• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TINGKAT LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS TERHADAP PENGUNGKAPAN SOSIAL DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN TAMBANG DI BURSA EFEK INDONESIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH TINGKAT LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS TERHADAP PENGUNGKAPAN SOSIAL DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN TAMBANG DI BURSA EFEK INDONESIA."

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “PENGARUH TINGKAT LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS TERHADAP PENGUNGKAPAN SOSIAL DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN TAMBANG DI BURSA EFEK INDONESIA”

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Progdi Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

(2)

“Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama masa perkuliahan.

6. Bapak dan Ibu, yang telah memberikan dukungan, doa dan semangat dan segalanya.

7. Semua pihak yang ikut membantu, yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa apa yang telah disajikan masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya dengan segala keterbatasan yang penulis miliki, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

(3)

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL………... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

ABSTRAKSI... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 10

2.2. Landasan Teori ... 13

2.1.1. Pasar Modal ... 13

2.2.2. Laporan Keuangan... 21

2.2.3. Rasio Keuangan ... 24

2.2.4. Corporate Social Responsibility (CSR) ... 27

2.2.5. Pengungkapan sosial sebagai tanggung jawab perusahaan ... 30

2.2.6. Leverage ... 35

2.2.7. Ukuran Perusahaan (Size) ... 37

2.2.8. Profitabilitas ... 39

(4)

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 41

2.2.11. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 43

2.3. Kerangka Pikir ... 44

2.4. Hipotesis... 45

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional ... 46

3.2. Populasi dan Sampel ... 48

3.3. Teknik Pengumpulan ... 49

3.3.1. Jenis dan Sumber data ... 49

3.3.2. Metode Pengumpulan data ... 49

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 50

3.4.1. Teknik Analisis ... 51

3.4.2. Uji Normalitas ... 51

3.4.3. Uji Asumsi Klasik ... 51

3.4.4. Pengujian Hipotesis... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN KESIMPULAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 63

4.2. Uji Kualitas Data ... 63

4.2.1. Hasil Pengujian Normalitas ... 63

4.2.2. Hasil Pengujian Asumsi Klasik ... 64

4.2.3. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda... 65

4.2.4. Teknik Analisis ... 70

(5)

5.1. Kesimpulan ... 74 5.2. Saran ... 74

(6)

Tabel:

1.1. : Data Perusahaan Tambang yang melakukan kegiatan sosial……… 7

4.1. : Hasil Pengujian Normalitas……….. 64

4.2. : Hasil Pengujian Multikolinieritas...……….. 65

4.3. : Hasil Pengujian Hetetoskedastisitas..……….. 66

4.4. : Hasil Pengujian Autokorelasi……….. 67

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar:

(8)

DAN PROFITABILITAS TERHADAP PENGUNGKAPAN SOSIAL

DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN TAMBANG DI

BURSA EFEK INDONESIA

Rindia Ayuning C.

Abstrak

Tujuan utama pelaporan keuangan guna memberikan informasi kepada para pemegang saham dan kreditur menjadi ikut bergeser pula kearah kecenderungan bahwa perlunya pelaporan yang bersifat dari luar organisasi perusahaan (externality) dalam rangka memberikan informasi kepada beberapa kelompok orang luar (investor) yang berkepentingan terhadap perusahaan. Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa ide dasar yang melandasi perlunya dikembangkan akuntansi sosial (sosial accounting), secara umum adalah perlunya perluasan tanggung jawab sosial perusahaan. Penelitian ini mempunyai tujuan mengetahui pengaruh, dan menguji secara empiris pengaruh kepemilikan manajemen, tingkat leverage, ukuran perusahaan dan profitabilitas terhadap pengungkapan sosial dalam laporan tahunan Perusahaan Tambang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh perusahaan sub sektor Tambang yang terdaftar (listing) di BEI. Data yang digunakan dalam penelitian ini jenis data sekunder. Penelitian ini berlandaskan pendekatan kuantitatif dengan tekhnik analisis regreri linier berganda.

Berdasarkan hasil penelitian pada bab terdahulu dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu: Leverage tidak berpengaruh terhadap Pengungkapan Biaya Sosial., Ukuran Perusahaan dan Profitability berpengaruh terhadap Pengungkapan Biaya Sosial.

(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Eksistensi suatu perusahaan tidak bias dipisahkan dengan

masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Ada hubungan timbal balik

antara perusahaan dengan masyarakat. Perusahaan dan masyarakat

adalah pasangan hidup yang saling memberi dan membutuhkan.

Kontribusi dan harmonisasi keduanya akan menentukan keberhasilan

pembangunan bangsa (Susiloadi, 2008:123). Dua aspek (ekonomi dan

sosial) penting harus diperhatikan agar tercipta kondisi sinergis antara

keduanya sehingga keberadaan perusahaan membawa perubahan ke arah

perbaikan dan peningkatan taraf hidup masyarakat.

Aspek ekonomi, perusahaan harus berorientasi mendapatkan

keuntungan (profit) dan dari aspek sosial, perusahaan harus memberikan

kontribusi secara langsung kepada masyarakat yaitu meningkatkan

kualitas kehidupan masyarakat dan lingkungannya (Susiloadi,

2008:123). Perusahaan tidak hanya dihadapkan pada tanggung jawab

yang berpijak pada perolehan keuntungan perusahaan semata, tetapi juga

harus memperhatikan tanggung jawab sosial dan lingkungannya. Jika

masyarakat (terutama masyarakat sekitar) menganggap perusahaan tidak

(10)

kontribusi secara langsung bahkan merasakan dampak negatif dari

beroperasinya sebuah perusahaan maka kondisi itu akan menimbulkan

resistensi masyarakat atau gejolak sosial (Susiloadi, 2008:123)

Menurut World Council for Sustainable Development definisi

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen berkelanjutan dari bisnis untuk berperilaku dan berkontribusi bagi pembangunan

ekonomi, sekaligus meningkatkan kualitas hidup karyawannya, serta

masyarakat local ataupun masyarakat luas. Corporate Social

Responsibility (CSR) merupakan konsep dimana perusahaan mengintegrasikan masyarakat dan lingkungan dalam kegiatan bisnis dan

interaksi mereka, dengan para stakeholder dengan dasar sukarela

(Handayati,2009:7)

Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan perwujudan komitmen yang dibangun oleh perusahaan untuk

memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas kehidupan

masyarakat. Adanya CSR di Indonesia diatur dalam Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pasal 74 ayat 1

Undang-undang tersebut menyebutkan bahwa ”Perseroan yang

menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/ atau berkaitan dengan

sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan

lingkungan”. Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang

(11)

modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan”.

(Susiloadi, 2008:2).

Seiring dengan perkembangan konsep manejemen, para akuntan

juga membicarakan bagaimana permasalahan tanggung jawab sosial ini

dapat diadaptasikan dalam ruang lingkup akuntansi (Maksum dalam

Kholis, 2002:28), sehingga tujuan utama pelaporan keuangan guna

memberikan informasi kepada para pemegang saham dan kreditur

menjadi ikut bergeser pula kearah kecenderungan bahwa perlunya

pelaporan yang bersifat dari luar organisasi perusahaan (externality)

dalam rangka memberikan informasi kepada beberapa kelompok orang

luar (investor) yang berkepentingan terhadap perusahaan. Berdasarkan

uraian diatas dapat dipahami bahwa ide dasar yang melandasi perlunya

dikembangkan akuntansi sosial (sosial accounting), secara umum adalah

perlunya perluasan tanggung jawab sosial perusahaan.

Beberapa penulis seperti Henderson dalam Kholis, (2002:28),

menggambarkan beberapa contoh konkrit yang dapat dianggap sebagai

externality, antara lain seperti melaporkan jumlah karyawan, jaminan kesehatan, informasi tentang upaya pencegahan lingkungan, standar

kualitas, pengepakan produk ramah lingkungan, penyaluran beasiswa

pendidikan, dan kepudulian sosial kepada masyarakat di sekitar daerah

industri.

Permasalahan penting lainnya yang menjadi isu dikalangan para

(12)

perusahaan harus bertanggung jawab terhadap sosial ekonomi

seluruhnya, dan bagaimana perlakuan akuntansi yang tepat untuk

menggambarkan transaksi yang terjadi antara perusahaan dengan

lingkungan sosialnya tersebut. Di pihak lain, banyak perusahaan dan

asosiasi industri berperang untuk mengubah peraturan pemerintah yang

baru atau mencoba mengikisnya melalui ketidakpatuhan. Dalam kasus

ini, menejemen mungkin merasa bahwa beberapa dari peraturan tersebut,

seperti undang-undang perlindungan lingkungan, akan memiliki dampak

ekonomi negative terhadap perusahaan mereka karena biaya untuk

mematuhi undang-undang tersebut tidak sesuai dengan manfaatnya.

Perusahaan dituntut untuk memberikan informasi mengenai

aktivitas sosialnya. Sejauh ini perkembangan akuntansi konvensional

(mainstream accounting) telah banyak dikritik karena tidak dapat mengakomodir kepentingan masyarakat secara luas, sehingga muncul

konsep akuntansi baru yang disebut sebagai Social Responsibility

Accounting (SRA) atau Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial. Tanggungjawab sosial diartikan bahwa perusahaan mempunyai

tanggungjawab pada tindakan yang mempengaruhi konsumen,

masyarakat, dan lingkungan (Ivancevic, 1992). Selama ini produk

akuntansi dimaksudkan sebagai pertanggungjawaban manajemen kepada

pemilik saham, kini paradigma tersebut diperluas menjadi

(13)

Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi

bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial

kepada pemegang saham (Heinze dalam Hackston & Milne, 1996:42).

Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin

besar pengungkapan informasi sosial (Bowman dalam Hackston &

Milne 1996:22).

Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada

berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit

diprediksikan oleh para investor. Resiko merupakan tingkat kerugian

yang ditanggung investor dalam melakukan aktivitas investasi

sedangkan ketidakpastian adalah suatu hal yang dapat menunjukkan

trend negatif dalam pergerakan saham akibat dari factor makro ekonomi. Untuk mengurangi kemungkinan resiko dan ketidakpastian yang akan

terjadi, investor memerlukan berbagai macam informasi, baik informasi

yang diperoleh dari kinerja perusahaan maupun informasi lain yang

relevan seperti kondisi ekonomi dan politik dalam suatu negara.

Informasi yang diperoleh dari perusahaan lazimnya didasarkan pada

kinerja perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan. Sesuai

dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) 1999 mewajibkan bagi

setiap perusahaan (terutama perusahaan publik) wajib menyajikan

laporan keuangan, baik laporan keuangan interim/ quarter (unaudit)

(14)

Begitu juga dengan perusahaan tambang, yang banyak

mengeksploitasi sumber daya alam. Hal ini seharusnya bisa diatasi

dengan pengeluaran biaya sosial perusahaan. Tetapi pada kenyataannya

banyak perusahaan tambang yang belum mencantumkan biaya sosial

dalam laporan keuangannya. Berdasarkan tiga belas perusahaan tambang

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia hanya empat perusahaan tambang

atau sekitar 30,7% yang melakukan pengungkapan biaya sosial. Oleh

karena itu pada penelitian ini menggunakan perusahaan tambang sebagai

obyek penelitian.

Hal ini berarti bahwa perusahaan tambang sebagian besar tidak

mendukung Undang – Undang Perseoran Terbatas Nomor 40 Tahun

2007 Pasal 74 juga mencantumkan kewajiban CSR bagi korporasi yang

bergerak pada bidang sumber daya alam. Adanya bentuk kewajiban ini,

oleh sebagian korporasi dianggap sebagai beban, selain pajak yang

merupakan mandatory atau pengungkapan wajib bagi pelaku bisnis di Indonesia. Pajak merupakan sumber pendanaan bagi pemerintah dalam

melaksanakan tanggung jawab Negara untuk mengatasi masalah sosial,

meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran serta menjadi kontrak

sosial antara warga Negara dengan Pemerintah.

Berikut ini adalah beberapa perusahaan tambang yang

(15)

Tabel. 1. Data Perusahaan Tambang Yang Melakukan Kegiatan Sosial

PT Aneka Tambang Tbk 3.175.522.000 3.594.773.199 301.826 15.787.000 PT. Elnusa Tbk 2.200.645.408 1.879.129.065 237.379 26.764.000 PT. Tambang Batubara Bukit Asam

Tbk 4.708.796.127 1.423.160.862 141.85 62.105.000

PT. Timah Tbk 8.383.522.564 6.629.663.755 220.582 12.774.000 PT. Bumi Resources Tbk 9.296.622.428 250.038.447 288.247 18.653.000 PT. Central Korporindo 1.203.468 1.365.498 2.866.780 1.467.400 PT. Citatah Industri Marmer Tbk 1.474.000 1.323.000 586.678 2.460.000 PT. Petrosea Tbk 13.656.780 11.053.000 12.394.000 15.832.000

Sumber : PT. Bursa Efek Indonesia

Masih banyaknya perusahaan tambang yang belum

mengungkapkan biaya sosial, membuat beberapa peneliti mengungkapkan

adanya pengaruh yang signifikan dalam Perusahaan Tambang, diantaranya

adalah pada penelitian Cooke (1992) yang menyebutkan “Pengaruh antara

size, status listing, dan jenis industri terhadap luas pengungkapan dalam

laporan tahunan”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa size, status

listing adalah variabel penjelas yang penting, dan Perusahaan Tambang

secara signifikan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada

perusahaan Non Tambang.

Atas dasar penelitian tersebut, maka penulis ingin mengetahui

sejauh mana pengaruh karakteristik perusahaan, yang diantaranya adalah

(16)

1.2. Rumusan Masalah

Perusahaan Tambang adalah perusahaan pengolahan barang

mentah menjadi barang jadi, perusahaan ini perlu melakukan

pengungkapan sukarela (pengungkapan sosial). Karena, Perusahaan

Tambang selain dekat dengan investor, kreditor, dan pemerintah,

perusahaan juga dekat dengan lingkungan sosial. Maka dari itu perlu

adanya pengungkapan sosial dalam prakteknya. Untuk itu rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah tingkat leverage berpengaruh terhadap pengungkapan sosial

dalam laporan tahunan Perusahaan Tambang yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia ?

2. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan

sosial dalam laporan tahunan Perusahaan Tambang yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia ?

3. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan sosial

dalam laporan tahunan Perusahaan Tambang yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia ?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan :

1. Mengetahui dan menguji secara empiris tingkat leverage terhadap

pengungkapan sosial dalam laporan tahunan Perusahaan Tambang

(17)

2. Mengetahui dan menguji secara empiris ukuran perusahaan terhadap

pengungkapan sosial dalam laporan tahunan Perusahaan Tambang

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3. Mengetahui dan menguji secara empiris profitabilitas terhadap

pengungkapan sosial dalam laporan tahunan Perusahaan Tambang

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

a. Bagi Peneliti

Penyusunan skripsi ini diharapkan dapat memperluas wawasan berfikir

serta pengetahuan penulis dalam mengembangkan ilmu dan pengetahuan

yang sudah diperoleh untuk dilaksanakan di lapangan.

b. Bagi Perusahaan

Diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan

penerapan tanggung jawab sosial secara efektif bagi

perusahaan-perusahaan di Indonesia.

c. Bagi Akademis

Sebagai tambahan khasanah perpustakaan dan bahan masukan bagi

(18)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

1. Retno Anggraini (2006) Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam

Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan

yang terdaftar Bursa Efek Jakarta)

Peneliti ingin mengetahui sejauh mana perusahaan menunjukkan tanggung

jawabnya terhadap kepentingan sosial dengan memberikan informasi

sosial serta faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan untuk

mengungkapkan informasi sosial di dalam laporan keuangan tahunan pada

perusahaan-perusahaan di Indonesia.

Hampir semua perusahaan mengungkapkan kinerja ekonominya, hal ini

disebabkan oleh dikeluarkannya surat keputusan No. Kep-150/Men/2000

oleh Menteri Tenaga Kerja tentang penyelesaian pemutusan hubungan

kerja dan penetapan uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan

ganti kerugian di perusahaan. Serta dikeluarkannya PSAK No. 57 tentang

kewajiban diestimasi, kewajiban kontinjensi dan Aktiva kontinjensi yang

berlaku efektif mulai tanggal 1 Januari 2001. Hal ini berarti perusahaan

akan mengungkapkan informasi tertentu jika ada aturan yang

(19)

sebagian besar (lebih dari 50%) mengungkapkan informasi mengenai

pengembangan sumber daya manusianya dibandingkan dengan industri

yang lain. Hal ini karena industri ini sangat tergantung pada kemampuan

manusia (karyawan) dalam memberikan jasanya kepada pelanggan.

Perusahaan dengan kepemilikan manajemen yang besar dan termasuk

dalam industri yang memiliki risiko politis yang tinggi (high-profile) cenderung mengungkapkan informasi sosial yang lebih banyak

dibandingkan perusahaan lain.

2. Sayekti Dan Wondabio (2007) Dengan Judul Pengaruh CSR Disclosure Terhadap Earning Response Coefficient (Suatu Studi Empiris Pada

Perusahaan yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta). Penelitian ini bertujuan

untuk menguji pengaruh dari pengungkapan informasi Corporate Social

Responsibility (CSR) dalam laporan tahunan perusahan terhadap respon

pasar terhadap laba perusahaan (earning response coefficient, ERC). Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 108 laporan tahunan

perusahaan tahun 2005. Pengujian empiris atas sampel tersebut

menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan informasi CSR berpengaruh

negatif terhadap besarnya ERC. Tujuan dari penelitian adalah untuk

menguji pengaruh dari tingkat pengungkapan informasi CSR dalam

laporan tahunan perusahaan terhadap ERC. Penelitian ini menggunakan

sampel sebanyak 108 laporan tahunan perusahaan untuk tahun 2005.

Kesimpulan dari pengujian analisa regresi berganda yang menggunakan

(20)

memasukkan variabel beta (sebagai proksi risiko) dan price-to-book value (sebagai proksi dari growth opportunities) menunjukkan hasil yang mendukung hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini. Bukti empiris

penelitian ini mendukung hipotesa yang menyatakan bahwa tingkat

pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan perusahaan

berpengaruh negatif terhadap ERC. Hasil penelitian ini mengindikasikan

bahwa investor mengapresiasi informasi CSR yang diungkapan dalam

laporan tahunan perusahaan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

masukkan bagi para pelaku usaha, investor, lembaga pasar modal terkait,

serta para penyusun standar akuntansi bahwa mungkin sudah harus

dipertimbangkan untuk mengatur mengenai pengungkapan informasi CSR

dalam laporan tahunan perusahaan.

Berdasarkan penelitian terdahulu diatas terdapat perbedaan dan persamaan

penelitian yang akan dilakukan, perbedaannya terdapat pada waktu, tempat

penelitian, dan Variabel bebas penelitian yang digunakan. Sedangkan

persamaannya adalah sama – sama membahas mengenai Pengungkapan

Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan.

Jadi penelitian kali ini bukan merupakan duplikasi dari penelitian

sebelumnya, meskipun diakui penelitian terdahulu mampu mendukung

(21)

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pasar Modal

Definisi pasar modal menurut Sunariyah (2004:2) adalah sebagai

berikut:

a. Definisi dalam arti luas: Pasar modal adalah kebutuhan system

keuangan yang terorganisasi, termasuk bank-bank komersial dan

semua perantara di bidang keuangan, serta surat-surat berharga / klaim

jangka panjang dan jangka pendek, primer dan yang tidak langsung.

b. Dalam arti menengah: Pasar modal adalah semua pasar yang

terorganisasi dan lembaga-lembaga yang memperdagangkan

warkat-warkat kredit (biasanya) yang berjangka waktu lebih dari satu tahun

termasuk saham-saham, obligasi-obligasi, pinjaman berjangka hipotek

dan tabungan serta deposito berjangka.

c. Dalam arti sempit: Pasar modal adalah tempat pasar terorganisir yang

memperdagangkan saham-saham dan obligasi-obligasi dengan

memakai makelar, komisioner dan para underwriter.

Secara umum Sunariyah (2004:3) juga menyebutkan pengertian

pasar modal adalah pasar abstrak sekaligus pasar konkret dengan barang

yang diperjualbelikan adalah dana yang bersifat abstrak, dan bentuk

(22)

2.2.1.1.Fungsi dan Peranan Pasar Modal

Menurut Husnan (2009:4) pasar modal menjalankan fungsi

ekonomi dan keuangan, dalam melaksanakan fungsi ekonominya, pasar

modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender ke borrower, sedangkan fungsi keuangan dilakukan dengan menyadiakan dana tanpa harus terikat langsung dalam kepemilikan aktiva riil yag

diperlukan untuk investasi tersebut.

Widiatmodjo (2006:14) menjelaskan peranan pasar modal dalam

kegiatan ekonomi yaitu menjadi salah satu sumber untuk kemajuan

ekonomi. Hal ini disebabkan karena pasar modal dapat menjadi sumber

dana alternatif bagi perusahaan – perusahaan dan digolongkan sebagai

sumber pembiayaan modern.

Secara umum dapat dijelaskan bahwa dengan adanya pasar modal,

maka perusahaan – perusahaan akan lebih mudah memperoleh dana

sehingga kegiatan ekonomi di berbagai sektor dapat ditingkatkan.

Terjadinya peningkatan kegiatan ekonomi, akan menciptakan dan

mengembangkan lapangan kerja yang luas yang dengan sendirinya dapat

menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, sehingga secara langsung

dapat berpengaruh dalam mengurangi jumlah pengangguran.

Dijualnya saham di pasar modal berarti masyarakat diberi

kesempatan untuk memiliki dan menikmati keuntungan yang diperoleh

perusahaan, dengan kata lain pasar modal dapat membantu pemerintah

(23)

2.2.1.2. Jenis-jenis Pasar Modal

Penjualan saham kepada masyarakat dapat dilakukan dengan

beberapa cara, umumnya penjualan dilakukan sesuai dengan jenis ataupun

bentuk pasar modal dimana sekuritas tersebut diperjual belikan. Menurut

Sunariyah (2004:10), jenis-jenis pasar modal tersebut ada beberapa

macam, yaitu:

a. Pasar Perdana (primary market)

Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang

menerbitkan saham (emiten) kepada investor selama waktu yang ditetapkan oleh pihak yang menerbitkan sebelum saham tersebut

diperdagangkan di pasar sekunder. Pengertian tersebut menunjukkan

bahwa pasar perdana merupakan pasar modal yang memperdagangkan

saham-saham atau sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya

(penawaran umum) sebelum saham dicatatkan di bursa. Harga saham di

pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang

akan go public (emiten) berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan. Peranan penjamin emisi pada pasar perdana selain

menentukan harga saham, juga melaksanakan penjualan saham kepada

masyarakat sebagai calon investor. Dari uraian diatas menegaskan

bahwa saham yang diterbitkan emiten pertama kali dan dari hasil

(24)

b. Pasar Sekunder (secondary market)

Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah

melewati masa penawaran pada pasar perdana. Harga saham di pasar

sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara pembeli dan

penjual. Jadi, pasar sekunder merupakan pasar dimana saham dan

sekuritas lain diperjualbelikan secara luas, setelah melalui masa

penjualan di pasar perdana. Dibandingkan dengan perdagangan pasar

perdana, perdagangan pasar sekunder mempunyai volume perdagangan

yang jauh lebih besar. Namun demikian, hasil penjualan saham disini

biasanya tidak lagi masuk modal perusahaan.

c. Pasar ketiga (third market)

Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di

luar bursa (over the counter market). Di Indonesia, pasar ketiga ini disebut bursa pararel. Dimana menurut Pakdes 1989 bursa pararel

merupakan suatu sistem perdagangan efek yang terorganisasi oleh

Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek dengan diawasi oleh badan

Pengawasan Pasar Modal.

d. Pasar Keempat (fourth market)

Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antara investor atau

dengan kata lain pengalihan saham dari pemegang saham ke pemegang

(25)

perdagangan semacam ini biasanya dilakukan dalam jumlah besar

(block sale).

2.2.1.3. Instrumen Pasar Modal

Pada umumnya dana – dana yang diperjualbelikan adalah berupa

surat – surat berharga yang terdiri dari berbagai macam bentuk. Bentuk –

bentuk surat berharga ini disebut dengan efek.

Pengertian efek menurut UU RI No 8 tahun 1995, tentang efek

yang dikutip oleh Husnan (2009:3). Efek adalah selembar kertas yang menunjukan hak pemegang surat tersebut untuk memperoleh bagian dari

prospek atau kekayaan lembaga yang menerbitkan sekuritas tersebut.

Instrumen pasar modal menurut Sunariyah yang dikutip oleh Paris Ma’ruf

(2002) adalah :

1. Saham

Saham adalah bukti tanda kepemilikan atas suatu perusahaan.,

dalam transaksi jual beli di Bursa Efek, saham paling dominan

diperdagangkan, selanjutnya saham dapat dibedakan antara saham

biasa dan saham perferen.

a. Saham biasa

Pada saham biasa pemegang saham tidak memperoleh hak

istimewa. Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk

memperoleh deviden sepanjang perseroan memperoleh

(26)

memperoleh sebagian dari kekayan perseroan setelah tagihan

kreditur dilunasi. Namun itu adalah hak umum bukan hak

istimewa.

b. Saham preferen

Sedangkan pada saham preferen, pemegang saham memperoleh

hak untuk mendapat deviden atau bagian kekayaan pada saat

likuidasi perusahaan, lebih dulu dari saham biasa.

Dalam pemilihan Dewan Komisaris, pemilik saham biasa

mempunyai hak suara yang pada kelanjutannya akan mengangkat

pejabat – pejabat untuk mengelola perusahaan, sedangkan pemilik

saham preferen tidak memiliki hak suara.

2. Obligasi

Obligasi adalah bukti hutang dari emiten yang dijamin oleh

penanggung yang mengandung janji pembayaran bunga atau janji

lainnya serta pelunasan pokok pinjaman yang dilakukan pada tanggal

jatuh tempo, yaitu :

a. Obligasi biasa

Merupakan tanda hutang yang diterbitkan oleh pemerintah atau

swasta dengan jumlah pembayaran bunga secara tertentu.

b. Obligasi konversi

Obligasi yang setelah jangka waktu tertentu, dengan pertimbangan

dan atau harga tertentu, dapat ditukarkan menjadi saham

(27)

3. Derivatif dari Efek

a. Right

Right ini menunjukan bukti hak memesan terlebih dahulu yang

melekat pada saham yang memungkinkan para pemegang saham

untuk membeli saham baru yang akan diterbitkan oleh perusahaan

sebelum saham tersebut ditawarkan kepada pihak lain.

b. Warrant

Warrant merupakan opsi untuk membeli sejumlah saham dengan

harga tertentu. Warrant sering dipergunakan dalan penerbitan

obligasi, karena jika suatu obligasi disertai dengan warrant,

investor tidak hanya akan memperoleh bunga tetap dari pembelian

obligasi, tetapi juga opsi untuk membeli saham dengan bunga

tertentu.

2.2.2. Laporan Keuangan

Laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan,

kinerja keuangan dan arus kas suatu entitas. Penyajian yang wajar

mensyaratkan penyajian secara jujur dampak dari transaksi, peristiwa dan

kondisi lain sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan aset, laibilitas,

pendapatan dan beban yang diatur dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan

Penyajian Laporan Keuangan. Penerapan SAK, dengan pengungkapan

tambahan jika diperlukan, dianggap menghasilkan penyajian laporan

(28)

proses pelaporan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,

laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi

penjelasan yang merupakan bagian integrasi dari laporan keuangan”.

(PSAK, 2009:14)

Jadi untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dan hasil usaha

suatu perusahaan akan dapat diketahui melalui keuangan yang merupakan

produk akhir dari proses akuntansi yang terdiri dari pencatatan,

penggolongan, dan peringkasan kejadian keuangan selama periode tertentu

yang meliputi neraca, laporan laba rugi dan laporan keuangan lainnya.

2.2.2.1. Jenis Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2007:15), laporan keuangan yang lengkap

biasanya terdiri dari:

a. Neraca

b. Laporan laba rugi

c. Laporan perubahan posisi keuangan

d. Catatan atas laporan keuangan

Setiap laporan keuangan utama harus diikuti dengan pernyataan

bahwa catatan atas laporan keuangan adalah merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan. Laporan

keuangan disusun dalam rangka mencapai atau memperoleh penjelasan

(29)

ini ditambah dengan penjelasan tambahan yang diperlukan guna

penjelasan penuh. Laporan ini disebut laporan bentuk panjang.

a. Neraca, merupakan laporan yang menggambarkan posisi atau keadaan

keuangan, dengan demikian menunjukkan aktiva, kewajiban dan

modal sendiri dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. neraca

mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

1) Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai

akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi

masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan.

2) Kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul

dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan akan

mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang

mengandung manfaat ekonomi.

3) Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah

dikurangi semua kewajiban.

b. Laporan Laba Rugi, merupakan ringkasan aktivitas usaha perusahaan

pada periode tertentu yang melaporkan hasil usaha bersih atas

kerugian yang timbul dari kegiatan usaha dan aktivitas lainnya.

laporan keuangan laba rugi mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

1) Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan

(30)

2) Beban (expense) adalah penurunan manfaat ekonomi dalam periode akuntasi tertentu dalam bentuk arus keluar atau

berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang

mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut

pembagian kepada penanaman modal.

c. Laporan perubahan posisi keuangan, perubahan posisi keuangan dapat

disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya sebagai laporan arus

kas atau laporan arus dana. Bapepam mewajibkan emiten dan calon

emiten menyampaikan laporan keuangan yang dilengkapi dengan

laporan perubahan posisi keuangan yang mengukur perubahan aktiva,

kewajiban dan modal sendiri selama suatu periode tertentu dalam

bentuk arus kas (inflow) arus kas keluar (outflow) dana. laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan

diklasifikasikan menurut aktivitas, operasi dan pendanaan.

d. Catatan atas laporan keuangan, merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dan memberikan penjelasan kualitatif serta kuantitatif

terhadap laporan keuangan utama, sehingga tidak menyesatkan

pembacanya. Kewajiban untuk pemberian catatan menurut Bapepam

harus didasarkan pada pertimbangan materialitas berdasarkan

persentase relatif. Untuk pihak-pihak yang sifatnya khusus, baik

karena sifat industri maupun transaksinya perlu diuraikan dalam

(31)

2.2.2.2. Tujuan Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi

keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan

adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja

keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar

kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi.

Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban

manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada

mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan

menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi:

(a) aset;

(b) liabilitas;

(c) ekuitas;

(d) pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;

(e) kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya

sebagai pemilik;dan

(f) arus kas.

Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam

catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam

memprediksi arus kas masa depan dan, khususnya, dalam hal

(32)

2.2.3. Rasio Keuangan Perusahaan

Menurut Kasmir (2007 : 245) mengelompokkan rasio finansiil

yaitu antara lain :

1) Rasio likuiditas

Adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur likuiditas

perusahaan.

2) Rasio leverage

Adalah rasio-rasio yang dimaksud untuk mengukur sampai

seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.

3) Rasio aktivitas

Adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai

seberapa besar ktivitas perusahaan dalam mengerjakan

sumber-sumber dananya.

4) Rasio profitabilitas

Adalah rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah

kebijaksanaan dan keputusan-keputusan.

Dalam mengadakan analisa rasio finansial pada dasarnya dapat

dilakukan dengan dua macam cara perbandingan (2007 : 254) :

1) Membandingkan rasio sekarang ( present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu- waktu lalu ( ratio historis) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu

(33)

2) Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (rasio

perusahaan / company ratio) dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri (rasio standart ) untuk waktu yang sama.

Sedangkan menurut Kasmir (2007:263) mengelompokkan

beberapa rasio keuangan bank sebagai berikut :

Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan

bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih.

Dengan kata lain dapat membayar kembali pencairan dana deposannya

pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah

diajukan. (Kasmir, 2007 : 268) Adapun jenis rasio likuiditas yang

digunakan dalam penelitian ini adalah :

a). Assets to Loan Ratio (ALR)

Assets to Loan Ratio merupakan rasio untuk mengukur jumlah

kredit yang disalurkan dengan jumlah harta yang dimiliki bank.

Semakin tinggi tingkat rasio, menunjukkan semakin rendahnya tingkat

likuiditas bank. Rumus yang digunakan (Kasmir, 2007 : 270), adalah:

(34)

b). Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to Deposit Ratio merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah

dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Rumus yang

digunakan (Kasmir, 2007 : 272), adalah:

100%

Merupakan ukuran kemampuan bank mencari sumber dana untuk

membiayai kegiatannya. Bisa juga dikatakan rasio ini merupakan alat

untuk melihat kekayaan bank untuk melihat efisiensi bagi pihak

manajemn bank tersebut. (Kasmir, 2007 : 275) Adapun jenis rasio

solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Penilaian Capital ini didasarkan dengan metode CAR (Capital Adequacy Ratio). Diukur dengan menggunakan skala rasio dan satuan pengukuran adalah prosentase (%).(Kasmir, 2007 : 278)

100%

Rentabilitas rasio sering disebut profitabilitas usaha. Rasio ini

digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang

dicapai oleh bank yang bersangkutan, (Kasmir, 2007 : 279). Adapun jenis

(35)

a). Net Profit Margin

Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan net icome ditinjau dari sudut operating income-nya. Sedangkan tinggi rasio, semakin baik hasil yang ditunjukannya.

(Kasmir, 2007 : 280)

b). Return on Equity (ROE)

Mengukur kemampuan bank untuk mengahasilkan laba dengan

membandingkan laba sebelum pajak dengan equity. (Kasmir, 2003 :

280)

2.2.4. Corporate Social Responsibility (CSR)

Menurut Kotler dan Lee dalam Solihin (2009:5) ”Corporate Social Responsibility is a commitment to improve community well being through discretionary business practices and contribution of corporate resources”(tanggung jawab sosial perusahaan adalah kegiatan yang semata-mata merupakan komitmen perusahaan secara sukarela untuk turut

meningkatkan kesejahteraan komunitas dan berkontribusi kepada sumberdaya

(36)

Menurut versi Bank Dunia dalam Laksiani (2008:45) definisi

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah “Corporate Social Responsibility (CSR) is the commitment of business to contribute to sustainable economic development working with employees and their representatives, the local community and society at large to improve quality of life, in ways that are both good for business and good for development” (Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen bisnis sebagai kontribusi untuk keberlanjutan perkembangan ekonomi yang bekerja sama

dengan pekerja, perwakilan mereka, komunitas lokal dan masyarakat luas

untuk memperbaiki kualitas hidup, dimana keduanya baik untuk bisnis

maupun pengembangan).

Menurut Bank Dunia, tanggung jawab sosial perusahaan terdiri dari

beberapa komponen utama, yaitu: perlindungan lingkungan, jaminan kerja,

hak asasi manusia, interaksi dan keterlibatan perusahaan dengan masyarakat,

standart usaha, pasar, pengembangan ekonomi dan badan usaha, perlindungan

kesehatan, kepemimpinan dan pendidikan, bantuan bencana kemanusiaan.

Sedangkan menurut Petkoski dan Twose (2003) mendefinisikan

Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai komitmen bisnis yang berperan untuk mendukung pembangunan ekonomi, bekerjasama dengan

karyawan dan keluarganya, masyarakat lokal dan masyarakat luas, untuk

meningkatkan mutu hidup mereka dengan berbagai cara yang

(37)

Sejauh ini definisi yang banyak digunakan adalah pemikiran

Elkington tentang triple bottom line. Menurut Elkington (1997) dalam

Laksiani (2008:45) Corporate Social Responsibility (CSR) adalah adanya segitiga dalam kehidupan stakeholders yang mesti diperhatikan korporasi di

tengah usahanya mencari keuntungan, yaitu ekonomi, lingkungan dan sosial,

yang kemudian diilustrasikan dalam bentuk segitiga.

Ebert (2003) mendefinisikan corporate social responsibility sebagai usaha perusahaan untuk menyeimbangkan komitmen-komitmennya terhadap

kelompok-kelompok dan individual-individual dalam lingkungan perusahaan

tersebut, termasuk didalamnya adalah pelanggan, perusahaan-perusahaan lain,

para karyawan, dan investor. Corporate Social Responsibility (CSR) memberikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya

dan interaksinya dengan stakeholders yang melebihi tanggung jawab di bidang hukum (Darwin, 2004:33). Dalam kemajuan industri sekarang,

tekanan masyarakat kepada perusahaan agar mereka melakukan pembenahan

sistem operasi perusahaan menjadi suatu sistem yang memiliki kepedulian

dan tanggung jawab terhadap sosial sangat kuat, perkembangan tekhnologi

dan industri yang pesat dituntut untuk memberikan kontribusi positif terhadap

lingkungan sekitar.

Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam perusahaan-perusahaan diharapkan selain memiliki komitmen finansial

(38)

CSR merupakan salah satu bagian dari strategi bisnis perusahaan dalam

jangka panjang. Adapun tujuan dari Corporate Social Responsibility (CSR) adalah (Darwin, 2004:33):

1. Untuk meningkatkan citra perusahaan dan mempertahankan,

biasanya secara implisit, asumsi bahwa perilaku perusahaan secara

fundamental adalah baik.

2. Untuk membebaskan akuntabilitas organisasi atas dasar asumsi

adanya kontrak sosial di antara organisasi dan masyarakat.

Keberadaan kontrak sosial ini menuntut dibebaskannya

akuntabilitas sosial.

3. Sebagai perpanjangan dari pelaporan keuangan tradisional dan

tujuannya adalah untuk memberikan informasi kepada investor.

Untuk itulah maka pertanggungjawaban sosial perusahaan

Corporate Social Responsibility (CSR) perlu diungkapkan dalam perusahaan sebagai wujud pelaporan tanggung jawab sosial kepada

masyarakat.

2.2.5. Pengungkapan sosial sebagai tanggung jawab perusahaan

Tanggung jawab adalah suatu kewajiban perusahaan yang tidak

hanya menyediakan barang dan jasa baik bagi masyarakat maupun juga

dalam mempertahankan kualitas lingkungan sosialnya secara fisik

maupun memberikan kontribusi positif terhadap kesejahteraan

(39)

secara sosial ketika manajemennya memiliki visi atas kinerja

operasionalnya, tidak hanya mengutamakan atas laba perusahaan tetapi

juga dalam menjalankan aktivitasnya, memperhatikan lingkungan yang

ada disekitarnya. Perusahaan tidak hanya memandang laba sebagai

satu-satunya tujuan dari perusahaan tetapi ada tujuan yang lainnya yaitu

kepedulian perusahaan terhadap lingkungan, karena perusahaan

mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari

laba untuk pemegang saham (Gray et. Al., 1987).

Pengungkapan tanggung jawab sosial atau sering disebut sebagai

Corporate social reporting adalah proses pengkomunikasian efek-efek sosial dan lingkungan atas tindakan-tindakan ekonomi perusahaan pada

kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat dan pada masyarakat

secara keseluruhan (Gray et. Al., 1987). Kontribusi negatif perusahaan

terhadap lingkungan sekitarnya telah menyebabkan hilangnya

kepercayaan masyarakat adalah dengan mengungkapkan

informasi-informasi mengenai operasi perusahaan sehubungan dengan lingkungan

sebagai tanggung jawab perusahaan.

Gray et. Al. (1995) menyebutkan 3 studi yang menjelaskan

mengapa perusahaan cenderung untuk mengungkapkan informasi yang

berkaitan dengan aktivitasnya dan dampak yang ditimbulkan oleh emiten

(40)

1. Decision-userfulnes study

Penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti menemukan

bahwa informasi sosial dibutuhkan users, seperti analis, banker,

dan pihak lain yang terlibat. Penelitian tersebut menyebutkan

bahwa informasi aktivitas sosial perusahaan berada pada posisi

moderately important. 2. Economic theory study

Studi dalam corporate responsibility reporting ini mendasari pada

Economic agency theory dan Accounting positivism theory yang menganologikan manajemen sebagai agen dari suatu prinsipal.

Prinsipal diartikan sebagai pemegang saham atau traditional users

lain. Namun, pengertian users tersebut telah berkembang menjadi

seluruh interest group perusahaan yang bersangkutan sebagai agen,

manajemen akan berupaya mengoperasikan perusahaan sesuai

dengan keinginan publik (stakeholder). 3. Social and political theory studies

Bidang ini menggunakan teori stakeholder, teori legitimasi organisasi, dan teori ekonomi publik. Teori stakeholder mengamsusikan bahwa perusahaan berusaha mencari pembenaran

dari para stakeholder dalam menjalankan operasi perusahaannya.

Semakin kuat posisi stakeholder, semakin besar kecenderungan

(41)

Pengungkapan sosial dalam tanggung jawab perusahaan sangat

perlu dilakukan, karena bagaimanapun juga perusahaan memperoleh

nilai tambah dari kontribusi masyarakat di sekitar perusahaan termasuk

dari penggunaan sumber-sumber sosial (social resources). Jika aktivitas perusahaan menyebabkan kerusakan sumber-sumber sosial maka dapat

timbul adanya biaya sosial (social cost) yang harus ditanggung oleh masyarakat, sedang apabila perusahaan meningkatkan mutu social resources maka akan menimbulkan social benefit (manfaat sosial)

2.2.6. Pelaporan pertanggungjawaban sosial perusahaan

Ada 2 jenis ungkapan dalam pelaporan keuangan yang telah

ditetapkan oleh badan yang memiliki otoritas di pasar modal. Pertama

adalah ungkapan wajib (mandatory disclosure), yaitu informasi yang harus di ungkapkan oleh emiten yang diatur oleh peraturan pasar modal

di suatu Negara. Sedangkan yang kedua adalah ungkapan sukarela

(voluntary disclosure), yaitu ungkapan yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh standar yang ada. Pengungkapan

sosial yang diungkapkan perusahaan merupakan informasi yang sifatnya

sukarela. Karenanya, perusahaan memiliki kebebasan untuk

mengungkapkan informasi yang tidak diharuskan oleh badan

penyelenggara pasar modal. Keragaman dalam pengungkapan

(42)

filosofis manajerial yang berbeda dan keluasan dalam kaitannya dengan

pengungkapan informasi kepada masyarakat. (Anggraini, 2006:4)

Standar pelaporan pertanggungjawaban sosial sampai saat ini

belum mempunyai standar yang baku, hal ini dikarenakan adanya

permasalahan yang berhubungan dengan biaya dan manfaat sosial.

Perusahaan dapat membuat sendiri model pelaporan

pertanggungjawaban sosialnya. (Anggraini, 2006:4)

Informasi dalam menyusun dan mengungkapkan tentang aktivitas

pertanggungjawaban sosial perusahaan, Zhegal & Ahmed (1990)

mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan pelaporan sosial

perusahaan, yaitu sebagai berikut:

1. Lingkungan

Bidang ini meliputi aktivitas pengendalian pencemaran dan

pelestarian lingkungan hidup. Meliputi, pengendalian terhadap

polusi, pencegahan atau perbaikan terhadap kerusakan lingkungan,

konservasi alam, dan pengungkapan lain yang berkaitan dengan

lingkungan.

2. Energi

Bidang ini meliputi aktivitas dalam pengaturan penggunaan energi

dalam hubungannya dengan operasi perusahaan dan peningkatan

efisiensi terhadap produk perusahaan. Meliputi, konservasi energi,

(43)

3. Praktik bisnis yang wajar

Meliputi pemberdayaan terhadap minoritas dan perempuan,

dukungan terhadap usaha minoritas, tanggung jawab sosial

4. Sumber daya manusia

Bidang ini meliputi aktivitas untuk kepentingan karyawan sebagai

sumber daya manusia bagi perusahaan maupun aktivitas di dalam

suatu komunitas. Aktivitas tersebut antara lain, program pelatihan

dan peningkatan ketrampilan, perbaikan kondisi kerja, upah dan gaji

serta tunjangan yang memadai, pemberian beberapa fasilitas,

jaminan keselamatan kerja, pelayanan kesehatan, pendidikan, seni.

5. Produk

Meliputi keamanan, pengurangan polusi.

2.2.6. Leverage

Semakin tinggi tingkat leverage semakin besar kemungkinan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan berusaha untuk

melaporkan laba sekarang lebih tinggi (Belkaoui dan Karpik (1989)),

supaya laba yang dilaporkan tinggi maka manajer harus mengurangi

biaya-biaya (termasuk biaya untuk mengungkapkan pertanggungjawaban

sosial)

Dana dapat diperoleh dan luar perusahaan (external financing) maupun dan dalam perusahaan (internal financing). Modal internal berasal dan laba ditahan, sedangkan modal eksternal dapat berasal dan

(44)

yang akan timbul dimasa yang akan datang yang disebabkan oleh

kewajiban-kewajiban disaat sekarang dari suatu badan usaha yang akan

dipenuhi dengan mentransfer aktiva atau memberikan jasa kepada badan

usaha lain dimasa datang sebagai akibat dari transaksi-transaksi yang

sudah lalu (Baridwan, 2004).

Perusahaan yang sedang berkembang memerlukan modal yang

dapat diperoleh dan hutang maupun ekuitas. Besar kecilnya rasio hutang

dapat dilihat pada rasio Debt Equity Ratio (DER). Hutang mempunyai dua keuntungan yaitu (a) bunga yang dibayarkan dapat dipotong dengan

tujuan pajak, sehingga menurunkan biaya efektif dan hutang, (b)

pemegang hutang (debtholder) mendapatkan pengembalian tetap (Masdupi, 2005). Penggunaan hutang memiliki kelemahan (a) hutang

yang semakin tinggi meningkatkan risiko sehingga suku bunganya akan

semakin tinggi pula, (b) bila kondisi perusahaan tidak dalam kondisi

bagus, pendapatan operasi menjadi rendah dan tidak cukup menutup

biaya bunga sehingga kekayaan pemilik berkurang. Pada kondisi

ekstrim, kerugian tersebut dapat membahayakan perusahaan karena

dapat terancam kebangkrutan. Untuk memenuhi kebutuhan pendanaan.

pemegang saham lebih menginginkan pendanaan perusahaan dibiayai

dengan utang. Karena dengan penggunaan utang, hak mereka terhadap

perusahaan tidak akan berkurang. Tetapi manajer tidak menyukai

pendanaan tersebut dengan alasan bahwa utang mengandung risiko yang

(45)

memperoleh keuntungan yang sebesar-besamya dengan pihak lain

(Masdupi, 2005).

2.2.7. Ukuran Perusahaan (Size)

Terdapat beberapa penjelasan mengenai pengaruh ukuran

perusahaan (Size) terhadap kualitas ungkapan, namun sebenarnya landasan teoritis mengenai pengaruh size ini tidaklah terlalu jelas.

Walaupun begitu, berbagai penelitian empiris yang telah dilakukan

menunjukkan bahwa pengaruh total aktiva hampir selalu konsisten dan

secara statistik signifikan. Beberapa penjelasan yang mungkin dapat

menjelaskan fenomena ini adalah bahwa perusahaan besar mempunyai

biaya informasi yang rendah, perusahaan besar juga mempunyai

kompleksitas dan dasar pemilikan yang lebih luas dibanding perusahaan

kecil (Cooke, 1989). Size perusahaan merupakan variabel independen yang banyak digunakan untuk menjelaskan variasi pengungkapan dalam

laporan keuangan perusahaan.

Size Menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dilihat dari besarnya nilai total asset. Semakin besar total asset perusahaan

maka akan semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Memiliki

total asset yang besar akan memudahkan perusahaan dalam masalah

pendanaan. Proxy yang digunakan dalam variabel ini adalah total aktiva

(46)

Tingkat pertumbuhan perusahaan juga merupakan faktor yang

mempengaruhi struktur modal, perusahaan yang memiliki tingkat

pertumbuhan pesat cenderung lebih banyak menggunakan hutang

daripada perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih

lambat (Weston dan Brigham, 1994:174) dalam (Rembulan, 2008).

Pertumbuhan, perusahaan berbanding lurus dengan ukuran perusahaan,

sehingga semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar

pula ukuran perusahaan, sehingga ukuran perusahaan berpengaruh

terhadap struktur modal karena perusahaan yang lebih besar akan mudah

memperoleh pinjaman dibandingkan perusahaan kecil. Ukuran

perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang

ditunjukkan oleh total aktiva, total penjualan, dan rata-rata total aktiva

(Feri dan Jones dalam Masidonda, Maski, dan Idrus, 1999) dalam

(Rembulan, 2008).

Ukuran perusahaan juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan

dalam menentukan struktur modal. Perusahaan besar dapat mengakses

pasar modal dan dengan kemudahan tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa perusahaan memiliki fleksibilitas dan kemampuan untuk

mendapatkan dana atau permodalan (Wahidahwati 2000 dalam Fidyan,

2003) dalam (Rembulan, 2008). Ukuran perusahaan berpengaruh

terhadap struktur modal didasarkan pada kenyataan bahwa semakin

besar suatu perusahaan, kecenderungan untuk menggunakan hutang

(47)

2.2.8. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi

bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial

kapada pemegang saham (Heinze dalam Milne, 1996), hubungan antara

profitabilitas dan tingkat pengungkapan pertanggungjawaban sosial

adalah bahwa ketika perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi,

perusahaan (manajemen) menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal

yang dapat mengganggu informasi tentang sukses keuangan tersebut.

Sebaliknya ketika tingkat profitabilitas rendah perusahaan akan berharap

pengguna laporan akan membaca “good news” kinerja perusahaan.

Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung

menggunakan hutang relatif kecil karena laba ditahan yang tinggi sudah

memadai untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan

(Rembulan, 2008). (Arifin dalam Rembulan, 2008) menyatakan bahwa

profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur

modal.

Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi

menggunakan utang yang relatif kecil profitabilitas adalah hasil bersih

dari berbagai kebijaksanaan dan keputusan (Riyanto, 1993), sedangkan

Machtoedz (1994) dalam Eko (2006) mendefinisikan profitabilitas

sebagai suatu indicator kinerja yang dilakukan manajemen dalam

(48)

Profitabilitas menunjukkan kemampuan dari modal

yangdiinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan

keuntungan bagi investor. Myers (1984) dalam Taswan (2008)

menyatakan bahwa manajer mempunyai pecking order didalam menahan laba sebagai pilihan pertama, diikuti oleh pembiayaan dengan hutang,

kemudian dengan equity. Dengan demikian terdapat hubungan negatif antara profitabilitas dengan debt ratio. Hasil studi Moh'd et al (1998), Myers (1984) dan Jensen et at (1992) menemukan bahwa firm profitability mempunyai hubungan negatif dan signifikan dengan debt ratio.

2.2.9. Pengaruh Leverage Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Sembiring (2003) menyatakan bahwa leverage berpengaruh negatif

signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

Sedangkan Prayogi (2003) menyatakan leverage tidak berpengaruh

terhadap pengungkapan sosial. Jensen (1986) dan Zweibel (1996),

menyatakan bahwa saat perusahaan mempunyai utang bunga yang tinggi,

kemampuan manajemen untuk berinvestasi lebih pada program CSR adalah

terbatas. Diamond (1991) dan Gilson (1990) menyatakan bahwa tingginya

tingkat suku bunga utang juga mendorong kreditur untuk berperan aktif

untuk mengawasi perusahaan (manajemen), dimana utang memberikan

(49)

Tambahan informasi diperlukan untuk menghilangkan keraguan

pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak mareka sebagai kreditur

schipper dalam Anggraini (2006). Belkaoui dan Karpik (1989) menyatakan

bahwa semakin tinggi tingkat rasio leverage, semakin besar kemungkinan

perusahaan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan

berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi. Supaya laba yang

dilaporkan tinggi, maka manajer harus mengurangi biaya-biaya termasuk

biaya untuk mengungkapkan informasi sosial. Biaya CSR yang terbatas,

maka pengungkapan informasi sosial menjadi rendah atau terbatas. Dengan

demikian leverage diprediksikan berhubungan negatif terhadap CSR.

Jadi dapat disimpulkan bahwa leverage berpengaruh negatif

terhadap pengungkapan sosial dalam laporan tahunan Perusahaan

Tambang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2.2.10. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Perusahaan yang besar cenderung mempunyai biaya politis yang

besar dibandingkan perusahaan kecil. Perusahaan besar cenderung akan

memberikan informasi laba sekarang lebih rendah dibandingkan

perusahaan kecil, sehingga perusahaan besar cenderung akan

mengeluarkan biaya untuk pengungkapan informasi sosial yang lebih

besar dibandingkan perusahaan kecil. Ukuran perusahaan dapat

diproksikan dari nilai kapitalisasi pasar, total asset, log penjualan, dan

(50)

Perusahaan yang termasuk dalam industri yang high-profile akan memberikan informasi sosial lebih banyak dibandingkan perusahaan

yang low-profile. Roberts (1992) dalam (Hackston & Milne, 1996) mendefinisikan industri yang high-profile adalah industri yang memiliki visibilitas konsumen, risiko politis yang tinggi, atau menghadapi

persaingan yang tinggi. Preston (1977) dalam (Hackston & Milne, 1996)

mengatakan bahwa perusahaan yang memiliki aktivitas ekonomi yang

memodifikasi lingkungan, seperti industri ekstraktif, lebih mungkin

mengungkapkan informasi mengenai dampak lingkungan dibandingkan

industri yang lain. Cowen, et al. (1987) dalam (Hackston & Milne, 1996)

mengatakan bahwa perusahaan yang berorientasi pada konsumen

diperkirakan akan memberikan informasi mengenai pertanggungjawaban

sosial karena hal ini akan meningkatkan image perusahaan dan

mempengaruhi penjualan.

Klasifikasi tipe industri oleh banyak peneliti sifatnya sangat

subyektif dan berbeda-beda. Roberts (1992) dalam (Hackston & Milne,

1996) mengelompokkan perusahaan otomotif, penerbangan dan minyak

sebagai industri yang high-profile. Sedangkan (Diekers & Perston, 1977) dalam (Hackston & Milne, 1996) mengatakan bahwa industri ekstraktif

merupakan industri yang high-profile. Patten (1991) dalam Hackston & Milne (1996) mengelompokkan industri pertambangan, kimia dan

(51)

industri konstruksi, pertambangan, pertanian, kehutanan, perikanan,

kimia, otomotif, barang konsumsi, makanan dan minuman, kertas,

farmasi dan plastik sabagai industri yang high-profile.

Jadi dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh

positif terhadap pengungkapan sosial dalam laporan tahunan Perusahaan

Tambang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2.2.11. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi

bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial

kepada pemegang saham Heinze (1976) dalam (Hackston & Milne,

1996). Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka

semakin besar pengungkapan informasi sosial Bowman & Haire (1976)

dan Preston (1978) dalam Hackston & Milne (1996). Hackston & Milne

(1996) menemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat

profitabilitas dengan pengungkapan informasi sosial. Belkaoui & Karpik (1989) mengatakan bahwa dengan kepeduliannya terhadap masyarakat

(sosial) menghendaki manajemen untuk membuat perusahaan menjadi

profitable. Vence (1975) dalam Belkaoui & Karpik (1989) mempunyai pandangan yang berkebalikan, bahwa pengungkapan sosial perusahaan

(52)

karena perusahaan harus mengeluarkan tambahan biaya untuk

mengungkapkan informasi sosial tersebut.

Jadi dapat disimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif

terhadap pengungkapan sosial dalam laporan tahunan Perusahaan

Tambang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2.3. Kerangka Pikir

Gambar 2.1. Diagram Kerangka Pikir Leverage

(X1)

Ukuran Perusahaan (X2)

Profitabilitas (X3)

Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

(53)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan teori diatas, dapat

disimpulkan hipotesis pada penelitian ini adalah :

1. Diduga bahwa tingkat leverage berpengaruh negatif terhadap pengungkapan sosial dalam laporan tahunan Perusahaan Tambang yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2. Diduga bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap

pengungkapan sosial dalam laporan tahunan Perusahaan Tambang yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3. Diduga bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap

pengungkapan sosial dalam laporan tahunan Perusahaan Tambang yang

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Agar variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat diukur,

serta unutk menghindari adanya kesalahpahaman dan penafsiran makna

yang berbeda, maka variabel dalam penelitian ini harus diberi definisi.

Adapun definisi dari variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah :

3.1.1. Kebijakan hutang (X1)

Kebijakan hutang (X1) adalah pengorbanan manfaat ekonomi yang akan

timbul dimasa yang akan datang yang disebabkan oleh

kewajiban-kewajiban disaat sekarang dari suatu badan usaha yang akan dipenuhi

dengan mentransfer aktiva atau memberikan jasa kepada badan usaha lain

dimasa datang sebagai akibat dari transaksi-transaksi yang sudah lalu,

dengan satuan rupiah.

Kebijakan Utang =

Asset Total

Debt Total

3.1.2. Ukuran Perusahaan (X2)

Menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dilihat dari

besarnya nilai total asset. Semakin besar total asset perusahaan maka akan

(55)

besar akan memudahkan perusahaan dalam masalah pendanaan.

Proxy yang digunakan dalam variabel ini adalah total aktiva perusahaan.

Dalam penelitian ini total aktiva yang digunakan adalah dalam milyaran

rupiah, dengan satuan rupiah. Variabel ini diukur dengan jumlah total

asset, dengan rumus :

Ukuran Perusahaan = Total Assets.

3.1.3. Profitability (X3)

Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas

dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kapada

pemegang saham Variabel ini didifinisikan sebagai ratio of operating income to total assset. ROA (Return On Asset) digunakan sebagai ukuran profitabilitas, dengan satuan rupiah., dengan rumus :

Profitability =

Asset Total

Income Operating

3.1.4. Pengungkapan Biaya Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Y)

Pengungkapan Biaya Tanggung Jawab Sosial Perusahaan adalah proses

pengkomunikasian efek-efek sosial dan lingkungan atas tindakan-tindakan

ekonomi perusahaan pada kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat

(56)

3.2. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi adalah sejumlah unsur-unsur dimana suatu kesimpulan

akan disusun (Emory dan Cooper, 1998). Populasi dalam penelitian ini

adalah Seluruh perusahaan sub sektor Tambang yang telah terdaftar

(listing) di BEI. Dipilihnya satu kelompok industri yaitu industri

TAMBANG sebagai populasi dimaksudkan untuk menghindari bias

yang disebabkan oleh efek industri (industrial effect), dan selain itu sektor TAMBANG memiliki jumlah terbesar perusahaan dibandingkan

sektor lainnya. Penelitian ini menggunakan 13 perusahaan tambang yang

terdaftar di BEI, pengambil periode analisis 2007 sampai tahun 2009

dengan kondisi perusahaan yang mengungkapan biaya sosial.

b. Sampel

Metode pengambilan sampel yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah metode judgement sampling, yaitu salah satu

bentuk purposive sampling dengan mengambil sampel yang telah

ditentukan sebelumnya berdasarkan maksud dan tujuan penelitian.

Adapun kriteria-kriteria yang digunakan dalam penelitian sampel

adalah:

1. Perusahaan Tambang yang terdaftar di BEI dan sahamnya aktif

diperdagangkan sampai 2007 sampai tahun 2009 dengan kondisi

(57)

2. Perusahaan tersebut menerbitkan laporan keuangan tahunan 2007

sampai tahun 2009 dengan kondisi perusahaan yang mengungkapan

biaya sosial, serta menyerahkan laporan tahunannya dan telah

mempublikasikannya berturut-turut.

3. Informasi pengungkapan sosial diungkapkan pada laporan tahunan

perusahaan yang bersangkutan sampai 2007 sampai tahun 2009

dengan kondisi perusahaan yang mengungkapan biaya sosial.

Oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan 8 perusahaan

tambang yang terdaftar di BEI

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis dan Sumber Data

Periode data yang digunakan adalah sampai 2007 sampai tahun

2009 dengan kondisi perusahaan yang mengungkapan biaya sosial,

diharapkan selama periode tersebut perusahaan sudah mengungkapkan

Informasi mengenai lingkungan sekitar tempat usahanya secara

konsisten, yang berhubungan dengan pengungkapan sosial.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

yang diperoleh dari: ICMD (Indonesian capital market directory) untuk mengetahui Informasi pengungkapan sosial yang diungkapkan

3.3.2. Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dikumpulkan dengan

(58)

1. Dokumentasi

Metode penelitian ini dilakukan dengan mengambil data dari

dokumen-dokumen berupa informasi data perusahaan dan data lainnya

yang berhubungan dengan penelitian.

2. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah penelitian yang mempelajari tentang

catatan-catatan perusahaan dan literatur–literatur pendukung berupa buku–

buku teks maupun jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini, sebagai

pembantu pemecahan guna membahas masalah–masalah yang

dihadapi dalam penulisan ini.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisis

Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linier berganda.

Persamaan regresi linier berganda ini digunakan untuk menggambarkan

secara spesifik keterkaitan dari variabel – variabel penelitian

Rumusnya adalah :

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e

Dimana :

X1 = Tingkat Leverage

X2 = Ukuran Perusahaan

X3 = Profitabilitas

Y = Indeks Pengungkapan tanggung jawab sosial

(59)

Β1,β2,β3 = koefisien regresi

e = estimasi error dari masing – masing variable

3.4.2. Uji Normalitas

Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data

mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data

mengikuti sebaran normal, dapat dilakukan dengan menggunakan

metode Kolmogorov-Smirnov.

Menurut Santoso (2002:214) pedoman dalam mengambil

keputusan apakan sebuah distribusi data mengikuti distribusi normal

adalah:

1. Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) < 5% maka distribusi

tidak normal.

2. Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) > 5% maka distribusi

normal.

3.4.3. Uji Asumsi Klasik

Untuk mendukung keakuratan hasil model regresi, maka perlu

dilakukan penelusuran terhadap asumsi klasik yang meliputi asumsi

multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Hasil dari asumsi

Gambar

Gambar 2.1. Diagram Kerangka Pikir
Tabel 3.1 : Autokorelasi
Tabel 4.1: Hasil Pengujian Normalitas
Tabel 4.2 : Hasil Pengujian Multikolinieritas
+6

Referensi

Dokumen terkait

• SIVIL (Sistem Informasi Verifikasi Ijazah on Line) • RPL (Rekognisi Pembelajaran Lampau).. •

: Awan Hariono, M.Or : a. Ria Lumintuarso, M.Si. Kelengkapan unsur isi buku b. Ruang lingkup dan kedalaman. pembahasan

fungsi yang dilakukan guru bimbingan konseling di SMK Muhammadiyah Delanggu yang bekerja sama dengan guru mata pelajaran, wali kelas, guru agama dan kepala sekolah dalam

Dengan nilai harmonisa tersebut maka tidak diperlukan lagi pemasangan reactor, dimana fungsi reactor yang dipasang seri dengan kapasitor bank adalah untuk

Menilai hasil penelitian atau hasil pemikiran dosen yang diterbitkan pada Majalah llmiah Nasional dan ]nternasional.. Menilai hasil penelitian atau hasil pemikiran berdasarkan

Untuk menghitung return tiap saham, dapat menggunakan data closing price tiap saham yang tergabung dalam LQ-45.. 25 3.5.4 Menghitung return market /

(4) Terdapat pengaruh tingkat inflasi, nilai suku bunga SBI, nilai kurs dollar AS terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada periode tahun 2005-2008 di Bursa Efek

[r]