PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA
PADA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR DI SMA NEGERI 1 LIMAPULUH
Oleh: Latifa Sahara NIM 4112121010
Program Studi Pendidikan Fisika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidkan
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
vi DAFTAR ISI halaman Lembar Pengesahan Riwayat Hidup Abstrak Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Lampiran Daftar Gambar Daftar Tabel
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah 1.2.Identifikasi Masalah 1.3.Batasan Masalah 1.4.Rumusan Masalah 1.5.Tujuan Penelitian 1.6.Manfaat Penelitian 1.7.Definisi Operasional
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Kerangka Teoritis 2.2.Materi Ajar
2.3.Kerangka Konseptual 2.4.Hipotesis Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.Variabel dan Instrumen Penelitian 3.4.Jenis dan Desain Penelitian 3.5.Prosedur Penelitian 3.6.Teknik Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Deskripsi Data Penelitian 4.1.2. Pengujian Analisis Data
4.1.3. Observasi 4.2. Pembahasan
BAB V KESIMPULAN
vii
x
DAFTAR TABEL
[image:5.595.77.537.111.674.2]halaman Tabel 2.1. Sintaks Penemuan Terbimbing Arends
Tabel 2.2. Kelebihan dan Kelemahan Metode Penemuan Terbimbing Tabel 2.3. Perbandingan Skala
Tabel 2.4. Kalor Jenis dari Berbagai Zat
Tabel 2.5. Koefisien Muai Panjang dari Beberapa Jenis Zat Padat Tabel 3.1. Spesifikasi Materi Pokok Suhu dan Kalor Tabel 3.2. Pedoman Penskoran Observasi Aktivitas Belajar
Tabel 3.3. Group Pre-test Post-test Design
Tabel 3.4. Kriteria Penilaian Hasil Belajar Siswa Tabel 3.5. Interpretasi Kategori Aktivitas Siswa
Tabel 3.6. Pedoman Pemberian Interpretasi Koefisien Korelasi Tabel 4.1. Uji Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol Tabel 4.2. Uji Homogenitas Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol Tabel 4.3. Uji-t Pretes Kelas Eksperimen dan kontrol Tabel 4.4. Uji Normalitas Data Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol Tabel 4.5. Uji Homogenitas Data Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol Tabel 4.6. Uji-t Postes Kelas Eksperimen dan kontrol
Tabel 4.7. Rekapitulasi Nilai Aktivitas Siswa Tabel 4.8. Hasil Uji Korelasi Hasil Belajar dengan Aktivitas Tabel 4.9. Rekapitulasi Hasil Observasi Belajar Siswa
viii
DAFTAR LAMPIRAN
halaman Lampiran 1 RPP 1
Lampiran 2 RPP 2 Lampiran 3 RPP 3 Lampiran 4 LKS Suhu dan Alat Ukur Suhu
Lampiran 5 LKS Pemuaian
Lampiran 6 LKS Asas Black Lampiran 7 Penilaian Sikap
Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Lampiran 9 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar Lampiran 10 Soal Siswa
Lampiran 11 Daftar Nama Siswa Lampiran 12 Tabulasi Jawaban Pretes Kelas Eksperimen Lampiran 13 Tabulasi Jawaban Pretes Kelas Kontrol
Lampiran 14Tabulasi Jawaban Postes Kelas Eksperimen Lampiran 15Tabulasi Jawaban Postes Kelas Kontrol Lampiran 16 Data Hasil Belajar Siswa
Lampiran 17 Perhitungan Nilai Rata-Rata dan Standar Deviasi Lampiran 18 Observasi Aktivitas Belajar (I)
Lampiran 19 Observasi Aktivits Belajar (II)
Lampiran 20 Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen Lampiran 21 Rekapitulasi Nilai Pretes, Aktivitas dan Postes Kelas
Eksperimen
Lampiran 22 Rekapitulasi Nilai Pretes, Aktivitas dan Postes Kelas EksperimenBerdasarkan Kelompok
Lampiran 23 Rekapitulasi Rata-Rata Nilai Sikap Siswa Lampiran 24 Dokumentasi Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Muhibbinsyah, 2010: 10). Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam proses kehidupan. Maju mundurnya suatu bangsa dipengaruhi oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri karena pendidikan yang tinggi dapat mencetak Sumber Daya Manusia yang berkualitas, begitu pula sebaliknya.
Mengingat pentingnya peranan pendidikan, pemerintah telah melakukan banyak perbaikan untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam berbagai jenis dan jenjang, dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, proses kegiatan belajar mengajar di sekolah merupakan kegiatan yang sangat penting. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik. Interaksi atau hubungan timbal balik disini bukan hanya sekedar hubungan antara guru dengan siswa saja, tetapi berupa interaksi edukatif. Sementara masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran.
2
menghafal materi. Siswa juga menganggap pembelajaran fisika sebagai hal yang sulit untuk dipelajari sehingga pada proses pembelajaran siswa kurang antusias. Beberapa kendala tersebut mengakibatkan banyak siswa yang memperoleh hasil belajar kurang dari batas ketuntasan dan kemampuan berpikir kritis siswa kurang baik. Pembelajaran sering kali hanya menekankan pada aktivitas mengingat, memahami, dan mengaplikasikan (low order of thinking). Tantangan masa depan menuntut pembelajaran harus lebih mengembangkan keterampilan high order of thinking.
Kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan adalah kegiatan belajar dan mengajar. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara profesional (Fathurohman, 2007: 8). Lemahnya proses pembelajaran akan berdampak pada lemahnya penguasaan SAINS dan teknologi. Agar peserta didik dapat menguasai perkembangan, mereka harus menguasai Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai salah satu persyaratan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hal penting dalam pencapaian tujuan pendidikan. Fisika adalah salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam sehingga para peserta didik diharapkan mempunyai pemahaman pada bidang IPTEK. Fisika merupakan ilmu fundamental yang menjadi dasar perkembangan ilmu pengetahuan lain dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang teramat pesat saat ini, telah mempermudah kehidupan manusia. Mengingat fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting karena ilmu fisika digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan kemajuan teknologi maka sudah sewajarnya mata pelajaran fisika dikembangkan dan diperhatikan oleh semua pelaku pendidikan. Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik dalam pelajaran fisika masih sangat rendah.
3
Sedangkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) untuk pelajaran fisika di sekolah tersebut adalah 75. Nilai rata-rata siswa masih jauh di bawah KKM.
Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar peserta didik dalam pelajaran fisika di SMA N 1 Limapuluh adalah karena metode dan teknik pembelajaran fisika yang dilakukan oleh guru tidak membuat peserta didik aktif belajar. Hal tersebut dibuktikan dari hasil observasi di SMA Negeri 1 Limapuluh dengan memberikan angket kepada 36 orang siswa pada tanggal 22 November 2014, sebesar 38,8% peserta didik menyatakan bahwa pelajaran fisika itu sulit dan kurang menarik, hal ini disebabkan karena guru mereka lebih dominan melakukan pembelajaran satu arah seperti menjelaskan materi, menulis rumus, memberikan soal dan memberikan tugas rumah, sehingga peserta didik dalam pembelajaran fisika menjadi penerima informasi yang pasif. Pernyataan tersebut terlihat dari sekitar 88,8% peserta didik menyatakan bahwa cara guru mereka mengajar di kelas adalah dengan cara mencatat dan mengerjakan soal. Siswa lebih banyak belajar dengan menerima, mencatat dan menghafal pelajaran. Hal inilah yang menyebabkan hasil belajar fisika yang diperoleh peserta didik kurang maksimal. Pada pembelajaran fisika ini suasana pembelajaran mengarah ke teacher centered atau guru yang menjadi pusat pembelajaran sehingga siswa terkesan pasif atau tidak aktif.
4
mengemukakan pendapat di depan kelas pada saat belajar Fisika. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar peserta didik masih tergolong rendah dan mempengaruhi hasil belajar. Hasil belajar yang baik dapat diakibatkan dari metode mengajar yang baik dan sebaliknya hasil belajar yang kurang baik dapat diakibatkan dari metode mengajar yang kurang baik.
W. Gulo (2002: 8-9) menyatakan bahwa mengajar adalah usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar secara optimal. Sistem lingkungan ini terdiri atas beberapa komponen. Selain guru yang saling berinteraksi dalam menciptakan proses belajar yang terarah pada tujuan tertentu, metode pengajaran juga menjadi salah satu komponen dalam menciptakan sistem lingkungan tersebut. Ada berbagai metode pengajaran yang perlu dipertimbangkan dalam strategi belajar-mengajar. Ini perlu, karena ketepatan metode akan mempengaruhi bentuk strategi belajar-mengajar.
Salah satu metode yang dapat dijadikan alternatif adalah metode pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery). Roestiyah (2008: 20) menyatakan bahwa teknik penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund dalam Roestiyah (2008: 20), discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip.yang dimaksudkan dengan proses mental antara lain adalah: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Suatu konsep misalnya: segitiga, panas, demokrasi dan sebagainya, sedang yang dimaksud dengan prinsip antara lain ialah: logam apabila dipanaskan akan mengembang. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi sehingga situasi belajar-mengajar berpindah dari situasi teacher dominated learning menjadi situasi student dominated learning. Penggunaan teknik ini guru berusaha meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar-mengajar.
5
proses menemukan, dalam proses ini siswa berusaha menemukan konsep dan rumus dan semacamnya dengan bimbingan guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar pada pokok bahasan kubus dan balok melalui penerapan metode penemuan terbimbing adalah rata-rata 65,625% dan 90,625%. Akinyemi (2010) juga melakukan penelitian yang berjudul “Constructivist practices through guided discovery approach: The effect onstudents’ cognitive achievement in Nigerian senior secondary school physics” dengan kesimpulan “Guided discovery approaches was the most effective in facilitating students’ achievement in physics after being taught using a pictorial organizer” yang berarti bahwa “Penemuan terbimbing adalah yang paling efektif dalam memfasilitasi prestasi siswa dalam fisika setelah diajarkan menggunakan organizer bergambar”
6
Metode pembelajaran penemuan terbimbing diterapkan pada proses pembelajaran dengan memperhatikan materi pembelajaran yang akan disampaikan oleh guru sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Materi yang sesuai dengan penerapan metode pembelajaran penemuan terbimbing adalah materi yang membahas tentang konsep dan generalisasi. Peneliti memilih materi suhu dan kalor karena banyak menuntut siswa untuk lebih aktif menemukan konsep dari suhu dan kalor.
Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian dengan judul, “Pengaruh Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing Terhadap Hasil Belajar dan AktivitasSiswa padaMateri Pokok Suhu dan Kalor di SMA Negeri 1 Limapuluh”
1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasikan masalah yang relevan dengan penelitian ini, antara lain:
1. Peserta didik menganggap fisika merupakan pelajaran yang sulit dan kurang menarik.
2. Hasil belajar peserta didik masih belum mencapai KKM.
3. Aktivitas peserta didik didalam pembelajaran fisika masih sangat rendah. 4. Pembelajaran tidak melibatkan peserta didik untuk aktif belajar.
1.3. Batasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan maka masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana melibatkan peserta didik untuk aktif belajar fisika.
7
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana hasil belajar fisika siswa menggunakan metode pembelajaran penemuan terbimbing pada materi pokok Suhu dan Kalor dikelas X Semester II di SMA Negeri 1 Limapuluh T.P 2014/2015?
2. Bagaimana hasil belajar fisika siswa menggunakan pembelajaran konvensional pada materi pokok Suhu dan Kalor dikelas X Semester II di SMA Negeri 1 Limapuluh T.P 2014/2015?
3. Bagaimana aktivitas belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran penemuan terbimbing pada materi pokok Suhu dan Kalor dikelas X Semester II di SMA Negeri 1 Limapuluh T.P 2014/2015?
4. Bagaimana pengaruh metode pembelajaran penemuan terbimbing dan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Suhu dan Kalor dikelas X Semester II di SMA Negeri 1 Limapuluh T.P 2014/2015?
5. Bagaimana hubungan aktivitas dan hasil belajar siswa metode pembelajaran penemuan terbimbing terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Suhu dan Kalor dikelas X Semester II di SMA Negeri 1 Limapuluh T.P 2014/2015?
1.5.Tujuan Penelitian
Setelah merumuskan masalah maka selanjutnya pada penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui bagaimana hasil belajar fisika siswa menggunakan metode pembelajaran penemuan terbimbing pada materi pokok Suhu dan Kalor dikelas X Semester II di SMA Negeri 1 Limapuluh T.P 2014/2015.
8
3. Mengetahui bagaimana aktivitas belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran penemuan terbimbing pada materi pokok Suhu dan Kalor dikelas X Semester II di SMA Negeri 1 Limapuluh T.P 2014/2015.
4. Mengetahui bagaimana pengaruh metode pembelajaran penemuan terbimbing dan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Suhu dan Kalor dikelas X Semester II di SMA Negeri 1 Limapuluh T.P 2014/2015.
5. Mengetahui bagaimana hubungan aktivitas dan hasil belajar siswa pada metode pembelajaran penemuan terbimbing terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Suhu dan Kalor dikelas X Semester II di SMA Negeri 1 Limapuluh T.P 2014/2015.
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan informasi bagi guru dan calon guru tentang hasil belajar siswa pada materi pokok suhu dan kalor menggunakan metode pembelajaran penemuan terbimbing didalam pembelajaran.
2. Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan informasi dalam rangka perbaikan variasi pembelajaran di tempat pelaksanaan penelitian khususnya dan dunia pendidikan umumnya.
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya.
1.7. Defenisi Operasional
9
75 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari hasil analisa data dan pengujian hipotesis maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Nilai rata-rata hasil belajar fisika siswa menggunakan metode pembelajaran penemuan terbimbing pada materi pokok Suhu dan Kalor dikelas X Semester II di SMA Negeri 1 Limapuluh T.P 2014/2015 adalah 79,83. Nilai tersebut telah melewati batas Kriteria Ketuntasan Minimum dan masuk dalam kriteria baik.
2. Nilai rata-rata hasil belajar fisika siswa menggunakan pembelajaran konvensional pada materi pokok Suhu dan Kalor dikelas X Semester II di SMA Negeri 1 Limapuluh T.P 2014/2015 adalah 74,89. Nilai tersebut telah melewati batas Kriteria Ketuntasan Minimum dan masuk dalam kriteria baik. 3. Rata-rata nilai aktivitas belajar siswa dengan menggunakan metode
pembelajaran penemuan terbimbing pada materi pokok Suhu dan Kalor dikelas X Semester II di SMA Negeri 1 Limapuluh T.P 2014/2015 adalah 84 atau berada dalam kategori sangat baik.
4. Pada hasil pengujian hipotesis diperoleh thitung> ttabel (2,171 > 2,000) pada taraf
signifikan � = 0,05 yang berarti Ha1 di terima yang berarti ada pengaruh
metode pembelajaran penemuan terbimbing terhadap hasil belajar siswa. 5. Pada hasil pengujian korelasi diperoleh signifikansi < 0.001 (0.00 < 0.001)
maka H02 ditolak dan Ha2 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada
76
5.2. Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan dalam penelitian ini, maka peneliti mempunyai beberapa saran, yaitu:
1. Kepada peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang metode pembelajaran penemuan terbimbing dan ingin melihat aktivitas siswa sebaiknya menggunakan di amati oleh 3 atau lebih observer, 2 kelompok diamati oleh 1 observer agar lebih efektif dalam penilaian nya.
2. Kepada peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang metode pembelajaran penemuan terbimbingagar lebih menggunakan waktu seefektif mungkin. 3. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya memperhatikan ketersediaan alat dan
keadaan alat yang akan digunakan dalam praktikum.
77
DAFTAR PUSTAKA
ANTIK (2006), https://antik2006.wordpress.com/metode-penemuan-terbimbing/. (akses Desember 2014)
Aryani, F., (2011), “Pengembangan Lks Untuk Metode Penemuan Terbimbing Pada Pembelajaran Matematika Kelas Viii Di Smp Negeri 18 Palembang”. Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 5: 130.
Afandi, F., (2013), Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Berbasis Eksperimen Terhadap Hasil Belajar Siswa PadaMateri pokok Listrik Dinamis Di Kelas X Sma Negeri 4 Tebing Tinggi T.P 2012/2013., Skripsi, FMIPA, Unimed,Medan
Akinbobola, A., (2010), “Constructivist Practices Through Guided Discovery Approach: The Effect Onstudents’ Cognitive Achievement in Nigerian Senior Secondary School Physics”. Eurasian Journal Of Physics And Chemistry Education, Volume 2(1): 16.
Candra, dkk., (2012), “Penerapan Model Pembelajaran Guided Discovery pada Materi Pemantulan Cahaya untuk Meningkatkan Berpikir Kritis”. Unnes Physics Education Journal, 1: 27.
Dahar, R.W., (2006), Teori-Teori Balajar Dan Pembelajaran, Penerbit Erlangga, Bandung.
Eggen, Paul., Kauchak, Don., (2012), Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir, PT. Indeks.
Fathurohman, P., Sutikno, S., (2007), Strategi Belajar Mengajar, PT. Refika Aditama, Bandung.
Gulo, W., (2002), Strategi Belajar Mengajar, GRASINDO (Gramedia Widasarana Indonesia), Jakarta.
Isticharoh., (2011), Peningkatan Hasil Belajar Melalui Metode Guided Discovery Bermuatan Karakter Berbantuan CD Pembelajaran Materi Bangun Datar Kelas 5, Matematika dan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran, 306. Muhibbinsyah., (2009), Psikologi Pendidikan, Rosda, Bandung.
Mulyasa., (2013), Pengembangan dan Implementasi Kurikulum2013, Rosda, Bandung.
78
Matematika,36 Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, Volume 01: 35.
Udo., (2010), Effect of Guided-Discovery, Student- Centred Demonstration and the Expository Instructional Strategies on Students’ Performance in Chemistry,Indexed African Journals Online, Volume 4(4): 389.
Priyatno, D., (2014), SPSS 22 Pengolah Data Terpraktis, Penerbit Andi, Yogyakarta.
PustakaPadani (2013), http://pustaka.pandani.web.id/2013/12/metode-pembelajaran-penemuan-terbimbing.html (akses Desember 2014)
Rahayu, Eko., (2009), Keefektifan Metode Penemuan Terbimbing Dan Metode Pemberian Tugas Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa Kelas 8 Smp Negeri Dikecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2008/2009, Tesis, Teknologi Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Sani, R., (2013), Inovasi Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta.
Sudijono, A., (1995), Pengantar Evaluasi Pendidikan, P.T. Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Sudjana., (2005), Metoda Statistika, Penerbit Tarsito, Bandung. Sugiono., (2013), Metode Penelitian Pendidikan, Alfabeta, Bandung. Sukardi., (2008), Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.