i
TESIS
UJI RELIABILITAS INSTRUMEN
INTERNET
ADDICTION TEST
DAN PREVALENS KECANDUAN
INTERNET PADA PELAJAR SEKOLAH MENENGAH
PERTAMA KOTA DENPASAR
NI NYOMAN DANIA MEIRIANITHA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
ii
TESIS
UJI RELIABILITAS INSTRUMEN
INTERNET
ADDICTION TEST
DAN PREVALENS KECANDUAN
INTERNET PADA PELAJAR SEKOLAH MENENGAH
PERTAMA KOTA DENPASAR
NI NYOMAN DANIA MEIRIANITHA NIM 1014018103
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
iii
UJI RELIABILITAS INSTRUMEN
INTERNET
ADDICTION TEST
DAN PREVALENS KECANDUAN
INTERNET PADA PELAJAR SEKOLAH MENENGAH
PERTAMA KOTA DENPASAR
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Ilmu Biomedik
Program Pascasarjana Universitas Udayana
NI NYOMAN DANIA MEIRIANITHA NIM 1014018103
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
iv
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 26 JANUARI 2016
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. dr. Soetjiningsih, Sp.A(K) Prof.Dr.dr.I Gede Raka Widiana,Sp.PD-KGH NIP. 19450124 197106 2001 NIP. 195607071982111 001
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Direktur
Program Pascasarjana Program Pascasarjana
Universitas Udayana, Universitas Udayana,
Dr. dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, MSc, Sp.GK Prof. Dr. dr. A.A.Raka Sudewi, Sp.S(K)
v
Tesis ini Telah Diuji pada
Tanggal 26 Januari 2016
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana
Dengan Nomor: 1585/UN14.4/HK/2016
Tertanggal 2016
Ketua : Prof.dr.Soetjiningsih, Sp.A(K)
Sekretaris : Prof. Dr.dr. I Gede Raka Widiana, Sp.PD-KGH Anggota : 1. dr. Made Kardana, Sp.A(K)
vi
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Nama : dr. Ni Nyoman Dania Meirianitha
NIM : 1014018103
Program Studi : Magister Ilmu Biomedik (Combine – Degree)
Judul : Uji Reliabilitas Instrumen Internet Addiction Test (IAT) dan
Prevalens Kecanduan Internet pada Pelajar Sekolah
Menengah Pertama kota Denpasar.
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas plagiat.
Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 26 Januari 2016
Yang membuat pernyataan,
(dr. Ni Nyoman Dania Meirianitha)
Datas2suratpernyataan
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS UDAYANA
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM MAGISTER ILMU BIOMEDIK
Alamat : Sekretariat Pascasarjana Universitas Udayana – Jl. Panglima Sudirman Denpasar, Bali Tel. 0361-7475076, 7425201. Fax. 0361-246656, 223797. Email. csaam_fkunud@yahoo.com
Materai
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke
hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nya maka tesis yang
berjudul ” uji reliabilitas instrumen internet addiction test (IAT) dan prevalens
kecanduan internet pada pelajar sekolah menengah pertama kota Denpasar” dapat
terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, pengarahan, sumbangan
pikiran, dorongan semangat, dan bantuan lainnya yang sangat berharga dari semua
pihak, tesis ini tidak akan terlaksana dengan baik dan lancar. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Rektor Universitas Udayana,
Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD dan Dekan Fakultas Kedokteran (FK)
Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT, yang telah memberikan
kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan
Program Pendidikan Dokter Spesialis I (PPDS I) di Universitas Udayana.
Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana
Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K), yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Pasca
Sarjana, Program Studi Kekhususan Kedokteran Klinik (combined degree).
Ucapan terimakasih ini juga ditujukan kepada Ketua Program Pascasarjana
Kekhususan Kedokteran Klinik (combined degree), Dr. dr. Gde Ngurah Indraguna
Pinatih, M.Sc, Sp.GK, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
viii
Kedokteran Klinik (combined degree). Tidak lupa pula penulis ucapkan
terimakasih kepada Direktur RSUP Sanglah Denpasar, dr. A.A.A Saraswati,
M.Kes, yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk
melanjutkan pendidikan di Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak dan melakukan
penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar. Tidak lupa
pula penulis ucapkan terima kasih kepada Kepala Bagian/SMF Ilmu Kesehatan
Anak FK Universitas Udayana/RSUP Sanglah, dr. Bagus Ngurah Putu Arhana,
Sp.A(K), yang telah memberikan kesempatan penulis untuk mengikuti PPDS I
dan telah memberikan dukungan, semangat, serta bimbingan selama pendidikan.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ketua Program Studi Pendidikan
Dokter Spesialis I (KPS PPDS-I) Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK
Universitas Udayana/RSUP Sanglah, dr. Ketut Suarta, Sp.A(K), yang telah
memberikan kesempatan, bimbingan, dan dukungan sejak awal sampai akhir
pendidikan penulis. Terima kasih karena telah menjadi orang tua selama penulis
menjalani pendidikan PPDS I IKA. Ucapan terimakasih ini juga diberikan kepada
Pembimbing akademik, dr. Ida Bagus Subanada, Sp.A(K), yang senantiasa
memberikan bimbingan, dukungan, dan arahan selama penulis mengikuti PPDS I
di Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas Udayana/RSUP Sanglah.
Tak lupa pula penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Prof dr.
Soetjiningsih, Sp.A(K) sebagai pembimbing yang telah banyak memberikan
bimbingan serta meluangkan waktu dan pemikiran dalam penyusunan tesis ini
sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Ucapan terimakasih juga penulis
ix
pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran, dorongan, serta telah
meluangkan waktu dan pemikiran selama penyusunan tesis ini sehingga dapat
terselesaikan dengan baik. Demikian pula penulis sampaikan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada dr. Made Kardana, SpAK, dr. Ida Bagus Subanada,
Sp.AK, serta Prof. Dr. dr. Nyoman Adiputra, M.OH sebagai penguji yang telah
memberikan banyak bimbingan dan asupan dalam penyusunan dan penulisan tesis
ini. Terimakasih pula penulis sampaikan kepada Seluruh supervisor Bagian/SMF
Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas Udayana/RSUP Sanglah atas segala
bimbingan, dukungan, dan bantuan yang diberikan selama penulis menempuh
pendidikan. Ucapan terimakasih ini juga penulis sampaikan kepada Seluruh staf
Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana/RSUP Sanglah atas segala bimbingan dan bantuan yang diberikan
selama penulis menempuh pendidikan selain itu juga penulis ucapkan terimakasih
kepada Rekan sejawat PPDS I Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah, atas pengertian, bantuan, dan
kerjasama yang baik selama masa pendidikan dan pembuatan tesis penulis.
Penulis juga mengucapakan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dr.
Kimberly Young sebagai pencipta instrumen internet addiction test (IAT) yang
telah memberikan ijin kepada penulis untuk menerjemahkan instrumen IAT ke
dalam bahasa Indonesia dan menggunakannya sebagai alat ukur ketergantungan
internet pada penelitian ini. Terimakasih yang sebesar-besarnya pula penulis
ucapkan kepada Kepala sekolah dan murid-murid SMPN I Denpasar, SMPN 3
x
pengertian, bantuan, dan kerjasama yang baik selama pengambilan data. Pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus kepada dr
Dian Esterina dan dr Yudo Affandi atas bantuan dan kerjasama yang baik dalam
pengumpulan data di empat sekolah menengah pertama, dr. Ivola Lala dan dr
Riska atas bantuan dan kerjasamanya dalam proses penerjemahan instrumen
internet addiction test (IAT) ke dalam bahasa Indonesia dan menerjemahkan
kembali ke dalam bahasa Inggris. Demikian pula penulis sampaikan ucapan
terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada kedua orangtua (bapak Nyoman
Yesaya Subratha dan ibu Warnatha) yang dengan penuh kasih sayang
membesarkan, mendidik, dan memberikan dukungan kepada penulis. Tak lupa
pula penulis sampaikan terimakasih kepada Dr. Andreas Martadinata Ginting dan
Kezia Tiur Holofa Ginting, suami dan anak penulis yang selalu memberikan
dukungan dengan penuh cinta kasih kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.
Juga penulis sampaikan terimakasih kepada Putu Doni Daniel Wirawan dan dr. Ni
Ketut Dian Esterina Aprilia Efritha yang turut memberikan dukungan kepada
penulis. Kepada semua pihak, sahabat, rekan paramedis, dan non paramedis yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu di sini, atas seluruh dukungan dan
bantuan yang telah diberikan selama penulis menjalani pendidikan PPDS I IKA.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini jauh dari sempurna.
Dengan segala kerendahan hati, penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dalam
penulisan tesis ini. Sekiranya, penulis tetap mohon petunjuk untuk perbaikan
supaya hasil yang tertuang dalam tesis ini dapat bermanfaat bagi ilmu kedokteran
xi ABSTRAK
UJI RELIABILITAS INSTRUMEN INTERNET ADDICTION TEST (IAT) DAN PREVALENS KECANDUAN INTERNET PADA PELAJAR
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA DENPASAR
Internet merupakan sumber informasi penting. Indonesia termasuk dalam 10 negara pengguna internet terbanyak di dunia, namun belum ada instrumen yang digunakan untuk deteksi adanya kecanduan internet. Instrumen internet addiction test (IAT) diciptakan oleh Dr Kimberly S. Young merupakan instrumen yang murah dan mudah dilakukan, berdasar pada hal tersebut maka instrumen tersebut akan dicoba untuk dilakukan di Denpasar dengan menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia.
Penelitian ini dilakukan untuk menentukan reliabilitas instrumen internet addiction test (IAT) yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan menentukan angka prevalens kecanduan internet pada pelajar sekolah menengah pertama di kota Denpasar.
Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Sebanyak 263 pelajar sekolah menengah pertama dari empat sekolah menengah pertama di kota Denpasar yang menggunakan internet dalam 12 bulan terakhir diambil sebagai subjek penelitian. Seluruh subyek dilakukan pencatatan data awal, kemudian pengisian kuesioner untuk menentukan tingkatan ketergantungan terhadap internet. Analisis data dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah menghitung reliabilitas instrumen IAT. Tahap kedua adalah mencari angka prevalens kecanduan internet.
Berdasarkan analisis Chronbach’s alpha, didapatkan nilai koefisien alpha sebesar 0,933. Dari 263 subjek penelitian didapatkan sebanyak 0,8% sampel mengalami kecanduan internet, 22 (8,4%) ketergantungan tingkat menengah, 110 (41,8%) ketergantungan ringan dan 129 (49%) sampel normal. Hasil penelitian diharapkan instrumen ini dapat digunakan sebagai deteksi dini kecanduan internet. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa instrumen internet addiction test (IAT) yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia ini reliabel dan dapat digunakan sebagai alat skrining untuk mengukur tingkat ketergantungan internet dengan cepat dan mudah.
xii ABSTRACT
Reliability of Internet Addiction Test (IAT) Instrument and Internet Addiction Prevalence in Junior High School Students in Denpasar
Internet has become as one of important information sources. Indonesia is among one of the ten countries with the most internet user, however there is no available instrument that can be used to detect the presence of internet addiction. Internet addiction test (IAT), created by Kimberly S. Young, is an inexpensive internet addiction among junior high school students in Denpasar.
This study uses a cross sectional design. As many as 263 students from 4 junior high schools that have been using the internet in the last 12 months are selected as the study subject. Preliminary data was recorded from all subjects, followed by filling the questionnaire to determine the level of internet addiction. Data analysis was conducted in several step. The first step is calculating the IAT reliability, and the second step is to determine the prevalence of internet addiction. The alpha coefficient value based on Chronbach alpha analysis is 0.993 which is adequate so that the next analysis can be proceeded. From these 263 subjects revealed that there was 0.8% of the subjects that have internet addiction, 22 (8.4%) with moderate addiction, 110 (41.8%) with mild addiction and 129 (49%) with no addiction. The result from this study shows that the IAT instrument can be utilized as a tool to detect early internet addiction.
From this study it can be concluded that IAT instrument has been translated into Indonesian language is a reliable tool and can be utilized as a screening device to measure the internet addiction severity.
xiii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... v
UCAPAN TERIMA KASIH... vi
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN………. xix
BAB I PENDAHULUAN………...………. 1
1.1 Latar Belakang Penelitian………..……….. 1
xiv
1.5.1 Manfaat bidang akademik ………... 6
1.5.2 Manfaat praktis………... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA………...…. 7
2.1 Pendahuluan……….. 7
2.2 Pengertian Kecanduan Internet………. 7
2.3 Patofisiologi Kecanduan Internet………. 9
2.4
2.7 Menegakkan Diagnosis Kecanduan Internet……… 15
2.8 Instrumen Internet Addiction Test (IAT)……….. 16
BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN………….. 19
3.1 Kerangka Teori……….……… 19
3.2 Konsep Penelitian………. 22
BAB IV METODE PENELITIAN………. 23
4.1 Rancangan Penelitian………... 23
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian……… 23
xv 4.6 Instrumen Pengumpul Data………... 33
4.7 Definisi Operasional……….. 33
4.8 Etika Penelitian……….. 39
4.9 Pengolahan Data……… 39
BAB V HASIL PENELITIAN ... 40
5.1 Uji Reliabilitas ……….. 40
5.2 Karakteristik Subjek Penelitian ... 41
5.3 Prevalens Tingkat Ketergantungan Internet………. 39
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
1.1 Karakteristik penelitian prevalens kecanduan internet di berbagai
negara………... 5
2.1 Gejala Kecanduan Internet... 14
5.1 Nilai tengah dan nilai Chronbach’s alpha dariInternet Addiction
Test………... 40
5.2
5.3
Nilai tengah dan nilai Chronbach’s alpha dari Internet Addiction
Test………...
Gambaran karakteristik subyek.. ... 41
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
3.1
3.2
Kerangka Teori………..
Konsep Penelitian... 21
22
4.1 Skema prosedur penelitian ... 28
xviii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
SINGKATAN
IAT : Internet Addiction Test
IRABI : Internet Related Addictive Behavior Inventory
YDQ : Young Diagnostic Questionnaire
APJII : Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
IAD : Internet Addictive Disorder
DSM : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
PSP : Persetujuan Setelah Penjelasan
LAMBANG
> : lebih dari
≥ : lebih dari sama dengan
< : kurang dari
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Keterangan Kelaikan Etik ... 61
Lampiran 2 Rekomendasi Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan
Politik ... 63
Lampiran 3
Lampiran 4
Rekomendasi Penelitian dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan
Olahraga Kota Denpasar...
Persetujuan Setelah Penjelasan... 65
67
Lampiran 5 Lembar Pengumpul Data... 69
Lampiran 6 Internet Addiction Test yang telah diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia... 78
Lampiran 7 Internet Addiction Test….………... 91
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Internet telah menjadi salah satu sumber informasi yang sangat penting
(Aboujaoude, 2010). Kemajuan teknologi saat ini menyebabkan masyarakat dapat
dengan mudah mengakses internet dari rumah, sekolah, universitas, perpustakaan dan
warung internet (warnet) (Johnson, 2010). Penelitian awal dari National Center of
Education Statistics menyebutkan bahwa sebagian besar anak dan remaja di Amerika
(5-17 tahun) telah mempunyai akses ke internet dan mulai terpapar dengan internet
pada usia yang sangat dini (Mythily dkk., 2008).
Jumlah pengguna internet di berbagai belahan dunia terus berlipat ganda dengan
angka yang menakjubkan (Sasmaz dkk., 2013). Penelitian oleh Pew Research Center
(2003) melaporkan bahwa penggunaan internet di Amerika Serikat telah meningkat
dengan sangat pesat dimana pada tahun 2000 tercatat hanya kurang dari setengah
jumlah penduduk, menjadi sekitar 59% pada akhir tahun 2002, dan dinyatakan
bahwa hampir 6% dari jumlah sampel tersebut menderita kecanduan internet
(Griffiths, 2005).
Kecanduan internet memiliki efek buruk terhadap kemampuan akademis pelajar,
(Bushman dan Huesmann, 2006). Penelitian Ko dkk. (2009) melaporkan bahwa
penggunaan internet yang berlebihan selama lebih dari enam bulan berhubungan
dengan peningkatan risiko terjadinya depresi pada remaja. Penelitian Young
melaporkan bahwa pada kelompok kecanduan internet, 58% sampel mengalami
gangguan pada kemampuan akademis, 53% pada hubungan dengan keluarga dan
kerabat, 52% pada kondisi keuangannya serta 51% pada pekerjaannya (Young,
1996).
Chou dan Hsiao telah melakukan penelitian menggunakan IRABI (
Internet-Related Addictive Behavior Inventory) dan Young Diagnostic Questionnaire (YDQ)
terhadap 910 pelajar Taiwan, dan mereka menemukan bahwa 5,9% dari sampel
merupakan pecandu internet (Chou dan Hsiao, 2000). Pada penelitian yang dilakukan
oleh Xuanhui dan Gonggu, sebesar 9,6% pelajar di China diidentifikasi sebagai
ketergantungan terhadap internet (Xuanhui dan Gonggu, 2001). Pada saat yang
bersamaan, Wang di Australia melakukan penelitian serupa dan mendapatkan bahwa
9,6% pelajar di Australia menderita gangguan kecanduan internet (Wang, 2001).
Morahan-Martin dan Schumacher menemukan bahwa sebesar 8,1% dari 283 orang
pelajar di Amerika Serikat memiliki empat atau lebih gejala kecanduan internet
(Morahan-Martin dan Schumacher, 2000). Penelitian serupa juga dilakukan oleh
Johansson dan Gotestam dengan menggunakan Young Diagnostic Questionnaire
menemukan bahwa sekitar 10,66% dari responden memiliki gangguan kecanduan
terhadap internet (Johansson dan Gotestam, 2004).
Di Indonesia, perkiraan jumlah pengguna internet oleh Asosiasi Penyelenggara
Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 1998 adalah 512 ribu orang, 25 juta orang
pada tahun 2007 dan terus bertambah hingga kira-kira 82 juta orang pada tahun 2014
(Pangerapan, 2015). Dengan jumlah sebanyak ini, Indonesia sudah termasuk ke
dalam 10 negara pengguna internet terbanyak di dunia (kemenkominfo, 2014) namun
instrumen yang digunakan untuk deteksi adanya kecanduan internet belum ada.
Amerika Serikat pada tahun 1996 telah menggunakan internet addiction test (IAT)
yang diciptakan oleh Dr Kimberly S. Young untuk mendeteksi kecanduan internet
dan didapatkan sebesar 4% pelajar sekolah menengah atas menderita kecanduan
internet, berdasar pada hal tersebut maka instrumen tersebut akan dicoba untuk
dilakukan di Denpasar dengan menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia.
Berdasar masih sedikitnya penelitian yang berhubungan dengan hal tersebut
terutama di Indonesia khususnya di Denpasar, maka timbul suatu pemikiran untuk
memberikan suatu tambahan data tentang prevalens kecanduan internet pada pelajar
sekolah menengah pertama yang menggunakan internet di Denpasar.
1.2 Rumusan Masalah
Uraian ringkas dalam latar belakang masalah di atas, memberikan dasar bagi
1. Bagaimana reliabilitas instrumen internet addiction test (IAT) yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia?
2. Berapa prevalens kecanduan internet pada pelajar sekolah menengah pertama
pengguna internet di Denpasar?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan atas latar belakang dan rumusan masalah tersebut di atas, maka
dirumuskanlah tujuan penelitian sebagai berikut
1.3.1 Tujuan umum
Melakukan uji reliabilitas terhadap instrumen internet addiction test (IAT) yang
telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan mengetahui prevalens kecanduan
internet pada pelajar sekolah menengah pertama pengguna internet di Denpasar.
1.3.2 Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui reliabilitas instrumen internet addiction test (IAT) yang
telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia pada pelajar sekolah
menengah pertama pengguna internet di Denpasar.
b. Untuk mengetahui prevalens kecanduan internet pada pelajar sekolah
menengah pertama pengguna internet di Denpasar.
1.4 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian tentang prevalens kecanduan internet pernah dilakukan
sebelumnya di beberapa negara namun kebanyakan penelitian dilakukan terhadap
Indonesia. Dengan keadaan sosiodemografi yang berbeda dengan negara-negara
tersebut, maka dipandang perlu untuk melakukan penelitian ini di Indonesia. Tabel
1.1 memperlihatkan karateristik penelitian-penelitian tersebut.
Tabel 1.1 Karakteristik Penelitian Prevalens Kecanduan Internet di Berbagai Negara
Peneliti
(IAS: Internet Addiction Scale; PIU: Pathological Internet Use; IAD: Internet Addiction Disorder)
sumber: Dimodifikasi dari dari Sato, 2006
1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat Bidang Akademik
Adanya instrumen untuk deteksi kecanduan internet yang telah diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi ilmiah
dalam bidang Tumbuh Kembang Anak.
1.5.2. Manfaat Praktis
Dengan adanya instrumen internet addiction test (IAT) yang telah diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia ini, dapat dipakai sebagai alat deteksi dini kecanduan
internet pada remaja dengan harapan dapat dicapai tumbuh kembang yang optimal
nantinya saat terbentuk individu dewasa. Selain itu juga hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat menjadi tambahan informasi ilmiah dalam bidang Ilmu Kesehatan
Anak serta menjadi data dasar untuk pengembangan penelitian selanjutnya di masa
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pendahuluan
Ledakan pertumbuhan dari penggunaan internet di seluruh dunia diperkirakan
akan terus berlanjut seiring dengan manfaat positif yang ditawarkan oleh internet
dalam pendidikan, pekerjaan, bahkan dalam kehidupan sehari-hari (Mythily dkk.,
2008), namun di sisi lain akan diikuti meningkatnya kewaspadaan terhadap efek
negatif internet bagi kesehatan dan tumbuh kembang anak (Ybarra dkk., 2006).
Penelitian tahun 1999 mengungkapkan bahwa anak-anak usia dua sampai
dengan 17 tahun biasa menghabiskan rata-rata 1 jam 37 menit tiap harinya di depan
komputer dan/atau bermain video game (Suler, 1999), lebih lama 24 menit
dibandingkan pada tahun 1998 (Stanger, 1998).
2.2 Pengertian Kecanduan Internet
Widyanto dan Griffiths (2006) menyajikan definisi paling umum yaitu suatu
kecanduan teknologi, yang didefinisikan sebagai kecanduan non-kimia atau perilaku
yang melibatkan suatu interaksi antara manusia dan mesin. Kecanduan ini dapat
menjadi suatu hubungan yang pasif, seperti menonton televisi, atau hubungan aktif,
Internet Addiction Disorder (IAD) atau gangguan perilaku kecanduan internet
adalah pola penggunaan internet yang maladaptif, yang menghasilkan perusakan
secara klinis yang terwujudkan dalam tiga bulan atau lebih kriteria Internet addiction
disorder, yang terjadi kapan pun selama 12 bulan yang sama (Goldberg, 1996).
Orzack mendefinisikan gangguan perilaku kecanduan internet sebagai kelainan yang
muncul pada orang-orang yang merasa bahwa dunia maya (virtual reality) pada layar
komputernya lebih menarik daripada dunia kenyataan hidupnya sehari-hari (Orzack
dan Orzack, 1999).
David Greenfield menjelaskan mengapa internet memiliki daya menghipnotis.
Internet sangatlah menarik karena memuat warna, gerakan, suara, ketidakterbatasan
informasi, dan kesegaraan respon. Sifat interaktif internet juga menambah daya tarik
internet (Greenfield, 1999).
Dibanding televisi yang juga memiliki efek mencandu, internet memiliki
kelebihan karena sifat tidak terbatasnya waktu akses, interaktif, menantang, dan
sangat variatif (Connor dkk., 2000). Lebih jauh, Michael Connor juga menyebutkan
dua hal yang membuat internet menarik dan sekaligus bermasalah, yakni membuat
orang merasa nyaman dan tidak menyadari adanya masalah. Orang dapat bepergian
ke mana saja, melihat apa saja, menemukan apa saja, berbuat apa saja, dan menjadi
siapa pun yang ia kehendaki (Connor dkk., 2000). Dalam masyarakat virtual, orang
2.3 Patofisiologi Kecanduan Internet
Ketertarikan seseorang terhadap internet banyak bergantung kepada kepentingan,
minat, dan kepribadian setiap individu (Chakrabourty dkk., 2010). Orang dapat
memperoleh informasi mengenai apa saja sesuai dengan bidang minat dan
perhatiannya (Ko dkk., 2009). Meskipun demikian, ada tiga hal utama yang menjadi
pintu masuk keterlibatan seseorang dalam kecanduan internet, yakni pornografi,
permainan daring, dan jejaring sosial (Christakis, 2010).
a.) Pornografi
Data memperlihatkan bahwa lebih dari 60% penderita yang mencari terapi untuk
masalah kecanduan internet menyatakan dirinya terlibat pada pornografi atau
membicaraan seksual di media daring yang eksplisit (Brenner, 1997). Laurie Hall
menyebutkan bahwa dalam pandangan pecandu, pornografi tidak berdampak pada
tubuh, kepribadian, maupun hidup pernikahan seseorang (Widyanto dkk., 2010; Akin
dan Iskender, 2011). Pecandu pornografi internet yakin bahwa pornografi tidak
merugikan diri maupun orang lain, keyakinan yang salah ini membuat pecandu tidak
rela melepaskan diri dari objek kesenangan mereka.
b.) Permainan daring (Game online)
Permainan daring telah menjerat banyak orang, khususnya anak-anak muda
(Bushman dan Huesmann, 2006). Daya tarik permainan daring adalah bahwa ada
permainan jenis tertentu yang bila dimainkan, masih akan terus berlangsung, bahkan
Pemain tidak hanya berusaha untuk naik ke jenjang permainan yang lebih tinggi, ia
pun harus mengatasi lawan yang bisa berasal dari berbagai belahan dunia. Pemain
permainan daring umumnya sulit meninggalkan komputer karena harus selalu
bertahan dan menang, misalnya pada permainan Mafia Wars, Vampire Wars, Dragon
Wars yang terdapat di Facebook. Permainan daring yang populer di Indonesia antara
lain Ragnarok, GetampedR, Seal Online, RF Online, dan DotA yang bertambah
populer dengan adanya perlombaan-perlombaan (Brian dkk., 2005).
c.) Jejaring Sosial Internet
Program internet yang bersifat netral namun sering menjerat adalah jejaring sosial di
internet (Fu dkk., 2010), sekitar 62,5 % pengguna aktif internet di seluruh dunia yang
berusia 16 hingga 54 tahun memiliki profil diri mereka di jejaring sosial internet
(Griffiths, 1996).
Facebook menduduki peringkat kedua situs yang paling banyak diakses di
seluruh dunia setelah Google, namun di Indonesia, Facebook menduduki peringkat
pertama mengalahkan Google.co.id. Facebook yang diperkenalkan oleh Mark
Zuckerberg pada tahun 2004 terus bertambah penggunanya hingga sekitar lima juta
orang per minggu (Cau dan Su, 2006; Chou dkk., 2005).
2.4 Neurofisiologi Kecanduan Internet
Kontrol kognitif menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengontrol kehendak dirinya, kebiasaan, perilaku bahkan pola pikirnya (Cools dan D’Esposito,
terjadinya impulsivitas, namun dalam penelitian neurofisiologi dilaporkan bahwa
mekanisme kontrol menyebabkan terjadinya fungsi eksekutif. Fungsi eksekutif adalah
suatu sistem kontrol yang memungkinkan kita untuk mengatur perilaku yang
direncanakan, bertujuan, fleksibel dan efektif (Shallice dan Burges, 1996; Jurado dan
Roselli, 2007; Anderson dkk., 2008). Fungsi-fungsi ini sangat berhubungan dengan
bagian korteks prefrontal otak, khususnya di bagian dorsolateral korteks prefrontal
(Alvarez dan Emory, 2006; Bari dan Robbins, 2013; Yuan dan Raz, 2014).
Korteks prefrontal berhubungan dengan ganglia basalis (Hoshi, 2013) melalui
lengkung fronto-striatal. Lengkung fronto-striatal mencakup lengkung yang lebih
bersifat kognitif, terutama menghubungkan nukleus kaudatus dan putamen dengan
bagian dorsolateral dari korteks prefrontal (melalui thalamus) dan lengkung limbik
yang menghubungkan struktur limbik seperti amigdala dan struktur yang terkait
dengan aspek motivasi perilaku seperti nukleus accumbens dengan orbitofrontal dan
bagian ventromedial daerah otak prefrontal (Alexander dan Crutcher, 1990).
Bagian-bagian otak tersebut selain secara krusial terlibat dalam fungsi eksekutif dan kognitif,
juga berkorelasi dengan perilaku adiktif.
Penelitian tentang permainan dadu pada perilaku judi patologis berhubungan
dengan integritas prefrontal (Labudda dkk., 2008) dan fungsi eksekutif (Brand dkk.,
2006), serupa dengan hasil penelitian tersebut, maka pasien-pasien yang mengalami
kecanduan internet akan mengalami penurunan kontrol prefrontal dan fungsi
2.5 Tipe Kecanduan Internet
Sebuah jurnal berjudul “Exploring Internet Addiction: demographic
characteristics and stereotypes of heavy internet users”, Soule menyebutkan lima tipe
dari kecanduan internet (Soule dkk., 2003):
1. Cybersexual addiction yaitu kecanduan terhadap chat room atau ruang mengobrol
khusus untuk dewasa atau cyberporn (situs porno). Individu yang mengalami
kecanduan cybersex atau pornografi melalui internet ditandai dengan
ketergantungan melihat, mengunduh dan`berlangganan pornografi secara daring
atau individu dewasa yang terlibat dalam chat-rooms dengan fantasi seks dewasa.
2. Cyberrelationship addiction yaitu kecanduan terhadap suatu hubungan
pertemanan yang ditawarkan di chat-rooms ataupun di jaringan pertemanan
(Young, 1996). Individu yang mengalami kecanduan terhadap chat rooms, atau
situs hubungan pertemanan yang menimbulkan ketergantungan yang berlebihan
terhadap hubungan secara daring. Teman daring menjadi lebih penting bagi
individu dalam kehidupannya nyatanya termasuk keluarga dan teman-teman lain
(Li dan Chung, 2006), hal ini akan menimbulkan ketidakharmonisan rumah
tangga dan gangguan dalam perkawinan (Yellowless dan Marks, 2007).
3. Net compulsion yaitu kecanduan terhadap perjudian, transaksi perdagangan atau
jualbeli yang ditawarkan. Kecanduan pada permainan daring, perjudian daring,
dan berbelanja secara daring yang berlangsung dengan cepat dapat menimbulkan
casino virtual, permainan interaktif, dan eBay (situs jual beli daring) para
pecandu kehilangan sejumlah uang dan terkadang menyebabkan gangguan pada
pekerjaannya atau hubungan dengan orang terdekat (Young, 1999).
4. Information overload yaitu jenis kecanduan terhadap suatu situs untuk
memperoleh informasi. Data yang tersedia pada World Wide Web dapat
menimbulkan perilaku kompulsif yang menuju pada ketergantungan melakukan
web surfing dan pencarian sejumlah data (Young, 1999). Individu menghabiskan
sejumlah waktu untuk mencari dan mengumpulkan data dari situs dan mengatur
informasi tersebut. Kecenderungan obsessive compulsive dan penurunan
produktivitas kerja umumnya dihubungkan dengan perilaku ini (Ray dan Jat,
2010).
5. Computer addiction yaitu jenis kecanduan terhadap berbagai permainan di
internet juga kecanduan untuk memrogram computer (Young, 2004). Pada tahun
1980-an, permainan di komputer seperti Solitaire dan Minesweeper diprogram
untuk setiap komputer dan penelitian menunjukkan bahwa bermain permainan
komputer yang terus menerus menimbulkan masalah dalam lingkungan organisasi
karena pekerja menghabiskan sebagian hari kerjanya untuk bermain dibandingkan
bekerja. Permainan ini tidak melibatkan interaksi dan permainan tidak dilakukan
2.6 Gejala Kecanduan Internet
Penelitian terdahulu (Beard dan Wolf, 2001; Goldberg, 1995; Neumann, 1998;
Soule dkk., 2003; Stanton, 2002; Young, 1998) telah mengidentifikasi gejala-gejala
kecanduan internet dan mengelompokkannya dalam 3 kelompok yaitu tingkah laku,
fisik dan mental, serta efek sosial. Gejala-gejala dari kecanduan internet ditampilkan
pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Gejala Kecanduan Internet
Kelompok Gejala
Perilaku - Toleran: kebutuhan untuk makin meningkatkan jumlah waktu untuk
daring.
- Waktu yang dihabiskan untuk mengakses internet menjadi lebih lama daripada waktu yang sesungguhnya diperlukan.
- Merasakan bahwa hal yang paling mengasikkan adalah menghabiskan waktu dengan mengakses internet atau segala hal yang berhubungan dengan internet.
- Berbohong tentang level dan lamanya menggunakan internet. - Memakai internet sebagai pelarian dari masalah.
Fisik dan mental - Withdrawal syndrome: pengurangan aktivitas dengan internet akan menyebabkan kecemasan, bermimpi tentang internet bahkan selalu berpikir tentang menggunakan internet.
- Adanya suatu keinginan dan hasrat yang besar untuk menghentikan dan mengontrol penggunaan internet.
- Peningkatan tekanan darah, stress kardiovaskuler, gangguan daya ingat, kurang konsentrasi, sakit kepala, gangguan saluran cerna, nyeri pada otot, dan gangguan penglihatan.
- Letargi, kurang tidur, panik, mudah marah, tidak mampu mengontrol emosi.
Sosial - Hubungan sosial, waktu rekreasi sangat berkurang bahkan nyaris tidak ada
disebabkan banyak waktu dihabiskan di depan komputer intik mengakses internet.
- Meningkatnya tekanan dan persaingan di tempat kerja, namun produktivitas menurun.
- Meningkatnya waktu kerja dan berkurangnya waktu menikmati hidup. sumber: dimodifikasi dari Li dan Chung, 2006
Golberg (1996) menyatakan bahwa kriteria diagnostik untuk individu yang
mengalami gangguan perilaku kecanduan internet adalah sebagai berikut: 1).
Toleransi, didefinisikan oleh salah satu dari hal-hal berikut: a). Demi mencapai
Kepuasan yang diperoleh dari penggunaan internet secara terus menerus dalam
jumlah waktu yang sama akan menurun secara mencolok, dan untuk memperoleh
pengaruh yang sama kuatnya seperti yang sebelumnya, maka pemakai secara
berangsur-angsur harus meningkatkan jumlah pemakaian agar tidak terjadi toleransi.
2). Penarikan diri (withdrawal) yang khas. 3). Internet sering digunakan lebih lama
atau lebih sering dari yang direncanakan. 4). Terdapat keinginan yang tidak mau
hilang atau usaha yang gagal dalam mengendalikan penggunaan internet. 5).
Menggunakan banyak waktu dalam kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
penggunaan internet. 6). Kegiatan-kegiatan yang penting dari bidang sosial, pekerjaan
atau rekresional dihentikan karena pengunaan internet. 7). Penggunaan internet tetap
dilakukan walaupun mengetahui adanya masalah-masalah fisik, sosial, pekerjaan,
atau psikologis yang kerap timbul dan kemungkinan besar disebabkan atau
diperburuk oleh penggunaan internet.
2.7 Menegakkan Diagnosis Kecanduan Internet
Terdapat banyak alat ukur yang berbeda-beda untuk mendiagnosis masalah
kecanduan internet, namun hanya beberapa alat ukur yang sesuai standard (Beard,
2005; Patriarca dkk., 2009).
Goldberg adalah peneliti pertama yang fokus pada tingkat kecanduan dan potensi
ketergantungan terhadap penggunaan internet (Goldberg, 1995). Goldberg
menciptakan suatu rating scale, IAD (Internet Addictive Disorder) dengan 7 kriteria
membuat suatu skala ketergantungan internet IRABI (Internet Related Addictive
Behavior Inventory) dengan menggunakan 32 pertanyaan “benar-salah” tentang
penggunaan internet dengan tujuan untuk melakukan survey terhadap pengguna
internet diberbagai belahan dunia (Brenner, 1997). Morahan-Martin dan Schumacher
memperkenalkan skala PIU (Pathological Internet Use) berisi 13 pertanyaan yang
secara garis besar serupa dengan kriteria DSM IV (Morahan-Martin dan Schumacher,
2000). Kimberly Young memperkenalkan suatu alat ukur (Young Diagnostic
Questionnaire) untuk pengguna internet berisi 8 item (Young, 1998) kemudian
disempurnakan menjadi Internet Addiction Test (IAT) yang berisi 20 item. (Young,
1998).
2.8 Instrumen Internet Addiction Test (IAT)
Instrumen Internet addiction test (IAT) merupakan tes yang terdiri dari 20 item
yang bertujuan untuk mengukur tingkatan berat ringannya penggunaan internet yang
kompulsif (Ngai, 2007). Kuesioner tersebut akan mengukur ciri-ciri dan perilaku
yang berhubungan dengan pemakaian internet yang kompulsif yang mencakup
derajat kompulsifnya, perilaku pelarian diri, dan ketergantungan (Young, 2009).
Dari 20 pertanyaan tersebut, terdapat beberapa aspek yang dinilai, yaitu
1. Pertanyaan nomer 10, 12, 13, 15 dan 19.
Skor yang tinggi pada pertanyaan tersebut mengindikasikan bahwa responden
cenderung menikmati waktu yang digunakan untuk internet, menyembunyikan
minat terhadap hal-hal lain dan/atau kehilangan minat untuk berhubungan sosial
dan lebih memilih menyendiri. Skor yang tinggi juga menunjukkan bahwa
responden menggunakan internet sebagai bentuk pelarian mental untuk
menyampaikan pikirannya dan dapat merasa bahwa hidup tanpa internet akan
terasa bosan, kosong dan tidak menyenangkan.
2. Pertanyaan nomer 1,2,14, 18 dan 20.
Skor yang tinggi mengindikasikan adanya perilaku berinternet yang berlebihan
dan kompulsif, dan secara intermiten tidak dapat mengendalikan waktu
berinternet yang ia sembunyikan dari orang lain. Selain itu juga mengindikasikan
bahwa responden sangat cenderung mengalami depresi, panik atau marah apabila
dipaksa untuk tidak berinternet selama periode waktu yang agak lama.
3. Pertanyaan nomer 6, 8 ,dan 9
Berhubungan dengan pengabaian pekerjaan sehari-hari, mengindikasikan bahwa
responden melihat internet sebagai alat yang penting yang mirip seperti televisi,
microwave, atau telepon. Kinerja dan produktifitas di kantor atau sekolah
cenderung mengalami penurunan akibat dari banyaknya waktu yang dihabiskan
untuk berinternet dan responden mungin menjadi bersifat defensif atau
sembunyi-sembunyi mengenai waktu yang ia habiskan untuk berinternet.
4. Pertanyaan nomer 7 dan 11
Skor yang tinggi pada pertanyaan ini mengindikasikan bahwa responden
dan merasa terdorong/berkeinginan untuk menggunakan internet apabila ia
sedang luring (offline).
5. Pertanyaan nomer 5, 16 dan 17.
Skor yang tinggi berhubungan dengan kurangnya pengendalian diri
mengindikasikan bahwa responden mempunyai kesulitan dalam mengatur
waktunya dalam berinternet, seringkali berinternet lebih lama dari yang ia
rencanakan sebelumnya, dan orang lain mungkin mengeluhkan mengenai
perilakunya yang menghabiskan banyak waktu untuk internet.
6. Pertanyaan nomer 3 dan 4.
Mengindikasikan bahwa responden menggunakan hubungan saat berinternet
(online relationships) untuk mengatasi masalah-masalah situasional dan/atau
untuk menurunkan tekanan mental dan stress. Skor yang tinggi juga
mengindikasikan bahwa responden seringkali membangun hubungan baru dengan
sesama pengguna internet, dan menggunakan untuk menghasilkan sebuah