• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Indeks Syok Sebagai Prediktor Kejadian Kardiovaskular Mayor Pada Pasien dengan Infark Miokard Akut Non Elevasi Segmen ST

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Indeks Syok Sebagai Prediktor Kejadian Kardiovaskular Mayor Pada Pasien dengan Infark Miokard Akut Non Elevasi Segmen ST"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

vii Abstrak

Latar Belakang: Upaya stratifikasi risiko merupakan tahapan yang harus dilakukan pada penderita Infark Miokard Akut Non Elevasi Segmen ST (IMANEST) yang memiliki keberagaman luas dalam presentasi klinis. Saat ini terdapat berbagai prediktor dalam stratifikasi risiko dimana salah satunya adalah skor Global Registry of Acute Coronary Events (GRACE) yang memiliki akurasi baik dalam menilai risiko mortalitas pasien. Akan tetapi, skor ini merupakan skor yang kompleks dan membutuhkan berbagai parameter laboratorium sehingga membutuhkan waktu dan tantangan bila diterapkan di daerah pedesaan dan daerah terisolasi. Skor ini juga tidak memprediksi kejadian komplikasi lain. Indeks syok yang merupakan perbandingan antara laju denyut jantung dengan tekanan darah sistolik dianggap menggambarkan derajat kompensasi neurohormonal yang terjadi pada tubuh pasien sebagai respons terhadap nekrosis miokard yang terjadi. Penelitian ini bertujuan melihat apakah peningkatan indeks syok akan memprediksi terjadinya komplikasi IMANEST.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasi dengan desain prospektif yang dilakukan terhadap 49 orang pasien di empat rumah sakit berbeda mulai dari bulan Maret-Mei 2017. Pasien dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan nilai indeks syok. Pengamatan dilakukan selama pasien dirawat. Uji statistik dilakukan untuk menilai hubungan indeks syok dengan kejadian kardiovaskular mayor (KKvM) berupa mortalitas kardiovaskular, syok kardiogenik, gagal jantung akut, dan aritmia mengancam jiwa.

Hasil: Indeks syok tinggi (>0.7) merupakan salah satu prediktor terjadinya KKvM pada pasien IMANEST (nilai p 0.037) dengan risiko relatif 3.56, namun bukan merupakan prediktor yang independen. Peningkatan berjenjang nilai indeks syok tidak memberikan dampak perubahan yang signifikan terhadap prediksi KKvM. Indeks syok tidak menjadi prediktor terjadinya kematian pada pasien IMANEST. Faktor prediktor terjadinya kematian adalah usia lebih tinggi, penurunan fungsi ginjal dan skor GRACE. Adapun indeks syok memiliki korelasi signifikan dengan skor GRACE (p <0.0001; R=0.592).

Kesimpulan: Indeks syok yang merupakan pengukuran sederhana dapat digunakan sebagai prediktor terjadinya KKvM pada situasi dimana dijumpai keterbatasan fasilitas seperti di negara berkembang seperti Indoensia.

Kata kunci: Indeks syok, prediktor, KKVM, IMANEST

(2)

viii Abstract

Background: Risk stratification is a process that should be performed in patients with Non ST Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI) which have wide variation in clinical presentation. Currently there are various predictors of risk stratification in which one of them is a Global Registry of Acute Coronary Events score (GRACE) that has good accuracy in assessing the patient's risk of mortality. However, these scores are complex scores and require a variety of laboratory parameters that require time and challenges when applied in rural and remote areas. This score also does not predict the incidence of other complications such as cardiogenic shock. The shock index which is the ratio between heart rate and systolic blood pressure is considered to represent the degree of neurohormonal compensation that occurs in the patient's body in response to myocardial necrosis. Aim of the study is to see whether shock index will predict the occurrence MACEs in NSTEMI patients.

Method: This was an observational study with prospective design conducted on 49 patients in four different hospitals from March to May 2017. The patients were divided into two groups based on the value of the shock index. Observations were made during hospitalization. Statistical analysis were performed to assess the relation of shock index to major adverse cardiovascular events (MACEs) in the form of cardiovascular mortality, cardiogenic shock, acute heart failure, and life-threatening arrhythmias

Results: Elevated shock index (> 0.7) was one of the predictors of in-hospital MACEs in NSTEMI patients (p value 0.037) with a relative risk of 3.56, but not as an independent predictor. The tiered increase in the value of the shock index did not have a significant impact change on the MACE prediction. The shock index cannot predict mortality. In this study, predictors of death are higher age, impaired renal function and GRACE score. The shock index has a significant correlation with GRACE score (p <0.0001; R = 0.592).

Conclusion: Shock index which is a simple measurement can be used as a predictor of MACEs in NSTEMI patients in situations where there are limited resources, such as in developing country like Indonesia.

Keywords: Shock index, predictor, MACEs, NSTEMI

Referensi

Dokumen terkait

Pada penulisan ilmiah ini, penulis mencoba mendesain web non komersial mengenai Teknologi Multimedia MP3 yang berkembang saat ini dengan menggunakan Flash MX dan Internet Explorer

Kegiatan di atas dapat mengurangi risiko yang dihadapi remaja dalam situasi bencana, dengan tetap memprioritaskan kepada beberapa kelompok yang rentan dalam situasi krisis

tersebutlah keterlibatan anak dalam berbakti kepada orangtua akan diperlihatkan. Upacara adat sulang-sulang pahompu etnik Simalungun merupakan salah satu dari..

Dengan demikian berdasarkan pembahasan hasil penelitian, maka dapat direkomendasikan bahwa bagi siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, gaya mengajar resiprokal

PPAM merupakan serangkaian kegiatan prioritas kesehatan reproduksi yang harus segera dilaksanakan pada tanggap darurat krisis kesehatan dalam rangka menyelamatkan jiwa pada

untuk mendeskripsikan makna tanda pada upacara adat sulang-sulang pahompu Simalungun dan teori Konotasi Bartes akan digunakan sebagai alat untuk mendeskripsika simbol yang

menggunakan kriteria skor rata-rata ideal (skor terendah ditambah skor tertinggi yang mungkin diperoleh siswa dibagi dua), yaitu skor rata-rata ideal untuk hasil

[r]