i
COPING DENGAN STRESSOR KONFLIK ANTAR TEMAN PADA SANTRIWATI BARU PPIM
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi dan Pendidikan Agama Islam
Oleh :
MITHA SARI SUMAYYAH F 100 090 103 / G 000 090 207
TWINNING PROGRAM
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
COPING DENGAN STRESSOR KONFLIK 9ANTAR TEMAN PADA SANTRIWATI BARU PPIM
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi dan Pendidikan Agama Islam
Oleh :
MITHA SARI SUMAYYAH F 100 090 103 / G 000 090 207
TWINNING PROGRAM
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
v
ABSTRAKSI
COPING DENGAN STRESSOR KONFLIK ANTAR TEMAN PADA SANTRIWATI BARU PPIM
Mitha Sari Sumayyah Dra. Partini, M.si. Dra. Chusniatun, M.Ag.
Fakultas Psikologi dan Fakultas Agama Islam
Hasil penelitian awal menunjukkan pemicu stres pada santriwati baru PPIM adalah faktor pendidik 2,27%, kegiatan yang padat 2,27%, peraturan yang ketat 6,81%, melanggar peraturan 15,90%, homesick 11,36%, faktor teman 45,45%, kesulitan pelajaran 6,81%, kesulitan membagi waktu 4,54%, dan 4,54% jawaban informan tidak sesuai dengan maksud pertanyaan. Cara yang digunakan santri untuk mengatasi stres yaitu: sharing 9,09%, mencari dukungan sosial 4,54%, berdo’a 11,36%, menghibur diri 6,81%, berbuat lebih baik 20,45%, mengabaikan permasalahan 9,09 %, sabar 9,09%, merubah sikap 22,72%, dan 4,54% jawaban informan tidak sesuai dengan maksud pertanyaan.
Hasil penelitian menunjukkan dinamika coping stres santriwati baru berdasarkan surat Al Insyirah ayat 1-7, yaitu positive thinking, positive acting, positive hoping. Positive thinking diaplikasikan informan dengan berbaik sangka (khusnudzon), mengendalikan amarah, mengingat kebaikan teman, menganggap sindiran sebagai motivasi untuk lebih akrab dengan teman, dan mengabaikan masalah. Positive acting berupa penyelesaian masalah dan hasil. Penyelesaian masalah dilakukan dengan berbicara langsung pada teman, mendekati dan menegur teman, mengabaikan masalah, menceritakan masalah pada orang tua, dan ada pula informan yang tidak tahu cara untuk menyelesaikan masalahnya. Adapun hasil dari coping adalah perubahan sikap pada teman dan juga pada informan. Positive hoping berupa harapan dan evektivitas hasil. Harapan informan terhadap coping yang dilakukan adalah adanya perubahan sikap pada teman dan kembali berteman seperti sedia kala. Efektivitas hasil coping berupa tiga informan dapat mengatasi dan menyelesaikan masalah, dua informan dapat mengatasi masalah namun belum dapat menyelesaikannya, satu informan tidak dapat mengatasi dan menyelesaikan masalah.
LATAR BELAKANG
Lembaga pendidikan yang dianggap mampu menghasilkan manusia yang bermoralitas dengan tingkat keimanan yang tinggi adalah pesantren. Pesantren sebagai lembaga pendidikan memiliki ciri umum dan khusus. Nasir (2005) menjelaskan ciri umum pesantren ditandai dengan adanya kyai, adanya asrama, adanya pendidikan dan pengajaran agama melalui sistem pengajian yang sekarang berkembang dengan sistem madrasah. Ciri-ciri tersebut yang membedakan pendidikan pesantren dengan pendidikan lainnya. Adapun ciri khusus dari pesantren adalah sistem pendidikannya yang bersifat asrama.
Penerapan sistem pendidikan berasrama bertujuan untuk mencapai pendidikan yang lebih utuh, yang
2 Islam, mengajarkan para santri untuk mengembangkan nilai-nilai agama Islam. Rahardjo dan Saifullah (dalam Hanurawan, 2005) mengemukakan bahwa dalam lingkungan pesantren, santri mempelajari ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan nilai-nilai agama yang bersifat positif bagi kehidupannya.
Salah satu pesantren yang mengajarkan kurikulum agama dan kurikulum umum secara seimbang adalah Pondok Pesantren Islam Al Mukmin Ngruki. Pesantren ini membuat program pendidikan yang bersifat totalitas yang berbentuk asrama. Tujuan dari asrama ini adalah agar santri dapat lebih fokus dalam mempelajari ilmu-ilmu agama, selain itu juga melatih kemandirian pada santri.
Dengan adanya asrama maka santri harus siap menjalani
kehidupan yang mandiri dan jauh dari keluarga. Jika memiliki masalah, para santri hanya memiliki ustadz/ustadzah dan teman-teman sebaya untuk meminta bantuan. Santri wajib menaati setiap peraturan yang ada dalam asrama dan mengikuti kegiatan-kegiatan dalam asrama. Selain mengikuti kegiatan di asrama santri juga mengikuti kegiatan di sekolah.
menjelaskan bahwa kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama dimana remaja belajar untuk hidup bersama dengan orang lain selain anggota keluarga, dan bertujuan untuk mendapatkan pengakuan dan penerimaan dari kelompok teman sebaya.
Kegiatan santri selama sehari sangat padat. Padatnya kegiatan selama berada di pesantren, peraturan-peraturan yang harus di taati dan tuntutan tugas-tugas yang harus dihadapi santri dapat memicu stres pada santri. Stres dapat terjadi pada setiap orang, termasuk pada santri. Setiap orang memiliki masalah, semakin besar beban kehidupan seseorang maka makin besar permasalahan. Stres yang terjadi pada santri dapat berpengaruh pada kegiatan belajar secara keseluruhan. Sarafino (2011)
mendefinisikan stres sebagai suatu kondisi disebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Stres
1. Definisi Stres
Sarafino (2011)
mendefinisikan stres sebagai suatu kondisi yang disebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang. Hurrelman dan Losel (dalam Smet, 1994) mengartikan stres sebagai suatu kondisi tegang secara biopsikososial yang disebabkan oleh tugas-tugas perkembangan yang harus dihadapi sehari-hari dalam lingkungan seseorang.
2. Sumber Stres
Maramis (1998) menjelaskan sumber-sumber stres psikologis berupa:
a. Frustasi
Timbul jika ada
melainkan kaum yang kafir. (QS. Yusuf: 87)
b. Konflik
Terjadi jika individu tidak tahan untuk memilih antara dua macam atau lebih dari suatu tujuan. Terjadi jika individu tidak dapat memilih antara dua macam kebutuhan atau lebih. Konflik disebut juga sebagai keraguan. Allah berfirman dalam surat Ibrahim ayat 9:
...
berkata, “Sesungguhnya
kami tidak percaya akan (bukti bahwa) kamu diutus (kepada kami), dan kami benar-benar dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap apa yang kamu
serukan kepada kami.” (Q.S.
Ibrahim: 9) c. Tekanan
Tekanan adalah suatu hal yang dirasakan yang menjadi beban bagi individu. Dalam
Al Qur’an, tekanan diartikan
sebagai kesempitan hidup, seperti yang tercantum dalam surat Taha ayat 124:
barangsiapa berpaling dari peringatanKu, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan
Kami akan
mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. (Q.S. Taha: 124)
6 dada yang sempit karena kesesatan.
d. Krisis
Krisis adalah keseimbangan seseorang yang terganggu secara tiba-tiba dan menimbulkan stres berat. Krisis dapat dikatakan sebagai sebagai suatu beban kesusahan yang muncul secara mendadak pada seseorang. Allah menjelaskan
dalam Al Qur’an bahwa
seorang manusia tidak ditimpa suatu beban yang
melebihi kadar
kemampuannya. Seperti yang tercantum dalam surat Al Mukminun ayat 62:
...
Artinya: Dan Kami tidak membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya. (Q.S. Al Mukminun: 62)
Coping Stres
1. Definisi Coping Stres
Folkman dan Lazarus (dalam Rice 1999) mengatakan bahwa coping stres adalah semua usaha
kognitif dan sikap untuk menguasai, mengurangi, dan menghadapi tuntutan. Tidak ada perbedaan apakah tuntutan berasal dari luar (misal keluarga, pekerjaan, teman) atau berasal dari dalam.
Menurut Papalia (2009), coping stres adalah cara berpikir atau
beradaptasi dalam situasi yang menekan.
2. Strategi Coping Stres
Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Wardani, 2009), coping stres terdiri atas strategi yang
bersifat kognitif dan behavioral. Strategi tersebut adalah:
a. Strategi yang digunakan untuk mengatasi situasi yang menimbulkan stres (Problem Focused Coping). Problem
Focused Coping adalah strategi dengan cara menyelesaikan masalah yang dihadapi, sehingga individu segera terbebas dari masalahnya tersebut.
b. Strategi coping untuk mengatasi emosi yang menyertainya (Emotion focused Coping). Strategi ini
untuk meredakan emosi
individu yang ditimbulkan oleh stressor (sumber stres), tanpa berusaha untuk mengubah suatu situasi yang menjadi sumber stres secara langsung.
Coping Stres dalam Islam
Indirawati (2006) mengemukakan tingkah laku yang dapat dilakukan seseorang saat menghadapi masalah seperti yang tercantum dalam surat Al Insyirah:
a. Positive Thinking
Surat Al Insyirah ayat 1
8 bebanmu darimu.(2) Yang memberatkan
punggungmu.(3) Dan Kami tinggikan sebutan (nama) mu
bagimu.(4) Maka
sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.(5) Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.(6) (Q.S. Al Insyirah: 1-6)
Ayat-ayat tersebut memuat janji dan kabar gembira dari Allah bahwa semua kesulitan dan permasalahan manusia selalu ada jalan keluarnya, maka hadapi permasalahan tersebut dengan hati yang lapang. Langkah pertama saat menghadapi masalah adalah melapangkan dada selapang-lapangnya, sehingga mucul positive thinking terhadap
permasalahan yang ada. Positive thinking
dalam Islam disebut juga dengan khusnudzon. Allah menyuruh hamba-Nya untuk
selalu bersikap khusnudzon dalam setiap hal, seperti yang dijelaskan dalam hadis berikut: Hurairah RA. Rasulullah SAW. bersabda: “Allah AWT berfirman: Aku tergantung pada prasangka hamba-Ku. Sungguh Aku selalu berserta hamba-Ku selagi dia berdzikir kepada-Ku.” (HR. Bukhori & Muslim)
mati selagi belum dapat berbaik sangka kepada Allah SWT.” (HR. Abu Daud)
b. Positive Acting
Tercantum dalam surat Al Insyirah ayat 7:
apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras untuk (urusan yang lain).
Allah memberikan langkah kedua dalam menyelesaikan masalah, yaitu dengan berusaha keras menyelesaikan masalah melalui perilaku-perilaku nyata yang positif. Usaha nyata ini adalah anjuran Allah untuk tidak mudah menyerah dalam menghadapi persoalan. Solusi ini juga mengandung makna untuk tetap mencoba meminta bantuan orang lain
sebagai perantara pertolongan dari-Nya.
c. Positive Hoping
Tercantum dalam surat Al kepada Tuhanmulah engkau berharap.
Makna ayat ini adalah setelah manusia berlapang dada dengan masalah yang ada, lalu manusia mau dan mampu berusaha secara optimal dalam rangka menyelesaikan masalahnya. Usaha terakhir yang
dilakukan adalah berdo’a dan
10
...
ِحْوَر ْنِم ُسَأْيَ ي ََ ُهَنِإ ِهَللا ِحْوَر ْنِم اوُسَأْيَ ت َََو
َنوُرِفاَكْلا ُمْوَقْلا ََِإ ِهَللا
.
Artinya: ...dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.
Santri
1. Definisi Santri
Menurut Diponegoro (2005) santri adalah siswa yang tinggal menetap di asrama yang disediakan oleh pesantren dan berada dalam lingkungan pesantren.
Yacob (dalam Diponegoro, 2005) menjelaskan bahwa santri adalah generasi muda yang memiliki potensial untuk melakukan perubahan-perubahan sosial dalam kehidupan bermasyarakat, termasuk dalam peningkatan kualitas hidup.
PERTANYAAN PENELITIAN
“Bagaimana dinamika coping dengan stressor konflik antar teman pada santriwati baru PPIM?”
METODE PENELITIAN
Gejala Penelitian
Gejala penelitian yang akan diteliti adalah coping dengan stressor konflik antar teman pada santriwati baru PPIM. Definisi operasional coping stres pada santriwati adalah usaha santri dalam mengatasi permasalahan, menyesuaikan diri dengan tekanan-tekanan yang dihadapi dengan melakukan aktivitas kognitif atau psikomotorik.
Pada penelitian ini, coping stres pada santriwati diungkap melalui interview dan observasi sebagai data tambahan.
ditentukan sebelumnya. Karakteristik informan adalah (1) Santriwati baru kelas 1 PPIM dan 1 Takhasus. Kelas 1 PPIM setara dengan kelas 1 SMP. Kelas 1 Takhasus adalah kelas khusus untuk santriwati baru yang merupakan lulusan dari SMP non pondok yang akan melanjutkan ke kelas 4 PPIM atau yang setara dengan kelas 1 SMA. Kelas ini diselenggarakan selama 1 tahun dengan materi pelajaran khusus untuk materi-materi kepondokan, (2) Santriwati dengan stressor konflik antar teman. (3) Santriwati yang hasil datanya telah di croscheck kepada ustadzah pembimbing.
Metode Analisis Data
Cresswell (2010) menyatakan bahwa peneliti kualitatif menggunakan prosedur yang umum dan langkah-langkah khusus dalam analisis data. Namun cara yang
paling ideal adalah dengan mencampurkan prosedur umum dengan langkah-langkah khusus.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Cara berpikir yang digunakan informan untuk memunculkan pikiran positif atas masalahnya adalah dengan berbaik sangka, mengendalikan amarah, mengingat kebaikan teman, menganggap sindiran teman sebagai motivasi untuk lebih akrab dengan teman, dan mengabaikan masalah.
12 perubahan sikap pada teman dan juga perubahan sikap pada diri informan.
Harapan yang diinginkan informan adalah adanya perubahan yang lebih baik pada teman yang bermasalah dengan diri informan. Cara-cara yang digunakan 3 informan dalam menghadapi temannya dianggap dapat mengatasi dan menyelesaikan masalah. Ada 2 informan yang dapat mengatasi masalah namun belum dapat menyelesaikannya. Satu informan tidak dapat mengatasi dan menyelesaikan masalah.
Indirawati (2006) menjelaskan bahwa tingkah laku seseorang ketika menghadapi masalah adalah positive thinking, positive acting, positive hoping.
Ketiga tingkah laku ini dilakukan secara berurutan. Namun pada hasil penelitian ditemukan bahwa ketika
menghadapi masalah, ketiga tingkah laku ini tidak selalu dilakukan secara berurutan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa kesimpulan yang dapat diambil oleh peneliti, yaitu sebagai berikut:
Coping yang dilakukan santriwati baru PPIM dengan stressor konflik antar teman adalah positive thinking, positive acting,dan
positive hoping.
Positive acting berupa tindakan untuk mengatasi pemicu stres dan hasil setelah melakukan coping. Tindakan informan dalam
mengatasi masalahnya dilakukan dengan berbicara langsung pada teman, mendekati dan menegur teman, mengabaikan masalah, menceritakan masalah pada orang tua, dan ada pula informan yang tidak tahu cara untuk menyelesaikan masalahnya. Adapun hasil dari coping adalah perubahan sikap pada teman dan juga pada informan.
Positive hoping berupa harapan informan terhadap coping yang dilakukan dan efektivitas hasil. Harapan informan terhadap coping yang dilakukan adalah adanya perubahan sikap pada teman dan kembali berteman seperti sedia kala. Harapan yang selaras dengan hasil coping adalah perubahan sikap teman
berupa permintaan maaf kepada informan, tidak lagi diabaikan teman, dan teman tidak mengulangi perbuatannya. Harapan yang tidak selaras dengan hasil coping adalah hubungan informan dengan teman menjadi renggang. Efektivitas hasil coping berupa tiga informan dapat mengatasi dan menyelesaikan masalah, dua informan dapat mengatasi masalah namun belum dapat menyelesaikannya, satu informan tidak dapat mengatasi dan menyelesaikan masalah.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini, peneliti memberikan saran yang dapat dipertimbangkan berbagai pihak yaitu:
1. Bagi pihak pesantren
diharapkan dapat
14 konseling yang dapat membantu santriwati dalam menghadapi stressor yang ada di pondok, mengadakan pelatihan bagi pendidik untuk menangani peserta didik yang bermasalah dengan mendatangkan pakar ahli di bidangnya, mengadakan penyuluhan pada santriwati tentang etika pergaulan yang baik.
2. Bagi santriwati diharapkan dapat lebih terbuka menyampaikan keluh kesah atau permasalahan yang dihadapi kepada pihak yang berkompeten, agar mendapatkan solusi atasa permasalahan yang dihadapi. 3. Bagi peneliti lain yang
berminat meneliti tentang coping dengan stressor
konflik teman, dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai tambahan
informasi dengan
mempertimbangkan hal-hal lain yang belum terungkap dalam penelitian ini, dan memaksimalkan penggunaan metode observasi. Selain itu disarankan untuk meneliti coping dengan stressor konflik antar teman pada santriwati lama.
DAFTAR PUSTAKA
Creswell, John W. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.
Yokyakarta: Pustaka Pelajar Diponegoro, A.M. 2005. Afek &
Kepuasan Hidup Santri. Jurnal Psikologi Islami. Vol. 1, No. 2, 107-118.
Harlock, Elizabeth B. 2012 Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
dengan Kecenderungan Strategi Coping. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro. Vol. 3, No. 2, 69-92.
Katsir, Ibnu. 2003. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 3. Bogor: Pustaka Imam
Syafi’i.
Maramis, W. F. 1998. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press. Nasir, Ridlwan. 2005. Mencari
Tipologi Format Pendidikan Ideal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Papalia, Diane E., Olds, Sally Wendkos, & Feldman, Ruth Duskin. 2009. Human
Development. Jakarta: Salemba Humanika
Rice, Phillip L. 1999. Stress and Health. California:
Brooks/Cole Publishing.
Sarafino, Edward P. & Smith, Timothy W. 2011. Health Psychology: Biopsychosocial Interactions. New Jersey: John Willey & Sons, Inc
Smet. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Grasindo.
Software Kitab Hadis Online Terjemah Indonesia, http://id.lidwa.com/app/