• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRANSFORMASI RELIGI BATAK TOBA DENGAN AJARAN AGAMA KRISTEN TERHADAP MONUMEN SALIB KASIH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TRANSFORMASI RELIGI BATAK TOBA DENGAN AJARAN AGAMA KRISTEN TERHADAP MONUMEN SALIB KASIH."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

TRANSFORMASI RELIGI BATAK TOBA DENGAN AJARAN AGAMA KRISTEN TERHADAP

MONUMEN SALIB KASIH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Pada Program Studi Pendidikan Antropologi

OLEH : DEWI SARTIKA

NIM : 309122015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Dewi Sartika, 309122015,Transformasi Religi Batak Toba Dengan Ajaran Agama Kristen Terhadap Monumen Salib Kasih, Skripsi : Medan, Fakultas Ilmu Sosial, Program Studi Pendidikan Antropologi, Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah dan bentuk transformasi religi Batak Toba dengan ajaran agama Kristen terhadap monumen Salib Kasih di kecamatan Siatas Barita, Tarutung. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu teknik penelitian yang memaparkan data yang ada berdasarkan fakta yang ada di lapangan. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan melalui penelitian lapangan (field research) dengan metode observasi non partisipasi dan wawancara tidak terstruktur.

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa kepercayaan atau religi merupakan salah satu unsur-unsur kebudayaan yang peranannya sangat penting sebagai sarana komunikasi untuk menyampaikan maksud dan pokok pikiran manusia serta mengekspresikan dirinya di dalam interaksi kemasyarakatan. Sebelum Injil masuk ke masyarakat Batak kehidupan agamanya menganut kepercayaan animisme, dinamisme dan magi. Masuknya agama Kristen sangat berpengaruh terhadap perkembangan sosial masyarakat, terutama bagi masyarakat Batak Toba. Agama Kristen masuk ke tanah Batak disiarkan oleh misionaris Jerman yang bernama Ingwer Ludwic Nommensen tahun 1963. Dan Nommensen secara kristiani digelari sebagai Apostel Batak.

Dalam proses transformasi ini setiap suku mempunyai dinamikanya. Dinamika ini mempunyai dua kemungkinan. Pertama, transformasi terjadi dimana dua unsur menjadi satu, kedua, transformasi terjadi dimana dua unsur saling memperngaruhi tanpa keduanya menjadi satu. Orang batak toba tetap memegang secara terpisah baik religi batak toba maupun religi kristen. Pada kenyataannya religiusitas orang Batak Toba dibentuk oleh religi Batak Toba dan religi Kristen. Dalam hal ini menjaga keseimbangan antara kedua unsur tersebut. Ada kesempatan pada waktu dan tempat tertentu unsur yang satu lebih menonjol dari unsur - unsur yang lain.

Dari hasil penelitian ini jelaslah kita ketahui bahwa Transformasi adalah bagian esensial dari kehidupan manusia.Manusia membuat suatu transformasi/ perubahan baik karena pengaruh dari luar dirinya/ masyarakatnya. Untuk religi Batak Toba hal itu berarti bahwa orang Batak Toba tetap memegang inti kepercayaan religi mereka sementara pengungkapan kepercayaan itu berubah, seperti Nampak dalam ritus Monumen Salib Kasih.Terlihat dalam pembangunan Monumen Salib Kasih di mana tidak ingin menghilangkan unsur religi( kekristenan ) dengan unsur religi ( adat) karena kedua sama pentingnya dalam Masyarakat Batak Toba sehingga diwujudkan dengan tinggi salib dan kaki penyangga salib pada monumen salib kasih di Siatas Barita Tarutung.

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang senantiasa menyertai dan memberikan rahmat yang begitu besar sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Transformasi Religi Batak Toba Dengan Ajaran

Agama Kristen Terhadap Monumen Salib Kasih”.

Penulis telah banyak menerima bimbingan, bantuan, dan motivasi dari berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Ibnu Hajar Damanik selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial (FIS) yang telah memberikan surat ijin penelitian dari fakultas.

3. Ibu Dra. Puspitawati, M.Si selaku ketua jurusan Pendidikan Antropologi yang memberikan semangat kepada mahasiswa/I dalam menyelesaikan skripsi angkatan 2009. 4. Bapak Drs. Waston Malau selaku dosen pembimbing akademik dan penguji I yang

senantiasa membimbing penulis selama perkuliahan.

5. Bapak Drs. Tumpal Simarmata, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu memberikan motivasi agar secepatnya menyelesaikan skripsi.

(7)

7. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Tapanuli Utara beserta stafnya yang membantu penulis dalam mendapatkan data dan layanan administrasi.

8. Camat Siatas Barita dan para staf yang telah membantu penulis dalam administrasi dan data untuk skripsi.

9. Ibu Siregar sebagai kepala UPT Salib Kasih yang membantu penulis untuk mendapatkan data penelitian.

10.Kepala Desa Simorangkir Julu Kecataman Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara. 11.Kepada masyarakat di Desa Simorangkir Julu Kecamatan Siatas Barita Kabupaten

Tapanuli Utara.

12.Teristimewa kepada ayahanda W.Manurung dan Ibunda tercinta T.Br.Gultom yang telah memberi nasehat, motivasi,semangat, penyediaan dana dan doa yang tak henti - hentinya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

13.Kepada abang penulis Effendi Manurung yang selalu berusaha memberi motivasi kepada adiknya untuk secepatnya menyelesaikan skripsi dan alm.Windi Manurung ini hadiah untuk abang dari penulis.

14.Keluarga besar, di Tarutung yang sudah membantu penulis dan menemani dalam penelitian serta memberi semangat .

15.Kepada Abang Valentino Gultom dan kakak Helen Br.Simatupang ( Evandika Gultom ) untuk bantuannya kepada penulis baik moril maupun materil.

(8)

2009, akhirnya kita sampai diakhir perjalanan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk skripsi ini karena masih banyak kekurangan, baik dalam penulisan maupun pencetakan. Semoga skripsi ini dapat menjadi sumber informasi dan pengetahuan bagi yang membacanya

Medan, Agustus 2013

(9)
(10)

v

BAB – III METODOLOGI PENELITIAN ... 21

3.1. Metode Penelitian... 21

3.2. Lokasi Penelitian ... 22

3.3. Sumber Data ... 22

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 23

3.5. Teknik Analisa Data ... 25

BAB – IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 26

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 26

4.1.1. Kecamatan Siatas Barita ... 26

4.1.2. Desa Simorangkir Julu ... 28

4.1.3. Keadaan Demografis dan Sosial ... 29

4.2. Sejarah Monumen Salib Kasih di Siatas Barita,Tarutung ... 31

4.2.1. Pdt.Dr.I.L Nommensen ... 31

4.2.2. Berdirinya Salib Kasih Siatas Barita ... 37

4.2.3. Makna dan Simbol ... 48

4.2.4. Sebelum Masuknya Agama Kristen pada Masyarakat Batak Toba di Tarutung ... 53

4.2.5. Sesudah masuknya Agama Kristen pada masyarakat Batak Toba di tarutung ... 56

(11)

vi BAB – V KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

5.1. Kesimpulan. ... 69 5.2. Saran ... 72 DAFTAR PUSTAKA

(12)
(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kecamatan Siatas Barita Di bagi 12 Desa ... 25

Tabel 2. Luas Wilayah Simorangkir Julu Berdasarkan Pemakaian Lahan ... 27

Tabel 3. Komposisi Penduduk Kecamatan Berdasarkan Agama……… 28

(14)

iv DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pdt.I.L.Nommensen Sebagai Apostel Batak ... 29

Gambar 2. Gereja Dame di Saitnihuta ... 32

Gambar 3. Pohon Hariara di Saitnihuta ... 33

Gambar 4. Patung Nommensen di Saitnihuta………...34

Gambar 5. Monumen Salib Kasih ... 34

Gambar 6. Pintu Gerbang Menuju Salib ... 36

Gambar 7. Tempat Istirahat... 37

Gambar 8. Ayat-Ayat Alkitab yang Tersebar di Beberapa Pohon. ... 38

Gambar 9. Jalan Mendaki Menuju Salib ... 39

Gambar 10. Taman Kenangan……….. 40

Gambar 11. Podium Yang Dipakai Ketika Kebaktian ... 41

Gambar 12. Ruang Doa tepat di Bawah Kaki Salib………. 42

Gambar 13. Bilik - Bilik Doa ... 43

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Bangsa Indonesia adalah salah satu bangsa yang majemuk yang terdiri atas berbagai macam suku atau etnik yang tersebar di tanah air.Tiap etnik mempunyai kepercayaan dan kebudayaan masing-masing yang dipergunakan dalam komunikasi dan berinteraksi baik sesama etnis maupun antar etnik.Kepercayaan atau religi merupakan salah satu unsur-unsur kebudayaan yang peranannya sangat penting sebagai sarana komunikasi untuk menyampaikan maksud dan pokok pikiran manusia serta mengekspresikan dirinya di dalam interaksi kemasyarakatan dan pergaulan hidupnya.Jadi, kebudayaan senantiasa perlu dibina, dikembangkan, dilestarikan sehingga mampu mengikuti perkembangan zaman.

(16)

Sebelum Injil masuk masyarakat Batak merupakan penyembah berhala.Kehidupan agamanya bercampur, antara menganut kepercayaan animisme, dinamisme dan magi.Umumnya mereka percaya pada kekuatan di alam dan kekuatan benda-benda yang dikeramatkan.Masuknya agama Kristen sangat berpengaruh terhadap perkembangan sosial masyarakat,terutama bagi masyarakat Batak Toba.Agama Kristen masuk ke tanah Batakdisiarkan oleh Misionaris dari jerman yang bernama Ingwer Ludwic Nommensen pada tahun 1963.Dan Nommensen secara kristiani digelari sebagai Apostel Batak.

Secara umum, suku Batak memiliki falsafah adat Dalihan Na Tolu yakni Somba Marhula-hula (hormat pada pihak keluarga ibu/istri) Elek Marboru (ramah pada keluarga saudara perempuan) dan Manat Mardongan Tubu (kompak dalam hubungan semarga). Dalam kehidupan sehari-hari, falsafah ini dipegang teguh dan hingga kini menjadi landasan kehidupan sosial dan bermasyarakat di lingkungan orang Batak dan sebelum suku Batak menganut agama Kristen Protestan, mereka mempunyai sistem kepercayaan dan religi tentang Mulajadi Nabolon yang memiliki kekuasaan di atas langit dan pancaran kekuasaan-Nya terwujud dalam Debata Natolu.Menyangkut jiwa dan roh, suku Batak mengenal tiga konsep, yaitu tondi, sahala, dan

begu.

(17)

doa nya: “hidup atau mati,biarlah aku tinggal di tengah-tengah bangsa ini untuk menyebarkan firman dan kerajaanmu”.

Misi pengkristenan dijalankan oleh Dr. Ludwig Ingwer Nommensen. Dan agama kristen baru berpengaruh di kalangan Batak Angkola dan Toba setelah beberapa kali misi Kristen yang dikirimkan mengalami kegagalan. Nommensen yang melanjutkan tugas pendahulunya menyebarkan agama Kristen di wilayah Tapanuli.Ketika itu, masyarakat Batak yang berada di sekitar Tapanuli, khususnya Tarutung, diberi pengajaran baca tulis, keahlian bertukang dan keahlian menjahit bagi kaum ibu serta dikenalkan juga dengan pengobatan dan dunia medis. Pelatihan dan pengajaran ini kemudian berkembang hingga masyarakat batak mulai menerima Nommensen di tanah Batak

Nommensen telah meletakkan pilar-pilar sebagai fondasi pembangunan di daerah Tapanuli.“Nommensen telah membangun keimanan, sektor pendidikan, sektor kesehatan, dan

sektor pertanian.perubahan itu lah yang dibawa Nommensen untuk memperkenalkan bangsa batak terhadap kepercayaan Trinitas.Bahkan untuk mengenang jasa Nommensen tersebut maka oleh masyarakat kristen di Silindung didirikan sebuah monumen yaitu monumenSalib Kasih yang diresmikan dalam tahun 1997.Dengan bantuan pihak Zending Jerman, gereja HKBP dan pemerintah kabupaten tapanuli.Kota Tarutung juga disebut sebagai kota Wisata Rohani dengan Salib Kasih sebagai monumen kebanggaannya.

(18)

membawa tradisi barat, tradisi yang dipergunakan dalam mengimplementasikan misi kekristenan sebagai sarana pendukung di dalam penyampaian pelayanan pengabaran injil di tanah batak.

Terjadinya proses transmisidua budaya yang berbeda pada pokoknya adalah dimana satu kebudayaan menerima nilai-nilai kebudayaan lain, nilai baru masuk bercampur dalam kebudayaan lama. Dua kebudayaan yang berbeda berhadapan bertemu muka dan memberi pengaruh satu sama lain. Sekarang, benih-benih itu telah berbuah dengan lahirnya gereja-gereja HKBP, GKPI, HKI, di tarutung.

Monumen Salib Kasih merupakan suatu perwujudan dari bentuk peralihan masyarakat batak yang memahami Mula jadi Nabolon dan mempercayai animisme dan hal-hal lainnya kemudian menjadi penganut kepercayaan religi kristen protestan. Sebuah bangunan salib yang sangat besar melambangkan kemenangan umat kristiani dari dosa dan maut. Monumen Salib Kasih tersebut memiliki makna simbolik bagi masuknya ajaran Kristen di Tarutung, dan kini Salib Kasih menjelma sebagai lambang dan trademark kota Tarutung.

Tingginya bangunan pada Monumen Salib kasih melambangkan sebuah simbol dan makna dalam kepercayaan yang dianut masyarakat batak sebelum mengenal agama dan sesudah mengenal agama yaitu sebuah simbol lambang Trinitas di dalam kepercayaan Kristen yaitu Allah Bapa,Roh Kudus dan anaknya Yesus Kristus dan di dalam kepercayaan kebudayaan Batak yaitu Mula jadi Nabolon melalui pancaran kekuasaan-Nya terwujud dalam Debata Natolu.

(19)

perubahan sosial budaya Batak Toba.Praktik kebudayaan ini menyatukan antara kepercayaan kepada Tuhan dan nilai hidup yang dianut dalam budaya suku bangsa.

Agama dan budaya menjadi sebuah tameng untuk diyakini masyarakat akan terlaksananya sebuah kehidupan yang baik oleh kelompok tersebut.(Bakker,J.P 1984:150). Bangsa yang berbudaya ialah bangsa yang selalu mengingat sejarahnya.Kini orang Batak menggelar Napak Tilas untuk menghargai Nommensen sebagai pelaku sejarah yang membawa orang Batak keluar dari keterbelakangan.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang TransformasiReligi Batak Toba Dengan Ajaran Agama Kristen Terhadap Salib Kasih”.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Sejarah berdirinya monumen Salib Kasih di bukit Siatas Barita, Tarutung

2. Makna dan simbol Kekristenan yang terdapat pada bangunan monumen Salib Kasih di bukit Siatas Barita Tarutung

3. Sejarah perkembangan Kristen di tanah Batak sebelum dan sesudah masuknya agama Kristen pada masyarakat batak di Tarutung

(20)

1.3Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana sejarah berdirinya monumen Salib Kasih di Bukit Siatas Barita,Tarutung ?

2. Apa makna dan simbol Kekristenan yang terdapat pada monumen Salib Kasih di Bukit Siatas Barita,Tarutung ?

3. Bagaimanakah sejarah perkembangan Kristen di tanah Batak sebelum dan sesudah masuknya agama Kristen pada masyarakat batak di Tarutung ?

4. Apakah ada transformasi religi Batak Toba dengan ajaran agama Kristen terhadap monumen Salib Kasih di Bukit Siatas Barita,Tarutung?

1.4Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya monumen Salib Kasih di Bukit Siatas Barita,Tarutung.

2. Untuk mengetahui arti makna dan simbol kebudayaan Batak dengan Kekristenan pada monumen Salib Kasih di Bukit Siatas Barita,Tarutung.

3. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan Kristen di tanah Batak sebelum dan sesudah masuknya agama Kristen pada masyarakat batak di Tarutung.

4. Untuk mengetahui perubahan sosial budaya / Transformasi religi Batak Toba dengan ajaran agama Kristen terhadap monumen Salib Kasih di Bukit Siatas Barita,Tarutung. 1.5Manfaat Penelitian

(21)

berkembangnya ajaran Kristen di Tarutung. Serta melatih peneliti untuk dapat melakukan penelitian ilmiah.

2. Memberikan pengetahuan kepada pembaca pada umumnya dalam hal bangunan yang menyatukan kebudayaan religi Batak dengan religi Kekristenan yang terdapat di Tarutung dalam wujud monumen Salib Kasih di Bukit Siatas Barita.

3. Penelitian ini berguna untuk sebuah rujukan penelitian berkaitan dengan sejarah berkembangan Kristen di Tanah Batak dan transformasi religi Batak Toba dengan ajaran Kristen terhadap monument Salib Kaih di Bukit Siatas Barita.

(22)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Perubahan masyarakat terjadi terhadap nilai-nilai sosial,norma - norma, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga masyarakat,lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya.Timbulnya suatu perubahan dalam masyarakat diakibatkan oleh adanya pengaruh yang masuk dan adanya respon dari masyarakat setempat. Jika pengaruh yang masuk itu sesuai dengan tata kehidupan masyrakat maka pengaruh itu akan mudah masuk dan diterima,tetapi jika pengaruh itu akan mendapat tantangan untuk dapat diterima.

2. Masuknya agama Kristen sangat berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan sosial masyarakat Indonesia, terutama bagi masyarakat batak toba. Demikian juga halnya dengan perkembangan agama Kristen di tarutung, berhasilnya Perubahan - perubahan sosial dalam masyarakat terjadi karena faktor-faktor yang datang dari luar baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

3. Masuknya agama Kristen ke Tarutung di fokuskan kepada I.L Nommensen, dialah misionaris yang berhasil menyebarkan Agama Kristen Ke Tarutung, yang pada sebelum misionaris yang lain juga telah berusaha menyebarkan Agama Kristen ke daerah Tarutung. Namun usaha yang dilakukan oleh mereka tidak berhasil.

(23)

raja salah satunya raja pontas Lumban Tobing dan selanjutnya masyarakat. Kemudian secara berangsur - angsur masyarakat Tarutung beralih menjadi pemeluk Agama Kristen yang taat.

5. Pada awalnya respon atau sikap masyarakat tarutung dengan masuknya Agama Kristen mendapat tantangan dari Masyarakat terhadap missionaris yang menyebarkan agama Kristen. Tetapi seiring perkembangan waktu Agama Kristen pun dapat diterima oleh masyarakat sehingga membawa perubahan terhadap kehidupan sosial masyarakat.

6. Masuknya agama Kristen ke tarutung juga membawa perubahan pada sistem kepercayaan Batak Toba khususnya masyarakat Tarutung. Dimana sebelumnya kepercayaan mereka selalu disatupadukan dengan ajaran - ajaran yang bersifat tradisional berlahan - lahan dapat berubah.

7. Dalam bidang kesehatan dimana dengan berkembangnya pengobatan yang dilakukan para Zending dan semakin banyaknya balai pengobatan di Tanah Batak, masyarakat mulai meninggalkan cara - cara pengobatan perdukunan. Praktek- praktek perdukunan dalam hal pengobatan mulai berkurang. Dengan masuknya agama Kristen masyarakat Tarutung mengalami perubahan yang mengarah kepada kemajuan pola pikir dan kehidupan.

8. Dengan kata lain transformasi adalah bagian esensial tradisi dan kehidupan manusia. Esensi religi Batak Toba, yaitu ide kosmologi dan kosmogoni; konsep tentang tondi ( prinsip hidup ) ; dan kepercayaan sehubungan dengan begu ( roh orang meninggal), setan ( demon), dan nenek moyang tetap bertahan. Manifestasi religi Batak Toba dalam ritus atau bentuk lain memang berubah sesuai dengan perjalanan waktu, perubahan politik, ekonomi, teknologi pengaruh timur ( Islam ) dan barat ( Kristen dan kolonisasi ) dan nasionalisme.

(24)

satu. Orang batak toba tetap memegang secara terpisah baik religi batak toba maupun religi Kristen.

10. Pada kenyataannya religiositas orang Batak Toba dibentuk oleh religi Batak Toba dan religi Kristen dan identitas mereka terdiri atas Batak toba dan Indonesia. Dalam hal ini adalah menjaga keseimbangan antara kedua unsure tersebut. Ada kesempatan pada waktu dan tempat tertentu unsur yang satu lebih menonjol dari unsur - unsur yang lain.

Dari hasil penelitian ini jelaslah kita ketahui bahwa transformasi adalah bagian esensial dari kehidupan manusia.Manusia membuat suatu transformasi/ perubahan baik karena pengaruh dari luar dirinya/ masyarakatnya. Untuk religi Batak Toba hal itu berarti bahwa orang Batak Toba tetap memegang inti kepercayaan religi mereka sementara pengungkapan kepercayaan itu berubah,seperti Nampak dalam ritus Monumen Salib Kasih.

5.2 Saran

Dengan adanya pengaruh yang datang dari luar maka tidak selamanya akan membawa perubahan yang baik terhadap masyarakat, maka sebagai masyarakat yang mempunyai keanekaragaman kebudayaan, adat istiadat kita harus dapat melihat apakah pengaruh itu dapat membawa perubahan yang baik atau buruk.Jadi, kebudayaan senantiasa perlu dibina, dikembangkan, dilestarikan sehingga mampu mengikuti perkembangan zaman.

(25)

membuka kios - kios penjualan di sepanjang Areal Monumen Salib tetapi perlu ditata dan dikembangkan lagi.

Sarana dan prasarana juga perlu diperhatikan agar keindahan Monumen Salib Kasih dapat membuat semua orang yang datang merasa aman dan benar- benar bisa menghayati keimanannya ketika melihat Monumen Salib Kasih dan pemda juga membuat sesuatu yang baru agar pengunjung tidak merasa bosan.

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Bakker,J.W.M. 1984.Filsafat Kebudayaan,Sebuah Pengantar, Yogyakarta : Kanisius

Betty.R.Scharf. Sosiologi agama,Jakarta : Prenada Media

Departemen Pendidikan Nasional dan Balai Pustaka. 2007 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III.Jakarta : Balai Pustaka

Geertz,Clifford.1992.kebudayaan dan Agama.Yogyakarta : Kanisus

Hadi Sumandiyo,2006Seni Dalam Ritual Agama,Yogyakarta:Pustaka

Koentjaraningrat.2007. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan . 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta

Moleong,Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, edisi revisi.Bandung: Remaja Rosdakarya

Nainggolan T, 2007 Sejarah dan Transformasi Religi: batak toba, Medan: Bina Media Printis

Nottingham k.Elizabeth.agama dan masyarakat: Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Rakmat Jalaluddin,2005Komunikasi Antarbudaya : Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya, Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.

Simanjuntak,B.A, 2009 Konflik Status Dan Kekuasaan Orang Batak Toba: Bagian Sejarah Batak, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

(27)

Spradley,james.P. 2007.Metode Etnografi.pengantar DR.Amri Marzali,M.A.Yogyakarta : Tiara Wacana

Sinaga, Hermanto.2010. Monumen Salib Kasih Sebagai Objek Wisata Sejarah di Tapanuli Utara.Medan : Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan.

Tim LRKN-LIPI, 1986 Kapita Selekta Manifestasi Budaya Indonesia,Jakarta : PT.Alumni

Tambunan H.E, 1982 Mengenai Sekelumit Masyarakat Batak Toba dan Kebudayaannya, Bandung : Tarsito

Badan pusat statistik kabupaten Tapanuli Utara, Siatas Barita Dalam Angka 2012

Online :adabydarban.blogspot.com/2009/09/behttp://www.Taputkab.go.id/... http : // en. Taputkab.go.id/bps.sumut/ kecamatan siatas barita dalam angka 2010…

Gambar

Tabel 1. Kecamatan Siatas Barita Di bagi 12 Desa ........................................

Referensi

Dokumen terkait

Responden dalam penelitian tentang Hubungan Persepsi Pengguna Layanan Tentang Mutu Pelayanan Unit Rawat Inap VIP (Gryatama) Dengan Minat Pemanfaatan Ulang di BRSU

Melihat dari berbagai kebutuhan akademik di Telkom University misalnya, penyelesaian tugas akhir Mahasiswa yang sering kali membutuhkan komputer yang memiliki

Setelah dirawat inap selama 3 hari, dilakukan pembukaan perban dan terlihat luka bekas inisisi pada Boli sudah mulai mengering, tidak ditemukan adanya seroma

Bahan –bahan yang digunakan untuk pembuatan mesin ini ada yang dibeli dan ada juga yang dibuat, beberapa contoh bahan yang dibeli seperti bantalan, sabuk, puli, motor

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun petai cina (Leucaena glauca (L.) Benth.) memiliki kemampuan untuk menangkap radikal bebas dengan

Proyeksi stereografis dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan geometri berupa besaran arah dan sudut dalam analisa geomoetri struktur geologi karena proyeksi

Berdasarkan pada hasil analisis diketahui bahwa entres yang disimpan selama 2 dan 4 hari menggunakan media kertas koran dan serbuk gergaji yang telah dibasahi masih menghasilkan

Kajian Lingkungan Hidup Strategis yang selanjutnya disingkat KLHS adalah proses mengintegrasikan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam