Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “PENGARUH TINGKAT LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS TERHADAP PENGUNGKAPAN SOSIAL DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN TAMBANG DI BURSA EFEK INDONESIA”
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Progdi Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
“Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama masa perkuliahan.
6. Bapak dan Ibu, yang telah memberikan dukungan, doa dan semangat dan segalanya.
7. Semua pihak yang ikut membantu, yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa apa yang telah disajikan masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya dengan segala keterbatasan yang penulis miliki, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL………... vi
DAFTAR GAMBAR... vii
ABSTRAKSI... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 10
2.2. Landasan Teori ... 13
2.1.1. Pasar Modal ... 13
2.2.2. Laporan Keuangan... 21
2.2.3. Rasio Keuangan ... 24
2.2.4. Corporate Social Responsibility (CSR) ... 27
2.2.5. Pengungkapan sosial sebagai tanggung jawab perusahaan ... 30
2.2.6. Leverage ... 35
2.2.7. Ukuran Perusahaan (Size) ... 37
2.2.8. Profitabilitas ... 39
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 41
2.2.11. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 43
2.3. Kerangka Pikir ... 44
2.4. Hipotesis... 45
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional ... 46
3.2. Populasi dan Sampel ... 48
3.3. Teknik Pengumpulan ... 49
3.3.1. Jenis dan Sumber data ... 49
3.3.2. Metode Pengumpulan data ... 49
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 50
3.4.1. Teknik Analisis ... 51
3.4.2. Uji Normalitas ... 51
3.4.3. Uji Asumsi Klasik ... 51
3.4.4. Pengujian Hipotesis... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN KESIMPULAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 63
4.2. Uji Kualitas Data ... 63
4.2.1. Hasil Pengujian Normalitas ... 63
4.2.2. Hasil Pengujian Asumsi Klasik ... 64
4.2.3. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda... 65
4.2.4. Teknik Analisis ... 70
5.1. Kesimpulan ... 74 5.2. Saran ... 74
Tabel:
1.1. : Data Perusahaan Tambang yang melakukan kegiatan sosial……… 7
4.1. : Hasil Pengujian Normalitas……….. 64
4.2. : Hasil Pengujian Multikolinieritas...……….. 65
4.3. : Hasil Pengujian Hetetoskedastisitas..……….. 66
4.4. : Hasil Pengujian Autokorelasi……….. 67
DAFTAR GAMBAR
Gambar:
DAN PROFITABILITAS TERHADAP PENGUNGKAPAN SOSIAL
DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN TAMBANG DI
BURSA EFEK INDONESIA
Rindia Ayuning C.
Abstrak
Tujuan utama pelaporan keuangan guna memberikan informasi kepada para pemegang saham dan kreditur menjadi ikut bergeser pula kearah kecenderungan bahwa perlunya pelaporan yang bersifat dari luar organisasi perusahaan (externality) dalam rangka memberikan informasi kepada beberapa kelompok orang luar (investor) yang berkepentingan terhadap perusahaan. Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa ide dasar yang melandasi perlunya dikembangkan akuntansi sosial (sosial accounting), secara umum adalah perlunya perluasan tanggung jawab sosial perusahaan. Penelitian ini mempunyai tujuan mengetahui pengaruh, dan menguji secara empiris pengaruh kepemilikan manajemen, tingkat leverage, ukuran perusahaan dan profitabilitas terhadap pengungkapan sosial dalam laporan tahunan Perusahaan Tambang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh perusahaan sub sektor Tambang yang terdaftar (listing) di BEI. Data yang digunakan dalam penelitian ini jenis data sekunder. Penelitian ini berlandaskan pendekatan kuantitatif dengan tekhnik analisis regreri linier berganda.
Berdasarkan hasil penelitian pada bab terdahulu dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu: Leverage tidak berpengaruh terhadap Pengungkapan Biaya Sosial., Ukuran Perusahaan dan Profitability berpengaruh terhadap Pengungkapan Biaya Sosial.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Eksistensi suatu perusahaan tidak bias dipisahkan dengan
masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Ada hubungan timbal balik
antara perusahaan dengan masyarakat. Perusahaan dan masyarakat
adalah pasangan hidup yang saling memberi dan membutuhkan.
Kontribusi dan harmonisasi keduanya akan menentukan keberhasilan
pembangunan bangsa (Susiloadi, 2008:123). Dua aspek (ekonomi dan
sosial) penting harus diperhatikan agar tercipta kondisi sinergis antara
keduanya sehingga keberadaan perusahaan membawa perubahan ke arah
perbaikan dan peningkatan taraf hidup masyarakat.
Aspek ekonomi, perusahaan harus berorientasi mendapatkan
keuntungan (profit) dan dari aspek sosial, perusahaan harus memberikan
kontribusi secara langsung kepada masyarakat yaitu meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat dan lingkungannya (Susiloadi,
2008:123). Perusahaan tidak hanya dihadapkan pada tanggung jawab
yang berpijak pada perolehan keuntungan perusahaan semata, tetapi juga
harus memperhatikan tanggung jawab sosial dan lingkungannya. Jika
masyarakat (terutama masyarakat sekitar) menganggap perusahaan tidak
kontribusi secara langsung bahkan merasakan dampak negatif dari
beroperasinya sebuah perusahaan maka kondisi itu akan menimbulkan
resistensi masyarakat atau gejolak sosial (Susiloadi, 2008:123)
Menurut World Council for Sustainable Development definisi
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen berkelanjutan dari bisnis untuk berperilaku dan berkontribusi bagi pembangunan
ekonomi, sekaligus meningkatkan kualitas hidup karyawannya, serta
masyarakat local ataupun masyarakat luas. Corporate Social
Responsibility (CSR) merupakan konsep dimana perusahaan mengintegrasikan masyarakat dan lingkungan dalam kegiatan bisnis dan
interaksi mereka, dengan para stakeholder dengan dasar sukarela
(Handayati,2009:7)
Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan perwujudan komitmen yang dibangun oleh perusahaan untuk
memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas kehidupan
masyarakat. Adanya CSR di Indonesia diatur dalam Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pasal 74 ayat 1
Undang-undang tersebut menyebutkan bahwa ”Perseroan yang
menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/ atau berkaitan dengan
sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan”. Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan”.
(Susiloadi, 2008:2).
Seiring dengan perkembangan konsep manejemen, para akuntan
juga membicarakan bagaimana permasalahan tanggung jawab sosial ini
dapat diadaptasikan dalam ruang lingkup akuntansi (Maksum dalam
Kholis, 2002:28), sehingga tujuan utama pelaporan keuangan guna
memberikan informasi kepada para pemegang saham dan kreditur
menjadi ikut bergeser pula kearah kecenderungan bahwa perlunya
pelaporan yang bersifat dari luar organisasi perusahaan (externality)
dalam rangka memberikan informasi kepada beberapa kelompok orang
luar (investor) yang berkepentingan terhadap perusahaan. Berdasarkan
uraian diatas dapat dipahami bahwa ide dasar yang melandasi perlunya
dikembangkan akuntansi sosial (sosial accounting), secara umum adalah
perlunya perluasan tanggung jawab sosial perusahaan.
Beberapa penulis seperti Henderson dalam Kholis, (2002:28),
menggambarkan beberapa contoh konkrit yang dapat dianggap sebagai
externality, antara lain seperti melaporkan jumlah karyawan, jaminan kesehatan, informasi tentang upaya pencegahan lingkungan, standar
kualitas, pengepakan produk ramah lingkungan, penyaluran beasiswa
pendidikan, dan kepudulian sosial kepada masyarakat di sekitar daerah
industri.
Permasalahan penting lainnya yang menjadi isu dikalangan para
perusahaan harus bertanggung jawab terhadap sosial ekonomi
seluruhnya, dan bagaimana perlakuan akuntansi yang tepat untuk
menggambarkan transaksi yang terjadi antara perusahaan dengan
lingkungan sosialnya tersebut. Di pihak lain, banyak perusahaan dan
asosiasi industri berperang untuk mengubah peraturan pemerintah yang
baru atau mencoba mengikisnya melalui ketidakpatuhan. Dalam kasus
ini, menejemen mungkin merasa bahwa beberapa dari peraturan tersebut,
seperti undang-undang perlindungan lingkungan, akan memiliki dampak
ekonomi negative terhadap perusahaan mereka karena biaya untuk
mematuhi undang-undang tersebut tidak sesuai dengan manfaatnya.
Perusahaan dituntut untuk memberikan informasi mengenai
aktivitas sosialnya. Sejauh ini perkembangan akuntansi konvensional
(mainstream accounting) telah banyak dikritik karena tidak dapat mengakomodir kepentingan masyarakat secara luas, sehingga muncul
konsep akuntansi baru yang disebut sebagai Social Responsibility
Accounting (SRA) atau Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial. Tanggungjawab sosial diartikan bahwa perusahaan mempunyai
tanggungjawab pada tindakan yang mempengaruhi konsumen,
masyarakat, dan lingkungan (Ivancevic, 1992). Selama ini produk
akuntansi dimaksudkan sebagai pertanggungjawaban manajemen kepada
pemilik saham, kini paradigma tersebut diperluas menjadi
Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi
bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial
kepada pemegang saham (Heinze dalam Hackston & Milne, 1996:42).
Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin
besar pengungkapan informasi sosial (Bowman dalam Hackston &
Milne 1996:22).
Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada
berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit
diprediksikan oleh para investor. Resiko merupakan tingkat kerugian
yang ditanggung investor dalam melakukan aktivitas investasi
sedangkan ketidakpastian adalah suatu hal yang dapat menunjukkan
trend negatif dalam pergerakan saham akibat dari factor makro ekonomi. Untuk mengurangi kemungkinan resiko dan ketidakpastian yang akan
terjadi, investor memerlukan berbagai macam informasi, baik informasi
yang diperoleh dari kinerja perusahaan maupun informasi lain yang
relevan seperti kondisi ekonomi dan politik dalam suatu negara.
Informasi yang diperoleh dari perusahaan lazimnya didasarkan pada
kinerja perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan. Sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) 1999 mewajibkan bagi
setiap perusahaan (terutama perusahaan publik) wajib menyajikan
laporan keuangan, baik laporan keuangan interim/ quarter (unaudit)
Begitu juga dengan perusahaan tambang, yang banyak
mengeksploitasi sumber daya alam. Hal ini seharusnya bisa diatasi
dengan pengeluaran biaya sosial perusahaan. Tetapi pada kenyataannya
banyak perusahaan tambang yang belum mencantumkan biaya sosial
dalam laporan keuangannya. Berdasarkan tiga belas perusahaan tambang
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia hanya empat perusahaan tambang
atau sekitar 30,7% yang melakukan pengungkapan biaya sosial. Oleh
karena itu pada penelitian ini menggunakan perusahaan tambang sebagai
obyek penelitian.
Hal ini berarti bahwa perusahaan tambang sebagian besar tidak
mendukung Undang – Undang Perseoran Terbatas Nomor 40 Tahun
2007 Pasal 74 juga mencantumkan kewajiban CSR bagi korporasi yang
bergerak pada bidang sumber daya alam. Adanya bentuk kewajiban ini,
oleh sebagian korporasi dianggap sebagai beban, selain pajak yang
merupakan mandatory atau pengungkapan wajib bagi pelaku bisnis di Indonesia. Pajak merupakan sumber pendanaan bagi pemerintah dalam
melaksanakan tanggung jawab Negara untuk mengatasi masalah sosial,
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran serta menjadi kontrak
sosial antara warga Negara dengan Pemerintah.
Berikut ini adalah beberapa perusahaan tambang yang
Tabel. 1. Data Perusahaan Tambang Yang Melakukan Kegiatan Sosial
PT Aneka Tambang Tbk 3.175.522.000 3.594.773.199 301.826 15.787.000 PT. Elnusa Tbk 2.200.645.408 1.879.129.065 237.379 26.764.000 PT. Tambang Batubara Bukit Asam
Tbk 4.708.796.127 1.423.160.862 141.85 62.105.000
PT. Timah Tbk 8.383.522.564 6.629.663.755 220.582 12.774.000 PT. Bumi Resources Tbk 9.296.622.428 250.038.447 288.247 18.653.000 PT. Central Korporindo 1.203.468 1.365.498 2.866.780 1.467.400 PT. Citatah Industri Marmer Tbk 1.474.000 1.323.000 586.678 2.460.000 PT. Petrosea Tbk 13.656.780 11.053.000 12.394.000 15.832.000
Sumber : PT. Bursa Efek Indonesia
Masih banyaknya perusahaan tambang yang belum
mengungkapkan biaya sosial, membuat beberapa peneliti mengungkapkan
adanya pengaruh yang signifikan dalam Perusahaan Tambang, diantaranya
adalah pada penelitian Cooke (1992) yang menyebutkan “Pengaruh antara
size, status listing, dan jenis industri terhadap luas pengungkapan dalam
laporan tahunan”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa size, status
listing adalah variabel penjelas yang penting, dan Perusahaan Tambang
secara signifikan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada
perusahaan Non Tambang.
Atas dasar penelitian tersebut, maka penulis ingin mengetahui
sejauh mana pengaruh karakteristik perusahaan, yang diantaranya adalah
1.2. Rumusan Masalah
Perusahaan Tambang adalah perusahaan pengolahan barang
mentah menjadi barang jadi, perusahaan ini perlu melakukan
pengungkapan sukarela (pengungkapan sosial). Karena, Perusahaan
Tambang selain dekat dengan investor, kreditor, dan pemerintah,
perusahaan juga dekat dengan lingkungan sosial. Maka dari itu perlu
adanya pengungkapan sosial dalam prakteknya. Untuk itu rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah tingkat leverage berpengaruh terhadap pengungkapan sosial
dalam laporan tahunan Perusahaan Tambang yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia ?
2. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan
sosial dalam laporan tahunan Perusahaan Tambang yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia ?
3. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan sosial
dalam laporan tahunan Perusahaan Tambang yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia ?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan :
1. Mengetahui dan menguji secara empiris tingkat leverage terhadap
pengungkapan sosial dalam laporan tahunan Perusahaan Tambang
2. Mengetahui dan menguji secara empiris ukuran perusahaan terhadap
pengungkapan sosial dalam laporan tahunan Perusahaan Tambang
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
3. Mengetahui dan menguji secara empiris profitabilitas terhadap
pengungkapan sosial dalam laporan tahunan Perusahaan Tambang
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
a. Bagi Peneliti
Penyusunan skripsi ini diharapkan dapat memperluas wawasan berfikir
serta pengetahuan penulis dalam mengembangkan ilmu dan pengetahuan
yang sudah diperoleh untuk dilaksanakan di lapangan.
b. Bagi Perusahaan
Diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan
penerapan tanggung jawab sosial secara efektif bagi
perusahaan-perusahaan di Indonesia.
c. Bagi Akademis
Sebagai tambahan khasanah perpustakaan dan bahan masukan bagi
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
1. Retno Anggraini (2006) Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam
Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan
yang terdaftar Bursa Efek Jakarta)
Peneliti ingin mengetahui sejauh mana perusahaan menunjukkan tanggung
jawabnya terhadap kepentingan sosial dengan memberikan informasi
sosial serta faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan untuk
mengungkapkan informasi sosial di dalam laporan keuangan tahunan pada
perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Hampir semua perusahaan mengungkapkan kinerja ekonominya, hal ini
disebabkan oleh dikeluarkannya surat keputusan No. Kep-150/Men/2000
oleh Menteri Tenaga Kerja tentang penyelesaian pemutusan hubungan
kerja dan penetapan uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan
ganti kerugian di perusahaan. Serta dikeluarkannya PSAK No. 57 tentang
kewajiban diestimasi, kewajiban kontinjensi dan Aktiva kontinjensi yang
berlaku efektif mulai tanggal 1 Januari 2001. Hal ini berarti perusahaan
akan mengungkapkan informasi tertentu jika ada aturan yang
sebagian besar (lebih dari 50%) mengungkapkan informasi mengenai
pengembangan sumber daya manusianya dibandingkan dengan industri
yang lain. Hal ini karena industri ini sangat tergantung pada kemampuan
manusia (karyawan) dalam memberikan jasanya kepada pelanggan.
Perusahaan dengan kepemilikan manajemen yang besar dan termasuk
dalam industri yang memiliki risiko politis yang tinggi (high-profile) cenderung mengungkapkan informasi sosial yang lebih banyak
dibandingkan perusahaan lain.
2. Sayekti Dan Wondabio (2007) Dengan Judul Pengaruh CSR Disclosure Terhadap Earning Response Coefficient (Suatu Studi Empiris Pada
Perusahaan yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta). Penelitian ini bertujuan
untuk menguji pengaruh dari pengungkapan informasi Corporate Social
Responsibility (CSR) dalam laporan tahunan perusahan terhadap respon
pasar terhadap laba perusahaan (earning response coefficient, ERC). Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 108 laporan tahunan
perusahaan tahun 2005. Pengujian empiris atas sampel tersebut
menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan informasi CSR berpengaruh
negatif terhadap besarnya ERC. Tujuan dari penelitian adalah untuk
menguji pengaruh dari tingkat pengungkapan informasi CSR dalam
laporan tahunan perusahaan terhadap ERC. Penelitian ini menggunakan
sampel sebanyak 108 laporan tahunan perusahaan untuk tahun 2005.
Kesimpulan dari pengujian analisa regresi berganda yang menggunakan
memasukkan variabel beta (sebagai proksi risiko) dan price-to-book value (sebagai proksi dari growth opportunities) menunjukkan hasil yang mendukung hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini. Bukti empiris
penelitian ini mendukung hipotesa yang menyatakan bahwa tingkat
pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan perusahaan
berpengaruh negatif terhadap ERC. Hasil penelitian ini mengindikasikan
bahwa investor mengapresiasi informasi CSR yang diungkapan dalam
laporan tahunan perusahaan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
masukkan bagi para pelaku usaha, investor, lembaga pasar modal terkait,
serta para penyusun standar akuntansi bahwa mungkin sudah harus
dipertimbangkan untuk mengatur mengenai pengungkapan informasi CSR
dalam laporan tahunan perusahaan.
Berdasarkan penelitian terdahulu diatas terdapat perbedaan dan persamaan
penelitian yang akan dilakukan, perbedaannya terdapat pada waktu, tempat
penelitian, dan Variabel bebas penelitian yang digunakan. Sedangkan
persamaannya adalah sama – sama membahas mengenai Pengungkapan
Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan.
Jadi penelitian kali ini bukan merupakan duplikasi dari penelitian
sebelumnya, meskipun diakui penelitian terdahulu mampu mendukung
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pasar Modal
Definisi pasar modal menurut Sunariyah (2004:2) adalah sebagai
berikut:
a. Definisi dalam arti luas: Pasar modal adalah kebutuhan system
keuangan yang terorganisasi, termasuk bank-bank komersial dan
semua perantara di bidang keuangan, serta surat-surat berharga / klaim
jangka panjang dan jangka pendek, primer dan yang tidak langsung.
b. Dalam arti menengah: Pasar modal adalah semua pasar yang
terorganisasi dan lembaga-lembaga yang memperdagangkan
warkat-warkat kredit (biasanya) yang berjangka waktu lebih dari satu tahun
termasuk saham-saham, obligasi-obligasi, pinjaman berjangka hipotek
dan tabungan serta deposito berjangka.
c. Dalam arti sempit: Pasar modal adalah tempat pasar terorganisir yang
memperdagangkan saham-saham dan obligasi-obligasi dengan
memakai makelar, komisioner dan para underwriter.
Secara umum Sunariyah (2004:3) juga menyebutkan pengertian
pasar modal adalah pasar abstrak sekaligus pasar konkret dengan barang
yang diperjualbelikan adalah dana yang bersifat abstrak, dan bentuk
2.2.1.1.Fungsi dan Peranan Pasar Modal
Menurut Husnan (2009:4) pasar modal menjalankan fungsi
ekonomi dan keuangan, dalam melaksanakan fungsi ekonominya, pasar
modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender ke borrower, sedangkan fungsi keuangan dilakukan dengan menyadiakan dana tanpa harus terikat langsung dalam kepemilikan aktiva riil yag
diperlukan untuk investasi tersebut.
Widiatmodjo (2006:14) menjelaskan peranan pasar modal dalam
kegiatan ekonomi yaitu menjadi salah satu sumber untuk kemajuan
ekonomi. Hal ini disebabkan karena pasar modal dapat menjadi sumber
dana alternatif bagi perusahaan – perusahaan dan digolongkan sebagai
sumber pembiayaan modern.
Secara umum dapat dijelaskan bahwa dengan adanya pasar modal,
maka perusahaan – perusahaan akan lebih mudah memperoleh dana
sehingga kegiatan ekonomi di berbagai sektor dapat ditingkatkan.
Terjadinya peningkatan kegiatan ekonomi, akan menciptakan dan
mengembangkan lapangan kerja yang luas yang dengan sendirinya dapat
menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, sehingga secara langsung
dapat berpengaruh dalam mengurangi jumlah pengangguran.
Dijualnya saham di pasar modal berarti masyarakat diberi
kesempatan untuk memiliki dan menikmati keuntungan yang diperoleh
perusahaan, dengan kata lain pasar modal dapat membantu pemerintah
2.2.1.2. Jenis-jenis Pasar Modal
Penjualan saham kepada masyarakat dapat dilakukan dengan
beberapa cara, umumnya penjualan dilakukan sesuai dengan jenis ataupun
bentuk pasar modal dimana sekuritas tersebut diperjual belikan. Menurut
Sunariyah (2004:10), jenis-jenis pasar modal tersebut ada beberapa
macam, yaitu:
a. Pasar Perdana (primary market)
Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang
menerbitkan saham (emiten) kepada investor selama waktu yang ditetapkan oleh pihak yang menerbitkan sebelum saham tersebut
diperdagangkan di pasar sekunder. Pengertian tersebut menunjukkan
bahwa pasar perdana merupakan pasar modal yang memperdagangkan
saham-saham atau sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya
(penawaran umum) sebelum saham dicatatkan di bursa. Harga saham di
pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang
akan go public (emiten) berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan. Peranan penjamin emisi pada pasar perdana selain
menentukan harga saham, juga melaksanakan penjualan saham kepada
masyarakat sebagai calon investor. Dari uraian diatas menegaskan
bahwa saham yang diterbitkan emiten pertama kali dan dari hasil
b. Pasar Sekunder (secondary market)
Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah
melewati masa penawaran pada pasar perdana. Harga saham di pasar
sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara pembeli dan
penjual. Jadi, pasar sekunder merupakan pasar dimana saham dan
sekuritas lain diperjualbelikan secara luas, setelah melalui masa
penjualan di pasar perdana. Dibandingkan dengan perdagangan pasar
perdana, perdagangan pasar sekunder mempunyai volume perdagangan
yang jauh lebih besar. Namun demikian, hasil penjualan saham disini
biasanya tidak lagi masuk modal perusahaan.
c. Pasar ketiga (third market)
Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di
luar bursa (over the counter market). Di Indonesia, pasar ketiga ini disebut bursa pararel. Dimana menurut Pakdes 1989 bursa pararel
merupakan suatu sistem perdagangan efek yang terorganisasi oleh
Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek dengan diawasi oleh badan
Pengawasan Pasar Modal.
d. Pasar Keempat (fourth market)
Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antara investor atau
dengan kata lain pengalihan saham dari pemegang saham ke pemegang
perdagangan semacam ini biasanya dilakukan dalam jumlah besar
(block sale).
2.2.1.3. Instrumen Pasar Modal
Pada umumnya dana – dana yang diperjualbelikan adalah berupa
surat – surat berharga yang terdiri dari berbagai macam bentuk. Bentuk –
bentuk surat berharga ini disebut dengan efek.
Pengertian efek menurut UU RI No 8 tahun 1995, tentang efek
yang dikutip oleh Husnan (2009:3). Efek adalah selembar kertas yang menunjukan hak pemegang surat tersebut untuk memperoleh bagian dari
prospek atau kekayaan lembaga yang menerbitkan sekuritas tersebut.
Instrumen pasar modal menurut Sunariyah yang dikutip oleh Paris Ma’ruf
(2002) adalah :
1. Saham
Saham adalah bukti tanda kepemilikan atas suatu perusahaan.,
dalam transaksi jual beli di Bursa Efek, saham paling dominan
diperdagangkan, selanjutnya saham dapat dibedakan antara saham
biasa dan saham perferen.
a. Saham biasa
Pada saham biasa pemegang saham tidak memperoleh hak
istimewa. Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk
memperoleh deviden sepanjang perseroan memperoleh
memperoleh sebagian dari kekayan perseroan setelah tagihan
kreditur dilunasi. Namun itu adalah hak umum bukan hak
istimewa.
b. Saham preferen
Sedangkan pada saham preferen, pemegang saham memperoleh
hak untuk mendapat deviden atau bagian kekayaan pada saat
likuidasi perusahaan, lebih dulu dari saham biasa.
Dalam pemilihan Dewan Komisaris, pemilik saham biasa
mempunyai hak suara yang pada kelanjutannya akan mengangkat
pejabat – pejabat untuk mengelola perusahaan, sedangkan pemilik
saham preferen tidak memiliki hak suara.
2. Obligasi
Obligasi adalah bukti hutang dari emiten yang dijamin oleh
penanggung yang mengandung janji pembayaran bunga atau janji
lainnya serta pelunasan pokok pinjaman yang dilakukan pada tanggal
jatuh tempo, yaitu :
a. Obligasi biasa
Merupakan tanda hutang yang diterbitkan oleh pemerintah atau
swasta dengan jumlah pembayaran bunga secara tertentu.
b. Obligasi konversi
Obligasi yang setelah jangka waktu tertentu, dengan pertimbangan
dan atau harga tertentu, dapat ditukarkan menjadi saham
3. Derivatif dari Efek
a. Right
Right ini menunjukan bukti hak memesan terlebih dahulu yang
melekat pada saham yang memungkinkan para pemegang saham
untuk membeli saham baru yang akan diterbitkan oleh perusahaan
sebelum saham tersebut ditawarkan kepada pihak lain.
b. Warrant
Warrant merupakan opsi untuk membeli sejumlah saham dengan
harga tertentu. Warrant sering dipergunakan dalan penerbitan
obligasi, karena jika suatu obligasi disertai dengan warrant,
investor tidak hanya akan memperoleh bunga tetap dari pembelian
obligasi, tetapi juga opsi untuk membeli saham dengan bunga
tertentu.
2.2.2. Laporan Keuangan
Laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan,
kinerja keuangan dan arus kas suatu entitas. Penyajian yang wajar
mensyaratkan penyajian secara jujur dampak dari transaksi, peristiwa dan
kondisi lain sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan aset, laibilitas,
pendapatan dan beban yang diatur dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan. Penerapan SAK, dengan pengungkapan
tambahan jika diperlukan, dianggap menghasilkan penyajian laporan
proses pelaporan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi
penjelasan yang merupakan bagian integrasi dari laporan keuangan”.
(PSAK, 2009:14)
Jadi untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dan hasil usaha
suatu perusahaan akan dapat diketahui melalui keuangan yang merupakan
produk akhir dari proses akuntansi yang terdiri dari pencatatan,
penggolongan, dan peringkasan kejadian keuangan selama periode tertentu
yang meliputi neraca, laporan laba rugi dan laporan keuangan lainnya.
2.2.2.1. Jenis Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2007:15), laporan keuangan yang lengkap
biasanya terdiri dari:
a. Neraca
b. Laporan laba rugi
c. Laporan perubahan posisi keuangan
d. Catatan atas laporan keuangan
Setiap laporan keuangan utama harus diikuti dengan pernyataan
bahwa catatan atas laporan keuangan adalah merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan. Laporan
keuangan disusun dalam rangka mencapai atau memperoleh penjelasan
ini ditambah dengan penjelasan tambahan yang diperlukan guna
penjelasan penuh. Laporan ini disebut laporan bentuk panjang.
a. Neraca, merupakan laporan yang menggambarkan posisi atau keadaan
keuangan, dengan demikian menunjukkan aktiva, kewajiban dan
modal sendiri dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. neraca
mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1) Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi
masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan.
2) Kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul
dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan akan
mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang
mengandung manfaat ekonomi.
3) Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah
dikurangi semua kewajiban.
b. Laporan Laba Rugi, merupakan ringkasan aktivitas usaha perusahaan
pada periode tertentu yang melaporkan hasil usaha bersih atas
kerugian yang timbul dari kegiatan usaha dan aktivitas lainnya.
laporan keuangan laba rugi mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1) Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan
2) Beban (expense) adalah penurunan manfaat ekonomi dalam periode akuntasi tertentu dalam bentuk arus keluar atau
berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut
pembagian kepada penanaman modal.
c. Laporan perubahan posisi keuangan, perubahan posisi keuangan dapat
disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya sebagai laporan arus
kas atau laporan arus dana. Bapepam mewajibkan emiten dan calon
emiten menyampaikan laporan keuangan yang dilengkapi dengan
laporan perubahan posisi keuangan yang mengukur perubahan aktiva,
kewajiban dan modal sendiri selama suatu periode tertentu dalam
bentuk arus kas (inflow) arus kas keluar (outflow) dana. laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan
diklasifikasikan menurut aktivitas, operasi dan pendanaan.
d. Catatan atas laporan keuangan, merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dan memberikan penjelasan kualitatif serta kuantitatif
terhadap laporan keuangan utama, sehingga tidak menyesatkan
pembacanya. Kewajiban untuk pemberian catatan menurut Bapepam
harus didasarkan pada pertimbangan materialitas berdasarkan
persentase relatif. Untuk pihak-pihak yang sifatnya khusus, baik
karena sifat industri maupun transaksinya perlu diuraikan dalam
2.2.2.2. Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi
keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan
adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja
keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar
kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi.
Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban
manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada
mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan
menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi:
(a) aset;
(b) liabilitas;
(c) ekuitas;
(d) pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;
(e) kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya
sebagai pemilik;dan
(f) arus kas.
Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam
catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam
memprediksi arus kas masa depan dan, khususnya, dalam hal
2.2.3. Rasio Keuangan Perusahaan
Menurut Kasmir (2007 : 245) mengelompokkan rasio finansiil
yaitu antara lain :
1) Rasio likuiditas
Adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur likuiditas
perusahaan.
2) Rasio leverage
Adalah rasio-rasio yang dimaksud untuk mengukur sampai
seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.
3) Rasio aktivitas
Adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai
seberapa besar ktivitas perusahaan dalam mengerjakan
sumber-sumber dananya.
4) Rasio profitabilitas
Adalah rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah
kebijaksanaan dan keputusan-keputusan.
Dalam mengadakan analisa rasio finansial pada dasarnya dapat
dilakukan dengan dua macam cara perbandingan (2007 : 254) :
1) Membandingkan rasio sekarang ( present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu- waktu lalu ( ratio historis) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu
2) Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (rasio
perusahaan / company ratio) dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri (rasio standart ) untuk waktu yang sama.
Sedangkan menurut Kasmir (2007:263) mengelompokkan
beberapa rasio keuangan bank sebagai berikut :
Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih.
Dengan kata lain dapat membayar kembali pencairan dana deposannya
pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah
diajukan. (Kasmir, 2007 : 268) Adapun jenis rasio likuiditas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
a). Assets to Loan Ratio (ALR)
Assets to Loan Ratio merupakan rasio untuk mengukur jumlah
kredit yang disalurkan dengan jumlah harta yang dimiliki bank.
Semakin tinggi tingkat rasio, menunjukkan semakin rendahnya tingkat
likuiditas bank. Rumus yang digunakan (Kasmir, 2007 : 270), adalah:
b). Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to Deposit Ratio merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah
dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Rumus yang
digunakan (Kasmir, 2007 : 272), adalah:
100%
Merupakan ukuran kemampuan bank mencari sumber dana untuk
membiayai kegiatannya. Bisa juga dikatakan rasio ini merupakan alat
untuk melihat kekayaan bank untuk melihat efisiensi bagi pihak
manajemn bank tersebut. (Kasmir, 2007 : 275) Adapun jenis rasio
solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Penilaian Capital ini didasarkan dengan metode CAR (Capital Adequacy Ratio). Diukur dengan menggunakan skala rasio dan satuan pengukuran adalah prosentase (%).(Kasmir, 2007 : 278)
100%
Rentabilitas rasio sering disebut profitabilitas usaha. Rasio ini
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang
dicapai oleh bank yang bersangkutan, (Kasmir, 2007 : 279). Adapun jenis
a). Net Profit Margin
Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan net icome ditinjau dari sudut operating income-nya. Sedangkan tinggi rasio, semakin baik hasil yang ditunjukannya.
(Kasmir, 2007 : 280)
b). Return on Equity (ROE)
Mengukur kemampuan bank untuk mengahasilkan laba dengan
membandingkan laba sebelum pajak dengan equity. (Kasmir, 2003 :
280)
2.2.4. Corporate Social Responsibility (CSR)
Menurut Kotler dan Lee dalam Solihin (2009:5) ”Corporate Social Responsibility is a commitment to improve community well being through discretionary business practices and contribution of corporate resources”(tanggung jawab sosial perusahaan adalah kegiatan yang semata-mata merupakan komitmen perusahaan secara sukarela untuk turut
meningkatkan kesejahteraan komunitas dan berkontribusi kepada sumberdaya
Menurut versi Bank Dunia dalam Laksiani (2008:45) definisi
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah “Corporate Social Responsibility (CSR) is the commitment of business to contribute to sustainable economic development working with employees and their representatives, the local community and society at large to improve quality of life, in ways that are both good for business and good for development” (Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen bisnis sebagai kontribusi untuk keberlanjutan perkembangan ekonomi yang bekerja sama
dengan pekerja, perwakilan mereka, komunitas lokal dan masyarakat luas
untuk memperbaiki kualitas hidup, dimana keduanya baik untuk bisnis
maupun pengembangan).
Menurut Bank Dunia, tanggung jawab sosial perusahaan terdiri dari
beberapa komponen utama, yaitu: perlindungan lingkungan, jaminan kerja,
hak asasi manusia, interaksi dan keterlibatan perusahaan dengan masyarakat,
standart usaha, pasar, pengembangan ekonomi dan badan usaha, perlindungan
kesehatan, kepemimpinan dan pendidikan, bantuan bencana kemanusiaan.
Sedangkan menurut Petkoski dan Twose (2003) mendefinisikan
Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai komitmen bisnis yang berperan untuk mendukung pembangunan ekonomi, bekerjasama dengan
karyawan dan keluarganya, masyarakat lokal dan masyarakat luas, untuk
meningkatkan mutu hidup mereka dengan berbagai cara yang
Sejauh ini definisi yang banyak digunakan adalah pemikiran
Elkington tentang triple bottom line. Menurut Elkington (1997) dalam
Laksiani (2008:45) Corporate Social Responsibility (CSR) adalah adanya segitiga dalam kehidupan stakeholders yang mesti diperhatikan korporasi di
tengah usahanya mencari keuntungan, yaitu ekonomi, lingkungan dan sosial,
yang kemudian diilustrasikan dalam bentuk segitiga.
Ebert (2003) mendefinisikan corporate social responsibility sebagai usaha perusahaan untuk menyeimbangkan komitmen-komitmennya terhadap
kelompok-kelompok dan individual-individual dalam lingkungan perusahaan
tersebut, termasuk didalamnya adalah pelanggan, perusahaan-perusahaan lain,
para karyawan, dan investor. Corporate Social Responsibility (CSR) memberikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya
dan interaksinya dengan stakeholders yang melebihi tanggung jawab di bidang hukum (Darwin, 2004:33). Dalam kemajuan industri sekarang,
tekanan masyarakat kepada perusahaan agar mereka melakukan pembenahan
sistem operasi perusahaan menjadi suatu sistem yang memiliki kepedulian
dan tanggung jawab terhadap sosial sangat kuat, perkembangan tekhnologi
dan industri yang pesat dituntut untuk memberikan kontribusi positif terhadap
lingkungan sekitar.
Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam perusahaan-perusahaan diharapkan selain memiliki komitmen finansial
CSR merupakan salah satu bagian dari strategi bisnis perusahaan dalam
jangka panjang. Adapun tujuan dari Corporate Social Responsibility (CSR) adalah (Darwin, 2004:33):
1. Untuk meningkatkan citra perusahaan dan mempertahankan,
biasanya secara implisit, asumsi bahwa perilaku perusahaan secara
fundamental adalah baik.
2. Untuk membebaskan akuntabilitas organisasi atas dasar asumsi
adanya kontrak sosial di antara organisasi dan masyarakat.
Keberadaan kontrak sosial ini menuntut dibebaskannya
akuntabilitas sosial.
3. Sebagai perpanjangan dari pelaporan keuangan tradisional dan
tujuannya adalah untuk memberikan informasi kepada investor.
Untuk itulah maka pertanggungjawaban sosial perusahaan
Corporate Social Responsibility (CSR) perlu diungkapkan dalam perusahaan sebagai wujud pelaporan tanggung jawab sosial kepada
masyarakat.
2.2.5. Pengungkapan sosial sebagai tanggung jawab perusahaan
Tanggung jawab adalah suatu kewajiban perusahaan yang tidak
hanya menyediakan barang dan jasa baik bagi masyarakat maupun juga
dalam mempertahankan kualitas lingkungan sosialnya secara fisik
maupun memberikan kontribusi positif terhadap kesejahteraan
secara sosial ketika manajemennya memiliki visi atas kinerja
operasionalnya, tidak hanya mengutamakan atas laba perusahaan tetapi
juga dalam menjalankan aktivitasnya, memperhatikan lingkungan yang
ada disekitarnya. Perusahaan tidak hanya memandang laba sebagai
satu-satunya tujuan dari perusahaan tetapi ada tujuan yang lainnya yaitu
kepedulian perusahaan terhadap lingkungan, karena perusahaan
mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari
laba untuk pemegang saham (Gray et. Al., 1987).
Pengungkapan tanggung jawab sosial atau sering disebut sebagai
Corporate social reporting adalah proses pengkomunikasian efek-efek sosial dan lingkungan atas tindakan-tindakan ekonomi perusahaan pada
kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat dan pada masyarakat
secara keseluruhan (Gray et. Al., 1987). Kontribusi negatif perusahaan
terhadap lingkungan sekitarnya telah menyebabkan hilangnya
kepercayaan masyarakat adalah dengan mengungkapkan
informasi-informasi mengenai operasi perusahaan sehubungan dengan lingkungan
sebagai tanggung jawab perusahaan.
Gray et. Al. (1995) menyebutkan 3 studi yang menjelaskan
mengapa perusahaan cenderung untuk mengungkapkan informasi yang
berkaitan dengan aktivitasnya dan dampak yang ditimbulkan oleh emiten
1. Decision-userfulnes study
Penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti menemukan
bahwa informasi sosial dibutuhkan users, seperti analis, banker,
dan pihak lain yang terlibat. Penelitian tersebut menyebutkan
bahwa informasi aktivitas sosial perusahaan berada pada posisi
moderately important. 2. Economic theory study
Studi dalam corporate responsibility reporting ini mendasari pada
Economic agency theory dan Accounting positivism theory yang menganologikan manajemen sebagai agen dari suatu prinsipal.
Prinsipal diartikan sebagai pemegang saham atau traditional users
lain. Namun, pengertian users tersebut telah berkembang menjadi
seluruh interest group perusahaan yang bersangkutan sebagai agen,
manajemen akan berupaya mengoperasikan perusahaan sesuai
dengan keinginan publik (stakeholder). 3. Social and political theory studies
Bidang ini menggunakan teori stakeholder, teori legitimasi organisasi, dan teori ekonomi publik. Teori stakeholder mengamsusikan bahwa perusahaan berusaha mencari pembenaran
dari para stakeholder dalam menjalankan operasi perusahaannya.
Semakin kuat posisi stakeholder, semakin besar kecenderungan
Pengungkapan sosial dalam tanggung jawab perusahaan sangat
perlu dilakukan, karena bagaimanapun juga perusahaan memperoleh
nilai tambah dari kontribusi masyarakat di sekitar perusahaan termasuk
dari penggunaan sumber-sumber sosial (social resources). Jika aktivitas perusahaan menyebabkan kerusakan sumber-sumber sosial maka dapat
timbul adanya biaya sosial (social cost) yang harus ditanggung oleh masyarakat, sedang apabila perusahaan meningkatkan mutu social resources maka akan menimbulkan social benefit (manfaat sosial)
2.2.6. Pelaporan pertanggungjawaban sosial perusahaan
Ada 2 jenis ungkapan dalam pelaporan keuangan yang telah
ditetapkan oleh badan yang memiliki otoritas di pasar modal. Pertama
adalah ungkapan wajib (mandatory disclosure), yaitu informasi yang harus di ungkapkan oleh emiten yang diatur oleh peraturan pasar modal
di suatu Negara. Sedangkan yang kedua adalah ungkapan sukarela
(voluntary disclosure), yaitu ungkapan yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh standar yang ada. Pengungkapan
sosial yang diungkapkan perusahaan merupakan informasi yang sifatnya
sukarela. Karenanya, perusahaan memiliki kebebasan untuk
mengungkapkan informasi yang tidak diharuskan oleh badan
penyelenggara pasar modal. Keragaman dalam pengungkapan
filosofis manajerial yang berbeda dan keluasan dalam kaitannya dengan
pengungkapan informasi kepada masyarakat. (Anggraini, 2006:4)
Standar pelaporan pertanggungjawaban sosial sampai saat ini
belum mempunyai standar yang baku, hal ini dikarenakan adanya
permasalahan yang berhubungan dengan biaya dan manfaat sosial.
Perusahaan dapat membuat sendiri model pelaporan
pertanggungjawaban sosialnya. (Anggraini, 2006:4)
Informasi dalam menyusun dan mengungkapkan tentang aktivitas
pertanggungjawaban sosial perusahaan, Zhegal & Ahmed (1990)
mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan pelaporan sosial
perusahaan, yaitu sebagai berikut:
1. Lingkungan
Bidang ini meliputi aktivitas pengendalian pencemaran dan
pelestarian lingkungan hidup. Meliputi, pengendalian terhadap
polusi, pencegahan atau perbaikan terhadap kerusakan lingkungan,
konservasi alam, dan pengungkapan lain yang berkaitan dengan
lingkungan.
2. Energi
Bidang ini meliputi aktivitas dalam pengaturan penggunaan energi
dalam hubungannya dengan operasi perusahaan dan peningkatan
efisiensi terhadap produk perusahaan. Meliputi, konservasi energi,
3. Praktik bisnis yang wajar
Meliputi pemberdayaan terhadap minoritas dan perempuan,
dukungan terhadap usaha minoritas, tanggung jawab sosial
4. Sumber daya manusia
Bidang ini meliputi aktivitas untuk kepentingan karyawan sebagai
sumber daya manusia bagi perusahaan maupun aktivitas di dalam
suatu komunitas. Aktivitas tersebut antara lain, program pelatihan
dan peningkatan ketrampilan, perbaikan kondisi kerja, upah dan gaji
serta tunjangan yang memadai, pemberian beberapa fasilitas,
jaminan keselamatan kerja, pelayanan kesehatan, pendidikan, seni.
5. Produk
Meliputi keamanan, pengurangan polusi.
2.2.6. Leverage
Semakin tinggi tingkat leverage semakin besar kemungkinan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan berusaha untuk
melaporkan laba sekarang lebih tinggi (Belkaoui dan Karpik (1989)),
supaya laba yang dilaporkan tinggi maka manajer harus mengurangi
biaya-biaya (termasuk biaya untuk mengungkapkan pertanggungjawaban
sosial)
Dana dapat diperoleh dan luar perusahaan (external financing) maupun dan dalam perusahaan (internal financing). Modal internal berasal dan laba ditahan, sedangkan modal eksternal dapat berasal dan
yang akan timbul dimasa yang akan datang yang disebabkan oleh
kewajiban-kewajiban disaat sekarang dari suatu badan usaha yang akan
dipenuhi dengan mentransfer aktiva atau memberikan jasa kepada badan
usaha lain dimasa datang sebagai akibat dari transaksi-transaksi yang
sudah lalu (Baridwan, 2004).
Perusahaan yang sedang berkembang memerlukan modal yang
dapat diperoleh dan hutang maupun ekuitas. Besar kecilnya rasio hutang
dapat dilihat pada rasio Debt Equity Ratio (DER). Hutang mempunyai dua keuntungan yaitu (a) bunga yang dibayarkan dapat dipotong dengan
tujuan pajak, sehingga menurunkan biaya efektif dan hutang, (b)
pemegang hutang (debtholder) mendapatkan pengembalian tetap (Masdupi, 2005). Penggunaan hutang memiliki kelemahan (a) hutang
yang semakin tinggi meningkatkan risiko sehingga suku bunganya akan
semakin tinggi pula, (b) bila kondisi perusahaan tidak dalam kondisi
bagus, pendapatan operasi menjadi rendah dan tidak cukup menutup
biaya bunga sehingga kekayaan pemilik berkurang. Pada kondisi
ekstrim, kerugian tersebut dapat membahayakan perusahaan karena
dapat terancam kebangkrutan. Untuk memenuhi kebutuhan pendanaan.
pemegang saham lebih menginginkan pendanaan perusahaan dibiayai
dengan utang. Karena dengan penggunaan utang, hak mereka terhadap
perusahaan tidak akan berkurang. Tetapi manajer tidak menyukai
pendanaan tersebut dengan alasan bahwa utang mengandung risiko yang
memperoleh keuntungan yang sebesar-besamya dengan pihak lain
(Masdupi, 2005).
2.2.7. Ukuran Perusahaan (Size)
Terdapat beberapa penjelasan mengenai pengaruh ukuran
perusahaan (Size) terhadap kualitas ungkapan, namun sebenarnya landasan teoritis mengenai pengaruh size ini tidaklah terlalu jelas.
Walaupun begitu, berbagai penelitian empiris yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa pengaruh total aktiva hampir selalu konsisten dan
secara statistik signifikan. Beberapa penjelasan yang mungkin dapat
menjelaskan fenomena ini adalah bahwa perusahaan besar mempunyai
biaya informasi yang rendah, perusahaan besar juga mempunyai
kompleksitas dan dasar pemilikan yang lebih luas dibanding perusahaan
kecil (Cooke, 1989). Size perusahaan merupakan variabel independen yang banyak digunakan untuk menjelaskan variasi pengungkapan dalam
laporan keuangan perusahaan.
Size Menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dilihat dari besarnya nilai total asset. Semakin besar total asset perusahaan
maka akan semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Memiliki
total asset yang besar akan memudahkan perusahaan dalam masalah
pendanaan. Proxy yang digunakan dalam variabel ini adalah total aktiva
Tingkat pertumbuhan perusahaan juga merupakan faktor yang
mempengaruhi struktur modal, perusahaan yang memiliki tingkat
pertumbuhan pesat cenderung lebih banyak menggunakan hutang
daripada perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih
lambat (Weston dan Brigham, 1994:174) dalam (Rembulan, 2008).
Pertumbuhan, perusahaan berbanding lurus dengan ukuran perusahaan,
sehingga semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar
pula ukuran perusahaan, sehingga ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap struktur modal karena perusahaan yang lebih besar akan mudah
memperoleh pinjaman dibandingkan perusahaan kecil. Ukuran
perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang
ditunjukkan oleh total aktiva, total penjualan, dan rata-rata total aktiva
(Feri dan Jones dalam Masidonda, Maski, dan Idrus, 1999) dalam
(Rembulan, 2008).
Ukuran perusahaan juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan
dalam menentukan struktur modal. Perusahaan besar dapat mengakses
pasar modal dan dengan kemudahan tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa perusahaan memiliki fleksibilitas dan kemampuan untuk
mendapatkan dana atau permodalan (Wahidahwati 2000 dalam Fidyan,
2003) dalam (Rembulan, 2008). Ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap struktur modal didasarkan pada kenyataan bahwa semakin
besar suatu perusahaan, kecenderungan untuk menggunakan hutang
2.2.8. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi
bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial
kapada pemegang saham (Heinze dalam Milne, 1996), hubungan antara
profitabilitas dan tingkat pengungkapan pertanggungjawaban sosial
adalah bahwa ketika perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi,
perusahaan (manajemen) menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal
yang dapat mengganggu informasi tentang sukses keuangan tersebut.
Sebaliknya ketika tingkat profitabilitas rendah perusahaan akan berharap
pengguna laporan akan membaca “good news” kinerja perusahaan.
Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung
menggunakan hutang relatif kecil karena laba ditahan yang tinggi sudah
memadai untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan
(Rembulan, 2008). (Arifin dalam Rembulan, 2008) menyatakan bahwa
profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur
modal.
Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi
menggunakan utang yang relatif kecil profitabilitas adalah hasil bersih
dari berbagai kebijaksanaan dan keputusan (Riyanto, 1993), sedangkan
Machtoedz (1994) dalam Eko (2006) mendefinisikan profitabilitas
sebagai suatu indicator kinerja yang dilakukan manajemen dalam
Profitabilitas menunjukkan kemampuan dari modal
yangdiinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan
keuntungan bagi investor. Myers (1984) dalam Taswan (2008)
menyatakan bahwa manajer mempunyai pecking order didalam menahan laba sebagai pilihan pertama, diikuti oleh pembiayaan dengan hutang,
kemudian dengan equity. Dengan demikian terdapat hubungan negatif antara profitabilitas dengan debt ratio. Hasil studi Moh'd et al (1998), Myers (1984) dan Jensen et at (1992) menemukan bahwa firm profitability mempunyai hubungan negatif dan signifikan dengan debt ratio.
2.2.9. Pengaruh Leverage Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Sembiring (2003) menyatakan bahwa leverage berpengaruh negatif
signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Sedangkan Prayogi (2003) menyatakan leverage tidak berpengaruh
terhadap pengungkapan sosial. Jensen (1986) dan Zweibel (1996),
menyatakan bahwa saat perusahaan mempunyai utang bunga yang tinggi,
kemampuan manajemen untuk berinvestasi lebih pada program CSR adalah
terbatas. Diamond (1991) dan Gilson (1990) menyatakan bahwa tingginya
tingkat suku bunga utang juga mendorong kreditur untuk berperan aktif
untuk mengawasi perusahaan (manajemen), dimana utang memberikan
Tambahan informasi diperlukan untuk menghilangkan keraguan
pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak mareka sebagai kreditur
schipper dalam Anggraini (2006). Belkaoui dan Karpik (1989) menyatakan
bahwa semakin tinggi tingkat rasio leverage, semakin besar kemungkinan
perusahaan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan
berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi. Supaya laba yang
dilaporkan tinggi, maka manajer harus mengurangi biaya-biaya termasuk
biaya untuk mengungkapkan informasi sosial. Biaya CSR yang terbatas,
maka pengungkapan informasi sosial menjadi rendah atau terbatas. Dengan
demikian leverage diprediksikan berhubungan negatif terhadap CSR.
Jadi dapat disimpulkan bahwa leverage berpengaruh negatif
terhadap pengungkapan sosial dalam laporan tahunan Perusahaan
Tambang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
2.2.10. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Perusahaan yang besar cenderung mempunyai biaya politis yang
besar dibandingkan perusahaan kecil. Perusahaan besar cenderung akan
memberikan informasi laba sekarang lebih rendah dibandingkan
perusahaan kecil, sehingga perusahaan besar cenderung akan
mengeluarkan biaya untuk pengungkapan informasi sosial yang lebih
besar dibandingkan perusahaan kecil. Ukuran perusahaan dapat
diproksikan dari nilai kapitalisasi pasar, total asset, log penjualan, dan
Perusahaan yang termasuk dalam industri yang high-profile akan memberikan informasi sosial lebih banyak dibandingkan perusahaan
yang low-profile. Roberts (1992) dalam (Hackston & Milne, 1996) mendefinisikan industri yang high-profile adalah industri yang memiliki visibilitas konsumen, risiko politis yang tinggi, atau menghadapi
persaingan yang tinggi. Preston (1977) dalam (Hackston & Milne, 1996)
mengatakan bahwa perusahaan yang memiliki aktivitas ekonomi yang
memodifikasi lingkungan, seperti industri ekstraktif, lebih mungkin
mengungkapkan informasi mengenai dampak lingkungan dibandingkan
industri yang lain. Cowen, et al. (1987) dalam (Hackston & Milne, 1996)
mengatakan bahwa perusahaan yang berorientasi pada konsumen
diperkirakan akan memberikan informasi mengenai pertanggungjawaban
sosial karena hal ini akan meningkatkan image perusahaan dan
mempengaruhi penjualan.
Klasifikasi tipe industri oleh banyak peneliti sifatnya sangat
subyektif dan berbeda-beda. Roberts (1992) dalam (Hackston & Milne,
1996) mengelompokkan perusahaan otomotif, penerbangan dan minyak
sebagai industri yang high-profile. Sedangkan (Diekers & Perston, 1977) dalam (Hackston & Milne, 1996) mengatakan bahwa industri ekstraktif
merupakan industri yang high-profile. Patten (1991) dalam Hackston & Milne (1996) mengelompokkan industri pertambangan, kimia dan
industri konstruksi, pertambangan, pertanian, kehutanan, perikanan,
kimia, otomotif, barang konsumsi, makanan dan minuman, kertas,
farmasi dan plastik sabagai industri yang high-profile.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
positif terhadap pengungkapan sosial dalam laporan tahunan Perusahaan
Tambang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
2.2.11. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi
bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial
kepada pemegang saham Heinze (1976) dalam (Hackston & Milne,
1996). Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka
semakin besar pengungkapan informasi sosial Bowman & Haire (1976)
dan Preston (1978) dalam Hackston & Milne (1996). Hackston & Milne
(1996) menemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat
profitabilitas dengan pengungkapan informasi sosial. Belkaoui & Karpik (1989) mengatakan bahwa dengan kepeduliannya terhadap masyarakat
(sosial) menghendaki manajemen untuk membuat perusahaan menjadi
profitable. Vence (1975) dalam Belkaoui & Karpik (1989) mempunyai pandangan yang berkebalikan, bahwa pengungkapan sosial perusahaan
karena perusahaan harus mengeluarkan tambahan biaya untuk
mengungkapkan informasi sosial tersebut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif
terhadap pengungkapan sosial dalam laporan tahunan Perusahaan
Tambang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
2.3. Kerangka Pikir
Gambar 2.1. Diagram Kerangka Pikir Leverage
(X1)
Ukuran Perusahaan (X2)
Profitabilitas (X3)
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
2.4. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan teori diatas, dapat
disimpulkan hipotesis pada penelitian ini adalah :
1. Diduga bahwa tingkat leverage berpengaruh negatif terhadap pengungkapan sosial dalam laporan tahunan Perusahaan Tambang yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
2. Diduga bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap
pengungkapan sosial dalam laporan tahunan Perusahaan Tambang yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
3. Diduga bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap
pengungkapan sosial dalam laporan tahunan Perusahaan Tambang yang
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Agar variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat diukur,
serta unutk menghindari adanya kesalahpahaman dan penafsiran makna
yang berbeda, maka variabel dalam penelitian ini harus diberi definisi.
Adapun definisi dari variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
3.1.1. Kebijakan hutang (X1)
Kebijakan hutang (X1) adalah pengorbanan manfaat ekonomi yang akan
timbul dimasa yang akan datang yang disebabkan oleh
kewajiban-kewajiban disaat sekarang dari suatu badan usaha yang akan dipenuhi
dengan mentransfer aktiva atau memberikan jasa kepada badan usaha lain
dimasa datang sebagai akibat dari transaksi-transaksi yang sudah lalu,
dengan satuan rupiah.
Kebijakan Utang =
Asset Total
Debt Total
3.1.2. Ukuran Perusahaan (X2)
Menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dilihat dari
besarnya nilai total asset. Semakin besar total asset perusahaan maka akan
besar akan memudahkan perusahaan dalam masalah pendanaan.
Proxy yang digunakan dalam variabel ini adalah total aktiva perusahaan.
Dalam penelitian ini total aktiva yang digunakan adalah dalam milyaran
rupiah, dengan satuan rupiah. Variabel ini diukur dengan jumlah total
asset, dengan rumus :
Ukuran Perusahaan = Total Assets.
3.1.3. Profitability (X3)
Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas
dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kapada
pemegang saham Variabel ini didifinisikan sebagai ratio of operating income to total assset. ROA (Return On Asset) digunakan sebagai ukuran profitabilitas, dengan satuan rupiah., dengan rumus :
Profitability =
Asset Total
Income Operating
3.1.4. Pengungkapan Biaya Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Y)
Pengungkapan Biaya Tanggung Jawab Sosial Perusahaan adalah proses
pengkomunikasian efek-efek sosial dan lingkungan atas tindakan-tindakan
ekonomi perusahaan pada kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat
3.2. Populasi dan Sampel a. Populasi
Populasi adalah sejumlah unsur-unsur dimana suatu kesimpulan
akan disusun (Emory dan Cooper, 1998). Populasi dalam penelitian ini
adalah Seluruh perusahaan sub sektor Tambang yang telah terdaftar
(listing) di BEI. Dipilihnya satu kelompok industri yaitu industri
TAMBANG sebagai populasi dimaksudkan untuk menghindari bias
yang disebabkan oleh efek industri (industrial effect), dan selain itu sektor TAMBANG memiliki jumlah terbesar perusahaan dibandingkan
sektor lainnya. Penelitian ini menggunakan 13 perusahaan tambang yang
terdaftar di BEI, pengambil periode analisis 2007 sampai tahun 2009
dengan kondisi perusahaan yang mengungkapan biaya sosial.
b. Sampel
Metode pengambilan sampel yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah metode judgement sampling, yaitu salah satu
bentuk purposive sampling dengan mengambil sampel yang telah
ditentukan sebelumnya berdasarkan maksud dan tujuan penelitian.
Adapun kriteria-kriteria yang digunakan dalam penelitian sampel
adalah:
1. Perusahaan Tambang yang terdaftar di BEI dan sahamnya aktif
diperdagangkan sampai 2007 sampai tahun 2009 dengan kondisi
2. Perusahaan tersebut menerbitkan laporan keuangan tahunan 2007
sampai tahun 2009 dengan kondisi perusahaan yang mengungkapan
biaya sosial, serta menyerahkan laporan tahunannya dan telah
mempublikasikannya berturut-turut.
3. Informasi pengungkapan sosial diungkapkan pada laporan tahunan
perusahaan yang bersangkutan sampai 2007 sampai tahun 2009
dengan kondisi perusahaan yang mengungkapan biaya sosial.
Oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan 8 perusahaan
tambang yang terdaftar di BEI
3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis dan Sumber Data
Periode data yang digunakan adalah sampai 2007 sampai tahun
2009 dengan kondisi perusahaan yang mengungkapan biaya sosial,
diharapkan selama periode tersebut perusahaan sudah mengungkapkan
Informasi mengenai lingkungan sekitar tempat usahanya secara
konsisten, yang berhubungan dengan pengungkapan sosial.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang diperoleh dari: ICMD (Indonesian capital market directory) untuk mengetahui Informasi pengungkapan sosial yang diungkapkan
3.3.2. Metode Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dikumpulkan dengan
1. Dokumentasi
Metode penelitian ini dilakukan dengan mengambil data dari
dokumen-dokumen berupa informasi data perusahaan dan data lainnya
yang berhubungan dengan penelitian.
2. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah penelitian yang mempelajari tentang
catatan-catatan perusahaan dan literatur–literatur pendukung berupa buku–
buku teks maupun jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini, sebagai
pembantu pemecahan guna membahas masalah–masalah yang
dihadapi dalam penulisan ini.
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisis
Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linier berganda.
Persamaan regresi linier berganda ini digunakan untuk menggambarkan
secara spesifik keterkaitan dari variabel – variabel penelitian
Rumusnya adalah :
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e
Dimana :
X1 = Tingkat Leverage
X2 = Ukuran Perusahaan
X3 = Profitabilitas
Y = Indeks Pengungkapan tanggung jawab sosial
Β1,β2,β3 = koefisien regresi
e = estimasi error dari masing – masing variable
3.4.2. Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data
mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data
mengikuti sebaran normal, dapat dilakukan dengan menggunakan
metode Kolmogorov-Smirnov.
Menurut Santoso (2002:214) pedoman dalam mengambil
keputusan apakan sebuah distribusi data mengikuti distribusi normal
adalah:
1. Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) < 5% maka distribusi
tidak normal.
2. Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) > 5% maka distribusi
normal.
3.4.3. Uji Asumsi Klasik
Untuk mendukung keakuratan hasil model regresi, maka perlu
dilakukan penelusuran terhadap asumsi klasik yang meliputi asumsi
multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Hasil dari asumsi