PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN
STRATEGI MASYARAKAT MISKIN PERKOTAAN DALAM
MEMENUHI KEBUTUHAN KELUARGA
A. Informan Utama
1. Identitas Informan
a. Nama :
b. Jenis Kelamin :
c. Suku :
d. Agama :
e. Alamat :
f. Usia :
g. Status :
h. Pendidikan Terakhir :
Daftar Pertanyaan Wawancara
1. Ekonomi
a. Berapakah jumlah anak bapak/ibu?_______________________________
b. Berapakah jumlah anggota keluarga bapak/ibu?_____________________
c. Berapakah jumlah tanggungan bapak/ibu?_________________________
d. Berapakah jumlah anak bapak/ibu?_______________________________
e. Berapakah jumlah anggota keluarga bapak/ibu?_____________________
f. Berapakah jumlah tanggungan bapak/ibu?_________________________
g. Apakah Pekerjaan Bapak/Ibu ?__________________________________
h. Berapakah penghasilan perbulan bapak/ibu?_______________________
i. Selain dari pekerjaan utama, adakah pekerjaan sampingan bapak ibu ?___
j. Jika ada, Apakah pekerjaan sampingan bapak ibu cukup membantu
Memenuhi kebutuhan?________________________________________
l. Apakah Bapak ibu memiliki Kendaraan bermotor, seperti mobil, motor,
dan lain sejenisnya?__________________________________________
m. Barang elektronik apasaja yang bapak ibu miliki ?__________________
n. Apa alasan bapak ibu memilih betempat tinggal di wilayah ini ?_______
2. Sosial
a. Apakah anda menerima bantuan sosial dari pemerintah?______________
b. Jika ada dapatkah bapak/ibu sebutkan jenis bantuan sosial tersebut ?____
c. Apakah bapak/ibu menerima pelayanan akses kesehatan dari
pemerintah?_________________________________________________
d. Apakah bapak/ibu mengalami kesulitan untuk mengakses fasilitas
kesehatan yang di berikan pemerintah ?__________________________
e. Apakah anda merasa nyaman tinggal di pemukiman ini ?_____________
f. Bagaimana menurut bapak/ibu kondisi di lingkungan ini ?____________
g. Ancaman apa saja yang dapat terjadi selama bapak /ibu tinggal di
lingkungan ini ?_____________________________________________
jiwa dari musibah tersebut ?___________________________________
i. Strategi apa yang bapak ibu lakukan untuk mengantisipasi bahaya banjir?
Dan ketika banjir melenda tempat ini ?___________________________
j. Apakah bapak ibu tidak takut ketika ada banjir yang tiba-tiba melanda?
k. Apa yang membuat bapak/ibu bertahan tinggal di tempat ini?__________
l. Bagaimana kondisi keamanan di lingkungan ini ? apakas sering terjadi
Daftar Pustaka Sumber Buku
Bagong, Suyanto. 2005. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Kencana Perdana Media Group.
Daulay, Murni. 2009. Kemiskinan Pedesaan. Medan : USU Press
Moleong, Lexy J, 2006. Metode Penelitian Kulitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Siagian, Matias. 2012. Metode Penelitian Sosial. Medan: Grasindo Monoratama
Siagian, Matias. 2012.Kemiskinan dan Solusi. Medan : Grasindo Monoratama
Sherraden, Michael.2006 .Aset Untuk Orang Miskin. Jakarta PT Raja Grasindo Persada
Sudarwati, Ninik, 2009, Kebijakan Pengentasan Kemiskinan Mengurangi Kegagalan
Penanggulangan Kemiskinan, Malang: Intimedia.
Sumber Online
(https://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan diakses pada tanggal 20 september 2015 pukul 12:00) https://id.wikipedia.org/wiki/Strategi
https://id.wikipedia.org/wiki/Kebutuhan
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1Tipe Penelitian
Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskritif, yang bertujuan untuk
menggambarkan atau mendeskripsikan obyek dan fenomena yang di teliti. Termasuk yang
di dalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variable penelitian itu berinteraksi satu
sama lain dan ada pula produk interaksi yang berlangsung (siagian, 2011: 52).
3.2Lokasi Penelitian
Penelitian ini di laksanakan di Kelurahan Jati Kecamatan Medan Maimun,alasan
memilih lokasi tersebut karena terdapat banyak warga miskin dengan rumah kurang layak
huni di bantaran sungai.seharusnya menjadi zona hijau dan bebas dari pemukiman warga di
karenakan faktor keamanan warga itu sendiri.
3.3Informan 3.3.1 Informan
Informan adalah orang-orang yang dipilih untuk diwawancarai atau diobservasi sesuai
tujuan peneliti untuk memberikan informasi, data ataupun fakta dari suatu objek
penelitian.Informan dalam penelitian ini terdapat dua jenis yaitu informan utama dan informan
tambahan. ( Suyanto, 2005: 171-172).
3.3.1.2 Informan Utama
Informan utama adalah orang yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang
diteliti. Informan utama dalam penelitian ini adalah lima individu yang berasal dari keluarga
wawancarai adalah kepala keluarga yang berasal dari keluarga miskin yang tinggal di bantaran
sungai ,untuk di mintai keterangan.alsan peneliti memilih informan tersebut,karena menurut
peneliti dengan menggunakan informan yang berasal dari kepala rumah tangga,hal itu sudah
cukup mewakili untuk keterangan data.
3.4 Teknik pengumpulan data
1. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dalam pengumpulan data yang diperlukan, dilakukan melalui
penelitian kepustakaan (library research). Data akan diolah dari berbagai sumber
kepustakaan, antara lain buku-buku ilmiah, majalah, surat kabar, jurnal, dan bahan
tulisan lainnya yang erat kaitannya dengan subjek penelitian.
2. Studi Lapangan
Studi lapangan yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui penelitian dengan
turun langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan subjek
penelitian yakni: mengenai strategi masyarakat miskin perkotaan dalam memenuhi
kebutuhan keluarga (studi kasus di bantaran sungai deli)
Observasi, yaitu pengamatan yang di lakukan secara langsung untuk memperoleh dan
mengumpulkan data yang di perlukan. Dalam penelitian ini peneliti hanya berperan
sebagai pengamat. Observasi dilakukan untuk mengamati objek di lapangan yang
meliputi kondisi lingkungan sekitar tempat tinggal,kondisi rumah dan interaksi social.
Wawancara mendalam, yaitu dimaksudkan untuk mengajuhkan pertanyaan secara
mendalam dan tatap muka dengan responden yang bertujuan untuk melengkapi data
yang di perlukan.wawancara bersama informan penelitian yang berasal dari keluarga
3.4Teknik Analisa Data
Teknik analisis data pada penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif, yaitu dengan
mengkaji data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber
data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah, menyusun dalam suatu satuan, yang
kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan data serta
mendefinisikannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya peneliti untuk membuat
kesimpulan penelitian (Moeleong, 2007: 54).
Data-data yang diperoleh dari observasi dan wawancara dalam penelitian ini akan
dianalisis secara kualitatif,kemudian disajikan dalam bentuk profile informandan dianalisis untuk
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Kelurahan Jati merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di kecamatan Medan
Maimun,terletak di bantaran Sungai Deli Kelurahan Jati tersebut.terdapat perumahan sepanjang
bantaran sungai deli,kebanyakan rumah-rumah tersebut terbuat dari kayu-kayu,triplek dan ada
juga hanya sebatas sebatas kardus sebagaidinding penutupnya.bentuk rumah panggung ukuran
tidak terlalu lebar,karena kebanyakan terdiri beberapa ruangan saja.jadi ruangan juga
terbatas.susunan pemukiman berjajar rapat antara tetangga satu dengan yang lainnya ada juga
terletak terpisah.aktivitas yang tinggal di pemukiman tersebut juga bersal dari berbagai agama
dan suku.
Hari-hari masyarakat sekitar bantaran sungaidari tempat bermaiun anak,aktivitas rumah
tangga seperti mencuci pakaian ,mandi atau dengan kata lain INCK.warga tergantung pada
Sungai Deli tersebut.ada beberapa warga yang sumber mata pencariannya dari sungai
tersebut,dengan memanfaatkan sampah-sampah yang hanyut di sungai.mereka memilih sampah
plastik yang bisa di jual kembali.
Warga yang tinggal di pemukiman tersebut juga berasal dari berbagai suku dan agama.tetapi
suasana rukun terlihat di pemukiman tersebut.warga sudah terbiasa beradaptasi,dengan
lingkungan bantaran sungai.mereka selalu waspada atas konkwensinya tinggal di bentaran
Untuk memperjelas gambaran umum Kelurahan Jati Kecamatan Medan
Maimun , berikut merupakan data kependudukan tahun 2014 :
Tabel 4.1.1
Jumlah Penduduk WNI Kelurahan Jati Tahun 2014
No Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki-laki 580 Jiwa
2 Perempuan 1089 Jiwa
Sumber Kelurahan Jati Tahun 2014
Tabel 4.1.2
Jumlah penduduk Kelurahan Jati Berdasarkan Etnis Tahun 2014
15 jiwa
Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2014
No Pekerjaan
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2014
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1 SD 275
2 SMP 425
3 SMA 650
Tabel 4.1.5
Jumlah Penduduk Bedasarkan Usia 2014
No Usia Jumlah
1 0-9 153
2 10-19 201
3 20-24 436
4 30-39 653
5 40-49 276
6 50-59 237
7 60-69 298
8 70 tahun ke atas 33
Jumlah
2287Jiwa
Sumber : Kelurahan Jati 2014
Tabel 4.1.6
Jumlah Penduduk Bedasarkan Agama 2014
No Agama Jumlah
1 Islam 878
5 PASCA SARJANA 60
6 AKADEMI 26
2 Katolik 312
3 Protestan 484
4 Hindu 51
5 Budha 286
Jumlah 2011
BAB V ANALISIS DATA 5.1 Informan Utama
5.1.1 Informan 1
Nama : SH
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Kelurahan Jati Kecamatan Medan Maimun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
Pendidikan Terakhir : SMP
Informan pertama yang peneliti wawancarai adalah SH, seorang wanita bersuku
jawa dan agama islam. Ibu sh berusia 45 tahun, pendidikan terakhir ibu SH adalan SMP.
Pekejaan hari-hari ibu SH adalah mengurus rumah tangga. Jumlah anak ibu SH adalah 2
orang. Jumlah anggota keluarganya 4 orang termasuk suaminya. Suami ibu SH berprofesi
sebagai penarik becak yang penghasilannya per bulan berkisar RP. 900.000 per bulan.
Selain dari pekerjaan utama sebagai penarik becak, keluarga mereka tidak memiliki usaha
sampingan. Mereka hanya mengharapkan sumber penghasilan utama dari hasil menarik
becak . jika sakit dan suami tidak bisa bekerja, maka usaha pemenuhan kebutuhan
sehari-hari pun terancam. Biasanya ibu SH harus mencari pinjaman ke temanya atau kerabat jika
lagi membutuhkan uang, dan biasanya langsung melunasinya jika sudah punya uang, di
cukup, mereka selalu bersyukur dengan rezeky yang mereka dapatkan, mereka berbelanja
keperluan seperlunya. Alasan ibu SH tinggal di wilayah bantaran sungai di karenakan
mereka tidak punya pilihan lain. Jika ada tempat yang lebih layak, dan jika keluarga
mereka sanggu p membayar kontrakan di tempat yang lebih bagus sebenarnya mereka
tidak mau tinggal di kawasan bantaran sungai, mengingat bahaya yang sewaktu-waktu bisa
mengancam keselamatan mereka. Seperti banjir tiba-tiba yang di karenakan hujan deras.
Apalagi jika hal itu terjadi pada malam hari. Mereka sering seka khawatir. Berikut
merupakan hasil wawancara penelitian yang peneliti cantumkan dalam tulisan :
“ibu punya 2 orang anak dek, jumlah anggota keluarga ada empat orang.ibu gak
kerja sehari-hari ngurus rumah tangga aja lah, yang kerja bapak aja dek. Bapak kerjanya
narik becak, tapi udah becak kami sendiri dek, jadi agak lumayan lah dek. Selain narik
becak kami gak ada kerjaan sampingan dek, jadi yauda tergantung sama penghasilan
bapak aja . kalau bapak sakit ancur kami dek, bingung ibu. Tapi alhamdulillah dek ada aja
rejekinya. Kadang kalau pas gak ada uang pas bapak sakit, ya banyak juga yang peduli
dek, ibu enak cari pinjaman ke kawan ibu, orang kalok ibu minjem uang cepat balikannya,
kalo ada uang langsung ibu pulangkan. Karena bukan apa dek payah kita kalo uda gak di
percaya sama orang. Sewaktu-waktu butuh payah. Ibu sebenernya pun malas tinggal di
sini dek. Kalau punya uang banya ibuuda ngontrak tempat lain ataubeli rumah pun bila
perlu. Di sini murah memanng biaya kontrak. Tapi tengok lah dek takut kali ibu banjir.
Kalok ujan malam dah positip kami gak tidur. Kasian juga anak-anak sebenernya, ibu
mikirin juga nasib anak-anak, kalau bisa cepat beli rumah di tempat lain lah, kecil gak
Kemudian saat mengenai kondisi sosial keluarga tersebut yang peneliti lihat
lingkungan rumah mereka memang cukup bersih dari tetangga yang lainnya. Namun jika
di lihat dari segi keamanan sangat miris. Rumah mereka tepat di bantaran sungai yang
seharusnya menjadi zona hijau. Kemudian yang peneliti dapatkan di lapangan banyak
sampah-sampah rumah tangga yang mereka buang ke sungai merusak pandangan di
sekitarnya, tetapi memang sebenarnya . ditempat tersebut tidak terjamin dikarenakan
banjir yang tiba-tiba melanda. Keluarga ibu SH pernah menerima bantuan sosial berupa
RASKIN,dsb. Mereka sebenarnya tidak merasa nyaman tinggal dibantaran sungai, tetapi
kondisi yang memaksa mereka tinggal dan bertahan ditempat tersebut. Mereka bertahan
hidup dibantaran sungai faktor pendukung lainnya adalah karena mereka sudah nyaman
dengan orang orang disekitar tempat mereka tinggal. Saat musim hujan lokasi bantaran
sungai ini sering kali dilanda banjir. Berikut merupakan hasil wawancara penelitian yang
peneliti cantumkan . berikut merupakan hasil wawancara penelitian :
“ disini yang membuat ibu betah sebenarnya orang orangnya juga, tetangganya
udah kenal baik semua sama ibu, sedih juga rasanya mau pindah. Tapi kalok ada rejeki
mau pindah tempat lain. Kalo dibilang aman ya aman kalok kasus pencurian jarang
terjadi, takutnya banjir ini memang.
Analisis data
Dari data wawancara dan observasi yang telah peneliti lakukan selama penelitian
pada keluarga ibu SH, disini peneliti menganalisis bahwa hal yang menyebabkan
keluarga mereka tinggal di bantaran sungai adalah karena mereka tidak punya pilihan lain,
penghasilan suami juga masih di bawah rata-rata, dimana menurut peneliti masih berada di
lingkungan bantaran sungai walaupun lingkungan tersebut berbahaya dan mengancang
keselamatan mereka adalah mereka tetap bersyukur dengan apa yang di dapat,Ibu SH juga
memanfaatkan penghasilan suami seoptimal mungkin agar pengeluaran atau belanja
bulanan dapat terkontrol dan tidak boros. Mereka juga sudah menyesuaikan diri dengan
lingkungan tempat tinggal mereka. Mereka tetap menjaga kebersihan lingkungan rumah
mereka sebisa mungkin. Karena seperti yang kita tahu sangat banyak sampah-sampah
5.1.2 Informan 2
tahun, bersuku jawa, dan berdomisili di kelurahan jati, Kecamatan Medan Maimun. Beliau
berstatus janda yang memiliki dua orang, anak pertama duduk di bangku SD dan anak ke
dua belum bersekolah. Pendidikan terakhir ibu NR adalah SMA. Pekerjaannya sehari-hari
adalah pedagang. Beliau berjualan di depan rumahnya dengan membuka kedai smpah
kecil-kecilan. Jumlah tanggunga ibu NR ada 2 orang yaitu hanya anak-anaknya saja. Ibu
NR baru bercerai dengan suaminya, jadi saat ini sumber penghasilan utama hanya dari
kedai kecil yang dia miliki tersebut. Penghasilan seorang pedagang juga tidak menentu,
jika dalam satu hari ibu NR mendapatkan keuntungan dua puluh ribu rupiah, maka
akumulasi keuntungan dalam sebulan ibu NR mendapatkan penghasilan enam ratus ribu
rupiah, dan jika lebih kemungkinan lebih pula penghasilan perbulannya. Ibu NR tidak
punya penghasilan sampingan atau penghasilan tambahan. Sehari-hari hanya
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mantan suami ibu NR juga tidak pernah mengirimkan
uang bulanan untuk kebutuhan hidup anaknya. Jika dilihat dari segis kepemilikan harta
benda, ibu NR hanya punya seadanya. Televisi berukuran minim,dan sebagainya. Ibu NR
tidak memiliki sepeda motor, untuk transportasi ibu NR menggunakan angkutan umum.
Alasan ibu NR tinggal di lingkungan tersebut karena tidak memiliki tanah untuk
mendirikan rumah, jadi beliau memilih bantaran sungai sebagai alternatif lain. Berikut
merupakan hasil kutipan wawancara penelitian dengan informan ke dua :
“ anak ibu dua dek, satu masih SD, dan yang satu blom sekolah. Jumlah
tanggungan ya dua dek. Ibu kan udah cerai sama suami, sekarang ibu jualan dek, yah gini
dek jualan jajanan anak-anak, yah kede sampah kecil-kecilan. Penghasilan sehari-hari
Cuma dari hasil dagang ini lah dek, mana ada lagi. Kalo di bilang cukup ya alhamdulillah
dek. Ibu tanah pun gak punya dek, kalo punya tanah males ibu tinggal di sini, yai ini
nempel-nempel tinggalnya, tengok lah dinding rumah ibu gak bisa di buat sandaran, jebol
nanti dek. Penghasilan sebulan tergantung dek. Orang dagang gak punya penghasilan
tetap. Penghasilan ibu tergantung dek. Kalo sehari 20 ribu kau kalikan sendiri dek brapa
perbulan, kadang ada rezeki lebih dari itu. Mantan lakik ku mana pernah peduli dek, gak
pernah dia ngirim uang untuk anak anaknya. Ibu lah banting tulang.alat elektronik Cuma
itu lah tv kesayangan kami, kondisinya udah tua gitu. Kadang rusak canelnya kami goyang
antenanya dek, “
Yang peneliti amati, Lingkungan sosial yang mereka hadapi sehari-hari menurut
peneliti cukup membahayakan, contohnya saja tempat bermain anak. Selepas pulang
sekolah anak-anak mereka terkadang bermain di bantaran sungai dan mandi-mandi di
dari segi kesehatan pasti banyak kuman yang masuk kedalam tubuh, dan dari segi
keamanan, jika lengah bisa jadi marabahaya mengancam seperti hanyut terbawa arus
sungai dan tenggelam, anak ibu NR juga sudah terbiasa dengan lingkungan bermain di
bantaran sungai dengan teman temanya. Ibu NR mencuci menggunakan air sungai, jika
sungai telah tercemari dengan bakteri bisa jadi bakteri yang di bawa oleh sampah
menempel di pakaian selanjutnya pakaian di pakai oleh keluarga mereka, mungkin dari
segi kesehatan hal ini juga termasuk mengancam kesehatan keluarga. Tetapi karena kondisi
tertentu ibu NR mau tidak mau harus tinggal di lingkungan tersebut. Dan yang peneliti
lihat ibu NR juga telah merasa nyaman tinggal di bantaran sungai karena sudah terbiasa.
Berikut merupakan pernyataan ibu NR saat peniliti melakukan wawancara penelitian
mengenai kondisi sosial lingkungan :
“ Di bilang betah atau enggak ya di betah-betahin dek, kan ibu udah cukup lama
juga tinggal di sini, jadi udah terbiasa juga tinggal di sini. Kalau masalah banjir pun gak
setiap hari banjir dek. Palingan 1 tahun hanya beberapa kali aja. Ya anak ibu dari bayi
tinggal sini udah biasa dia sama lingkungan sini, udah pande pun dia berenang, kadang
ibu marahin, pulang sekolah langsung pigi maen, nyebur sungai. Kalau di bilang aman ya
aman lingkungan ini dek. Yang penting jangan ceroboh narok barang kayak HP atau
barang berharga lainnya, .”
Analisi Data :
Dari data wawancara dan observasi yang telah peneliti lakukan selama penelitian
pada keluarga ibu NR, disini peneliti menganalisis bahwa hal yang menyebabkan
keluarga mereka tinggal di bantaran sungai adalah karena mereka tidak punya pilihan lain,
dimana menurut peneliti masih berada di dalam zona kemiskinan. Salah satu stragi mereka
untuk tetap bertahan tinggal di lingkungan bantaran sungai walaupun lingkungan tersebut
berbahaya dan mengancam keselamatan mereka adalah mereka tetap menikmati suasana
kondisi lingkungan sekitar. Berdagang adalah mata pencarian yang selama ini keluarga
mereka lakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Ibu NR memanfaatkan
5.1.3 Informan 3
Nama : TR
Usia : 43 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Suku : Batak
Alamat : Kelurahan Jati, Kecamatan Medan Maimun
Pekerjaan : Pedagang Botot
Agama : Kristen
Status : Menikah
Pendidikan Terakhir : SD
Informan Ketiga dalam Penletian ini adalah Kepala rumahtangga yaitu Bapak TR,
seorang laki-laki berusia 49 tahun, bersuku batak dan berdomisili di Kelurahan Jati,
Kecamatan Medan Maimun, pekerjaan sehari-hari adalah mencari Botot dan menjualnya ke
agen. Bapak TR beragama kristen, dan pendidikan terakhir adalah SD. Bapak TR memiliki
empat orang anak, dua laki-laki dan dua perempuan, jumlah tanggungan keluarga sebanyak
enam orang termasuk istri. Bapak TR dan keluarga baru 5 tahun tinggaldi lingkungan
tersebut. Sebelumnya mereka berasal darikota tebing tinggi. Karena alasan tertentu mereka
pindah ke bantaran sungai deli. Bapak TR mencari botot di sekitarsungai dan kota medan
sekitar tempat tinggalnya. Namun untuk memenuhi kebutuhan ekonomi saat ini telah
terbantu, di karenakan anak pertama dan kedua telah dapat membantu memenuhi kebutuhan
ekonomi keluarga. Dalam satu hari bapak penghasilan bapak TR bisa mencapai duapuluh
ratus lima puluh ribu, tetapi hal ini juga tidak tentu, bisa jadi lbih, bisa jadi kurang dari nilai
nominal yang telah di sebutkan di atas. Bapak TR idak memiliki pekerjaan sampingan ,
tetapi penghasilan tambahan berasal dari anak-anaknya yang sudah bekerja , anak
pertamanya bekerja sebagai hausekeeping di sebuah sekolah di lingkunga tempat
tinggalnya, dan anak keduanya bekerja menjaga tokoh pakaian di pasar tradisional. Jadi
pemasukan bulanan sudah cukup terbantu. Keluarga mereka memiliki satu sepeda motor
yang saat ini masih berstatus kredit. Mereka memiliki televisi berukuran standart, jika di
lihat kebutuhan elektronik juga sudah cukup memadai. Alasan bapak TR tinggal di
lingkungan bantaran sungai karena strategis untuk mencari nafkah, murah, dan terjangkau.
Berikut merupakan pernyataan pernyataan bapak TR saat di wawancarai :
“ aku baru empat tahun tinggal di sini dek, anggota ku ada empat, jumblah
tanggungan lima dek, kerjaan ku cari botot dek, keliling naik becak dayung ke
rumah-rumah, kadang ku cari sekitar sungai dek, terus ku jual lagi ke agen. Anak ku dua orang
udah kerja, satu di sekolah bersi-bersi, yang ke dua jaga toko baju di pajak. Kebantu udah
penghasilan keluarga kami.aku baru kredit motor itu dek. Kalau barang elektronik banyak
juga, TV ada, Hp ada, Kipas angin ada, kulkas yang gak punya kami dek. Betah kami
tinggal sini dek suka pulak aku liat air ngalirdek. Tenang pikiran aku, orang yang tinnggal
di tengah kota belum tentu senang kan dek, lagi pulak memang enak aku cari botot sini dek.
Banyak sampah plastik disini, nyangkut di bantaran sungai kadang dek. Akibat ulah orang
yang gak bertanggung jawab, berarti kan berjasa juga aku dek, ku bersihkan sungai, aku
keliling komplek dek cari barang bekas orangitu yang uda gak terpakai bisa di jual sama
aku.kotornya untung aku dalam satu hari duapuluh lima ribu dek, bisa lebih lah, kadang
mandiri dek, pande orangtuh cari duit, kadang gak minta aku memang orang itu yang
pengertian bantu orangtuanya. Memang salut lah nengok anak ku dek. Rajin orang itu,
bantu biaya sekolah adik nya juga kadang. Sebenernya aku gak ngarap di kasi dek, asal
orang itu senang sama kecukupan udah bersyukur aku dek.
Kondisi rumah bapak TR terbuat dari papan, namun papan rumah bapak TR terlihat
lebih kokoh daripada rumah informan penelitian sebelumnya, bapak Tr juga merasa
nyaman tinggal di lingkungan bantaran sungai, menurutnya hal ini membawa ketenanga
sendiri, bahkan bapak TR pandai memanfatkan situasi, dengan memanfaatkan sampah di
lingkungan atau sekitar bantaran sungai menjadi nilai ekonomi, yang mana cukup untuk
memenuhi kebutuhan keluarga, hal tersebut yang membuat bapak TR bertahan di
lingkungan bantaran sungai. Kondisi bantaran yang penuh sampah merupakan sumber
rezeki bagi bapak TR,. Berikut merupakan hasil kutipan wawancara mengenai kondisi
sosial lingkungan bapak TR, :
“ aku senang dek memang tenang pikiran aku denger suara air ngalir sama lihat air
ngalir dek, lagi rezeki juga dek sampah bisa kita manfaatkan jadi sumber rezeki dek, uda
nyaman aku tinggal di sini dek, murah pulak memang biaya kontraknya dek, uda empat
tahun aku di sini dek aman-aman aja rasaku, perkasa banjir bisa kita atasi, pokoknya kalo
udah ujan deras waspada aja dek, itu ajanya paleng bahayanya, banjir ngungsi kami dek,
udah gampang, lagi gak tiap hari juga banjir kan dek.
Analisi Data :
Dari data wawancara dan observasi yang telah peneliti lakukan selama penelitian pada
dalam Keluarga Pra Sejahtera yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau
lebih dari 5 kebutuhan dasarnya (basic needs) Sebagai keluarga Sejahtera I, seperti
kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, papan, sandang dan kesehatan. Namun kondisi
keluarga bapak TR lebih baik di banding Keluarha informan penelitian yang pertama dan ke
dua, hal yang menyebabkan keluarga mereka bertahan hidup di bantaran sungai adalah
bantaran sungai merupakan tempat yang strategis sebagai peluang usaha bagi keluarga
mereka, biaya yang terjangkau,serta dapat juga di jadikan sarana rekreasi keluarga keluarga.
Menurut bapak TR tempat tinggalnya cukup nyaman dan aman, beliau sangat menikmati
5.1.4 Informan 4
Nama : RM
Usia : 51 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : Batak
Alamat : Kelurahan Jati, Kecamatan Medan Maimun
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Agama : Kristen
Status : Menikah
Pendidikan Terakhir : SD
Informan ke empat yang peneliti wawancarai adalah ibu RM, seorang
wanita berusia lima puluh satu tahun bersuku batak, dan beragama kristen. Pendidikan
terakhir adalah SD, ibu RM adalah seorang Ibu Rumah Tangga. Anak ibu RM
berjumlah satu orang, dan saat ini anaknya telah berumahtangga dan tinggal di jalan
denai medan. Pekerjaan sehari-hari suami ibu RM adalah berjualan Baso bakar di
sekolah SD, saat ini mereka sudah tidak memiliki tanggungan lagi di karenakan putri
mereka satu-satunya telah menikah, dan saat ini telh tinggal bersama suaminya.
Penghasilan perbulan tidak menentu, tergantung dari seberapa laku barang dagangan
mereka. Mereka tidak punya pekerjaan sampingan penghasilan utama mereka hanya
dari berjualan Baso bakar, dan dari hasil berjualan sehari-hari menurut mereka sudah
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Alasan mereka tinggal di bantaran
tersebut. Jadi sudah terasa nyaman. Barang elektronik yang mereka miliki juga sangat
minim, dan seadanya.berikut merupakan pernyataan informan ke empat saat
wawancara berlangsung :
“ jumlah anak ibu ada satu orang, dia udah nikah dan di bawak suaminya
nak. Udah gak ada lagi tanggungan ibu sekarang tinggal berdua aja sama bapak.
Bapak hari-harinya jualan baso bakar di SD, penghasilan gak nentu nak, tapi cukup
nak. Orang Cuma dua orang kami nak. Kerjaan sampingan gak ada bapak nak. Ibu
Cuma punya Tv nak, tengok lah itu nak model lama pun Tv nya. Ibu udah lama
tinggal di sini, mau pindah pun sayang, udah enak di sini. Tetangga uda kayak kayak
saudara nak. Nyaman udah nak.
Kondisi perumahan ibu RM sama halnya seperti kondisi pemukiman
bantaran sungai pada umumnya, rumah dengan ukuran minim, dengan ruang gerak
terbatas, namun kebersamaan mereka dengan tetangga terjalin dengan baik, hal inilah
salah satu faktor pendukung ibu RM dan keluarga nyaman tinggal di bantaran sungai.
Kemudian keterbatasan aset seperti kepemilikan tanah, dan harta benda juga
tampaknya menjadi faktor pemicu utama keluarga ibu RM tinggal di bantaran sungai,
yang mana menurut peneliti berbahaya bagi keselamatan mereka, berikut merupakan
kutipan wawancara penelitian bersama informan ke empat :
“Ibu kalo gak tinggal di sini mau dimana lagi tinggal, disini ibu sudah lama
nak, nyaman ibu rasa sudah, nanti kalau ada rezeky ibu buat ruma tempat lain, tapi
ngumpulin uang dahulu memang. Di sini pun aman kok nak, memang ibu sangsi kali
kalo banjir tiba-tiba, bisa hanyut rumah kami nak, makanya kalau uda hujan siaga
Analisis data
Menurut hasil analisis peneliti, alasan utama informan ke empat tinggal di bantaran
sungai karena kondisinya yang serba keterbatasan, dan salah satu strategi informan ke
empat dalam bertahan hidup jika di lihat dari sisi mata pencarian yaitu bedagang, dengan
modal seadanya. Dan jika di lihat dari segi sosial yang membuat keluarga mereka bertahan
hidup di bantaran sungai adalah orang-orang di sekitar yang ramah, atau tetangga yang
5.2 Analisis Data Informan
Dari empat informan penelitian yang telah di dapatkan di lapangan, rata-rata informan
masuk kedalam kategori, Keluarga Pra Sejahtera Yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi
salah satu atau lebih dari 5 kebutuhan dasarnya (basic needs) Sebagai keluarga Sejahtera I,
seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, papan, sandang dan kesehatan. Krena seperti
yang kita ketahui di dalam penelitian pada empat informan di atas kondisi rumah rata-rata kurang
layak huni, ukurannya yang sempit dan keberadaannya yang tepat di bantaran sungai, dimana hal
ini sangat membahayakan nyawa penduduk sekitar. Kemudian jika kita lihat kebutuhan
kesehatan juga kurang memadai, sanitasi lingkungan yang kurang baik menurut peneliti hal ini
mengganggu kesehatan warga, banyak sampah tergenang, dan jika banjir rumah jadi kotor.
Kemudian mengenai pemenuhan kebutuhan sandang pangan dan papan juga masih
kurang memadai, salah satu strategi mengapa mereka bertahan hidup di bantaran sungai adalah
mereka menikmati keadaan lingkungan sekitar, dalam kata lin mereka telah beradaptasi dengan
kondisi lingkungan, kemudian kebanyakan dari mereka memanfaatkan profesi berdagang untuk
bertahan hidup, kemudian biaya hidup di lingkungan tersebut cukup terjangkau. Alasan mereka
tinggal di lingkungan itu karena mereka tidak punya pilihan akan tinggal di mana.
Peneliti mengategorikan kemiskinan tersebut kedalam kemiskinan relatif yaitu
kemiskinan yang lebih banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan dimana seseorang ataupun
keluarga itu tinggal. Sehingga walaupun seseorang atau keluarga itu pendapatnya dapat
memenuhi seluruh keperluan primernya, akan tetapi masih tergolong berpendapatan rendah
kemiskinan relatif. Kemiskinan relatif dapat diperkirakan dengan memperhatikan golongan
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan
Strategi bertahan hidup adalah sebagai rangkaian tindakan yang dipilih secara standar oleh
individu dan rumah tangga yang miskin secara sosial ekonomi. Melalui strategi ini seseorang
bisa berusaha untuk menambah penghasilan lewat pemanfaatan sumber-sumber lain ataupun
mengurangi pengeluaran lewat pengurangan kuantitas dan kualitas barang atau jasa. Cara-cara
individu menyusun strategi dipengaruhi oleh posisi Individu atau kelompok dalam struktur
masyarakat, sistem kepercayaan dan jaringan sosial yang dipilih, termasuk keahlian dalam
memobilitasi sumber daya yang ada, tingkat keterampilan, kepemilikan aset, jenis pekerjaan,
status gender dan motivasi pribadi.Berdasarkan analisis data yang telah di uraikan pada Bab V,
peneliti membuat kesimpulan sebagai berikut, Bahwa strategi yang di gunakan informan untuk
betahan hidup di bantaran sungai adalah mereka memanfaatkan sumberdaya yang ada, seperti
sampah yang ada di sungai dapat informan manfaatkan sebahgai penghasilan, kemudian mereka
lebih memili alternatif berdagang dalam bidang mata pencarian, dalam bertahan hidup di
bantaran sungai mereka beradaptasi dengan lingkungan sekitar, baik itu lingkungan alam yang
ekstrim dan lingkungan sosial mereka. Kebanyakan dari informan sudah nyaman dengan
lingkungan sosial, hal ini yang menyebabkan informan dapat bertahan hidup di bantaran sungai.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka saran penulis adalahsebagai berikut :
1. Kepada masyarakat.
Kepada masyarakat agar dapat ikut serta melestarikan lingkungan sekitar terutama sungai,
sendiri, khususnya mereka yang tinggal di bantaran sungai agar tidak membuang sampah
sembarangan, dan diharapkan waspada akan bahaya banjir.
2. Kepada Pemerintah
Bagi pemerintah agar melakukan upaya peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat
dan melakukan pengentasan kemiskinan yang tepat sasaran. Khususnya masalah kemiskinan
yang terjadi di bantaran sungai, agar segera di berikan solusi pengentasan masalah
kemiskinan yang baik dan tanpa merugikan siapapun atau warga setempat yang hidup di
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Strategi
Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan,
perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Di dalam strategi yang
baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang
sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan
memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif. Strategi dibedakan dengan taktik yang
memiliki ruang lingkup yang lebih sempit dan waktu yang lebih singkat, walaupun pada
umumnya orang sering kali mencampuradukkan ke dua kata tersebut. Contoh berikut
menggambarkan perbedaannya, "Strategi untuk memenangkan keseluruhan kejuaraan dengan
taktik untuk memenangkan satu pertandingan". Pada awalnya kata ini dipergunakan untuk
kepentingan militer saja tetapi kemudian berkembang ke berbagai bidang yang berbeda seperti
strategi bisnis, olahraga (misalnya sepak bola dan tenis), catur, ekonomi, pemasaran,
perdagangan, manajemen strategi, dll.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Strategi, diakses pada tanggal 19 september 2015 pukul 10:00 WIB
)
Strategi adalah metode atau rencana yang dipilih untuk membawa masa depan yang
diinginkan, seperti pencapaian tujuan atau solusi untuk masalah; pengertian strategi adalah seni
dan ilmu perencanaan dan memanfaat sumber daya untuk penggunaan yang paling efisien dan
efektif. Istilah srategi berasal dari kata Yunani untuk ahli militer atau memimpin pasukan.
terbagi atas 5 definisi yaitu strategi sebagai rencana, strategi sebagai pola, strategi sebagai posisi
(positions), strategi sebagai taktik (ploy) dan terakhir strategi sebagai perpesktif.
1. Pengertian strategi sebagai rencana adalah sebuah program atau langkah terencana (a
directed course of action) untuk mencapai serangkaian tujuan atau cita cita yang telah
ditentukan; sama halnya dengan konsep strategi perencanaan.
2. Pengertian strategi sebagai pola (pattern) adalah sebuah pola perilaku masa lalu yang
konsisten, dengan menggunakan strategi yang merupakan kesadaran daripada
menggunakan yang terencana ataupun diniatkan. Hal yang merupakan pola berbeda
dengan berniat atau bermaksun maka strategi sebagai pola lebih mengacu pada sesuatu
yang muncul begitu saja (emergent).
3. Definisi strategi sebagai posisi adalah menentukan merek, produk ataupun perusahan
dalam pasar, berdasarkan kerangka konseptual para konsumen ataupun para penentu
kebijakan; sebuah strategi utamanya ditentukan oleh faktor faktor ekternal.
4. Pengertian strategi sebagai taktik, merupakan sebuah manuver spesifik untuk mengelabui
atau mengecoh lawan (competitor)
5. Pengertian strategi sebagai perspektif adalah mengeksekusi strategi berdasarkan teori
yang ada ataupun menggunakan insting alami dari isi kepala atau cara berpikir ataupun
ideologis.
(http://www.apapengertianahli.com/2014/12/pengertian-strategi-menurut-beberapa-ahli.html
1. Strategi Bertahan Hidup
Snel dan Staring dalam Resmi Setia (2005;6) mengemukakan bahwa strategi bertahan
hidup adalah sebagai rangkaian tindakan yang dipilih secara standar oleh individu dan rumah
tangga yang miskin secara sosial ekonomi. Melalui strategi ini
seseorang bisa berusaha untuk menambah penghasilan lewat pemanfaatan sumber
-sumber lain ataupun mengurangi pengeluaran lewat pengurangan kuantitas dan kualitas barang
atau jasa. Cara-cara individu menyusun strategi dipengaruhi oleh posisi Individu atau kelompok
dalam struktur masyarakat, sistem kepercayaan dan jaringan sosial yang dipilih, termasuk
keahlian dalam memobilitasi sumber daya yang ada, tingkat keterampilan, kepemilikan aset,
jenis pekerjaan, status gender dan motivasi pribadi.
Nampak bahwa jaringan sosial dan kemampuan memobilisasi sumber daya yang ada
termasuk didalamnya mendapatkan kepercayaan dari orang lain membantu individu dalam
menyusun strategi bertahan hidup.Dalam menyusun strategi, individu tidak hanya menjalankan
satu jenis strategi saja, sehingga kemudian muncul istilah multiple survival strategies atau
strategi bertahan jamak. Selanjutnya Snel dan Starring mengartikan hal ini sebagai
kecenderungan pelaku-pelaku atau rumah tangga untuk memiliki pemasukan dari berbagai
sumber daya yang berbeda, karena pemasukan tunggal terbukti tidak memadai untuk menyokong
kebutuhan hidupnya. Strategi yang berbeda-beda ini dijalankan secara bersamaan dan akan
saling membantu ketika ada strategi yang tidak bisa berjalan dengan baik.
2.Teori Mc Clelland
Dalam teori ini ditekankan mengenai adanya beberapa individu memiliki dorongan yang
kuat untuk berhasil. Mereka lebih berjuang untuk memperoleh pencapaian pribadi daripada
baik atau efisien dibandingkan sebelumnya. Dorongan ini kebutuhan pencapaian (nAch). Mc
Clelland dalam Robinson (2007:230)
menemukan bahwa individu dengan prestasi tinggi membedakan diri mereka dari
individu lain menurut keinginan mereka untuk melakukan hal-hal dengan lebih baik.
Mereka mencari situasi-situasi dimana bisa mendapatkan tanggung jawab pribadi guna mencari
solusi atas berbagai masalah, bisa menerima umpan balik yang cepat tentang kinerja sehingga
dapat dengan mudah mereka berkembang atau tidak, dan dimana mereka bisa menentukan
tujuan-tujuan yang cukup menantang.
3. Teori Aksi
Dalam teori ini ditekankan bahwa individu menentukan sendiri barang sesuatu yang bermakna
bagi dirinya sendiri. Jadi sebagai subyek, manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu yang memberikan makna baginya.
2.2 Pengertian Kemiskinan
Secara umum istilah miskin atau kemiskinan dapat dengan mudah kita artikan sebagai suatu
kondisi yang kurang atau minim. Dalam hal ini konsep kurang maupun minim dilihat secara
komparatif antara kondisi nyata kehidupan pribadi atau sekelompok orang di satu pihak dengan
kebutuhan pribadi atau sekelompok orang di lain pihak. Pengertian minim di sini bersifat
dengan kondisi tertentu yang dimiliki dan dihadapi seorang atau sekelompok orang di sebuah
desa di jawah tengah dapat di kategorikan sebagai kondisi yang cukup atau memadai. Namun
kondisi yang sama, yang di miliki dan dihadapi seseorang atau sekelompok orang di Jakarta
jelas-jelas di kategorikan sebagai kondisi minim atau kurang.
Selain waktu dan lingkungan, kondisi yang di hadapi dan dialami seseorang atau
sekelompok orang juga dapat di bedakan sebagai budaya maupun kelas. Budaya dan kelas dalam
masyarakat yang berbeda tentu saja dapat menuntut standar kebutuhan yang berbeda pula. Oleh
karena itu generalisasi standar hidup tidak di temukan dalam dunia nyata. ( Siagian Matias
,2012:4-5)
Langkah pertama yang tepat di lakukan dalam upaya memahami ikemiskinan secara
holistic adalah dengan melakukan kajian tentang aspek-aspek kemiskinanitu sendiri yaitu :
1. Kemiskinan itu multi dimensi.
Sifat kemiskinan sebagai suatu konsep yang memiliki dimensi berakar dari kondisi
kebutuhan manusia yang beraneka ragam. Akibatnya jika kita mengemukakakn
seseorang atau suatu kelompok itu miskin, masih akan menimbulkan pertanyaan.
Apanya yang miskin atau miskin apa? Sebagai contoh di tinjau dari segi kebijakan
umum, maka kemiskinan itu meliputi aspek-aspek primer seperti miskin akan
asset-asset, organisasi-organisasi sosial, kelembagaan sosial berbagai pengetahuan serta
berbagai keterampilan yang di anggap dapat mendukung kehidupan manusia. Sedangkan
aspek skundernya adalah minimnya informasi, jaringan sosial, dan sumber-sumber
keuangan yang kesemuaanya merupakan factor-faktor yang dapat di gunakan
memperoleh suatu fasilitas yang yang dapat mendukung upaya mempertahankan, bahkan
2. Aspek-aspek kemiskinan saling berkaitan , baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sebagai konsekwensi logisnya, kemajuan atau kemunduran pada salahsatu aspek
dapat mengakibatkan kemajuan atrau kemunduran pada aspek lainnya. Justru kondisi
seperti inilah yang mengakibatkan tidak mudahnya menganalisis kemiskinan itu menuju
pada pemahaman yang komperhensif. Hal lain yang juga harus di pahami sebagai
konsekwensi logis dari kondisi kemiskinan seperti ini adalah pemahaman tentang
kemiskinan hanya dapat di peroleh jika kita menganalisis kemiskinan itu secara agregat.
3. Kemiskinan itu adalah fakta yang terukur.
Fenomena yang sering kita temui adalah, pendapatan yang di peroleh sekelompok
yang bermukim di tempat yang sama boleh sama, namun kualitas individu atau keluarga
yang dimiliki mungkin saja berbeda. Keadaan yang demikian sering mengkondisikan
kita untuk mengidentifikasi kemiskinan sebagai sesuatu yang serba abstrak dan tidak
mungkin di ukur. Cara berfikir seperti ini harus di cegah kareana akan menjauhkan kita
dari pemahaman yang bbenar dan holistic tentang kemiskinan itu sehingga kitapun
mustahil dapat menemukan solusi.
4. Bahwa yang miskin adalah manusianya, baik secara individual maupun kolektif.
Kita sering mendengar istilah kemiskinan pedesaan, kemiskinan perkotaan, dan
sebagainya. Berbagai istilah tersebut bukanlah berarti bahwa yang mengalami
kemiskinan itu adalah desa atau kota. Kondisi desa kota itu merupakan penyebab
kemiskinan bagi manusia. Yang demikian pihak yang menderita miskin hanyalah
manusia, baik secara individu maupun kelompok , dan bukan wilayah. ( Siagian Matias,
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan
kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar,
ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan
masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif,
sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi
memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan, dll.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
1. Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan
sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami
sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
2. Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan
ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini
termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan,
karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang
ekonomi. Gambaran kemiskinan jenis ini lebih mudah diatasi daripada dua gambaran yang
lainnya.
3. Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai"
di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Gambaran tentang ini dapat diatasi dengan mencari objek penghasilan di luar profesi secara
halal. Perkecualian apabila institusi tempatnya bekerja melarang.
Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori , yaitu Kemiskinan
konsisten , tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat / negara. Sebuah contoh dari pengukuran
absolut adalah persentase dari populasi yang makan dibawah jumlah yg cukup menopang
kebutuhan tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa).
Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dg pendapatan
dibawah USD $1/hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per hari, dg
batasan ini maka diperkiraan pada 2001 1,1 miliar orang didunia mengonsumsi kurang dari
$1/hari dan 2,7 miliar orang didunia mengonsumsi kurang dari $2/hari."[1] Proporsi penduduk
negara berkembang yang hidup dalam Kemiskinan ekstrem telah turun dari 28% pada 1990
menjadi 21% pada 2001.[1] Melihat pada periode 1981-2001, persentase dari penduduk dunia
yang hidup dibawah garis kemiskinan $1 dolar/hari telah berkurang separuh. Tetapi , nilai dari
$1 juga mengalami penurunan dalam kurun waktu tersebut.
Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia bekembang, ada bukti tentang
kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi ini menghadirkan
kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari dan daerah pinggiran kota dan ghetto yang
miskin. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin, atau kelompok
orang-orang miskin, dan dalam pengertian ini keseluruhannegara kadang-kadang dianggap
miskin. Untuk menghindari stigma ini, negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara
berkembang.
Dalam sebuah lingkungan belajar, terutama murid yang lebih kecil yang berasal dari
keluarga miskin, kebutuhan dasar mereka seperti yang dijelaskan oleh Abraham
Maslow dalam hirarki kebutuhan Maslow; kebutuhan ini beralih ke kemiskinan pada umumnya,
Perdebatan yang berhubungan dalam keadaan capital manusia dancapital individual seseorang
cenderung untuk memfokuskan kepada akses capital instructional dan capital social yang
tersedia hanya bagi mereka yang terdidik dalam sistem formal.
Deklarasi Copenhagen menjelaskan kemiskinan absolut sebagai "sebuah kondisi yang
dicirikan dengan kekurangan parah kebutuhan dasar manusia, termasuk makanan, air
minum yang aman, fasilitas sanitasi, kesehatan, rumah, pendidikan, dan informasi."
Bank Dunia menggambarkan "sangat miskin" sebagai orang yang hidup dengan
pendapatan kurang dari PPP$1 per hari, dan "miskin" dengan pendapatan kurang dari PPP$2 per
hari. Berdasarkan standar tersebut, 21% dari penduduk dunia berada dalam keadaan "sangat
miskin", dan lebih dari setengah penduduk dunia masih disebut "miskin", pada 2001.
A. Jenis-Jenis Kemiskinan dan Pengaruh Terhadap Pelayanan Kesehatan
1. Kemiskinan strukural
Merupakan kemiskinan yang disebabkan kebijakan-kebijakan pemerintah yang belum pro
rakyat. Menurut Lono Lastoro (Dosen Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah
Mada), kemiskinan struktural bukan karena kemalasan si miskin atau etos kerja, tetapi karena
sistem sosial, politik dan ekonomi negara yang menyebabkan satu atau banyak kelompok
termarginalkan.
Kemiskinan struktural yang muncul bukan karena ketidakmampuan si miskin untuk
bekerja (malas), melainkan karena ketidakmampuan sistem dan struktur sosial dalam
menyediakan kesempatan-kesempatan yang memungkinkan si miskin dapat bekerja. Struktur
sosial tersebut tidak mampu menguhubungkan masyarakat dengan sumber-sumber yang
tersedia, baik yang disediakan oleh alam, pemerintah maupun masyarakat yang ada
penggali pasir dan mereka yang tidak terpelajar dan tidak terlatih. Pihak yang berperan besar
dari terciptanya kemiskinan struktural ini adalah pemerintah, karena pemerintah yang
memiliki kekuasaan dan kebijakan cenderung membiarkan masyarakat dalam kondisi miskin,
tidak mengeluarkan kebijakan yang pro masyarakat miskin, jikapun ada lebih berorientasi
pada proyek, bukan pada pembangunan kesejahteraan. Sehingga tidak ada masyarakat miskin
yang „naik kelas‟, artinya jika pada awalanya buruh, nelayan, pemulung maka selamanya
menjadi buruh nelayan dan pemulung, karena tidak ada upaya dalam menaikan derajat dan
kemampuan mereka baik itu dalam kesempatan pendidikan atau pelatihan.
a. Beberapa faktor yang dianggap sebagai penyebab kemiskinan majemuk meliputi tiga aspek
yaitu :
1. .Kelembagaan, rakyat miskin tidak punya akses ke pembuat keputusan dan kebijakan,
sedangkan kelembagaan yang ada tidak pernah menjaring atau menyalurkan aspirasi
yang muncul dari bawah, dan setiap kebutuhan rakyat miskin sudah didefinisikan dari
atas oleh kelembagaan yang ada, sehingga kemiskinan tidak dapat terselesaikan.
2. Regulasi, kebijakan pemerintah yang mengutamakan kepentingan ekonomi.Kebijakan
ekonomi dalam investasi modal pada sektor-sektor industri yang tidak berbasis pada
potensi rakyat menutup kesempatan masyarakat untuk mengembangkan potensinya dan
menjadi akar proses pemiskinan.
3. Good governance, tidak adanya transparansi dan keterbukaan pada pembuatan dan
pelaksanaan kebijakan yang mengakibatkan kebijakan hanya bisa diakses oleh
orang-orang tertentu. Segala bentuk regulasi diputuskan oleh lembaga-lembaga pembuat
kebijakan tanpa mengikutkan para pelaku yang terlibat dan tidak memahami aspirasi
b. Aspek politik yang mengakibatkan kemiskinan yaitu:
1. Tidak ada budaya demokrasi yang mengakar.
2. Keputusan-keputusan politik yang sangat dipengaruhi keputusan dan kepentingan
politik dari luar negeri.
3. Tidak ada kontrol langsung dari rakyat terhadap birokrasi.
4. Tidak berdayanya mekanisme dan sistem perwakilan politik menghadapi kepentingan
modal.
c. Aspek ekonomi yang mengakibatkan munculnya kemiskinan yaitu:
1. Kebijakan globalisasi atau liberalisasi sistem ekonomi.
2. Rendahnya akses terhadap faktor produksi pembangunan yang
berorientasipertumbuhan.
3. Spekulasi mata uang.
d. Aspek sosial budaya yang mengakibatkan kemiskinan yaitu:
1. Hancurnya identitas sosio kultural yang hidup di masyarakat.
2. Hancurnya kemampuan komunikasi antar berbagai kelompok dan gerakan social.
3. Marginalisasi mayoritas rakyat.
4. Lemahnya kelembagaan yang ada.
5. Kuatnya budaya bisu di semua lapisan masyarakat.
2. Kemiskinan Kultural
Sedangkan kebudayaan kemiskinan, merupakan kemiskinan yang muncul sebagai akibat
adanya nilai-nilai atau kebudayaan yang dianut oleh orang-orang miskin, seperti malas, mudah
menyerah pada nasib, kurang memiliki etos kerja, atau mungkin adanya budaya hedonisme, dan
dirinya dalam lembaga-lembaga utama, sikap apatis, curiga, terdiskriminasi oleh masyarakat
luas. Dalam komunitas lokal ditemui ada rumah yang bobrok, penuh sesak dan bergerombol.
Ditingkat keluarga, masa kanak-kanak cenderung singkat, cepat dewasa, cepat menikah. Pada
individu mereka ada perasaan tidak berharga, tidak berdaya dan rendah diri akut. Pandangan lain
tentang budaya kemiskinan adalah, bahwa kebudayaan kemiskinan merupakan efek domino dari
belenggu kemiskinan struktural yang menghinggap masyarakat terlalu lama, sehingga membuat
masyarakat apatis, pasrah, berpandangan jika sesuatu yang terjadi adalah takdir, dalam konteks
keagamaan disebut dengan pahamJabariah, terlebih paham ini disebarkan dan di doktrinasikan
dalam mimbar agama. Contoh kemiskinan ini ada pada masyarakat pedesaan, komunitas
kepercayaan atau agama, dan kalangan marginal lainnya.
3. Kemiskinan Rasional
Merupakan suatu kemiskinan yang disebabkan oleh keterbatasan kualitas maupun kuantitas
SDA dan SDM, tidak adanya/ hilangnya sumber daya alam yang menguntungkan dan kurangnya
keahlian dan kualitas sumber daya manusianya mau tidak mau menjadi penyebab terjadinya
kemiskinan rasional. Selain itu pula bisa diakibatkan oleh musibah, bencana alam dan
bencana-bencana lainnya, seperti tahun 2004 ketika terjadi tsunami di Aceh, suka tidak suka masyarakat
yang terkena tsunami harus kehilangan harta benda mereka dan hidup dengan kekurangan, atau
mungkin sama halnya dengan korban amuk massa dan sebagainya. Juga dalam konsep roda
kehidupan, dimana ada saatnya seorang pemilik perusahaan yang jatuh miskin dikarenakan
perusahaanya merugi, berubahnya seseorang yang kaya menjadi miskin karena sebab dan akibat
2.2.1 Indikator Kemiskinan 2.2.1.1 Menurut BPS
Pengertian kemiskinan antara satu Negara dengan Negara lain tentu berbeda. Di
Indonesia, pemerintah melalui Badan Pusat Statistik (BPS) membuat kriteria kemiskinan, agar
dapat menyusun secara lengkap pengertian kemiskinan sehinggadapat diketahui dengan pasti
jumlahnya dan cara tepat menanggulanginya. Kriteria BPS tersebut adalah:
1. Tidak miskin, mereka yang pengeluaran per orang per bulan lebih dari Rp 350.610.
2. Hampir Tidak Miskin, dengan pengeluaran per bulan per kepala antara Rp 280.488.s/d. –
Rp 350.610.- atau sekitar antara Rp 9.350 s/d. Rp11.687.- per orang per hari. Jumlah
masyarakat yang dikategorikan “hampir tidak miskin” mencapai 27,12 juta jiwa.
3. Hampir Miskin, dengan pengeluaran per bulan per kepala antara Rp 233.740.- s/d Rp
280.488.- atau sekitar antara Rp 7.780.- s/d Rp 9.350.- per orang per hari. Jumlah
masyarakat yang dikategorikan “hampir miskin” mencapai 30,02 juta.
4. Miskin, dengan pengeluaran per orang perbulan per kepala Rp 233.740.-kebawah atau
sekitar Rp 7.780.- kebawah per orang per hari.Jumlah masyarakat yang dikategorikan
“miskin” mencapai 31 juta.
5. Sangat Miskin (kronis), tidak ada kriteria berapa pengeluaran per orang per hari.
Tidak diketahui dengan pasti berapa jumlah pastinya. Namun, diperkirakan masyarakat
yang dikategorikan “sangat miskin” mencapai sekitar 15 juta.
Telah banyak program dari pemerintah untuk penanggulangan kemiskinan. Salah satunya
yaitu Program Bantuan Langsung Tunai (BLT). Dalam penetapan keluarga miskin yang berhak
menerima bantuan ini, pemerintah menggunakan acuan dari BPS tentang 14 Kriteria
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.
2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.
3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas
rendah/tembok tanpa diplester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain.
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.
8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan
0, 5 ha. Buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau
pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp 600.000 per bulan.
13. Pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat
SD/hanya SD.
14. 500.000, seperti: sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor,
atau barang modal lainnya.
2.2.1.2 Menurut Bapenas
Indikator kemiskinan menurut Bappenas (2006) adalah:
1. Terbatasnya kecukupan dan mutu pangan
3. Terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan
4. Terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha
5. Lemahnya perlindungan terhadap aset usaha dan perbedaan upah
6. Terbatasnya akses layanan perumahan dan sanitasi
7. Terbatasnya akses terhadap air bersih
8. Lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah
9. Memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumberdaya alam, serta
terbatasnya akses masyarakat terhadap sumber daya alam
10. Lemahnya jaminan rasa aman
11. Lemahnya partisipasi
12. Besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga;
13. Tata kelola pemerintahan yang buruk yang menyebabkan inefisiensi dan inefektivitas
dalam pelayanan publik, meluasnya korupsi, dan rendahnya jaminan sosial terhadap
masyarakat.
2.2.1.3 Menurut Keluarga Sejahtera ( KS )
Indikator Keluarga Sejahtera pada dasarnya berangkat dari pokok pikiran yang
terkandung didalam undang-undang no. 10 Tahun 1992 disertai asumsi bahwa kesejahteraan
merupakan variabel komposit yang terdiri dari berbagai indikator yang spesifik dan operasional.
Berikut indikator menurut Keluarga Sejahtera ( KS ) :
a. Keluarga Pra Sejahtera
Adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih dari 5 kebutuhan
dasarnya (basic needs) Sebagai keluarga Sejahtera I, seperti kebutuhan akan pengajaran
b. Keluarga Sejahtera Tahap I
Adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal yaitu:
1. Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota keluarga.
2. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 (dua) kali sehari atau lebih.
3. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/sekolah
dan bepergian.
4. Bagian yang terluas dari lantai rumah bukan dari tanah.
5. Bila anak sakit atau pasangan usia subur ingin ber-KB dibawa ke sarana / petugas
kesehatan.
c. Keluarga Sejahtera tahap II
Yaitu keluarga-keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kriteria keluarga sejahtera
I, harus pula memenuhi syarat sosial psikologis 6 sampai 14 yaitu :
1. Anggota Keluarga melaksanakan ibadah secara teratur.
2. Paling kurang, sekali seminggu keluarga menyediakan daging/ikan/telur sebagai lauk
pauk.
3. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru per tahun.
4. Luas lantai rumah paling kurang delapan meter persegi tiap penghuni rumah.
5. Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan sehat.
6. Paling kurang 1 (satu) orang anggota keluarga yang berumur 15 tahun keatas
mempunyai penghasilan tetap.
7. Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa membaca tulisan latin.
9. Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih pasangan usia subur memakai
kontrasepsi (kecuali sedang hamil)
d. Keluarga Sejahtera Tahap III
Yaitu keluarga yang memenuhi syarat 1 sampai 14 dan dapat pula memenuhi syarat
15 sampai 21, syarat pengembangan keluarga yaitu :
1. Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.
2. Sebagian dari penghasilan keluarga dapat disisihkan untuk tabungan keluarga untuk
tabungan keluarga.
3. Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan itu dimanfaatkan
untuk berkomunikasi antar anggota keluarga.
4. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya.
5. Mengadakan rekreasi bersama diluar rumah paling kurang 1 kali/6 bulan.
6. Dapat memperoleh berita dari surat kabar/TV/majalah.
7. Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi yang sesuai dengan kondisi
daerah setempat.
e. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus
Keluarga yang dapat memenuhi kriteria 1 sampai 21 dan dapat pula memenuhi
kriteria 22 dan 23 kriteria pengembangan keluarganya yaitu :
1. Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan sumbangan bagi
kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materiil.
2. Kepala Keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus
perkumpulan/yayasan/institusi masyarakat.
Adalah keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan KS - I karena alasan ekonomi
tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi :
1. Paling kurang sekali seminggu keluarga makan daging/ikan/telor.
2. Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel
pakaian baru.
3. Luas lantai rumah paling kurang 8 meter persegi untuk tiap penghuni.
g. Keluarga Miskin Sekali
Adalah keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan KS - I karena alasan ekonomi
tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi :
1. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 kali sehari atau lebih.
2. Anggota keluarga tidak memiliki pakaian berbeda untuk dirumah, bekerja/sekolah
dan bepergian.
3. Bagian lantai yang terluas bukan dari tanah.
2.3 Penyebab Kemiskinan
Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:
1. penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku,
pilihan, atau kemampuan dari si miskin. Contoh dari perilaku dan pilihan adalah penggunaan
keuangan tidak mengukur pemasukan.
2. penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga.
Penyebab keluarga juga dapat berupa jumlah anggota keluarga yang tidak sebanding dengan
3. penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan
sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar. Individu atau keluarga yang
mudah tergoda dengan keadaan tetangga adalah contohnya.
4. penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk
perang, pemerintah, dan ekonomi. Contoh dari aksi orang lain lainnya adalah gaji atau honor
yang dikendalikan oleh orang atau pihak lain. Contoh lainnya adalah perbudakan.
5. penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari
struktur sosial.
Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari
kemalasan, namun diAmerika Serikat (negara terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki
jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagaipekerja miskin; yaitu, orang yang tidak sejahtera atau
rencana bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan.
2.4. Kebutuhan Manusia
Kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakkan mahluk hidup dalam
aktivitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan) bagi setiap individu untuk berusaha. Pada
dasarnya,manusia bekerja mempunyai tujuan tertentu,yaitu memenuhi kebutuhan. Kebutuhan
tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari. Selama hidup manusia membutuhkan
bermacam-macam kebutuhan. Seperti: makanan, pakaian, perumahan, pendidikan, dan kesehatan.
Kebutuhan dipengaruhi oleh kebudayaan, lingkungan, waktu, dan agama. Semakin tinggi tingkat
kebudayaan suatu masyarakat, semakin tinggi / banyak pula macam kebutuhan yang harus
dipenuhi.
Model akademis kebutuhan yang paling terkenal adalah model yang dikembangkan oleh
bahwa manusia memiliki berbagai tingkat kebutuhan, mulai dari keamanan sampai aktualisasi
diri. Model ini kemudian dikembangkan lagi oleh Clayton Alderfer.
Studi akademis tentang kebutuhan mencapai puncaknya pada tahun 1950-an. Saat ini, studi
tentang kebutuhan kurang banyak diminati. Meskipun begitu, ada beberapa studi terkenal yang
berhubungan dengan kebutuhan, misalnya studi yang dilakukan oleh Richard Sennett yang
meniliti tentang pentingnya rasa hormat. Studi lain yang dipelajari adalah tentang konsep
kebutuhan intelektual yang teliti dalam kependidikan.
Model Compassionate Communication, dikenal juga dengan nama Nonviolent
Communication (NVC) buatan Marshall Rosenberg menyebutkan tentang adanya perbedaan
antara kebutuhan universal manusia (apa yang menopang dan mendorong kehidupan manusia)
dengan strategi tertentu untuk memuaskan kebutuhan itu. Bertentangan dengan Maslow, model
Rosenberg tidak membagi kebutuhan ke dalam hierarki-hierarki tertentu. Dalam model tersebut,
perasaan dijadikan indikator apakah kebutuhan itu telah terpuaskan atau belum. Salah satu tujuan
dari model Rosenberg ini adalah mendorong manusia untuk mengembangkan kesadaran bahwa
kebutuhan makhluk hidup akan terus bertambah sepanjang hidupnya sehingga manusia harus
berusaha mencari strategi yang lebih efektif untuk menutupi kebutuhannya itu.
A. Kebutuhan menurut tingkatan atau intensitasnya :
1. Kebutuhan primer
Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang harus/wajib terpenuhi, artinya apabila
kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka manusia akan mengalami kesulitan dalam hidupnya.
Contoh: sandang (pakaian), pangan (konsumsi), papan (tempat tinggal),pendidikan dan
pekerjaan (sifatnya opsional)