• Tidak ada hasil yang ditemukan

VARIASI KETINGGIAN CYCLONE SEPARATOR TERHADAP KUALITAS HASIL PENGERINGAN FLASH DRYER DENGAN MENGGUNAKAN 1 Variasi Ketinggian Cyclone Separator Terhadap Kualitas Hasil Pengeringan Flash Dryer Dengan Menggunakan 1 Cyclone Dan 2 Cyclone.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "VARIASI KETINGGIAN CYCLONE SEPARATOR TERHADAP KUALITAS HASIL PENGERINGAN FLASH DRYER DENGAN MENGGUNAKAN 1 Variasi Ketinggian Cyclone Separator Terhadap Kualitas Hasil Pengeringan Flash Dryer Dengan Menggunakan 1 Cyclone Dan 2 Cyclone."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

VARIASI KETINGGIAN

CYCLONE SEPARATOR

TERHADAP KUALITAS

HASIL PENGERINGAN

FLASH DRYER

DENGAN MENGGUNAKAN 1

CYCLONE

DAN 2

CYCLONE

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Mesin

Fakultas Teknik

Oleh :

SULAIMAN RASYID D 200 12 0021

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

(2)
(3)
(4)
(5)

VARIASI KETINGGIAN CYCLONE SEPARATOR TERHADAP KUALITAS HASIL PENGERINGAN FLASH DRYER DENGAN MENGGUNAKAN 1 CYCLONE DAN 2

CYCLONE

Sulaiman Rasyid, Sartono Putro, Wijianto

Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartasura

Email : sulaimanrasyid35@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui variasi optimal dari ketingian dan jumlah cyclone dalam proses pengeringan yang dilakukan untuk mengurangi kadar air yang dalam tepung. Variasi ketinggian yang digunakan adalah 1 m, 2 m, 3 m dengan menggunakan 1 cyclone dan 2 cyclone. Dalam alat pengering flash dryer adonan tepung basah dimasukkan kedalam screw conveyor lalu dihancurkan oleh hammer mill sambil dialiri oleh aliran udara panas yang didorong oleh blower kemudian menjadi kering, yang mana cyclone separator memisahkan antara aliran udara panas dengan tepung kering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi ketinggian dan jumlah cyclone mempengaruhi kualitas hasil pengeringan. Semakin tinggi cyclone maka tingkat kekeringan tepung semakin kering. Hasil paling optimal didapatkan pada perbandingan ketingian cyclone 3 m dengan menggunakan 2 cyclone.

Kata kunci : Pengeringan, Flash dryer, Cyclone Separator

ABSTRACT

The aim of this research is to know the optimum variation of the cyclone height and number in the drying process of flour. The variation of cyclone height used are 1 meter, 2 meters, and 3 meters. Meanwhile the variation of cyclone number used are 1 cyclone and 2 cyclones. In a flash dryer, the wet flour mass is put into the screw conveyor then it is dissolved by hammer mill while streamed by hot air stream which is pushed by a blower so that the mass becomes dry and by using cyclone separator, the dry flour is separated from the hot air stream. This research show that the variation of the cyclone height and number affect the quality of drying outcome. The higher cyclone the flour the higher level of dryness. The optimum outcome is reached by applying 2 cyclones 3 meters in height.

(6)

1. PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

Tepung merupakan bahan dasar pembuat makanan yang banyak digunakan baik dalam

usaha skala besar maupun kecil. Singkong salah satu bahan sebagai pembuatan tepung. Dari

bahan singkong dapat menghasilkan tepung kasava dan tapioka. Proses dari pembuatan tersebut

berbeda. Untuk membuat tepung kasava, singkong dikupas dari kulitnya setelah itu dipotong

kecil-kecil kemudian dijemur sampai kering baru digiling. Sedang pembuatan tepung tapioka

berasal dari singkong yang diparut, kemudian dialiri air sambil diperas supaya terpisah dengan

ampas organik. Saripati singkong hasil saringan dialirkan air menuju bak pengendapan sampai

air jernih baru air dibuang hingga tapioka basah terlihat sampai lumpur berwarna putih. Setelah

itu tapioka basah dipindahkan untuk dikeringkan.

Pengeringan merupakan proses untuk menghilangkan sebagian air dari suatu bahan

dengan pengunaan energi panas. Sehingga memperlambat pertumbuhan mikroorganisme atau

jamur untuk dapat disimpan dalam waktu cukup lama maupun diolah lebih lanjut. (M. Supli

Effendi, 2012: 15)

Proses pengeringan banyak dilakuakan secara konvensional atau alami adalah

pengeringan dibawah sinar matahari. Cara ini kurang menguntungkan karena kondisi cuaca

yang bisa berubah-ubah sehingga memerlukan waktu yang lama untuk mengeringkan tepung dan

tingkat kehigienisannya tidak terjamin karena terkontaminasi oleh polusi. Perlu adanya mesin

pengering yang dapat mengeringkan tepung dalam waktu yang lebih singkat tanpa terkendala

oleh cuaca dan kehigienisannya terjamin. Salah satu mesin untuk mengeringkan tepung adalah

flash dryer.

Flash dryer merupakan mesin pengering untuk mengeringkan adonan basah dengan

memisahkan kedalam bentuk serbuk sambil dialiri dengan aliran udara panas berkecepatan tinggi

(7)

Pada penelitian ini penulis ingin menganalisa ketinggian cyclone separator terhadap hasil

pengeringan tepung dengan menggunakan 1 cyclone dan 2 cyclone. Alat pegering yang

digunakan tipe flash dryer hasil eksperimen civitas akademika Teknik Mesin Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

1.2 TUJUAN

Tujuan dari penelitian ini mengetahui pengaruh ketinggian dan jumlah cyclone separator tunggal maupun ganda terhadap hasil pengeringan.

1.3 BATASAN MASALAH

Berdasarkan rumusan masalah yang ada agar pembahasan terfokus dan tidak melebar

terlalu jauh maka yang menjadi prioritas utama adalah :

1. Alat pengering menggunakan pengering tipe flash dryer

2. Bahan yang digunakan adalah tepung kanji sebanyak 500 gr dan air 320 ml

3. Motor listrik dengan daya 0,5 HP

4. Debit udara yang digunakan 7,2 m3/min dengan tekanan 800 Pa

5. Aliran udara pengering dengan suhu 115ºC

6. Indikator penellitian adalah perbandingan variasi ketinggian cyclone sparator 1, 2, dan 3 m

7. Hasil pengeringan diukur berdasarkan density

1.4 TINJAUAN PUSTAKA

Henning Gieseller (2007) “Evaluation of Tunable Diode Laser Absorption Spectroseopy

for in Process Water vapor Mass Flux Measurrement During Freeze Drying”. menyatakan

bahwa pengeringan menggunakan laser pada tipe alat pengering freeze dryer dapat menurunkan

kadar air atau menguapkan air yang lebih baik dari pada pengering pilot. Yang mana

perbandingan kecepatan, fluks massa profil dan aliran massa lebih tinggi.

Marta Fernanda Zotarelli (2012) “A Convective Multi Flash Drying Process for

(8)

dryer terhadap buah-buahan untuk dijadikan buah renyah dengan tingkat proses pengeringan

semakin lama maka tingkat kandungan air pada buah tersebut semakin menurun, hasilnya buah

menjadi renyah.

K.A. Ibrahim (2013) “Swirling Gas-Solid Flow Through Pneumatic Converyng Dryer”.

Menyatakan bahwa penelitian ini menyimulasikan 2 fase berdasarkan bilangan Reynolds dengan

menggunakan pengering pilot skala vertikal sistem trasnportasi pneumatic untuk menjadikan

bahan padat kering. Tekanan dan suhu diukur pada inlet yang berbeda. Sehingga didapatkan

hasil penurunan tekanan aliran berputar lebih tinggi dari non berputar yang meningkatkan proses

pengeringan.

Ricardo L. Monteiro (2016) “A Microwave Multi Flash Drying Proces for producing

Crispy Bananas”. Menyatakan bahwa pengeringan vakum microwave MWVD dan pengeringan

beku MWFMFD proses pengeringan yang sama-sama singkat, laju pengeringan dan periode

tingkat jatuh semakin tinggi, pengeringan menggunakan microwave lebih efektif MWFMFD

dibandingkan MWVD untuk memproduksi pisang kering dan renyah dengan pori-pori lebih

besar 20-50% dan waktu pengeringan sangat singkat bila dibandingkan pengeringan beku

lainnya.

Afnita Nur Amalina (20013) Pengaruh tinggi kolom dan debit aliran udara terhadap

kinerja mesin pengering tipe flash dryer untuk pengeringan okara menyatakan bahwa semakin

rendah tinggi kolom menghasilkan penurunan kadar air yang lebih cepat karena membutuhkan

(9)

terjamin. Maka perlu adanya alat pengering yang dapat mengeringkan tepung tanpa gangguan, sehingga proses pengeringannya cepatkering. Adapun jenis-jenis alat pengering yang digunakan antara lain :

1. Spray Dryer

Pengeringan Spray Dryer digunakan untuk mengubah pasta, bubur atau cairan

dengan viskositas rendah menjadi padatan kering. Pengeringan dengan cara ini mampu

meminimalisir karena selama bahan cair yang akan dikeringkan tersedia. (Sagita Savita

Sari dkk : 2012)

Gambar 1. Spray Dryer

2. Fluidized Bed Dryer

Fluidized bed dryer digunakan untuk pengeringan bahan yang berbobot ringan

dengan dialiri udara panas. bahan yang telah kering akan keluar melalui siklon untuk

dipisahkan dengan udara, sedangkan bahan yang halus keluar melalui pulsejet /bag

filter. (Sagita Savita Sari dkk : 2012)

Gambar 2.Fluidized Bed Dryer

3. Vacum Dryers

Vakum digunakan untuk mengeringkan buah maupun sayur yang diiris, dengan

mengendalikan suhu yang dikehendaki untuk pemanasan yang seragam agar

meningkatkan kualitas buah-buahan dan sayuran kering. (Ricardo Lemos Monteiro :

2015)

(10)

4. Rotary Dryers

Pengering rotary digunakan untuk bahan granular kering dan diproses, dengan pengeringan

ini bahan/material dari bagian bawah dibolak-balik oleh silinder bersayap sambil dialiri udara

panas sehingga materal kering dapat jatuh kebawah didorong oleh aliran udara panas. (Dennis R.

Van Puyvelde : 2008)

Gambar 4.Rotary Dryer

5. Conduction Dryers

Conduction Dryers dapat mengeringkan semacam bubur, pasta, dengan menggunakan suhu

yang rendah. Sehingga perpindahan panas secara konduksi dapat menjamin proses pengeringan.

(Sagita Savita Sari dkk : 2012)

Gambar 5.Conduction Dryer

6. Flash Dryer Hasil Civitas Akademika Teknik Mesin UMS

Flash dryer adalah mesin pengering yang digunakan untuk mengeringkan adonan basah

dengan memisahkan adonan tersebut kedalam bentuk serbuk dan mengeringkannya dengan

mengalirkan udara panas berkecepatan tinggi secara berkelanjutan. (Sagita Savita Sari dkk :

2012)

(11)

1.5.2 Pengeringan dalam Flash Dryer

Dalam pengeringan kalor yang dibutuhkan sangat berpengaruh terhadap kadar air

tepung yang dihasilkan, berdasarkan rumus : (Paul A. Tipler, 1998: 598)

...(1)

Keterangan :

Q : banyaknya kalor (J) m : massa benda (kg)

cp: kalor jenis (J / kg ºC) ∆T: kenaikan suhu (ºC)

Dalam proses pengeringan di flash dryer, terjadi kontak langsung antara aliran udara

panas dengan adonan tepung basah. Terjadi kesetimbangan kalor karena memiliki perbedaan

suhu yaitu antara panas yang diterima dan panas yang dilepas, berdasarkan teori Azas Black

dengan rumus : (Donald. R. Pitts : 1983)

Keterangan :

ṁ : aliran massa (kg/s) cp: kalor jenis (J/ kg ºC)

∆Th: kenaikan suhu udara panas (ºC) ∆Tc:kenaikan suhu adonan tepung (ºC)

Dalam proses pengeringan tepung, baik itu dalam kondisi basah maupun kering

dapat dinyatakan dengan rumus density : (Ranald V Giles B.S., M.S, 1993:2)

1.5.3 Gaya sentrifugal pada cyclone

Gambar 7. Konsep gaya sentrifugal pada cyclone

...(4)

Keterangan :

(12)

pemisah siklon beroperasi berdasarkan gaya sentrifugal, gravitasi, dan inersia untuk

menghilangkan partikel halus di udara. Cyclone berfungsi memisahkan partikel material dari

aliran gas. Biasanya, partikel material memasuki pemisah siklon pada sudut tegak lurus

terhadap aliran arus, dan kemudian berputar cepat. Sebuah gaya sentrifugal dibuat oleh aliran

udara melingkar yang melempar partikel material menuju dinding siklon. Setelah partikel

material menabrak dinding, maka partikel itu jatuh ke dalam lubang bawah cyclone.

1.5.4 Kerugian dalam aliran fluida

kerugian dalam aliran fluida terdiri atas head losses mayor dan head losses minor. 1. Head losses mayor

Disebabkan karena kerugian gesek di dalam pipa. Untuk menghitung kerugian gesek antara dinding pipa dengan aliran fluida tanpa adanya perubahan luas penampang di dalam pipa g : percepatan gravitasi (m/s²)

2. Head losses minor

Disebabkan karena kerugian dalam belokan-belokan, reduser, katup-katup dan sebagainya. Secara umum head losses minor dinyatakan dengan rumus :

...

(6)

Keterangan :

(13)

2. METODE PENELITIAN

Gambar 8. Diagram alir penelitian

2.1 Alat dan Bahan

2.1.1 Alat – alat pengujian

Alat –alat yang digunakan dalam pengujian antara lain:

1. Blower 2. Air Heater 3. Screw Conveyor 4. Hammer Mill 5. Cyclone

6. Puli dan Vanbelt 7. Kompor

(14)

Alat-alat ukur yang digunakan antara lain :

2.1.2 Bahan yang digunakan

Blower Air Heater Screw Conveyor Hammer Mill

Kompor Vanbelt

Pulli Cyclone Separator

Anemometer Thermokopel

Stopwatch

Timbangan Gelas Ukur

Thermometer

(15)

2.2 Waktu dan Tempat Pengujian

Hari/tangal : Jumat, 25 Maret 2016

Pukul : 08.00 WIB

Tempat : Laboratorium Sekolah Vokasi, UMS

2.3 Langkah – Langkah Pengujian

1. Mempersiapkan alat yang mencakup semua komponen flash dryer dan bahan tepung tapioka yang akan digunakan.

2. Memasang semua komponen flash dryer yang akan digunakan dan memastikan semua terpasang dengan benar.

3. Menyalakan kompor pemanas untuk memanaskan air heater.

4. Menunggu temperatur hingga mendekati suhu yang diinginkan.

5. Menyalakan blower sebagai penyuplai udara agar panas dari air heater dapat mengalir dan menyalakan motor listrik untuk menggerakkan hummer mill dan screw conveyor. 6. Menimbang tepung tapioka dengan komposisi 500 gr dan air 320 ml, kemudian

dicampur antara tepung dengan air sehingga menjadi adonan tepung basah.

7. Setelah temperatur sudah sesuai dengan yang diinginkan, memasukkan adonan tepung basah ke inlet screw conveyor.

8. Menyalakan stopwatch untuk menghitung waktu tepung dari awal masuk inlet screw conveyor sampai tepung selesai keluar outlet cyclone.

9. Mengulangi percobaan untuk variasi ketinggian dan penggunaan jumlah cyclone yang berbeda.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari pengujian tersebut diperoleh data sebagai berikut :

Percobaan

Tepung Masuk Tepung Keluar

(16)

1. Hubungan antara variasi ketinggian dan jumlah cyclone terhadap density tepung dan kapasitas tepung adalah sebagai berikut :

Gambar 10. Grafik Hubungan antara variasi ketinggian dan jumlah cyclone terhadap density tepung

Berdasarkan gambar 10, density paling rendah 0,5625 kg/liter pada ketinggian 3 m dengan menggunakan 2 cyclone, sedangkan tertinggi 0,5867 kg/liter pada ketinggian 1 m dengan menggunakan 1 cyclone.

Gambar 11. Grafik Hubungan antara variasi ketinggian dan jumlah cyclone terhadap kapasitastepung

Berdasarkan gambar 11, kapasitas paling tinggi 0,49 kg pada ketinggian 1 m dengan menggunakan 2 cyclone, sedangkan paling rendah 0,39 kg pada ketinggian 3 m dengan 1 cyclone.

Dari data diatas yaitu density dan kapasitas tepung dipengaruhi oleh :

a) Ketinggian dan jumlah cyclone separtor

ketinggian pipa menjadi kontak saling bertemunya udara panas dengan adonan

tepung basah, semakin tinggi ketinggian pipa maka kontak proses pengeringan

semakin lama sehingga hasilnya tepung akan lebih kering. Sedangkan pada

jumlah cyclone yang digunakan, ketika menggunakan 1 cyclone maka aliran udara

(17)

hambatan pada aliran udara panas, sehingga waktu yang dibutuhkan semakin lama

dan tepung tidak banyak yang keluar melalui lubang ats cyclone. Hasilnya tepung

semakin kering dengan lamanya proses pengeringan.

2. Hubungan antara variasi ketinggian dan jumlah cyclone terhadap waktu proses pengeringan, di dapatkan data sebagai berikut :

Percobaan

Gambar 12. Grafik hubungan antara variasi ketinggian dan jumlah cyclone terhadap waktu tepung keluar cyclone

Berdasarkan gambar 12, waktu tepung keluar paling cepat 310 detik pada ketinggian 1 m dengan menggunakan 1 cyclone,sedangkan paling lama 434 detik pada ketinggian 3 m dengan menggunakan 2 cyclone. Hal ini dsebabkan ketinggian dan jumlah cyclone

semakin tinggi da semakin banyak jumlah cyclone maka proses pengeringan semakin lama.

4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Hasil dari data yang telah dianalisa dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Variasi ketinggian dan jumlah cyclone yang digunakan terhadap hasil pengeringan tepung, semakin besar ketinggian cyclone semakin kering tepung yang dihasilkan dan

waktu yang dibutuhkan untuk proses pengeringan semakin lama.

(18)

4.2 Saran

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan ada kekurangannya maka saran untuk penelitian kedepan adalah :

1. Dalam penelitian yang telah dilakukan diukur dengan density. Hal ini kurang akurat

karena massa dan volume butiran tepung kering berbeda-beda sehingga perlu

dibutuhkan alat ukur kelembaban untuk mengukur kadar air suatu zat.

DAFTAR PUSTAKA

Amalina, Afnita Nur. 2013. Analisa Matematis Pengaruh Tinggi Aliran Kolom dan Debit Aliran Udara Terhadap Kinerja Mesin Pengering Tipe Flash Dryer untuk Pengeringan Okara. Jurnal. Fakultas Teknik Pertanian Universitas Gajah Mada.

Effendi,M Supli. 2012. Teknologi Pengolahan dan Pengawetan Pangan. Bandung : Penerbit Alfabeta.

Gieseler , Henning. 2007. Evaluation of Tunable Diode Laser Absorption Spectroscopy for in Process Water Vapor Mass Flux Measurement During Freeze Drying. Jurnal. Department of Pharmaceutics. University of Erlanger Germany

Giles V, Ranald. 1998. MEKANIKA FLUIDA dan HIDRAULIKA. Jakarta : Penerbit Erlangga

Ibrahim K.A. 2013. Swirling Gas Solid Flow Through Pneumatic Conveying Dryer. Jurnal. Faculty of Engineering, Menoufiya University, Egypt.

Monteiro L, Ricardo. 2015. How to Make a Microwave Vacuum Dryer with Turntable. Jurnal. Department of Chemical and food Engineering, Federal University of Santa Catarina, Brazil

2016. A Microwave Multi Flash drying process for Producing Cryspy Bananas. Jurnal. Department of Chemical and food Engineering, Federal University of Santa Catarina, Brazil.

Pitts, Donald R, dkk. 1983. HEAT TRANSFER. Singapore : McGraw-Hill Book Company.

Sari, Sagita Savita, dkk. 2012. Mengenal Metode Pengeringan dalam Bidang Farmasi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman.

Sularso, Tahara Haruo. 1987. POMPA DAN KOMPRESOR. Jakarta : PT Pradnya Paramita.

Tipler A, Paul. 1998. FISIKA Untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Van Puyvelde R Dennis. 2008. Modelling The Hold Up of Liffers in Rotary Dryers. Jurnal. Canberra, Australia.

Gambar

Gambar 3. Vacum Dryer
Gambar 6. Flash Dryer
Gambar 7. Konsep gaya sentrifugal pada cyclone
Gambar 8. Diagram alir penelitian
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan hasil penelitian ini adalah bahwa circuit training (latihan zigzag, suad jump, lompat rintangan, push up, sit up, sprint dan black up ) sangat

Dari hasil ini terbukti bahwa injeksi surfactant dapat menurunkan tegangan antar muka antara minyak dan air, dengan demikian maka tekanan kapiler yang bekerja pada daerah

 Bangunan eksisting bukan bangunan konservasi sehingga bisa diredesain menjadi bangunan museum yang memenuhi standar..  Zonasi pada

Proses Proses inamasi inamasi "emam, malaise, "emam, malaise, penurunan nafsu penurunan nafsu makan, penurunan makan, penurunan kemampuan tonus kemampuan tonus

Pada parameter rasa (Gambar 3), perbedaan varietas dan tingkat pengenceran memberikan pengaruh yang nyata terhadap rasa sari kedelai terutama pada tingkat

Berdasarkan hasil data yang kami miliki, dari tabel data rata-rata pertumbuhan dalam  percobaan lama perendaman tersebut, kami menganalisa bahwa semakin lama biji kacang.

Aset