BAB III
HASIL PENELITIAN
A."KEPEMILIKAN TANAH PERTANIAN SECARA ABSENTEE.
A.1. Kepemilikan Tanah Pertanian Secara Absentee di Desa Balesari Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung.
Dari hasil penelitian di lapangan yang dilakukan oleh penulis di Desa Balesari
Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung, penulis menemukan ada 9 kepemilikan
tanah pertanian secara absentee. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan dibawah ini:
1."Kepemilikan Tanah Pertanian Secara Absentee dengan cara jual-beli.
a. M adalah penduduk desa Boresan Kelurahan Balesari Kecamatan Bansari
Kabupaten Temanggung. M berteman dengan P yang tinggal di desa Badran
Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung. Ada sebidang tanah pertanian
yang terletak di desa Gentan Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung
yang akan dijual K. M ingin membeli tanah tersebut untuk diberikan kepada
anaknya nanti karena ia berpikir bahwa setiap orang akan berkeluarga, tanah
tersebut akan didirikan rumah, karena tanah di Kecamatan Bansari harganya
sudah lebih tinggi dibandingkan dengan harga tanah di desa Gentan
Kecamatan Kranggan. Selain itu menurut M tanah merupakan sarana investasi
yang aman karena harganya akan cenderung naik setiap tahunnya.1
M tidak dapat membeli tanah tersebut karena adanya ketentuan
absentee, untuk menghindari larangan tersebut M membeli tanah dengan
meminjam nama P. Sebelum melakukan jual-beli M dan P mengadakan
perjanjian yang isinya adalah setelah jual-beli tanah dilakukan dan sertifikat
tanah atas nama P tersebut jadi sertifikat akan di serahkan kepada M, selain itu
1
didalam perjanjian tersebut juga di cantumkan mengenai imbalan yang akan di
terima oleh P. Untuk mengolahan tanah, M mengerjakannya sendiri karena
jarak antara Balesari – Temanggung dapat di tempuh dengan waktu 1 jam.
Dari keterangan diatas dapat di simpulkan bahwa sejatinya pemilik
dari tanah tersebut adalah M, karena terkendala oleh adanya kententuan
absentee maka M meminta bantuan P untuk membantunya dalam pembelian
tanah tersebut. Pemilikan tanah pertanian tersebut termasuk dalam
kepemilikan tanah pertanian secara absentee. M mengetahui adanya larangan
absentee, M membeli tanah tersebut untuk mendirikan rumah yang akan
diberikan kepada anaknya ketika anaknya sudah berkeluarga selain itu juga
untuk investasi.
b. A adalah petani yang menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian. Karena
keadaan ekonomi yang semakin sulit dia menjual tanah tersebut kepada S
sepupu dari bapak A. Dulu S bertempat tinggal di Kalensari Kecamatan
Bansari Kabupaten Temanggung satu desa dengan A, karena harus
bekerja(swasta) di Surabaya dia akhirnya pindah dan menetap di Surabaya.2
Jual-beli tanah ini hanya di tuangkan dalam perjanjian yang di hadiri
oleh A, S, keluarga, dan kepala desa setempat, jual-beli ini tidak di buat oleh
PPAT setempat.3 Sertifikat tanah tersebut masih atas nama A akan tetapi
sertifikat dipegang oleh S. Untuk mengolahan tanah tersebut tetap dikerjakan
oleh A, dari keterangan dari A hasil yang didapat serahkan kepadanya karena
S ingin membantu perekonomian A. 4
2
Wawancara dengan bapak Djoko selaku Kepala Dusun Kalensari pada tanggal 13 Juni 2013 dari keteranganya mengatakan bahwa S sudah tidak menjadi penduduk desa Kalensari.
3
Wawancara dengan bapak Djoko selaku Kepala Dusun Kalensari pada tanggal 14 Februari 2013. 4
Selain itu menurut A setelah tanah dijual kepada S penghasilan yang
didapat semakin meningkat sebab bantuan modal uang untuk pengolahan
tanah yang diberikan oleh S sangat dalam meningkatan hasil pertanian.
Sebelum tanah itu dijual hasilnya sedikit karena keterbatasan biaya untuk
membeli pupuk dan pestisida sehingga sering gagal panen.
Kepemilikan tanah pertanian di atas termasuk dalam kepemilikan tanah
pertanian secara absentee karena letak tanah tersebut didesa Kalensari
Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung, sedangkan pemilik aslinya yaitu
S berada di Kota Surabaya. A menjual tanahnya untuk memenuhi
kebutuhannya. Sedangkan S yang tidak lain masih saudarannya A, membeli
tanah tersebut untuk membantu perekonomian saudaranya.
2."Kepemilikan tanah pertanian secara absentee karena pewarisan.
a. H adalah penduduk desa Boresan 1, Balesari Kecamatan Bansari Kabupaten
Temanggung. Pada tahun 1980 dia menikah dengan L kemudian H tinggal di
Mojotengah Kecamatan Kedu mengikuti istrinya. Pada tahun 1993 ayahnya
meninggal dan memberikan warisan sebidang sawah seluas 1500 m2 yang
terletak di desa Boresan 1 Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung.
Tanah tersebut tetap dimiliki oleh H sampai saat ini, menurut
keterangan perangkat desa setempat H tidak mengalihkan tanah ke penduduk
setempat karena H beranggapan kalau menjual tanah warisan itu tidak baik.
Kepala desa setempat tahu akan kepemilikan tanah absentee ini, karena alasan
tersebut maka kepala desa membiarkan adanya pemilikan tanah absentee
tersebut.5
5
b. R adalah seorang yang cukup kaya dan terpandang di desa Boresan 2
Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung, mempunyai banyak tanah
pertanian di Kecamatan Bansari. R mempunyai 6 anak yaitu A bertempat
tinggal di Semarang, B tinggal di Boresan 2, C bekerja dan tinggal di Jakarta ,
D tinggal di Boresan 2, E tinggal di Lembangan Kecamatan Bansari, dan F
tinggal di desa Gandurejo Kecamatan Bulu. Pada tahun 1996 R meninggal dan
meninggalkan warisan tanah pertanian untuk anak-anaknya. Dari warisan yang
dibagi kepada anak-anaknya tersebut ada 3 pemilikan tanah pertanian secara
absentee yaitu:
1. Kepemilikan tanah oleh A, karena dia memperoleh warisan tanah
pertanian di desa Boresan 2 Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung,
sedangkan dia menetap di Semarang mengikuti suaminya.
2. Kepemilikan tanah oleh C, karena tanah yang di warisankan oleh R berada
diluar kecamatan dimana ia tinggal dimana C tinggal di Jakarta sedangkan
tanahnya berada di Kecamatan Bansari.
3. Kepemilikan tanah pertanian yang oleh F, di tinggal di desa Gandurejo
Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung menetap mengikuti suaminya
sedangkan tanah yang didapatkan dari warisan tersebut terletak di wilayah
Kecamatan Bansari.
Kepemilikan tanah absentee yang di miliki oleh A,C, dan F ini
diketahui oleh penduduk dan aparat desa setempat. Menurut keterangan dari
Sekertaris desa Balesari, mereka membiarkan adanya kepemilikan tanah
adanya larangan absentee ini, karena mengingat kalau R merupakan keluarga
yang cukup terpandang dan di hormati di desa ini.6
Untuk pengolahan tanah pertanian yang dimiliki A dan C di serahkan
kepada saudara dan penduduk setempat semua hasil pertanian di serahkan
kepada penggarap, A dan C tidak minta hasilnya ini dilakukan untuk
membantu kehidupan saudara dan penduduk setempat. Sedangakan F
mengolah tanahnya sendiri karena jarak antara kecamatan Bansari dan
Kecamatan Bulu cukup di tempuh dengan waktu 20 menit dengan adanya
kemudahan transportasi saat ini.7
3."Kepemilikan tanah pertanian secara absentee karena pindah domisili.
a. G adalah warga di Lembangan kelurahan Balesari Kecamatan Bansari
Kabupaten Temanggung, G memiliki sebidang tanah pertanian yang terletak di
desa Tegalsari Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung. Karena tidak
pandai mengolah tanahnya tersebut akhirnya dia kerja (swasta) di Jakarta. Saat
ini G menetap dan berpenduduk di Jakarta.8 G menyerahkan pengolahan
tanahnya kepada saudaranya yang berada di desa Limbangan, untuk hasilnya
G menyerahkan sepenuhnya kepada saudaranya sebagai upah telah merawat
dan memelihara tanahnya dengan baik.9
b. B dulunya adalah warga desa Boresan 2 Kelurahan Balesari Kecamatan
Bansari Kabupaten Temanggung, dia berprofesi sebagai pedagang. Dia
memiliki sebidang tanah di desa Kalensari Kecamatan Bansari Kabupaten
Temanggung. Untuk memperlancar usahanya B pindah penduduk ke
6
Wawancara dengan Bapak Khanafi selaku Sekretaris Desa Balesari pada tanggal 18 Februari 2013. 7
Wawancara dengan D pada tanggal 20 Februari 2013.
8
Wawancara dengan Bapak Sugiyanto selaku Kepala Dusun desa Limbangan pada tanggal 20 Juni 2013.
9
Madureso Kecamatan Temanggung Kabupaten Temanggung. Sampai saat ini
tanah tersebut tidak di alihkan kepada warga sekitar, menurut informasi yang
penulis terima ia enggan mengalihkan tanah tersebut karena ia ingin tetap
memilikinya sebagai sarana investasi kemudian hari jika ia tua.10
Pengolahan tanah tersebut diserahkan kepada saudaranya yang ada di
desa tersebut. Dari uraian di atas, kepemilikan tanah yang dimiliki oleh B
termasuk dalam kepemilikan tanah pertanian secara absentee karena pemilik
(B) tinggal di Kecamatan Temanggung sedangkan tanahnya berada di desa
Balesari Kecamatan Bansari.
4."Kepemilikan tanah pertanian secara absentee karena perceraian.
Pada tahun 1985 L yang berdomisili di Boresan 1 Kecamatan Bansari
Kabupaten Temanggung menikahi R yang bertempat tinggal di desa Danurejo
Kecamatan Kedu. Setelah menikah mereka menetap di Boresan 1 Kecamatan
Bansari Kabupaten Temanggung. Pada tahun 1987 R membeli tanah di desa
Kalensari menggunakan uang tabunganya yang telah ia kumpulkan sejak ia muda
hasil dari kerjanya sebagai pedagang.11 Selama 10 tahun usia pernikahan L dan R
tidak di karuniai momongan, dan akhirnya mereka memutuskan untuk bercerai
pada tahun 1995. Setelah percerai R kembali kepada orang tuanya di desa
Danurejo Kecamatan Kedu sampai saat ini.
Dari perceraian tersebut melahirkan kepemilikan tanah pertanian secara
absentee, karena R selaku pemilik tanah pertanian sekarang tinggal diluar
kecamatan dimana letak tanah itu berada. Menurut keterangan dari Kadus
Kalensari R enggan mengalihkan kepemilikan tanahnya tersebut karena untuk
sarana investasi dimasa yang akan datang. Untuk mengolahan tanah di serahkan
10
Wawancara dengan Bapak Maksum selaku Kepala Dusun Boresan 2 pada tanggal 21 Februari 2013 11
kepada penduduk setempat yang hasilnya dibagi menjadi 2 yaitu 1/2 untuk petani
penggarap 1/2nya lagi di serahkan kepada R.12
Dari uraian diatas kepemilikan tanah pertanian secara absentee di Desa
Balesari Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung dapat di golong menjadi 4
yaitu:
1. Kepemilikan tanah pertanian secara absentee dengan cara jual-beli tanah yaitu
ada 2 kasus.
2. Kepemilikan tanah pertanian secara absentee karena pewarisan yaitu ada 4
kasus.
3. Kepemilikan tanah pertanian secara absentee karena pindah domisili yaitu ada
2 kasus.
4. Kepemilikan tanah pertanian secara absentee karena perceraian yaitu ada 1
kasus.
A.2. Kepemilikan Tanah Pertanian Secara Absentee di Desa Sokawera Kecamatan Cilogok, Desa Klahang Kecamatan Sokaraja, Desa Karanggintung Kecamatan Kemrajen, Desa Tumiyang Kecamatan Pakuncen Kabupaten Banyumas.13
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Mintarsih Sri Kuntarti didaerah
Sokawera, Klahang, Karanggintung, dan Tumiyang, kepemilikan tanah pertanian
secara absentee terjadi karena:
1."Tanah pertanian secara absentee yang dimiliki terjadi karena pindah domisili ada 7 orang, sebagai contoh adalah:
Bapak T dan Bapak M adalah pengusaha yang masing-masing pemilik
tanah pertanian yang telah bersertifikat dan mereka menetap di desa
12
Wawancara dengan Bapak Djoko selaku Kepala Dusun Kalensari pada tanggal 25 Februari 2013.
13
Karanggintung Kec. Kemrajen. Kemudian, setelah beberapa tahun, kedua pemilik
tanah itu pindah domisilinya ke desa lain di luar kecamatan dimana tananhnya
terletak. Bapak T pindah ke Puwokerto Wetan Kec. Puwokerto Timur dan Bapak
M pindah ke Karanglewas Kec. Karanglewas karena untuk memperlancar
usahanya. Aparat desa dalam hal ini tahu kepindah mereka karena sebelum pindah
bapak T dan M melaporkan kepindahannya.
Sementara mereka pindah, mereka masih tetap memiliki tang tersebut.
Pemilik tanah pertanian secara absentee ini terjadi karena mereka tidak tahu
bahwa sejak kepindahannya mereka harus mengalihkan tanahnya kepada orang
yang tinggal di tempat letak tanah tersebut. Sedang aparat desa tahu akan hal itu
tapi membiarkannya karena Bapak T dan M merupakan orang yang cukup berada
dan tanahnya kemudian dikerjakan oleh penduduk setempat hingga saat ini.
2."Tanah pertanian secara absentee yang dimiliki terjadi karena permohonan hak milik ada 8 orang, sebagai contoh adalah:
Ibu T dan Bapak S dulunya petani penggarap tanah negara bebas selama
20 tahun di desa Sokawera Kec. Cilongok. Tetapi mereka berdomisili di luar
kecamatan dengan tanahnya yaitu di Wangon Kec. Wangon.
Berhubung petani penggarap tanah tersebut mengajukan hak milik atas
tanah itu ke Kantor Agraria, maka oleh Kepala desa dimana tanah tersebut terletak
menganjurkan supaya pindah penduduk dan bertempat tinggal di desa letak
tanahnya. Setelah pindah sesuai dengan anjuran aparat, petani penggarap tanah
tersebut mengajukan permohonan hak milik ke Kantor Agraria dan dikabulkan
tahun 1974 dan 1989.
Setelah beberapa tahun petani tersebut bertempat tinggal didesa dimana
letak tanah tersebut. Ibu T pindah ke Purwokerto Wetan Kecamatan Purwokerto
Timur karena mengikuti suaminya dan Bapak S kembali ke Wangon karena
rumahnya semula ada di Wagon. Sedang tanah yang diperolehnya dahulu tidak
dilepaskan karena mereka tidak tahu bahwa kepemilikan tanah seperti yang
dimilikinya dilarang karena menyebabkan pemilikan tanah absentee.
3."Tanah pertanian secara absentee yang dimiliki terjadi karena pinjam nama ada 7 orang, sebagai contoh adalah:
Bapak S dan Bapak B dulunya penggarap tanah negara bebas berdomisili
di luar kecamatan dari letak tanah yang di garap tersebut yaitu di Kecamatan
Purwokerto. Berhubung petani penggarap tersebut bukan penduduk daerah
kecamatan dimana tanah terletak, untuk memohon hak milik atas tanah guna
kepentingan mereka supaya memenuhi sebagai pemohon, petani tersebut
menunjuk seseorang yang dipercaya Y dan H yang merupakan warga di mana
tanah terletak yaitu didesa Tumiyang Kecamatan Pakuncen dan mengadakan
perjanjian diatas materai, agar warga yang ditunjuk tersebut memohonkan tanah
yang digarap oleh petani penggarap itu atas nama warga tersebut ke Kantor
Agraria dengan imbalan jasa (uang).
Selanjutnya warga yang ditunjuk mendapatkan SK hak milik dari Kantor
Agraria. Tetapi berhubung sudah diadakan perjanjian diatas materai, maka
sertifikat tanah tersebut diserahkan kepada petani itu sebagai pemilik asli. Dana
warga yang ditunjuk itu menerima imbalan jasa sesuai dengan perjanjian.
a. Ibu A adalah penduduk desa Klahang Kecamatan Sokaraja dan membeli
sebidang tanah di desa Klahang tersebut. Tetapi beberapa tahun kemudian A
pindah tempat ke Kecamatan Kemrajen mengikuti suaminya.
b. Ibu B dan Bapak C adalah penduduk Sokawera dan membeli tanah di desa
Sokawera Kecamatan Cilogok. Selang beberapa tahun kemudian mereka
pindah ke Purwokerto. Ibu B pindah ke Purwokerto mengikuti suaminya
sedangan bapak C pindah guna memperlancar usaha dagang.
c. Ibu D dan bapak E adalah penduduk desa Karanggintung dan membeli tanah
di desa Karanggintung Kecamatan Kemrajen Kabupaten Banyumas. Tetapi
beberapa tahun kemudian D dan E pindah tempat tinggal di Purwokerto. D
mengikuti suaminya dan E pindah karena pindah kerja(swasta).
Mereka masih memiliki tanah pertanian tersebut, karena mereka tidak tahu bahwa
mereka harus mengalihkan tanah pertanian mereka kepada orang lain dan atau
saudaranya yang bertempat tinggal didaerah dimana tanah terletak. Dan mereka
juga merasa sayang apabila harus melepaskan tanah tersebut.
5."Tanah pertanian secara absentee yang dimiliki terjadi karena warisan ada 7 orang, sebagai contoh adalah:
Ibu A dan Bapak S mendapat warisan berupa tanah pertanian. Akan tetapi
tanah warisan tersebut terletak di luar kecamatan dimana mereka tinggal. A dan S
beralasan tidak mengalihkan tanah tersebut karena ingin melestarikan
peninggalan orang tua. Dengan pertimbangan tersebut, Kepala desa mengakui
bahwa ahli waris tersebut adalah penduduk dimana letak tanah dan memberinya
KTP. Dengan demikian ahli waris tersebut dapat memiliki tanah warisan dengan
status hak milik. Sedangkan ahli waris tetap bertempat tinggal di daerahnya
Dari uraian diatas terjadinya kepemilikan tanah pertanian secara absentee
dapat di golongkan menjadi lima cara yaitu:
1. Pemilikan tanah pertanian secara absentee karena pindah domisili.
2. Pemilikan tanah pertanian secara absentee karena permohonan hak milik.
3. Pemilikan tanah pertanian secara absentee karena pinjam nama.
4. Pemilikan tanah pertanian secara absentee karena jual-beli.
5. Pemilikan tanah pertanian secara absentee karena warisan.
A.3. Kepemilikan Tanah Pertanian Secara Absentee di Desa Rempoah Kecamatan Baturaden dan Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas.14
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ariskha Dewi, SH. di desa
Rempoah Kecamatan Baturaden dan di desa Ledug Kecamatan Kembaran yang
terletak di Kabupataen Banyumas kepemilikan tanah pertanian secara absentee terjadi
karena:
1."Kepemilikan Tanah Pertanian Secara Absentee karena Jual-Beli di Bawah Tangan.
Di desa Rempoah yang terletak di Kecamatan Baturaden Kabupaten
Banyumas, di temukan adanya kepemilikan tanah pertanian secara absentee.
Adanya pemilikan tanah pertanian secara absentee di desa Rempoah yaitu dengan
cara melakukan jual-beli tanah pertanian secara dibawah tangan, jual-beli itu
dilakukan hanya antara pembeli dan penjual (pemilik tanah) di depan Kepala Desa
dengan dihadiri oleh para saksi, kerabat, tetangga dan mereka yang tanahnya
berbatasan dengan tanah yang akan di jual.
14
Peralihan hak atas tanah dibawah tangan ini dilakukan dengan suatu
perjanjian yang di buat di atas kwitansi yang diberi materai atau kertas segel yang
di dalamnya dituangkan perjanjian yang mengikat kedua belah pihak yang harus
ditandatangani oleh para pihak dan saksi-saksi. Alas hak yang digunakan dalam
peralihan hak atas tanah di bawah tangan ini biasanya petuk pajak.
Di desa Rempoah Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas di temukan
ada 20 kepemilikan tanah pertanian secara absentee karena jual-beli di bawah
tangan, sebagai contoh adalah:
1. Menurut keterangan dari bapak BS, salah seorang pemilik tanah absentee, dia
memiliki tanah sawah seluas 4800 m2 dan memperoleh tanah tersebut dengan
jalan jual-beli dibawah tangan pada tahun 1980, beliau mengatakan bahwa
alasan melakukan jual-beli dibawah tangan itu adalah:
a. Karena mudah pelaksanaanya.
b. Biaya lebih murah dibandingkan dengan jual-beli yang dilakukan di depan
PPAT.
c. Pelaksanaanya cepat dan tidak berbelit-belit.
d. Praktis, mengingat dia bukan penduduk daerah tersebut dan berdomisili di
luar kota sehingga membutuhkan proses yang cepat dalam pengalihan hak
atas tanah tersebut.
2. Bapak S memiliki tanah seluas 1500 m2 di desa Rempoah ini yang didapatkan
dengan jual-beli dibawah tangan. Dia bukan penduduk setempat melainkan
berdomisili di Kota Solo. Dia bisa memperoleh tanah di daerah tersebut karena
sebagai seorang pedagang, dia pernah berdagang dan menetap di desa
dan mengenal masyarakatnya. Oleh karena itu pada saat ia membeli tanah di
desa itu dia tidak mengalami kesulitan dalam pelaksanaan jual-belinya.
Tanah tersebut tidak lantas dialihkan kepada pihak lain yang
berdomisili di daerah tersebut tetapi tanah tersebut diserahkan kepada
penduduk setempat untuk digarap. Menurutnya, penjualan tanah di bawah
tangan ini terjadi karena mereka lebih mengutamakan pada pembeli yang
masih ada hubungan keluarga, atau setidaknya penduduk setempat yang
sebelumnya telah mereka kenal dengan baik. Persoalan domisili si pembeli
yang berjauhan jarang dijadikan hambatan, apabila memang sudah ada
kecocokan. Dan transaksi jual-beli tanah ini dilakukan secara tunai, dan tanpa
menggunakan akta yang dibuat oleh dan di hadapan PPAT. Dari hal-hal di atas
ternyata sangat dipengaruhi dengan adanya kemudahan dalam pembuatan
Kartu Tanda Penduduk (KTP) di Kantor Kecamatan, sehingga orang dengan
mudah mendapatkan tanah-tanah tersebut.
2."Kepemilikan Tanah Pertanian Secara Absentee Karena Warisan
Adanya kepemilikan tanah pertanian secara absentee di desa Ledug
Kecamatan Kembaran ini menurut bapak J selaku Sekertaris Desa di Desa ledug
mengatakan bahwa pemilik dari tanah-tanah absentee tersebut banyak yang
berasal dari luar kota bahkan dari luar pulau jawa seperti Kalimantan dan
Makasar. Mereka semata-mata memiliki tanah-tanah tersebut hanya untuk
investasi. Namun ternyata setelah dibeli tanah-tanah itu sebagian ada yang
dibiarkan begitu saja tidak diolah sebagaimana mestinya sehingga mengakibatkan
tanah-tanah tersebut menjadi terlantar.
Di samping itu karena pemiliknya bertempat tingga jauh di luar jawa dan
kesulitan dalam penarikan pajaknya. Bahkan ada salah seorang pemilik tanah
yang karena tidak pernah datang sampai bertahun-tahun mengakibatkan pajak
yang terhutang dari tanah tersebut menjadi semakin besar jumlahnya.
Kepemilikan tanah pertanian secara absentee karena warisan di desa
Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas ada 10 orang, sebagai contoh
adalah:
Bapak A, seorang pemilik tanah absentee, yang berdomisili di Cilacap yang
memiliki tanah pertanian seluas 200 m2 melalui pewarisan 10 tanhun yang lalu.
Walaupun ada ketentuan mengenai jangka waktu pengalihan tanah absentee
karena pewarisan yaitu 1 tahun setelah kematian pewaris tetapi hal itu tidak
dilakukannya dengan alasan bahwa tanh tersebut adalah untuk investasi masa
depan dan akan dijual jika harganya sudah tinggi.
Dari segi pengolahan tanah tersebut, bagi dirinya tidak menjadi
masalah yang berarti karena dengan adanya kemudahan transprotasi membuat
jarak antara Purwokerto – Cilacap dapat di tempuh dalam beberapa jam saja
sehingga ia dapat dengan mudah melakukan pengawasan terhadap tanah
miliknya tersebut. Dan menurut pendapatnya dia bisa membantu
perekonomian masyarakat daerah tersebut dengan jalan memperkerjakan