• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Spasial Keberadaan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) di Denpasar, Badung dan Tabanan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Spasial Keberadaan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) di Denpasar, Badung dan Tabanan."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENELITIAN

ANALISIS SPASIAL KEBERADAAN

FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA (FKTP)

DI DENPASAR, BADUNG DAN TABANAN

TIM PENGUSUL

Ketut Hari Mulyawan,S.Kom., MPH

dr Ketut Suarjana, MPH

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

RINGKASAN

Keberadaan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) terus bertambah seiring bertambahnya kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). FKTP yang terdaftar pada BPJS Kesehatan Kantor Cabang (KC) Denpasar yang meliputi area Denpasar, Badung dan Tabanan peningkatan terjadi secara significan dari 178 pada Januari 2015 menjadi 276 pada agustus 2015. Kebutuhan FKTP khususnya bagi daerah – daerah pinggiran semakin dirasa mengingat peningkatan kepesertaan JKN akan berbanding lurus dengan meningkatnya kunjungan pasien ke fasilitas kesehatan. Pertumbuhan ketersediaan FKTP apabila tidak diiringi dengan distribusi yang baik akan mengakibatkan kerugian bagi pihak peserta dan juga memungkinkan terjadinya persaingan yang tidak sehat diantara FKTP. Berbagai penelitian telah menunjukkan ketidakmerataan (inequity) persebaran fasilitas kesehatan dapat menyebabkan terhambatnya program-program perbaikan kesehatan masyarakat.

(3)

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Analisis Spasial Keberadaan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) Di Denpasar, Badung Dan Tabanan

Ketua Peneliti

a. Nama lengkap dengan gelar : Ketut Hari Mulyawan, S.Kom., MPH b. Pangkat/Gol/NIP : Penata Muda /IIIa/19760101 200604 1 003 c. Jabatan Fungsional/Struktural : Asisten ahli

d. Pengalaman penelitian : (terlampir dalam CV) e. Program Studi/Jurusan : Kesehatan masyarakat

f. Fakultas : Kedokteran

g. Alamat Rumah/HP : Jl. Pulau Morotai No. 60 Denpasar

i. E-mail : [email protected]

Jumlah Anggota Peneliti : 1 orang

Jumlah Mahasiswa : 3 orang

Lokasi Penelitian : Seluruh FKTP Denpasar, Badung & Tabanan Kerjasama

Mengetahui: Denpasar, 11 Maret 2015

Ketua PS IKM Ketua Peneliti,

(dr P A Swandewi Astuti, MPH) (Ketut Hari Mulyawan, S.Kom., MPH)

(4)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemerintah dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia mencanangkan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang mewajibkan seluruh masyarakat Indonesia mengikuti asuransi kesehatan sosial. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) selaku badan yang menyelenggarakan JKN mencanangkan bahwa 1 Januari 2019 seluruh penduduk Indonesia memiliki jaminan kesehatan nasional guna menjamin akses terhadap pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia (Cakupan Semesta/Universal Coverage).

Selain kepesertaan, ketersediaan fasilitas kesehatan juga menjadi faktor penting dalam menciptakan jaminan kesehatan bagi seluruh masyarakat dengan menjamin akses ke pelayanan kesehatan. BPJS merangkul fasilitas kesehatan baik dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) hingga Tingkat Sekunder. Ketersediaan fasilitas kesehatan dapat menarik minat masyarakat dalam mengikuti JKN apabila akses terhadap fasilitas kesehatan dirasa mudah oleh pasien, dalam artian akses secara finansial (financialaccessibility), geografis (Geographical accessibility), ketersediaan (availability) berbagai jenis fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan pasien dan akseptabilitas (acceptability) terhadap fasilitas pelayanan (peter et al., 2008).

(5)

Tingkat partisipasi fasilitas kesehatan dalam program JKN cukup tinggi, khususnya bagi FKTP. BPJS Kesehatan Kantor Cabang Denpasar yang meliputi Denpasar, Badung dan Tabanan memiliki 178 FKTP pada awal 2015 meningkat signifikan sebanyaj 276 pada agustus 2015. Keberadaan FKTP ini perlu di rencanakan dengan baik selain dalam hal kualitas juga sebarannya sehingga keberadaannya tidak mengumpul pada suatu lokasi dan kosong pada lokasi – lokasi yang lain.

Hingga saat ini BPJS Kesehatan tidak mempertimbangkan keberadaan FKTP dalam kriteria perekrutan FKTP. Hal ini terjadi karena tidak adanya informasi mengenai kebutuhan FKTP berbasis kewilayahan. Selain informasi mengenai kebutuhan per wilayah, informasi mengenai distribusi FKTP dalam suatu wilayah juga diperlukan agar jangan sampai terjadi clustering FKTP dalam wilayah yang sama.

Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan solusi ideal dalam memetakan keberadaan fasilitas kesehatan baik tingkat pertama maupun sekunder. Bila BPJS mengetahui dengan jelas keberadaan dan pola sebaran dari fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan mereka, maka BPJS akan dapat mengarahkan sebaran fasilitas kesehatan yang akan bekerja sama dengan mereka secara lebih baik. Hal ini tidak dapat dilakukan dengan hanya mengetahui alamat dari fasilitas kesehatan dalam sebuah tabel, diperlukan sebuah peta yang dapat memberikan informasi secara kewilayahan sehingga dapat memberikan informasi yang lebih mudah dipahami. Peneliti memiliki kompetensi dalam hal sistem informasi dan lebih mendalami pada bidang kesehatan masyarakat. Perkembangan sistem informasi geografis tidak terlepas dari mudahnya akses terhadap setiap orang terhadap peta maupun citra satelit terutama yang dimotori oleh google dan bing. Peneliti dalam melakukan penelitian ini akan memanfaatkan aplikasi berlisensi publik yang memanfaatkan akses terhadap peta bing yang disediakan micrososft.

(6)

Rumusan Masalah

Pertambahan jumlah FKTP apabila tidak dibarengi dengan distribusi yang baik akan memberikan permasalahan dikemudian hari dengan munculnya cluster-cluster lokasi FKTP sehingga dapat mengurangi akses masyarakat dalam hal akses secara geografis (jarak dan waktu tempuh pasien terhadap fasilitas kesehatan). Hal ini akan mengurangi pelayanan BPJS kepada peserta JKN yang pada akhirnya akan menurunkan partisipasi masyarakat terhadap program JKN.

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan memetakan distribusi keberadaan FKTP yang bekerja sama dengan BPJS yang berada pada wilayah kerja Kantor Cabang Denpasar yang meliputi Denpasar, Badung dan Tabanan.

Tujuan Khusus

(7)

TINJAUAN PUSTAKA

Ketersediaan Fasilitas Kesehatan

Akses terhadap fasilitas kesehatan merupakan permasalahan komplek yang meliputi berbagai aspek yaitu akses finansial (financial accessibility), ketersediaan (availability) berbagai jenis fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan pasien, akses secara geografis (geographical accessibility) dan akseptabilitas (acceptability) pasien terhadap fasilitas kesehatan (Peter et al., 2008). dalam penelitian tersebut mencatat bahwa pada negara-negara dengan income rendah dan menengah masyarakat miskin selalu mengalami kerugian pada setiap aspek. Indonesia berusaha memberikan akses terhadap pelayanan kesehatan dengan menetapkan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) khususnya dalam akses finansial.

Ketersediaan fasilitas kesehatan merupakan hal penting dalam rangka peningkatan dan menjaga kesehatan pada masyarakat. Ketersediaan fasilitas kesehatan khususnya yang dapat diakses oleh masyarakat akan mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Dalam hal ketersediaan, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) berusaha memberikan fasilitas kesehatan yang mencukupi dengan terus mengembangkan kerja sama dengan pihak swasta dalam melayani peserta JKN.

(8)

Ketersediaan fasilitas kesehatan akan sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan khususnya pada kondisi-kondisi kegawat-daruratan. Ketersediaan fasilitas kesehatan menjadi kunci penting dalam hal penanganan penyebaran penyakit menular, bencana alam maupun kegawat-daruratan lain. Leveratt (2006) menyebutkan angka kematian bagi penduduk dipedalaman Australia dua kali dari penduduk perkotaan disebabkan cedera, tiga kali akibat kecelakaan lalu-lintas dan dua kali karena jatuh di usia tua, hal ini diantaranya disebabkan jarak yang harus mereka tempuh untuk menuju fasilitas kesehatan sangat jauh yang berujung pada biaya yang harus mereka keluarkan juga lebih besar selain itu biaya pelayanan dipedalaman tercatat lebih besar dari diperkotaan. Hal ini diperparah dengan ketidak-tersediaan dokter (General Practitioner), dari data yang diperoleh dari Australian Medical Association (AMA) pada tahun 2002 menyebutkan dari 21,000 hanya 22,4% (4,700) yang melakukan praktek kedokterannya pada wilayah pedesaan/pedalaman. Keadaan ini menyebabkan penolakan untuk dirawat di rumah sakit oleh mereka yang tinggal pada kawasan terpencil.

Gambar 1. Penolakan rawat inap berdasarkan wilayah tahun 2001/2002

(9)

Peran Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) bagi merupakan ujung tombak bagi pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Bagi usaha peningkatan derajat kesehatan, peran FKTP menjadi penting kerena FKTP relative lebih murah dan apabila terdistribusikan dengan baik maka akan dapat mencegah penyebaran penyakit pada level yang lebih luas. Keberhasilan program JKN sedikit banyak dipengaruhi oleh ketersediaan pelayanan kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Ketersediaan FKTP dalam jarak yang dekat dari pemukiman/rumah peserta atau calon peserta akan meningkatkan minat masyarakat dalam mengikuti JKN, terlepas dari peraturan pemerintah yang mewajibkan seluruh masyarakat menjadi peserta JKN.

Distribusi FKTP merupakan kata kunci dalam mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, berbagai metode tersedia untuk mendistribusikan fasilitas kesehatan, rasio penduduk-fasilitas kesehatan per batas administrasi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan. Metode ini apabila diaplikasikan dengan pemetaan akan dapat memberikan gambaran ketersediaan/kebutuhan fasilitas kesehatan dalam suatu wilayah.

Pemetaan dengan menggunakan provider-to-population ratios dapat memberikan gambaran yang dapat dengan mudah dipahami mengenai ketersediaan fasilitas kesehatan apabila dilihat berdasarkan jumlah penduduk pada suatu batas administrasi tertentu (Guagliardo, 2004). Pada gambar 2 dapat dilihat wilayah – wilayah yang sangat membutuhkan ketersediaan provider dan wilayah yang telah memiliki provider yang mencukupi.

(10)

pada wilayah yang mayoritas berwarna hijau, atau bisa diartikan bahwa terdapat wilayah yang kekurangan fasilitas kesehatan pada wilayah yang mayoritas telah tercukupi jumlah fasilitas kesehatannya.

Gambar 2. Provider-to-population ratios overlaid by cencus tract border

Boulos (2004) dalam penelitiannya menggambarkan secara jelas distribusi dokter gigi yang bekerja sama dengan jaminan kesehatan yang ada di Ingris per 1000 penduduk pada setiap

wilayah kerja jaminan kesehatan tersebut.

(11)

Stortford) sama-sama memiliki jumlah dokter gigi yang memadai (0,61). Dari data ini dapat dilihat telah terjadi “sesuatu” pada South Cambridgeshire City sehingga memiliki dokter gigi

yang tidak memadai.

Gambar 3. “Traffic light” map of dentist distribution per 1,000 people by PCT in four classes

(12)

Pada penelitian ini pemanfaatan peta “traffic light” juga dapat digunakan untuk

membuat analisis kebutuhan FKTP per desa dengan cara memetakan ketersediaan FKTP pada sebuah desa sehingga dapat terlihat desa dengan kebutuhan yang tinggi dan desa yang sudah terpenuhi kebutuhan akan FKTP. Informasi ini akan menjadi informasi yang sangat penting bagi BPJS selaku badan penyelenggara JKN agar dapat mendistribusikan FKTP yang bekerjasama secara merata sehingga para peserta JKN dapat memperoleh akses terhadap fasilitas kesehatan yang adil dimanapun mereka tinggal. BPJS dapat memutuskan untuk tidak mengadakan kerjasama baru pada wilayah yang sudah “memenuhi quota” dan menyarankan FKTP untuk dapat berlokasi pada desa-desa yang masih membutuhkan.

Selain menggunakan peta tematik atau “traffic light” distribusi juga dapat dilakukan

dengan memetakan lokasi tempat praktek FKTP yang ada, hal ini akan dapat melihat bagaimana distribusi didalam sebuah desa, khususnya bagi desa dengan luas wilayah yang luas. Distribusi dalam wilayah juga diperlukan untuk meminimalisir lokasi praktik yang terlalu berdekatan dan lebih mendistribusikan pada wilayah-wilayah yang lebih tepat.

Service Availability Mapping (SAM) merupakan perangkat yang dikembangkan oleh World Health Organization (WHO) untuk mengumpulkan dan menampilkan informasi mendasar tentang pelayanan kesehatan. Uganda merupakan salah satu negara yang menggunakan SAM yang menghasilkan data dasar yang akan digunakan untuk meningkatkan pelayanan dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS seperti AntiRetroviral Theraphy (ART), Pencegahan penularan ibu-ke-anak (PMTCT), konseling dan HIV test .

(13)

dihasilkan oleh SAM pada awal tahun 2014 dan penambahan fasilitas kesehatan dengan pelayanan ART baik yang diadakan oleh program khusus presiden (segitiga merah) maupun penambahan fasilitas dari alokasi dana departemen kesehatan (segitiga biru). Penambahan fasilitas dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat kepadatan penduduk yang diseluruh wilayah Uganda, sehingga pada akhir tahun 2004 fasilitas telah dirasa terdistribusi dengan baik khususnya pada wilayah-wilayah padat penduduk.

(14)

Gambar 3. Distribusi fasilitas kesehatan dengan pelayanan ART di Uganda

Cakupan Pelayanan FKTP

Selain melihat keberadaan FKTP, hal yang perlu diperhatikan dalam mendistribusikan FKTP adalah cakupan pelayanan FKTP tersebut. Peta cakupan pelayanan dari masing – masing FKTP akan dapat membantu BPJS dalam mendistribusikan FKTP secara lebih baik dan terarah. Setiap jenis FKTP memiliki cakupan yang berbeda misalkan, cakupan dokter praktik mandiri akan berbeda dengan cakupan klinik maupun Puskesmas.

(15)

yang dihasilkan masih sangat kasar, karena cakupan hanya akan dihitung berdasarkan garis lurus/diameter pada sebuah lingkaran yang diasumsikan sebagai cakupan pelayanan. Mengingat data yang tersedia maka Euclidean buffer merupakan metode paling rasional saat ini, kecuali diperlukan penelitian yang dapat menghasilkan informasi mengenai kecepatan per ruas jalan dan informasi lain yang dibutuhkan.

Ismaila (2013) dalam penelitiannya menganalisa ketersediaan fasilitas kesehatan dengan menggambarkan cakupan pelayanan fasilitas kesehatan sejauh radius 1 Km. Hasil dari pemetaan menunjukkan beberapa area pada wilayah penelitian tidak berada pada cakupan pelayanan kesehatan, hal ini menunjukkan ketidak-merataan pendistribusian fasilitas kesehatan sehingga ada beberapa fasilitas kesehatan yang cakupannya mengalami overlapping sedangkan pada wilayah tertentu terdapat wilayah yang tidak berada dalam cakupan pelayanan.

(16)

Gambar 5. Cakupan pelayanan kesehatan di Yola, Nigeria menggunakan Eucli dean Buffer Analysis

(17)

Pengukuran area cakupan pelayanan kesehatan khususnya pada wilayah perkotaan dilakukan oleh Masoodi (2015) yang mencoba menggunakan beberapa metode salah satunya menggunakan Euclidean buffer yang dipetakan dalam beberapa ukuran radius cakupan. Hasil penelitian menggambarakan variasi cakupan pelayanan, hal ini penting bagi pengambil keputusan untuk dapat melihat beberapa scenario yang tersedia sehingga dapat mengambil kebijakan berdasarkan berbagai pertimbangan.

Gambar 6. Cakupan pelayanan kesehatan dengan menggunakan beberapa radius pelayanan

(18)

kepadatan penduduk yang rendah BPJS dapat mempertimbangkan distribusi FKTP menggunakan buffer dengan radius yang lebih luas dari radius yang digunakan untuk wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi.

(19)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada seluruh fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) yang ada diwilayah kerja BPJS Kantor Cabang Denpasar yang meliputi wilayah Kota Denpasar, Kabupaten Badung dan Kabupaten Tabanan. Data FKTP akan diperoleh dari kantor BPJS kantor cabang Denpasar.

Bahan dan Alat

Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Positioning System (GPS) yang akan memberikan koordinat dari tempat praktik/lokasi FKTP yang bekerja sama dengan BPJS Kantor Cabang Denpasar. Pengukuran koordinat akan dilakukan dengan mengunjungi seluruh FKTP dan mengambil koordinat secara langsung dilokasi.

Dalam melakukan survey FKTP surveyor akan dilengkapi dengan formulir survey yang akan mencatat koordinat dan identitas subyek penelitian (FKTP). Pengambilan koordinat akan menggunakan kaidah-kaidah yang standar dalam pengukuran koordinat seperti penentuan lokasi pengambilan koordinat, akurasi yang dapat ditolerir dll.

Pengolahan dan analisa akan dilakukan dengan bantuan aplikasi sistem informasi geografis yang dapat menghasilkan peta sesuai tujuan penelitian.

Metode

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan eksploratif untuk dapat melihat distribusi FKTP dan analisa ketersediaan fasilitas kesehatan yang ada di Kota Denpasar, Kabupaten Badung dan Kabupaten Tabanan.

(20)
(21)

HASIL PENELITIAN

Distribusi FKTP

FKTP yang terdaftar pada BPJS KC Denpasar sejumlah 249 yang tersebar pada 3 kabupaten yaitu Kota Denpasar, Kabupaten Badung dan Tabanan yang menjadi wilayah kerja BPJS KC. FKTP yang ada meliputi 4 kategori yaitu dokter praktek mandiri (dr umum dan dr gigi), Klinik/Balai Pengobatan/Praktek Dokter Bersama dan Puskesmas. Perbedaan dari ketiga kategori FKTP ini terletak pada jumlah pasien yang dapat dilayani oleh FKTP per hari yang secara langsung mempengaruhi jumlah maksimal peserta yang terdaftar pada FKTP tersebut.

Persebaran FKTP yang terdaftar di BPJS KC Denpasar di 3 kabupaten/kota dapat dilihat pada Tabel 1, dimana secara jumlah Kota Denpasar memang memiliki FKTP yang terbanyak dibanding 2 kabupaten/kota yang lainnya.

Tabel.1 Jumlah FKTP per Kabupaten/Kota

Kabupaten/Kota Jumlah Dokter praktek mandiri merupakan jenis FKTP terbanyak yang ada di 3 kabupaten/kota yang ada.

Tabel.2 Jenis FKTP per Kabupaten/Kota

(22)

Klinik 20 19.8%

Puskesmas 11 10.9%

Tabanan 68 27,3%

dr 12 17.6%

drg 33 48.5%

Klinik 3 4.4%

Puskesmas 20 29.4%

Pemanfaatan SIG akan memberikan visualisasi dari data yang tersaji dalam bentuk tabel, hal ini memberikan informasi yang lebih mudah dicerna khususnya dalam hal melihat sebaran FKTP yang ada. Pada gambar 7 dapat dilihat sebaran FKTP yang ada di 3 kabupaten/kota yang menjadi wilayah kerja BPJS KC Denpasar.

(23)

Jika dirinci lebih detil memetakan distribusi FKTP berdasarkan jenis FKTP yang terdiri dari dokter praktik mandiri (dr & drg), Klinik dan Puskesmas maka akan dihasilkan peta seperti dibawah (peta 8).

(24)

Gambar 9. Heat map distribusi FKTP

Distribusi FKTP dapat disajikan dalam bentuk heat map yang akan meberikan informasi sebaran secara lebih baik dengan mengelompokkan keberadaan FKTP menjadi tinggi (high) dan rendah (low). Dari tabel 9 dapat dilihat secara lebih jelas denpasar memiliki konsentrasi tertinggi.

Cakupan Pelayanan FKTP

(25)

Dari peta distribusi FKTP dilakukan analisa buffering dengan 3 skema yaitu cakupan pelayanan 500m, 1 Km dan 2 Km. Skema diberikan 3 opsi untuk melihat fisibilitas luas cakupan mengingat 3 wilayah terdiri dari wilayah perkotaan dan pedesaan (terpencil)

Gambar 10. Cakupan pelayanan FKTP radius 500m

(26)

Gambar 11. Cakupan pelayanan FKTP radius 1km

(27)

Gambar 12. Cakupan pelayanan FKTP radius 2km

(28)

Gambar 13. Cakupan pelayanan FKTP radius 2km

Kebutuhan FKTP

Ketersediaan per Desa dianalisa dengan menggunakan data jumlah penduduk per desa dan keberadaan FKTP sesuai jenis. Keberadaan penduduk per desa digunakan mengingat target BPJS selaku badan pelaksanan jaminan sosial pada tahun 2019 akan mencapai universal coverage dengan target 90% dari total penduduk akan menjadi peserta BPJS.

Pembobotan dilakukan pada FKTP berdasarkan jenis FKTP dimana masing – masing FKTP akan memiliki bobot yang berbeda yang akan berimplikasi dari jumlah maksimum peserta yang terdaftar pada FKTP Tersebut.

(29)

Jenis FKTP Bobot Jumlah Maks Peserta

dr Umum 1 5.000

Klinik 2 10.000

Puskesmas 3 15.000

Setelah dihitung dan dilakukan skoring berdasarkan pembobotan diatas maka didapat total skor ketersediaan FKTP dan Skor kebutuhan FKTP. Skor Kebutuhan akan digunakan untuk memetakan kebutuhan FKTP per desa sehingga dapat memberikan informasi yang lebih mudah dicerna.

Tabel.4 Ketersediaan dan Kebutuhan FKTP

(30)
(31)
(32)
(33)
(34)

DESA TENGKUDAK 2630 1 0 1

DESA PENATAHAN 2615 1 1 3 -2

DESA REJASA 1641 1 0 1

DESA RIANGGEDE 2880 1 0 1

DESA JEGU 3266 1 2 2 -1

DESA TAJEM 8440 2 0 2

Dari data yang ada kemudian dianalisa dengan menggunakan software SIG sehingga menghasilkan peta kebutuhan FKTP per desa seperti yang tersaji pada gambar 10. Dari peta yang dihasilkan akan memudahkan FKTP dalam mendistribusikan FKTP khususnya bagi mereka yang ingin menjadi provider BPJS Kesehatan khususnya pada Kantor Cabang Denpasar.

(35)

Gambar 14. Heat map distribusi FKTP

PEMBAHASAN

(36)

Data keberadaan FKTP dalam bentuk tabel akan memberikan informasi mengenai jumlah FKTP yang bekerja-sama dengan BPJS tetapi dimana mereka berada, bagaimana cakupan wilayah pelayanan mereka dan dimana saja wilayah yang masih membutuhkan pelayanan tidak akan terjawab dengan mudah. Sistem Informasi Geografis yang menyajikan data secara visual dalam bentuk peta akan memberikan informasi yang mudah dicerna.

Pada analisis cakupan pelayanan, khususnya skema 2 km, tergambar bahwa sebagian besar wilayah kerja BPJS KC Denpasar telah terlayani oleh fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS akan tetapi jika dianalisa lebih dalam maka wilayah Kota Denpasar ternyata merupakan wilayah dengan kebutuhan FKTP tertinggi.

BPJS yang menjadi penentu akhir apakah sebuah faskes akan diterima bekerja sama sebagai vendor atau tidak seyogyanya mempertimbangkan keberadaan faskes dan kebutuhan tersebut wilyah sekitar akan FKTP BPJS. Pada wilayah-wilayah yang sudah melebihi kuota seyogyanya BPJS tidak menerima lagi permohonan kerjasa dari faskes baru dan akan lebih baik apabila BPJS dapat memberikan saran lokasi ideal untuk mendirikan faskes.

Pada daerah-daerah yang masih membutuhkan keberadaan FKTP, BPJS sebaiknya mempertimbangkan cakupan pelayanan FKTP yang telah ada dan lokasi calon FKTP dan cakupannya sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih dekat bagi anggota JKN dan menghidarkan FKTP yang memiliki cakupan perlayanan yang overlapping. Cakupan pelayanan yang saling tumpang tinding akan mengurangi akses masyarakat ke FKTP dalam hal jarak tempuh, selain itu bagi FKTP sendiri akan menimbulkan peluang terjadinya “persaingan” yang tidak sehat dalam hal merekrut peserta, karena FKTP akan dibayar dengan

(37)

Pemilihan jenis FKTP juga perlu menjadi pertimbangan BPJS dalam hal pendistribusian FKTP. Satu Klinik/Puskesmas akan terdiri dari beberapa dokter sehingga waktu pelayanan akan lebih lama atau jumlah pasien yang dilayani akan banyak. Sedangkan praktek dokter mandiri akan memiliki keuntungan dalam hal persebaran, dimana 1 klinik/puskesmas akan berada pada satu tempat/lokasi sedangkan apabila diasumsikan 1 puskesmas = 3 dokter praktik mandiri maka 1 lokasi puskesmas = 3 lokasi dokter praktik mandiri yang jika terdistribusi dengan baik akan dapat lebih melayani masyarakat secara lebih luas.

Salah satu hal yang sangat bermanfaat dari SIG pada kasus ini pada saat akan mendistribusikan FKTP pada wilayah yang “kurang diminati” oleh faskes yang ingin bekerja

sama dengan BPJS. Dengan peta BPJS dapat mendistribusikan FKTPnya pada lokasi-lokasi perbatasan sehingga keteredian FKTP dapat dimanfaatkan bersama oleh beberapa desa.

KESIMPULAN DAN SARAN

Peta keberadaan, cakupan pelayanan dan kebutuhan FKTP merupakan alat bantu yang dapat memberikan informasi yang sangat berguna bagi BPJS dalam mengelola FKTP yang bekerja sama dengan mereka.

Informasi mengenai keberadaan akan dapat meberikan lokasi pasti dimana saja FKTP yang bekerja sama dengan mereka dan jika informasi ini disampaikan secara luas ke publik maka masyarakat dapat memilih FKTP yang paling dekat dengan mereka dalam hal mencari pelayanan kesehatan.

(38)

Peta kebutuhan dapat menjadi salah satu pertimbangan bagi BPJS dalam mengambil keputusan menerima atau tidak permohonan fasilitas kesehatan yang ingin menjadi FKTP BPJS.

BPJS seyogyanya menyebarkan informasi mengenai keberadaan FKTP dalam bentuk peta sehingga masyarakat/peserta dapat memilih FKTP yang paling menguntungkan bagi mereka khususnya dalah hal jarak tempuh menuju FKTP mereka.

(39)
(40)

RINCIAN BIAYA

Kuantitas Satuan Harga

Satuan

Biaya

Pembuatan Proposal &

Laporan ATK

Kuantitas Satuan Harga

Satuan

Biaya

Transport kelapangan survey 250 survey kali 50.000 12.500.000 Honor Surveyor survey 250 lokasi kali 50.000 12.500.000

Sub Total 25.0000.000

Biaya Lain-lain (Diseminasi)

Penyelenggaraan Sewa ruangan 1 paket 600.000 600.000

Konsumsi peserta 30 org 40.000 1.200.000

Sub Total 1.800.000

(41)

TIM PENGUSUL

No Nama/NIDN Instansi

Asal

A.Identitas Diri Ketua Peneliti

1. Nama Lengkap (dengan gelar) Ketut Hari Mulyawan, S.Kom., MPH L 2. Jabatan Fungsional Asisten Ahli

3. Jabatan Struktural Penata Tk I/IIIa 4. NIP/NIK/No.Identitas lainnya 197601012006041003

5. NIDN 0001017610

6. Tempat dan Tanggal Lahir Denpasar, 1 Januari 2015

7. Alamat Rumah Jl Pulau Morotai No.60. Denpasar – Bali 8. Nomor Telepon/Faks /HP +6281337012896

9. Alamat Kantor PSIKM, Gedung PS IKM, Universitas Udayana, Jln P.B. Sudirman,

Denpasar, Bali 10. Nomor Telepon/Faks 0361 245741 11.

Alamat e-mail [email protected]; hari.mulyawan @unud.ac.id 12. Lulusan yang telah dihasilkan 12 orang

13. Mata Kuliah yg diampu 1. Manajemen Data dan Informasi Kesehatan

(42)

B. Riwayat Pendidikan

Program S-1 S-2 S-3

Nama Perguruan Tinggi Institut Sains dan Teknology Palapa

Universitas Gadjah Mada

Bidang Ilmu Teknologi Komputer Public Health

Tahun Masuk 1994 2008 Informasi Surat Ijin Praktek Dengan

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir

(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan

Sumber *) Jml (Juta Rp.)

1. 2013 Opinion poll for assessing support and barrier to Smoke Free Law (Perda No 10 thn 2011)

The Union 20

2 2013 Compliance study I toward Smoke Free Law (Perda No 10 thn 2011)

The Union 80

3 2012 Persepsi masyarakat kabupaten Badung tentang KTR

Dinkes Badung 30

D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat

Pendanaan

Sumber *) Jml (Juta Rp.)

1 2011 Pelatihan Petugas Dinas Kesehatan tentang penggunaan GIS untuk pemetaan

DIPA IKM 4

2 2012 Workshop Pengembangan KTR di Badung DIPA 4

*) Tuliskan sumber pendanaan : Penerapan IPTEKS – SOSBUD, Vucer, Vucer Multitahun, UJI, Sibermas, atau sumber dana lainnya

E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor Nama Jurnal

1. Dian Kurniasari, Putu Ayu Swandewi, Hari Mulyawan, Aplikasi sistim informasi geografis untuk memetakan distribusi sasaran pemantauan kesehatan ibu di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan

Juni 2012, vol I;1, 18-27

ACH

(43)

No. Nama Pertemuan ilmiah/ Seminar

Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan penelitian : Hibah Litbang FK

Denpasar, 11 Maret 2015

Ketut Hari Mulyawan, S.Kom., MPH NIP. 19760101 200604 1 003

(44)

1. Nama Lengkap (dengan gelar) dr. Ketut Suarjana, MPH L/P 2. Jabatan Fungsional Asisten Ahli

3. Jabatan Struktural -

4. NIP/NIK/No.Identitas lainnya 197911182006041002 5. NIDN 0018117904

6. Tempat dan Tanggal Lahir Denpasar, 18 November 1979 7. Alamat Rumah Jl WR Supratman Gang Ayu I Tohpati 8. Nomor Telepon/Faks /HP 0361 465718

9. Alamat Kantor Jl PB Sudirman Denpasar 10. Nomor Telepon/Faks 0361-7448773

11. Alamat e-mail [email protected]

12. Lulusan yang telah dihasilkan S-1= 100 orang; S-2= 7 Orang; S-3= Orang …

13. Mata Kuliah yg diampu 1. Manajemen Rumah Sakit

2. Manajemen Sumber Daya Manusia 3. Manajemen Pelayanan Kesehatan

Nama Perguruan Tinggi Unud UGM

Bidang Ilmu Kedokteran Kesehatan

Masyarakat

Tahun Masuk 1997 2008

(45)

Judul Skripsi/Thesis/Disertasi Pengetahuan PUS

Nama Pembimbing/Promotor dr. Wayan Kandera, MPH

Agastya, MBA, MPM

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir

(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan

Sumber *) Jml (Juta Rp.)

1. 2012 Persepsi masyarakat kabupaten Badung tentang KTR

Dinkes Badung 30 juta

2. 2012 Merokok dan Dampaknya dari segi

4. 2013 Studi Kepatuhan terhadap Perda KTR Provinsi Bali

The Union 50 juta

5. 2014 Monitoring Kualitas udara di area KTR The Union 50 juta Dst.

D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

(46)

2. 2011 Praktek pemanfaatan GIS untuk manajemen Data Kesehatan

IKM 5 Juta

Dst.

E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor Nama Jurnal

1. Prospek Pengembangan Pelayanan Home care RS Prima Medika Denpasar

VOLUME 15 No.

2012

JMPK

2. Factors associated to referral of tuberculosis suspects by private practitioners to community health centres in Bali Province, Indonesia

F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral pada Pertemuan/ Seminar Ilmiah dalam

5 Tahun Terakhir

No. Nama Pertemuan ilmiah/

Seminar

Judul Artikel Ilmiah Waktu dan

Tempat

1. Seminar Urbanisasi dan Kesehatan

Opini masyarakat bali tentang keberadaan pendatang di Bali implementation of Bali Provincial Smoke-free Law

Barcelona, 2014

(47)

G. Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 Tahun Terakhir

H. Pengalaman Perolehan HKI dalam 5 – 10 Tahun Terakhir

No. Judul/Thema HKI Tahun Jenis No.P/ID

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5 Tahun

Terakhir

No. Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Lainnya

yang Telah Diterapkan

J. Penghargaan yang Pernah Diraih dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau

institusi lainnya)

No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi

Penghargaan

Tahun

1. Cum Laude S2 UGM 2010

(48)

3. 4. Dst.

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan penelitian : Hibah Litbang FK

Denpasar, 11 Maret 2015

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Guagliardo MF (2004) Spatial accessibility of primary care: concepts, methods and challenges. International Journal of Health Geographics 2004, 3:3

Boulos MNK, Phillipps GP (2004) Is NHS dentistry in crisis? 'Traffic light' maps of dentists distribution in England and Wales. International Journal of Health Geographics 2004, 3:10

World Health Organization (2006) Service Availability Mapping (SAM). Geneva: WHO Document Production Services.

Ismaila AB, Usul N (2013) A GIS-based Spatial Analysis of Health care Facilities in Yola, Nigeria. [Presented at] GEOProcessing 2013 : The Fifth International Conference on Advanced Geographic Information Systems, Applications, and Services.

Masoodi M, Rahimzadeh M (2015) Measuring access to urban health services using Geographical Information System (GIS): a case study of health service management in Bandar Abbas, Iran. International Journal of Health Policy and Management 2015, 4(x): 1-7

Peter DH, Garg A, Bloom G, Walker DG, Brieger WR, Rahman MH (2012) Poverty and access to health care in developing countries. Ann N Y Acad Sci 2008 1136:161 –171

Blandford JI, Kumar S, Luo W, MacEachren AM (2012) It’s a long, long walk: accessibility to hospitals, maternity and integrated health centers in Niger. International Journal of Health Geographics 2012, 11:24

Gambar

Gambar 1. Penolakan rawat inap berdasarkan wilayah tahun 2001/2002
Gambar 2. Provider-to-population ratios overlaid by cencus tract border
Gambar 3. “Traffic light” map of dentist distribution per 1,000 people by PCT in four classes
Gambar 3. Distribusi fasilitas kesehatan dengan pelayanan ART di Uganda
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengamatan beban yang keluar dari perairan Waduk PLTA Koto Panjang lebih kecil dari beban yang masuk ke perairan waduk yang terbawa aliran Sungai

(2) Sedangkan efektivitas pelaksanaan APBDes di Desa Taman Asri Kecamatan Ampel Gading Kabupaten Malang terlihat pada kesanggupan aparat desa dalam pengelolaan

[r]

Motif yang berbeda akan mempunyai nilai energi yang berbeda pula, demikian pula saat dilakukan rotasi akan menghasilkan suatu niai energi yang tidak sama

Jenis sampah yang terakhir yaitu jenis sampah yang beracun dan berbahaya, pada dasarnya sampah yang termasuk jenis kategori sampah beracun dan berbahaya sangat jarang dijumpai

Strategi ini untuk mengurangi kelemahan yang dimiliki Pikatan Water Park yaitu keterbatasan dana opersional pembangunan, pengembangan dan pengelolaan di Pikatan Water

Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini yakni perlu penelitian lebih lanjut dengan menggunakan berbagai perbandingan komposisi media antara

Sidang Dewan yang mulia, mengawali Sidang Paripurna ke I ini kami sampaikan beberapa informasi sehubungan dengan pelaksanaan tugas alat kelengkapan DPD untuk