BAB IV PEMBAHASAN
A. Letak Geografis Desa Gemawang
Desa Gemawang masuk dalam wilayah Kecamatan Jambu Kabupaten
Semarang Provinsi Jawa Tengah. Desa Gemawang memiliki batas-batas wilayah
sebagai berikut sebelah utara berbatasan dengan Desa Bedono, sebelah Timur
berbatasan dengan Desa Rejosari, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa
Ngrancah Kabupaten Magelang, dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa
Sohorejo Kabupaten Temanggung. Jarak ke ibu Kota Kecamatan Jambu sejauh 8
Km dapat ditempuh selama 0.5 jam, jarak ke ibu Kota Kabupaten Semarang
sejauh 35 Km dapat ditempuh selama 1.5 Jam, sedangkan untuk jarak ke Ibu Kota
Provinsi sejauh 50 Km dapat ditempuh selama 2 Jam.
Luas wilayah Desa Gemawang tujuh ratus delapan puluh enam hektar,
wilayah desa terbagi menjadi tujuh dusun yang terdiri dari delapan RW dan dua
puluh sembilan RT Dusun, termasuk dalam wilayah Desa Gemawang adalah
Dusun Krajan masuk dalam RW satu terdiri dari tiga RT, Dusun Banaran masuk
dalam RW dua dan RW tiga terdiri dari delapan RT, Dusun Piloro masuk dalam
RW empat terdiri dari empat RT, Dusun Selo-Sekaja masuk dalam RW lima yang
terdiri dari tiga RT, Dusun Jlamprang masuk dalam RW enam yang terdiri dari
empat RT, Dusun Kerep masuk dalam RW tujuh yang terdiri dari empat RT,
Dusun Guyang warak masuk dalam RW delapan yang terdiri dari tiga RT.
Penggunaan lahan tanah sawah tiga puluh hektar, irigasi setengah teknis
fasilitas umum 28,8 Ha, untuk lapangan seluas 0,75 Ha, untuk perkantoran
pemerintah seluas 0,25 Ha, tanah perkebunan rakyat seluas 150 Ha, untuk PTPN
seluas 149,9 Ha, untuk tanah kering seluas 185 Ha, penggunaan lahan tegal
350,95 Ha, penggunaan lahan permukiman seluas 81,47 Ha.
Topografis desa Gemawang berada pada ketinggian tempat 619 meter dari
permukaan laut, memiliki kondisi tanah berbukit, dengan potensi tanah gembur
dan berhumus bentang wilayah datar berbukit dan lereng gunung, dan curah hujan
per jumlah bulan hujan adalah 2000 sampai 2500 milimeter per tahun dua belas
bulan,sehingga suhu rata-rata harian dua puluh derajat Celsius.
Jumlah penduduk desa Gemawang berjumlah 3723 jiwa, dengan jumlah
penduduk laki-laki sebanyak 1857 jiwa, sedangkan untuk perempuan sebanyak
1866 jiwa. Dengan jumlah kepala keluarga 1121 kepala keluarga, wilayah
Gemawang yang subur membuat penduduk desa Gemawang sebagian besar
berprofesi sebagai petani dan buruh kopi. Tercatat dalam data monografi desa
hampir lima puluh persen dari jumlah total penduduk desa Gemawang memilih Usia Laki-laki Perempuan Jumlah
0-12 bln 13 10 23
1-10 tahun 287 294 581
11-20 tahun 290 312 602
21-30 tahun 350 345 695
31-40 tahun 263 291 554
41-50 tahun 227 250 477
51-60 tahun 149 155 304
61-70 tahun 237 212 449
> 70 tahun 69 69 138
tingkat kesejahteraan penduduk desa masih sangat rendah, ditambah tingkat
pendidikan masyarakat Gemawang yang hampir sebagian besar hanya lulusan
SMP sederajat membuat tingkat pengetahuan yang masih sangat terbatas.
Usia Produktif masyarakat desa Gemawang diantara usia umur dua puluh
satu tahun hingga usia umur enam puluh tahun, dari usia-usia ini pada umumnya
mengenyam pendidikan hanya sampai Sekolah Menengah Pertama. Arti
pendidikan sebagian penduduk Gemawang masih rendah disamping keterbatasan
biaya yang menjadi salah faktor utama orang tua, banyak dari anak muda desa
Gemawang setelah lulus SMP kemudian ikut bekerja dengan orang tuanya
menjadi buruh petik kopi. Hal ini memang disayangkan sedikit warga Gemawang
yang mampu untuk menyekolahkan anaknya sampai minimal SMA. Dengan
adanya UKM yang ada di desa Gemawang, mampu menyerap lapangan pekerjaan
khususnya bagi generasi muda, pelatihan-pelatihan yang telah dilakukan
diharapkan menumbuhkan tingkat kreatifitas masyarakat desa Gemawang.
Tingkatan Pendidikan laki-laki Perempuan Jumlah
usia 3-6 tahun yang belum masuk TK 76 55 131
usia 3-6 tahun yang sedang TK / Play group 65 69 134
usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 90 98 188
usia 18-56 tahun pernah SD tetapi tidak
tamat 7 9 16
tamat SD/sederajat 267 342 609
Jumlah usia 12-56 tahun tidak tamat SMP 241 386 627 Jumlah usia 18-56 tahun tidak tamat SMA 286 382 668
tamat SMP/ sederajat 256 231 487
tamat SMA/sederajat 169 131 300
tamat D-3/sederajat 21 13 34
Tamat S-1/sederajat 46 32 78
Sebagian besar penduduk desa Gemawang berprofesi sebagai petani dan
buruh petik kopi di PTPN, yang berjumlah 1226 jiwa sebagian lainnya memilih
untuk bekerja di sektor informal sebagai pedagang keliling, peternak, pengrajin
industri rumah tangga, montir, pengusaha kecil menegah, karyawan swasta yang
berjumlah 131 jiwa, sedangkan penduduk lainnya bekerja sebagai pegawai negeri
sipil dan pensiunan TNI maupun POLRI berjumlah 49 jiwa.
B. Sejarah Batik
Sejarah batik teknik membatik telah dikenal sejak ribuan tahun silam. Tidak
ada keterangan sejarah yang cukup jelas tentang asal-usul batik, menurut sejarah
orang-orang Mesir telah memakai pakaian-pakaian batik dua abad yang lampau
demikian juga di Jepang, Tiongkok, India dan negara-negara timur, di Afrika telah Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan
Petani 260 268
Buruh tani 352 340
Pegawai negeri sipil 19 9
Pengrajin industri rumah tangga 30 17
Pedagang keliling 11
Peternak 7
Montir 1
Bidan Swasta 1
POLRI 1
Pensiunan PNS/TNI/POLRI 14 6
Pengusaha kecil dan menegah 12 1
Jasa pengobatan alternative 2
Karyawan perusahaan swasta 24 26
Jumlah 733 668
kegenerasi. Ada yang menduga teknik ini berasal dari bangsa Sumeria, kemudian
dikembangkan di Jawa setelah dibawa oleh para pedagang India, saat ini batik
bisa ditemukan di banyak negara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, India,
Srilanka, dan Iran. Selain di Asia batik juga sangat populer di beberapa negara di
benua Afrika, walaupun demikian, batik yang sangat terkenal di dunia adalah
batik yang berasal dari Indonesia, terutama dari Jawa. (Miftahul Jannah 2008:4)
Batik di Indonesia
Batik Indonesia secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang
dikenal sejak abad VII yang ditulis dan dilukis pada daun lontar, saat itu motif
atau pola batik masih didominasi oleh motif bentuk flora dan fauna. Namun dalam
sejarah perkembangan desain batik mengalami perubahan, yaitu dari corak lukisan
binatang dan tanaman lambat laun beralih pada motif abstrak yang menyerupai
awan, relief candi, wayang beber, dan sebagainya. Melalui corak lukisan seni
busana dari relief tersebut muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang
ini. Jenis dan corak batik tradisional tergolong banyak, namun corak dan
variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat
beragam. Khasanah budaya bangsa Indonesia yang demikian kaya telah
mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisional dengan ciri
kekhususannya sendiri. (Destin Heru Setiati, 2008:28)
Riwayat perbatikan di Indonesia berhubungan dengan sejarah kerjaaan
Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di tanah Jawa. Pada beberapa catatan
sejarah, disebutkan pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa
kerajaan Mataram, kemudian pada masa Kasuhunan Surakarta di Solo dan
Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang
pada raja-raja berikutnya dan akhirnya menyebar ke pelosok wilayah Indonesia,
adapun mulai meluasnya kesenian batik ini hampir di setiap wilayah Indonesia
dan khususnya di Jawa ialah setelah akhir abad XVII atau awal abad XIX. Batik
yang dihasilkan semuanya batik tulis sampai awal abad XX dan batik cap dikenal
baru setelah Perang Dunia I selesai sekitar tahun 1920. (Destin Heru Setiati,
2008:29)
Selama ini belum ada hasil penelitian yang memastikan kapan seni batik
mewarnai kebudayaan di Indonesia. Menurut Tukiran Effendi, salah satu seorang
tokoh batik dari Museum batik menyebutkan bahwa di dalam buku-buku klasik
disebutkan batik ditemukan pada abad XIV ke atas. Raja Mataram, Panembahan
Senopati yang hidup pada abad XVII, sudah memakai batik motif bebetan
parang. Di dalam istana, Batik digunakan sebagai pakaian resmi keraton dengan
aneka bentuk ragam hias yang indah dengan nilai-nilai yang tinggi sarat dengan
makna dan simbolis. Umumnya orang menganggap batik identik dengan
masyarakat Jawa.
Namun dalam perkembangannya, seni batik kemudian ditemukan tidak
hanya di pulau Jawa. sebab di wilayah lain terdapat pula hasil karya seni batik
dengan motif unik, diantaranya batik Jambi dengan motif Pucuk Rebug, yang
berhubungan dengan pepatah yang mempunyai arti filosofis tentang adat dan
kehidupan masyarakat. Kemudian batik Bengkulu dengan motif huruf arab
Dari catatan sejarah yang disampaikan oleh GP Rouffaer, batik
daerah-daerah tersebut pada umunya bermotif geometris. Sementara di Indonesia
bervariasi, masih ditinjau dari sejarah. Dalam buku Widodo disebutkan bahwa
menurut M.Yamin dan R.M.Sucipto batik di Indonesia telah ada sejak Zaman
Sriwijaya, sementara di Tiongkok pada zaman Dinasti sung atau Tang. Ditemukan
pula informasi yang menyatakan bahwa perkembangan seni batik telah
berlangsung sebelum Belanda menginjakkan kakinya di Indonesia, hal itu dapat
dibuktikan dari patung para dewa di candi-candi yang mengenakan kain batik
(Ismunandar, 1985:26)
Di masa lalu, awalnya batik Indonesia hanya beredar di dalam negeri
terutama di pulau Jawa, jika sampai keluar negeri hanya tersebar di wilayah
Hindia Belanda. Namun, setelah perdagangan aktif melewati wilayah itu, maka
kepopuleran batik semakin meluas. Para pedagang Belanda, India, China, Jepang
membawa batik sebagai salah satu komoditi. Maka batik Indonesia semakin
terkenal di manca negara, bahkan saat ini sudah terkenal sampai di Amerika dan
Afrika Selatan. Hal ini kemudian berdampak juga pada munculnya kepedulian
para pedagang untuk memperhatikan pengembangan seni batik itu sendiri.
(Komarudin Hidayat dan Putut Wijanarko, 2008 : 605)
Seni batik adalah salah satu kesenian khas Indonesia yang telah sejak
berabad-abad lamanya hidup dan berkembang, sehingga merupakan salah satu
bukti peninggalan sejarah budaya bangsa Indonesia. Banyak hal yang dapat
istiadat, sifat dan tata kehidupan, alam lingkungan, cita rasa, tingkat ketrampilan
dan lain-lain.(Miftahul Jannah 2008:6)
Kesenian tidak bersifat statis. Kebudayaan akan berkembang sepanjang
sejarah dengan mendapat masukan serta menyerap aneka macam pengaruh dari
luar lingkungannya, untuk kemudian disaring agar sesuai dengan kebudayaan
setempat yang telah ada. Selain itu kebudayaan juga berkembang secara alamiah
dari dalam sesuai dengan kepribadaiannya menurut tuntutan zaman.
Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kian. Untuk pakaian yang
menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja di Indonesia pada zaman dulu.
Melalui istana raja-raja di Jawa, batik merupakan kegemaran dan kebanggaan para
wanita dari zaman dahulu untuk memperindah dan mengembangkan
masing-masing gaya mereka. Para sultan, pegawai istana, serta para abdi diharuskan
memakai desain-desain khusus yang menggambarkan motif-motif yang ada,
dengan ancaman akan di hukum berat apabila melanggar peraturan tersebut.
Contoh motif parang rusak, motif ini hanya boleh dipakai oleh para raja Jawa
sejak berabad-abad yang lampau, desain tersebut mengandung banyak lambang
mistik dan agama. Tetapi karena banyak dari pegawai istana dan abdi tinggal di
luar keraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar dari keraton dan
dihasilkan pula ditempatnya masing-masing, seiring berjalannya waktu kesenian
batik ini ditiru oleh rakyat biasa dan selanjutnya meluas sehingga banyak
dihasilkan kaum wanita dalam rumah tangga mereka untuk mengisi waktu luang.
C. Sejarah Batik Gemawang
Desa Gemawang terletak pada kawasan PTPN, yaitu perusahaan
perkebunan milik negara dimana lahan-lahan yang ditanami tanaman perkebunan
seperti kopi. Hal ini berpengaruh terhadap mata pencaharian dari penduduk desa
Gemawang yang mayoritas penduduk menjadi buruh petik kopi. Profesi buruh
mendapat upah tiap bulannya sekitar tiga rutus ribu rupiah sampai empat ratus
ribu rupiah per bulan. Dengan kondisi ini masyarakat Gemawang hanya mampu
berserah dan masih menekuni profesi sebagai buruh petik kopi di PTPN sebagai
mata pencaharian utama.
Awal tahun 2005 desa Gemawang mendapat kesempatan untuk menjadi
desa percontohan, yaitu melalui program PNPM mandiri dari pemerintah yang
ditujukan untuk mendayagunakan desa agar lebih produktif. Dengan adanya
program pemerintah mulai diadakan pelatihan-pelatihan yang diadakan,
diantaranya pelatihan pembuatan batik dari lembaga pelatihan Losari Jogjakarta,
pelatihan menjahit, pelatihan budidaya ikan dan jamur. (Wawancara, Eko Puji
Lestari,2 Januari 2013). Awal pelatihan-pelatihan yang sudah diadakan belum
banyak tanggapan yang baik dari masyarakat desa Gemawang. Merubah pola
pikir dari buruh 1226 jiwa untuk dilatih menjadi wirausaha masih sangat sulit,
keterbatasan pengetahuan dan belum berani untuk mencoba menjadi faktor utama.
Dengan berjalannya waktu dan faktor kebutuhan mulai masyarakat Gemawang
mulai bergerak, dengan munculnya kelompok-kelompok UKM, diantaranya:
kelompok pengrajin batik, kelompok budidaya jamur tiram, kelompok budidaya
pasta pewarna batik alam, kelompok pembuatan olahan singkong, kelompok
budidaya cacing, kelompok pupuk alami, kelompok pembuatan maianan alat
peraga, dan kelompok pembibitan produk pertanian. Untuk mempromosikan
hasil-hasil dari kelompok-kelompok dibangun galeri Gemawang yang terletak di
sebelah barat kantor kepala desa tepatnya disamping jalan Ambarawa-Magelang,
yang didalamnya terdapat hasil-hasil produk masyarakat Gemawang. Dari
kelompok-kelompok ini desa Gemawang menjadi desa percontohan yang sering
di kunjungi sebagai desa Advokasi.
D. Awal Munculnya Batik Gemawang.
Berawal pada tahun 2005 masyarakat desa Gemawang mendapat pelatihan
dari lembaga pelatihan Losari dari Yogjakarta, warga yang ikut pelatihan ini
sebanyak 125 orang. Desa Gemawang dalam pelatihan ini mendapat kucuran dana
dari pemerintah sebesar 300 juta rupiah. Pada awalnya mulai dibentuk kelompok
pengrajin batik yang diberi nama kelompok pengrajin batik Nyi Ageng Mangir,
akan tetapi konsistensi Anggota dalam mengelola kelompok tersebut masih
kurang sehingga mengakibatkan dana sebesar tiga ratus juta tersebut tidak jelas
pertanggung jawabannya.
Pada tahun 2006 seorang pemuda dari desa Gemawang yang bernama Mas
Adul Kholiq Fauzi membentuk kelompok pengrajin batik baru yang diberi nama
dengan kelompok pengrajin batik Nyi Ageng Pandanaran. Awal berdirinya
kelompok ini ditentang oleh masyarakat desa Gemawang. Karena warga
Gemawang berpendapat bahwa desa Gemawang sudah memiliki kelompok
mengakui bahwa batik yang dihasilkan dari kelompok batik Nyi Ageng
Pandanaran adalah hasil dari kelompok Nyi Ageng Mangir. kelompok Nyi
Angeng Pandanaran dengan hasil batik yang diproduksinya dijual ke Kabupaten
Magelang dan kota Magelang, penjualan belum dapat masuk ke Kabupaten
Semarang karena batik Gemawang belum diberi kesempatan untuk ikut dalam
pameran.
E. Perkembangan Batik Gemawang
Pada tahun 2009, pada waktu itu batik Gemawang diperkenalkan ke
Masyarakat Kabupaten Semarang melalui pameran. Pameran yang pertama kali di
Kabupaten Semarang hanya sebatas mengganti salah satu peserta pameran yang
berhalangan hadir. Stand yang kosong kemudian dimanfaatkan oleh kelompok
Batik Gemawang. Mulai dari pameran tersebut Batik Gemawang mulai dikenal
oleh masyarakat Kabupaten Semarang. Pada tahun 2010 kelompok pengrajin
batik Nyi Ageng Pandanaran mendapat bantuan dana dari bank Jateng.
Pengrajin Batik pada masa awal, memiliki penghasilan untuk tiap
pengrajinnya mendapatkan dua ratus ribu rupiah sampai tiga ratus ribu rupaih per
bulan masih sangat tergantung pada pesanan. Warga desa Gemawang sendiri yang
menjadi pengrajin batik , apabila ada pesanan maka tiap pengrajin mendapat satu
juta empat ratus ribu per bulan belum ditambah dengan uang lembur overtime per
jammnya sebesar enam puluh ribu per orang. Pengrajin-pengrajin yang berada
dikelompok nyi Ageng Pandanaran ini tidak memiliki ketrampilan khusus dalam
bidang batik, mulai dari mendesain motif hingga proses batik jadi membutuhkan
sudah ada sebelumnya. Dengan tidak menggunakan proses melorod kain yang
sudah dicanting melainkan langsung jemur, karena pemilihan bahan kain yang
digunakan dipilih bahan yang benar-benar sudah bagus terlebih dulu. Batik
Gemawang merupakan batik baru yang dalam pembuatan motifnya berkembang
sesuai dengan permintaan pasar. Namun, ada motif yang menjadi ciri khas dari
Batik Gemawang diantaranya terdapat tiga macam motif batik ciri Khas
Gemawang yang diangkat dari keadaan alam sekitar.
F. Motif Batik Gemawang
Batik Gemawang merupakan batik kreasi baru motif yang diangkat
merupakan hasil kreasi masyarakat dengan mengambil motif-motif dari alam
sekitar. Batik Gemawang memiliki motif modern yaitu motif batik kreasi baru
atau batik lukis tidak terikat lagi pada aturan atau ketentuan yang ada, tetapi lebih
tergantung pada seniman pembuatannya sehingga motif dan variasinya sangat
beragam, begitu juga peralatan yang digunakan semakin beragam tidak hanya
canting tetapi juga menggunakan kuas lukis.
Motif dan ornamen yang digunakan juga tidak seperti batik klasik atau batik
semiklasik namun ada juga yang mengembangkan dari motif klasik, fungsi dari
batik pun mulai bergeser dari yang sebelumnya sebagai jarik, selendang, ikat
kepala sudah berkembang menjadi busana, dan bahkan lukisan untuk batik ini
sudah sangat variatif. (Miftahul Jannah 2008 : 30)
1) Seri Kopi
Kembang Kopi (Bunga Kopi)
Kembang kopi memiliki warna putih yang melambangkan kesucian, dan
kopi adalah sebuah harapan karena kembang kopi yang keluar akan ditandai
dengan munculnya biji kopi. Harapannya agar kembang kopi ini tetap hidup dan
meningkatkan hasil panen bagi petani kopi.
Godong Kopi (Daun kopi)
Daun kopi memiliki arti proses kehidupan, bahwa sebuah proses tidak ada
yang cepat, seperti halnya ketika pohon akan berbuah harus melewati proses
tumbuh daun terlebih dahulu muncul bunga dan kemudian muncul buah yang
diharapkan.
Kopi umbaran (Kopi yang tumbuh liar)
Kopi umbaran merupakan kopi yang tumbuh di alam bebas dengan bentuk
pohon yang menjulang tinggi. Namun, hasil biji kopi yang dihasilkan akan lebih
enak dari kopi perkebunan. Mengandung arti sesuatu yang dibiarkan tidak
selamanya akan mendapat hasil buruk, tetapi akan mendapat hasil yang lebih
bagus dari pada yang terbiasa terawat.
Kopi Pecah
Kopi pecah menandakan bahwa biji kopi itu telah kering sempurna siap
untuk melalui proses selanjutnya. Mengandung arti sebuah proses pematangan
hidup yang sempurna.
Kopi Mawut
Kopi yang sudah jadi dan hasil dari kopi ini berupa bubuk kopi yang
benar-benar tergiling dengan sempurna tidak ada sisa biji kopi yang masih tertinggal,
menandakan kemakmuran.
2) Seri Tawon (lebah)
Tawon sobo merupakan lebah pekerja untuk mencari madu. Dengan
mengambil sari bunga tanpa harus membuat bunga itu layu atau mati. Tawon sobo
memiliki makna bahwa dalam bekerja harus sungguh-sungguh dan jangan sampai
merugikan orang lain.
Tolo Madu (Sarang Lebah)
Sarang lebah adalah tempat penyimpanan sari bunga yang telah
dikumpulkan. Memiliki makna dimana kita bekerja akan menyimpan hasil kerja
dirumah dan akan dibagi untuk keluarga dirumah.
3) Seri Baru Klinting
Seri Baru Klinting diangkat dari leganda di sekitar danau rawa Pening yang
diceritakan terdapat anak yang ingin diakui menjadi anak seorang mbok rondo.
Namun, mbok rondo tidak mau mengakui. Kemudian anak tersebut menjelma
menjadi seekor ular dan bertapa di sebuah bukit. Baru klinting topo (baru klinting
tapa) memiliki makna bahwa dalam mencapai sesuatu tujuan maka harus
berusaha dan meminta pada yang diatas agar diberi kelancaran.
Selain tiga seri motif yang sudah menjadi ciri khas batik Gemawang,
terdapat motif batik yang baru dikembangkan yaitu motif batik gedong songo
memiliki makna pelestarian budaya dengan penggambaran motif batik candi
gedong songo sebagai warisan budaya yang harus dilestarikan. Terdapat motif
yang baru dikembangkan yaitu motif Ndas Sepur adalah motif yang diambil dari
lokomotif yang ada di stasiun Ambarawa.
Selain makna motif yang dapat diangkat batik Gemawang terdapat pula
nilai-nilai kearifan lokal, diantaranya dengan mengangkat motif cerita legenda
dapat dipetik dari cerita legenda baru klinting dengan demikian batik Gemawang
secara tidak langsung ikut melestarikan kebudayaan Indonesia, dan untuk motif
kopi mengingatkan untuk pentingnya menjaga kelestarian alam. Selain itu masih
terdapat kearifan lokal yang masih terjaga sampai saat ini, yaitu tentang
kebersamaan masyarakat desa Gemawang masih menjaga nilai-nilai kebersamaan
saling bergotong royong. Ini terlihat ketika salah satu UKM dari masyarakat
Gemawang mendapat kunjungan dari luar maka para kelompok-kelompok UKM
yang lainnya akan ikut berkumpul dan mempromosikan barang hasil
produknya.(Wawancara: Abdul Kholiq Fauzi,13 Desember 2012)
A. Teknik Pembuatan Batik.
Berdasarkan cara pembuatannya, teknik membatik dapat dibedakan menjadi
dua cara sebagai berikut:
1. Batik tulis
Batik ini dikerjakan secara manual atau dalam pembuatan pola serta
pengisian warna dalam pola-polanya dilakukan dengan menggunakan
tangan manusia bukan menggunakan mesin, mengingat pengerjaannya
dilakukan secara manual, membuat batik tulis membutuhkan waktu yang
relatif lama.
2. Batik cap atau printing
Dengan berkembangnya industri-industri tekstil, cara pembuatan batik,
bahan pewarna batik dan bahan dasar kain batik pun ikut berkembang,
dengan demikian, berbagai jenis dan motif batik dapat dihasilkan dengan
Membatik dapat dilakukan pula dengan teknik cap atau printing pembuatan
batik cap dapat dilakukan dengan cepat, desain-desain batik dibuat dengan
mesin-mesin cetak. Seringkali dipasaran ditemukan tekstil dengan
motif-motif seperti batik. Kita dapat membedakan antara batik yang Sali dengan
batik hasil cetak, dengan melihat ciri-cirinya, batik asli mempunyai warna
yang jelas pada kedua sisi kain, jika hanya satu sisi kain yang terlihat jelas
warnanya dan sisi yang lain kurang jelas warnanya, berarti batik cetak atau
cap.
a. Proses Pembuatan Batik
Secara umum proses pembuatan batik melalui tiga tahapan yaitu pemberian
malam (lilin batik) pada kain, pewarnaan, dan pelepasan lilin dari kain.
Sebelum proses pembatikan dimulai terdapat langkah yang perlu
dipersiapkan baik bahan maupun peralatan:
1. Anglo atau kompor kecil sebagai pamanas malam, kemudian persiapkan
wajan kecil berisi malam diletakkan di dalamnya. Malam yang dipanaskan
mancair dengan sempurna, hal iru dimaksudkan agar malam dapat lancar
keluar melalui ujung canting dan meresap dalam kain yang akan dibatik.
2. Perlengkapan lain yang dipersiapkan adalah dingklik, kipas, dan anglo
kemudian mori dipersiapkan di atas gawangan dekat anglo/kompor kecil
letak duduk pembatik adalah di antara gawangan dan anglo. Letak
gawangan disebelah kiri dan anglo di sebelah kanan pembatik, agar tidak
terkena panas lilin yang menetes, maka diletakkan kain pengaman di atas
3. Pembatik mulai memegang canting untuk memulai mengerjakan batik cara
memegang canting yang baik adalah dengan ibu jari, jari telunjuk dan jari
tengah seperti memegang pensil ketika menulis, hanya saja arah tangkai
yang berbeda tangkai canting posisinya horisontal, posisi canting demikaian
bertujuan untuk menjaga lilin dalam canting nyamplungan tidak tumpah
setelah persiapan sudah semua maka berikutnya adalah:
a. Pemberian lilin.
Malam yang telah mendidih dalam wajan diciduk dengan canting kemudian
dibatik di atas mori yang telah digambar atau diberi motif. Sebelum dibatikkan
canting ditiup terlebih dahulu dengan hati-hati. Hal ini untuk menghindari agar
lilin dalam canting tidak tumpah, dan fungsi meniup lilin tersebut sebagai berikut.
o Mengembalikan cairan lilin ke dalam nyamplungan dan agar lilin tidak
menetes sebelum ujung canting ditempelkan pada mori.
o Menghilangkan cairan lilin membasahi ujung/cucuk canting dari goresan
menjadi baik dan rapi.
o Untuk mengkontrol kemungkinan ujung canting dari tersembat oleh kotoran
lilin yang dapat menyumbat canting.
Apabila keadaan lilin sudah baik barulah dapat digoreskan pada mori pada saat
menggoreskan tangan sebaiknya diletakkan di sebalik mori sebagai landasan mori
yang sedang digores dengan canting.
Proses pemberian lilin yang dilakuakan para pembatik sekarang berbeda bila
ditiggalkan ntuk mencari praktisnya namun sebagaian tidak dapat ditinggalkan
seperti berikut.
o Membatik kerangka
Setelah mori diberi motif batik atau biasa disebut pola, canting digoreskan
pada garis-garis gambar atau pola tersebut dengan menggunakan malam klowong.
Pada tahap ini hasil pekerjaannya disebut klowongan atau batik kosongancanting
yang dipergunakan dalam tahapan ini adalah canting klowong.
o Ngisen-Iseni
Canting yang dipergunakan untuk ngisen-iseni artinya adalah mengisi atau
memberi isi. Canting isen ada bermacam-macam dan penggunaanya tergantung
pada motif yang ada.
o Nembok
Motif batik tidak seluruhnya diberi warna atau akan diberi warna yang
berrmacam-macam pada waktu proses penyelesaiankai. Bagian-bagian yang tidak
akan diberi warna akan ditutup dengan lilin batik atau malam, cara menutupnya
dengan canting tembokkan canting yang bercucuk besar dan menggunakan lilin
tembokan, tahapan ini disebut nemboki. Pada tahap ini pembatik harus teliti dan
rata sehingga cat warna ini tidak dapat tembus ke mori batik proses ini tidak
hanya dilakukan ada dasar motif, tetapi juga dilakukan untuk menutup
bagian-bagian motif yang besar misalnya bunga dan daun.
o Pewarnaan
Setelah tahap pemberian lilin selesai proses selanjutnya adalah pewarnaan.
Jadi, untuk mendapatkan warna yang bermacam-macam dilakukan proses
pemberian lilin dan pewarnaan yang berganti-ganti. Contoh pemberian warnanya
adalah untuk mendapatkan warna hijau maka mori dicelup kelarutan warna hijau
kemudaian ditutup dengan malam lagi untuk dicelup pada warna berikutnya.
b. Cara Merawat Batik Dengan Pewarna Alam
Batik yang dicelup menggunakan pewarna alami memang lebih cepat pudar
disbanding dengan menggunkan pewarna kimiawi, karena batik dengan pewarna
alami tidak mengalami proses fiksasi penguncian warna yang maksimal kain
batik dengan pewarnaan alami membutuhkan penaganan khusus dibanding kain
batik biasa. Untuk merawat kain batik dengan pewarna alami dapat dilakukan
dengan cara :
1. Mencuci kain batik dengan menggunakan sampho rambut. Sebelumnya,
larutkan dulu sampo hingga tidak ada lagi bagian yang mengental setalah itu
baru kain batik dicelupkan, dapat juga menggunakan sabun pencuci khusus
ubtuk
2. kain batik yang dijual dipasaran akan tetapi jangan terlalu lama dalam
merendamnya.
3. Kain batik jangan dicuci dengan menggunakan mesin cuci, cara mencuci
kain batik seperti ini akan membuat warna alami kain batik tak bertahan
lama.
4. Sebaiknya tidak menjemur kain batik berpewarna alami di bawah sinar
matahari langsung dan lebih bagus jika menjemurnya dalam keadaan
5. Dengan memberi pewangi dan pelembut kain pada batik tulis jangan
disemprotkan langsung pada kainnya, sebelumnya, tutupi terlebih dahulu
kain dengan kain pelapis lainnya lebih baik yang berwarna muda atau polos.
6. Dalam menyetrika agar kain tidak rusak dapat dilapisi dengan kain pelapis
untuk menyetrika.
B.Persepsi Masyarakat Mengenai Batik Gemawang
Persepsi masyarakat Gemawang sendiri bangga karena ada yang bisa
dibanggakan dari desanya, melalui batik Gemawang yang sudah terkenal dan tak
jarang sering adanya kunjungan-kunjungan baik umum maupun dinas berimbas
terhadap perekonomian masyarakat sekitar desa. Ketika ada kunjungan yang
datang masyarakat berkumpul dan masing-masing menawarkan hasil produksinya
ada yang berupa olahan kripik, penjualan pasta warna untuk batik, pupuk alami,
jamur tiram hasil-hasil UKM yang ada di desa Gemawang ikut dipromosikan.
Batik Gemawang merupakan batik yang khas terdapat motif-motif yang
dikembangkan sendiri yang diambil dari keadaan alam sekitar. memanfaatkan
warna-warna alami yang diambil dari tumbuh-tumbahan yang tumbuh subur di
daerah sekitar desa.(Wawancara: Kusmiati, 16 Januari 2013)
Sangat disayangkan apabila ketrampilan membatik seperti ini tidak
dilestarikan, kebanyakan dari peserta sanggar kursus membatik adalah usia lanjut
perlunya regenerasi dari generasi muda untuk ikut serta dalam kesenian batik ini
Karena selain untuk mengajarkan kesenian, melalui membatik ini dapat
dikembangkan untuk membuka lapangan pekerjaan kelak dikemudian hari.