, sedangkan data sekunder dari data potensi Kelurahan, Kecamatan dan instansi terkait.

b. Biologi

Kondisi lingkungan biologi berupa berkembang biaknya lalat didapat dari data sekunder hasil pengamatan perilaku dan perkembang biakan lalat. Pengamatan dilakukan pada siang hari, dimana lalat bergerombol/ berkumpul dan berkembang biak di sekitar sumber makanannya (umumnya lalat menyukai makanan yang berbau busuk seperti sayuran, buah-buahan yang basah dan membusuk). Pengamatan juga dilakukan terhadap kesehatan masyarakat sekitar tempat pembuangan akhir yaitu dengan melihat besarnya prosentase penyakit yang paling banyak dan yang paling sering diderita masyarakat seperti disentri, kolera, typhus, dan diare.

c. Sosial Ekonomi dan Budaya

Keadaan sosial ekonomi, adalah pengaruh dan kegiatan pengelolaan sampah pada warga atau masyarakat maupun pemerintah, di sekitar lokasi pengelolaan sampah seperti Kelurahan Cikiwul, Ciketing Udik, Sumur Batu dan Taman

Rahayu. Pada umumnya keberadaan pengelolaan sampah, menimbulkan dampak positif dan negatif secara langsung maupun tidak langsung. Dampak positif secara langsung, ada penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan pendapatan per kapita. Dampak negatif secara langsung keberadaan pengelolaan sampah timbul masalah sosial seperti timbulnya keresahan (penurunan kualitas lingkungan, muncul gubuk-gubuk liar), terganggunya keamanan (pencurian), berubahnya sikap masyarakat menjadi tidak ramah, meningkatnya kriminalitas, dan kecelakaan.

Keberadaan pengelolaan sampah juga menimbulkan perubahan tingkat ekonomi bagi pengelola, pemerintah, maupun warga di sekitar TPA. Perubahan tingkat perekonomian karena adanya kegiatan pembangunan, pemeliharaan unit pengelolaan sampah, yang memerlukan tenaga kerja atau sumber daya manusia yang tersedia di sekitar TPA. Selain itu, bila penambangan TPA untuk pembuatan kompos dan penangkapan gas metan, maka pendapatan asli daerah (PAD) melalui retribusi dan pajak ditingkatkan.

Data sosial ekonomi dikumpulkan melalui pengumpulan data sekunder dan data primer berupa pekerjaan responden dan jenis pekerjaannya. pendapatan dan pengeluaran kebutuhan hidup sehari-hari, biaya pendidikan. keadaan kesejahteraan masyarakat dan kesehatannya. Metode analisis valuasi ekonomi pengelolaan tempat pembuangan akhir sampah Bantar Gebang dapat dilihat pada Tabel 6.