• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Orang Tua Tentang Gizi Dalam Meningkatkan Status Gizi Anak Usia Pra Sekolah Di Wilayah Kerja Puskesmas Sonorejo Sukoharjo Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Gizi Dengan Status Gizi Pada Anak Usia Pra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Orang Tua Tentang Gizi Dalam Meningkatkan Status Gizi Anak Usia Pra Sekolah Di Wilayah Kerja Puskesmas Sonorejo Sukoharjo Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Gizi Dengan Status Gizi Pada Anak Usia Pra "

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

0

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU

TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI

PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI

KABUPATEN SUKOHARJO

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

ARDIAN PRIYO SETIAJI

NIM: J 210 080 024

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)

PENGESAHAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU

TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI

PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI

KABUPATEN SUKOHARJO

(3)

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA TENTANG GIZI DALAM MENINGKATKAN STATUS GIZI ANAK USIA PRA SEKOLAH

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SONOREJO SUKOHARJO

Ardian Priyo Setiaji*

Irdawati, S.Kep., Ns., M.Si, Med. Arina Maliya. A. Kep. M. Si. Med

ABSTRAK

Tingkat pengetahuan gizi dari seorang ibu akan membentuk sikap terhadap status gizi anak. Pengetahuan dan sikap yang baik diharapkan anak mendapat asupan gizi yang baik agar pertumbuhan anak sesuai dengan usia pertumbuhan dan perkembangan. pengetahuan dan sikap ibu akan memandang untuk menyediakan atau menyiapkan makanan sehari-hari dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan gizi anak. Namun hasil studi pendahuluan melalui wawancara diperoleh gambaran bahwa masih terdapat ibu yang masihk kurang mengerti, memahami akan pengetahuan gizi, demikian sikap ibu masih ada yang kurang baik. Tujuan penelitian ini adalah mengetahuai hubungan antara pengetahuan dan sikap orang tua tentang gizi dalam meningkatkan status gizi anak usia pra sekolah Di Wilayah Kerja Puskesmas Sonorejo Sukoharjo. Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif, dengan rancangan penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah semua ibu yang memiliki anak usia Pra Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Sonorejo dengan jumlah 151 orang. Sampel penelitian sebanyak 52 responden dengan teknik pengambilan sampel proposional random sampling. Intrument penelitian menggunakan kuesioner pengetahuan tentang gizi dan sikap tentang status gizi. Pengukuran status gizi anak pra sekolah menggunaka NCHS. Pengukuran berdasarkan parameter berat badan/ tinggi badan berdasarkan kategori Z score. Hasil pengukuran data penelitian kemudian dilakukan pengujian hipotesis dengan korelasi Kendall tau. Hasil penelitian menunjukkan 11 responden (21,2%) mempunyai pengetahuan kategori baik, 18 responden (34,6%) dengan pengetahuan cukup, dan 23 responden (44,2%) dengan pengetahuan yang kurang. Sebanyak 27 responden mempunyai sikap baik (51,9%), 25 responden mempunyai sikap negatif (48,1%). Terdapat 44 anak responden memiliki status gizi kategori normal (84,6%), 4 anak dengan status gizi kurang (7,7%) dan 4 anak responden dengan status gizi lebih (7,7%).Hasil uji hipotesis hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi diperoleh nilai p = 0,727 (p> 0,05), sehingga Ho diterima, yang artinya tidak ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi pada anak usia pra sekolah. Uji hipotesis hubungan antara sikap ibu tentang gizi dengan status gizi diperoleh nilai p = 0,021 (p<0,05), sehingga Ho ditolak, yang artinya ada hubungan sikap ibu tentang gizi dengan status gizi pada anak usia pra sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Sonorejo Sukoharjo.

(4)

MOTHER KNOWLEDGE AND ATTITUDET NUTRITIONAL WITH TODDLER SCHOOL PRE AGE NUTRITIONAL STATUS IN SONOREJO PUBLIC HEALTH SERVICE AREA

OF SUKOHARJO

Abstract

Mother’s knowledge level of nutritional will shape mother’s attitude of nutritional status for todller. Good Knowledge and attitude of mother is expected toddler to get nutritional which according to toddler growth development. knowledge and attitude of mother will provide or prepares everyday food of nutritional. At the previous studies result with interview is obtained mother still understand yet of nutritional, mother attitude still has poor. The objective research is aim to know relation between mother knowledge and attitudet nutritional with toddler school pre age nutritional status in Sonorejo public health service area of Sukoharjo. The kind of research is quantitative research, with cross sectional approach. Population is all mothers who have toddler preschool age in Sonorejo public health service area of Sukoharjo with 151 persons. Sample are 52 respondents with taking sample with proposional random sampling technique. Intrument research is using knowledge questionaire and attitude questionaire about nutritional status. Measurement of nutritional status toddler is using NCHS. Measurement based on high / weight parameter of body based on Z score. Result data then is test with correlation kendall tau. Result of research shows 11 respondents ( 21,2%) has good, knowledge 18 respondents ( 34,6%) with fair knowledge, and 23 respondents ( 44,2%) with poor knowledge. 27 respondents ( 51,9%), has good attitude, 25 respondents ( 48,1%) with poor attitude . there are 44 toddler has normal nutritional status ( 84,6%), 4 toddler has less nutritional status ( 7,7%) and 4 toddler ( 7,7%) has over nutritional status. hypothesis test between mother knowledge about nutritional with nutritional status is obtained p = 0,727 ( p> 0,05), so Ho is received. Its means there is no relation between mother knowledge with toddler school pre age nutritional status. Hypothesis test relation between mother attitude with nutritional status is obtained p = 0,021 ( p< 0,05), so t Ho is rejected, its means there is a relation mother attitude with nutritional status at todlder pre school age in Sonorejo public health service area of Sukoharjo

Keyword : knowledge, attitude, nutritional status, mother, toddler

PENDAHULUAN Latar Belakang

Anak usia dibawah lima

tahun (Balita) merupakan kelompok yang rentan terhadap kesehatan dan gizi. Dampak kekurangan gizi yang paling ditakutkan adalah gagal tumbuh (growth faltering), terutama gagal tumbuh kembang otak (Ruby, 2005).

Berdasarkan Laporan Bulanan (LB) 3 gizi bulan Februari 2009 dan laporan bulan Maret 2009 di Dinas

Kesehatan Kabupaten Sukoharjo

kasus gizi kurang pada anak balita sebanyak 4,3 % dan kasus gizi buruk sebanyak 0,5%. Wilayah Kecamatan Sonorejo didapatkan 352 anak balita, 2 balita berstatus gizi buruk, 16 balita

gizi kurang, dan 258 balita berstatus gizi baik.

Penyebab munculnya kasus gizi buruk dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung, faktor langsung adalah konsumsi makanan yang tidak seimbang dan infeksi. Faktor tidak langsung adalah tingkat pengetahuan yang rendah tentang pentingnya pemeliharaan gizi sejak

masa bayi bahkan ibu hamil,

(Suhardjo, 2002).

Berdasarkan hasil studi

pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Oktober 2011 di Puskesmas Sonorejo yang diperoleh dari petugas kesehatan bahwa masih banyak ibu di desa Sororejo memiliki

(5)

kurang. Informasi tersebut diperkuat dengan adanya status gizi anak baik yang balita maupun yang masuk anak usia pra sekolah yang masuk dalam kelompok balita gizi kurang. Hasil wawancara terhadap 4 orang ibu yang mempunyai anak usia pra sekolah diperoleh informasi bahwa 3 orang ibu

menyatakan kurang memahami

mengenai pengetahuan tentang gizi yang baik bagi anak. Ibu tidak mengerti berapa ukuran yang tepat untuk asupan makan bagi anak usia pra sekolah. Sikap ibu dalam hal status gizi anak juga masih kurang, dimana ibu menyatakan asuapan makan pada anak disamakan dengan asupan makan orang dewasa dan hanya berbeda jumlah porsi untuk asupan anak.

Tujuan penelitian untuk

mengidentifikasi hubungan antara

pengetahuan dan sikap orang tua tentang gizi dalam meningkatkan status gizi anak usia pra sekolah.

TINJAUAN TEORI Pengetahuan gizi ibu

Pengetahuan gizi ibu adalah tingkat pengetahuan tentang bahan makanan, yang berhubungan dengan sumber-sumber zat gizi, pengetahuan yang kurang tentang makanan sehat akan menimbulkan anggapan bahwa makanan yang sehat adalah makanan yang mahal dan sulit didapatkan. Tingkat pengetahuan ibu banyak menentukan sikap dan ketrampilan dalam menghadapi berbagai masalah gizi karena ibu memiliki peran besar dalam keluarga antara lain: ibu yang mengatur pangan keluarga, mengatur menu keluarga, mengolah makanan

keluarga, dan mendistribusikan

makanan (Furqan, 2008).

Sikap ibu dalam pemenuhan status gizi anak

Menurut Soetjiningsih, (2002) Sikap ibu sangat penting memberikan

makanan yang baik kepada anak sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap ibu untuk dalam pemberian gizi kepada anak:

1. Tingkat pendapatan

Rendahnya pendapatan

merupakan salah satu penyebab orang-orang tak mampu membeli

pangan dalam jumlah yang

diperlukan. Rendahnya pendapatan

disebabkan oleh pengangguran.

(Proverawati, 2010).

2. Keadaan sosial budaya

Faktor budaya sangat

berperan dalam proses terjadinya masalah gizi di berbagai masyarakat dan negara. Unsur-unsur budaya

mampu menciptakan suatu

kebiasaan makan penduduk yang bertentangan dengan prinsip-prinsip

ilmu gizi. Berbagai budaya

memberikan peranan dan nilai yang berbeda-beda terhadap pangan atau makanan (Suhardjo, 2002).

3. Status Gizi anak Usia Pra Sekolah

a. Pengertian Gizi

WHO menterjemahkan

ilmu gizi sebagi ilmu yang mempelajari proses yang terjadi pada organisme hidup. Proses

tersebut mencangkup

pengambilan dan pengolahan zat padat dan cair dari makanan

yang diperlukan untuk

memelihara kehidupan dan

pertumbuhan. b. Status Gizi

Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada

masa emas ini bersifat

irreversible atau tidak dapat

dipulihkan. Sementara di

(6)

kartu Menuju Sehat (KMS) yang digunakan untuk memprediksi status gizi anak berdasarkan kurva KMS (Marimbi, 2010).

Menurut Depkes RI (2005) Parameter berat badan / tinggi badan

berdasarkan kategori Z-Score

diklasifikasikan menjadi 4 yaitu:

1) Gizi Buruk ( Sangat Kurang) : <-3 SD

2) Gizi Kurang (Kurang): -3SDs/d<-2SD

3) Gizi Baik (Normal): -2SDs/d+2SD

4) Gizi Lebih (Gemuk) : >+2SD

Peran Ibu Dalam Memenuhi

Kebutuhan Gizi Anak Pra Sekolah Ada hal yang sangat penting

bagi ibu untuk menanamkan

kebiasaan memilih bahan makanan yang baik pada usia ini. Dalam hal ini ibu harus bertindak sedemikian rupa untuk mengajak memakan bahan-bahan yang berfaedah dan menginsafi benar. bahwa jumlah bahan makanan yang diperlukan oleh seorang anak akan semakin bertambah, dengan bertambahnya usia (Moehji, 2009).

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian adalah

penelitian kuantitatif, dimana

rancangan penelitian yang dipakai

menggunakan pendekatan cross

sectional

Populasi dan Sampel

Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak usia Pra Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Sonorejo dengan jumlah 151 orang. sampel

penelitian adalah 52 responden

dengan teknik pengambilan sampel menggunakan proposional random sampling (Sugiyono, 2010).

Kriteria sampel

1. Ibu yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesma Sonorejo

2. Ibu memiliki anak usia pra sekolah

3. Bersedia menjadi responden

penelitian

4. Tidak mengalami penyakit infeksi

atau penyakit lainya yang

menganggu pertumbuhan

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah berupa kuesioner pengetahuan ibu tentang gizi, sikap ibu tentang gizi anak pra sekolah. Instrumen tentang

pengetahuan menggunakan skala

Guttman (Alimul, 2003).

Alat ukur untuk mengetahui sikap ibu tentang status gizi berupa kuesioner dengan 20 pertanyaan dengan menggunakan jawaban skala Likert (Alimul, 2003).

Pengukuran Status gizi pada

anak pra sekolah menggunakan

NCHS. Pengukuran berdasarkan

parameter berat badan/ tinggi badan berdasarkan kategori Z score. Hasil pengukuran status gizi dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

1. Gizi Kurang (Kurang): -3SDs/d<-2SD

2. Gizi Baik (Normal) : -2SDs/d+2SD 3. Gizi Lebih (Gemuk): >+2SD

Analisa Data

Analisa data menggunakan uji statistik korelasi non parametrik

yaitu uji Korelasi Kendall tau

dengan batas kemaknaan p 0,05.

HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden 1. Umur Ibu

Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur ibu

umur ibu Jumlah (%)

< 20 tahun 1 1,9

21-35 tahun 45 86,5

> 35 tahun 6 11,5

(7)

Tabel 1 menunjukkan terdapat Dasar pembagian umur mengacu pada BKKBN (2003) yaitu kelompok ibu risiko tinggi dalam hamil dan melahirkan yaitu umut kurang dari 20 tahun dan di atas 35 tahun, sementara risiko rendah dalam kehamilan dan melahirkan adalah rentang umur 21-35 tahun.

Pendidikan ibu

Tabel 2. Distribusi frekuensi

responden berdasarkan pendidikan ibu

responden berpendidikan SD (3,8%), 12 responden berpendidikan SMP (23,1%), 22 responden berpendidikan

SMA (42,3%), 8 responden

berpendidikan DIII (15,4%) dan 8 responden berpendidikan S1 (15,4%).

Pekerjaan ibu

Tabel 3. Distribusi frekuensi

responden berdasarkan pekerjaan ibu

Pekerjaan ibu Jumlah (%) responden bekerja sebagai pedagang (9,6%).

Pendapatan keluarga Tabel 4. Distribusi frekuensi

responden berdasarkan pekerjaan ibu

Pekerjaan ibu Jumlah (%)

<UMR 14 26.9

>UMR 38 73.1

Total 52 100,0

Pendapatan keluarga dihitung berdasarkan pendapatan ayah dan ibu yang kemudian dijumlah. Jumlah

pendapatan keluarga kemudian

dibandingkan dengan Upah Minum Regional (UMR) di Kabupaten Sukoharjo tahun 2011 sebesar Rp. 800.000, - pendapatan keluarga diatas Rp. 800.000,- masuk diatas UMR,

sedangkan pendapatan keluarga

dibawah Rp. 800.000,- masuk dalam kategori di bawah UMR. Tabel 8. Menunjukkan banyak responden

yang mempunyai pendapatan

keluarga diatas UMR.

Umur anak

(8)

Analisis univarite

Pengetahuan ibu tentang status gizi

Tabel 6. Distribusi frekuensi

responden menurut pengetahuan

tentang gizi

Pengetahuan Jumlah (%)

Baik 11 21,2

Cukup 18 34,6

Kurang 23 44,2

Total 52 100,0

Tabel 6 menunjukkan 11 responden mempunyai pengetahuan tentang gizi dalam kategori baik (21,2%), 18 responden dengan pengetahuan cukup (34,6%), dan 23 responden dengan pengetahuan yang kurang (44,2%).

Sikap ibu tentang status gizi Tabel 7. Distribusi frekuensi

responden menurut sikap tentang gizi

Sikap Jumlah (%)

Positif 27 51.9

Negatif 25 48.1

Total 52 100,0

Tabel 13 Sebanyak 27

responden mempunyai sikap baik (51,9%), 25 responden mempunyai sikap negatif (48,1%).

Status gizi anak

Tabel 8. Distribusi frekuensi anak berdasarkan status gizi

Status Gizi Jumlah (%)

Normal 44 84,6

kurang 4 7,7

Lebih 4 7,7

Total 52 100,0

Tabel 8 menunjukkan bahwa 44 anak responden memiliki status gizi kategori normal (84,6%), 4 anak dengan status gizi kurang (7,7%) dan 4 anak responden dengan status gizi lebih (7,7%).

Analisis bivariat

Hubungan antara pengetahuan ibu dengan status gizi anak

Tabel 9. Distribusi frekuensi responden dengan tingkat pengetahuan tentang status gizi dengan status gizi anak

Penge- tahuan

Status gizi

Total p* Keputusan

Normal Kurang Lebih

n % n % n % n %

Baik 9 17,30 0 0,00 2 3,80 11 21,20

0,727 Ho diterima

Cukup 16 30,80 1 1,90 1 1,90 18 34,60

Kurang 19 36,50 3 5,80 1 1,90 23 44,20

Total 44 84,60 4 7,70 4 7,70 52 100

(9)

8

Hasil uji hipotesis penelitian dengan uji korelasi Kendall tau menunjukkan nilai p = 0,727 (p> 0,05), sehingga keputusan yang diambil

dalam penelitian ini adalah Ho

diterima. Ho diterima memiliki arti

tidak ada hubungan tingkat

pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi pada anak usia pra sekolah di wilayah kerja Puskesmas

Sonorejo Kecamatan Sukoharjo

Kabupaten Sukoharjo.

Hubungan antara sikap ibu dengan status gizi anak

Tabel 10. Distribusi frekuensi responden dengan sikap ibu tentang status gizi dengan status gizi anak

wilayah kerja Puskesmas Sonorejo

Kecamatan Sukoharjo Kabupaten

Sukoharjo.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini diperoleh hasil status anak usia pra sekolah

dalam keadaan normal sebesar

84,6%. Pengetahuan ibu tentang gizi yang baik akan mempengaruhi cara berpikir ibu dalam memberikan asupan gizi yang baik yang akhirnya anak memilki status gizi normal. Menurut Notoadmojo (2003) bahwa

tingkat pengetahuan terdapat 6

tingkatan yaitu tahu, memahami,

aplikasi, analisis, sintesis, dan

evaluasi. Ibu yang tahu bahwa anak

dalam masa pertumbuhan dan

perkembangan sangat membutuhkan

asupan gizi secara baik. Ibu

memahami jenis asupan makan yang baik bagi anak, dan mengaplikasikan

dalam memberikan asupan gizi

kepada anak sehingga anak

mendapatkan status gizi secara

normal.

Namun dari pendapat

Notoadmojo (2003) berbeda dengan hasil penelitian ini, dimana masih terdapat 44,2% responden memilki pengetahuan tentang status gizi yang kurang, namun terdapat 21,2% responden dengan pengetahuan tentang gizi dalam kategori baik. Dari

21,2% responden dengan

pengetahuan baik, 17,30% dengan status gizi anak yang normal. Kondisi ini menggambarkan bahwa status gizi anak tidak hanya dipengaruhi oleh factor pengetahuan saja. Terdapat

faktor-faktor lain yang dapat

mempengaruhi status gizi anak adalah usia responden.

Hasil penelitian mengenai usia

responden menunjukkan banyak

responden berumur antara 21 sampai 35 tahun sebanyak 86,5%. Soekanto (2002) menyatakan bahwa umur

mempengaruhi pengetahuan

seseorang. Semakin dewasa usia

maka tingkat kemampuan dan

kematangan dalam berpikir dan

(10)

dibandingkan dengan umur yang masih muda atau belum dewasa. Banyaknya umur responden antara 21 sampai 35 tahun dapat dikaitkan

adanya kemampuan dalam

memberikan gizi yang baik kapada anaknya dengan dasar pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya dalam memenuhi asupan gizi bagi anaknya.

Faktor lain yang

mempangaruhi responden tentang

status gizi anak adalah tingkat

pendidikan. Hasil penelitian

menunjukkan banyak responden

berpendidikan SMA sebesar 42,3%. Undang-undang Nomor 33 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

menyebutkan bahwa tingkat

pendidikan wajib belajar adalah 9 tahun yang meliputi pendidikan SD selama 6 tahun dan pendidikan SMP

selama 3 tahun. Ditinjau dari

tingkatkan pendidikan terdapat

tingkatan yaitu pendidikan pra

sekolah, SD dan SLTP adalah

pendidikan dasar, SLTA dan sederajat

adalah pendidikan menengah,

sedangkan pendidikan tinggi adalah DI, DII, DIII, Sarjana dan seterusnya

adalah pendidikan lanjutan.

Responden dengan pendidikan SMA sudah dianggap dapat menerima dari

berbagai informasi pengetahuan

tentang gizi baik dari pelajaran sekolah ataupun dari sumber lain

seperti televisi, radio, majalah

kesehatan, penyuluhan dari petugas

kesehatan pada saat kegiatan

posyandu. Adanya informasi

kesehatan tentang gizi dapat

menambah pengetahuan responden

yang pada akhirnya dapat

memberikan asupan gizi yang terbaik pada anak.

Faktor pekerjaan juga ikut mempengaruhi responden tentang

status gizi. hasil penelitian

menunjukkan banyak sebagai ibu rumah tangga (IRT) sebanyak 34,6%.

Banyaknya responden sebagai IRT

adalah suatu kesempatan bagi

responden untuk dapat lebih

mempunyai kesempatan dalam

mengasuh, mendidik anak dan dapat lebih mengontrol dalam asupan gizi yang baik agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara normal.

Tingkat pendapatan keluarga dapat mempengaruhi status gizi anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

mayoritas responden memiliki

pendapatan lebih dari UMR sebanyak 73,1%. Tingginya UMR ini adalah hasil penjumlahan dari pendapatan suami dengan pendapatan responden.

Pendapatan keluarga dapat

mempengaruhi bagaimana

memberikan asupan gizi yang baik, termasuk jumlah, kandungan gizi makanan dan variasi makanan serta pemberian asupan tambahan lain agar

anak tidak merasa bosan.

Sulistyoningsih (2011) faktor sosial ekonomi yang cukup dominan dalam

mempengaruhi konsumsi pangan

adalah pendapatan keluarga dan

harga. Meningkatnya pendapatan

akan meningkatkan peluang untuk membeli pangan dengan kuantitas

dan kualitas yang lebih baik

sebaliknya penurunan pendapatan akan menyebabkan menurunnya daya beli pangan baik secara kualitas maupun kuantitas.

Faktor lainya yang

berpengaruh adalah pola asuh anak,

dimana dari hasil penelitian

didapatkan sebanyak 23 (44.2%) anak diasuh oleh ibu. Pola asuh anak yang langsung ditangani oleh ibu akan lebih cenderung ditangani lebih baik dari pada anak diasuh oleh orang lain seperti pengasuh. Hal ini karena ibu

merasa bahwa anaknya harus

mendapat perhatian yang baik

termasuk dalam asupan gizi yang baik.

(11)

yang menyatakan bahwa ibu rumah tangga lebih memiliki waktu yang cukup untuk memberikan pola makan yang baik kepada anak. Pola makan

yang baik pada anak akan

membentuk status gizi yang baik pula pada anak.

Hasil penelitian mengenai

sikap responden tentang status gizi menunjukkan 51,9% bersikap positif banyak yang menjadikan anak dengan

status gizi normal. Menurut

Notoatmodjo (2007) sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau obyek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit). Sikap

yang positif dipengaruhi oleh

pengetahuan yang baik, sehingga akan mempengaruhi sikap responden dalam memberikan asupan makanan yang seimbang kepada anaknya. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 25 responden dengan sikap positif, dengan anak responden memiliki status gizi yang baik. Sulistyoningsih (2011) sikap ibu sangat penting memberikan makanan yang baik kepada anak sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Hasil ini menunjukkan bahwa status gizi anak tidak hanya dipengaruhi oleh sikap ibu. Hal yang sama dari hasil penelitian adalah bahwa sikap yang

baik pada responden dapat

berdampak pada status gizi anak. Terdapat 25 responden dengan sikap baik menjadikan status gizi anak menjadi normal.

Purwanto (2002) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan hal yang dapat mempengaruhi sikap atau perilaku seseorang yang disertai

kecenderungan untuk bertindak

sesuai dengan objek tersebut, artinya pengetahuan responden yang baik dapat mempengaruhi sikap dalam hal pemberian asupan gizi anak. Semakin

baik pengetahuan tentang gizi,

semakin baik sikap ibu dalam

memberikan asupan gizi.

Pengetahuan yang baik pada

responden tidak terlepas dari

pendidikan yang telah dicapai oleh responden. Adanya pendidikan yang baik yaitu mayoritas tingkat SMA menjadikan pengetahuan tentang gizi menjadi baik dan mempengaruhi sikap dalam hal status gizi.

Faktor lain dalam

mempengaruhi sikap tentang gizi

adalah pendapatan. Pendapatan

responden yang banyak di atas upah minimum regional daerah Sukoharjo

menjadikan responden memiliki

kesempatan yang lebih banyak dalam memilih jenis makanan yang akan

dibeli sebelum diberikan kepada

anaknya. Sikap positif akan

berdampak pada tingkat status gizi anak yang baik. Sikap yang positif tercermin dalam hal pembelian jenis makanan, jumlah atau porsi yang diberikan kepada anak. Farida (2004)

menyatakan pola makan adalah

susunan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Pola makan pada anak sebagai akibat sikap dan perilaku orang tua yang baik akan menjadikan anak tetap terjaga pada kondisi badan untuk tetap memiliki status gizi yang baik. Sikap yang negatif akan mempengaruhi pola makan yang buruk yaitu pola makan

berlebihan (binge-eating disorder)

menyebabkan kegemukan atau

obesitas.

Pola asuh yang diterima anak juga dapat mempengaruhi status gizi. hasil penelitian menunjukkan 44,2% diasuh oleh ibu. Ibu dalam mengasuh anak akan melakukan pemberian asupan makan yang menjadikan asupan gizi menjadi normal. Pola pengasuhan anak adalah perilaku yang dipraktekkan oleh pengasuh

(ibu, bapak, nenek, keluarga,

pengasuh) dalam memberikan

(12)

stimulasi, serta dukungan emosional

yang dibutuhkan anak untuk

pertumbuhan dan perkembangan

(Husaini, 2009).

Hasil penelitian mengenai

sikap menunjukkan ada hubungan atara sikap ibu tentang status gizi dengan status gizi anak. Menurut Notoadmojo (2003) bahwa sikap

seseorang yang baik akan

mempengaruhi cara berperilaku,

termasuk sikap responden dalam masalah status gizi anak. Sikap ibu yang positif akan lebih mempertatikan masalah asupan makan yang akan diberikan kepada anak sedemikan hingga anak memiliki status gizi normal.

Sikap positif responden

tercermin dari distribusi frekuensi ibu

dengan status gizi anak. Data

menunjukkan sikap positif sebanyak 51,9% sedangkan anak dengan status

gizi normal sebannyak 48,1%.

Gambaran distribusi tersebut dapat diartikan bahwa sikap ibu sudah lebih banyak yang bersikap positif. Sikap

positif diwujudkan dengan sikap

kehati-hatian dalam memilih makanan sebelum diberikan kepada anak, sehingga anak dalam memenuhi

kebutuhan gizi sudah dalam

pengawasan yang baik dari ibu. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa secara statitik bahwa

tidak ada hubungan antara

pengetahuan ibu dengan status gizi anak usia prasekolah, tetapi ada hubungan sikap ibu dengan status gizi anak usia prasekolah. Keadaan ini menunjukkan bahwa tidak cukup kuat

faktor pengetahuan ibu untuk

menjadikan status gizi anak selalu dalam kondisi normal. Sedangkan kurangnya pengetahuan yang kurang tidak selalu berbanding lurus dengan sikap yang negatif. Hasil pengujian

menunjukkan bahwa meskipun

responden memiliki pengetahuan

yang kurang, namun responden

berusaha mempunyai sikap positif didalam upaya memberikan asupan gizi yang baik hingga anak tetap dalam gizi yang normal. Adanya hubungan antara sikap dan status gizi dengan tingkat hubungan yang lemah menunjukkan adanya faktor lain yang dapat mempengaruhi status gizi anak pra sekolah seperti prasangka buruk terhadap makanan tertentu atau jarak kelahiran yang terlalu rapat (Marimbi, 2010).

Hasil penelitian ini juga

berbeda dari pendapat Suhardjo

(2002), yang menyatakan bahwa dalam penyediaan makanan keluarga dalam hal ini dilakukan oleh seorang ibu, banyak yang tidak memanfaatkan bahan makanan yang bergizi, hal ini disebabkan salah satunya karena kurangnya pengetahuan akan bahan makanan yang bergizi dan kwantum

makanan yang dipilih untuk

dikonsumsinya. Ibu yang tidak

mempunyai cukup pengetahuan gizi, akan memilih makanan yang paling

menarik pancaindera, dan tidak

mengadakan pilihan berdasarkan nilai gizi makanan. Sebaliknya mereka yang semakin banyak pengetahuan

gizinya, lebih mempergunakan

pertimbangan rasional dan

pengetahuan tentang gizi makanan tersebut.

Simpulan

1. Banyak responden yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang status gizi

2. Banyak responden yang memiliki sikap positif tentang status gizi 3. Status gizi pada anak usia pra

sekolah di wilayah kerja

Puskesmas Sonorejo Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo

banyak yang memiliki status

normal.

4. Tidak ada hubungan tingkat

(13)

sekolah di wilayah kerja Puskesmas Sonorejo Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo. 5. Ada hubungan sikap ibu tentang

gizi dengan status gizi pada anak usia pra sekolah di wilayah kerja Puskesmas Sonorejo Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo.

Saran

1. Bagi Puskesmas

Diharapkan petugas kesehatan Puskesmas untuk meningkatkan

pengetahuan gizi masyarakat

khususnya ibu balita, dengan cara

menambah frekuensi kegiatan

penyuluhan di posyandu, PKK dan tempat perkumpulan ibu-ibu lainnya, karena wilayah kerja Puskesmas Sonorejo Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo ibu masih memiliki pengetahuan tentang gizi yang kurang dan

masih terdapat anak dengan

status gizi kurang 2. Bagi Peneliti Lain

Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi dengan cakupan yang lebih luas seperti budaya, penyakit-penyakit yang mempengaruhi tumbuh kembang anak, tempat tinggal, jarak

kelahiran anak, sehingga

diperoleh hasil penelitian yang lebih variatif.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul,A.H 2003. Riset Keperawatan. Teknik dan Penulisan Ilmiah. Edisi pertama Jakarta:

Penggunaan KMS Balita. Jakarta pengantar Farida Baliwati, Yayuk dkk. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Swadaya, Jakarta

Furqon, Mohammad. 2008.

Pentingnya Pengetahuan Gizi

Bagi Ibu.

(http://www.peduligizi.com diakses tanggal 10 November 2011).

Husaini, M. (2009), Psikologi Ibu dan

Anak Untuk Kebidanan.

Jakarta : Salemba Medika

Marimbi, H. 2010.Tumbuh Kembang Status Gizi dan Imunisasi Dasar Pada Balita. Yogyakarta. Nuha Medika

Moehji, S. 2009. Penangulangan Gizi Buruk. Edisi Ilmu Gizi 2. Jakarta. Papas Sinar Sinanti.

Notoatmodjo S. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Notoatmodjo S. 2007. Promosi

Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta

(14)

Kesehatan. Nuha Medika: Yogyakarta.

Purwanto, M.N. 2002. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Edisi

Kedua. Bandung : PT

Remaja Rosda Karya.

Ruby M 2005. "Otak Kosong" Melanda Indonesia:

http://www.kompas.com/kom

pas-cetak/0505/30/opini/1779485. htm

Soedjiningsih. 2002. Tumbuh

Kembang Anak. EGC. Jakarta

Sugiyono.2010, Statistika untuk

Penelitian, Bandung: Alfabeta

Suhardjo, 2002. Perencanaan Pangan dan Gizi. Bumi Aksara, Jakarta

Sukanto, S. 2002. Sosial Budaya Dasar. Jakarta: Raja Rafindo Persada.

Sulistyoningsih, Hariyani. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. PT Graha Ilmu: Yogyakarta.

Ardian Priyo Setiaji: mahasiswa S-1

Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Irdawati, S.Kep., Ns., M.Si, Med: Staff Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Gambar

Tabel 2 responden berpendidikan SD (3,8%), 12 responden berpendidikan SMP (23,1%), 22 responden berpendidikan SMA berpendidikan DIII (15,4%) dan 8 responden berpendidikan S1 (15,4%)
Tabel 7. Distribusi frekuensi responden menurut sikap tentang gizi

Referensi

Dokumen terkait

UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG NUTRISI USIA PRASEKOLAH PADA IBU DENGAN ANAK STATUS GIZI

Kesimpulan: Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan lamanya pemberian ASI dengan status gizi anak usia kurang dari 2 tahun (baik untuk kategori

Sebagian besar pengetahuan orang tua tentang pola makan pada anak dalam katagori cukup Sebagaian besar status gizi anak dalam katagori kurus Ada hubungan yang

pengetahuan tentang menu seimbang dalam kategori kurang baik mayoritas mempunyai balita dengan status gizi kui'ang yaitu 66,67% responden.. Untuk mengetahui hubungan

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa anak dengan status gizi kurus sebagian besar mendapatkan asupan karbohidrat kurang yaitu 15 orang anak (21,42%), anak dengan status gizi

Erupsi gigi desidui lengkap ditemukan pada anak dengan status gizi lebih serta sebagian anak dengan status gizi baik dan kurang, tetapi tidak ditemukan pada anak dengan status gizi

Dari tabel 4.9 tabulasi silang pengetahuan ibu tentang gizi dengan pertumbuhan anak usia prasekolah 4 tahun, dimana responden yang mempunyai pengetahuan baik+Cukup dengan

Simpulan dan Saran Sebagian besar usia responden yaitu 15 tahun dan sebagian besar mempunyai status gizi normal, dengan aktivitas fisik mayoritas tergolong kategori ringan, responden