• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Performance pada Atlet Basket Pimnad di Bandung (Suatu Penelitian dalam Bidang Kajian Psikologi Olahraga).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Performance pada Atlet Basket Pimnad di Bandung (Suatu Penelitian dalam Bidang Kajian Psikologi Olahraga)."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

This study was carried out aimed to see whether there is a relationship between emotional intelligence and peak performance in athletes basketball PIMNAD in Bandung . The sample in this study twenty-five people .

According to Daniel Goleman, there are five aspects of emotional intelligence is recognizing emotions, managing emotions, motivating oneself, recognize emotions in others ( empathy ), building relationships with other people. Measuring instruments used to measure emotional intelligence is emotional intelligence questionnaire made by the researcher based on the theory of Daniel Goleman in 2001. Based on test validity and reliability using the Pearson formula using Cronbach alpha formula , obtained 29 items were received with validity ranging from .300 to .629 and reliability 0.712 . Measuring tool to see the performance is to use a scoring sheet to see the value of total efficiency PIMNAD athlete basketball for two seasons PBL ( Premier Basketball League )

From the results of the study found 56 % of respondents have a high emotional intelligence , 44 % of respondents have a low emotional intelligence , as well as 56 % of respondents had a high performance and 44 % of respondents have a lower performance . The data was then processed using the Pearson formula , and obtained the correlation coefficient negative between emotional intelligence and peak performance is -0141 , the error level of 5 % . This shows there is no relationship between emotional intelligence and performance in athletes basketball PIMNAD in Bandung .

(2)

ix Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... ii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR BAGAN... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 11

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11

1.3.1 Maksud Penelitian ... 11

1.3.2 Tujuan Penelitian... 11

1.4 Kegunaan Penelitian ... 11

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 11

1.4.2 Kegunaan Praktis... 12

1.5 Kerangka Pemikiran ... 12

(3)

1.7 Hipotesis ... 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 23

2.1 Teori Kecerdasan Emosional... 23

2.1.1 Latar Belakang Lahirnya Teori Kecerdasan Emosional ... 23

2.1.2 Definisi Kecerdasan Emosional ... 24

2.1.2.1 Pengertian Emosi ... 24

2.1.2.2 Pengertian Kecerdasan Emosional... 25

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional ... 38

2.1.4 Peranan Kecerdasan Emosional ... 39

2.2 Pengertian dan Batasan Psikologi Olahraga ... 40

2.3 Teori Performance ... 42

2.2.1 Pengertian Performance ... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 45

3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 45

3.2 Bagan Rancangan Penelitian ... 45

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 46

3.3.1 Variabel Penelitian ... 46

3.3.2 Definisi Operasional ... 46

3.4 Alat Ukur ... 48

3.4.1 Alat Ukur Kecerdasan Emosional ... 48

(4)

xi Universitas Kristen Maranatha

3.4.1.2 Sistem Penilaian ... 50

3.4.2 Alat Ukur Performance ... 51

3.4.2.1 Sistem Penilaian ... 51

3.4.2.2 Kisi-kisi Alat Ukur Performance ... 52

3.4.3 Data Pribadi dan Data Penunjang... 53

3.4.3.1 Data Pribadi ... 53

3.4.3.2 Data Penunjang ... 53

3.4.4 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 54

3.4.4.1 Uji Validitas Alat Ukur ... 54

3.4.4.2 Uji Reliabitas Alat Ukur ... 54

3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 56

3.5.1 Populasi Sasaran ... 56

3.5.2 Karakteristik Populasi... 56

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel ... 56

3.6 Teknik Analisis Data ... 56

3.6.1 Analisis Korelasi ... 56

3.7 Hipotesis Statistik ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59

4.1 Gambaran Responden ... 59

(5)

4.2.2 Gambaran Korelasi Aspek Kecerdasan Emosional Dan

Performance ... 61

4.3 Pembahasan ... 66

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 71

5.1 Simpulan ... 71

5.2 Saran ... 71

5.2.1 Saran Teoritis ... 72

5.2.2 Saran Guna Laksana ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(6)

xiii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Alat Ukur Kecerdasan Emosional ... 49

Tabel 3.2 Sistem Penilaian Kuesioner Kecerdasan Emosional ... 50

Tabel 3.3 Kisi-kisi Alat Ukur Performance ... 52

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 59

Tabel 4.2.1 Gambaran Hubungan Kecerdasan Emosional Dan Performance... 60

Tabel 4.3 Korelasi Antara Mengenali Emosi Diri Sendiri Dengan Performance... 61

Tabel 4.4 Korelasi Antara Mengelola Emosi Diri Sendiri Dengan Performance... 62

Tabel 4.5 Korelasi Antara Memotivasi Diri Sendiri Dengan Performance... 63

Tabel 4.6 Korelasi Antara Mengenali Emosi Orang Lain Dengan Performance... 64

(7)

DAFTAR BAGAN

(8)

1 Universitas Kristen Maranatha PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Prestasi yang tinggi tidak dapat diraih tanpa usaha dan kerja keras. Pandangan tersebut berlaku dalam semua aspek kehidupan, termasuk olahraga. Olahraga merupakan suatu kegiatan yang melibatkan fisik dan mental individu, yang dilakukan untuk menjaga kesehatan atau untuk mengisi waktu luang. Menurut Wann (1996), olahraga adalah kegiatan yang melibatkan kekuatan, kemahiran, kompetisi, strategi, dan atau kesempatan yang bertujuan untuk mendapatkan kesenangan, kepuasan, dan atau penghasilan.

Bagi seorang atlet, olahraga tidak hanya untuk memenuhi waktu luang atau sekedar menjaga kesehatan tubuhnya, tetapi sudah menjadi suatu profesi yang ditekuni sesuai dengan keahlian bakat sehingga memiliki tuntutan untuk berprestasi. Oleh karena itu, atlet harus melakukan kegiatan rutin berupa latihan fisik dan keterampilan olahraga yang ditekuni dengan tujuan meraih prestasi yang dapat dibanggakan atau memperoleh pendapatan dalam bentuk uang atau bentuk lain yang didasarkan atas kemahiran berolahraga.

(9)

dengan lainnya, karena setiap atlet memiliki bakat masing-masing. Bakat yang dimiliki atlet secara individual inilah yang sesungguhnya layak untuk memperoleh perhatian secara khusus agar atlet dapat memanfaatkan potensi-potensinya yang ada secara optimal. Jadi, setiap atlet memiliki ciri khas masing-masing dan tidak bisa dilakukan penyamarataan dalam melakukan pendekatan terhadap atlet. Hal-hal seperti inilah yang perlu dipahami oleh para pembina dan pelatih dalam membina para atletnya, karena justru keunikan merekalah yang membuat mereka mampu berpenampilan baik. (Satiadarma, 2000)

Di bidang olahraga profesional banyak faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian performa yang baik, tidak terbatas hanya pada atlet saja tetapi terdapat pula aspek pelatih dan lingkungan. Pelatih harus dibedakan dari sekedar instruktur, karena pelatih tidak hanya mengajarkan atlet untuk melakukan gerakan-gerakan olahraga tertentu, tetapi juga mendidik atlet untuk berespon tepat dalam bertingkah laku di dalam dan di luar gelanggang olahraga. Lingkungan tidak terbatas pada lingkungan fisik semata-mata tetapi juga lingkungan sosial masyarakat, termasuk di dalamnya lingkungan kehidupan tempat tinggal atlet tersebut. Disamping itu yang terpenting olahraga dipandang sebagai perilaku gerak manusia yang universal, tidak hanya pada tujuan fisik semata namun juga terdapat aspek psikis. Faktor psikis mencakup motivasi, emosi, percaya diri, disiplin, kecemasan, ketegangan, pembinaan kelompok dan interaksi sosial. (Satiadarma, 2000)

(10)

Universitas Kristen Maranatha Mens Cristian Association (YMCA) Springfield, Massachusets, Amerika Serikat pada tahun 1891. Bola Basket adalah olahraga beregu yang terdiri atas satu tim yang beranggotakan lima orang untuk mencetak poin dengan memasukkan bola ke dalam keranjang lawan. Secara garis besar permainan bola basket dilakukan dengan mempergunakan tiga teknik yang menjadi pokok permainan, yakni mengoper dan menangkap bola (passing dan catching), menggiring bola (dribbling) serta menembak (shooting). Bola Basket di Indonesia pertama kali dikenal di kota Yogyakarta dan Solo, tepatnya pada September 1948. Saat diselenggarakan Pekan Olah Raga Nasional (PON) pertama di kota Solo. (http://de-kill.blogspot.com/2009/04/sejarah-permainan-basket.html )

Dalam perjalanan waktu, olahraga basket berkembang menjadi professional, membuka peluang para atlet yang memilih untuk menekuni olahraga ini memperoleh penghasilan. Guna menunjang profesionalitasnya itu, seluruh atlet basket harus mengikuti latihan rutin dan teknis yang terprogram sedemikian rupa dibawah supervise pelatih yang handal. Untuk menunjang pencapaian target yang dicanangkan, seorang pebasket biasanya akan direkrut dan tergabung ke dalam klub. Salah satunya adalah Klub Basket PIMNAD (Passion Integrity

Magnefiction Nangro Aceh Darussalam) berdiri tahun 1995, saat ini dipimpin

(11)

ini terhenti. Setelah sendi-sendi kehidupan masyarakat Aceh berangsur-angsur pulih, PERBASI (Persatuan Bolabasket Indonesia) mengadakan penggalangan dana dengan cara mengadakan pertandingan All Star tim basket Nasional yang bertajuk IBL CARE di Aceh. Dana yang terhimpun diserahkan kepada Pengcab PERBASI Aceh untuk pembangunan kembali struktur masyarakat Aceh yang terkena dampak tsunami.

Itulah awal mula kebangkitan olahraga bola basket di Aceh, semangat yang sempat padam pada para pemain-pemain Aceh mulai menyala kembali, akhirnya mereka mulai berlatih dan aktif bermain basket. Awal tahun 2001 Bandung dijadikan home base karena di Nangro Aceh Darussalam (NAD) belum ada fasilitas indoor yang memenuhi standar. Selain itu, di Bandung lebih mudah memperoleh lawan tanding, juga para atlet dapat melanjutkan pendidikan yang lebih baik.

(12)

Universitas Kristen Maranatha Aceh Darussalam. Saat PON berlangsung, PIMNAD mendapat dukungan dari pemerintah Propinsi Aceh baik moril maupun materil berupa dana pendamping yang digunakan secara maksimal dan profesional demi kelancaran kompetisi.

PIMNAD memiliki tujuan menjadikan para atlet sebagai individu seutuhnya, dalam arti bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berhasil dalam bidang pendidikan formal dan berprestasi dalam olah raga sehingga menjadikan atlet sebagai individu yang mandiri. Seiring dengan kemajuan PIMNAD kendala mulai dirasakan baik yang berasal dari pimpinan/pelatih maupun dari internal para atlet sendiri.

(13)

apabila ada atlet yang melakukan kesalahan, pimpinan tidak sungkan membentak di depan orang banyak, bahkan untuk melakukan sanksi fisik. Pimpinan juga mempunyai prinsip yang lebih ditekankan pada hasil ahir (output) bukan pada proses permainan, ini juga kerap menjadi kendala yang berarti. Hal ini sesuai dengan pendapat Sherif (1965) bahwa manusia dalam berinteraksi dengan manusia lain selalu berhubungan dan dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Dalam kegiatan olahraga, interaksi yang terjadi adalah antara atlet dengan pelatihnya dan antara atlet dengan angota tim lainnya yang dapat menimbulkan dampak psikologis tertentu.

Menurut Dr. Lukman Hasibuan, penghargaan dan sanksi kerap diberikan pada setiap kegiatan baik saat latihan maupun kompetisi. Bila tim berhasil memenangkan kompetisi, pimpinan akan memberikan penghargaan berupa pujian maupun hadiah berupa materi. Sebaliknya bila atlet melakukan kesalahan, pimpinan langsung memberikan sanksi pada yang bersangkutan. Para atlet beranggapan hal ini pantas dilakukan untuk perbaikan selanjutnya sebatas yang diberikan tidak berlebihan.

(14)

Universitas Kristen Maranatha pimpinan/pelatih dengan baik dan benar, maka akan aman. B juga mengungkapkan teguran yang keras dari pimpinan justru membuat B tergugah semangat dan bertekad memberikan performa yang baik untuk pertandingan selanjutnya, sedangkan C berkeinginan mengundurkan dari PIMNAD karena ingin fokus kuliah dan merasa tertekan oleh gaya kepemimpinan serta merasa tersaingi oleh rekan-rekannya yang ada di PIMNAD. Berdasarkan uraian di atas adanya tingkat penurunan permainan dan kualitas para atlet, serta adanya tingkat pengunduran diri atlet seiring berjalannya waktu. Hal ini tentu saja sangat merugikan bagi klub basket PIMNAD.

Terlepas berbagai masalah yang dihadapi para pemain, mereka harus tetap bersikap profesional dan berusaha menciptakan relasi tim yang positif yang membutuhkan kecerdasan emosional (Goleman, 2001) yaitu kemampuan keadaan jiwa seseorang untuk dapat memotivasi diri sendiri, bertahan dalam menghadapi kegagalan, mampu mengendalikan emosi dan menunda kepuasan serta dapat mengatur keseimbangan psikologis. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati dengan orang lain.

(15)

Salovey (dalam Goleman, 2001) memrakarsai empat area utama dalam kecerdasan emosional, tapi Goleman mengembangkannya menjadi lima area, yaitu emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain (empati) dan membina hubungan (keterampilan sosial). Kecerdasan emosional ini terlihat melalui bagaimana seseorang mampu untuk memberikan kesan yang baik tentang dirinya, mampu mengungkapkan dengan baik emosinya sendiri, berusaha menyetarakan diri dengan lingkungan, dapat mengendalikan perasaan dan mampu mengungkapkan reaksi emosi sesuai dengan waktu dan kondisi yang ada sehingga interaksi dengan orang lain dapat terjalin dengan lancar dan efektif. Oleh karena itu hendaknya sebagai seorang pemimpin dapat meningkatkan semangat dan membimbing atletnya dengan sebaik mungkin, juga harus dapat menyatukan seluruh anggota sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh. Demikian pula sebagai pemain PIMNAD mereka berupaya untuk mengenali dan mengelola emosi disaat pertandingan, memotivasi diri, berempati dan membina hubungan dengan sesama tim dan pelatih juga harus berkoordinasi dengan rekan tim. Pada prinsipnya apa yang diharapkan oleh pimpinan maupun para pemain adalah sama, yaitu sukses dalam basket juga sukses dalam pendidikan yang berlandaskan nilai keagamaan yang kuat dan rukun dalam kehidupan walaupun mereka berasal dari berbagai suku yang berbeda.

(16)

Universitas Kristen Maranatha untuk mencapai tujuan juga dapat memiliki hubungan yang baik dengan orang lain. Berdasarkan uraian diatas bahwa individu yang berolahraga secara teratur sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan juga memiliki kecerdasan emosi yang baik akan berdampak positif dalam kehidupannya.

Kemampuan untuk mengelola emosi dapat memberikan pengaruh terhadap

performance seorang atlet. Pada saat atlet basket PIMNAD mengalami kekalahan

dalam kompetisi, sanksi berupa teguran dari pimpinan dan pelatih terkadang mendapat tanggapan yang berbeda. Beberapa atlet mampu mengelola emosi dengan baik sehingga dapat menerima teguran tersebut untuk kemajuan pada saat kompetisi berikutnya, sedangkan atlet yang tidak mampu mengelola emosi dengan baik akan mengalami penurunan kepercayaan sehingga tidak mampu untuk bangkit kembali.

Menurut Orlick (dalam Satiadarma, 2000:159), performance adalah suatu kondisi optimal yang dimiliki seorang atlet saat melakukan segala bentuk kegiatan olahraganya, seperti pelaksanaan tugas yang teramati, tertentu dan jelas ketika pertandingan berlangsung. Dalam suatu pertandingan, aktivitas dan tugas yang dilaksanakan oleh seorang atlet adalah menerapkan seluruh teknik dan taktik permainan dalam olahraga basket, ke dalam permainan yang sedang dilakukan. Dengan melihat teknik dan taktik yang dilakukan seperti: field goals, three-points,

free throws, rebounds, assists, turnovers, steals, blocks, fouls dan points, dapat

(17)

Aktivitas yang dilakukan dalam suatu pertandingan tentu saja dengan mempertimbangkan keseluruhan jalannya pertandingan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa baik atau buruknya seorang atlet bermain dalam suatu pertandingan dengan melihat proses yang ia jalani selama pertandingan. Oleh karena itu, kita tidak dapat menilai baik atau buruknya tampilan seorang atlet dalam suatu pertandingan hanya dari kemenangan atau kekalahan yang dialaminya.

(18)

Universitas Kristen Maranatha 1.2 Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan performance pada atlet basket PIMNAD di Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud

Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai hubungan antara kecerdasan emosional dan performance pada atlet basket PIMNAD di Bandung.

1.3.2 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah melihat ada tidaknya hubungan antara kecerdasan emosional dengan performance pada atlet basket PIMNAD di Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

• Penelitian ini diharapkan mampu menjadi kajian dalam bidang Psikologi,

terutama Psikologi Olahraga sebagai pengembangan literatur tentang hubungan kecerdasan emosional dengan performance bola basket.

• Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti lain

(19)

dikembangkannya penelitian yang berhubungan dengan kecerdasan emosional dan performance pada atlet basket.

1.4.2 Kegunaan Praktis

• Memberikan informasi kepada atlet, pelatih, dan klub basket mengenai

hubungan kecerdasan emosional dan performance atlet basket.

• Memberikan informasi kepada pelatih PIMNAD sehingga dapat menjadi bahan

evaluatif bagi setiap atlet basket untuk memahami kecerdasan emosional dan

performance yang dimiliki pada setiap atlet, sehingga dapat meningkatkan

kemajuan tim dan mengembangkan diri menjadi lebih baik.

1.5 Kerangka Pemikiran

(20)

Universitas Kristen Maranatha perilaku sehingga menyebabkan perbedaan dalam teknik berlatih. Demikian pula halnya dengan pimpinan PIMNAD yang memiliki sikap otoriter, sehingga beliau menetapkan aturan baku yang harus dipatuhi oleh setiap atlet basket PIMNAD. Aturan-aturan itu diantaranya: bangun diharuskan jam 5 subuh, lalu melaksanakan pekerjaan rumah, seperti membereskan kamar, mencuci dan menyiapkan sarapan. Itu semua dilakukan setiap hari dan bergantian sesuai dengan jadwal piket yang sudah dibuat. Setiap Jumat para atlet melakukan mengaji bersama, setelah itu dilanjutkan diskusi tentang basket. Setiap Sabtu para atlet diperbolehkan untuk ber-malam minggu, tetapi maksimal pulang jam 10 malam. Di atas jam itu, mereka diberi hukuman lari keliling komplek 3 putaran. Teknis dan pola permainan juga sudah ditentukan oleh pimpinan, sehingga kerap menjadikan para atlet sulit untuk ber-improvisasi pada saat di lapangan. Ketika bertanding pun, apabila ada atlet yang melakukan kesalahan, pimpinan tidak sungkan untuk membentak di depan orang banyak, bahkan untuk melakukan sanksi fisik. Pimpinan juga mempunyai prinsip yang lebih ditekankan pada hasil ahir (output) bukan pada proses permainan, ini juga kerap menjadi kendala yang berarti.

(21)

emosional Goleman (2001:57) yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, serta membina hubungan. Kelima aspek tersebut dapat digunakan untuk membentuk kehidupan yang lebih baik dengan mendayagunakan segala bentuk emosi untuk bisa mencapai tujuan serta kesuksesan dalam studi dan karier bagi para atlet basket PIMNAD.

Aspek yang pertama adalah mengenali emosi diri. Mengenali emosi diri berarti atlet basket PIMNAD diharapkan untuk mampu menyadari dan mengenali perasaannya sewaktu perasaan itu terjadi atau muncul. Dengan kesadaran mengenai perasaan tersebut, atlet diharapkan mampu menguasai perasaannya dan penyebab emosi ketika sedang merasa tertekan dengan segala tuntutan dari lingkungan, dan dapat mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan masalahnya. Pada atlet basket PIMNAD, ketika mengalami kekalahan pada kompetisi dan mendapat sanksi berupa teguran dari pimpinan, para atlet berusaha untuk memahami dan menyadari bahwa kejadian tersebut adalah kesalahan mereka dan berusaha untuk memperbaikinya.

(22)

Universitas Kristen Maranatha tuntutan yang diberikan lingkungan. Mereka yang dapat mengelola emosi dengan baik, dapat kembali dengan cepat dari kejatuhan dan berusaha memberikan hasil yang terbaik lagi pada pertandingan selanjutnya.

Aspek ketiga adalah memotivasi diri. Meregulasi emosi diri atau memanfaatkan emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang erat hubungannya dengan memotivasi diri. Atlet basket PIMNAD menggunakan emosi dalam diri sebagai sarana untuk mencapai tujuan dan berkarya sehingga diharapkan para atlet basket PIMNAD mampu menggunakan emosi yang terjadi dalam dirinya untuk meningkatkan kualitas permainannya. Dengan adanya kemampuan tersebut, maka hal-hal emosional yang terjadi dalam diri para atlet basket tidak mengganggu kinerja maupun masalah pergaulannya dengan orang-orang di sekitarnya, mereka lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan. Menggunakan emosi sebagai sarana untuk mencapai tujuan dapat digunakan para atlet basket untuk menciptakan kedisiplinan, mampu bersikap lebih konsisten dalam berlatih dan memunculkan optimisme yang tinggi baik dalam diri sendiri maupun dalam satu tim untuk mencapai kemenangan atau keberhasilan dalam pertandingan.

(23)

dalam lingkungannya yaitu perasaan sesama pemain, pelatih maupun pemimpin mereka juga orang-orang yang ada disekitar mereka. Mengenali emosi orang lain akan memunculkan tingkah laku yang mengarah pada kepedulian serta menanggapi akan kebutuhan sesama atlet basket maupun lingkungannya secara tepat. Para atlet yang memiliki sifat empati akan jauh lebih mampu memahami isyarat akan apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang di sekitarnya.

Aspek yang terakhir adalah membina hubungan. Kemampuan membina dengan orang lain berarti para atlet basket PIMNAD mampu menciptakan relasi timbal balik serta komunikasi yang efektif, mampu bersikap cermat dalam membaca situasi sosial di sekitarnya, mampu berinteraksi dengan baik dan lancar dengan setiap kalangan, serta mampu bertindak bijaksana dalam hubungannya dengan orang lain. Dengan kemampuan dalam membina hubungan maka diharapkan para atlet basket dapat menangani emosi orang lain sebagai inti dalam memelihara hubungan, dapat menyelaraskan diri dengan kebutuhan lingkungan di lapangan, dapat menciptakan hubungan yang nyaman juga dapat mengatasi konflik. Seni membina hubungan dengan orang lain ini merupakan keterampilan yang menunjang popularitas, kemampuan memimpin, dan keberhasilan antar pribadi yang dimiliki oleh atlet basket PIMNAD.

(24)

Universitas Kristen Maranatha mempengaruhi proses kecerdasan emosinya. Segi psikologis mencakup pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir, dan motivasi. Faktor eksternal adalah stimulus dan lingkungan dimana kecerdasan emosi berlangsung. Faktor eksternal meliputi: 1) Stimulus, adanya stimulus yang berulang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam memunculkan kecerdasan emosi dalam perilakunya. 2) Lingkungan atau situasi khususnya yang melatarbelakangi proses kecerdasan emosi. Didalam peningkatan pembinaan olahraga pada hakekatnya terarah pada sasaran pembinaan atlet agar mereka mencapai penampilan puncak yang dipengaruhi oleh kecerdasaan emosi.

Menurut Orlick (dalam Satiadarma, 2000:159), performance adalah suatu kondisi optimal yang dimiliki seorang atlet saat melakukan segala bentuk kegiatan olahraganya, seperti pelaksanaan tugas yang teramati, tertentu dan jelas ketika pertandingan berlangsung. Dalam suatu pertandingan, aktivitas dan tugas yang dilaksanakan oleh seorang atlet adalah bagaimana atlet yang bersangkutan mengaplikasikan seluruh teknik dan taktik permainan dalam olahraga basket, ke dalam permainan yang sedang ia lakukan. Dengan melihat teknik dan taktik yang dilakukan seperti: field goals, three-points, free throws, rebounds, assists,

turnovers, steals, blocks, fouls dan points, dapat diperoleh nilai efficiency yang

menggambarkan performance masing-masing atlet tersebut

(25)

karena itu, kita tidak dapat menilai baik atau buruknya tampilan seorang atlet dalam suatu pertandingan hanya dari kemenangan atau kekalahan yang dialaminya.

Field goals adalah berlompat bertumpu pada dua kaki, kedua tangan di

belakang kepala, lalu memasukkan bola ke dalam ring. Jika bola masuk maka

akan mendapatkan 2 point. Three points adalah melakukan tembakan 3 angka ke

dalam ring melewati garis tiga angka. Free throws adalah tembakan bebas akibat

pelanggaran yang dilakukan pemain lawan. Free throw diberikan apabila yang

dilanggar dalam posisi akan melakukan shot atau sudah team foul. Pada ketiga

teknik tersebut atlet basket PIMNAD terkadang memiliki kesempatan yang lebih

besar dibandingkan dengan jumlah bola yang masuk, hal ini akan berbeda pada

atlet basket PIMNAD lainnya. Rebounds adalah suatu istilah dalam permainan

bola basket dimana seorang pemain menangkap atau mendapatkan bola pantul

yang tidak berhasil masuk yang ditembakkan oleh pemain lain. Pada atlet basket

PIMNAD rebound sering terjadi dimana bola yang akan diarahkan pada keranjang

ditangkap oleh pemain lainnya.. Assists adalah suatu istilah dalam permainan bola

basket dimana seorang pemain mengoper bola kepada temannya, dan pemain

yang mendapat bola operan dari temannya itu tanpa men-dribble (memantulkan

bola ke tanah) langsung melempar atau memasukkan bola kedalam ring basket

(bola yang tidak masuk tidak dihitung). Pada atlet basket PIMNAD seorang atlet

kadang memiliki kesempatan untuk memasukkan bola ke dalam ring tanpa

men-dribble nya terlebih dahulu, hal ini dikarenakan jarak yang dekat dengan ring atau

(26)

Universitas Kristen Maranatha lawan. Pada atlet basket PIMNAD terkadang dapat melakukan teknik ini dan bola

masuk, sedangkan pada atlet lainnya kesempatan ada akan tetapi bola tidak

masuk. Turnovers adalah bola berpindah lawan bukan karena tembakan. Pada

atlet basket PIMNAD terkadang melakukan hal lain diluar tembakan bola yang

menyebabkan bola berpindah pada pihak lawan, hal ini mengurangi kesempatan

memperoleh nilai baik dalam efficiency. Steals adalah mencuri bola dari lawan

saat dribble. Pada atlet basket PIMNAD mereka berusaha melakukan steals pada

pihak lawan, keberhasilan ini tergantung dari kekuatan lawan maupun

kemampuan atlet itu sendiri. Blocks adalah suatu istilah dimana seorang pemain

bertahan melakukan lompatan dan berhasil menghalang/menahan bola yang

sedang dilempar oleh pihak lawan atau penyerang, sehingga bola tidak berhasil

melaju dan masuk kedalam ring. Blocks memiliki penilaian positif, dimana atlet

basket PIMNAD berusaha untuk melakukan hal tersebut sehingga pihak lawan

tidak berkesempatan untuk memperoleh nilai. Fouls adalah pelanggaran.

Pelanggaran kerap terjadi pada permainan apapun, demikian pula pada atlet basket

PIMNAD dimana kerap melakukan fouls sehingga memberi kesempatan pada

pihak lawan untuk berusaha menambah nilai. Misalnya melakukan pelanggaran

menyikut lawan. Points adalah nilai yang diperoleh dalam suatu permainan

basket. Besar kecilnya point yang diperoleh menunjukkan menang tidaknya suatu

pertandingan. Pada atlet basket PIMNAD nilai yang lebih besar dari pihak lawan

tersebut sangat penting, disamping dapat menyatakan keberhasilan atau

kemenangan juga dapat menentukkan atlet tersebut telah mencapai performance

(27)

Baik kecerdasan emosional maupun performance, keduanya dapat saling berpengaruh secara berkesinambungan. Kecerdasan emosional dapat berpengaruh pada tercapainya performance seseorang atlet, dalam hal ini atlet basket PIMNAD. Hal ini tampak pada interaksi yang baik antara para atlet basket dengan orang yang berada di lingkungan sekitar. Keadaan interaksi yang baik tersebut dapat menjadi reward untuk kemunculan penampilan yang diharapkan.

Adanya peran kecerdasan emosional dalam mempengaruhi tercapainya penampilan, begitu pula jika penampilan membantu mengasah kecerdasan emosional berarti menunjukkan ada hubungan yang kuat antara kedua variabel tersebut. Apabila kecerdasan emosional tidak berperan dalam mempengaruhi penampilan (performance), begitu pula penampilan (performance) tidak mengasah kecerdasan emosional berarti kedua variabel tersebut menunjukkan hubungan yang lemah.

(28)

Universitas Kristen Maranatha r.s

Bagan 1.1 Kerangka Pikir Kecerdasan

Emosional Atlet basket PIMNAD di

Bandung

Performance

Kriteria efficiency:

1. Field Goals

2. Three Point

3. Free Throws

4. Rebounds

5. Assists

6. Turnovers

7. Steals

8. Blocks

9. Foul

10.Point

1. Mengenali emosi diri

2. Mengelola emosi 3. Memotivasi diri 4. Mengenal emosi

orang lain (berempati)

5. Membina hubungan

Faktor yang mempengaruhi :

1. Internal

(29)

1.6 Asumsi

• Para atlet basket PIMNAD akan berhadapan dengan berbagai pengalaman

emosional baik dalam latihan maupun saat pertandingan.

• Kecerdasan emosional yang dimiliki oleh para atlet basket PIMNAD dapat

ditunjukkan dengan mengenali emosi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan berusaha membina hubungan yang baik dengan orang lain.

Kecerdasan emosional yang tinggi akan memberikan performance yang tinggi

pula pada saat atlet basket PIMNAD bertanding.

1.7 Hipotesis

Terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dan performance pada atlet basket PIMNAD di Bandung.

1.7.1 Hipotesis Minor

1. Tidak terdapat hubungan antara mengenali emosi diri dan performance 2. Tidak terdapat hubungan antara mengelola emosi diri dan performance 3. Tidak terdapat hubungan antara memotivasi diri dan performance

4. Tidak terdapat hubungan antara mengenali emosi orang lain dan

performance

(30)

71 Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil analisa dan pengolahan data pada penelitian tentang hubungan antara kecerdasan emosional dan performance pada atlet basket PIMNAD di Bandung, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Tidak terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan performance, artinya kecerdasan emosional dari atlet basket PIMNAD tidak menentukan

performance nya atau atlet yang memiliki kecerdasan emosional tinggi belum

tentu performance nya juga tinggi.

2. Tidak terdapat hubungan antara tiap aspek kecerdasan emosional dengan

performance.

5.2 Saran

(31)

5.2.1 Saran Teoritis

Bagi peneliti lain yang berencana melakukan penelitian serupa disarankan: 1. Memperbesar jumlah sampel

2. Melibatkan klub-klub lain di PBL (Premier Basketball League) selain klub PIMNAD itu sendiri

3. Mengambil karakteristik sampelnya pada kompetisi yang lebih tingkat tinggi, yaitu atlet basket profesional NBL (National

Basketball League).

4. Dibutuhkan variabel perantara yang menjembatani antara variabel kecerdasan emosional dan performance.

5.2.2 Saran Guna Laksana

1. Bagi pemain basket PIMNAD diharapkan lebih diasah lagi keterampilannya secara optimal dengan potensi yang dimiliki, program latihan yang baik, kondisi fisik pemain yang bagus, nutrisi dan istirahat yang seimbang. Fokus pada latihan rutin dan kompetisi yang akan berlangsung agar mendapatkan kejuaraan yang diharapkan bersama.

(32)

74 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Alderman. 1974. Psychological Behavior In Sport. Philadelphia: WB. Saunders Company.

Anshel, Mark. 1997. Sport Psychology From Theory To Practice. Arizona: Gorsuch Scarisbrick Publishers.

Goleman, Daniel. 2001. Kecerdasan Emosional. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Husdarta, M.Pd. 2010. Psikologi Olahraga. Bandung: PT. Alfabeta.

Orlick, T., & J. Partington 1988. Mental links to excellence. The Sport

Psychologist.

Priyatno, Dwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS (Statistical Product And Service

Solution). Yogyakarta: PT. Mediakom.

Satiadarma, Monthy. 2000. Dasar-Dasar Psikologi Olahraga. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Satiadarma, Monthy & Gunarsa, Singgih. 1996. Psikologi Olahraga: Teori dan

Praktik. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.

Sudjana. 2000. Metoda Statistika. Bandung: PT. Tarsito

(33)

DAFTAR RUJUKAN

Sejarah Permainan Basket (http://de-kill.blogspot.com/2009/04/sejarah-permainan-basket.html, diakses 22 Agustus 2012)

Sejarah Permainan Bola Basket (http://id.wikipedia.org/wiki/Bola_basket, diakses 11 Oktober 2012)

Sutrisna, Putu. 2011. Kecerdasan Emosi Menurut Daniel Goleman (Online) (http://putusutrisna.blogspot.com/2011_02_01_archive.html, diakses 11 Oktober 2012)

Istilah Terminologi Dalam Permainan Basket.

(http://tutorialbasket.blogspot.com/2011/03/istilah-terminologi-dalam-permainan.html, diakses 22 Agustus 2012)

Posisi Pemain Dalam Bola Basket.

Referensi

Dokumen terkait

Jenis data di input ke dalam sel dengan format default yang akan ditampilkan berupa hh:mm:ss di mana “hh” adalah. jam (Hours), dan “mm” adalah menit (Minutes),serta “ss”

Dari uraian-uraian tersebut, bisa dikatakan bahwa meskipun tidak terdapat kesepakatan di antara para ahli/peneliti, kata makian dapat dilihat dari tanda-tanda sebagai

Metode pengajaran TPR (Total Physical Response) atau dalam bahasa Indonesia sering disebut “metode Respons Fisik Total” adalah metode pembelajaran yang lebih fokus pada

Tujuan pemantauan kontaminasi udara agar dapat diambil tindakan untuk keselamatan radiasi, bilamana tingkat radioaktivitas α atau β dapat membahayakan personil dan/atau

Jumlah persediaan ini merupakan persediaan yang optimal dengan total biaya 1.961.930, untuk jangka waktu pemesanan yang baik adalah selama 52 hari kerja per sekali

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan aktivitas belajar peserta didik kelas V Sekolah Dasar Negeri 17 Rabak dalam pembelajaran ilmu pengetahuan

Standar Operasional Prosedur penggunaan media sosial sebagaimana terlampir pada surat keputusan ini merupakan acuan kinerja yang digunakan oleh Senat Mahasiswa,

Metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang apa dan bagaimana yang terjadi di dalam kelas atau pada mahasiswa (fenomena yang muncul) dalam proses