Rengga Deviandra, 2013
Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
ANALISIS PERBANDINGAN METODE DEKONVOLUSI SPIKING DAN
DEKONVOLUSI PREDIKTIF UNTUK MENINGKATKAN RASIO S/N
DATA SEISMIK 2D MULTICHANNEL DI LAUT FLORES
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar
Sarjana Sains Jurusan Pendidikan Fisika
oleh
Rengga Deviandra
0608592
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Rengga Deviandra, 2013
Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
ANALISIS PERBANDINGAN METODE
DEKONVOLUSISPIKING DAN DEKONVOLUSI PREDIKTIF UNTUK
MENINGKATKAN RASIO S/N
DATA SEISMIK 2D MULTICHANNEL DI LAUT FLORES
Oleh
Rengga Deviandra
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sains pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Rengga Deviandra 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
Rengga Deviandra, 2013
Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
LEMBAR PENGESAHAN
Rengga Deviandra 0608592
ANALISIS PERBANDINGAN METODE DEKONVOLUSI SPIKING DAN
DEKONVOLUSI PREDIKTIF UNTUK MENINGKATKAN RASIO S/N
DATA SEISMIK 2D MULTICHANNEL DI LAUT FLORES
disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing I,
Tumpal Bernhard Nainggolan, S.T., M.T. NIP 197802242005021001
Pembimbing II,
Nanang Dwi Ardi, S.Si., M.T. NIP 198012122005011002
diketahui oleh
Ketua Jurusan Pendidikan Fisika
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia,
Rengga Deviandra, 2013
Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Rengga Deviandra, 2013
Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
ANALISIS PERBANDINGAN METODE
DEKONVOLUSISPIKING DAN DEKONVOLUSI PREDIKTIF
UNTUK MENINGKATKAN RASIO S/N DATA SEISMIK 2D
MULTICHANNEL DI LAUT FLORES
Nama :Rengga Deviandra
Pembimbing I
: Tumpal Bernhard Nainggolan,S.T., M.T
Pembimbing II : Nanang Dwi Ardi, S.Si., M.,T.
Penguji : 1. Drs.Taufik Ramlan Ramalis, M.Si
2. Mimin Iryanti, M.Si
ABSTRAK
Laut Flores Nusa Tenggara Timur terbentuk akibat subduksi Lempeng Indo-Australia di bawah Arc Sunda-Banda. Untuk mengetahui keadaan bawah permukaan laut perlu dilakukan survei seismik refleksi sehingga mendapatkan data seismik. Data seismik yang dihasilkan terdapat noise-noise yang dapat menyulitkan untuk menginterpretasikan. Sehingga pada pengolahan data menggunakan suatu metode yang dapat meningkatkan rasio signal to noise pada data seismik yaitu metode Dekonvolusi Spiking dan Dekonvolusi Prediktif. Setelah dibandingkan, ternyata hasil Dekonvolusi Prediktif lebih dapat meningkatkan rasio signal to noise. Dekonvolusi Prediktif adalah penggunaan informasi dari trace-trace seismik untuk memprediksi dan mendekonvolusi bagian-bagian trace yang dianggap sebagai noise dan memakai parameter-paraneter seperti operator gap dan operator length sedangkan pada Dekonvolusi Spiking hanya menggunakan operator length saja.
Rengga Deviandra, 2013
Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
COMPARATIVE ANALYSIS OF SPIKING DECONVOLUTION AND PREDICTIVE DECONVOLUTION METHOD TO INCREASE THE S/N
RATIO 2D MULTICHANNNEL SEISMIC DATA AT FLORES SEA
Name : Rengga Deviandra
Adviser I : Tumpal Bernhard Nainggolan,S.T., M.T
Adviser II : Nanang Dwi Ardi, S.Si., M.,T.
Examine : 1. Drs.Taufik Ramlan Ramalis, M.Si
2. Mimin Iryanti, M.Si
ABSTRACT
The Flores Sea at East Nusa Tenggara was created as subduction result of Indo Australia Slab at the bottom of Sunda-Banda Arc. Reflection Seismic Survey is needed to get Seismic data, So that how situation at the bottom of sea would be known. There are so many noises from survey’s data which will cause difficulties for interpretation. So that for data processing, Spiking deconvolution and Predictive deconvolution is used to increase the signal ratio to noise. After comparing, Predictive deconvolution increase the signal ratio more than Spiking deconvolution do. Predictive deconvolution is the use of information from seismic traces to predict and deconvolute the part of traces which is considered as a noise and using parameters like gap operator and length operator meanwhile Spiking deconvolution only use length operator.
Rengga Deviandra, 2013
Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Rengga Deviandra, 2013
Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
LEMBAR PENGESAHAN
I.1 Latar Belakang Masalah ……….
I.2 Rumusan Masalah ………...
I.3 Batasan Masalah ………...
I.4 Tujuan Penelitian ………
I.5 Metode Penelitian ………...
I.6 Manfaat Penelitian ....……….………...
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan geologi Regional Laut Flores .………...
2.2 Teori Gelombang Seismik ...
2.3 Hukum yang Mendasarari Perjalaran Gelombang...
2.4 Tahapan Seismik Refleksi...
2.5 Dekonvolusi ...
2.6 NMO, Stacking, Velocity Analysis ...
2.7 Migrasi ...
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Akuisisi Data Seismik………...………...
3.2Data Lapangan ………...
3.3 Pre-Processing ...
3.4Processing...
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Raw Data..………...
4.2 Analisis Editing……….
4.3 Analisis Hasil Dekonvolusi………..………
4.4 Analisis Hasil Pre Stack time Migration (PSTM)……….
4.5 Analisis Hasil Stacked Section……….
4.6 Analisis Penampang Geologi………
Rengga Deviandra, 2013
Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
1
Rengga Deviandra, 2013
Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tuntutan yang tinggi untuk mengeksplorasi kekayaan bawah laut dewasa
ini mendorong para geosaintis untuk melakukan studi lebih jauh. Diantara
kegiatan-kegiatannya yaitu mengekspolarasi minyak dan gas bumi serta
mineral-mineral yang terkandung di dalamnya. Selain itu, juga banyak pemetaan terkait
sedimentasi, struktur geologi di wilayah permukaan bawah laut pada suatu daerah.
Salah satu metode yang digunakan untuk menentukan struktur dasar laut
dan mineral-mineral yang terdapat di bawah permukaan adalah metode seismik.
Dua jenis metode survei seismik yaitu seismik refleksi dan seismik refraksi.
Metode seismik refleksi dapat memberikan gambaran (informasi) yang cukup baik
untuk bawah permukaan dan mempunyai target kedalaman yang cukup jauh.
Seismik refleksi bekerja terhadap perubahan kecepatan sebagai fungsi kedalaman
serta merekam dan menggunakan semua medan gelombang yang di rekam.
Namun, seismik refleksi juga mempunyai kelemahan diantaranya hilangnya sinyal
yang disebabkan kondisi geologi maupun instrumen serta mahalnya biaya
akuisisi.
Pada seismik refleksi di laut, air gun berperan sebagai sumber ledakan
sehingga dapat membuat gelombang dan mengirimnya melalui medium lapisan
bumi sehingga dapat dipantulkan kembali berdasarkan reflektifitasnya, sehingga
pantulan gelombang tersebut dapat direkam oleh hydrophone. Permasalahan yang
terjadi adalah pada saat akuisisi survei seismik terjadinya gangguan-gangguan
yang dapat menggangu kualitas data yang direkam oleh hydrophone. Gangguan
itu berupa multiple, noise dan difraksi pada data seismik tersebut. Untuk
menghilangkan gangguan-gangguan tersebut dilakukan prosesing data yang
bertujuan meningkatkan rasio S/N pada data seismik.
Salah satu metode yang dapat meningkatkan rasio S/N pada data seismik
adalah dengan metode dekonvolusi prediktif. Dekonvolusi prediktif merupakan
2
Rengga Deviandra, 2013
Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
memprediksi sistem noise dan multiple. Selain itu dekonvolusi prediktif
digunakan untuk mengatenuasi gelombang multiple yang reflektornya berada di
permukaan maupun dekat permukaan.
Dalam sebuah proses dekonvolusi maupun proses dekonvolusi prediktif,
seringkali hasilnya kurang memuaskan. Penampang seismik yang dihasilkan
masih menghasilkan rasio S/N yang rendah, menngakibatkan data seismik kurang
baik sehingga sangat menyulitkan pada saat melakukan interpretasi seismik. Salah
satu solusinya untuk mengatasi masalah tersebut adalah melakukan metode
dekonvolusi prediktif yang dapat meningkatkan ratio S/N sehingga dapat
menghasilkan kualitas data seismik. Oleh karena itu, peneliti menggunakan
perbandingan ratio S/N penampang seismik bawah permukaan 2D dengan
melakukan metode dekonvolusi prediktif dan dekonvolusi spiking.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana perbandingan
peningkatan signal to noise dengan metode dekonvolusi Spiking dan dekonvolusi
Prediktif.
1.3 Batasan Masalah
Pada penelitian ini, data yang digunakan adalah Lintasan 17 (FLRS-17) di
Laut Flores. Pengolahan data menggunakan program ProMAX 2D.
1.4 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai.
Penelitian ini dilaksanakan untuk memperoleh informasi geologi dari hasil
penampang seismik bawah permukaan Flores dengan menggunakan metode
dekonvolusi Spiking dan dekonvolusi Prediktif., sehingga dapat membantu untuk
3
Rengga Deviandra, 2013
Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
1.5 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan software ProMAX 2D. Pada pengolahan data
seismik dan metode studi literatur dari berbagai kajian pustaka. Akuisisi data
seismik di perairan Flores tersebut dilakukan oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi Kelautan (PPGL).
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penampang seismik 2D dari metode predictive deconvolution dapat
bermanfaat sebagai data yang siap diterjemahkan (interpretasi) untuk menentukan
informasi struktur geologi dan menetukan potensi sumber daya alam di perairan
18
Rengga Deviandra, 2013
Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
BAB 3
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini, dilakukan beberapa tahapan untuk memenuhi dan
mencapai tujuan dari penelitian. Tahapan- tahapan penelitian ini digambarkan
pada gambar 3.1. Data hasil dari akuisisi seismik kemudian diolah (processing)
dengan menggunakan program ProMAX 2D sehingga diperoleh sebuah gambaran
penampang seismik hasil dari migrasi dengan menggunakan metode dekonvolusi
prediktif dan dekonvolusi spiking yang berguna untuk meningkatkan rasio S/N.
3.1Lokasi Akusisi Data Seismik
Akuisisi seismik dilakukan di Kepulauan Nusa Tenggara. Berdasarkan
Teori Tektonik Lempeng, Kepulauan Nusa Tenggara dapat dibagi menjadi empat
satuan tektono-struktural dari utara ke selatan : Satuan Busur Belakang yang
ditempati oleh Laut Flores, Satuan Busur Dalam yang dibentuk oleh serangkaian
pulau vulkanik yang terdiri dari Bali, Lombok, Sumbawa, Komodo, Rinca,
Flores, Adonora, Solor, Lomblen, Pantar, Alor, Kambing dan Wetar, Satuan
Busur Luar yang dibentuk oleh pulau bukan vulkanik yaitu Dana, Raijua, Sawu,
Roti, Semau dan Timor dan Satuan Busur Depan yang terletak di antara Satuan
Busur Dalam dan Busur Luar yang merupakan Cekungan Dalam yaitu Cekungan
Lombok dan Cekungan Savu.
Kepulauan Nusa Tenggara terbentuk akibat dari subduksi Lempeng
Indo-Australia di bawah Arc Sunda-Banda selama Tersier Atas dimana, subduksi ini
membentuk busur vulkanik dalam di Kepulauan Nusa Tenggara. Namun ada
perbedaan dalam hubungannya dengan analisis kimia batuan vulkanik di
Kepulauan Nusa Tenggara Busur vulkanik di wilayah Sunda Timur, yang terletak
langsung pada kerak samudera dan dibatasi kerak samudera di kedua sisinya,
memiliki lava dengan karakteristik kimia yang berbeda dari lava di bagian barat
busur (Barber et al 1981). Menurut Hamilton (1979), punggungan-dalam
19
Rengga Deviandra, 2013
Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.1: Diagram alur penelitian
Ukuran pulau-pulau dari jajaran gunung berapi ini secara bertahap
20
Rengga Deviandra, 2013
Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Wetar ke Banda. Penurunan ini paling nyata terlihat di sebelah timur Pulau Wetar,
mungkin mencerminkan jumlah kerak samudera yang masuk ke dalam zona
subduksi, menyiratkan baik yang gerakan dip-slip ke arah barat Pulau Wetar lebih
penting dan gerakan strike-slip ke arah timur semakin penting.
Gambar 3.2: Lokasi Pemetaan
(Sumber: Arsip Laporan Akhir Penelitian Laut Flores, Nusa Tenggara Timur)
Akuisisi data seismik dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi Kelautan (PPPGL) pada bulan Mei 2012 dengan menggunakan kapal
Geomarin III. Akusisi data seismik dilakukan sebanyak 20 lintasan, sedangkan
yang peneliti gunakan untuk pengolahan data seismik adalah lintasan 17. Berikut
21
Rengga Deviandra, 2013
Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.3 : Peta Lintasan Akuisisi Seismik (Sumber: Arsip PPPGL)
3.2Data Lapangan
Data lapangan yang digunakan pada penelitian ini adalah data FLRS-17
dengan panjang lintasan 45,8 km yang diperoleh dari akuisisi seismik yang
dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL)
menggunakan kapal Geomarin III yang dilaksanakan pada tanggal 24 Mei 2012 di
22
Rengga Deviandra, 2013
Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Parameter Akuisisi Lintasan FLRS-17
NO Parameter Akuisisi
1 Azimut 900
Tabel 3.1: Parameter Akuisisi Seismik FLRS-17
3.3Pre-Processing
Pada tahapan preprocessing yang bertujuan untuk memperbaiki parameter
fisik dari input (data seismik) melalui penyusunan geometri dan penguatan
sinyal-sinyal refleksi. Tahapan preprocessing pada tahapan ini adalah demultiplex,
geometry, editing dan deconvolution.
3.3.1Demultiplex
Demultiplex adalah suatu proses pengubahan dari format urutan waktu
(time sequential) ke urutan trace (trace sequential). Data lapangan yang sudah
dimultiplexing disebut raw data. Proses demultiplex (demultiplexing) dengan
23
Rengga Deviandra, 2013
Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Gambar 3.4: Flow Demultiplex
Berikut adalah gambar hasil raw data:
Gambar 3.5: hasil raw data
3.3.2Geometry
Data yang direkam dari lapangan belum mempunyai informasi geometri.
Untuk memberikan informasi geometri pada setiap data hasil rekaman lapangan
maka diperlukan suatu proses yaitu Geometry Assigment sehingga semua data
yang direkam mempunyai informasi lapangan sesuai dengan informasi obsever
report.
Proses awal dari geometry adalah memasuki informasi dan data-data geometri
24
Rengga Deviandra, 2013
Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Gambar 3.6: Flow Geometri
Setelah 2D Marine Geometry Spreadsheet* di execute, maka muncul
jendela perintah untuk mengisi parameter-parameter geometri, diantaranya adalah:
set up, auto 2Ddan binning trace QC. Berikut adalah Parameter trace QC.
25
Rengga Deviandra, 2013
Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu (b)
26
Rengga Deviandra, 2013
Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Gambar 3.7: Jendela 2D Marine Geometry Spreadsheet*
(a) Setup (b) Auto Marine 2D (c) SIN Ordered Parameter File (d) Trace QC
Hasil keluaran dari field geometri berupa stacking chart atau stacking
diagram yang sesuai dengan geometri penembakan yang dilakukan pada saat
akuisisi data. Setiap trace yang sudah didefinisikan identitasnya akan digunakan
untuk pengolahan data selanjutnya.
Gambar 3.8: Gambar Stacking Chart
3.3.3Editing
Pada proses akuisisi dilakukan sering kali hasil rekaman terganggu oleh
beberapa sebab, seperti trace mati, berbagai jenis noise (Ground roll, koheren dan
27
Rengga Deviandra, 2013
Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
proses pengolahan data. Proses editing yang dilakukan adalah top-mute dan
Autocorrelation.
Gambar 3.9: Flow Editing
Setelah display hasil dari maka langkah editing selanjutnya adalah sebagai
berikut:
a Top mute dilakukan untuk menghilangkan noise-noise yang terjadi sebelum
refleksi atau noise yang ada sebelum first break.
Berikut adalah cara untuk melakukan top mute:
Display hasil geometry Picking > Pick Top Mute Buat nama file ‘top_mute’ > OK lakukan picking seluruh FFID (139-3789) File > Save > File > Exit/Continue Flow.
b Autocorrelation dilakukan untuk mengkorelasi multiple atau noise pada trace
itu sendiri.
Gambar 3.10: Flow Autocorrealtion
Berikut adalah cara untuk melakukan autocorrelation:
28
Rengga Deviandra, 2013
Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.11: Hasil Autocorrelation dalam bentuk raw data
3.3.4 Dekonvolusi
Dekonvolusi adalah sebuah proses yang berguna untuk memperbaiki resolusi
temporal dari data seismik. Untuk memahami dekonvolusi, pertama perlu ditinjau
suatu lapisan litologi di bawah permukaan. Bumi tersusun oleh lapisan batuan
dengan litologi dan sifat fisik yang berbeda. Perbedaan impedansi lapisan batuan
yang berdekatan menyebabkan adanya refleksi dan terekam sepanjang permukaan.
Kebalikan dari sebuah proses konvolusi untuk memperoleh respon reflektivitas
29
Rengga Deviandra, 2013
Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Gambar 3.12: Skema Proses Konvolusi dan Dekonvolusi
(sumber: http://totalcorner.blogspot.com)
Pada penelitian ini memakai dua metode dekonvolusi yaitu: dekonvolusi
spiking dan dekonvolusi prediktif.
aDekonvolusi Spiking.
mengubah sinyal asli menjadi sinyal ideal yang bentuknya spike,
Gambar 3.13: flow Dekonvolusi Spiking
bDekonovolusi Prediktif
Dekonvolusi Prediktif merupakan suatu metode dekonvolusi dimana pada
30
Rengga Deviandra, 2013
Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
mendapatkan resolusi seismik yang sebenarnya. Quality Check dapat dilihat
melalui gambar stack, auto korelasi, dan spektrum frekuensi.
Prosedur predictive deconvolution menghilangkan bagian-bagian yang
terprediksi pada trace, terutama yang disebabkan oleh gaung yang berulang dan
akan meninggalkan signal yang merupakan deretan koefisien refleksi yang
diinginkan. Dekonvolusi prediktif dapat menekan gangguan-gangguan yang
diramalkan setelah terjadi peristiwa refleksi yang belum dapat dipastikan, seperti
multipel yang terjadi dengan perioda pendek maupun perioda panjang. Berikut
flow proses predictive deconvolution dalam ProMAX 2D
3.3.5Brute Stack
Brute Stack adalah proses penjumlahan semua trace dari CDP yang sama
yang bertujuan untuk meningkatkan rasio S/N dan melihat kualitas penampang
seismik yang telah diproses sebelum proses analisa kecepatan.
Gambar 3.14: Flow Brute Stack
3.3.6Velocity Analysis
Kecepatan didefinisikan sebagai penjalaran gelombang seismik pada
medium dimana gelombang tersebut bergerak. Untuk mengetahui nilai kecepatan
sangat penting karena bisa juga menentukan kedalaman, kemiringan, horizon dan
lain-lain.
Analisa kecepatan adalah proses penentuan atau pemilihan kecepatan pada
gelombang seismik yang sesuai. Kecepatan yang digunakn dalam penelitian ini
adalah kecepatan root mean square (Vrms), yaitu kecepatan total dari sistem
31
Rengga Deviandra, 2013
Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Pada penelitian analisis kecepatan dilakukan satu kali, analisis kecepatan
untuk dekonvolusi spiking juga bisa di gunakan pada dekonvlusi prediktif.
Berikut adalah flow untuk analisis kecepatan :
Gam
bar 3.15: Flow Analisis Kecepatan
Gambar 3.16: Picking Analisis Kecepatan
Setelah melakukan picking sampai CDP 22055, dapat di lihat hasil dari
pincking memalui perintah Velocity Viewer/Point Editor*, yang berfungsi
32
Rengga Deviandra, 2013
Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Gambar 3.17: Display Hasil Picking Analisis Kecepatan
3.3.7Koreksi Dip Move Out (DMO)
Dip Move Out dimaksud adalah untuk memindahkan data non zero Offse
menjadi data zero offset pada lapisan miring. Pada lapisan miring common mid
point (CMP) tidak sama dengan common depth point (CDP) sehingga ada jarak
antara titik CMP dan CDP.
Gambar 3.18: Flow Koreksi DMO (Dip Move Out)
3.3.8Pre-Stack Time Migration (PSTM)
PSTM merupakan teknik migrasi data seismik yang diterapkan sebelum
proses stacking. Dibandingkan dengan Post Stack Time Migration, Pre Stack
Time Migration memberikan hasil yang lebih baik terutama untuk didalam
pre-33
Rengga Deviandra, 2013
Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
stack time migration adalah: pertama, melakukan konvolusi dengan elliptical
impulse response, kedua melakukan penjumlahan disepanjang diffraction
response curve (Kirchhoff Migration). Dalam penelitian ini proses pre-stack time
migration dilakukan untuk dekonvolusi spiking dan dekonvolusi prediktif.
Gam
bar 3.19: Flow Pre-Stack Time Migration
3.3.9Stacking
Stacking adalah penjumlahan trace-trace dalam satu CDP yang
mempunyai signal yang koheren sehingga dapat meningkatkan rasio signal to
noise.
Rengga Deviandra, 2013
Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
BAB 5
PENUTUP
5.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisa tentang Dekonvolusi Spiking
dan Dekonvolusi Prediktif yang penulis lakukan menggunakan data seismik di
Laut Flores maka, dapat disimpulkan bahwa:
1. Metode Dekonvolusi Prediktif lebih baik digunakan untuk
meningkatkan rasio signal to noise dari pada metode Dekonvolusi
Spiking, dengan cara memprediksi letak noise-noise dan menggunakan
parameter Operator Gap dan Operator Length,
2. Pada line FLRS-17 dengan panjang lintasan lintasan 45.8 Km terdapat
informasi geologi diantaranya sedimen dan sesar naik.
5.2Saran
Berdasarkan hasil pengolahan data Seismik multichannel maka, saran untuk
melanjutkan pengolahan data supaya lebih baik yaitu agar mendapat data yang
benar-benar bagus dan akurat, tidak menggunakan bandpass filter berulang kali
dalam pengolahan data karena selain dapat menghilangkan noise juga dapat
Rengga Deviandra, 2013
Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, A. (2002). Ensiklopedia Seismik Ensiklopedia Seismik Setitik Bakti dari
Anak Negri. Tersedia: http://ensiklopediseismik.blogspot.com/.
Belen.S., 2009 ” Benarkah Pulau Flores Bisa tenggelam, Seperti jatuh ke Dalam
Laur”. http://sbelen.wordpress.com/tag/gempa-bumi/)
Priyono. A. (2006). Diktat Kuliah Metode Seismik I. Bandung : Program Studi
Geofisika Institut Teknologi Bandung.
Setiadi. R. (2004). Evaluasi Migrasi Data Seismik Marin 2D Resolusi Tinggi
Daerah X Sulawesi Tengah. Bandung : Program Studi Geofisika Institut
Teknologi Bandung.
Sheriff, R.E. (1994). Encyclopedic Dictionary of Exploration Geophysics. Tulsa :
Society of Exploration Geophysics.
Sidabalok, F.D., 2011 “ Pebandingan Post Stack Time Migration dengan Pre
Stack Time Migration”, UPI Bandung
Yilmaz, O. (1987). Seismic Data Processing, Society of Exploration Geophysics.