vii
Abstrak
Penelitian ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran derajat self-esteem pada anak-anak late childhood di SD “X” Bandung. Penelitian ini bersifat deskriptif dan pemilihan sampel menggunakan metode incidental sampling. Subjek penelitian terdiri dari 144 anak late childhood di SD “X” Bandung.
Menurut Susan Harter (1999), self-esteem merupakan penilaian mengenai kepuasan terhadap diri sendiri secara keseluruhan melalui perbandingan dirinya dengan orang lain. Derajat self-esteem dapat dilihat dari enam aspeknya, yaitu kompetensi akademik, penerimaan sosial, kompetensi atlatik, penampilan fisik, behavioral conduct, dan global self-worth. Keenam aspek itu memiliki kecenderungan keterkaitan dengan faktor penunjang dari orang tua, teman, dan guru.
Data tentang derajat self-esteem diperoleh dengan menggunakan kuesioner self-esteem yang dimodifikasi oleh peneliti berdasarkan teori dari Harter (1999). Berdasarkan uji validitas dengan menggunakan rumus Rank Spearman diperoleh 48 item, dengan kisaran 0.382 sampai dengan 0.783. Berdasarkan uji reliabilitas alat ukur diperoleh hasil reliabilitas 0.84, yang artinya reliabilitas tinggi.
Berdasarkan pengolahan data diperoleh hasil penelitian, bahwa sebanyak 88.89% anak late childhood di SD “X” Bandung memiliki derajat self-esteem tingi dan 11.11% anak late childhood memiliki derajat self-esteem rendah.
viii
DAFTAR ISI Lembar Judul Lembar Pengesahan ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR BAGAN... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 7
1.3 Maksud dan Tujuan ... 7
1.3.1 Maksud Penelitian ...7
1.3.2 Tujuan Penelitian...7
1.4 Kegunaan Penelitian ... 8
1.4.1 Kegunaan Teoretis ...8
1.4.2 Kegunaan Praktis ...8
1.5 Kerangka Pikir... 9
ix
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Self ... 18
2.2 Self-Esteem ... 19
2.2.1 Pengertian SelfEsteem ...20
2.2.2 Aspek-aspek Self-Esteem ... 22
2.2.3 Faktor‐faktor yang Mempengaruhi SelfEsteem ...24
2.1 Periode Late Childhood ... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 31
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 31
3.2.1 Variabel Penelitian ... 31
3.2.2 Definisi Operasional ... 32
3.3 Alat Ukur ... 33
3.3.1 Kuesioner ... 33
3.3.1.1 Prosedur Pengisian ... 36
3.3.1.2 Sistem Penilaian ... 36
3.3.2 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 37
3.3.2.1 Data Pribadi ... 37
3.3.2.2 Data Penunjang ... 37
3.3.3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 38
3.3.3.1 Uji Validitas ... 38
x
3.4 Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel ... 39
3.4.1 Populasi Sasaran... 39
3.4.2 Karakteristik Populasi ... 39
3.4.3 Teknik Penarikan Sampel... 40
3.5 Teknik Analisis Data ... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden... 41
4.1.1 Persentase Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 41
4.1.2 Persentase Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan... 42
4.2 Hasil Penelitian... 42
4.2.1 Derajat Self-Esteem... 42
4.2.2 Gambaran Self-Esteem dalam Semua Aspek... 43
4.2.3 Penilaian Diri Anak dalam Aspek-aspek Self-Esteem... 44
4.3 Pembahasan ... 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 51
5.2 Saran... 51
5.2.1 Saran untuk Penelitian Lanjutan... 51
xii
DAFTAR BAGAN
1.5 Bagan kerangka pemikiran ... 15 3.1 Bagan prosedur penelitian ... 24
xiii
DAFTAR TABEL Tabel 3.3.1 Aspek Alat Ukur Self-Esteem Anak-anak Late Childhood... 33
Tabel 3.3.1.1 Pembobotan Jawaban Kuesioner... 35
Tabel 4.1.1 Gambaran responden berdasarkan jenis kelamin ... 40
Tabel 4.1.2 Gambaran responden berdasarkan tingkat pendidikan... 41
Tabel 4.2.1 Derajat Self-Esteem... 41
Tabel 4.2.2 Gambaran self-esteem dalam semua aspek ... 42
Tabel 4.2.3 Jumlah anak dalam penilaian dirinya pada aspek-aspek self-esteem ... 43
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil validitas dan reliabilitas alat ukur self-esteem Lampiran 2 Kuesioner self-esteem
Lampiran 3 Data mentah
Lampiran 4 Tabulasi silang antara data primer dan data penunjang
LAMPIRAN I
Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Self-Esteem
no.
item validitas keterangan 1 0.597 valid 2 0.707 valid 3 0.685 valid 4 0.557 valid 5 0.497 valid 6 0.608 valid 7 0.655 valid 8 0.618 valid 9 0.764 valid 10 0.509 valid 11 0.535 valid 12 0.513 valid 13 0.693 valid 14 0.597 valid 15 0.382 valid 16 0.569 valid 17 0.417 valid 18 0.643 valid 19 0.633 valid 20 0.614 valid 21 0.681 valid 22 0.477 valid 23 0.675 valid 24 0.538 valid
no.
item validitas keterangan 25 0.783 valid 26 0.607 valid 27 0.624 valid 28 0.417 valid 29 0.673 valid 30 0.687 valid 31 0.543 valid 32 0.69 valid 33 0.719 valid 34 0.608 valid 35 0.626 valid 36 0.457 valid 37 0.724 valid 38 0.473 valid 39 0.674 valid 40 0.592 valid 41 0.649 valid 42 0.639 valid 43 0.649 valid 44 0.582 valid 45 0.714 valid 46 0.498 valid 47 0.55 valid 48 0.632 valid
LAMPIRAN II Kuesioner Self-Esteem
KATA PENGANTAR
Berikut ini terdapat pertanyaan yang berhubungan dengan keadaan diri adik. Adik diminta untuk menjawab pernyataan tersebut dengan cara memberikan
tanda checklist (√) pada salah satu kolom kemungkinan jawaban yang paling
sesuai dengan diri adik. Masing-masing pernyataan mempunyai empat kemungkinan jawaban, yaitu:
1. Sangat sesuai (SS), jika pernyataan tersebut sangat sesuai dengan diri adik. 2. Sesuai (S), jika pernyataan tersebut sesuai dengan diri adik.
3. Tidak sesuai (TS), jika pernyataan tersebut tidak sesuai dengan diri adik.
4. Sangat tidak sesuai (STS), jika pernyataan tersebut sangat tidak sesuai dengan diri adik.
No. Pernyataan SS S TS STS
1. Saya lebih memilih bermain bersama teman-teman
saat waktu istirahat sekolah.
Adik hanya memilih jawaban yang paling sesuai dengan diri adik. Oleh
karena itu, tidak ada jawaban yang dianggap salah. Hendaknya jangan ada pernyataan yang terlewat dan bekerjalah seteliti mungkin.
No. absen :
Jenis kelamin : Kelas :
No. Pernyataan SS S TS STS
1. Saya merasa unggul dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah.
2. Saya merasa mudah dalam berteman. 3. Saya merasa terampil dalam berolahraga.
4. Saya merasa bangga dengan penampilan diri saya. 5. Saya senang dengan perilaku saya.
6. Saya merasa bangga dengan diri saya sendiri. 7. Saya merasa pintar.
8. Saya memiliki banyak teman.
9. Saya merasa berprestasi dalam bidang olahraga. 10. Saya senang dengan tinggi dan berat badan saya. 11. Saya merasa melakukan hal-hal dengan benar. 12. Saya menyukai cara saya menjalani kegiatan
sehari-hari.
13. Saya dapat mengerjakan tugas sekolah dengan cepat.
14. Saya memiliki teman sebanyak yang saya inginkan. 15. Saya dapat melakukan olahraga sekalipun belum
pernah melakukannya.
16. Saya menyukai bentuk tubuh saya.
17. Saya bertindak sesuai dengan yang seharusnya dilakukan.
18. Saya bahagia dengan diri saya.
20. Saya banyak melakukan pelbagai kegiatan dengan banyak teman.
21. Saya merasa unggul dalam permainan-permainan olahraga.
22. Saya menyukai penampilan saya apa adanya. 23. Saya tidak pernah dihukum.
24. Saya menyukai diri saya apa adanya.
25. Saya mendapatkan nilai-nilai bagus dalam mengerjakan tugas di kelas.
26. Saya merasa teman-teman menyukai saya.
27. Saya lebih senang ikut bermain dalam suatu olahraga daripada menjadi penonton.
28. Saya menyukai bentuk wajah dan rambut saya sebagaimana apa adanya.
29. Saya tidak pernah melanggar peraturan. 30. Saya sangat bahagia menjadi diri saya sendiri. 31. Saya dapat menemukan jawaban dari tugas-tugas
kelas.
32. Saya dikenal oleh banyak teman.
33. Saya cepat menguasai permainan olahraga sekalipun baru saja diajarkan.
34. Saya merasa diri saya menarik. 35. Saya merasa berkelakuan baik.
36. Saya merasa tidak ada yang aneh pada diri saya. 37. Saya mendapatkan nilai bagus untuk tugas-tugas
kelas.
38. Saya merasa senang bertemu teman-teman yang baru.
41. Saya mentaati peraturan-peraturan yang ada. 42. Saya menyayangi diri saya sendiri.
43. Saya merasa cepat mengerti saat guru menjelaskan. 44. Saya senang berkumpul bersama teman-teman. 45. Saya senang saat ditunjuk menjadi kapten tim dalam
permainan olahraga.
46. Saya senang mengikuti cara berpenampilan para artis.
47. Saya menuruti perkataan orang tua, guru, dan teman.
DATA PENUNJANG
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan memberikan tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang tersedia.
Orang Tua
1. Ketika saya melakukan kesalahan (melanggar aturan, mendapatkan nilai jelek, berkelahi dengan teman, tidak mengerjakan PR, bolos sekolah), orang tua saya ………
a. Tidak peduli
b. Memberikan nasihat
c. Berkomentar kurang menyenangkan d. Khawatir
e. Langsung memberi hukuman
2. Ketika saya mencapai prestasi (menjadi juara kelas, mendapatkan nilai
bagus, juara dalam perlombaan), orang tua saya ……… a. Tidak peduli
b. Memberi pujian
Teman
1. Ketika saya melakukan kesalahan (ketahuan mencontek, memusuhi teman lain, berkelahi dengan teman lain, dll), teman-teman saya ………
a. Tidak peduli
b. Memberikan nasihat
c. Berkomentar kurang menyenangkan
2. Ketika saya mencapai prestasi (menjadi juara kelas, mendapatkan nilai bagus, juara dalam perlombaan, dll), teman-teman saya ………
a. Tidak peduli b. Memberikan pujian
c. Berkomentar kurang menyenangkan
Guru
1. Ketika saya melakukan suatu kesalahan (melanggar aturan, berkelahi dengan teman, tidak mengerjakan PR, bolos sekolah), guru saya ………
a. Tidak peduli
b. Memberikan nasihat
2. Ketika saya mencapai prestasi (mendapatkan ranking, mendapatkan nilai
bagus, juara dalam perlombaan) ……… a. Tidak peduli
b. Memberikan pujian
LAMPIRAN III
Data Mentah
total per aspek respon
den
jenis
kelamin kompetensi akademik penerimaan sosial kompetensi atletik penampilan fisik behavioral conduct global self-worth kategori self-esteem
1 P 22 21 19 18 23 25 Tinggi
2 P 22 24 20 25 23 27 Tinggi
3 P 22 25 21 26 23 29 Tinggi
4 L 18 22 19 22 23 24 Tinggi
5 L 20 26 27 22 23 26 Tinggi
6 L 23 22 24 25 24 26 Tinggi
7 P 20 22 22 23 19 26 Rendah
8 L 17 24 19 20 21 23 Rendah
9 P 18 21 13 10 21 18 Rendah
10 L 31 29 25 27 26 28 Tinggi
11 P 21 25 22 22 21 19 Rendah
12 L 19 20 16 19 20 25 Rendah
13 L 14 28 18 18 22 26 Tinggi
14 P 29 32 20 23 28 29 Tinggi
15 P 27 24 22 29 24 29 Tinggi
16 L 19 23 20 18 22 23 Rendah
17 L 23 27 21 21 23 24 Tinggi
18 P 28 29 25 25 29 29 Tinggi
20 L 24 25 28 28 26 29 Tinggi
21 P 24 27 26 25 22 26 Tinggi
22 P 24 28 25 24 25 30 Tinggi
23 L 17 24 20 25 22 24 Tinggi
24 P 22 21 17 21 23 24 Tinggi
25 P 23 18 20 25 25 24 Tinggi
26 P 24 31 29 28 29 29 Tinggi
27 P 22 24 22 22 20 21 Rendah
28 P 21 30 25 22 27 30 Tinggi
29 P 26 29 24 25 29 27 Tinggi
30 P 27 28 24 26 26 28 Tinggi
31 P 20 28 16 23 24 28 Tinggi
32 L 25 27 26 26 24 28 Tinggi
33 P 28 27 27 26 25 26 Tinggi
34 P 18 26 24 24 22 32 Tinggi
35 L 22 30 25 18 24 20 Tinggi
36 L 23 30 24 20 23 28 Tinggi
37 L 16 28 18 22 17 25 Tinggi
38 L 28 29 28 27 28 26 Tinggi
39 L 24 29 29 25 23 28 Tinggi
40 P 21 32 22 29 23 29 Tinggi
41 P 28 31 14 27 30 31 Tinggi
42 P 22 25 29 25 22 24 Tinggi
43 L 23 30 30 27 22 30 Tinggi
44 P 18 27 22 23 28 31 Tinggi
45 P 24 26 17 21 24 23 Tinggi
47 L 18 24 26 27 20 30 Tinggi
48 P 24 25 23 23 24 29 Tinggi
49 P 20 28 23 20 20 28 Tinggi
50 P 22 24 25 24 23 27 Tinggi
51 L 23 30 28 28 26 31 Tinggi
52 L 27 22 29 21 29 31 Tinggi
53 P 21 22 27 21 14 25 Tinggi
54 P 23 30 21 27 31 30 Tinggi
55 P 24 25 17 22 24 26 Tinggi
56 L 25 28 17 22 24 28 Tinggi
57 P 23 25 19 24 22 29 Tinggi
58 L 23 30 26 26 24 23 Tinggi
59 L 24 22 17 21 23 24 Tinggi
60 P 21 23 21 22 22 22 Rendah
61 L 23 26 29 24 25 26 Tinggi
62 P 25 32 29 29 28 29 Tinggi
63 P 25 32 16 32 25 32 Tinggi
64 P 23 26 20 26 25 29 Tinggi
65 P 20 26 22 23 24 28 Tinggi
66 P 20 27 23 20 21 24 Tinggi
67 L 20 24 18 23 21 24 Rendah
68 L 31 27 26 28 29 28 Tinggi
69 L 20 24 18 25 21 31 Tinggi
70 L 26 32 26 24 22 28 Tinggi
71 P 20 27 28 21 27 27 Tinggi
72 L 23 25 21 20 22 25 Tinggi
74 L 12 23 22 21 21 31 Tinggi
75 L 22 26 31 28 24 29 Tinggi
76 L 18 21 23 22 21 25 Tinggi
77 L 30 31 26 27 17 27 Tinggi
78 P 20 25 20 21 24 25 Tinggi
79 L 24 27 24 24 24 30 Tinggi
80 P 20 23 22 22 25 31 Tinggi
81 P 16 23 14 19 20 26 Rendah
82 P 21 24 20 24 23 27 Tinggi
83 P 27 26 28 26 22 31 Tinggi
84 L 23 26 27 22 24 28 Tinggi
85 L 23 27 24 21 23 30 Tinggi
86 L 24 24 25 27 22 28 Tinggi
87 L 24 25 24 15 22 29 Tinggi
88 L 24 25 24 28 22 30 Tinggi
89 P 25 26 31 26 25 32 Ttinggi
90 L 18 31 23 20 23 27 Tinggi
91 L 29 26 19 25 28 30 Tinggi
92 L 26 22 26 25 26 30 Tinggi
93 P 24 26 20 24 20 25 Tinggi
94 L 22 24 20 21 23 24 Tinggi
95 L 22 25 25 24 24 30 Tinggi
96 L 18 23 20 20 22 26 Rendah
97 P 21 28 21 22 24 23 Tinggi
98 P 23 31 23 23 27 26 Tinggi
99 P 22 30 26 26 25 30 Tinggi
101 P 24 28 16 20 24 26 Tinggi
102 P 18 27 23 26 22 27 Tinggi
103 P 26 30 18 25 30 30 Tinggi
104 L 25 26 24 26 26 30 Tinggi
105 P 23 31 15 24 20 22 Tinggi
106 P 20 24 25 22 22 27 Tinggi
107 L 24 29 25 30 26 32 Tinggi
108 P 19 23 17 27 22 30 Tinggi
109 L 21 28 27 24 22 28 Tinggi
110 P 22 26 17 24 23 24 Tinggi
111 P 18 27 25 28 21 30 Tinggi
112 P 25 29 23 24 24 30 Tinggi
113 P 12 26 22 23 17 27 Tinggi
114 L 20 23 24 22 23 26 Tinggi
115 L 24 30 22 30 29 32 Tinngi
116 L 22 25 19 28 26 26 Tinggi
117 L 22 27 29 26 22 29 Tinggi
118 L 24 23 16 23 22 25 Tinggi
119 L 25 27 23 26 22 26 Tinggi
120 L 20 23 21 23 24 24 Tinggi
121 L 27 29 20 25 19 32 Tinggi
122 P 20 23 24 27 27 31 Tinggi
123 L 16 20 18 22 19 24 Rendah
124 P 18 30 30 28 19 23 Tinggi
125 L 20 25 16 21 23 27 Tinggi
126 L 23 24 19 25 25 30 Tinggi
128 L 25 27 29 28 23 30 Tinggi
129 P 25 31 26 27 29 31 Tinggi
130 P 22 26 20 20 23 24 Tinggi
131 L 22 25 29 21 25 26 Tinggi
132 L 25 27 26 22 25 29 Tinggi
133 L 25 30 30 28 24 30 Tinggi
134 L 23 27 25 28 27 31 Tinggi
135 L 20 23 18 21 23 24 Tinggi
136 L 19 25 24 19 23 24 Tinggi
137 P 23 28 30 25 26 30 Tinggi
138 L 24 25 27 24 25 29 Tinggi
139 P 22 28 26 27 22 30 Tinggi
140 L 22 29 27 27 27 27 Tinggi
141 L 16 23 17 20 21 23 Rendah
142 P 24 31 28 24 23 27 Tinggi
143 P 16 19 17 23 20 27 Rendah
LAMPIRAN IV
Tabulasi Silang antara Data Primer dengan Data Penunjang
Tabel 4.1 Tabulasi Silang antara Derajat Self-Esteem dengan Respon Orang Tua pada Kesalahan Anak
derajat self-esteem orang tua
tinggi rendah total
memberi
nasihat 104 88.14% 14 11.86% 118 100%
khawatir 5 100% 0 0% 5 100%
berkomentar kurang menyenangkan
9 90% 1 10% 10 100%
memberi
hukuman 10 90.91% 1 9.09% 11 100%
Tabel 4.2 Tabulasi Silang antara Derajat Self-Esteem dengan Respon Orang Tua pada Prestasi Anak
derajat self-esteem orang tua
tinggi rendah total
memberi
pujian 125 88.65% 16 11.35% 141 100%
berkomentar kurang menyenangkan
Tabel 4.3 Tabulasi Silang antara Derajat Self-Esteem dengan Respon Teman pada Kesalahan Anak
derajat self-esteem teman
tinggi rendah total
memberi
nasihat 80 88.89% 10 11.11% 90 100%
berkomentar kurang menyenangkan
32 86% 5 14% 37 100%
tidak peduli 16 94.12% 1 5.88% 17 100%
Tabel 4.4 Tabulasi Silang antara Derajat Self-Esteem dengan Respon Teman pada Prestasi Anak
derajat self-esteem teman
tinggi rendah total
memberi
pujian 120 89.55% 14 10.45% 134 100%
berkomentar kurang menyenangkan
2 100% 0 0% 2% 100%
tidak peduli 6 75.00% 2 25.00% 8 100%
Tabel 4.5 Tabulasi Silang antara Derajat Self-Esteem dengan Respon Guru pada Kesalahan Anak
derajat self-esteem guru
tinggi rendah total
memberi
nasihat 120 90.91% 12 9.09% 132 100%
berkomentar kurang menyenangkan
7 64% 4 36% 11 100%
Tabel 4.6 Tabulasi Silang antara Derajat Self-Esteem dengan Respon Guru pada Prestasi Anak
derajat self-esteem guru
tinggi rendah total
memberi
pujian 125 88.65% 16 11.35% 141 100%
berkomentar kurang menyenangkan
1 100% 0 0% 1 100%
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Anak belajar tentang banyak hal, sejak lahir ke dunia ini. Anak belajar
untuk mendapatkan perhatian, memuaskan keinginannya, maupun mendapatkan
respon yang positif dan menyenangkan dari orang lain yang signifikan baginya.
Anak adalah makhluk yang berkembang secara aktif dan energik. Banyak bagian
hidupnya digunakan untuk bermain dan bereksplorasi aktif ke lingkungannya.
Saat bermain tersebut ia belajar berbagai hal dan juga belajar tentang
lingkungannya maupun mengenai diri mereka sendiri.
Pada middle childhood, anak mulai mengembangkan pemahaman akan
dirinya sendiri dan pada late childhood semakin berkembang pesat. Pemahaman
psikologis, misalnya “Aku pintar dan populer” atau “Aku biasanya suka marah,
tetapi sekarang aku sudah lebih baik. Aku juga merasa bangga bila berprestasi di
sekolah.” Anak-anak usia sekolah dasar mendefinisikan dirinya berdasarkan
karakteristik sosial dan perbandingan sosial. Seringkali anak menggunakan acuan
kelompok-kelompok sosial dalam mendeskripsikan diri (file.upi.edu). Misalnya
menghayati bahwa dirinya dapat mengerjakan soal ulangan matematika siang tadi
dengan mudah dibandingkan teman-temannya. Saat hasil ulangan dibagikan,
biasanya anak-anak mulai membandingkan nilainya dengan teman-temannya yang
lain. Apakah dirinya mendapatkan nilai yang lebih tinggi, rata-rata, atau lebih
2
belajar bagaimana menghargai dirinya sendiri. Penting bagi anak late childhood
untuk menghargai dirinya sendiri agar memiliki citra yang positif (Santrock,
1997). Anak yang memiliki citra yang positif akan menilai positif terhadap
dirinya, anak menilai dirinya mampu mengerjakan dan menyelesaikan sesuatu,
maupun menilai dirinya menarik sehingga anak akan menghargai dirinya sendiri.
Sangatlah bermakna bila anak lebih mengenali diri sendiri sehingga pada
saat tumbuh dan berkembang menjadi individu dewasa, anak tersebut dapat
menerima dan menghargai diri apa adanya, yang sekaligus mencerminkan
self-esteem (Susan Harter, The Process of Parenting 4th edition, 1996 Mayfield Pub.,
London, p.38; dari Harter, 1999). Self-esteem merupakan penilaian mengenai
terhadap diri sendiri secara keseluruhan melalui perbandingan dirinya dengan
orang lain (Brinthaupt & Erwin, 1992; dari Harter, 1999).
Susan Harter mengkaji, self-esteem berdasarkan enam aspek, yaitu
kompetensi akademik, penerimaan teman sebaya, kompetensi atletik, penampilan
fisik, behavioral conduct, dan global self-worth. Anak yang menilai dirinya tinggi
dalam kompetensi akademik merasa dirinya mampu dalam mengerjakan baik
setiap tugas maupun ulangan yang diberikan, mendapatkan nilai-nilai yang bagus,
maupun mudah memahami apa yang dijelaskan oleh gurunya. Anak yang menilai
dirinya tinggi dalam penerimaan sebaya merasa dirinya populer, disukai oleh
teman-temannya, dan memiliki teman yang banyak. Anak yang menilai dirinya
tinggi dalam kompetensi atletik merasa dirinya mampu mengikuti
permainan-permainan olahraga bahkan yang baru saja dipelajarinya, lebih senang untuk
3
Anak yang menilai dirinya tinggi dalam penampilan fisik merasa senang dengan
penampilan maupun tubuhnya sendiri. Anak yang menilai tinggi dalam
behavioral conduct merasa dirinya bertingkah laku sesuai aturan sehingga tidak
akan mendapatkan masalah. Sedangkan anak yang menilai tinggi dalam global
self-worth merasa senang dan bahagia menjadi dirinya sendiri. Anak pun tidak
harus menilai dirinya tinggi pada keseluruhan aspek untuk merasa berharga.
Susan Harter juga menyatakan self-esteem itu perlu untuk perkembangan
mental yang sehat (Susan Harter, 1999). Self-esteem merupakan komponen
penting dalam perkembangan kepribadian anak. Menurut Santrock (2002) apabila
anak memiliki self-esteem yang tinggi, maka anak itu percaya bahwa dirinya
mampu memahami dan mengatasi suatu hal yang terjadi dalam kehidupannya
dengan sikap yang positif. Anak yang memiliki sikap positif akan tidak mudah
menyerah, memiliki harapan yang realistis sesuai kemampuannya, dan ramah
pada orang lain.
Anak yang memiliki self-esteem rendah akan menilai dirinya rendah
bahkan menjadi tidak yakin pada kemampuan dirinya. Ketidakyakinan pada diri
inilah yang menyebabkan seorang anak akan selalu menemui kesulitan untuk
berprestasi. Anak yang memiliki self-esteem yang tinggi akan pandai dalam
mengelola suatu kegagalan yang ditemuinya dan akan menerima
kekurangan-kekurangannya dengan alasan-alasan yang rasional, tidak dengan mencari
kambing hitam atau menggunakan defense mechanism yang irrasional. Jika anak
selalu merasakan bodoh dan tidak memiliki harapan karena kegagalan yang
4
terjerumus ke dalam rasa rendah diri yang mendalam
(file.upi.edu/positif-selfesteem).
Seseorang yang memiliki self-esteem rendah akan mengalami
ketidaknyamanan secara emosional (Santrock, 2002). Self-esteem rendah bisa saja
bersifat sementara (temporary), namun ada pula yang berkembang ke arah
masalah-masalah lain (Usher & others, 2000; Zimmerman, Copeland & Shope,
1997 dalam Santrock, 2002). Seperti misalnya anak dapat menjadi korban
bullying karena selalu menilai dirinya negatif, tidak menunjukkan perlawanan dan
tidak mampu menghayati bahwa dirinya tidak pantas diperlakukan kasar oleh
teman-temannya. Self-esteem rendah pun dapat berimplikasi pada depresi, bunuh
diri, anorexia nervosa, delinquency, dan masalah-masalah penyesuaian diri
lainnya. Media Indonesia pernah memberitakan (13 Desember 2009), bahwa
bunuh diri merupakan penyebab kematian terbesar keempat di dunia.
Lebih lanjut, Rusli Lutan (2003:10-11) mengemukakan self-esteem bagi
seseorang ibarat fondasi sebuah bangunan rumah. Self-esteem merupakan sebuah
struktur penting bagi perkembangan kemampuan lainnya. Contohnya, bila
self-esteem dan penilaian diri rendah maka prestasi yang dibangun justru tidak akan
optimal. Ada keragu-raguan dalam melakukan segala sesuatunya sehingga justru
menghambat segala sesuatu yang harus dilakukannya. Itulah sebabnya self-esteem
harus dibangun sekokoh mungkin agar seseorang dapat mencapai kualitas hidup
5
Selain itu, self-esteem juga dapat menghindarkan anak dari tindakan
bullying. Anak yang menghargai dirinya sendiri tidak akan membiarkan dirinya
menjadi bulan-bulanan orang lain. Dirinya akan berusaha agar menjadi lebih
cemerlang dibanding teman-temannya yang lain sehingga dengan begitu anak
akan merasa diterima dan dinilai baik oleh orang dewasa maupun teman sebaya
yang penting untuknya (www.mesacc.edu). Anak akan berusaha untuk menjadi
unggul di bidang akademik, penerimaan sosial, bidang olahraga, penampilan fisik,
tingkah lakunya yang sesuai aturan, maupun merasa bahagia menjadi diri sendiri.
Mengingat pentingnya self-esteem bagi anak, peneliti melakukan
wawancara terhadap 25 orang siswa kelas lima dan enam mengenai penilaian
kompetensinya. Atas dasar itu diperoleh sekitar 12% anak menilai dirinya tinggi
dalam aspek kompetensi akademik. Anak merasa dirinya cepat menyerap apa
yang diterangkan guru di kelas, menjawab tugas maupun ulangan dengan mudah,
maupun mendapatkan nilai-nilai yang bagus. Sekitar 16% anak menilai dirinya
tinggi dalam aspek penerimaan sosial. Anak merasa dirinya memiliki teman yang
banyak dan disukai oleh teman-temannya sehinggi menjadi populer. Sekitar 12%
anak menilai dirinya tinggi dalam aspek kompetensi atletik dan karenanya terpilih
menjadi anggota tim olahraga di sekolahnya. Sekitar 8% anak menilai dirinya
tinggi dalam aspek penampilan fisiknya. Anak merasa puas dengan penampilan
fisiknya dan secara umum merasa dirinya berharga di mata orang-orang
disekitarnya. Sekitar 8% anak menilai dirinya tinggi dalam aspek behavioral
conduct. Anak merasa bahwa dirinya mentaati peraturan sehingga dirinya tidak
6
dalam aspek global self-worth. Anak merasa senang dan bahagia menjadi dirinya
sendiri. Ilustrasi di atas mengekspresikan penghayatan anak akan self-esteemnya
yang tinggi (sebanyak 64%) dalam kompetensi akademik, penerimaan sosial,
kompetensi atletik, penampilan fisik, behavioral conduct, dan global self-worth.
Sedangkan sekitar 8% anak menilai dirinya rendah dalam aspek
kompetensi akademik. Anak meskipun mendapatkan nilai yang bagus saat tugas
ataupun ulangan bahkan menjadi juara kelas, namun tetap menilai dirinya rendah
dalam bidang akademiknya karena ingin mendapatkan nilai yang sempurna dan
ingin selalu menjadi nomor satu diantara teman-temannya. Sekitar 4% anak
menilai dirinya rendah dalam aspek penerimaan sosial. Anak merasa bahwa
dirinya tidak disukai oleh teman-temannya sehingga hanya sedikit yang ingin
berteman dengannya. Sekitar 8% anak menilai dirinya rendah dalam aspek
kompetensi atletik. Anak merasa dirinya tidak mahir dalam permainan olahraga
apapun sehingga lebih baik menjadi penonton di pinggir lapangan saja. Sekitar
4% anak menilai dirinya rendah dalam penampilan fisik. Anak merasa tidak
senang dengan bentuk tubuhnya maupun penampilannya secara keseluruhan.
Sekitar 4% anak menilai dirinya rendah dalam aspek behavioral conduct. Anak
merasa dirinya sering mendapatkan masalah karena tidak mentaati peraturan yang
ada. Ada pula sekitar 8% anak menilai dirinya rendah dalam aspek global
self-worth. Anak merasa tidak senang dengan dirinya sendiri. Ilustrasi di atas
menunjukkan penghayatan anak yang memiliki self-esteem rendah (sebanyak
36%) dalam kompetensi akademik, penerimaan sosial, kompetensi atletik,
7
Berdasarkan paparan di atas, peneliti bermaksud untuk mengetahui secara
empirik seperti apakah gambaran self-esteem pada anak late childhood, khususnya
pada anak-anak kelas lima dan enam SD ‘X’ Bandung.
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan paparan di atas, maka penelitian ini diidentifikasi sebagai
“Seperti apakah gambaran self-esteem pada anak late childhood di SD “X”
Bandung.”
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Penelitian ini bermaksud memperoleh gambaran mengenai self-esteem pada
siswa late childhood di SD “X” Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tinggi-rendahnya
self-esteem siswa SD X Bandung pada enam area kompetensi, yaitu kompetensi
akademik, kompetensi fisik, penampilan fisik, penerimaan teman sebaya,
8
1.4Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoretis
• Memanfaatkan kajian psikologi perkembangan dalam menilai self-esteem
pada anak late childhood di SD “X” Bandung sehingga dapat diketahui
seperti apakah anak-anak bersangkutan memandang positif atau negatif
dirinya berdasarkan kompetensi-kompetensi tersebut.
• Manfaatkan kajian psikologi pendidikan dalam menilai self-esteem pada
anak late childhood di SD “X” Bandung sehingga dapat diketahui seperti
apakah anak-anak bersangkutan memandang positif atau negatif di sekolah
berdasarkan kompetensi-kompetensi tersebut.
• Memberikan tambahan informasi bagi peneliti lain yang ingin melakukan
penelitian lanjutan mengenai derajat self-esteem.
1.4.2 Kegunaan Praktis
• Memberikan informasi kepada wali kelas di SD “X” Bandung mengenai
self-esteem pada anak late childhood, agar pihak sekolah dapat
menstimulasi anak untuk mengembangkan penilaian positif pada dirinya.
• Memberi informasi kepada para orang tua siswa mengenai self-esteem
pada anak late childhood, agar dapat membantu anak dalam menstimulasi
pengembangan penilaian positif pada dirinya.
• Memberi informasi kepada siswa mengenai pentingnya self-esteem, agar
9
1.5Kerangka Pemikiran
Childhood, yaitu masa kanak-kanak, merupakan suatu periode dalam
self-discovery saat anak belajar banyak mengenai dirinya, misalnya penemuan dan
pengenalan anak tentang kemampuannya di bidang akademis, ekstrakurikuler, dan
aktivitas rekreasi juga dalam berelasi dengan orang lain. Setiap aktivitas yang
dilakukan anak merupakan hal penting bagi perkembangannya, yaitu untuk
memahami kompetensi dirinya secara menyeluruh. Apabila anak tersebut siswa
sekolah dasar, maka dirinya harus mengetahui murid seperti apakah dirinya, atlet
yang sehandal apakah dirinya dalam kegiatan olahraga yang ditekuninya, musisi
yang handal memainkan alat musik apakah dirinya, atau teman seperti apa dirinya
di mata teman-temannya. Penilaian-penilaian tersebut dapat diketahui melalui
interaksi antara anak bersangkutan dengan orang-orang disekitarnya, termasuk
teman-teman sekelasnya, berpartisipasi dalam permainan olahraga, usahanya
dalam memainkan alat musik, dan interaksinya dalam konteks pertemanan dengan
sebayanya. Banyaknya aktivitas yang diikuti kiranya akan membantu anak
mendapatkan feedback dari orang lain yang pada akhirnya membantu anak
bersangkutan dalam memahami dirinya sendiri (Santrock, 2002).
Siswa kelas lima dan enam SD sedang berada pada rentang late childhood.
Pada late childhood, seorang anak dapat menilai kemampuannya secara
keseluruhan, menghasilkan penilaian negatif maupun positif tentang kapabilitas
dirinya (Harter, 1998). Dirinya mulai membandingkan kemampuannya dalam
bidang akademik, olahraga maupun dalam menjalin pertemanan
10
Harter, 1999). Harter juga menyebutkan, anak late childhood dapat
mengidentifikasi dirinya sebagai ‘orang baik’ meskipun dirinya tidak unggul
dalam bidang-bidang tertentu. Anak memahami bahwa dirinya baik setidaknya
dalam salah satu bidang. Anak-anak tidak harus kompeten dalam semua bidang
untuk menilai dirinya berharga, misalnya bisa saja anak merasa dirinya kompeten
dalam mata pelajaran matematika dan perasaan kompeten tersebut didukung dan
diakui oleh lingkungan sekitarnya, sehingga akan menimbulkan rasa bangga pada
dirinya. Anak tersebut akan menilai dirinya positif dan selanjutnya akan
berpengaruh terhadap peningkatan rasa keberhargaan diri. Oleh karena itu sejak
dini anak harus mampu menilai dirinya secara positif sehingga akan menghargai
dirinya sendiri (Gonzales-Mena, 2009).
Penilaian mengenai diri sendiri disebut self-esteem. Self-esteem merupakan
penilaian mengenai kepuasan terhadap diri sendiri secara keseluruhan dan
membandingkannya dengan orang lain (Brinthaupt & Erwin, dalam Harter, 1999).
Self-esteem pun merupakan hal yang penting dalam perkembangan anak, yaitu
prediktor dalam menentukan kesuksesan seorang anak di sekolah maupun dalam
menguasai suatu keahlian. Self-esteem dibagi lagi menjadi enam bagian, yaitu
kompetensi akademis, kompetensi atletik, penampilan fisik, penerimaan teman
sebaya, behavioral conduct, dan global self-worth (Susan Harter, 1985). Pertama
adalah kompetensi akademis, merujuk pada penilaian anak atas kemampuannya
dalam bidang akademis. Misalnya saja anak kelas lima dan enam SD yang
memiliki self-esteem yang tinggi akan menilai dirinya mampu menyelesaikan
11
memuaskan. Sedangkan anak kelas lima dan enam SD yang menunjukkan
self-esteem yang rendah saat menerima tugas sudah menilai dirinya tidak akan mampu
menyelesaikan soal tersebut dengan baik.
Kedua adalah kompetensi atletik, merujuk pada penilaian anak terhadap
kemampuannya dalam bidang olahraga. Anak kelas lima dan enam SD dengan
self-esteem tinggi akan menilai dirinya pasti mampu untuk mengikuti berbagai
macam permainan olahraga dan merasa lebih baik dibandingkan dengan
teman-temannya. Sedangkan anak kelas lima dan enam SD dengan self-esteem rendah
akan merasa kesulitan dalam bidang olahraga apalagi untuk mencoba permainan
olahraga yang baru sehingga akan lebih memilih menonton di pinggir lapangan
saja.
Ketiga adalah penampilan fisik, merujuk pada penilaian anak terhadap
penampilan fisiknya. Anak kelas lima dan enam SD yang menunjukkan tingginya
self-esteem merasa puas dengan bentuk tubuhnya serta segala sesuatu yang
ditampilkannya secara fisik. Sedangkan anak yang memiliki self-esteem rendah
cenderung tidak menyukai penampilannya, tidak puas dengan keadaan fisiknya,
dan menyamakan keadaan dirinya dengan teman yang tidak populer.
Keempat adalah penerimaan sosial, merujuk pada penilaian anak tentang
penerimaan sosial dirinya. Anak kelas lima dan enam SD yang memiliki
self-esteem tinggi akan memiliki teman yang banyak dan populer di mata teman
sebayanya. Anak-anak ini tidak memiliki kesulitan berarti untuk menjalin relasi
dengan orang-orang yang baru ditemuinya pada kesempatan pertama. Sedangkan
12
dalam menjalin relasi dengan sebayanya dan cenderung lebih senang menyendiri
karena tidak memiliki teman dekat.
Kelima adalah behavioral conduct, merujuk pada penilaian anak terhadap
perilakunya secara umum, seberapa santunkah perilakunya di mata orang
sekitarnya, seberapa patuh dirinya menjalani aturan-aturan sekolah dan rumahnya.
Anak kelas lima dan enam SD yang self-esteemnya tinggi pada area kompetensi
ini merasa bahwa perilakunya sudah sesuai dengan tuntutan lingkungannya dan
cenderung tidak mencoba-coba untuk mencari masalah. Sedangkan anak kelas
lima dan enam SD yang memiliki self-esteem rendah bertingkah laku tidak
semestinya seperti melanggar aturan yang menyebabkan dirinya mendapat
hukuman.
Keenam adalah global self-worth, merujuk pada penilaian anak terhadap
kapabilitas dirinya sendiri secara menyeluruh, merasa bahagia dengan menjadi
dirinya sendiri dan dengan apa yang telah dilakukannya. Sedangkan anak kelas
lima dan enam SD yang menunjukkan self-esteem yang rendah merasa tidak puas
dengan apa yang telah dilakukannya bahkan tidak bahagia menjadi dirinya sendiri
dan berharap menjadi orang lain.
Self-esteem yang tinggi merupakan pegangan anak late childhood dalam
menghadapi tantangan hidup juga dalam mengembangkan kepribadian yang sehat.
Anak yang memiliki self-esteem yang tinggi biasanya mampu menyelesaikan
konflik yang misalnya saja terjadi dengan temannya atau saudaranya. Selain itu
anak mampu menghadapi tekanan negatif, seperti pengharapan lingkungan yang
13
yang memiliki self-esteem adalah anak yang realistik atas kemampuan dirinya dan
optimis dalam menghadapi rintangan-rintangan yang ada. Selain itu anak-anak
akan senang berinteraksi dengan orang lain, adanya perasaan nyaman dalam suatu
lingkungan sosial dan menikmati kegiatan kelompok sebagaimana cara anak
untuk menjadi independen. Anak yang memiliki self-esteem tinggi saat
menghadapi tantangan akan mencari solusinya dan mampu menyuarakan
ketidaksukaannya tanpa merendahkan dirinya maupun orang lain. Contohnya saat
anak kelas lima dan enam SD mengalami kesulitan dalam memahami suatu
penjelasan dari gurunya, anak akan mengatakan, “Saya masih tidak mengerti,”
daripada mengatakan, “Saya memang bodoh.” Anak mengetahui kekuatan dan
kelemahannya, dan menerima dirinya apa adanya (Sheslow, 2008).
Sedangkan anak yang memiliki self-esteem rendah saat menghadapi
tantangan akan merasa cemas dan frustrasi. Anak akan berpikir negatif tentang
dirinya dan merasa sulit dalam menemukan solusinya. Adanya pemikiran
self-critical seperti “Saya jelek,” saat merasa dirinya tidak semenarik teman-temannya
yang populer atau “Saya tidak dapat menyelesaikan soal-soal ini,” saat
menghadapi kesulitan dalam mengerjakan tugas sehingga anak dapat menjadi
pasif, menarik diri, atau depresi. Jadi saat anak dengan self-esteem rendah
menghadapi tantangan akan langsung dijawab dengan “Saya tidak bisa.” Anak
pun tidak ingin mencoba hal-hal baru dan sering berbicara negatif mengenai
dirinya seperti: “Saya bodoh,” “Saya tidak bisa menyelesaikannya,” atau “Tidak
ada teman-teman yang peduli dengan saya.” Anak menunjukkan toleransi yang
14
membantunya saat menghadapi kesulitan. Selain itu anak menjadi terlalu
mengkritik dan mudah kecewa dengan dirinya (Sheslow, 2008).
Keenam aspek self-esteem dapat dimaknai berbeda-beda oleh
masing-masing anak, karena pada dasarnya pemaknaan itu dipengaruhi oleh relasi anak
dengan orangtua dan relasi anak dengan lingkungannya. Berdasarkan pemaknaan
yang tentu saja berisi penilaian-penilaian atas kapabilitas anak di mata
lingkungannya itu, maka akan menghasilkan penghayatan anak akan
self-esteemnya, positifkah atau negatifkah.
Menurut Harter (1999), respon maupun opini dari orang lain dalam
self-evaluations melibatkan suatu proses internalisasi pada sikap orang lain terhadap
dirinya. Anak membutuhkan pengakuan dari orang-orang di lingkungan yang
signifikan bagi dirinya. Dukungan dari orang yang signifikan seperti orang tua,
teman sebaya, dan guru sangat penting bagi perkembangan self-esteem anak,
maka jika anak tidak mendapat dukungan akan berpengaruh buruk pada
perkembangan kepribadian anak. Anak merasa tidak dihargai dan diakui oleh
orang-orang yang signifikan dalam hidupnya. Orang tua memberikan pengaruh
yang cukup besar dalam setiap aspek kehidupan anak. Orang tua yang
memberikan respon positif berupa perhatian saat anak mengalami kebahagiaan
maupun permasalahan juga feedback yang membangun saat anak melakukan
kesalahan, akan membuat anak merasa dihargai. Oleh karena itu anak pun akan
menghargai dan menilai dirinya pun positif dan meningkatkan self-esteem anak.
Orang tua yang memberikan respon negatif berupa cibiran ataupun
15
membuat anak merasa tidak dihargai sehingga anak pun menilai dirinya negatif
dan menurunkan self-esteem anak.
Adapula teman sebaya yang juga memberikan pengaruh saat anak mulai
mengenal pertemanan. Teman yang memberikan respon positif berupa dukungan
maupun feedback yang membangun saat anak mendapatkan kebahagiaan maupun
permasalahan membuat anak merasa dirinya dihargai sehingga anak menilai
dirinya positif. Hal itu akan meningkatkan self-esteem anak. Sedangkan teman
yang memberikan respon negatif berupa ketidakpedulian bahkan cemoohan saat
anak mendapatkan kebahagiaan maupun permasalahan akan membuat anak
merasa tidak dihargai, sehingga anak pun menilai dirinya negatif. Hal itu akan
menurunkan self-esteem anak.
Selain itu guru memiliki pengaruh selama anak mengenyam pendidikan.
Guru yang memberikan respon positif berupa dukungan, pujian, dan feedback
yang membangun saat anak mendapatkan kebahagiaan maupun permasalahan
akan membuat anak merasa dihargai. Anak akan menilai dirinya positif sehingga
meningkatkan self-esteem dirinya. Guru yang memberikan respon negatif berupa
ketidakpedulian bahkan cemoohan saat anak mendapatkan kebahagiaan maupun
permasalahan akan membuat anak merasa tidak dihargai. Anak akan menilai
dirinya negatif sehingga menurunkan self-esteem anak.
16
Bagan 1.5 Kerangka Pikir • Orang tua
• Teman
• Guru
Anak pada masa late
childhood
Self-esteem
Tinggi
Rendah
Aspek-aspek self-esteem:
• Kompetensi akademik
• Kompetensi atletik
• Penampilan fisik
• Penerimaan teman sebaya
• Behavioral conduct
• Global self-worth
17
1.6Asumsi
• Anak yang menilai dirinya kompeten dalam salah satu aspek merupakan
isyarat dari self-esteem yang tinggi.
• Self-esteem yang tinggi akan menjadi prediktor bagi berkembangnya
kepribadian yang sehat.
• Anak yang menilai dirinya rendah dalam semua aspek, merupakan isyarat
bagi peluangnya mengembangkan kepribadian yang tidak sehat dan
sekaligus menjadi cikal-bakal terjadinya gangguan perilaku.
• Self-esteem akan diinternalisasikan oleh anak berdasarkan penilaian atas
kompetensi dirinya yang diberikan oleh lingkungan (orang tua, teman
51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari pengolahan data dan
pembahasan hasil data dari 114 anak late childhood di SD “X” Bandung, dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1) Sebagian besar anak late childhood di SD “X” Bandung memiliki self-esteem
pada derajat tinggi (88.89%), dan sebagian lainnya (11.11%) memiliki
self-esteem rendah.
2) Pada anak late childhood di SD “X” bandung, baik yang memiliki self-esteem
tinggi maupun rendah sama-sama tidak memperlihatkan adanya pengaruh
dari respon positif maupun negatif yang diterimanya dari orang tua, teman,
dan guru.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan
beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak
yang berkepentingan:
5.2.1 Saran Untuk Penelitian Lanjutan
Disarankan untuk melakukan penelitian self-esteem sebaiknya
52
bersangkutan), juga dapat dilakukan rating oleh anak lain yang mengenal individu
bersangkutan, dan mengobservasi perilaku orang bersangkutan dalam pelbagai
setting yang melibatkan penilaian dari lingkungannya (orangtua, teman sebaya,
dan guru). Selain itu pula perlu dijaring mengenai penghayatan anak late
childhood terhadap perlakuan yang diterima dari lingkungannya.
5.2.2 Saran Praktis
1) Memberi masukan bagi pihak sekolah yaitu wali kelas untuk membimbing
anak late childhood di SD “X” Bandung yang memiliki self-esteem rendah
untuk mengenali kelebihan yang ada pada dirinya.
2) Memberi masukan bagi orang tua untuk mengidentifikasi penyebab dari
rendahnya self-esteem, memberikan dukungan, maupun membimbing anak
late childhood di SD “X” Bandung yang memiliki self-esteem rendah agar
lebih mengenali kompetensi dalam dirinya sehingga menilai dirinya lebih
positif.
3) Memberi masukan bagi para anak late childhood di SD “X” Bandung yang
memiliki self-esteem rendah agar lebih mengenali kompetensi dalam dirinya
DAFTAR PUSTAKA
Gulo, W. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.
Harter, S.1999a. The Construction of The Self: A Developmental Perspective. New York: The Guilford Press.
Hetherington, and Parke. 2003. Child Psychology: A Contemporary Viewpoint. 5th ed. New York: McGraw-Hill.
Nazir, M. 1988. Metode Penelitian, Edisi Pertama. Ghalia Indonesia, Jakarta Timur.
Santrock, John W. 2002. Life Span Development-Perkembangan Masa Hidup Jilid 1. Terjemahan Juda Damanik, Ahmad ghusairi. Indonesia: Erlangga.
DAFTAR RUJUKAN
Block, E. B. 2004. Adult Attachment Styles, Children’s Self-Competence, and Children’s Cognitive abikity: An Ecological Study. Louisiana.
Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. 2007. Panduan Penulisan Skripsi Sarjana. Edisi II. Bandung: Universitas Kristen Maranatha.
Gonzales-Mena, J. 2009. Child, Family, and Community: Family-Centered EarlyCare and Education. (Online).
(http://www.education.com/reference/article/dimensions-self-esteem/,
diakses 10 agustus 2010).
Media Indonesia. 13 Desember 2009. Bunuh Diri Penyebab Kematian Anak dan Remaja.
Preisser, Dr. 1997. Self-esteem. (Online).
(http://www.mesacc.edu/dept/d46/psy/dev/Fall99/esteem/index.html,
diakses 30 Juni 2010).
. 1997. Understanding Self-Esteem in Children. (Online).
(http://www.mesacc.edu/dept/d46/psy/dev/Fall99/esteem/kids.html,
diakses 30 Juni 2010).
Sheslow, David. V., Ph. D. 2008. Developing Your Child's Self-Esteem. (Online).
(http://www.education.com/reference/article/Ref_Developing_Child/?page
=2, diakses 10 Agustus 2010).