• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Sindroma Burnout Pada Perawat Wanita di Rumah Sakit 'X' Kota Bekasi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Sindroma Burnout Pada Perawat Wanita di Rumah Sakit 'X' Kota Bekasi."

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

i

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul ”Hubungan antara kecerdasan emosional dengan sindroma burnout pada perawat wanita di Rumah Sakit ’X’ kota Bekasi”. Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian maka rancangan penelitian yang diajukan menggunakan metode korelasi dengan teknik survei. Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosional dan sindroma burnout yang dimiliki oleh 49 perawat wanita yang berkerja di Rumah Sakit ’X’ kota Bekasi. Pengamilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik populasi.

Alat ukur yang digunakan adalah Alat ukur kecerdasan emosional yang telah dikonstruksi sendiri oleh peneliti, yang disusun berdasarkan lima aspek Kecerdasan Emosional dari Daniel Goleman (1969). Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan Rank Spearman diperoleh 45 item yang diterima untuk mengukur kecerdasan emosional pada perawat. Validitas item berkisar antara 0.22- 0.96 dan reliabilitasnya sebesar 0.821.

Alat ukur kedua yaitu Sindroma Burnout yang diciptakan oleh Christina Maslach (1996) pada Maslach Burnout Inventory. Alat ukur ini terdiri dari 22 item berupa kuesioner. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan Rank Spearman diperoleh 22 item yang diterima untuk mengukur kecerdasan emosional pada perawat. Validitas item berkisar antara 0.23-0.81 dan reliabilitasnya sebesar 0.628. Hasil pembahasan menggunakan hasil korelasi dan tabulasi silang.

Hasilnya berdasarkan perhitungan Spearman sebesar -0.427 maka hasil hipotesis ditolak yang berarti terdapat hubungan negatif yang signifikan dimana semakin tinggi kecerdasan emosional pada perawat maka sindroma burnout yang dimiliki perawat semakin rendah dan begitu sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosional pada perawat maka sindroma burnout yang muncul akan semakin tinggi

(2)

ii

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

This research is tittled "The corelation between emotional intelligence with burnout syndrome in female nurse at hospital 'X' Bekasi city". In accordance with the intent and purpose of the research study design proposed using correlation with survey techniques. As for the variable in this study is emotional intelligence and burnout syndrome are owned by 49 female nurses who work in hospital 'X' city of Bekasi. Pengamilan sample in this study using the technique of the population. Measuring tool used is the measuring tool of emotional intelligence that has been constructed by the researcher, which is based on five aspects of Emotional Intelligence by Daniel Goleman (1969). Based on the results of data processing by using the Spearman Rank obtained 45 items acceptable for measuring emotional intelligence in nurses. The validity of the items ranged from 0.22 to 0.96 and reliability for 0.821. The second measurement tools that Burnout syndrome is created by Christina Maslach (1996) on the Maslach Burnout Inventory. This instrument consists of 22 items in the form of a questionnaire. Based on the results of data processing by using the Spearman Rank obtained 22 items received to measure emotional intelligence in nurses. The validity of the items ranged from 0.23-0.81 and reliability for 0.628. The results of the discussion of using the results of correlation. The results are based on the calculation of Spearman -0427 then the results the hypothesis is rejected, which means there is a significant negative relationship whereby higher emotional intelligence in nurse burnout syndrome owned the nurse getting lower and lower so instead of emotional intelligence on the nurse burnout syndrome that appears to be higher

(3)

iii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK………..……….………...i

ABSTRACT………ii

DAFTAR ISI ……… iii

DAFTAR BAGAN……….………...…...vi

DAFTAR TABEL………..………..……..…...…...vii

DAFTAR LAMPIRAN……….. viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ……….. 1

1.2Identifikasi Masalah ……….. 12

1.3Maksud dan Tujuan ……….………..12

1.4Kegunaan ……….……... 12

1.5Kerangka Pemikiran ………..14

1.6Asumsi ……….…………. 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kecerdasan Emosional……….………..………. 29

2.1.1. Pengertian Emosi………...…….. 29

2.1.2. Emosi-Emosi Dasar ………..…….…. 29

2.1.3. Dua Jenis Pikiran ………..…. 33

2.1.4. Sejarah Kecerdasan Emosional……….…… 35

(4)

iv

Universitas Kristen Maranatha

2.1.6.Aspek Utama Kecerdasan Emosional……….……40

2.1.7. Factor-Faktor yang mempengaruhi Kecerdasan Emosional …….……42

2.1.8 Ciri Utama Pikiran Emosional………...43

2.1.9. Gaya-gaya Menangani dan Mengatasi Emosi…………..………….…46

2.2. Burnout………..………... 48

2.2.1 Ciri-ciri Burnout ………..………..49

2.2.2 Dinamika Stress Pada Burnout………50

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Burnout………..50

2.2.3.1. Faktor Eksternal……….….51

2.2.3.2. Faktor Internal ………....…. 52

2.3.Keperawatan ………...53

2.3.1 Konsep Dasar Profesi Keperawatan………53

2.3.2 Pengertian Keperawatan ...54

2.3.3 Peran, Fungsi, dan tanggung jawab Tenaga Keperawatan………. 56

2.3.4. Persyaratan Keperawatan Sebagai Suatu Profesi…………...56

2.3.5. Penggunaan Komunikasi Secara Khusus Dalam Bid Keperawatan…..58

2.3.6. Proses Keperawatan………..…59

2.3.7. Masalah-Masalah Spesifik perawat……….…….60

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ………..…….. 62

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ……….…….. 63

3.3 Alat Ukur ……….……. 65

(5)

v

Universitas Kristen Maranatha

3.3.2. Alat Ukur Sindroma Burnout……….. 67

Prosedur Pengisian ……….….. 67

3.3.3 Sistem Penilaian ……….….. 68

3.3.4 Data Penunjang ……….……….…..…..69

3.3.5 Validitas dan Reliabilitas ……….……….….69

3.4 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel………...…………...70 3.4.1. Populasi Sasaran………..………..70 3.4.2. Karakteristik Populasi………..…..71 3.5 Teknik Analisis Data ………...71 3.6. Hipotesis Statistik……….…..….73

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden………..…….. 74

4.1.1. Tabel Data Penunjang Responden……….……….………74

4.2 Hasil Penelitian………....……….……… 75

4.2.1 Tabel Korelasi Kecerdasan Emosional dengan Sindroma Burnout...75

4.2.2 Tabel Martix Korelasi Kecerdasan Emosional dan sindroma Burnout.….76 4.3 Pembahasan ……….……. 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………..…….. 84

5.2 Saran……..………..87

DAFTAR PUSTAKA ………..90

(6)

vi

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR BAGAN

(7)

vii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

3.3.1. Tabel Aspek dan Indikator Kecerdasan Emosional 3.3.2. Tabel Aspek dan Indikator Sindroma Burnout 3.3.6.1 Tabel Validitas Alat Ukur Kecerdasan Emosional. 3.3.6.2 Tabel Validitas Alat ukur Sindroma Burnout. 3.3.7 Tabel Realibilitas Alat Ukur

4.1 Tabel Data Penunjang Responden

4.2.1 Tabel Korelasi Antara Kecerdasan Emosional Dengan Sindroma

Burnout.

4.2.2 Tabel Matrix Korelasi Antara Kecerdasan Emosional Dengan

(8)

viii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner Kecerdasan Emosional dengan Sindroma Burnout Lampiran 2 Tabel Validitas dan Realibilitas.

Lampiran 3 Hasil frekuensi Responden dan Kecerdasan Emosional dan Sindroma Burnout

Lampiran 4 Data mentah responden dan Hasil Kuesioner Variabel Kecerdasan Emosional dan Sindroma Burnout

Lampiran 5 Tabel Korelasi Antar Variabel Kecerdasan Emosional dan

Sindroma Burnout

Lampiran 6 tabel kisi-kisi variable kecerdasan emosional

(9)

LAMPIRAN 1:

Kuesioner Kecerdasan Emosional

DAN

(10)

PRAKATA

Sehubungan dengan tugas akhir (SKRIPSI) Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha yang berjudul “HUBUNGAN

ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN SINDROMA

BURNOUT PADA PERAWAT WANITA DI RUMAH SAKIT

KOTA ‘X’ KOTA BEKASI”, saya selaku peneliti memohon

kerjasama dan kesediaan anda untuk mengisi kuisioner berikut ini. Data yang anda berikan sangat bermanfaat bagi penelitian ini. Selain itu, data yang anda berikan juga akan digunakan semata-mata untuk kepentingan penelitian ini dan akan dijamin kerahasiaannya. Untuk itu anda diharapkan untuk memberikan jawaban yang jujur dan sesuai dengan keadaan diri anda.

Atas kerjasama dan partisipasinya, saya ucapkan banyak terimakasih.

Hormat saya,

Peneliti

Peneliti : Yuniar Zairini Tambunan

Ardhini 1 jln. Camelia No.4 Pondok Gede Bekasi 17414.

(11)

DATA PENUNJANG

Dibawah ini anda diharapkan untuk menjawab beberapa pertanyaan untuk melengkapi data tentang diri anda. Tujuan dari pertanyaan ini sebagai data penunjang untuk penelitian yang sedang diteliti. Oleh sebab itu dimohon bantuannya. Jawaban atas pertanyaan ini akan dirahasiakan dan hanya dipakai untuk keperluan penelitian saja. Terima kasih.

Identitas Diri

Nama (inisial) :

Usia :

Pendidikan terakhir :

Jabatan :

(12)

KUESIONER KECERDASAN EMOSIONAL

Petunjuk soal:

Berikut ini terdapat beberapa pernyataan mengenai kecerdasan emosional. Sdr diminta untuk menjawabnya berdasarkan apa yang sdr

rasakan atau yang sdr alami sendiri. Jawaban sdr tersebut tidak ada yang

salah, semuanya adalah benar.

Berilah tanda silang (X) pada kolom yang telah tersedia dengan keterangan sebagai berikut:

SS : pernyataan tersebut sangat sesuai dengan diri sdr

S : pernyataan tersebut sesuai dengan diri sdr

TS : pernyataan tersebut tidak sesuai dengan diri sdr

STS : pernyataan tesebut sangat tidak sesuai dengan diri sdr

No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya menyadari kemarahan saya ketika sedang menangani pasien yang kurang kooperatif.

2 Saya dapat mengungkapkan rasa tidak suka saya dengan perilaku pasien dengan cara yang sopan dan sedapat mungkin tetap menjaga perasaan pasien 3 Meskipun sudah berada di luar jam kerja, saya akan

(13)

4 Saya berusaha untuk tidak membawa masalah yang sedang saya hadapi jika saya sedang bertugas. 5 Saya akan terus belajar untuk meningkatkan

kemampuan dan pengetahuan saya dalam bekerja. 6 Saya tidak dapat memahami apa yang pasien

rasakan ketika penyakitnya sedang kambuh.

7 saya bersedia mendengarkan keluhan-keluhan, kritik atau saran yang pasien utarakan.

8 Saya tidak mahir dalam memberikan informasi yang mudah dimengerti kepada pasien maupun keluarga pasien.

9 Saya tertarik menjadi perawat karena saya suka membantu orang yang sedang sakit.

10 Saya paham dalam keadaan tertentu (lelah, banyak pikiran) saya merasa kesal jika bertemu dengan pasien yang banyak menuntut.

11 Saya tahu yang harus saya lakukan saat menangani pasien yang membuat saya kesal.

12 Dalam keadaan emosi yang tertekan (banyak pekerjaan), saya dapat membentak pasien secara spontan pada pasien yang membuat saya kesal 13 Saat melayani pasien, saya berusaha untuk sabar

walaupun sedang dihadapi oleh situasi yang dapat membuat saya marah.

(14)

15 Saya sulit mengenali bagaimana perasaan saya ketika saya sedang dilanda masalah

16 Saya aktif bertanya hal-hal yang tidak saya mengerti mengenai penyakit kepada dokter ataupun kepada perawat yang lebih senior.

17 Saya menghargai kritikan dan saran dari pasien yang merasa tidak puas dengan pelayanan saya.

18 Saya dapat memahami apa yang dirasakan oleh pasien-pasien saya

19 Saya sulit menyadari bahwa perasaan saya yang sedang kesal dapat mempengaruhi pelayanan saya terhadap pasien (seperti mengeluarkan nada suara yang tinggi).

20 Meskipun saya merasa kurang nyaman dengan pasien tertentu, saya dapat memperlakukan pasien tersebut sama dengan pasien yang lainnya.

21 Saya kurang tertarik mendengarkan pasien yang bercerita baik tentang perasaannya maupun keluhannya.

22 Saya merasa sulit dalam memberikan saran yang jelas kepada para pasien.

23 Jika sedang berkomunikasi dengan pasien, saya berusaha untuk bersikap simpati.

(15)

25 Saya tahu dengan jelas apa yang dapat membuat saya marah.

26 Saya merasa marah dan kesal pada saat menghadapi pasien yang kurang dapat diajak bekerja sama (seperti tidak mau meminum obatnya, tidak mau mandi dll)

27 Saya akan bertanggung jawab bila saya telah melakukan kesalahan dalam memberi pelayanan pasien

28 Saya sulit melakukan tugas dengan baik ketika saya sedang merasa kesal.

29 Saya tidak tertarik untuk mencari informasi yang lebih lengkap mengenai penyakit-penyakit yang kurang saya mengerti.

30 Saya dapat merasakan ketidaknyamanan pasien terhadap penyakitnya.

31 Pada saat tertentu saya merasa bingung mengapa saya bisa marah pada pasien

32 Saya merasa kecewa dengan pasien yang kurang dapat mengikuti tata tertib yang ada pada Rumah Sakit ini.

33 Saya tidak perduli dengan pasien yang sulit untuk diajak bekerja sama

(16)

35 Saya tahu bahwa tindakan yang kurang menyenangkan akan saya muculkan ke pasien yang banyak menuntut.

36 Sebelum terjadi hubungan yang kurang menyenangkan dengan pasien, saya akan membicarakan terlebih dahulu hal-hal apa yang diharapkan pasien dari pelayanan saya.

37 Saya sulit menerima pendapat orang lain yang berbeda dengan pendapat saya.

38 Saya merasa kalau kinerja saya tidak akan terganggu oleh lingkungan kerja yang tidak mendukung. 39 Saya mengenali segala perasaan yang sedang saya

rasakan dikala sedih atau senang.

40 Saya adalah orang yang tegas dan mampu membuat keputusan yang baik, meskipun dalam keadaan tidak pasti dan tertekan.

41 Ketika perasaan saya sedang kesal karena sesuatu hal (masalah intern), tanpa saya sadari saya menunjukkan ekspresi marah saya dengan para pasien.

42 Saya dapat memahami bahwa sebagai pasien mereka membutuhkan bantuan dan pelayanan dari saya. 43 Saya dapat bersedia menjadi pendengar yang baik,

(17)

44 Saya akan meluangkan waktu jika ada pasien yang membutuhkan teman cerita mengenai persoalan pribadinya maupun penyakitnya..

45 Pada saat berhadapan dengan pasien yang rewel, saya bersedia menolongnya meskipun pada saat itu saya sedang sibuk dengan tugas.

(18)

KUESIONER SINDROMA BURNOUT

Petunjuk soal:

Berikut ini terdapat beberapa pernyataan mengenai kecerdasan emosional. Sdr diminta untuk menjawabnya berdasarkan apa yang sdr rasakan atau yang

sdr alami sendiri. Jawaban sdr tersebut tidak ada yang salah, semuanya

adalah benar.

Berilah tanda silang (X) pada kolom yang telah tersedia dengan keterangan sebagai berikut:

SS : pernyataan tersebut sangat sesuai dengan diri sdr

S : pernyataan tersebut sesuai dengan diri sdr

TS : pernyataan tersebut tidak sesuai dengan diri sdr

STS : pernyataan tesebut sangat tidak sesuai dengan diri sdr

NO. Pernyataan SS S TS STS

1 Secara emosional saya merasa lelah setelah merawat pasien.

2 Saya merasa tidak perduli dengan apa yang terjadi pada pasien

3 Saya telah mencapai hal-hal yang berharga sebagai perawat

(19)

5 Saya mampu menciptakan suasana relaks dan nyaman dengan para pasien

6 Saya merasa bahwa saya merawat pasien seperti benda bukan sebagai pribadi.

7 Saya merasa saya bekerja terlalu keras pada pekerjaan saya.

8 Saya merasa telah menjadi tidak berperasaan sejak menjadi seorang perawat.

9 Saya merasa seolah-olah kehabisan akal dalam merawat pasien

10 Saya merasa sangat bersemangat.

11 Saya merasa senang setelah merawat pasien. 12 Saya merasa frustrasi dalam pekerjaan saya. 13 Saya dapat memahami apa yang pasien rasakan

tentang sesuatu

14 Saya khawatir merawat pasien membuat perasaan saya menjadi terganggu.

(20)

---Terima Kasih Atas Kerjasamanya--- 16 Saya merasa pasien mempermasalahkan saya

untuk beberapa masalah yang ia miliki.

17 Saya merasa lelah ketika harus bangun pagi dan menjalani hari atau tugas merawat pasien. 18 Saya dapat menghadapi masalah yang dialami

pasien dengan sangat efektif.

19 Merawat pasien secara langsung menimbulkan banyak tekanan bagi saya.

20 Pada saat merawat pasien, saya menghadapi masalah-masalah yang muncul dengan tenang. 21 Saya merasa lelah secara fisik dan jenuh

dengan pekerjaan saya

(21)

LAMPIRAN 2:

Validitas Alat Ukur

Dan

(22)

Lampiran 2

Validitas Alat Ukur KECERDASAN EMOSIONAL

No.item Validitas Keterangan

1 0.446 Diterima

2 0.674 Diterima

3 0.961 Diterima

4 0.500 Diterima

5 0.244 Diterima

6 0.675 Diterima

7 0.611 Diterima

8 0.720 Diterima

9 0.560 Diterima

10 0.291 Diterima

11 0.241 Diterima

12 0.872 Diterima

13 0.418 Diterima

14 0.367 Diterima

15 0.230 Diterima

16 0.221 Diterima

17 0.247 Diterima

18 0.372 Diterima

19 0.632 Diterima

20 0.508 Diterima

21 0.601 Diterima

22 0.779 Diterima

(23)

24 0.240 Diterima

25 0.613 Diterima

26 0.417 Diterima

27 0.478 Diterima

28 0.426 Diterima

29 0.606 Diterima

30 0.490 Diterima

31 0.340 Diterima

32 0.230 Diterima

33 0.555 Diterima

34 0.595 Diterima

35 0.538 Diterima

36 0.309 Diterima

37 0.410 Diterima

38 0.250 Diterima

39 0.512 Diterima

40 0.382 Diterima

41 0.570 Diterima

42 0.547 Diterima

43 0.560 Diterima

44 0.292 Diterima

(24)

Lampiran 2

Validitas Alat Ukur SINDROMA BURNOUT

No.Item Validitas Keterangan

1 0.401 Diterima

2 0.403 Diterima

3 0.526 Diterima

4 0.721 Diterima

5 0.485 Diterima

6 0.607 Diterima

7 0.589 Diterima

8 0.694 Diterima

9 0.818 Diterima

10 0.244 Diterima

11 0.307 Diterima

12 0.559 Diterima

13 0.256 Diterima

14 0.807 Diterima

15 0.542 Diterima

16 0.235 Diterima

17 0.544 Diterima

18 0.289 Diterima

19 0.291 Diterima

20 0.571 Diterima

21 0.668 Diterima

(25)

Lampiran 2

Reliability Emotional Quotient

****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** _

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

Reliability Coefficients

N of Cases = 49.0 N of Items = 45

Alpha = .8214

Reliability Burn Out Syndrome

****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** _

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

Reliability Coefficients

N of Cases = 49.0 N of Items = 22

(26)

LAMPIRAN 3:

gambaran responden

dan

(27)

Lampiran 3

3.1 Gambaran Responden

Responden penelitian ini dikelompokan dalam beberapa kategori, yaitu, usia, pendidikan terakhir, lama kerja, jabatan dan status pernikahan responden. Pengelompokan tersebut digambarkan oleh table-tabel sebagai berikut

(28)

3.1.3 Tabel Lama Kerja Responden

3.1.5. Hasil frekuensi kecerdasan emosional dan sindroma burnout

(29)

LAMPIRAN 4:

Data mentah

Hasil kuesioner alat ukur KECERDASAN EMOSIONAL

DAN

(30)
(31)
(32)
(33)

Lampiran 4 Sindroma Burnout

Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Y10 Y11 Y12 Y13 Y14 Y15 Y16 Y17 Y18 Y19 Y20 Y21 Y22

1 2 2 4 1 3 4 4 3 2 1 1 4 2 3 2 2 2 1 3 3 2 4

2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 1 1 4 1 3 3 4 4 1 2 4 1 4

3 2 1 2 4 2 2 3 4 2 1 2 3 1 2 2 4 3 2 4 2 2 4

4 3 2 1 3 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 1 2 1 3 1

5 1 1 1 4 1 2 1 2 1 1 3 3 1 4 2 3 3 3 3 3 2 3

6 1 1 3 2 1 3 4 2 2 1 1 2 1 3 4 2 1 3 3 1 2 2

7 1 1 2 3 1 3 4 3 2 1 1 3 1 4 2 2 1 3 4 2 2 3

8 1 3 3 1 3 2 4 4 2 1 1 2 2 4 3 2 1 1 3 3 3 1

9 1 1 1 3 1 4 2 1 2 1 1 2 1 4 2 4 3 1 3 3 2 4

10 1 2 2 4 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 3 4 3 4 4 2 4 1

11 1 2 2 2 1 4 2 4 2 1 1 2 2 4 3 1 4 2 4 2 4 3

12 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1

13 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 1

14 3 2 2 3 1 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2

15 4 4 1 3 2 2 4 3 3 1 1 2 2 3 4 2 4 1 2 1 3 1

16 4 3 1 3 4 2 4 3 4 1 1 2 1 4 4 3 4 1 3 1 4 2

17 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 3 4 2 2 2 1 3 1

(34)

19 4 3 3 1 3 1 4 4 3 2 1 4 2 2 1 2 3 1 3 3 2 1

20 1 2 3 2 2 2 1 3 2 1 1 2 2 4 3 2 3 1 2 4 2 3

21 3 2 3 1 2 4 2 2 2 1 1 3 1 3 2 1 3 3 4 2 2 3

22 2 1 3 3 1 2 3 3 2 1 1 4 2 2 1 3 4 2 3 1 3 3

23 1 1 3 3 3 3 2 2 2 1 1 4 2 3 2 2 1 4 2 4 2 4

24 2 2 4 3 3 1 2 2 2 1 1 4 1 2 2 1 2 4 2 4 2 3

25 1 2 3 1 1 3 3 2 2 1 1 4 3 4 2 1 2 3 2 2 1 4

26 1 2 2 2 4 2 2 1 2 1 1 4 2 2 1 2 1 3 1 3 3 4

27 4 3 1 3 3 1 2 2 2 2 2 3 2 1 2 4 3 3 3 1 3 3

28 3 3 2 2 3 1 1 2 1 1 1 4 1 3 2 3 2 2 2 4 2 3

29 2 1 4 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 3 2

30 2 3 2 2 1 1 3 2 3 1 1 4 1 3 2 1 3 3 1 2 2 3

31 3 2 4 2 4 2 2 2 2 1 2 4 2 2 1 2 1 1 3 2 4 2

32 3 1 2 1 2 1 1 1 1 2 4 4 2 1 3 1 1 2 1 3 3 2

33 3 2 1 3 1 4 1 2 2 1 1 1 1 1 4 2 4 4 1 1 3 2

34 2 2 3 4 1 3 3 2 2 1 1 3 1 4 2 2 3 2 2 3 2 3

35 2 1 1 3 3 4 3 1 2 1 1 3 3 1 3 3 3 3 1 2 4 3

36 2 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 1 3 1 1 3 3 2 3 1 1 2

37 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 2

(35)

39 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 3 1 1 3 3 2 3 1 1 2

40 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 3 1 1 2 2 3 2 2 1 2

41 2 2 2 1 2 1 2 1 1 2 2 1 3 1 1 2 2 3 2 2 1 2

42 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 3 1 1 3 3 2 3 1 1 2

43 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 2

44 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 3 1 1 2 2 3 2 2 1 2

45 3 2 2 3 2 2 4 2 2 2 3 3 2 3 1 2 3 2 1 2 3 2

46 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 3 1 1 3 3 2 4 4 1 2

47 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 3 1 1 3 3 2 3 1 1 2

48 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

(36)
(37)

24 1 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 2 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 2 4 2 4 4 3 4 3 3 2 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4

25 2 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 2 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 1 4 2 4 4 3 4 3 3 2 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4

26 1 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 1 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 1 3 1 4 4 3 3 4 4 1 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3

27 3 3 4 3 3 1 3 2 3 3 4 1 3 1 2 3 3 4 2 4 2 1 3 3 3 1 4 2 2 4 2 2 2 3 1 3 1 3 3 4 2 2 3 4 3

28 3 3 4 3 4 1 3 2 4 4 3 2 4 2 1 3 3 4 2 3 1 2 4 3 4 2 4 2 2 4 2 2 1 3 3 3 2 3 4 4 2 3 3 4 4

29 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 4 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4

30 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 4 2 2 3 3 3 3 3 4 3 2 4 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

31 1 3 4 4 4 2 4 4 4 1 4 4 4 4 3 4 4 4 1 4 1 1 4 4 3 1 4 4 4 4 4 1 4 4 1 1 4 4 4 4 2 4 4 4 3

32 2 2 4 4 4 4 4 4 4 1 4 1 3 1 2 4 4 3 1 3 1 4 4 3 4 1 4 2 1 2 2 4 2 4 2 4 4 4 4 3 1 3 3 2 2

33 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 4 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4

34 2 2 2 2 2 1 3 1 2 3 4 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 4 1 3 3 2 4 4 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 4 4

35 3 3 4 3 3 4 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 2 3 3 3 3 3 3 2 2 4 4 3 3 3 2 4 4 3 4 4 4 3

36 4 4 4 4 4 4 4 3 1 2 3 4 4 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 2 2 4 4 3 3 3 2 4 4 3 4 4 4 3 3

37 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 3 4 4 2 2 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 2 2 4 4 3 3 3 2 4 4 3 4 4 4 3

38 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 3 4 4 2 2 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 2 2 4 4 3 3 3 2 4 4 3 4 4 4 3

39 4 4 3 4 4 4 3 4 2 3 4 4 2 2 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 2 2 4 4 3 3 3 2 4 4 3 4 4 4 3 3

40 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 2 4 4 2 2 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 2 2 4 4 3 3 3 2 4 4 3 4 4 4 3

41 4 4 3 4 3 2 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 2 3 4 3 2 4 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3

42 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 3 4 4 2 2 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 2 2 4 4 3 3 3 2 4 4 3 4 4 4 3

43 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 3 4 4 2 2 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 2 2 4 4 3 3 3 2 4 4 3 4 4 4 3

44 4 4 3 4 3 2 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 2 3 4 3 2 4 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3

45 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 3 4 4 2 2 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 2 2 4 4 3 3 3 2 4 4 3 4 4 4 3

46 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 3 4 4 2 2 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 2 2 4 4 3 3 3 2 4 4 3 4 4 3 2

47 4 4 3 4 3 2 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 2 3 4 3 2 4 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3

48 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3

(38)

LAMPIRAN 5:

Hasil Matrix Korelasi

Antara

Kecerdasan Emosional Dan Sindroma burnout dengan

(39)

Lampiran 5

5.1. Hasil SPSS korelasi antara Kecerdasan Emosional dengan Sindroma Burnout

Correlations

teq tbo Spearman's rho teq Correlation Coefficient 1,000 -,427**

Sig. (2-tailed) . ,002

N 49 49

tbo Correlation Coefficient -,427** 1,000 Sig. (2-tailed) ,002 .

N 49 49

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

5.2. Matrix Korelasi Kecerdasan emosional dan Sindroma Burnout dengan fackor-faktor

(40)

5.3. Hasil korelasi antara kecerdasan emosional dan sindroma Burnout dengan data penunjang

5.3.1. Hasil korelasi antara kecerdasan emosional dengan data penunjang

Correlations

(41)

lama.ker Spearman’s rho Correlation

-,193 ,518** ,007 ,131 1 ,005

Sig. (2-tailed) ,185 ,000 ,961 ,371 ,974

N 49 49 49 49 49 49

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

5.3.1. Hasil korelasi antara sindroma burnout dengan data penunjang lCorrelations

burnout usia pend.akr jabatan lama.ker status burnout Spearman’s rho

(42)

LAMPIRAN 6:

(43)

Lampiran 6 sedang menangani pasien yang kurang kooperatif. (1) jika bertemu dengan pasien yang banyak menuntut. (10) menangani pasien yang membuat saya kesal. (11)

(-)

 Saya tahu bahwa tindakan yang kurang menyenangkan akan saya muculkan ke pasien yang banyak menuntut. (35)  Saya sulit menyadari bahwa perasaan

(44)

yang tinggi). (19) untuk sabar walaupun sedang dihadapi oleh situasi yang dapat membuat saya menghadapi pasien yang kurang dapat diajak bekerja sama (seperti tidak mau (banyak pekerjaan), saya dapat membentak pasien secara spontan pada pasien yang membuat saya kesal. (12)  Ketika perasaan saya sedang kesal karena

sesuatu hal (masalah intern), tanpa saya sadari saya menunjukkan

(45)

o Perasaan yang lebih positif terhadap diri sendiri dan oranglain

(+)

 Saya merasa senang ketika pasien merasa puas dengan pelayanan yang saya

 Saya merasa kecewa dengan pasien yang kurang dapat mengikuti tata tertib yang

 Meskipun sudah berada di luar jam kerja, saya akan tetap bersedia menolong pasien yang sedang membutuhkan pertolongan. (3)

 Saya akan bertanggung jawab bila saya telah melakukan kesalahan dalam memberi pelayanan pasien. (27)

(-)

 Pada saat saya mendapat shift malam saya kurang maksimal dalam bekerja. (14) akan terganggu oleh lingkungan kerja yang tidak mendukung. (38)

(-)

(46)

o Peningkatan kinerja dokter ataupun kepada perawat yang lebih senior. (16)

(-)

 Saya kurang tertarik untuk mencari informasi yang lebih lengkap mengenai penyakit-penyakit yang kurang saya mengerti. (29)

 Saya dapat bersedia menjadi pendengar yang baik, dan berusaha saling memahami, berbagi saran atau informasi secara utuh dengan orang lain. (43)  Saya dapat merasakan ketidaknyamanan

pasien terhadap penyakitnya. (30) (-)

(47)

o Lebih baik dalam

mendengarkan oranglain

(+)

 saya bersedia mendengarkan keluhan-keluhan, kritik atau saran yang pasien utarakan. (7)

 Saya akan meluangkan waktu jika ada pasien yang membutuhkan teman cerita mengenai persoalan pribadinya maupun penyakitnya. (13)

(-)

 Saya kurang tertarik mendengarkan pasien yang bercerita baik tentang perasaannya maupun keluhannya. (21)

 Jika sedang berkomunikasi dengan pasien, saya berusaha untuk bersikap simpati. (23)

saran yang jelas kepada para pasien. (22)

(+)

 Meskipun saya merasa kurang nyaman dengan pasien tertentu, saya dapat memperlakukan pasien tersebut sama dengan pasien yang lainnya. (20)

 Saya berusaha memperhatikan dan menanyakan keadaan pasien sehingga mereka pun merasa diperhatikan oleh saya. (34)

(-)

(48)

o Lebih menyukai

bekerjasama dan menolong

(+)

 Saya tertarik menjadi perawat karena saya suka membantu orang yang sedang sakit. (9)

 Pada saat berhadapan dengan pasien yang rewel, saya bersedia menolongnya meskipun pada saat itu saya sedang sibuk dengan tugas. (45)

(-)

(49)

1

Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau kesehatan rujukan dan upaya kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya diharapkan senantiasa memperhatikan fungsi sosial dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Keberhasilan rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai dengan adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu pelayanan rumah sakit sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yang paling dominan adalah sumber daya manusia (Depkes RI,2002).

Dalam bisnis rumah sakit, pasien sebagai konsumen berkesempatan untuk memilih rancangan kesehatan yang lebih lengkap dan memadai yang ditawarkan pada masing-masing rumah sakit yang sedang bersaing. Misalnya fasilitas berupa alat-alat kesehatan dan sarana yang disediakan oleh pihak rumah sakit, dokter-dokter yang ahli dalam bidangnya, dan juga melibatkan peran perawat yang berhubungan langsung dengan pasien

(http://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_sakit).

(50)

2

Universitas Kristen Maranatha

sakit tersebut untuk masa yang akan datang. Maka tidak diragukan lagi bahwa tingkat kenyamanan pasien akan menjadi sangat penting demi kelangsungan bisnis rumah sakit. Pengalaman yang kurang menyenangkan dalam hal pelayanan dapat membuat pasien pindah ke rumah sakit lain, sedangkan pengalaman menyenangkan akan meningkatkan kesetiaan pasien. Perawat merupakan salah satu unsur yang penting dan menentukan untuk mencapai tujuan rumah sakit, sehingga pelayanan perawatan memiliki beban kerja paling besar dalam sebuah rumah sakit jika dibandingkan dengan bagian administrasi dan pemeliharaan.

Dalam prakteknya di rumah sakit, perawat menghadapi tuntutan tugas yang cukup berat karena tuntutan tugasnya lebih banyak berhubungan dengan pasien yang kadang-kadang tingkah lakunya menjengkelkan perawat, tetapi perawat dituntut untuk tetap memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya agar pasien merasa nyaman sehingga dapat mempercepat proses kesembuhannya. Pada umumnya perawat akan disenangi oleh pasien bila perawat dapat bertingkah laku dengan cara berbicara yang sopan, ramah dan mudah tersenyum, memperlihatkan sikap berminat dan mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikemukakan atau dikeluhkan oleh pasien (Gunarsa,1995).

(51)

3

Universitas Kristen Maranatha

banyak pasien yang datang berobat, dan hal tersebut membuat perawat kewalahan juga. Rumah sakit “X” kota Bekasi mencoba mengupayakan pelayanan kesehatan kepada pasien dengan sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat pada salah satu misi dari tujuan Rumah sakit “X” kota Bekasi, yaitu memberikan kepuasan konsumen yang optimal secara terus-menerus dan mengusahakan standar kualitas pelayanan yang tinggi dengan menjadikan kedekatan pada konsumen sebagai prioritas utama. Perawat di Rumah sakit ‘X’ kota Bekasi ini hanya berjumlah 50 orang dengan tingkat pendidikan D3–S1 dengan masa kerja yang berbeda, perawat-perawat ini telah dibagi tugasnya sesuai dengan keahlian mereka, perawat pelaksana, tim ruangan, kepala perawat dan perawat bidan.

(52)

4

Universitas Kristen Maranatha

harus segera dilakukan oleh perawat. Karena ada pengalaman perawat yang tidak menyenangkan ketika menangani pasien UGD. Mereka menceritakan bahwa ada beberapa keluarga pasien yang menyalahkan kinerja mereka karena lambat dalam menangani pasien, contohnya ketika sedang banyak pasien yang harus ditangani tetapi karena jumlah perawat yang ada kurang, maka pasien yang baru masuk UGD tidak segera ditangani dan harus menunggu.

Menurut Kepala Perawat rumah sakit “X” kota Bekasi, dalam melakukan tugasnya seorang perawat dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih memperhatikan kepentingan pasien. Kepentingan pasien yang dimaksud adalah melayani dengan ramah, mendengarkan keluhannya, cepat dan tanggap dalam memberikan pelayanan, bersedia menerima kondisi pasien apa adanya, memiliki fokus perhatian terhadap kesejahteraan pasien yaitu membantu mereka untuk mendapatkan rasa aman dan nyaman, jika dokter sedang tidak berada ditempat maka perawat harus bertindak mewakili dokter, menyampaikan anjuran-anjuran dari dokter untuk pasien dan berusaha agar anjuran tersebut dilaksanakan pasien.

Pengalaman dan pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar ketidaknyamanan yang dirasakan oleh pasien diakibatkan oleh perlakuan yang kurang baik dari perawat. Hasil observasi terhadap perawat RS “X” kota Bekasi memperlihatkan sebagian perawat yang

(53)

5

Universitas Kristen Maranatha

menggerutu jika pasien memerlukan bantuan, bersikap masa bodoh terhadap keluhan pasien, kurang memberikan penjelasan mengenai fungsi alat dan fasilitas kepada pasien, perawat mengandalkan dan melimpahkan tugas kepada keluarga atau penunggu pasien seperti menyuapi atau memandikan.

Dalam memberikan pelayanan yang berhubungan langsung dengan pasien, perawat dituntut untuk memiliki kemampuan yang lebih dalam pekerjaannya, seperti bagaimana strategi menghadapi pasien dalam menyampaikan keluhannya, bagaimana mengatasi pasien yang emosional, serta bagaimana perawat dapat berempati terhadap apa yang disampaikan oleh pasien mengenai penyakitnya. Kemampuan lebih yang dimaksud diatas adalah kemampuan dalam kecerdasan emosional (Emotional Inteligence).

Kemampuan intelektual yang dimiliki oleh seorang perawat belumlah cukup untuk dapat menangani pasien, tetapi harus didukung oleh kemampuan dalam membina hubungan dengan pasien, berempati terhadap penyakit yang diderita, mendengarkan keluhan, memberikan pelayanan yang cepat dan baik dalam memenuhi kebutuhan pasien. Keterampilan-keterampilan inilah yang dimaksud dengan kecerdasan emosional (Goleman, 1996).

(54)

6

Universitas Kristen Maranatha

kemudian mengembangkan dimensi-dimensi dari kelima dimensi kecerdasan emosional yaitu kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain (empati) dan membina hubungan dengan orang lain.

Keluhan pasien mengenai sikap perawat yang menggerutu jika pasien membutuhkan bantuan darinya, seharusnya tidak terjadi. Karena dalam dimensi kemampuan mengenali emosi diri pada perawat akan membuat mereka memantau reaksi-reaksi yang mereka berikan pada saat berhubungan dengan pasien sehingga mereka akan penuh pertimbangan dalam bereaksi terhadap stimulus lingkungan. Perawat seharusnya bisa memberikan pelayanan yang profesional kepada pasien.

Kemudian keluhan pasien mengenai perawat yang kurang ramah terhadap pasien ketika memberikan pelayanan seperti membentak, atau menutup pintu dengan keras, bersikap kurang lembut. Seharusnya perawat mampu untuk menahan emosinya, karena dalam dimensi mengelola emosi dilandasi oleh pengenalan terhadap emosi yang dialami saat itu akan membantu perawat untuk dapat menampilkan perilaku yang wajar saat mengungkapkan emosinya, sehingga meskipun perilaku pasien memancing emosinya, perawat dapat menghadapinya dengan respon yang tepat.

(55)

7

Universitas Kristen Maranatha

diri akan mempermudah perawat dalam menyesuaikan diri dengan pekerjaannya sehingga menimbulkan kinerja yang tinggi dalam segala bidang.

Perawat seharusnya bisa menjadi seorang pendengar yang baik bagi pasien. Karena ketika pasien sedang sakit, dia membutuhkan perhatian yang lebih dari orang lain. Dalam dimensi kemampuan mengenali emosi orang lain (empati) memungkinkan seorang perawat menangkap maksud pasien dan apa yang mereka kehendaki. Selain itu pengenalan terhadap emosi pasien akan mengarahkan pemilihan tindakan yang tepat. Jika perawat mampu berempati terhadap apa yang dirasakan oleh pasien, keluhan mengenai perhatian dan sikap tanggap seorang perawat yang masih dirasakan kurang tidak akan terjadi.

Pasien juga mengeluhkan bahwa perawat kurang bisa berkomunikasi dengan baik dengan pasien. Terkadang perawat hanya menjawab seperlunya ketika pasien bertanya pada perawat atau terkadang perawat bertanya pada perawat lain untuk menjawab pertanyaan pasien. Pada dimensi kemampuan membina hubungan dengan orang lain, akan menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan bagi pasien untuk berurusan dengan perawat. Perawat dengan kemampuan ini akan memiliki fleksibilitas dalam berinteraksi dengan berbagai macam pasien.

(56)

8

Universitas Kristen Maranatha

Dimana mereka seringkali dimarahi oleh pasien jika dokter tidak segera datang, atau disalahkan oleh keluarga pasien ketika pasien tidak kunjung sembuh. Banyaknya beban tugas yang harus dijalankan oleh perawat inilah yang akhirnya bisa memicu stress. Pekerjaan seorang perawat sangatlah berat. Dari satu sisi, seorang perawat harus menjalankan tugas yang menyangkut kelangsungan hidup pasien yang dirawatnya. Disisi lain, keadaan psikologis perawat itu sendiri juga harus tetap terjaga sehingga dapat menangani pasien dengan baik. Kondisi seperti inlah yang dapat menimbulkan rasa tertekan pada perawat sehingga ia mudah sekali mengalami stress. Stress yang dialami individu dalam jangka waktu yang lama dengan intesitas yang cukup tinggi akan mengakibatkan ketegangan mental yang mengganggu kondisi emosional, proses berpikir, dan kondisi fisik seseorang (Davis, 1996).

(57)

9

Universitas Kristen Maranatha Burnout adalah sejenis stress yang banyak dialami oleh orang-orang

yang berkerja dalam pekerjaan-pekerjaan pelayanan terhadap manusia lainnya. Seperti perawatan, pendidikan, kepolisian, keagamaan dan sebagainya. Reaksi terhadap pekerjaan ini meliputi reaksi-reaksi sikap dan emosional sebagai akibat dari pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan pekerjaan. Seringkali tanda awal dari burnout adalah suatu perasaan bahwa dirinya mengalami kelelahan emosional terhadap pekerjaannya.

Burnout biasanya terjadi bukan karena satu atau dua kejadian yang

traumatis tetapi karena akumulasi yang bertahap dari tekanan kerja yang berat (dalam Santrock, 2002).

Russel dan Velsen pada tahun 1987 (dalam Rohman dkk, 1997) meneliti hubungan job stress dengan burnout di kalangan perawat. Mereka menemukan bahwa perawat-perawat yang mendapatkan dukungan sosial dari para atasan mereka secara berulang kali merasakan berkurangnya kelelahan emosional, perawat-perawat menjadi bersifat lebih positif terhadap pekerjaan, pasien-pasiennya, dan semakin meningkat prestasi kerjanya. Hal ini didukung oleh Davis dan Newstroom (dalam Andriani dan Subekti, 2004) yang menyatakan bahwa beberapa orang yang mengalami

burnout disebabkan karena mereka merasa sendirian, kehilangan hubungan

(58)

10

Universitas Kristen Maranatha

pasien yang berperilaku tidak menyenangkan seperti, pasien yang rewel dan mengeluh terus menerus membuat si perawat menjadi mudah tersinggung, merasa tidak dihargai, merasa kurang sabar dan menjadi tidak nyaman untuk melayani pasien sehingga memberikan mimik muka yang tidak enak kepada pasien, mereka juga tidak kuat menghadapi pasien tersebut sehingga mereka pergi meninggalkan pasien yang seharusnya mereka layani, ada juga perawat yang sampai membanting pintu saat menghadapi pasien yang sedang marah-marah karena pelayanannya tidak memuaskan. Hal ini disebabkan karena keadaan emosi mereka yang kurang stabil, menurut survey 25% perawat sedang mengalami masalah eksternal dan kelelahan mental sehingga ia tidak dapat berprilaku profesional, 35% mengaku sedang mengalami kejenuhan pada pekerjaan mereka dan merasakan lelah secara fisik. Kemudian 40% lainnya menyatakan bahwa mereka sudah terbiasa menghadapi para pasien-pasien yang rewel sehingga dapat bertindak lebih sabar dan menguasai diri, serta tidak mudah terpancing emosinya apabila menghadapi para pasien yang banyak mengeluh walaupun perawat tersebut mengaku kesal, tapi mereka berusaha untuk profesional dan menahan kesabaran mereka saat mengahadapi pasien yang banyak maunya. Adapun masalah komunikasi dengan para pasien, mereka berupaya untuk menarik simpati para pasien untuk meredam terjadinya salah paham dengan cara pendekatan persuasif.

(59)

11

Universitas Kristen Maranatha

disukai dan mampu mencari jalan keluar serta berkerja dengan tim (dalam Efiati, 2004). Sehingga akan meminimalkan kecendrungan burnout yang dialami oleh perawat tersebut. Kondisi burnout muncul bukan hanya dipengaruhi oleh kondisi organisasi, namun merupakan hasil antara kondisi organisasi dengan karakteristik individu.

Kecerdasan emosional juga menuntut perawat untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri dan orang lain (dalam Yen dkk,2003). Namun pada kenyatannya di banyak rumah sakit masih saja terdapat kasus perawat yang bertindak tidak sopan dengan para pasiennya. Hal ini terjadi karena individu kurang mampu mengelola emosinya sehingga menimbulkan stress yang berulang terjadi atau sering disebut dengan sindroma burnout.

(60)

12

Universitas Kristen Maranatha

1.2. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka pada penelitian ini ingin diketahui sejauh mana hubungan antara kecerdasan emosi dengan sindroma burnout pada perilaku perawat wanita dalam melayani pasien di Rumah sakit “X” kota bekasi.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Untuk memperoleh gambaran sejauh mana hubungan antara kecerdasan emosional dan sindroma burnout pada perilaku perawat wanita dalam melayani pasien di Rumah Sakit ‘X’ kota Bekasi.

1.3.2. Tujuan Penelitian

 Untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara kecerdasan emosi dan

sindroma burnout pada perawat wanita di Rumah Sakit ‘X’ kota Bekasi.

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoretis

(61)

13

Universitas Kristen Maranatha

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi peneliti lain yang akan mengadakan atau melanjutkan peneleitian mengenai Kecerdasan Emosional dan sindroma burnout perilaku pada perawat wanita di Rumah Sakit ’X’ kota Bekasi.

1.4.2. Kegunaan Praktis

 Memberi informasi pada pihak rumah sakit “X” Bekasi melalui

kepala perawat untuk dapat memahami taraf kecerdasan emosional dan kemungkinan terjadinya sindroma burnout pada perawat-perawatnya dan melakukan bimbingan serta melatih mereka untuk meningkatkan kecerdasan emosionalnya serta menjaga agar sindroma burnout tidak terjadi.

 Memberi informasi kepada perawat rumah sakit “X” Bekasi untuk

(62)

14

Universitas Kristen Maranatha

1.5. Kerangka Pemikiran

Seorang perawat memiliki tuntutan yang tinggi untuk berhasil dalam melaksanakan fungsi dan peranannya dengan baik, sebagaimana perawat memiliki peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, sebagai

advokat klien, sebagai educator, sebagai koordinator, sebagai konsultan

dan sebagai pembaharu. Melihat banyak dan beratnya fungsi serta peran seorang perawat, maka dibutuhkan keterampilan-keterampilan khusus dan kemampuan-kemampuan tertentu bagi seorang perawat agar mampu menghadapi berbagai hambatan dan tantangan sehingga dapat memberikan pelayanan yang memuaskan.

Kecerdasan Emosional adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi; mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan: mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir; berempati dan berdoa (Goleman,2005:45). Goleman mengembangkan kelima dimensi-dimensi yang telah diungkapkan oleh Peter Salovey (1983), yaitu memiliki kemampuan untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati), dan membina hubungan dengan orang lain.

(63)

15

Universitas Kristen Maranatha

akan mempunyai kepekaan lebih tinggi tentang perasaan mereka yang sesungguhnya atas pengambilan keputusan-keputusan masalah pribadi (Goleman, 1996). Dalam pelaksanaan tugasnya di Rumah Sakit, perawat yang mampu menganali emosinya maka mereka akan bersikap sopan, mampu mempertahankan situasi tertib, dan tetap ramah walaupun pada pasien yang rewel dan banyak mengeluh. Sedangkan perawat yang lemah akan kemampuan ini maka mereka akan lebih mudah terpancing dan terprovokasi amarahnya oleh pasien yang tidak disukainya. Kemampuan mengenali emosi diri sendiri ini sangat penting untuk perawat demi memperoleh kesejahteraan bagi dirinya sendiri dalam memenuhi sebagai tanggung jawab perawat maupun pasien.

(64)

16

Universitas Kristen Maranatha

terpancing emosinya dan melepaskan emosinya tanpa berpikir panjang, seperti langsung meninggalkan pasiennya dan bersikap acuh.

(65)

17

Universitas Kristen Maranatha

gugup. Oleh karena itu sangat diperlukan untuk memiliki kemampuan ini sehingga dapat memanfaatkan emosinya agar mampu melayani pasien lebih dari apa yang bias mereka lakukan.

Pengertian dari mengenali emosi orang lain intinya adalah empati. Kemampuan yang bergantung pada kesadaran diri emosional, merupakan keterampilan dalam bergaul. Empati akan menuntun seseorang untuk menangkap sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa yang dikehendaki atau dibutuhkan orang lain (Goleman, 1996). Dimensi kemampuan mengenali emosi orang lain, memungkinkan seorang perawat menangkap maksud pasien dan apa yang mereka kehendaki. Selain itu pengenalan terhadap emosi pasien akan mengarahkan pemilihan tindakan yang tepat. Melihat pasien yang tidak mau meminum obat sebagai perawat selain membujuk pasien agar mau meminum obatnya, perawat juga harus mampu mengetahui apa yang menyebabkan pasien tidak mau melakukan hal itu. Perawat dapat bertanya dengan pasien apa yang dirasakannya saat itu sehingga pasien tidak mau meminum obatnya. Karena proses penyembuhan seorang pasien tidak hanya dari obat, tetapi juga suasana hati pasien akan mempercepat proses penyembuhannya. Perawat harus dapat menjadi seorang pendengar yang baik bagi pasien.

(66)

18

Universitas Kristen Maranatha

suasana yang nyaman dan menyenangkan bagi pasien untuk berurusan dengan perawat. Perawat dengan kemampuan ini akan memiliki fleksibilitas dalam berinteraksi dengan berbagai macam pasien. Ketika perawat mau mendengarkan keluhan pasien, akan membuat pasien merasa nyaman berhubungan dengannya. Dengan hubungan yang baik antara perawat dan pasien, perawat akan mengetahui apa yang diinginkan oleh pasien. Perawat akan dapat mengurangi kemungkinan kesalahan yang akan terjadi ketika dia mengurus pasiennya. Apabila perawat tidak memiliki kemampuan ini, maka dia tidak akan berhasil dalam pekerjaannya terutama pekerjaan yang membutuhkan sikap persuasif dalam membujuk pasien dan pesan yang ingin disampaikan cenderung disalahartikan oleh pasien sehingga bias terjadi salah pahan dan salah pengertian.

Hubungan yang baik dengan kepala perawat juga perlu dibina karena akan memudahkan perawat ketika menghadapi hambatan dalam pekerjaannya. Perawat akan lebih mudah bertanya pada kepala perawat dan mencari solusi untuk menyelesaikan masalahnya. Selain dengan kepala perawat, hubungan dengan sesama rekan kerja juga perlu dibina karena akan mempengaruhi hasil kerja yang akan dicapai. Dalam hal inilah, peran kecerdasan emosional seseorang dibutuhkan guna dapat berhubungan baik dengan rekan kerja yang lain.

(67)

19

Universitas Kristen Maranatha

tinggi, cepat bertindak berdasarkan emosinya, dan tidak sensitif dengan perasaan orang lain. Orang yang tidak mempunyai kecerdasan emosional tinggi, biasanya mempunyai kecenderungan untuk menyakiti dan memusuhi orang lain. Dalam dunia kerja, orang-orang yang mempunyai kecerdasan emosional yang sangat tinggi diperlukan, terlebih dalam tim untuk mencapai tujuan tertentu.

Para perawat dalam pekerjaan sehari-hari hampir selalu melibatkan perasaan dan emosi, sehingga setiap memberikan perawatan dituntut untuk dapat mengelola emosi dalam dirinya agar dapat memiliki stabilitas emosi yang baik dalam bekerja sehingga dapat mempertahankan kinerjanya dengan baik, serta dapat mengekspresikan perasaan yang ada dalam dirinya pada situasi dan kondisi yang tepat.

(68)

20

Universitas Kristen Maranatha

yang sering mengerjai dirinya seperti menyalahkan pekerjaannya atau memberikan tugas yang salah, cuaca yang panas, fisik yang lelah, tuntutan dari atasan perawat tersebut, tuntutan dalam rumah tangga atau memiliki masalah yang belum selesai pada teman seangkatan terkadang membuat para perawat akan terpancing emosinya. Sedangkan, tuntutan tugasnya sendiri mengharuskannya untuk dapat mengendalikan emosinya sendiri, tidak ikut terpancing, dan harus selalu berpegang pada tugasnya sebagai perawat. Disinilah pentingnya seorang perawat untuk dapat memahami dan mengembangkan kecerdasan emosional.

(69)

21

Universitas Kristen Maranatha

Faktor-faktor yang mempengaruhi sindroma burnout. Salah satunya usia, semakin matang usia seseorang, maka pengendalian emosional yang dimiliki semakin lebih baik dari yang sebelumnya (Santrock, 2002). Pendewasaan ini mengacu pada kemampuan berpikir, bertingkah laku serta berinteraksi dengan lingkungannya. Kedua pendidikan, proses belajar yang dilakukan berasal dari pengalaman dan pengamatannya dari lingkungan sekolah sebelumnya, semakin tinggi pendidikannya maka pengetahuan dan pengalamanpun semakin meluas sehingga mereka mampu mengorganisir dengan baik pekerjaannya. Ketiga adalah masa bekerja, semakin lama individu menjadi seorang perawat, maka penjiwaan yang dimiliki oleh individu untuk merawat pasien akan semakin baik, perawat tidak akan terhanyut dalam emosinya sendiri tetapi mereka akan lebih mementingkan untuk dapat menjiwai perannya sebagai perawat dan pengalaman yang ia dapat pelajari juga semakin bertambah. Keempat adalah jabatan, dimana individu yang memiliki jabatan lebih tinggi sudah lebih mapan dan mampu dalam mengahadapi dan menyelesaikan suatu permasalahan, namun belum tentu yang memiliki jabatan tinggi memiliki kecerdasan emosi yang tinggi karena menurut survey gaya kepemimpinan di rumah sakit ‘X’ kota Bekasi kurang

(70)

22

Universitas Kristen Maranatha

keterlibatan mereka terhadap keluarga membuat mereka lebih berpengalaman untuk mengatasi suatu permasalahan. Ketiga, pekerja yang tinggal bersama keluarga mempunyai pandangan yang berbeda terhadap pekerjaan dibandingkan dengan pekerja yang tinggal sendiri.

Maslach (1982) menjelaskan bahwa beban emosional yang terlalu berat yang menyebabkan kelelahan emosional merupakan inti dan awal terjadinya burnout. Kondisi ini mempengaruhi kesehatan individu untuk kerja lebih jauh lagi dan dapat mengakibatkan buruknya mutu pelayanan kesehatan yang akan diberikan kepada pasien (Gray-Toft & Anderson, 1981; Tyler & Cushway, 1982; Chermiss, 1980). Contohnya ketika perawat menghadapi pasien yang kurang kooperatif dan melakukan penolakan saat perawat akan memberikan obat, setiap kali perawat mencoba untuk memberikan obat namun pasien terus menolak dan memberikan mimik muka yang tidak ramah, hal ini membuat perawat seringkali merasa frustrasi terlebih ketika perawat sedang mengalami masalah pribadi.

(71)

23

Universitas Kristen Maranatha

ramah, perhatian dan mampu berempati pada permasalahan orang-orang tersebut. Menurut Bernardin (Rosyid, 1996), menggambarkan burnout sebagai suatu keadaan yang mencerminkan reaksi emosional pada orang yang bekerja pada bidang pelayanan kemanusiaan dan bekerja erat dengan masyarakat, dan salah satunya banyak dijumpai pada perawat di rumah sakit.

Burnout terdiri dari tiga dimensi yaitu emotional exhaustion,

depersonalization, dan reduced personal accomplishment (Maslach,

1982). Dimensi yang pertama, yaitu emotional exhaustion yang ditandai dengan adanya perasaan lelah akibat banyaknya tuntutan yang diajukan pada dirinya, yang kemudian menguras sumber-sumber emosional dan energi yang ada. Dalam hal ini pemberi pelayanan merasa tidak memiliki tenaga lagi untuk melakukan pekerjaannya sehingga perawat memperlihatkan ekspresi yang datar (tidak ada senyum) pada pasien maupun anggota keluarga pasien, diam ketika ditanya dan terlihat tidak semangat. Mereka merasa sumber emosi mereka telah habis dan tidak ada lagi yang dapat mereka lakukan untuk memperbaiki keadaan emosional mereka.

(72)

24

Universitas Kristen Maranatha

akan berkurang terhadap pasiennya, perawat menjadi tidak perduli dan acuh dengan permintaan-permintaan pasien, bahkan ada perawat yang sampai membanting pintu saking kesalnya dan sudah tidak dapat menahan emosinya dalam menghadapi pasien yang rewel dan tidak dapat berkerjasama.

Kemudian dimensi ketiga adalah reduced personal accomplishment meliputi adanya penilaian diri yang negatif dalam

kaitannya dengan pekerjaan, antara lain muncul perasaan tidak efektif atau tidak kompeten dalam bekerja. Motivasi perawat mulai menurun pada masa ini sehingga kinerjanya tidak dilaksanakan dengan baik, salah satunya ada perawat yang mulai melanggar aturan dengan tidur saat sedang berjaga, sering absen, dan sering ngobrol ketika sedang jaga. Selain itu, rasa percaya diri seorang perawat akan menurun, mereka akan mengalami depresi, beberapa dari perawat-perawat tersebut akan mengabaikan dan meninggalkan pekerjaan mereka, sementara yang lainnya akan berusaha mencari pertolongan untuk terus mempertahankan pekerjaannya seperti berkonsultasi atau bertukar pikiran dengan teman kerjanya.

Burnout dimulai dengan munculnya ketidak berdayaan dalam

(73)

25

Universitas Kristen Maranatha

emosional, membebani diri, dan merasa dibanjiri tuntutan emosional. Respon situasi ini adalah kelelahan emosional. Beban emosi yang terlalu berat dan ‘emotional exhaustion’ adalah inti dan dimensi pertama burnout.

Salah satu cara untuk keluar dari beban emosional adalah mengurangi keterlibatan dengan orang lain atau dengan kata lain menghindar dari orang-orang yang beresiko menimbulkan konflik bagi mereka. Akibatnya mereka menjadi kaku terhadap orang lain, contohnya ketika sedang melayani pasien, mereka cenderung tidak berbasa basi kepada pasien seperti menanyakan kabar atau berusaha mengajak pasien terlibat dalam suatu perbincangan, terlebih lagi pada pasien yang mereka tidak sukai. Sistem perlindungan detachment ini bisa dikatakan melindungi diri dari ketegangan atau ketidakberdayaan dari akibat keterlibatan yang terlalu erat dengan orang lain dalam hal ini adalah pasien. Dengan meningkatnya

detachment muncul sikap dingin pada kebutuhan orang lain dan sikap

(74)

26

Universitas Kristen Maranatha

kemampuan yang dimiliki untuk berinteraksi dengan orang lain atau pasien, dan bisa menghasilkan rasa menjatuhkan diri sendiri pada kegagalan sehingga peawat jadi malas berkerja, menghindar ketika ada pasien yang mulai mengeluh, dan menjadi penyendiri.

(75)

27

Universitas Kristen Maranatha

Uraian diatas dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut :

(76)

28

Universitas Kristen Maranatha

1.6 Asumsi Penelitian.

Dari uraian di atas maka dapat diambil asumsi sebagai berikut :

1. Tinggi rendahnya kecerdasan emosional berkaitan dengan munculnya sindroma

burnout

2. Faktor- faktor sindroma burnout menyebabkan munculnya sindroma burnout pada perawat dan berkaitan dengan kecerdasan emosional yang dimiliki para perawat.

1.7 Hipotesis penelitian.

Berdasarkan asumsi diatas maka penelitian mengajukan hipotesis sebagai berikut : Terdapat hubungan negative antara kecerdasan emosional dengan sindroma

burnout artinya apabila kecerdasan emosi nya tinggi maka kemungkinan

(77)

86

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Nilai koefisien korelasi (rh) berdasarkan perhitungan Spearman antara kecerdasan emosional dengan sindroma burnout menunjukkan korelasi negatif yang signifikan yang berarti semakin tinggi kecerdasan emosi maka semakin rendah burnout, sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosi maka semakin tinggi burnout.

2. Hasil Frekuensi dari seluruh perawat wanita di Rumah sakit ’X’ kota Bekasi memperoleh 27 perawat memiliki kecerdasan emosional yang rendah dan 22 perawat lainnya memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Selain itu dari hasil sindroma burnout maka sebanyak 28 perawat memiliki kecendrungan sindroma burnout yang tinggi dan 21 perawat lainnya memiliki kecendrungan sindroma burnout yang rendah.

3. Terdapat korelasi yang positif antara kecerdasan emosional usia perawat yang berarti semakin tinggi usia perawat maka kecerdasan emosional perawat semakin tinggi, dan semakin rendah usia perawat maka kecerdasan emosional yang dimiliki perawat semakin rendah.

(78)

87

Universitas Kristen Maranatha

emosional perawat semakin tinggi, dan semakin rendah jabatan perawat maka kecerdasan emosional yang dimiliki perawat semakin rendah. 5. Terdapat korelasi yang negatif yang signifikan antara sindroma burnout

dengan usia perawat yang berarti semakin tinggi usia perawat maka sindroma burnout semakin rendah dan juga sebaliknya, semakin rendah usia perawat maka sindroma burnout yang dimiliki semakin tinggi. 6. Hasil korelasi sindroma burnout dengan masa kerja perawat memiliki

hubungan negatif yang signifikan antara sindroma burnout dengan masa kerja dimana semakin tinggi masa kerja perawat maka sindroma

burnout semakin rendah dan juga sebaliknya, semakin rendah masa

kerja perawat maka sindroma burnout yang dimiliki semakin tinggi.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut ada beberapa saran yang dapat diberikan yaitu:

1.Bagi pimpinan Rumah Sakit

(79)

88

Universitas Kristen Maranatha

memicu perasaan positif, dan disaat yang sama dapat menekankan perasaan negatif. Sehingga perawat dapat menyelesaikan masalahnya tanpa harus menimbulkan stres yang nantinya akan menghambat semangat kerja perawat terutama produktivitas dan kegiatan berinteraksi dengan pasien, rekan kerja maupun dengan atasan.

2.Bagi subjek

Diharapkan dapat mengurangi burnout yang tergolong tinggi dengan cara: a. Melibatkan diri secara aktif dalam semua kegiatan atau acara yang diadakan

oleh rumah sakit baik yang bersifat formal maupun informal yang dapat menumbuhkan rasa kekeluargaan dan kerjasama antar rekan kerja yang dapat menciptakan kecintaan pada perusahaan. Melakukan evaluasi terhadap hasil kerja yang telah dilakukan, berusaha menemukan hal-hal baru (ide, metode, alat/produk, dll), meningkatkan kemampuan kognitif melalui kerjasama dengan semua rekan kerja ataupun pimpinan untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan pekerjaan

(80)

89

Universitas Kristen Maranatha

c. Berkonsultasi dengan kepala perawat atau bagian HRD jika mengalami gejala-gejala burnout sehingga dapat ditangani dan diberikan solusi yang cepat dan tepat sesuai dengan gejala yang dialami.

3.Bagi peneliti selanjutnya

Referensi

Dokumen terkait

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional perawat di IGD BRSU Tabanan adalah sedang dengan perilaku caring perawat cukup dan ada hubungan

Kemampuan mengelola emosi diri sendiri, kemampuan memotivasi diri sendiri, kemampuan mengenali emosi orang lain, kemampuan mengelola emosi orang lain serta

Sarason (1983) mengungkapkan bahwa dukungan sosial mencangkup dua aspek, antara lain: 1) Jumlah sumber dukungan sosial yang tersedia (kuantitas), merupakan persepsi

Sarason (1983) mengungkapkan bahwa dukungan sosial mencangkup dua aspek, antara lain: 1) Jumlah sumber dukungan sosial yang tersedia (kuantitas), merupakan persepsi

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara kematangan emosi dan kepuasan pernikahan dengan perilaku agresif pada perawat wanita yang

kemampuan ini membagi menjadi lima wilayah utama seperti mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan

Berdasarkan hasil analisa data, maka diperoleh kesimpulan utama bahwa tidak terdapat hubungan antara modal psikologis dengan keterikatan kerja pada perawat di

Selain itu perawat gawat darurat juga dapat dikategorikan perawat krisis, yaitu kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan untuk menangani pasien atau klien dengan