PE RBE DAAN KE MAMPUAN PE MECAHAN MASAL AH MATE MATI KA SIS WA YANG BEL AJAR MEL ALUI
MODEL PBL DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOPERATIF TIPE TPS DI KELAS VII SMP
NEGERI 1 LAGUBOTI T.A 2014/2015
Oleh :
Dyna Astuti Nababan NIM 4113111023
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ii
RIWAYAT HIDUP
Dyna Nababan lahir di Laguboti, 15 Agustus 1993. Ayah bernama Jonny Nababan, Ibu bernama Normaida Hutapea merupakan anak ke-3 dari 3
bersaudara. Pada tahun 1999 penulis masuk SD N 173551 Laguboti dan lulus tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis diterima di SMP Swasta Budi Dharma Bslige dan lulus tahun 2008. Selanjutnya penulis diterima di SMA Negeri 1 Laguboti dan selesai pada tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis diterima di
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan anugrah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi yang berjudul “Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Yang Belajar Melalui Model PBL Dengan Model Pembelajaran Koperatif Tipe TPS di Kelas VII Smp Negeri 1 Laguboti T.A 2014/2015”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak Rektor UNIMED Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd beserta seluruh Wakil Rektor sebagai pimpinan UNIMED, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D selaku Dekan FMIPA UNIMED beserta Wakil Dekan I, II, dan III di lingkungan UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si selaku Ketua Program Jurusan Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika. Ucapan terima kasih juga kepada Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini, kepada Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, dan Ibu Dra.Nurliani Manurung, M.Pd, selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan saran dari perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini, kepada Bapak Dr. E. Elvis Napitupulu, MS selaku Dosen Pembimbing Akademik, dan kepada seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta staf pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED.
iv
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman terbaikku Elisabeth Anna Marya Saragi, Tio Lusi Rani Siahaan, dan Yessy Napitupulu, teman seangkatan 2011 yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu, khususnya buat kelas Dik B 2011. Terima kasih juga buat teman seperjuangan dalam menyusun skripsi Asmy Saragih, teman di kos Gg.Murni No.19, adek-adek junior dan kakak-kakak senior di Jurusan Matematika yang selalu memberi doa, mendukung dan menemani penulis dalam suka maupun duka.
Penulis telah berupaya dangan semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan, baik isi maupun tata bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya ilmu pendidikan.
Medan, Mei 2014 Penulis,
iii
PE RBE DAAN KE MAMPUAN PE MECAHAN MASAL AH MATE MATI KA SIS WA YANG BEL AJAR MEL ALUI
MODEL PBL DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOPERATIF TIPE TPS DI KELAS VII SMP
NEGERI 1 LAGUBOTI T.A 2014/2015
Dyna Astuti Nababan (4113111023)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran (1) Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang belajar melalului model Problem Based Learning dengan model pembelajaran Think Pair Share, serta (2) Proses
jawaban siswa terkait kemampuan pemecahan masalah yang belajar melalui model Problem Based Learning dengan model pembelajaran Think Pair Share.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental dengan populasi
seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Laguboti T.A. 2014/2015. Sampel diambil melalui teknik simple random sampling , diperoleh kelas VII-B sebagai kelompok
eksperimen A yang diajar dengan model Problem Based Learning dan kelas
VII-A sebagai kelompok eksperimen B yang diajar dengan model pembelajaran Think
Pair Share. Pada akhir pembelajaran kedua kelas sampel diberi tes dengan
menggunakan instrumen yang sama yang telah diuji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda. Pengumpulan data dilakukan dengan metode tes dan metode observasi. Metode tes dilakukan untuk memperoleh data nilai akhir setelah diberi perlakuan pada kelompok eksperimen A dan kelompok eksperimen B, data dianalisis dengan uji normalitas, uji kesamaan dua varians, dan uji hipotesis menggunakan uji-t.Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji-t dua pihak diperoleh thitung = 2,218985 dan dari ttabel = 2,011 dengan α = 5%
dan dk = 49. Hal ini menunjukkan thitung > ttabel, maka Ho ditolak, artinya terdapat
perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang belajar melalui model Problem Based Learning dengan model pembelajaran Think Pair Share. Berdasarkan kategori penilaian proses jawaban, proses jawaban siswa
terkait kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang belajar melalui
model Problem Based Learning(PBL) lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
belajar melalui model pembelajaran Think Pair Share(TPS).
Berdasarkan hasil penelitian ini, model Problem Based Learning dan
model Think Pair Share dapat dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Daftar Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi
Daftar Gambar ix
Daftar Tabel x
Daftar Lampiran xi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Identifikasi Masalah 8
1.3. Batasan Masalah 8
1.4. Rumusan Masalah 8
1.5. Tujuan Penelitian 9
1.6. Manfaat Penelitian 9
1.7. Definisi Operasional 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA 11
2.1. Masalah dalam Matematika 11
2.2. Pemecahan Masalah Matematika 12
2.3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 14
2.4. Model Pembelajaran 16
2.5. Model Pembelajaran Berbasis Masalah(Problem Based Learning) 17 2.5.1. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah(Problem
Based Learning) 19
2.5.2. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah(Problem Based Learning) 20 2.5.3. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah(Problem Based Learning) 21
2.6. Model Pembelajaran Koperatif 22
2.6.1. Pengertian Pembelajaran Koperatif 22
2.6.2. Pembelajaran Koperatif Tipe Think Pair Share 23 2.6.3. Sintaks Pembelajaran Koperatif Tipe Think Pair Share 24 2.6.4. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Koperatif
tipe Think Pair Share 25
2.8. Materi Ajar 26
2.9. Teori Belajar yang Mendukung 31
2.10. Penelitian Yang Relevan 33
2.11. Kerangka Konseptual 34
vii
Tipe Think Pair Share 34
2.11.2. Proses Jawaban Siswa dalam Menyelesaikan Soal Pemecahan Masalah yang Belajar dengan
Model Problem Based Learning dan Pembelajaran Koperatif
Tipe Think Pair Share 36
2.12. Hipotesis Penelitian 37
BAB III METODE PENELITIAN 38
3.1. Jenis Penelitian 38
3.2. Lokasi Penelitian 38
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 38
3.3.1. Populasi Penelitian 38
3.3.2. Sampel Penelitian 38
3.4. Variabel Penelitian 39
3.5. Desain Penelitian 39
3.6. Prosedur Penelitian 40
3.7. Instrumen Pengumpul Data 42
3.8. Validasi Ahli Terhadap Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika 44
3.9. Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 45
3.10. Teknik Analisis Data 50
3.10.1 Uji Normalitas 50
3.10.2. Uji Homogenitas 51
3.10.3. Uji Hipotesis 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 54
4.1. Deskripsi Data Hasil Penelitian 54
4.1.1. Pretest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika di Kelas
Eksperimen A dan Eksperimen B 54
4.1.2. Postest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika di Kelas
Eksperimen A dan Eksperimen B 57
4.1.3. Uji Normalitas Kemampuan Pemecahan Masalah 60
4.1.4. Uji Homogenitas 60
4.1.5. Uji Hipotesis 61
4.2. Analisis Proses Jawaban Siswa 61
4.2.1. Butir Soal Nomor 1 62
4.2.2. Butir Soal Nomor 2 65
4.2.3. Butir Soal Nomor 3 68
4.2.4. Butir Soal Nomor 4 71
4.2.5. Butir Soal Nomor 5 74
4.3. Analisis Hasil Observasi 78
4.4. Pembahasan 79
viii
Problem Based Learning dengan Model Pembelajaran Think Pair
Share 81
4.4.3. Keterbatasan Penelitian 82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 84
5.1. Kesimpulan 84
5.2. Saran 84
DAFTAR PUSTAKA 86
x
DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 1.1. Hasil Pekerjaan Siswa 4
Tabel 2.1. Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah 22 Tabel 2.2. Sintaks Pembelajaran Koperatif Tipe Think Pair Share 25 Tabel 3.1. Randomized control group pretest postest design 39 Tabel 3.2. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 42 Tabel 3.3. Hasil Validasi Ahli Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika 44
Tabel 3.4. Validitas Item Soal Pretest 46
Tabel 3.5. Validitas Item Soal Postest 46
Tabel 3.6. Kriteria Tingkat Kesukaran Soal 47
Tabel 3.7. Indeks Kesukaran Pretest 48
Tabel 3.8. Indeks Kesukaran Postest 48
Tabel 3.9. Klasifikasi Daya Pembeda Soal 49
Tabel 3.10. Daya Beda Pretest 49
Tabel 3.11. Daya Beda Postest 49
Tabel 3.12. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Pretest Keseluruhan 49 Tabel 3.13. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Postest Keseluruhan 50 Tabel 4.1. Perbandingan Pretest Kedua Kelompok Sampel 55 Tabel 4.2 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Eksperimen A 55 Tabel 4.3 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Eksperimen B 55 Tabel 4.4. Perbandingan Postest Kedua Kelompok Sampel 57 Tabel 4.5. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah di Kelas Eksperimen A 58 Tabel 4.6. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah di Kelas Eksperimen B 58 Tabel 4.7. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data 60
Tabel 4.8. Data Hasil Uji Homogenitas 61
Tabel 4.9. Skor Proses Jawaban Kemampuan Pemecahan Masalah 77 Tabel 4.10.Hasil Observasi Guru Melakukan Pembelajaran Pada Kelas
ix
DAFTAR GAMBAR Halaman
Gambar 3.1. Prosedur Penelitian 41
Gambar 4.1. Diagram Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada Tahap Pretest Untuk Kelas Eksperimen A dan Kelas
Eksperimen B 56
Gambar 4.2. Diagram Perbandingan Postest Di Kelas Ekperimen A dan
Eksperimen B 59
x
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
Lampiran 1. RPP I Kelas Eksperimen A 89
Lampiran 2. RPP II Kelas Eksperimen A 97
Lampiran 3. RPP I Kelas Eksperimen B 105
Lampiran 4. RPP II Kelas Eksperimen B 114
Lampiran 5. Lembar Aktivitas Siswa I 122
Lampiran 6. Lembar Aktivitas Siswa II 126
Lampiran 7. Lembar Validitas Pretest 130
Lampiran 8. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Awal(Pretest) 132
Lampiran 9. Pretest 133
Lampiran 10. Alternatif Penyelesaian Pretest 138
Lampiran 11. Lembar Validitas Postest 142
Lampiran 12 .Kisi-Kisi Postest 144
Lampiran 13 .Postest 145
Lampiran 14. Alternatif Penyelesaian Postest 150 Lampiran 15. Kriteria Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa 154
Lampiran 16. Kriteria Proses Jawaban Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika 155
Lampiran 17. Lembar Observasi Aktivitas Guru 156
Lampiran 18. Daftar Nilai Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa 160
Lampiran 19. Contoh Perhitungan Validitas,Reliabilitas Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika 170 Lampiran 20. Data Nilai Pretest dan Postest Kelas PBL dan Kelas TPS 181 Lampiran 21. Prosedur Perhitungan Rata-Rata, Varians, dan Simpangan Baku185
Lampiran 22. Perhitungan Uji Normalitas 188
Lampiran 23. Perhitungan Uji Homogenitas 193
Lampiran 24. Perhiitungan Uji Hipotesis 195
xi
Lampiran 27. Dokumentasi Penelitian 198
Lampiran 28. Tabel Harga Kritis dari r Product Moment 206 Lampiran 29. Tabel Nilai Kritis Untuk Uji Liliefors 207 Lampiran 30. Tabel Wilayah Luas di bawah Kurva Normal 0 ke Z 208
Lampiran 31. Tabel Distribusi Nilai F 210
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan wadah kegiatan yang dapat dipandang sebagai pencetak sumber daya yang bermutu tinggi. Pendidikan bukanlah suatu hal yang statis atau tetap, melainkan suatu hal yang dinamis sehingga menuntut adanya suatu perubahan atau perbaikan secara terus-menerus. Menurut Ahmad D. Marimba(dalam Hasbullah, 2009:3) “Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”.
Tujuan pendidikan nasional berdasarkan PP No. 19 Tahun 2005 adalah “Menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Salah satunya melalui pendidikan bermutu pada setiap satuan pendidikan di Indonesia.”
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib dalam pendidikan formal dan mengambil peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Hal ini disebabkan karena matematika dapat melatih seseorang (siswa) berpikir logis, bertanggung jawab, memiliki kepribadian yang baik dan kemampuan penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa matematika peerlu diajarkan kepada siswa untuk menciptakan manusia dengan sumber daya yang bermutu tinggi.
Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika, seperti yang dinyatakan Cornelius(dalam Abdurrahman, 2012:204) yaitu:
Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis,(2)sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari,(3)sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4)sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan(5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
2
matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar.”
Pembelajaran matematika sangat perlu untuk dipahami karena matematika digunakan dalam segala segi kehidupan terutama dalam pemecahan masalah. Hal ini senada dengan pernyataan Cockroft (dalam Abdurrahman,2012:204) yang menyatakan alasan perlunya belajar matematika, yaitu:
Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
Dari pernyataan di atas dapat dilihat bahwa salah satu alasan pentingnya siswa belajar matematika adalah sebagai sarana untuk memecahkan masalah. Suatu soal dapat dipandang sebagai masalah merupakan suatu hal yang relatif artinya soal tersebut dapat dianggap masalah bagi seseorang namun bagi orang lain soal tersebut merupakan hal yang rutin belaka.
Untuk menyelesaikan masalah tersebut diperlukan adanya strategi berpikir yang disebut pemecahan masalah. Pemecahan masalah merupakan usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak begitu segera dapat dicapai. Oleh karena itu pemecahan masalah adalah usaha individu untuk menggunakan pegetahuan, keterampilan dan pemahamannya dalam menemukan penyelesaian dari suatu masalah. Dengan demikian kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan individu untuk menggunakan pengetahuan, keterampilan dan pemahamannya dalam menemukan penyelesaian dari suatu masalah.
3
dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru yang belum mampu untuk mengaktifkan siswa untuk belajar.”
Kemampuan pemecahan masalah siswa yang masih rendah juga didukung oleh hasil tes yang dilakukan peneliti pada siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Laguboti berupa tes kemampuan pemecahan masalah sebanyak satu soal yang penyelesaiannya menggunakan konsep matematika sebagai berikut.
Di belakang rumah Pak Marto terdapat sebidang tanah berbentuk persegi panjang dengan ukuran 15m dan lebar 12m, ditengah tanah tersebut terdapat kebun pisang yang berbentuk trapesium sama kaki dengan panjang sisi kaki 5m, tinggi 4m, dan panjang sisi sejajar yang pendek 6m. Pak Marto hendak menjual Berapakah luas tanah yang tidak ditanami pohon pisang? Jika tanah tersebut akan dijual seharga Rp 960.000,- Berapakan harga setiap m2 tersebut?
a. Tuliskan apa yang diketahui dan ditanya!
b. Bagaimana cara menentukan harga setiap m2 tersebut?
c. Benarkah harga terebut?
Tabel 1.1 Hasil pekerjaan siswa
No Hasil Pekerjaan Siswa Analisis Kesalahan
1 Siswa tidak memahami
masalah dengan tidak menuliskan apa yang diketahui dan ditanya
Siswa tidak menuliskan rencana penyelesaian dengan tidak menuliskan rumus yang akan
digunakan.
Tidak mampu
menyelesaikan masalah dimana pelaksanaan yang dilakukan masih salah.
4
Dari hasil survei yang dilakukan peneliti pada 40 siswa terdapat 62,5% yang tidak memahami masalah, 82,5% yang tidak menyuun rencana penyelesaian, dan 87,5 yang tidak menyelesaikan sesuai dengan rencana yang dibuat. Berikut salah satu hasil pekerjaan yang dilakukan oleh siswa.
Berdasarkan jawaban siswa yang tertera pada tabel di atas diperoleh bahwa siswa belum memahami masalah, hal itu terlihat dari siswa tidak menyebutkan apa yang diketahui dan ditanya, tidak merencanakan penyelesaian masalah atau menuliskan rumus yang digunakan, dan tidak memeriksa kembali jawaban serta memberikan kesimpulan.Dari hasil survei yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki oleh siswa masih rendah.
Hal lain yang menyebabkan rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa adalah kurang tepatnya model pembelajaran yang diterapkan guru dalam proses pembelajaran. Selama ini pembelajaran matematika terkesan kurang menyentuh kepada substansi pemecahan masalah. Siswa cenderung menghafalkan konsep-konsep matematika sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sangat kurang. Seperti diungkapkan oleh Lilis Widianti (http://newspaper.pikiran-rakyat.com):
Selama ini pembelajaran matematika terkesan kurang menyentuh kepada substansi pemecahan masalah Kebanyakan mengajarkan prosedur atau langkah pengerjaan soal. Bahkan, siswa cenderung menghafalkan konsep-konsep matematika dan sering dengan mengulang-ulang menyebutkan definisi yang diberikan guru atau yang tertulis dalam buku yang dipelajari, tanpa memahami maksud isinya. Kecenderungan semacam ini tentu saja dapat dikatakan mengabaikan kebermaknaan dari konsep-konsep matematika yang dipelajari siswa, sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sangat kurang.
5
mengaplikasikannya pada situasi yang baru. Hal ini sejalan dengan pernyataan salah satu guru Matematika di SMP Negeri 1 Laguboti yaitu Bapak Manurung, saat diwawancarai oleh peneliti secara langsung, guru tersebut menyatakan bahwa siswa-siswa disekolah tersebut sulit untuk memahami pelajaran matematika dikarenakan siswa menganggap matematika itu rumit dan juga sulitnya memahami materi matematika, sebagian siswa sudah mampu menemukan konsep dalam suatu masalah matematika namun jika dihadapkan dengan masalah dengan situasi baru siswa tersebut sulit untuk menemukan konsep dari permasalahan tersebut.
Dari kondisi di atas perlu diadakan suatu upaya untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran yang membuat siswa memiliki kemampuan untuk memecahkan suatu masalah secara mandiri. Guru perlu menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa terutama pada materi luas bangun datar. Salah satu upaya yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa adalah dengan menerapkan model Problem Based Learning(PBL) atau model pembelajaran berbasis masalah.
Model pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata. Menurut Arends (dalam Trianto,2009: 92), pengajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian, dan percaya diri. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.
6
menggunakan masalah tersebut ke dalam bentuk pengganti dari suatu situasi masalah (model matematika) atau aspek dari suatu situasi masalah yang digunakan untuk menemukan solusi. Selain itu model pembelajaran berbasis masalah dapat mempresentasikan masalah tersebut dalam objek, gambar, kata-kata, atau simbol matematika.”
Guru harus menggunakan proses pembelajaran yang menggerakkan siswa menuju kemandirian, kehidupan yang lebih luas, dan belajar sepanjang hayat. Untuk itu peran guru dalam pembelajaran berbasis masalah(problem based learning) menurut Rusman(2012, 234-235) menyangkut 4 hal yaitu:
1. Menyiapkan perangkat berpikir siswa.
Beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk menyiapkan siswa dalam PBM adalah: 1) membantu siswa mengubah cara berpikir; 2) menjelaskan apakah PBM itu? Pola apa yang akan dialami oleh siswa? 3) memberi siswa ikhtiar siklus PBM, struktur, dan batasan waktu; 4) mengkomunikasikan tujuan, hasil, dan harapan; 5) menyiapkan siswa untuk pembaruan dan kesulitan yang akan menghadang; dan 6) membantu siswa merasa memiliki masalah. 2. Menekankan Belajar Kolaboratif
Dalam proses PBM, siswa belajar bahwa bekerja dalam tim dan kolaborasi itu penting untuk mengembangkan proses kognitif yang berguna untuk meneliti lingkungan, memahami permasalahan, mengambil dan menganalisis data penting, dan mengelaborasi solusi.
3. Memfasilitasi Pembelajaran Kelompok Kecil dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
Belajar dalam kelompok kecil lebih mudah dilakukan apabila anggota berkisar antara 1 sampa 10 siswa atau bahkan lebih sedikit dengan satu orang guru.
4. Melaksanakan Pembelajaran Berbasis Masalah
Guru mengatur lingkungan belajar untuk mendorong penyatuan dan pelibatan siswa dalam masalah. Guru juga memainkan peran aktif dalam memfasilitasi inquiry kolaboratif dan proses belajar
siswa.
Jika seorang guru mengharapkan siswa untuk memiliki kemampuan pemecahah masalah yang tinggi, maka terlebih dahulu guru harus mengerti perannya dalam pembelajaran berbasis masalah(problem based learning).
7
pembelajaaran koperatif maka diharapkan dapat mengatasi kesulitan siswa dalam mempelajari matematika dan menemukan sendiri penyelesaian dari masalah dalam soal-soal pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari pada pokok bahasan luas bangun datar. Sehingga siswa akan termotivasi untuk belajar matematika dan mampu mengembangkan ide dan gagasan mereka dalam memecahkan masalah matematika. Johnson & Johnson(dalam Trianto, 2011:57) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar koperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.
Model pembelajaran koperatif terdiri dari beberapa tipe diantaranya yaitu tipe Think Pair Share. Model pembelajaran koperatif tipe think pair share
membantu siswa menginterpretasikan ide mereka bersama dan memperbaiki pemahaman. Pembelajaran tipe Think Pair Share(TPS) sering juga disebut dengan
teknik berpikir-berpasangan-berbagi. Menurut Trianto(2011, 81) yang menyatakan bahwa: “koperatif tipe think pair share adalah merupakan jenis
koperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa”.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan pembelajaran matematika yang sangat penting dan model pembelajaran yang dapat membantu siswa belajar melakukan pemecahan masalah matematika adalah model problem based learning dan model pembelajaran koperatif tipe think pair share, maka perlu
8
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas terdapat beberapa masalah yang diidentifikasi, yaitu:
1. Siswa menganggap bahwa mata pelajaran matematika itu sulit.
2. Rendahnya kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematika. 3. Model pembelajaran yang belum benar-benar berpusat pada siswa.
1.3 Batasan Masalah
Dalam pelaksanaan penelitian perlu dibuat batasan masalah supaya masalah yang diteliti jelas dan terarah. Adapun masalah penelitian ini dibatasi pada:
1. Kemampuan pemecahan masalah siswa yang masih rendah
2. Model pembelajaran yang belum benar-benar berpusat pada siswa.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang belajar melalui model problem based learning dengan
model pembelajaran koperatif tipe think pair share di kelas VII SMP
Negeri 1 Laguboti?”
2. Bagaimana proses penyelesaian jawaban siswa terkait pemecahan masalah yang belajar melalui model problem based learning dan model
9
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang belajar melalui model problem based learning
dengan model pembelajaran koperatif tipe think pair share di Kelas VII
SMP Negeri 1 Laguboti.
2. Untuk mengetahui proses penyelesaian jawaban siswa terkait kemampuan pemecahan masalah yang diajarkan dengan model problem based learning dan model pembelajaran koperatif tipe think pair share.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi siswa, mendorong siswa terlibat aktif dalam pembelajaran agar terbiasa melakukan keterampilan-keterampilan melakukan pemecahan masalah dan hasil belajar siswa meningkat juga pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna dan bermanfaat.
2. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran yang dapat mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar di sekolah.
3. Bagi sekolah, memberikan informasi pada pihak sekolah tentang pentingnya model pembelajaran baru dalam pembelajaran matematika. 4. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan dan pengalaman karena
sesuai dengan profesi yang akan ditekuni yaitu sebagai pendidik sehingga nantinya dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas.
10
1.7Definisi Operasional
1. Kemampuan pemecahan masalah matematika adalah kesanggupan yang dimiliki seseorang(siswa) dalam menemukan penyelesaian dari soal matematika dengan memperhatikan proses menemukan jawaban dengan memperhatikan langkah-langkah pemecahan masalah.
2. Model problem based learning adalah model pembelajaran yang
menggunakan masalah nyata sebagai konteks bagi peserta didik untuk mengetahui cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan tentang materi pelajaran yang mengacu pada lima langkah pokok, yaitu (1)orientasi siswa pada masalah, (2)mengorganisasi siswa untuk belajar, (3)membimbing pembelajaran individual/kelompok, (4)mengembangkan dan menghasilkan hasil karya, (5)menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
3. Pembelajaran koperatif tipe think pair share adalah pembelajaran yang
memberikan kesempatan berpikir secara mandiri kemudian bekerjasama dengan kelompoknya dan menemukan kesepakatan dari penyelesaian masalah yang diberikan yang menyangkut 3 langkah, yaitu: berpikir (think), berpasangan (pairing), dan berbagi (sharing)
84 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan temuan di lapangan yang diuraiakan pada bagian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang belajar melalui model Problem Based Learning(PBL) dengan model pembelajaran koperatif tipe Think Pair Share(TPS).
2. Proses jawaban siswa terkait kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang belajar melalui model Problem Based Learning(PBL) lebih baik dibandingkan dengan siswa yang belajar melalui model pembelajaran Think Pair Share(TPS).
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, maka peneliti mengajukan beberapa saran yang ditujukan kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian ini, antara lain :
1. Kepada Guru
a. Dalam setiap pembelajaran sebaiknya menciptakan suasana belajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual sehingga menciptakan suasana belajar siswa lebih aktif, sehingga disarankan hendaknya guru dapat menerapkan model Problem Based Learning dan model pembelajaran koperatif tipe Think Pair Share.
b. Hendaknya lebih banyak melatih siswa untuk mengekspresikan/ memodelkan permasalahan matematik.
2. Kepada Peneliti Lanjutan
85
3. Kepada Sekolah