LANSIA YANG MENGALAMI NYERI REUMATIK
DI PANTI WREDA DHARMA BHAKTI
SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Oleh :
CANDRA AGUNG PRANYANA J 210 100 090
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah
Yang bertanda tangan di bawah ini pembimbing skripsi/tugas akhir:
Nama : Arina Maliya, S.Kep., M.Si., Med
Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan
ringkasan skripsi/tugas akhir dari mahasiswa:
Nama : Candra Agung Pranyana
NIM : J 210 100 090
Program Studi : Keperawatan S-1
Fakultas : Ilmu Kesehatan
Judul Skripsi : PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP KELUHAN NYERI DAN PENINGKATAN RENTANG GERAK PADA LANSIA YANG MENGALAMI NYERI REUMATIK DI PANTI WREDA DHARMA BHAKTI SURAKARTA
Naskah ariktel ilmiah tersebut layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan.
Demikian persetujuan ini dibuat, semoga dapat digunakan seperlunya.
Surakarta, 30 Maret 2015
Pembimbing I
Arina Maliya, S.Kep., M.Si., Med
Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah
Yang bertanda tangan di bawah ini pembimbing skripsi/tugas akhir:
Nama : Sahuri Teguh, S.Kep., Ns
Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan
ringkasan skripsi/tugas akhir dari mahasiswa:
Nama : Candra Agung Pranyana
NIM : J 210 100 090
Program Studi : Keperawatan S-1
Fakultas : Ilmu Kesehatan
Judul Skripsi : PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP KELUHAN NYERI DAN PENINGKATAN RENTANG GERAK PADA LANSIA YANG MENGALAMI NYERI REUMATIK DI PANTI WREDA DHARMA BHAKTI SURAKARTA
Naskah ariktel ilmiah tersebut layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan.
Demikian persetujuan ini dibuat, semoga dapat digunakan seperlunya.
Surakarta, 30 Maret 2015
Pembimbing II
Sahuri Teguh, S.Kep., Ns
PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP KELUHAN NYERI DAN PENINGKATAN RENTANG GERAK PADA
LANSIA YANG MENGALAMI NYERI REUMATIK DI PANTI WREDA DHARMA BHAKTI
SURAKARTA
Candra Agung Pranyana*
Arina Maliya, S.Kep., M.Si., Med** Sahuri Teguh, S.Kep., Ns***
ABSTRAK
Senam ergonomis merupakan salah satu metode yang praktis dan efektif dalam memelihara kesehatan tubuh. Gerakan yang terkandung dalam senam ergonomik adalah gerakan yang sangat efektif, efisien, dan logis karena rangkaian gerakannya merupakan rangkaian gerak yang dilakukan manusia sejak dulu sampai saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam ergonomik terhadap keluhan nyeri dan penurunan rentang gerak pada lansia yang mengalami nyeri reumatik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen, tipe non equivalent control group design, yaitu mengkaji tingkat nyeri dan menilai rentang gerak sebelum dan sesudah terapi diberikan, hal ini untuk mengetahui apakah klien mengalami penurunan tingkat nyeri atau tidak dan mengalami peningkatan rentang gerak atau tidak. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang mengalami rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta sebanyak 43 lansia, teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik non probability sampling dengan cara accidental sampling, sehingga besar sampel adalah 15 responden tiap kelompok, jadi jika dijumlah dari kedua kelompok maka didapat jumlah 30 responden. Alat analisis yang digunakan adalah uji statistik t-tes. Hasil penelitian diketahui bahwa: 1) Terjadi penurunan tingkat nyeri pada lansia yang mengalami rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta sesudah diberikan senam ergonomik; 2) Terjadi peningkatan rentang gerak pada lansia yang mengalami rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta sesudah diberikan senam ergonomik; 3) Terdapat pengaruh senam ergonomik terhadap penurunan tingkat nyeri pada Lansia yang Mengalami Rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta; 4) Terdapat pengaruh senam ergonomik terhadap peningkatan rentang gerak pada Lansia yang Mengalami Rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta.
EFFECT OF COMPLAINTS GYMNASTICS ERGONOMICS PAIN AND INCREASE IN THE RANGE OF MOTION
ELDERLY THE EXPERIENCE OF PAIN RHEUMATIC
IN A NURSING HOME DHARMA BHKATI SURAKARTA
ABSTRACT
Ergonomic Gymnastics is one of the methods that are practical and effective in maintaining a healthy body. Gymnastic movements contained in ergonomics is a movement that is very effective, efficient, and logical because the movement sequence is a series of motion in humans since the beginning until today. This study aimed to determine the effect of ergonomic exercises on pain and decreased range of motion in elderly rheumatic pain in nursing home Dharma Bhakti Surakarta. This study was a quasi-experimental study, the type of non equivalent control group design, which assess the level of pain and assess range of motion before and after the treatment is given, it is to determine whether the client is experiencing a decrease in the level of pain or not and increased range of motion or not. The population in this study were all elderly who have arthritis in the Home Wreda Dharma Bhakti Surakarta 43 elderly, the sampling technique used in this study was done by using a non-probability sampling with accidental sampling method, so the sample size is 15 respondents each group, so if you add up of two groups of the importance of the number of 30 respondents. The analysis tool used is the statistical test t-test. The results reveal that: 1) There was a decrease in the level of pain in the elderly who have arthritis in a nursing home after the Dharma Bhakti Surakarta given gymnastics ergonomics; 2) An increase in range of motion in the elderly who have arthritis in a nursing home after the Dharma Bhakti Surakarta given gymnastics ergonomics; 3) There is ergonomic exercise influence on the decrease in the level of pain in the elderly in nursing homes Experiencing Rheumatism Dharma Bhakti Surakarta; 4) There is the influence of gymnastics ergonomics to increase range of motion in the Elderly Who Have Arthritis in the Home Wreda Dharma Bhakti Surakarta.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Proses menua menimbulkan suatu proses hilangnya kemampuan jaringan secara perlahan-lahan dalam memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak mampu bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Maryam, 2008) Peningkatan jumlah lanjut usia (lansia) perlu mendapatkan perhatian karena kelompok lansia merupakan kelompok beresiko tinggi yang mengalami berbagai masalah kesehatan khususnya penyakit degeneratif (Depkes RI, 2006)
Banyak penyakit yang terjadi pada lansia dipengaruhi oleh proses penuaan, usia, status pekerjaan, makanan dan aktivitas fisik adalah penyakit hipertensi, diabetes mellitus, kardiovaskuler dan penyakit rematik. Salah satu golongan penyakit yang sering menyertai usia lanjut yang dapat
menimbulkan gangguan
muskuloskeletal adalah rematik. Penyakit rematik (rheumatism) merupakan suatu kondisi yang menyakitkan. Terdapat lebih dari 100 jenis penyakit rematik, antaranya adalah, osteoartritis, rheumatoid artritis, spondiloartritis, gout, lupus eritematosus sistemik, skleroderma, fibromialgia, dan lain-lain lagi. Penyakit ini menyebabkan inflamasi, kekakuan, pembengkakan, dan rasa sakit pada sendi, otot, tendon, ligamen, dan tulang. Sehingga penyakit rematik ini merupakan penyebab terjadinya keterbatasan aktivitas jika dibandingkan dengan penyakit jantung, kanker atau diabetes.
Keterbatasan aktivitas pada lansia karena nyeri reumatik dapat menyebabkan immobilisasi dan
penurunan rentang gerak pada lansia, Dampak fisiologis dari imobilisasi dan ketidakaktifan adalah peningkatan katabolisme protein sehingga menghasilkan penurunan rentang gerak dan kekuatan otot. Selain itu lansia sangat rentan terhadap konsekuensi fisiologis dan psikologis dari imobilitas. Sepuluh sampai 15% kekuatan otot dapat hilang setiap minggu jika otot beristirahat sepenuhnya, dan sebanyak 5,5% dapat hilang setiap hari pada kondisi istirahat dan imobilitas sepenuhnya. Jadi, lansia yang mengalami gangguan imobilisasi fisik (rematik) seharusnya melakukan latihan aktif agar tidak terjadi penurunan rentang gerak lansia maupun penurunan kekuatan otot pada lansia. (Stanley, 2006)
Senam ergonomis merupakan salah satu metode yang praktis dan efektif dalam memelihara kesehatan tubuh. Gerakan yang terkandung dalam senam ergonomik adalah gerakan yang sangat efektif, efisien, dan logis karena rangkaian gerakannya merupakan rangkaian gerak yang dilakukan manusia sejak dulu sampai saat ini. Gerakan-gerakan senam ergonomis merupakan gerakan yang sesuai dengan kaidah-kaidah penciptaan tubuh dan gerakan ini diilhami dari gerakan sholat. Senam ergonomis merupakan senam yang dapat langsung membuka, membersihkan, dan mengaktifkan seluruh sistem-sistem tubuh seperti sistem kardiovaskuler, kemih, reproduksi (Wratsongko, 2006).
Penelitian yang dilakukan oleh Gayatri, (2012) yang berjudul
menurunkan tekanan darah klien hipertensi di kelurahan Bendan Kota Pekalongan.
Dari studi pendahuluan yang telah dilakukan di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta pada tanggal 15 Desember 2014, didapat data populasi antara tanggal 1 September 2013-30 Agustus 2014 didapatkan 465 kunjungan baru selama tahun 2013 dengan total penderita rematik pada lansia berjumlah sebanyak 45 lansia yang menderita reumatik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta. Lansia di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta pernah mendapatkan senam juga tetapi pelatihan senam DM, untuk senam ergonomik para lansia di Panti itu mengaku belum pernah diberikan pelatihan senam ergonomik. Hasil wawan cara yang peneliti dapatkan dari pengurus panti mengatakan bahwa Lansia di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta belum pernah mendapat pelatihan senam ergonomic.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
tentang “Pengaruh Senam Ergonomik
Terhadap Keluhan Nyeri dan Penurunan Rentang Gerak Pada Lansia yang Mengalami Reumatik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta”.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh senam ergonomik terhadap keluhan nyeri dan peningkatan rentang gerak pada lansia yang mengalami nyeri setelah pensiun, yaitu biasanya antara usia 65 tahun dan 75 tahun (Potter,
2006). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lansia menjadi 4 yaitu: usia pertengahan (middle age) menurut Keliat (1999) dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4), UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia, 2011).
Rematik atau pegal linu juga merupakan penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan tulang rawan (kartilago) sendi dan tulang didekatnya, disertai proliferasi dari tulang dan jaringan lunak di dalam dan sekitar daerah yang terkena (Priyanto, 2009).
Nyeri
Menurut Blacks dan Hawks (2005), nyeri merupakan fenomena yang beragam dan kompleks yang mungkin sulit bagi klien untuk menggambarkan dan sulit bagi orang lain untuk mengenali, memahami, dan mengkaji.
dengan pengalaman masa lalu dari orang yang bersangkutan (Demir, 2012).
Rentang Gerak
Rentang pergerakan atau Range of Motion (ROM) sendi adalah pergerakan maksimal yang mungkin dilakukan oleh sendi, rentang pergerakan sendi bervariasi dari individu ke individu lain dan ditentukan oleh jenis kelamin, usia, ada atau tidaknya penyakit , dan jumlah aktivitas fisik yang normalnya dilakukan seseorang (Kozier dkk, 2010). ROM merupakan istilah untuk menyatakan batas/besarnya gerakan sendi yang normal dan sebagai dasar untuk menetapkan adanya kelainan ataupun untuk menyatakan batas gerakan sendi yang abnormal (Muttaqin, 2008)
Rentang gerak sendi secara keseluruhan telah diteliti untuk menunjukkan bagaimana koordinasi paha, betis dan kaki mungkin dipengaruhi oleh usia. Dari hasil studi Blanked dan Hageman (1989) menyatakan bahwa ROM pergelangan kaki ditemukan berkurang pada lansia sebesar 19,080 dibandingkan dengan 21,250 pada usia muda (Blanked dan Hageman dalam Begg dan Sparrow, 2006).
Senam Ergonomis
Senam ergonomis adalah salah satu metode yang praktis dan efektif dalam memelihara kesehatan tubuh. Alasan penggunaan terapi senam ergonomis daripada senam yang lain adalah gerakan yang terkandung dalam senam ergonomik merupakan gerakan yang sangat efektif, efisien, dan logis karena rangkaian gerakannya adalah rangkaian gerak yang dilakukan
manusia sejak dulu sampai saat ini. Gerakan-gerakan senam ergonomis merupakan gerakan yang sesuai dengan kaidah-kaidah penciptaan tubuh dan gerakan ini diilhami dari gerakan sholat. Senam ergonomis merupakan senam yang dapat langsung membuka, membersihkan, dan mengaktifkan seluruh sistem-sistem tubuh seperti sistem kardiovaskuler, kemih, reproduksi (Wratsongko dan Sulistyo, 2006).
Gerakan dalam senam ergonomis terdiri dari 5 gerakan dasar dan 1 gerakan penutup. Gerakan dasar senam ergonomis terdiri dari gerakan lapang dada, tunduk syukur, duduk perkasa, duduk pembakaran dan berbaring pasrah. Gerakan penutup senam ergonomis yaitu gerakan mikro energi atau sering disebut gerakan putaran energi inti. Masing-masing gerakan mengandung manfaat yang luar biasa dalam pencegahan penyakit dan perawatan kesehatan (Wratsongko dan Sulistyo, 2006).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen, tipe non equivalent control group design, yaitu mengkaji tingkat nyeri dan menilai rentang gerak sebelum dan sesudah terapi diberikan, hal ini untuk mengetahui apakah klien mengalami penurunan tingkat nyeri atau tidak dan mengalami peningkatan rentang gerak atau tidak. Penelitian ini akan dilaksanakan di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta pada bulan Desember 2014.
sampling dengan cara accidental sampling. Berdasarkan perhitungan peneliti melakukan penelitian dengan besar sampel 15 tiap kelompok, jadi jika dijumlah dari kedua kelompok maka didapat jumlah 30 responden.
Teknik Analisis Data
Analisa data yang akan digunakan adalah sebagai berikut :
1. Analisa Univariat
Analisis univariat ini bertujuan menggambarkan keadaan data dari tiap variabel yang diteliti yang akan ditampilkan dalam bentuk tabel, meliputi: tingkat nyeri dan rentang gerak sebelum senam ergonomis dan tingkat nyeri dan rentang gerak setelah senam ergonomis.
2. Analisa Bivariat
Analisis bivariat dalam penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh terapi senam ergonomis terhadap keluhan nyeri dan peningkatan tingkat rentang gerak ROM dengan melihat pre test dan post test. Analisis ini menggunakan uji statistik t-tes.
Instrumen penelitian ini menggunakan Numeric Rating Scale (NRS) yang digunakan untuk mengukur tingkat nyeri klien dan alat ukur yang digunakan untuk mengukur luas rentang gerak sendi adalah goniometer (Muttaqin, 2010). Pengukuran dilakukan sekali pada pretest dan post test pada masing– masing kelompok.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Responden Penelitian Distribusi data tentang jenis kelamin lansia yang mengalami rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Berdasarkan distribusi jenis kelamin lansia yang mengalami rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta diketahui bahwa pada kelompok eksperimen 20,0% atau 6 lansia mempunyai jenis kelamin laki-laki dan 30,0% atau 9 lansia mempunyai jenis kelamin perempuan, adapun untuk kelompok kontrol diketahui bahwa 23,3% atau 7 lansia mempunyai jenis kelamin laki-laki dan 26,7% atau 8 lansia mempunyai jenis kelamin perempuan, sehingga dapat diketahui bahwa mayoritas lansia yang mengalami rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta mempunyai jenis kelamin perempuan.
Distribusi frekuensi untuk umur responden berdasarkan Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO)
kelompok eksperimen 40,0% atau 12 lansia mempunyai umur antara 60-74 Tahun dan 10,0% atau 3 lansia mempunyai umur antara 75-90 Tahun, adapun untuk kelompok kontrol diketahui bahwa 33,3% atau 10 lansia mempunyai umur antara 60-74 Tahun dan 16,7% atau 5 lansia mempunyai umur antara 75-90 Tahun, sehingga dapat diketahui bahwa mayoritas rata-rata lansia yang mengalami rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta berumur antara 60–74 Tahun.
Analisis Univariat
Berdasarkan hasil analisis univariat untuk data tentang tingkat nyeri sebelum dan sesudah diberikan senam ergonomik pada lansia yang mengalami rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta adalah sebagai berikut:
Tabel 2
Statistik Diskriptif Tingkat Nyeri
Kelompok Pre Test Post Test
Mean SD Mean SD
Kontrol 6,53 0,639 5,46 0,165
Eksperimen 6,33 0,723 4,26 0,181
Hasil perhitungan nilai statistik diskriptif di atas menunjukkan bahwa terjadi penurunan tingkat nyeri pada lansia yang mengalami rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta sesudah diberikan senam ergonomik, namun pada kelompok kontrol yang tidak diberikan senam ergonomik tidak terjadi penurunan tingkat nyeri yang cukup berarti.
Rentang gerak fleksi lutut sebelum dan sesudah diberikan senam ergonomik pada lansia yang mengalami rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta adalah sebagai berikut:
Tabel 3
Statistik Diskriptif Rentang Gerak Fleksi Lutut
Kelompok Pre Test Post Test
Mean SD Mean SD
Kontrol 132,91 0,606 130,26 0,692
Eksperimen 132,72 1,004 128,30 1,145
Hasil perhitungan nilai statistik diskriptif di atas menunjukkan bahwa tanpa memberikan senam ergonomik pada kelompok kontrol terjadi peningkatan rentang gerak fleksi lutut pada lansia yang mengalami rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta sesudah diberikan senam ergonomik.
Rentang gerak ekstensi lutut sebelum dan sesudah diberikan senam ergonomik pada lansia yang mengalami rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta adalah sebagai berikut:
Tabel 4
Statistik Diskriptif Rentang Gerak Ekstensi Lutut
Kelompok Pre Test Post Test
Mean SD Mean SD
Kontrol 8,86 0,473 6,38 0,274
Eksperimen 9,06 0,519 5,06 0,363
Hasil perhitungan nilai statistik diskriptif di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rentang gerak ekstensi lutut pada lansia yang mengalami rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta sesudah diberikan senam ergonomik, untuk kelompok kontrol yang tidak diberikan senam ergonomi tidak terjadi peningkatan rentang gerak yang cukup berarti.
Tabel 5
Statistik Diskriptif Rentang Gerak Plantar Fleksi Ankle
Kelompok Pre Test Post Test
Mean SD Mean SD
Kontrol 27,95 0,522 26,32 0,568
Eksperimen 28,20 0,732 24,66 0,555
Hasil perhitungan nilai statistik diskriptif di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rentang gerak plantar fleksi ankle pada lansia yang mengalami rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta sesudah diberikan senam ergonomik.
Rentang gerak dorsal fleksi ankle sebelum dan sesudah diberikan senam ergonomik pada lansia yang mengalami rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta adalah sebagai berikut:
Tabel 6
Statistik Diskriptif Rentang Gerak Dorsal Fleksi Ankle
Kelompok Pre Test Post Test
Mean SD Mean SD
Kontrol 47,96 0,479 47,60 0,458
Eksperimen 47,78 0,564 45,65 0,483
Hasil perhitungan nilai statistik diskriptif di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rentang gerak dorsal fleksi ankle pada lansia yang mengalami rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta sesudah diberikan senam ergonomik
Analisis Bivariat
Analisis bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam ergonomik terhadap keluhan nyeri dan peningkatan rentang gerak pada lansia yang mengalami nyeri reumatik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta.
Hasil penelitian tentang pengaruh senam ergonomik terhadap penurunan
tingkat nyeri pada Lansia yang Mengalami Rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta adalah sebagai berikut:
Tabel 7
Pengaruh Senam Ergonomik terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Pre Test
Pengaruh senam ergonomik terhadap penurunan tingkat nyeri pada Lansia yang Mengalami Rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta diketahui bahwa sebelum menjalani senam ergonomik diperoleh nilai thitung sebesar 0,802 dengan p= 0,429, sehingga sebelum diberikan senam ergonomik antara kelompok kontrol dan eksperimen mempunyai tingkat nyeri yang cenderung sama, adapun sesudah diberikan senam ergonomik diperoleh nilai thitung = 4,886 dengan p= 0,001, artinya terdapat pengaruh senam ergonomik terhadap penurunan tingkat nyeri pada Lansia yang Mengalami Rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta.
Hasil penelitian tentang pengaruh senam ergonomik terhadap penurunan rentang gerak fleksi lutut pada Lansia yang Mengalami Rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta adalah sebagai berikut:
Tabel 8
Pengaruh Senam Ergonomik terhadap Peningkatan Rentang Gerak Fleksi
Pengaruh senam ergonomik terhadap penurunan rentang gerak fleksi lutut pada Lansia yang Mengalami Rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta diketahui bahwa sebelum menjalani senam ergonomik diperoleh nilai thitung sebesar 0,638 dengan p= 0,529, sehingga tidak ada perbedaan rentang gerak fleksi lutut sebelum diberikan senam ergonomik. Adapun sesudah diberikan senam ergonomik diperoleh nilai thitung = 5,652 dengan p= 0,001, artinya terdapat pengaruh senam ergonomik terhadap peningkatan rentang gerak fleksi lutut pada Lansia yang Mengalami Rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta.
Hasil penelitian tentang pengaruh senam ergonomik terhadap penurunan rentang gerak ekstensi lutut pada Lansia yang Mengalami Rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta adalah sebagai berikut:
Tabel 9
Pengaruh Senam Ergonomik terhadap Peningkatan Rentang Gerak Ekstensi
Lutut
Pengaruh senam ergonomik terhadap penurunan rentang gerak ekstensi lutut pada Lansia yang Mengalami Rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta diketahui bahwa sebelum menjalani senam ergonomik diperoleh nilai thitung sebesar -1,066 dengan p= 0,296, sehingga rentang gerak ekstensi lutut sebelum diberikan senam ergonomik antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen relatif sama. Adapun sesudah diberikan senam ergonomik
diperoleh nilai thitung = 11,212 dengan p= 0,001, artinya terdapat pengaruh senam ergonomik terhadap peningkatan rentang gerak ekstensi lutut pada Lansia yang Mengalami Rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta.
Hasil penelitian tentang pengaruh senam ergonomik terhadap penurunan rentang gerak plantar fleksi ankle pada Lansia yang Mengalami Rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta adalah sebagai berikut:
Tabel 10
Pengaruh Senam Ergonomik terhadap Peningkatan Rentang Gerak Plantar
Fleksi Ankle
Pengaruh senam ergonomik terhadap penurunan rentang gerak plantar fleksi ankle pada Lansia yang Mengalami Rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta diketahui bahwa sebelum menjalani senam ergonomik diperoleh nilai thitung sebesar -1,062 dengan p= 0,297, sehingga sebelum diberikan senam ergonomik rentang gerak plantar fleksi ankle pada Lansia yang Mengalami Rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta tidak terdapat perbedaan yang cukup signifikan. Adapun sesudah diberikan senam ergonomik diperoleh nilai thitung = 8,091 dengan p= 0,001, artinya terdapat pengaruh senam ergonomik terhadap peningkatan rentang gerak plantar fleksi ankle pada Lansia yang Mengalami Rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta.
Lansia yang Mengalami Rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta adalah sebagai berikut:
Tabel IV.11
Pengaruh Senam Ergonomik terhadap Peningkatan Rentang Gerak Dorsal
Fleksi Ankle
Pengaruh senam ergonomik terhadap penurunan rentang gerak dorsal fleksi ankle pada Lansia yang Mengalami Rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta diketahui bahwa sebelum menjalani senam ergonomik diperoleh nilai thitung sebesar 0,907 dengan p= 0,372, sehingga rentang gerak dorsal fleksi ankle sebelum menjalani diberikan senam ergonomik pada kelompok kontrol dan eksperimen relatif sama. Adapun sesudah diberikan senam ergonomik diperoleh nilai thitung = 11,344 dengan p= 0,001, artinya terdapat pengaruh senam ergonomik terhadap peningkatan rentang gerak dorsal fleksi ankle pada Lansia yang Mengalami Rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta.
PEMBAHASAN
Pengaruh Senam Ergonomik terhadap Penurunan Tingkat Nyeri
Pengaruh senam ergonomik terhadap penurunan tingkat nyeri pada Lansia yang Mengalami Rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta diketahui bahwa terdapat pengaruh senam ergonomik terhadap penurunan tingkat nyeri pada Lansia yang Mengalami Rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta. Hasil
penelitian ini relevan dengan penelitian Afiani Septina Rahmawati (2014) tentang pengaruh terapi aktivitas senam ergonomis terhadap penurunan skala nyeri sendi pada lanjut usia dengan degeneratif sendi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol sebesar 0.038 dan kelompok intervensi sebesar 0.000 sehingga terlihat bahwa pada pre-test dan post-test kelompok kontrol maupun intervensi mengalami penurunan nyeri sendi, namun hasil lebih signifikan pada kelompok intervensi karena sampel melakukan Senam Ergonomi.
Senam ergonomis merupakan kombinasi dari gerakan otot dan teknik pernapasan. Melalui latihan relaksasi (senam ergonomis)) lansia dilatih untuk dapat memunculkan respon relaksasi. Sehingga pengeluaran endorphin ini menghambat aktifitas trigger cell, maka gerbang subtsansia gelatinosa tertutup dan impuls nyeri berkurang atau sedikit di transmisikan ke otak, kondisi seperti ini dapat membuat klien mencapai keadaan tenang. Kondisi relaks yang dirasakan tersebut dikarenakan latihan relaksasi dapat memberikan pemijatan halus pada berbagai kelenjar-kelenjar pada tubuh, menurunkan produksi kortisol dalam darah, mengembalikan pengeluaran hormon yang secukupnya sehingga memberi keseimbangan emosi dan ketenangan pikiran (Demir, 2012)
Pengaruh Senam Ergonomik terhadap Peningkatan Rentang Gerak
1. Rentang Gerak Fleksi Lutut
bahwa terdapat pengaruh senam ergonomik terhadap peningkatan rentang gerak fleksi lutut pada Lansia yang Mengalami Rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta. hasil penelitian didukung oleh penelitian Christi Viviane Tulandi, dkk (2012) dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa latihan ROM pasif dapat mempengaruhi luas gerak sendi pinggul, masing-masing pada gerakan fleksi (nilai p = 0,000), hiperekstensi (nilaip = 0,002), abduksi (nilai p =0,011), dan adduksi (nilai p = 0,008).
Senam ergonomis merupakan salah satu metode yang praktis dan efektif dalam memelihara kesehatan tubuh. Gerakan yang terkandung dalam senam ergonomik adalah gerakan yang sangat efektif, efisien, dan logis karena rangkaian gerakannya merupakan rangkaian gerak yang dilakukan manusia sejak dulu sampai saat ini. Gerakan-gerakan senam ergonomis merupakan gerakan yang sesuai dengan kaidah- kaidah penciptaan tubuh dan gerakan ini diilhami dari gerakan sholat. Senam ergonomis merupakan senam yang dapat langsung membuka, membersihkan, dan mengaktifkan seluruh sistem-sistem tubuh seperti sistem kardiovaskuler, kemih, reproduksi (Wratsongko, 2006).
2. Rentang Gerak Ekstensi Lutut Pengaruh senam ergonomik terhadap penurunan rentang gerak ekstensi lutut pada Lansia yang Mengalami Rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta diketahui bahwa terdapat pengaruh senam ergonomik terhadap peningkatan rentang gerak ekstensi lutut pada
Lansia yang Mengalami Rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta.
Penelitian Mudrikah (2012) menunjukkan adanya pengaruh pemberian latihan range of motion aktif terhadap peningkatan rentang sendi dan otot kaki klien, yaitu terjadi peningkatan rata–rata rentang gerak sendi lutut dan ankle meningkat sebesar 19,17o pada posisi fleksi, 4,79o pada ekstensi, 8,99o pada dorsal fleksi dan 7,7o pada plantar fleksi.
Fleksibilitas atau kelenturan sendi merupakan suatu gerak maksimal yang dapat dilakukan oleh persendian yang meliputi hubungan antara bentuk persendian, otot, tendon dan ligamen sekeliling persendian (Nieman, 2004). Proses menua menyebabkan penurunan produksi cairan sinovial pada persendian dan tonus otot, kartilago sendi menjadi lebih tipis dan ligamentum menjadi lebih kaku serta terjadi penurunan kelenturan (fleksibilitas), sehingga mengurangi gerakan persendian. Kekakuan dapat disebabkan oleh adanya kalsifikasi pada lansia yang akan menurunkan fleksibilitas sendi. Sendi lutut mempunyai struktur ligamentum yang kuat karena berfungsi sebagai penopang tubuh, hal ini juga akan mempengaruhi kemungkinan terjadinya kekakuan pada sendi lutut (Tortora & Grabowski, 2003).
senam ergonomik terhadap peningkatan rentang gerak plantar fleksi ankle pada Lansia yang Mengalami Rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta.
Hasil ini didukung penelitian Gayatri, (2012) menunjukkan ada pengaruh yang signifikan senam ergonomis terhadap perubahan tekanan darah pada klien hipertensi di Kelurahan Bendan Kota Pekalongan berdasarkan uji statistik dengan p value tekanan darah sistolik yaitu 0,002 dan p value tekanan darah diastolik 0,009.
Senam ergonomik merupakan latihan yang menggerakkan persendian seoptimal dan seluas mungkin sesuai kemampuan seseorang yang tidak menimbulkan rasa nyeri pada sendi yang digerakkan. Adanya pergerakan pada persendian akan menyebabkan terjadinya peningkatan aliran darah ke dalam kapsula sendi (Astrand dan Rodahl, 2003). Ketika sendi digerakkan, permukaan kartilago antara kedua tulang akan saling bergesekan. Kartilago banyak mengandung proteoglikans yang menempel pada asam hialuronat yang bersifat hidrophilik, sehingga kartilago banyak mengandung air sebanyak 70-75%. Adanya penekanan pada kartilago akan mendesak air keluar dari matrik kartilago ke cairan sinovia. Bila tekanan berhenti maka air yang keluar ke cairan sinovia akan ditarik kembali dengan membawa nutrisi dari cairan sinovia (Hazzard, et al., 2003; Jenkins, 2005). Sehingga dengan dilakukan senam ergonomik pada klien gangguan sendi dapat menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan lebih mandiri.
4. Rentang Gerak Dorsal Fleksi Ankle Pengaruh senam ergonomik terhadap penurunan rentang gerak dorsal fleksi ankle pada Lansia yang Mengalami Rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta diketahui bahwa terdapat pengaruh senam ergonomik terhadap peningkatan rentang gerak dorsal fleksi ankle pada Lansia yang Mengalami Rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta.
Hasil penelitian ini relevan dengan penelitian Christi Viviane Tulandi (2013) tentang latihan ROM pasif terhadap luas gerak sendi pinggul pada lansia di BPLU Senja Cerah Paniki menunjukkan bahwa latihan ROM pasif dapat mempengaruhi luas gerak sendi pinggul, masing-masing pada gerakan fleksi (nilai p = 0,000), hiperekstensi (nilaip = 0,002), abduksi (nilai p =0,011), dan adduksi (nilai p = 0,008).
Penelitian Ulliya (2007), merupakan eksperimen dengan pre post test design. Subyek sebanyak 8 yang dilakukan latihan ROM sebanyak 5 kali dalam seminggu selama 6 minggu. Fleksibilitas sendi diukur pada sebelum, setelah 3 minggu dan setelah 6 latihan ROM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan yang signifikan antara pengukuran pertama-kedua pada fleksi sendi lutut kanan dan kiri dan antara pengukuran pertama-ketiga pada fleksi sendi lutut kiri. Simpulan pada penelitian ini adalah latihan ROM selama dapat meningkatkan fleksibilitas sendi lutut kiri sebesar 35° atau 43,75%
1. Terjadi penurunan tingkat nyeri pada lansia yang mengalami rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta sesudah diberikan senam ergonomik.
2. Terjadi peningkatan rentang gerak pada lansia yang mengalami rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta sesudah diberikan senam ergonomik.
3. Terdapat pengaruh senam ergonomik terhadap penurunan tingkat nyeri pada Lansia yang Mengalami Rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta.
4. Terdapat pengaruh senam ergonomik terhadap peningkatan rentang gerak pada Lansia yang Mengalami Rematik di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta.
Saran
1. Bagi Lansia
a. Bagi lansia diharapkan senantiasa melakukan gerakan-gerakan yang melibatkan persendian, khususnya dengan melakukan senam ergonomik, sehingga tingkat nyeri mengalami penurunan dan rentang gerak
senantiasa mengalami
peningkatan.
b. Lansia diharapkan berperan aktif dalam mengurangi pola perilaku
yang negatif dalam
mengkonsumsi makanan yang mengandung resiko, sehingga dapat terhindar dari berbagai penyakit, khususnya penyakit tulang rematik.
2. Bagi Ilmu keperawatan
a. Ilmu keperawatan hendaknya dapat menjadikan senam ergonomik sebagai solusi dalam menurunkan tingkat nyeri dan meningkatkan rentang gerak
bagi lansia yang menderita rematik.
b. Bagi mahasiswa dan akademi keperawatan diharapkan memberikan bimbingan bagi lansia yang menjalani senam argonomik dengan memberikan saran agar melakukannya secara teratur, sehingga tingkat nyeri mengalami penurunan dan rentang gerak mengalami peningkatan.
3. Peneliti selanjutnya
Terhadap penelitian sejenis selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lebih mendalam lagi kaitannya dengan
senam ergonomik dalam
menurunkan nyeri dan
meningkatkan rentang gerak, karena pada kenyataannya dengan senam argonomik dapat menurunkan nyeri dan meningkatkan rentang gerak pada lansia. Aktivitas Senam Ergonomis terhadap Penurunan Skala Nyeri Sendi pada Lanjut Usia dengan Degeneratif Sendi di Wilayah Kerja Puskesmas Kasihan II Bantul Yogyakarta. Jurnal Keperawatan. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Astrand, P.O. and Rodahl, K. 2003. Textbook of Work Physiology-Physiologocal Bases of Exercise, second edt. McGraw-Hill Book Company, USA.
Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah (H. Kuncara, A. Hartono, M. Ester, Y. Asih, Terjemahan). (Ed.8) Vol 1. Jakarta : EGC.
Christi, Viviane Tulandi, Rina Kundre dan Wico Silolonga (2012). Pengaruh Latihan Range of Motion Pasif terhadap Luas Gerak Sendi Pinggul pada Lansia di Balai Penyantunan Lanjut Usia Senja Cerah Paniki. Jurnal Keperawatan. Universitas Sam Ratulangi Manado.
Demir, Y. (2012).
Non-pharmacological in Pain Management, Paint-Management Current Issues and Opinions, Dr. Gabor Racz (Ed.), ISBN: 978-953-307-813-7, InTech, Avaliable from:http:// www.intechopen.com / books / pain - management - current - issues - and - opinions / non-pharmacological - therapies - in - pain - management
Departemen Kesehatan RI. (2006). Pharmaceutical care untuk pasien penyakit arthritis rematik. (http:// 125.160.76.194/bidang/yanmed/far masi/ pharmaceutical/rematik.pdf). diakses tanggal 14 Maret 2014 pukul 08.20
Gayatri, S. D. 2012. Pengaruh Senam Ergonomis terhadap Perubahan Tekanan Darah pada Klien Hipertensi di Kelurahan Bendan Kota Pekalongan. Jurnal Penelitian Keperawan. STIKes Muhammadiyah Pekajangan.
Hazzard W.R., Andres R., Bierman E.L., Blass J.P (Eds). 2003. Principles of Geriatric Medicine and Gerontology. 2nd ed. Mc Graw-Hill.Inc. New York.
Jenkins, 2005. Pharmacokinetics. CRC
Press LLC
Kozier, B., Erb G., Berman A., Snyder S., Jones T.L., Dwyer T., Hales M. (2009). Fundamentals of nursing, concept, process, and practice. New Jersey, U.S.A: Multi Media.
Maryam, R, Siti (2008). Mengenal usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika
Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.
Mudrikah. 2012. Peningkatan keaktifan belajar matematika operasi hitung bilangan bulat melalui metode inkuiri pada siswa kelas V semester I SD Negeri 2 Kauman Kecamatan Kemusu Kab. Boyolali tahun 2012/2013. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan Ed. Revisi. Jakarta : Rineka Cipta.
Nieman D.C, 2004. Kebugaran dan Kesehatan Anda alih bahasa Syahrastani, Mkes, Universitas Negeri Padang
Padila. (2013). Buku ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nusa Medika.
Potter, Patricia A, Perry, Anne Grifin. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik (ed. 4, vol. 2). Jakarta: EGC.
Purwoastuti, Endang. 2008. Menopause. Yogyakarta: Kanisius
Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik, edisi 2. Jakarta: EGC
Tortora dan Grabowski, 2003. Principles of anatomy and physiology. (9th ed.). Toronto: John Wiley & Sons, Inc
Ulliya, S, Soempeno, B dan Kushartati, W. 2007. Pengaruh latihan range of motion terhadap fleksibilitas sendi lutut pada lansia di Panti Wreda Wening Wardoyo Ungaran. Media Ners. Volume 1. Nomor 2,
Oktober 2007. Hlm 49.
Wratsongko, M., & Sulistyo, T. B. 2006. 205 resep Pencegahan dan Penyembuhan dengan Gerakan Shalat. Depok: Qultum Media
Wahjudi, Nugroho. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta: EGC
Candra Agung Pranyana*: Mahasiswa S1 Keperawatan FIK UMS
Arina Maliya, S.Kep., M.Si., Med**: Dosen FIK UMS