• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUALITAS AIR PETERNAKAN AYAM BROILER DI DESA MANGESTA KECAMATAN PENEBEL KABUPATEN TABANAN DITINJAU DARI JUMLAH BAKTERI COLIFORM DAN ESCHERICHIA COLI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KUALITAS AIR PETERNAKAN AYAM BROILER DI DESA MANGESTA KECAMATAN PENEBEL KABUPATEN TABANAN DITINJAU DARI JUMLAH BAKTERI COLIFORM DAN ESCHERICHIA COLI."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

KUALITAS AIR PETERNAKAN AYAM BROILER DI DESA MANGESTA KECAMATAN PENEBEL KABUPATEN TABANAN DITINJAU DARI JUMLAH

BAKTERI COLIFORM DAN ESCHERICHIA COLI

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Hewan

Diajukan oleh : Eggy Hidta Lusandika

NIM.1009005075

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA

(2)
(3)
(4)
(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banyuwangi, pada tanggal 10 Juni 1992. Penulis merupakan anak Pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Sahid dan Ibu Sugiryantin.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Tanjung Dewa pada tahun 1998, pendidikan Sekolah Dasar SDN 1 Tanjung Dewa Kalimantan Selatan dan SDN 3 Purwoasri pada tahun 2004, Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Tegaldlimo pada tahun 2007 dan Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Tegaldlimo pada tahun 2010.

Penulis kemudian diterima di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2010. Selanjutnya penulis melakukan penelitian di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana tentang “Kualitas Air Peternakan Ayam Broiler di Desa

Mengesta Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan Ditinjau dari Jumlah Bakteri Coliform dan Escherichia coli ” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan (S.KH) pada Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.

ABSTRAK

(6)

menggunakan Sidik Ragam dan dilanjutkan dengan uji jarak jerganda Duncan. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa jumlah bakteri Colifrom pada Beji (mata air), Reservoir (kaptering), dan tempat minum ternak berturut – turut Coliform 19768 x 105 CFU/100 ml, 11222 x 105 CFU/100 ml, 30957 x 105 CFU/100 ml dan jumlah Escherichia coli berturut - turut9233 x 105 CFU/100 ml, 3457 x 105 CFU/100 ml, dan 19657 x 105 CFU/100 ml. Secara statistik jumlah Escherichia coli dan Coliform pada tempat minum sangat nyata lebih tinggi (P<0,01) dari pada jumlah Escherichia coli dan Coliform pada Reservoir (kaptering) dan Beji (mata air).

Kata kunci: Coliform, Escherichia coli, Kualitas Air, Peternakan ayam broiler.

ABSTRACT

This study aims to determine the number of Coliform and Escherichia coli bacteria in a drinking water of broiler chickens in the Mangesta Village, Penebel District, Tabanan by judging from the number of Coliform and Escherichia coli bacteria. This study used a randomized block design from three sampling sites which are Beji (the water springs), water reservoir, and drinking places livestock, and had nine times repetition as a group. The number of Coliform and Escherichia coli bacteria was calculated by the method of spread (Fardiaz, 1993). The data result from Coliform and Escherichia coli bacteria were analyzed using analysis of variance, followed by Duncan's multiple range test. The research number of Coliform bacteria at Beji (water springs), water reservoir, and the drinking plate were 19768 x 105 CFU/100 ml, 11222 x 105 CFU/100 ml, 30957 x 105

CFU/100 ml and the number of Escherichia coli were 9233 x 105CFU/100 ml, 3457 x 105CFU/100

(7)

Keywords: Coliform, Escherichia coli, water quality,Poultry farm.

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat, rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi yang berjudul “Kualitas Air Peternakan Ayam Broiler Ditinjau di Desa Mengesta Kecamatan Penebel

(8)

1. Bapak Dr. drh. Nyoman Adi Suratma, MP. Selaku Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.

2. Bapak drh. I Gusti Ketut Suarjana, MP. Selaku pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi dan dukungan moril.

3. Bapak drh. I Gusti Ketut Suarjana, MP. selaku pembimbing I yang senantiasa memberikan dukungan, nasehat, motivasi, dan bimbingan dengan penuh kesabaran selama penelitian dan penulisan skripsi ini hingga selesai.

4. Bapak drh. I Ketut Suada, M.Si selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat, serta dukungan kepada penulis hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.

5. Dr. drh. I Nengah Kerta Besung M,Si, Dr. Drh Ida Bagus Ngurah Swacita. MP dan Drh. Ketut Tono PG M,Kes selaku penguji yang telah meluangkan waktu dan memberikan kritik, saran, serta nasehat yang sangat berguna bagi penyusunan skripsi ini.

6. Kedua orang tua tercinta Bapak Sahid dan Ibu Sugiryantin serta kedua adikku Ihza Anfasa Dua Nur Hidta dan Annisa Hidta Siti Nur Afifa. Terima kasih banyak atas dukungan semangat, doa dan dorongan moral serta material sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan.

7. Keluarga besar yang kusayangi, kakek dan nenek Sutarjo, Saniayah, almarhum kakung Saji dan Yaminah, om Sukirno, hari dan tante Sriyani, serta sepupu yang kusayangi Lia, Sifa, Azka. Terima kasih atas dukunganya.

(9)

9. Teman-teman seperjuangan Bayu Setiabudi, S.KH., Iga Prasetyo A, S.KH., Yuli Darmawan, S.KH., Khamid Yusuf B, S.KH., Wahyu Hananto S.KH., Isnan, Fiki, M. Bale Agung, Sentral dan teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu atas segala bentuk dukungan dan bantuannya. Teman-teman angkatan 2010 Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana yang selalu kompak dan semangat. Semoga kelak bisa menjadi kolega menjalin hubungan yang baik.

Dalam penulisan skripsi ini penulis masih banyak kekurangan, dan untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik, dan saran yang sifatnya membangun. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Denpasar, 2 Januari 2015

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

RIWAYAT HIDUP ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Air dan Standar Air ... 6

2.1.1 Syarat kualitas air minum ... 7

2.2 Sumber Air ... 8

2.3 Kriteria Mutu Air ... 10

2.4 Bakteri Indikator Keamanan Air ... 11

2.5 Coliform ... 12

2.6 Escherichia coli ... 13

2.7 Escherichia coli yang Berhubungan dengan Diare ... 14

2.8 Sistem Pengelolaan Peternakan ... 16

2.9 Kerangka Konsep ... 17

2.10 Hipotesis Penelitian ... 21

BAB III MATERI DAN METODE 3.1 Materi ... 22

3.1.1 Sampel penelitian ... 22

3.1.2 Peralatan penelitian ... 22

3.1.3 Bahan – bahan penelitian ... 22

3.1.4 Pengambilan sampel ... 22

3.2 Metode ... 23

3.2.1 Sterilisasi alat ... 23

3.2.2 Pembuatan media ... 24

3.2.3 Rancangan penelitian ... 24

3.2.4 Variabel penelitian ... 25

(11)

3.2.6 Cara pengumpulan data ... 26

3.2.7 Analisis data ... 26

3.2.8 Lokasi dan waktu penelitian ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jumlah Bakteri Coliform ... 27

4.2 Jumlah Bakteri E.coli ... 31

4.3 Pengujian Hepotesis ... 36

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 37

5.2 Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38

(12)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Jumlah Cemaran Bakteri Coliform pada Air Minum Ayam Broiler di Desa Mengesta Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan ... 27 2. Analisis Sidik Ragam Kualitas Air Minum Peternakan Ayam Broiler di Desa

Mengesta Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan ditinjau dari Jumlah Bakteri Coliform ... 28

3. Uji Jarak Berganda Duncan Pengaruh Lokasi Pengambilan Sampel terhadap Kualitas Air Peternakan Ayam Broiler di Desa Mengesta Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan Ditinjau dari Jumlah Bakteri Coliform ... 29 4. Jumlah Cemaran E.coli pada Peternakan Ayam Broiler di Desa Mengesta

Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan yang diambil dari Tiga Tempat Pengambilan Air ... 32 5. Uji Sidik Ragam Pemeriksaan Kualitas Air Minum Peternakan Ayam Broiler di

Desa Mengesta Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan ditinjau dari Jumlah Bakteri Escherichia coli ... 32

6. Uji Jarak Berganda Duncan Pengaruh Lokasi Pengambilan Sampel terhadap Jumlah Bakteri E.coli Air Minum Ayam Broiler di Desa Mengesta Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan ... 33

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Analisis Statistik Jumlah Bakteri Coliform ... 43 2. Analisis Statistik Jumlah Bakteri E. coli ... 56

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan kehidupan di bumi, air merupakan sumber daya alam yang dibutuhkan mahkluk hidup. Oleh karena itu, air harus dilindungi agar tetap bermanfaat bagi kehidupan seluruh mahkluk hidup. Pengamatan dan pelestarian sumber daya air harus terus diperhatikan semua pengguna air, termasuk juga oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan dengan cara yang bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi yang akan datang (Effendy, 2003).

(16)

2

bersih diantaranya baku mutu air peternakan yang dikatagorikan sebagai air kelas II ditinjau dari mikrobiologis dengan jumlah bakteri Coliform adalah 5000 koloni/100 ml dan E. coli 1000 koloni/100 ml air.

Coliform merupakan bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu dan produk-produk susu. Adanya bakteri Coliform di dalam makanan/minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik dan atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan (Fardiaz, 1993).

Bakteri ini dapat mendeteksi patogen pada air seperti virus, protozoa, dan parasit (Randa, 2012). Selain itu, bakteri ini lebih mudah diisolasi dan ditumbuhkan. Bakteri Coliform fekal adalah bakteri indikator adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan Coliform fekal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi Coliform jauh lebih murah, cepat dan sederhana dari pada mendeteksi bakteri patogenik lain (Randa, 2012).

(17)

3

Ternak ayam banyak dikembangkan di Tabanan termasuk di Desa Mangesta. Desa Mangesta merupakan desa yang mendapat suplai air dari mata air yang terdapat di hutan. Air tersebut mengalir dari mata air (beji) melalui pipa paralon menuju sebuah reservoir (kaptering) yang terdapat di bagian tengah desa, tepatnya di dekat rumah warga. Dari reservoir, air mengalir melalui pipa-pipa kecil menuju rumah warga dan sebuah tanki air peternakan yang terdapat dekat kandang ayam. Air yang berada dalam tanki dialirkan menuju tempat minum ayam yang terdapat di dalam kandang ayam.

(18)

4

Beberapa bulan terakhir, sering terjadinya kematian pada ayam yang hampir setiap hari terdapat 2 sampai 3 ayam yang mati. Telah dilaporkan, bahwa sebelum kejadian ayam mati terdapat sekitar 14 warga yang dirujuk ke rumah sakit dikarenakan terserang penyakit diare. Laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan berdasarkan sampel air yang diambil dari kejadian kasus tersebut diperoleh bahwa, air tersebut telah tercemar oleh bakteri E. coli. Menurut informasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan pernah memberikan kaporit pada reservoir. Akan tetapi pada saat ini masih banyak dijumpai ternak ayam di desa Mangesta masih sering sakit dengan gejala klinis diare yang menyebabkan ayam mengalami penurunan berat badan, nafsu makan berkurang dan malas bergerak. Peternak sering mengeluh karena mengalami kerugian ekonomi dan banyak ayam yang mati.

Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti kualitas air peternakan ditinjau dari jumlah bakteri Coliform dan E. coli. Apakah air yang dikonsumsi oleh ayam pedaging yang terdapat di peternakan sudah sesuai dengan standar jumlah bakteri Coliform dan E. coli.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

(19)

5

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui perbedaan jumlah koloni bakteri Coliform dan E. coli pada mata air, reservoir dan tempat minum pada peternakan ayam broiler di Desa Mangesta.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada peternak tentang jumlah bakteri Coliform dan E. coli pada air minum ternak ayam di Desa Mangesta.

(20)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air dan Standar Air 2.1.1 Pengertian air

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang terdapat di alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan hewan, serta untuk memajukan kesejahteraan umum akan tetapi ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi keperluan manusia relatif sedikit karena dibatasi oleh berbagai faktor (Effendy, 2003).RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat – syarat dan pengawasan kualitas air minum, meliputi :

1. Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga 2. Air yang didistribusikan melalui tangki air

3. Air Kemasan

4. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang disajikan kepada masyarakat.

(21)

7

2.1.2 Syarat kualitas air minum

Penyediaan air bersih, selain kualitasnya, kuantitasnya pun harus memenuhi standar yang berlaku. Untuk pengelolaan air minum, harus diperiksa kualitas airnya sebelum di distribusikan kepada masyarakat. Sebab, air baku belum tentu memenuhi standar, maka sering dilakukan pengolahan air untuk memenuhi standar air minum. Kualitas air yang digunakan sebagai air minum sebaiknya memenuhi persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010, meliputi :

1. Persyaratan Fisik

Parameter fisika umumnya dapat diidentifikasi dari kondisi fisik air tersebut. Parameter fisika meliputi bau, kekeruhan, rasa, suhu, warna, dan jumlah zat yang terlarut (TDS) (Mulia, 2005). Air yang baik idealnya tidak berbau, dan harus jernih. Air yang keruh mengandung partikel padat tersuspensi yang dapat berupa zat berbahaya bagi kesehatan manusia. Disamping itu air yang keruh sulit didesinfeksi (Mulia, 2005).

2. Persyaratan Kimia

Air secara alamiah tidak pernah dijumpai dalam keadaan betul-betul murni. Air

tersebut baik yang di atas atau yang di bawah permukaan tanah waktu mengalir akan

menuju ke berbagai tempat yang lebih rendah letaknya, melarutkan berbagai jenis

batuan yang dilaluinya atau zat organik lainnya. Sebagai suatu sistem yang terbuka

perairan mempunyai variabel input atau autput dari energi dan materi. Maka dari itu

gambaran yang tepat dari sifat-sifat kimia perairan didasarkan pada alkalinitas,

kelarutan, konstanta pembentukan kompleks, potensial redoks dan pH (Achmad,

(22)

8

3. Persyaratan Radioaktivitas

Apapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama yakni menimbulkan kerusakan pada sel yang terpapar. Kerusakan dapat berupa kematian dan perubahan komposisi genetik. Kematian sel dapat diganti kembali apabila sel dapat beregenerasi dan apabila tidak seluruh sel mati. Perubahan genetis dapat menimbulkan penyakit seperti kanker dan mutasi (Mulia, 2005).

4. Persyaratan mikrobiologis

Persyaratan mikrobiologis yang harus dipenuhi oleh air adalah sebagai berikut:

1. Tidak mengandung bakteri patogen, misalnya: bakteri golongan coli, Salmonella typhi, Vibrio cholera dan lain-lain. Kuman-kuman ini mudah tersebar melalui air.

2. Tidak mengandung bakteri non patogen seperti: Actinomycetes, Phytoplankton, Cladocera dan lain-lain. (Sujudi,1995).

2.2 Sumber Air 1. Air Hujan

Air hujan jumlahnya sangat terbatas, dipengaruhi oleh musim, jumlah, intensitas dan distribusi hujan, serta letak geografis suatu daerah dan lain-lain. Kualitas air hujan sangat dipengaruhi oleh kualitas udara atau atmosfir di daerah tersebut. Umumnya kualitas air hujan relatif baik, namun kurang mengandung mineral dan sifatnya mirip air suling (Pitojo, 2002)

2. Air Permukaan

(23)

9

permukaan tersebut, tergantung dari daerah yang dilewati oleh air. Pada umumnya kekeruhan air permukaan cukup tinggi karena banyak mengandung lempung dan substansi organik. Sehingga ciri air permukaan yaitu memiliki padatan terlarut (dissolved solid) rendah dan bahan tersuspensi (suspended solids) tinggi. Atas dasar kandungan bahan terendap dan bahan tersuspensi tersebut maka kualitas air sungai relatif lebih rendah daripada kualitas air danau, rawa, dan reservoir. Air permukaan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, setelah melalui proses tertentu (Pitojo, 2002).

3. Air tanah

Air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah, terdapat di antara butir-butir tanah atau dalam retakan bebatuan. Ciri-ciri air tanah yaitu memiliki suspended solid rendah dan dissolved solid tinggi untuk air dalam. Permasalahan yang timbul pada air tanah adalah tingginya angka kandungan total dissolved solid (TDS) yang timbul pada air tanah adalah tingginya angka kandungan total padatan terlarut, besi, mangan, dan kesadahan air tanah dapat berasal dari mata air kaki gunung, atau di sepanjang aliran air sungai atau berasal dari air tanah dangkal. Air sumur gali, sumur bor, serta yang berasal dari tanah dalam yaitu air sumur bor yang dalamnya lebih dari 30 m atau bahkan terkadang mencapai 100 m (Pitojo, 2002).

4. Mata air

(24)

10

berasal dari air tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitasnya sama dengan keadaan air tanah dalam itu sendiri. Berdasarkan keluarnya ke permukaan tanah, mata air dapat dibedakan menjadi mata air rembesan, yaitu air yang keluar dari lereng-lereng dan mata air umbul, yaitu air yang keluar dari suatu daratan (Sutrisno dan Suciastusi, 2002).

Ada beberapa macam mata air di antaranya adalah (1) mata air panas yang biasanya memiliki kadar garam tinggi serta seringkali dijumpai di daerah vulkanis, (2) mata air besar dengan tingkat kesadahan yang tinggi yang umumnya dijumpai di daerah yang berkapur dan (3) mata air kecil dengan tingkat kesadahan rendah yang keluar dari celah batu dan kerikil atau batu kristal yang karena ukurannya kecil maka mata air jenis ini lebih dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya (Odum, 1971).

2.3 Kriteria Mutu Air

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, mutu air adalah kondisi kualitas air diuji berdasarkan parameter dan metode tertentu berdasarkan undang – undang yang berlaku. Setiap orang berhak memiliki kualitas air yang layak untuk dikonsumsi atau untuk kebutuhan yang lain, semua orang berhak mendapatkan informasi status mutu air dan pengelolaan kualitas air yang baik untuk kehidupan. Adapun mutu air berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001. Sebagai berikut:

(25)

11

Kelas I : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Kelas II : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Kelas III : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Kelas IV : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi, pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaannya tersebut.

2.4 Bakteri Indikator Keamanan Air

(26)

12

dari usus manusia dan oleh karenanya mungkin mengandung bakteri patogen lain yang berbahaya (Widiyanti dan Ristiati, 2004). Bakteri indikator sebagai cemaran air adalah bakteri E. coli, yang tergolong ke dalam Coliform dan hidup normal di kotoran manusia maupun hewan (Effendy, 2003). Bakteri yang tegolong Coliform bakteri aerobik, anaerobik fakultatif, dan rod shape (bakteri batang) yang dapat memfermentasikan laktosa dan menghasilkan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35ºC. Bakteri Coliform total terdiri atas E. coli, Citobacter, Klebsiella dan Enterobacter (Effendy, 2003).

2.5 Coliform

Bakteri Coliform merupakan bakteri yang tergolong dalam family Enterobactericeae berbentuk batang pendek, Gram negatif, fakultatif anaerob, tidak berspora dapat memfermentasi laktosa dalam bentuk asam dan gas dalam waktu semalam dengan temperature 37ºC (Buckle et al., 1997). Coliform terdiri dari Escherichia coli ( E. coli), Klebsiella, Enterobacter dan Citrobacter (Jawetz et al., 1980) Pada kelompok Coliform non-fekal diantaranya, Enterobacter aerogenes dan Klebsiella yang biasa disebut golongan perantara. Bakteri ini biasanya ditemukan pada hewan atau tanaman-tanaman yang telah mati (Fardiaz, 1993). Bakteri ini juga lebih banyak didapatkan di dalam habitat tanah dan air dari pada di dalam usus (Suriawiria, 1996).

(27)

13

sedangkan Citobacter adalah golongan yang lambat memfermentasi laktosa (Jawetz et al., 1980).

Media padat yang biasa digunakan dalam mengidentifikasi Coliform adalah EMBA (Eosin Methylene Blue Agar). Pada media ini, bakteri akan tumbuh dan membentuk koloni pada waktu semalam pada temperature 37ºC dan membentuk koloni berwarna coklat (Jay, 1992).

2.6 Escherichia coli

Bakteri E. coli dapat di temukan di dalam saluran pencernaan dan merupakan flora normal usus pada manusia maupun hewan. Sebagian besar E. coli merupakan flora normal yang dapat membantu system pencernaan (buckle et al., 1987). Escherichia coli tergolong dalam anggota family Enterobacteriaceae. E. coli berbentuk batang, fakultatif anaerob, Gram negatif dengan tebal 0,5 μm, panjang antara 1,0 - 3,0 μm, berbentuk seperti filamen yang panjang, tidak berbentuk spora, bersifat Gram negatif (Radji et al., 2010). Selnya bisa terdapat tunggal, berpasangan, dan dalam rantai pendek, biasanya tidak berkapsul.

(28)

14

yaitu kelompok bakteri besi (Crenotrix dan Spaerotilus), kelompok bakteri belerang (Cromatium dan Thiobacillus), bakteri pencemar (E. coli dan Coliform), bakteri patogen (Salmonella, Shigella, Vibrio corynebacterium), bakteri penghasil toksin (Pseudomonas, Clostridium).

Persebaran Escherichia coli (fecal coli) sering digunakan sebagai indikator kehadiran mikroba patogen. Namun, beberapa studi menunjukan korelasi yang rendah antara kehadiran bakteri indikator dan beberapa jenis bakteri patogen (Bitton, 2005). Bakteri E. coli merupakan salah satu bakteri yang paling banyak terdapat pada air.

2.7 Escherichia coli yang Berhubungan dengan Penyakit Diare

Berdasarkan Jawetz (1996), Escherichia coli yang berhubungan dengan penyakit diare adalah :

1. Enterophatogenic E. coli (EPEC)

(29)

15

2. Enterotoxigenic E. coli (ETEC)

Enterotoxigenic E. coli (ETEC) merupakan penyebab umum diare pada musafir dan merupakan penyebab yang sangat penting dari diare pada bayi di negara berkembang. Cara untuk membantu mencegah diare ini adalah dengan memperhatikan pemilihan dan pengkonsumsian makanan yang potensial terkontaminasi ETEC. Antimicrobial prophylaxis dapat menjadi efektif tetapi dapat terjadi peningkatan resistensi terhadap antibiotik pada bakteri dan mungkin tidak dianjurkan secara keseluruhan. Pemberian antibiotik yang efektif akan memperpendek jangka waktu penyakit.

3. Enterohemoragik E. coli (EHEC)

Enterohemorrhagic E. coli (EHEC) memproduksi verotoksin. EHEC banyak dihubungkan dengan hemorrhagic colitis, sebuah bentuk diare yang parah, dan dengan sindroma uremic hemolytic, sebuah penyakit akibat kegagalan ginjal akut, microangiopathi hemolytic anemia, dan thrombocytopenia. Hemorrhagic colitis dan komplikasinya dapat dicegah dengan cara memasak daging segar. 4. Enteroinvasive E. coli (EIEC)

Enteroinvasire E. coli (EIEC) menyebabkan penyakit yang mirip dengan shigellosis. Penyakit yang terjadi umumnya pada anak di negara berkembang dan dalam perjalanan ke negara tersebut. EIEC menyebabkan penyakit dengan menyerang sel epithelial mukosa usus.

5. Enteroagregative E. coli (EAEC)

(30)

16

digolongkan berdasarkan bentuk dan perlekatan pada sel manusia. Patogenesis EAEC penyebab diare tidak begitu dipahami dengan baik, meskipun demikian dinyatakan bahwa EAEC melekat pada mukosa intestinal dan menghasilkan enterotoksin dan sitotoksin. Akibatnya adalah kerusakan mukosa, pengeluaran sejumlah besar mucus, dan terjadinya diare.

2.8 Sistem Pengelolaan Peternakan

Pengelolaan peternakan merupakan salah satu unsur penting dalam keberhasilan suatu peternakan. Menurut Rasyaf (2008), kriteria-kriteria yang baik untuk pengelolaan peternakan meliputi lokasi peternakan, bentuk kandang, sanitasi kandang.

Lokasi lahan untuk peternakan ayam broiler sebaiknya jauh dari keramaian, jauh dari lokasi perumahan atau dipilih tempat yang sunyi. Suasana yang tenang sangat diperlukan oleh ayam yang pada dasarnya mudah terkejut dan stress. Tujuan dari pemilihan lokasi jauh dari perumahan penduduk adalah agar penduduk tidak mengganggu peternakan yang membutuhkan ketenangan serta sebaliknya keberadaan peternakan tidak mengganggu kehidupan penduduk dengan adanya polusi. Kemudian jenis kandang ada 2 macam yaitu kandang postal dan kandang sistem panggung dengan alas berlubang-lubang. kandang sistem lantai secara umum menjadi pilihan peternak broiler, karena lebih ekonomis dan bahannya mudah didapat.

(31)

17

sering menyebabkan penyakit pada peternakan ayam broiler adalah penyakit Koliseptikemia. Koliseptikemia merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya bakteri E. coli serotipe patogen yang menyebar melalui darah dan menginvasi serta menimbulkan kerusakan pada berbagai jaringan (Tabbu, 2000). Sehingga sanitasi yang baik diperlukan agar terhindar dari berbagai agen penyakit tersebut, salah satu tujuan sanitasi untuk mengurangi kejadian penyakit menjadi sekecil mungkin, sehingga kerugian yang bersifat ekonomi dapat ditekan sekecil mungkin (Murtidjo, 1987). Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan menurut Cahyono (1995) adalah menjaga litter atau alas kandang agar tetap kering dan tidak menimbulkan bau pengap dan apek, dan menjaga kebersihan peralatan makanan dan minuman dan pembersihan kotoran ayam. Menurut Sudaryani dan Santoso (1994) bahwa tempat pakan dan minum yang bersih akan menjamin kebersihan pakan dan minum bagi ayam, sehingga dapat mendukung pertumbuhannya.

2.9 Kerangka Konsep

Sutrisno, (2010) mengemukakan bahwa, air merupakan salah satu sarana utama dalam kehidupan mahluk hidup, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan penyakit. Peningkatan kualitas air minum dengan jalan mengadakan pengelolaan terhadap air diperlukan terutama apabila air berasal dari air permukaan. Peningkatan kuantitas juga diperlukan karena semakin maju tingkat kehidupan, maka akan semakin tinggi pula tingkat kebutuhannya.

(32)

18

bersumber dari air tanah dangkal maupun dari air tanah dalam. Mata air yang berasal dari air tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitasnya sama dengan keadaan air tanah dalam itu sendiri. Kualitas air dari mata air bergantung dari lapisan mineral tanah yang dilaluinya. Hal ini menunjukkan karakter-karakter khusus dari mata air tersebut (Arthana, 2004). Kualitas air harus memenuhi syarat kualitas fisik, kimia, mikrobiologi dan radioaktivitas (WHO, 2004). Kualitas yang dimaksud mencakup beberapa parameter yaitu kekeruhan, warna, rasa dan bau. Rasa dan bau dapat berasal dari keadaan alamiah air yang mengandung bahan kimia organik dan anorganik dapat pula karena adanya proses biologi seperti mikroorganisme air (Irianti dan Sasimartoyo, 2006).

Beberapa ciri penting mikroorganisme indikator menurut Alaerts (1987) antara lain:

1. Terdapat dalam air tercemar dan tidak terdapat dalam air yang tidak tercemar;

2. Jumlah mikroorganisme indikator berkorelasi dengan kehadiran bakteri patogen;

3. Mempunyai kemampuan hidup yang lebih lama daripada pathogen. 4. Mempunyai sifat yang mantap dan seragam.

5. Tidak berbahaya bagi manusia dan hewan.

6. Terdapat dalam jumlah yang lebih besar daripada patogen, sehingga mudah terdeteksi.

(33)

19

Tes dengan mikroorganisme indikator adalah yang paling umum dan dapat dilaksanakan secara rutin. Tes mikroorganisme untuk air minum yang biasa dilakukan adalah tes bakteri total Coliform dan tes E. coli. Tes bakteri total memberikan hasil mengenai jumlah semua bakteri yang ada dalam sampel, sehingga hasil kurang spesifik. Karena bakteri yang teranalisa bukan hanya berasal dari bakteri tinja melainkan juga dari bakteri-bakteri tanah, tanaman dan sebagainya.

Bakteri Coliform merupakan bakteri yang tergolong dalam famili Enterobacteriaceae yang mempunyai sifat memfermentasikan laktosa. Coliform banyak terkandung dalam kotoran manusia, mamalia maupun unggas. Bakteri ini terdapat pada saluran intestinal yang sebagian besar merupakan flora normal di dalam saluran pencernaan. Jika bakteri Coliform ada dalam jumlah yang berlebihan dapat mengancam kesehatan karena dapat mengubah keseimbangan flora normal. Bakteri Coliform yang terdapat dalam air menunjukkan air tercemar oleh feses manusia atau hewan (Sutrisno dan Suciastuti, 1987).

(34)

20

Peternakan di desa Mangesta merupakan peternakan ayam pedaging. Penularan penyakit yang disebabkan oleh E. coli yang terjadi pada peternakan ayam ditularkan melalui kontak langsung dan tempat tinggal ayam yang basah dan kotor (Akoso, 1998). Peternakan mendapat suplai air dari sumber mata air yang berada di hutan. Dari mata air melalui pipa paralon menuju reservoir yang ukuranya 2 x 2 m, dari reservoir menuju ke tempat penampungan air yang terdapat di dekat kandang ayam dan menuju ke tempat minum ayam. Mata air yang dalamnya hanya sekitar 1 m lebih mudah terkontaminasi oleh mikroorganisme dan di dekat mata air tersebut terdapat peternakan ayam, kotoran dari ayam sangat mungkin mencemari mata air dikarenakan air membawa limbah dari kotoran ayam lalu meresap ke dalam tanah dan mengalir ke sumber mata air yang dalamnya hanya 1 m. Kebersihan kandang kurang diperhatikan melihat kotoran yang berserakan di sekitar kandang serta tempat minum ayam jarang di bersihkan ini terlihat terdapat kotoran ayam di tempat minumnya. Di lihat dari kondisi tersebut, maka tidak menutup kemungkinan adanya kontaminasi bakteri E. coli dan Coliform pada peternakan ayam di Desa Mangesta.

(35)

21

2.10 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Jumlah bakteri Coliform dan E. coli di tempat minum ayam lebih tinggi daripada di reservoir dan mata air.

Referensi

Dokumen terkait

c) Untuk perspektif internal dan bisnis proses yang menunjukkan bahwa kinerja pelayanan dianggap masih kurang dapat memberikan kepuasan bagi pelanggan. Dapat dilihat

1) Pemberian ASI sedini mungkin dan sesering mungkin akan menstabilkan glukosa darah. 2) Periksa ulang kadar glukosa darah sebelum pemberian minum berikutnya sampai

Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan Rashid dan Islam (2013) dan dikombinasikan dengan variabel dari penelitian Gill dan Obradovich (2012) Variabel independen

Jika dia menjual mangga dengan harga 55 sen setiap satu dan oren dengan harga 55 sen setiap satu, hitung jumlah keuntungan, dalam sen, yang diterima oleh Sahrizal setelah semua

Sekitar 90% dari jumlah KK di Ciundil dapat menganyam daun pandan samak untuk tikar (tikar samak). Pembuatan tikar selain untuk memenuhi kebutuhan sendiri, juga untuk

Rata-rata Alokasi Waktu Tenaga Kerja Wanita Pengrajin Atap Nipah di Desa Penyampak Tahun 2016.. No Kegiatan Alokasi Waktu/Hari (Jam) Alokasi Waktu/bulan (Jam)

The results of Random Effects Panel Regression indicate a significant and positive impingement of Foreign Direct Investment Inflows on Gross Domestic Product of ASEAN

Air cadangan akan selalu ada apabila daerah peresapan air selalu tersedia. Daerah resapan air terdapat di hutan-hutan. Tumbuhan hutan mampu memperkukuh struktur tanah.