0
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU
TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI
PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI
KABUPATEN SUKOHARJO
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
ARDIAN PRIYO SETIAJI
NIM: J 210 080 024
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
PENGESAHAN
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU
TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI
PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI
KABUPATEN SUKOHARJO
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA TENTANG GIZI DALAM MENINGKATKAN STATUS GIZI ANAK USIA PRA SEKOLAH
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SONOREJO SUKOHARJO
Ardian Priyo Setiaji*
Irdawati, S.Kep., Ns., M.Si, Med. Arina Maliya. A. Kep. M. Si. Med
ABSTRAK
Tingkat pengetahuan gizi dari seorang ibu akan membentuk sikap terhadap status gizi anak. Pengetahuan dan sikap yang baik diharapkan anak mendapat asupan gizi yang baik agar pertumbuhan anak sesuai dengan usia pertumbuhan dan perkembangan. pengetahuan dan sikap ibu akan memandang untuk menyediakan atau menyiapkan makanan sehari-hari dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan gizi anak. Namun hasil studi pendahuluan melalui wawancara diperoleh gambaran bahwa masih terdapat ibu yang masihk kurang mengerti, memahami akan pengetahuan gizi, demikian sikap ibu masih ada yang kurang baik. Tujuan penelitian ini adalah mengetahuai hubungan antara pengetahuan dan sikap orang tua tentang gizi dalam meningkatkan status gizi anak usia pra sekolah Di Wilayah Kerja Puskesmas Sonorejo Sukoharjo. Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif, dengan rancangan penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah semua ibu yang memiliki anak usia Pra Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Sonorejo dengan jumlah 151 orang. Sampel penelitian sebanyak 52 responden dengan teknik pengambilan sampel proposional random sampling. Intrument penelitian menggunakan kuesioner pengetahuan tentang gizi dan sikap tentang status gizi. Pengukuran status gizi anak pra sekolah menggunaka NCHS. Pengukuran berdasarkan parameter berat badan/ tinggi badan berdasarkan kategori Z score. Hasil pengukuran data penelitian kemudian dilakukan pengujian hipotesis dengan korelasi Kendall tau. Hasil penelitian menunjukkan 11 responden (21,2%) mempunyai pengetahuan kategori baik, 18 responden (34,6%) dengan pengetahuan cukup, dan 23 responden (44,2%) dengan pengetahuan yang kurang. Sebanyak 27 responden mempunyai sikap baik (51,9%), 25 responden mempunyai sikap negatif (48,1%). Terdapat 44 anak responden memiliki status gizi kategori normal (84,6%), 4 anak dengan status gizi kurang (7,7%) dan 4 anak responden dengan status gizi lebih (7,7%).Hasil uji hipotesis hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi diperoleh nilai p = 0,727 (p> 0,05), sehingga Ho diterima, yang artinya tidak ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi pada anak usia pra sekolah. Uji hipotesis hubungan antara sikap ibu tentang gizi dengan status gizi diperoleh nilai p = 0,021 (p<0,05), sehingga Ho ditolak, yang artinya ada hubungan sikap ibu tentang gizi dengan status gizi pada anak usia pra sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Sonorejo Sukoharjo.
MOTHER KNOWLEDGE AND ATTITUDET NUTRITIONAL WITH TODDLER SCHOOL PRE AGE NUTRITIONAL STATUS IN SONOREJO PUBLIC HEALTH SERVICE AREA
OF SUKOHARJO
Abstract
Mother’s knowledge level of nutritional will shape mother’s attitude of nutritional status for todller. Good Knowledge and attitude of mother is expected toddler to get nutritional which according to toddler growth development. knowledge and attitude of mother will provide or prepares everyday food of nutritional. At the previous studies result with interview is obtained mother still understand yet of nutritional, mother attitude still has poor. The objective research is aim to know relation between mother knowledge and attitudet nutritional with toddler school pre age nutritional status in Sonorejo public health service area of Sukoharjo. The kind of research is quantitative research, with cross sectional approach. Population is all mothers who have toddler preschool age in Sonorejo public health service area of Sukoharjo with 151 persons. Sample are 52 respondents with taking sample with proposional random sampling technique. Intrument research is using knowledge questionaire and attitude questionaire about nutritional status. Measurement of nutritional status toddler is using NCHS. Measurement based on high / weight parameter of body based on Z score. Result data then is test with correlation kendall tau. Result of research shows 11 respondents ( 21,2%) has good, knowledge 18 respondents ( 34,6%) with fair knowledge, and 23 respondents ( 44,2%) with poor knowledge. 27 respondents ( 51,9%), has good attitude, 25 respondents ( 48,1%) with poor attitude . there are 44 toddler has normal nutritional status ( 84,6%), 4 toddler has less nutritional status ( 7,7%) and 4 toddler ( 7,7%) has over nutritional status. hypothesis test between mother knowledge about nutritional with nutritional status is obtained p = 0,727 ( p> 0,05), so Ho is received. Its means there is no relation between mother knowledge with toddler school pre age nutritional status. Hypothesis test relation between mother attitude with nutritional status is obtained p = 0,021 ( p< 0,05), so t Ho is rejected, its means there is a relation mother attitude with nutritional status at todlder pre school age in Sonorejo public health service area of Sukoharjo
Keyword : knowledge, attitude, nutritional status, mother, toddler
PENDAHULUAN Latar Belakang
Anak usia dibawah lima
tahun (Balita) merupakan kelompok yang rentan terhadap kesehatan dan gizi. Dampak kekurangan gizi yang paling ditakutkan adalah gagal tumbuh (growth faltering), terutama gagal tumbuh kembang otak (Ruby, 2005).
Berdasarkan Laporan Bulanan (LB) 3 gizi bulan Februari 2009 dan laporan bulan Maret 2009 di Dinas
Kesehatan Kabupaten Sukoharjo
kasus gizi kurang pada anak balita sebanyak 4,3 % dan kasus gizi buruk sebanyak 0,5%. Wilayah Kecamatan Sonorejo didapatkan 352 anak balita, 2 balita berstatus gizi buruk, 16 balita
gizi kurang, dan 258 balita berstatus gizi baik.
Penyebab munculnya kasus gizi buruk dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung, faktor langsung adalah konsumsi makanan yang tidak seimbang dan infeksi. Faktor tidak langsung adalah tingkat pengetahuan yang rendah tentang pentingnya pemeliharaan gizi sejak
masa bayi bahkan ibu hamil,
(Suhardjo, 2002).
Berdasarkan hasil studi
pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Oktober 2011 di Puskesmas Sonorejo yang diperoleh dari petugas kesehatan bahwa masih banyak ibu di desa Sororejo memiliki
kurang. Informasi tersebut diperkuat dengan adanya status gizi anak baik yang balita maupun yang masuk anak usia pra sekolah yang masuk dalam kelompok balita gizi kurang. Hasil wawancara terhadap 4 orang ibu yang mempunyai anak usia pra sekolah diperoleh informasi bahwa 3 orang ibu
menyatakan kurang memahami
mengenai pengetahuan tentang gizi yang baik bagi anak. Ibu tidak mengerti berapa ukuran yang tepat untuk asupan makan bagi anak usia pra sekolah. Sikap ibu dalam hal status gizi anak juga masih kurang, dimana ibu menyatakan asuapan makan pada anak disamakan dengan asupan makan orang dewasa dan hanya berbeda jumlah porsi untuk asupan anak.
Tujuan penelitian untuk
mengidentifikasi hubungan antara
pengetahuan dan sikap orang tua tentang gizi dalam meningkatkan status gizi anak usia pra sekolah.
TINJAUAN TEORI Pengetahuan gizi ibu
Pengetahuan gizi ibu adalah tingkat pengetahuan tentang bahan makanan, yang berhubungan dengan sumber-sumber zat gizi, pengetahuan yang kurang tentang makanan sehat akan menimbulkan anggapan bahwa makanan yang sehat adalah makanan yang mahal dan sulit didapatkan. Tingkat pengetahuan ibu banyak menentukan sikap dan ketrampilan dalam menghadapi berbagai masalah gizi karena ibu memiliki peran besar dalam keluarga antara lain: ibu yang mengatur pangan keluarga, mengatur menu keluarga, mengolah makanan
keluarga, dan mendistribusikan
makanan (Furqan, 2008).
Sikap ibu dalam pemenuhan status gizi anak
Menurut Soetjiningsih, (2002) Sikap ibu sangat penting memberikan
makanan yang baik kepada anak sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap ibu untuk dalam pemberian gizi kepada anak:
1. Tingkat pendapatan
Rendahnya pendapatan
merupakan salah satu penyebab orang-orang tak mampu membeli
pangan dalam jumlah yang
diperlukan. Rendahnya pendapatan
disebabkan oleh pengangguran.
(Proverawati, 2010).
2. Keadaan sosial budaya
Faktor budaya sangat
berperan dalam proses terjadinya masalah gizi di berbagai masyarakat dan negara. Unsur-unsur budaya
mampu menciptakan suatu
kebiasaan makan penduduk yang bertentangan dengan prinsip-prinsip
ilmu gizi. Berbagai budaya
memberikan peranan dan nilai yang berbeda-beda terhadap pangan atau makanan (Suhardjo, 2002).
3. Status Gizi anak Usia Pra Sekolah
a. Pengertian Gizi
WHO menterjemahkan
ilmu gizi sebagi ilmu yang mempelajari proses yang terjadi pada organisme hidup. Proses
tersebut mencangkup
pengambilan dan pengolahan zat padat dan cair dari makanan
yang diperlukan untuk
memelihara kehidupan dan
pertumbuhan. b. Status Gizi
Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada
masa emas ini bersifat
irreversible atau tidak dapat
dipulihkan. Sementara di
kartu Menuju Sehat (KMS) yang digunakan untuk memprediksi status gizi anak berdasarkan kurva KMS (Marimbi, 2010).
Menurut Depkes RI (2005) Parameter berat badan / tinggi badan
berdasarkan kategori Z-Score
diklasifikasikan menjadi 4 yaitu:
1) Gizi Buruk ( Sangat Kurang) : <-3 SD
2) Gizi Kurang (Kurang): -3SDs/d<-2SD
3) Gizi Baik (Normal): -2SDs/d+2SD
4) Gizi Lebih (Gemuk) : >+2SD
Peran Ibu Dalam Memenuhi
Kebutuhan Gizi Anak Pra Sekolah Ada hal yang sangat penting
bagi ibu untuk menanamkan
kebiasaan memilih bahan makanan yang baik pada usia ini. Dalam hal ini ibu harus bertindak sedemikian rupa untuk mengajak memakan bahan-bahan yang berfaedah dan menginsafi benar. bahwa jumlah bahan makanan yang diperlukan oleh seorang anak akan semakin bertambah, dengan bertambahnya usia (Moehji, 2009).
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian adalah
penelitian kuantitatif, dimana
rancangan penelitian yang dipakai
menggunakan pendekatan cross
sectional
Populasi dan Sampel
Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak usia Pra Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Sonorejo dengan jumlah 151 orang. sampel
penelitian adalah 52 responden
dengan teknik pengambilan sampel menggunakan proposional random sampling (Sugiyono, 2010).
Kriteria sampel
1. Ibu yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesma Sonorejo
2. Ibu memiliki anak usia pra sekolah
3. Bersedia menjadi responden
penelitian
4. Tidak mengalami penyakit infeksi
atau penyakit lainya yang
menganggu pertumbuhan
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah berupa kuesioner pengetahuan ibu tentang gizi, sikap ibu tentang gizi anak pra sekolah. Instrumen tentang
pengetahuan menggunakan skala
Guttman (Alimul, 2003).
Alat ukur untuk mengetahui sikap ibu tentang status gizi berupa kuesioner dengan 20 pertanyaan dengan menggunakan jawaban skala Likert (Alimul, 2003).
Pengukuran Status gizi pada
anak pra sekolah menggunakan
NCHS. Pengukuran berdasarkan
parameter berat badan/ tinggi badan berdasarkan kategori Z score. Hasil pengukuran status gizi dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
1. Gizi Kurang (Kurang): -3SDs/d<-2SD
2. Gizi Baik (Normal) : -2SDs/d+2SD 3. Gizi Lebih (Gemuk): >+2SD
Analisa Data
Analisa data menggunakan uji statistik korelasi non parametrik
yaitu uji Korelasi Kendall tau
dengan batas kemaknaan p 0,05.
HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden 1. Umur Ibu
Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur ibu
umur ibu Jumlah (%)
< 20 tahun 1 1,9
21-35 tahun 45 86,5
> 35 tahun 6 11,5
Tabel 1 menunjukkan terdapat Dasar pembagian umur mengacu pada BKKBN (2003) yaitu kelompok ibu risiko tinggi dalam hamil dan melahirkan yaitu umut kurang dari 20 tahun dan di atas 35 tahun, sementara risiko rendah dalam kehamilan dan melahirkan adalah rentang umur 21-35 tahun.
Pendidikan ibu
Tabel 2. Distribusi frekuensi
responden berdasarkan pendidikan ibu
responden berpendidikan SD (3,8%), 12 responden berpendidikan SMP (23,1%), 22 responden berpendidikan
SMA (42,3%), 8 responden
berpendidikan DIII (15,4%) dan 8 responden berpendidikan S1 (15,4%).
Pekerjaan ibu
Tabel 3. Distribusi frekuensi
responden berdasarkan pekerjaan ibu
Pekerjaan ibu Jumlah (%) responden bekerja sebagai pedagang (9,6%).
Pendapatan keluarga Tabel 4. Distribusi frekuensi
responden berdasarkan pekerjaan ibu
Pekerjaan ibu Jumlah (%)
<UMR 14 26.9
>UMR 38 73.1
Total 52 100,0
Pendapatan keluarga dihitung berdasarkan pendapatan ayah dan ibu yang kemudian dijumlah. Jumlah
pendapatan keluarga kemudian
dibandingkan dengan Upah Minum Regional (UMR) di Kabupaten Sukoharjo tahun 2011 sebesar Rp. 800.000, - pendapatan keluarga diatas Rp. 800.000,- masuk diatas UMR,
sedangkan pendapatan keluarga
dibawah Rp. 800.000,- masuk dalam kategori di bawah UMR. Tabel 8. Menunjukkan banyak responden
yang mempunyai pendapatan
keluarga diatas UMR.
Umur anak
Analisis univarite
Pengetahuan ibu tentang status gizi
Tabel 6. Distribusi frekuensi
responden menurut pengetahuan
tentang gizi
Pengetahuan Jumlah (%)
Baik 11 21,2
Cukup 18 34,6
Kurang 23 44,2
Total 52 100,0
Tabel 6 menunjukkan 11 responden mempunyai pengetahuan tentang gizi dalam kategori baik (21,2%), 18 responden dengan pengetahuan cukup (34,6%), dan 23 responden dengan pengetahuan yang kurang (44,2%).
Sikap ibu tentang status gizi Tabel 7. Distribusi frekuensi
responden menurut sikap tentang gizi
Sikap Jumlah (%)
Positif 27 51.9
Negatif 25 48.1
Total 52 100,0
Tabel 13 Sebanyak 27
responden mempunyai sikap baik (51,9%), 25 responden mempunyai sikap negatif (48,1%).
Status gizi anak
Tabel 8. Distribusi frekuensi anak berdasarkan status gizi
Status Gizi Jumlah (%)
Normal 44 84,6
kurang 4 7,7
Lebih 4 7,7
Total 52 100,0
Tabel 8 menunjukkan bahwa 44 anak responden memiliki status gizi kategori normal (84,6%), 4 anak dengan status gizi kurang (7,7%) dan 4 anak responden dengan status gizi lebih (7,7%).
Analisis bivariat
Hubungan antara pengetahuan ibu dengan status gizi anak
Tabel 9. Distribusi frekuensi responden dengan tingkat pengetahuan tentang status gizi dengan status gizi anak
Penge- tahuan
Status gizi
Total p* Keputusan
Normal Kurang Lebih
n % n % n % n %
Baik 9 17,30 0 0,00 2 3,80 11 21,20
0,727 Ho diterima
Cukup 16 30,80 1 1,90 1 1,90 18 34,60
Kurang 19 36,50 3 5,80 1 1,90 23 44,20
Total 44 84,60 4 7,70 4 7,70 52 100
8
Hasil uji hipotesis penelitian dengan uji korelasi Kendall tau menunjukkan nilai p = 0,727 (p> 0,05), sehingga keputusan yang diambildalam penelitian ini adalah Ho
diterima. Ho diterima memiliki arti
tidak ada hubungan tingkat
pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi pada anak usia pra sekolah di wilayah kerja Puskesmas
Sonorejo Kecamatan Sukoharjo
Kabupaten Sukoharjo.
Hubungan antara sikap ibu dengan status gizi anak
Tabel 10. Distribusi frekuensi responden dengan sikap ibu tentang status gizi dengan status gizi anak
wilayah kerja Puskesmas Sonorejo
Kecamatan Sukoharjo Kabupaten
Sukoharjo.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini diperoleh hasil status anak usia pra sekolah
dalam keadaan normal sebesar
84,6%. Pengetahuan ibu tentang gizi yang baik akan mempengaruhi cara berpikir ibu dalam memberikan asupan gizi yang baik yang akhirnya anak memilki status gizi normal. Menurut Notoadmojo (2003) bahwa
tingkat pengetahuan terdapat 6
tingkatan yaitu tahu, memahami,
aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi. Ibu yang tahu bahwa anak
dalam masa pertumbuhan dan
perkembangan sangat membutuhkan
asupan gizi secara baik. Ibu
memahami jenis asupan makan yang baik bagi anak, dan mengaplikasikan
dalam memberikan asupan gizi
kepada anak sehingga anak
mendapatkan status gizi secara
normal.
Namun dari pendapat
Notoadmojo (2003) berbeda dengan hasil penelitian ini, dimana masih terdapat 44,2% responden memilki pengetahuan tentang status gizi yang kurang, namun terdapat 21,2% responden dengan pengetahuan tentang gizi dalam kategori baik. Dari
21,2% responden dengan
pengetahuan baik, 17,30% dengan status gizi anak yang normal. Kondisi ini menggambarkan bahwa status gizi anak tidak hanya dipengaruhi oleh factor pengetahuan saja. Terdapat
faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi status gizi anak adalah usia responden.
Hasil penelitian mengenai usia
responden menunjukkan banyak
responden berumur antara 21 sampai 35 tahun sebanyak 86,5%. Soekanto (2002) menyatakan bahwa umur
mempengaruhi pengetahuan
seseorang. Semakin dewasa usia
maka tingkat kemampuan dan
kematangan dalam berpikir dan
dibandingkan dengan umur yang masih muda atau belum dewasa. Banyaknya umur responden antara 21 sampai 35 tahun dapat dikaitkan
adanya kemampuan dalam
memberikan gizi yang baik kapada anaknya dengan dasar pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya dalam memenuhi asupan gizi bagi anaknya.
Faktor lain yang
mempangaruhi responden tentang
status gizi anak adalah tingkat
pendidikan. Hasil penelitian
menunjukkan banyak responden
berpendidikan SMA sebesar 42,3%. Undang-undang Nomor 33 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa tingkat
pendidikan wajib belajar adalah 9 tahun yang meliputi pendidikan SD selama 6 tahun dan pendidikan SMP
selama 3 tahun. Ditinjau dari
tingkatkan pendidikan terdapat
tingkatan yaitu pendidikan pra
sekolah, SD dan SLTP adalah
pendidikan dasar, SLTA dan sederajat
adalah pendidikan menengah,
sedangkan pendidikan tinggi adalah DI, DII, DIII, Sarjana dan seterusnya
adalah pendidikan lanjutan.
Responden dengan pendidikan SMA sudah dianggap dapat menerima dari
berbagai informasi pengetahuan
tentang gizi baik dari pelajaran sekolah ataupun dari sumber lain
seperti televisi, radio, majalah
kesehatan, penyuluhan dari petugas
kesehatan pada saat kegiatan
posyandu. Adanya informasi
kesehatan tentang gizi dapat
menambah pengetahuan responden
yang pada akhirnya dapat
memberikan asupan gizi yang terbaik pada anak.
Faktor pekerjaan juga ikut mempengaruhi responden tentang
status gizi. hasil penelitian
menunjukkan banyak sebagai ibu rumah tangga (IRT) sebanyak 34,6%.
Banyaknya responden sebagai IRT
adalah suatu kesempatan bagi
responden untuk dapat lebih
mempunyai kesempatan dalam
mengasuh, mendidik anak dan dapat lebih mengontrol dalam asupan gizi yang baik agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara normal.
Tingkat pendapatan keluarga dapat mempengaruhi status gizi anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mayoritas responden memiliki
pendapatan lebih dari UMR sebanyak 73,1%. Tingginya UMR ini adalah hasil penjumlahan dari pendapatan suami dengan pendapatan responden.
Pendapatan keluarga dapat
mempengaruhi bagaimana
memberikan asupan gizi yang baik, termasuk jumlah, kandungan gizi makanan dan variasi makanan serta pemberian asupan tambahan lain agar
anak tidak merasa bosan.
Sulistyoningsih (2011) faktor sosial ekonomi yang cukup dominan dalam
mempengaruhi konsumsi pangan
adalah pendapatan keluarga dan
harga. Meningkatnya pendapatan
akan meningkatkan peluang untuk membeli pangan dengan kuantitas
dan kualitas yang lebih baik
sebaliknya penurunan pendapatan akan menyebabkan menurunnya daya beli pangan baik secara kualitas maupun kuantitas.
Faktor lainya yang
berpengaruh adalah pola asuh anak,
dimana dari hasil penelitian
didapatkan sebanyak 23 (44.2%) anak diasuh oleh ibu. Pola asuh anak yang langsung ditangani oleh ibu akan lebih cenderung ditangani lebih baik dari pada anak diasuh oleh orang lain seperti pengasuh. Hal ini karena ibu
merasa bahwa anaknya harus
mendapat perhatian yang baik
termasuk dalam asupan gizi yang baik.
yang menyatakan bahwa ibu rumah tangga lebih memiliki waktu yang cukup untuk memberikan pola makan yang baik kepada anak. Pola makan
yang baik pada anak akan
membentuk status gizi yang baik pula pada anak.
Hasil penelitian mengenai
sikap responden tentang status gizi menunjukkan 51,9% bersikap positif banyak yang menjadikan anak dengan
status gizi normal. Menurut
Notoatmodjo (2007) sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau obyek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit). Sikap
yang positif dipengaruhi oleh
pengetahuan yang baik, sehingga akan mempengaruhi sikap responden dalam memberikan asupan makanan yang seimbang kepada anaknya. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 25 responden dengan sikap positif, dengan anak responden memiliki status gizi yang baik. Sulistyoningsih (2011) sikap ibu sangat penting memberikan makanan yang baik kepada anak sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Hasil ini menunjukkan bahwa status gizi anak tidak hanya dipengaruhi oleh sikap ibu. Hal yang sama dari hasil penelitian adalah bahwa sikap yang
baik pada responden dapat
berdampak pada status gizi anak. Terdapat 25 responden dengan sikap baik menjadikan status gizi anak menjadi normal.
Purwanto (2002) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan hal yang dapat mempengaruhi sikap atau perilaku seseorang yang disertai
kecenderungan untuk bertindak
sesuai dengan objek tersebut, artinya pengetahuan responden yang baik dapat mempengaruhi sikap dalam hal pemberian asupan gizi anak. Semakin
baik pengetahuan tentang gizi,
semakin baik sikap ibu dalam
memberikan asupan gizi.
Pengetahuan yang baik pada
responden tidak terlepas dari
pendidikan yang telah dicapai oleh responden. Adanya pendidikan yang baik yaitu mayoritas tingkat SMA menjadikan pengetahuan tentang gizi menjadi baik dan mempengaruhi sikap dalam hal status gizi.
Faktor lain dalam
mempengaruhi sikap tentang gizi
adalah pendapatan. Pendapatan
responden yang banyak di atas upah minimum regional daerah Sukoharjo
menjadikan responden memiliki
kesempatan yang lebih banyak dalam memilih jenis makanan yang akan
dibeli sebelum diberikan kepada
anaknya. Sikap positif akan
berdampak pada tingkat status gizi anak yang baik. Sikap yang positif tercermin dalam hal pembelian jenis makanan, jumlah atau porsi yang diberikan kepada anak. Farida (2004)
menyatakan pola makan adalah
susunan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Pola makan pada anak sebagai akibat sikap dan perilaku orang tua yang baik akan menjadikan anak tetap terjaga pada kondisi badan untuk tetap memiliki status gizi yang baik. Sikap yang negatif akan mempengaruhi pola makan yang buruk yaitu pola makan
berlebihan (binge-eating disorder)
menyebabkan kegemukan atau
obesitas.
Pola asuh yang diterima anak juga dapat mempengaruhi status gizi. hasil penelitian menunjukkan 44,2% diasuh oleh ibu. Ibu dalam mengasuh anak akan melakukan pemberian asupan makan yang menjadikan asupan gizi menjadi normal. Pola pengasuhan anak adalah perilaku yang dipraktekkan oleh pengasuh
(ibu, bapak, nenek, keluarga,
pengasuh) dalam memberikan
stimulasi, serta dukungan emosional
yang dibutuhkan anak untuk
pertumbuhan dan perkembangan
(Husaini, 2009).
Hasil penelitian mengenai
sikap menunjukkan ada hubungan atara sikap ibu tentang status gizi dengan status gizi anak. Menurut Notoadmojo (2003) bahwa sikap
seseorang yang baik akan
mempengaruhi cara berperilaku,
termasuk sikap responden dalam masalah status gizi anak. Sikap ibu yang positif akan lebih mempertatikan masalah asupan makan yang akan diberikan kepada anak sedemikan hingga anak memiliki status gizi normal.
Sikap positif responden
tercermin dari distribusi frekuensi ibu
dengan status gizi anak. Data
menunjukkan sikap positif sebanyak 51,9% sedangkan anak dengan status
gizi normal sebannyak 48,1%.
Gambaran distribusi tersebut dapat diartikan bahwa sikap ibu sudah lebih banyak yang bersikap positif. Sikap
positif diwujudkan dengan sikap
kehati-hatian dalam memilih makanan sebelum diberikan kepada anak, sehingga anak dalam memenuhi
kebutuhan gizi sudah dalam
pengawasan yang baik dari ibu. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa secara statitik bahwa
tidak ada hubungan antara
pengetahuan ibu dengan status gizi anak usia prasekolah, tetapi ada hubungan sikap ibu dengan status gizi anak usia prasekolah. Keadaan ini menunjukkan bahwa tidak cukup kuat
faktor pengetahuan ibu untuk
menjadikan status gizi anak selalu dalam kondisi normal. Sedangkan kurangnya pengetahuan yang kurang tidak selalu berbanding lurus dengan sikap yang negatif. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa meskipun
responden memiliki pengetahuan
yang kurang, namun responden
berusaha mempunyai sikap positif didalam upaya memberikan asupan gizi yang baik hingga anak tetap dalam gizi yang normal. Adanya hubungan antara sikap dan status gizi dengan tingkat hubungan yang lemah menunjukkan adanya faktor lain yang dapat mempengaruhi status gizi anak pra sekolah seperti prasangka buruk terhadap makanan tertentu atau jarak kelahiran yang terlalu rapat (Marimbi, 2010).
Hasil penelitian ini juga
berbeda dari pendapat Suhardjo
(2002), yang menyatakan bahwa dalam penyediaan makanan keluarga dalam hal ini dilakukan oleh seorang ibu, banyak yang tidak memanfaatkan bahan makanan yang bergizi, hal ini disebabkan salah satunya karena kurangnya pengetahuan akan bahan makanan yang bergizi dan kwantum
makanan yang dipilih untuk
dikonsumsinya. Ibu yang tidak
mempunyai cukup pengetahuan gizi, akan memilih makanan yang paling
menarik pancaindera, dan tidak
mengadakan pilihan berdasarkan nilai gizi makanan. Sebaliknya mereka yang semakin banyak pengetahuan
gizinya, lebih mempergunakan
pertimbangan rasional dan
pengetahuan tentang gizi makanan tersebut.
Simpulan
1. Banyak responden yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang status gizi
2. Banyak responden yang memiliki sikap positif tentang status gizi 3. Status gizi pada anak usia pra
sekolah di wilayah kerja
Puskesmas Sonorejo Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo
banyak yang memiliki status
normal.
4. Tidak ada hubungan tingkat
sekolah di wilayah kerja Puskesmas Sonorejo Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo. 5. Ada hubungan sikap ibu tentang
gizi dengan status gizi pada anak usia pra sekolah di wilayah kerja Puskesmas Sonorejo Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo.
Saran
1. Bagi Puskesmas
Diharapkan petugas kesehatan Puskesmas untuk meningkatkan
pengetahuan gizi masyarakat
khususnya ibu balita, dengan cara
menambah frekuensi kegiatan
penyuluhan di posyandu, PKK dan tempat perkumpulan ibu-ibu lainnya, karena wilayah kerja Puskesmas Sonorejo Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo ibu masih memiliki pengetahuan tentang gizi yang kurang dan
masih terdapat anak dengan
status gizi kurang 2. Bagi Peneliti Lain
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi dengan cakupan yang lebih luas seperti budaya, penyakit-penyakit yang mempengaruhi tumbuh kembang anak, tempat tinggal, jarak
kelahiran anak, sehingga
diperoleh hasil penelitian yang lebih variatif.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul,A.H 2003. Riset Keperawatan. Teknik dan Penulisan Ilmiah. Edisi pertama Jakarta:
Penggunaan KMS Balita. Jakarta pengantar Farida Baliwati, Yayuk dkk. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Swadaya, Jakarta
Furqon, Mohammad. 2008.
Pentingnya Pengetahuan Gizi
Bagi Ibu.
(http://www.peduligizi.com diakses tanggal 10 November 2011).
Husaini, M. (2009), Psikologi Ibu dan
Anak Untuk Kebidanan.
Jakarta : Salemba Medika
Marimbi, H. 2010.Tumbuh Kembang Status Gizi dan Imunisasi Dasar Pada Balita. Yogyakarta. Nuha Medika
Moehji, S. 2009. Penangulangan Gizi Buruk. Edisi Ilmu Gizi 2. Jakarta. Papas Sinar Sinanti.
Notoatmodjo S. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Notoatmodjo S. 2007. Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
Kesehatan. Nuha Medika: Yogyakarta.
Purwanto, M.N. 2002. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Edisi
Kedua. Bandung : PT
Remaja Rosda Karya.
Ruby M 2005. "Otak Kosong" Melanda Indonesia:
http://www.kompas.com/kom
pas-cetak/0505/30/opini/1779485. htm
Soedjiningsih. 2002. Tumbuh
Kembang Anak. EGC. Jakarta
Sugiyono.2010, Statistika untuk
Penelitian, Bandung: Alfabeta
Suhardjo, 2002. Perencanaan Pangan dan Gizi. Bumi Aksara, Jakarta
Sukanto, S. 2002. Sosial Budaya Dasar. Jakarta: Raja Rafindo Persada.
Sulistyoningsih, Hariyani. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. PT Graha Ilmu: Yogyakarta.
Ardian Priyo Setiaji: mahasiswa S-1
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Irdawati, S.Kep., Ns., M.Si, Med: Staff Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.