• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Bertahan Hidup Keluarga Miskin Perkotaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Bertahan Hidup Keluarga Miskin Perkotaan"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN

STRATEGI MASYARAKAT MISKIN PERKOTAAN DALAM

MEMENUHI KEBUTUHAN KELUARGA

A. Informan Utama

1. Identitas Informan

a. Nama :

b. Jenis Kelamin :

c. Suku :

d. Agama :

e. Alamat :

f. Usia :

g. Status :

h. Pendidikan Terakhir :

(2)

Daftar Pertanyaan Wawancara

1. Ekonomi

a. Berapakah jumlah anak bapak/ibu?_______________________________

b. Berapakah jumlah anggota keluarga bapak/ibu?_____________________

c. Berapakah jumlah tanggungan bapak/ibu?_________________________

d. Berapakah jumlah anak bapak/ibu?_______________________________

e. Berapakah jumlah anggota keluarga bapak/ibu?_____________________

f. Berapakah jumlah tanggungan bapak/ibu?_________________________

g. Apakah Pekerjaan Bapak/Ibu ?__________________________________

h. Berapakah penghasilan perbulan bapak/ibu?_______________________

i. Selain dari pekerjaan utama, adakah pekerjaan sampingan bapak ibu ?___

j. Jika ada, Apakah pekerjaan sampingan bapak ibu cukup membantu

Memenuhi kebutuhan?________________________________________

(3)

l. Apakah Bapak ibu memiliki Kendaraan bermotor, seperti mobil, motor,

dan lain sejenisnya?__________________________________________

m. Barang elektronik apasaja yang bapak ibu miliki ?__________________

n. Apa alasan bapak ibu memilih betempat tinggal di wilayah ini ?_______

2. Sosial

a. Apakah anda menerima bantuan sosial dari pemerintah?______________

b. Jika ada dapatkah bapak/ibu sebutkan jenis bantuan sosial tersebut ?____

c. Apakah bapak/ibu menerima pelayanan akses kesehatan dari

pemerintah?_________________________________________________

d. Apakah bapak/ibu mengalami kesulitan untuk mengakses fasilitas

kesehatan yang di berikan pemerintah ?__________________________

e. Apakah anda merasa nyaman tinggal di pemukiman ini ?_____________

f. Bagaimana menurut bapak/ibu kondisi di lingkungan ini ?____________

g. Ancaman apa saja yang dapat terjadi selama bapak /ibu tinggal di

lingkungan ini ?_____________________________________________

(4)

jiwa dari musibah tersebut ?___________________________________

i. Strategi apa yang bapak ibu lakukan untuk mengantisipasi bahaya banjir?

Dan ketika banjir melenda tempat ini ?___________________________

j. Apakah bapak ibu tidak takut ketika ada banjir yang tiba-tiba melanda?

k. Apa yang membuat bapak/ibu bertahan tinggal di tempat ini?__________

l. Bagaimana kondisi keamanan di lingkungan ini ? apakas sering terjadi

(5)

Daftar Pustaka Sumber Buku

Bagong, Suyanto. 2005. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Kencana Perdana Media Group.

Daulay, Murni. 2009. Kemiskinan Pedesaan. Medan : USU Press

Moleong, Lexy J, 2006. Metode Penelitian Kulitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Siagian, Matias. 2012. Metode Penelitian Sosial. Medan: Grasindo Monoratama

Siagian, Matias. 2012.Kemiskinan dan Solusi. Medan : Grasindo Monoratama

Sherraden, Michael.2006 .Aset Untuk Orang Miskin. Jakarta PT Raja Grasindo Persada

Sudarwati, Ninik, 2009, Kebijakan Pengentasan Kemiskinan Mengurangi Kegagalan

Penanggulangan Kemiskinan, Malang: Intimedia.

Sumber Online

(https://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan diakses pada tanggal 20 september 2015 pukul 12:00) https://id.wikipedia.org/wiki/Strategi

https://id.wikipedia.org/wiki/Kebutuhan

(6)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1Tipe Penelitian

Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskritif, yang bertujuan untuk

menggambarkan atau mendeskripsikan obyek dan fenomena yang di teliti. Termasuk yang

di dalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variable penelitian itu berinteraksi satu

sama lain dan ada pula produk interaksi yang berlangsung (siagian, 2011: 52).

3.2Lokasi Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di Kelurahan Jati Kecamatan Medan Maimun,alasan

memilih lokasi tersebut karena terdapat banyak warga miskin dengan rumah kurang layak

huni di bantaran sungai.seharusnya menjadi zona hijau dan bebas dari pemukiman warga di

karenakan faktor keamanan warga itu sendiri.

3.3Informan 3.3.1 Informan

Informan adalah orang-orang yang dipilih untuk diwawancarai atau diobservasi sesuai

tujuan peneliti untuk memberikan informasi, data ataupun fakta dari suatu objek

penelitian.Informan dalam penelitian ini terdapat dua jenis yaitu informan utama dan informan

tambahan. ( Suyanto, 2005: 171-172).

3.3.1.2 Informan Utama

Informan utama adalah orang yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang

diteliti. Informan utama dalam penelitian ini adalah lima individu yang berasal dari keluarga

(7)

wawancarai adalah kepala keluarga yang berasal dari keluarga miskin yang tinggal di bantaran

sungai ,untuk di mintai keterangan.alsan peneliti memilih informan tersebut,karena menurut

peneliti dengan menggunakan informan yang berasal dari kepala rumah tangga,hal itu sudah

cukup mewakili untuk keterangan data.

3.4 Teknik pengumpulan data

1. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dalam pengumpulan data yang diperlukan, dilakukan melalui

penelitian kepustakaan (library research). Data akan diolah dari berbagai sumber

kepustakaan, antara lain buku-buku ilmiah, majalah, surat kabar, jurnal, dan bahan

tulisan lainnya yang erat kaitannya dengan subjek penelitian.

2. Studi Lapangan

Studi lapangan yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui penelitian dengan

turun langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan subjek

penelitian yakni: mengenai strategi masyarakat miskin perkotaan dalam memenuhi

kebutuhan keluarga (studi kasus di bantaran sungai deli)

 Observasi, yaitu pengamatan yang di lakukan secara langsung untuk memperoleh dan

mengumpulkan data yang di perlukan. Dalam penelitian ini peneliti hanya berperan

sebagai pengamat. Observasi dilakukan untuk mengamati objek di lapangan yang

meliputi kondisi lingkungan sekitar tempat tinggal,kondisi rumah dan interaksi social.

 Wawancara mendalam, yaitu dimaksudkan untuk mengajuhkan pertanyaan secara

mendalam dan tatap muka dengan responden yang bertujuan untuk melengkapi data

yang di perlukan.wawancara bersama informan penelitian yang berasal dari keluarga

(8)

3.4Teknik Analisa Data

Teknik analisis data pada penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif, yaitu dengan

mengkaji data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber

data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah, menyusun dalam suatu satuan, yang

kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan data serta

mendefinisikannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya peneliti untuk membuat

kesimpulan penelitian (Moeleong, 2007: 54).

Data-data yang diperoleh dari observasi dan wawancara dalam penelitian ini akan

dianalisis secara kualitatif,kemudian disajikan dalam bentuk profile informandan dianalisis untuk

(9)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Kelurahan Jati merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di kecamatan Medan

Maimun,terletak di bantaran Sungai Deli Kelurahan Jati tersebut.terdapat perumahan sepanjang

bantaran sungai deli,kebanyakan rumah-rumah tersebut terbuat dari kayu-kayu,triplek dan ada

juga hanya sebatas sebatas kardus sebagaidinding penutupnya.bentuk rumah panggung ukuran

tidak terlalu lebar,karena kebanyakan terdiri beberapa ruangan saja.jadi ruangan juga

terbatas.susunan pemukiman berjajar rapat antara tetangga satu dengan yang lainnya ada juga

terletak terpisah.aktivitas yang tinggal di pemukiman tersebut juga bersal dari berbagai agama

dan suku.

Hari-hari masyarakat sekitar bantaran sungaidari tempat bermaiun anak,aktivitas rumah

tangga seperti mencuci pakaian ,mandi atau dengan kata lain INCK.warga tergantung pada

Sungai Deli tersebut.ada beberapa warga yang sumber mata pencariannya dari sungai

tersebut,dengan memanfaatkan sampah-sampah yang hanyut di sungai.mereka memilih sampah

plastik yang bisa di jual kembali.

Warga yang tinggal di pemukiman tersebut juga berasal dari berbagai suku dan agama.tetapi

suasana rukun terlihat di pemukiman tersebut.warga sudah terbiasa beradaptasi,dengan

lingkungan bantaran sungai.mereka selalu waspada atas konkwensinya tinggal di bentaran

(10)

Untuk memperjelas gambaran umum Kelurahan Jati Kecamatan Medan

Maimun , berikut merupakan data kependudukan tahun 2014 :

Tabel 4.1.1

Jumlah Penduduk WNI Kelurahan Jati Tahun 2014

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-laki 580 Jiwa

2 Perempuan 1089 Jiwa

Sumber Kelurahan Jati Tahun 2014

Tabel 4.1.2

Jumlah penduduk Kelurahan Jati Berdasarkan Etnis Tahun 2014

(11)

15 jiwa

Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2014

No Pekerjaan

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2014

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 SD 275

2 SMP 425

3 SMA 650

(12)

Tabel 4.1.5

Jumlah Penduduk Bedasarkan Usia 2014

No Usia Jumlah

1 0-9 153

2 10-19 201

3 20-24 436

4 30-39 653

5 40-49 276

6 50-59 237

7 60-69 298

8 70 tahun ke atas 33

Jumlah

2287Jiwa

Sumber : Kelurahan Jati 2014

Tabel 4.1.6

Jumlah Penduduk Bedasarkan Agama 2014

No Agama Jumlah

1 Islam 878

5 PASCA SARJANA 60

6 AKADEMI 26

(13)

2 Katolik 312

3 Protestan 484

4 Hindu 51

5 Budha 286

Jumlah 2011

(14)

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Informan Utama

5.1.1 Informan 1

Nama : SH

Jenis kelamin : Perempuan

Suku : Jawa

Agama : Islam

Alamat : Kelurahan Jati Kecamatan Medan Maimun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Status : Menikah

Pendidikan Terakhir : SMP

Informan pertama yang peneliti wawancarai adalah SH, seorang wanita bersuku

jawa dan agama islam. Ibu sh berusia 45 tahun, pendidikan terakhir ibu SH adalan SMP.

Pekejaan hari-hari ibu SH adalah mengurus rumah tangga. Jumlah anak ibu SH adalah 2

orang. Jumlah anggota keluarganya 4 orang termasuk suaminya. Suami ibu SH berprofesi

sebagai penarik becak yang penghasilannya per bulan berkisar RP. 900.000 per bulan.

Selain dari pekerjaan utama sebagai penarik becak, keluarga mereka tidak memiliki usaha

sampingan. Mereka hanya mengharapkan sumber penghasilan utama dari hasil menarik

becak . jika sakit dan suami tidak bisa bekerja, maka usaha pemenuhan kebutuhan

sehari-hari pun terancam. Biasanya ibu SH harus mencari pinjaman ke temanya atau kerabat jika

lagi membutuhkan uang, dan biasanya langsung melunasinya jika sudah punya uang, di

(15)

cukup, mereka selalu bersyukur dengan rezeky yang mereka dapatkan, mereka berbelanja

keperluan seperlunya. Alasan ibu SH tinggal di wilayah bantaran sungai di karenakan

mereka tidak punya pilihan lain. Jika ada tempat yang lebih layak, dan jika keluarga

mereka sanggu p membayar kontrakan di tempat yang lebih bagus sebenarnya mereka

tidak mau tinggal di kawasan bantaran sungai, mengingat bahaya yang sewaktu-waktu bisa

mengancam keselamatan mereka. Seperti banjir tiba-tiba yang di karenakan hujan deras.

Apalagi jika hal itu terjadi pada malam hari. Mereka sering seka khawatir. Berikut

merupakan hasil wawancara penelitian yang peneliti cantumkan dalam tulisan :

“ibu punya 2 orang anak dek, jumlah anggota keluarga ada empat orang.ibu gak

kerja sehari-hari ngurus rumah tangga aja lah, yang kerja bapak aja dek. Bapak kerjanya

narik becak, tapi udah becak kami sendiri dek, jadi agak lumayan lah dek. Selain narik

becak kami gak ada kerjaan sampingan dek, jadi yauda tergantung sama penghasilan

bapak aja . kalau bapak sakit ancur kami dek, bingung ibu. Tapi alhamdulillah dek ada aja

rejekinya. Kadang kalau pas gak ada uang pas bapak sakit, ya banyak juga yang peduli

dek, ibu enak cari pinjaman ke kawan ibu, orang kalok ibu minjem uang cepat balikannya,

kalo ada uang langsung ibu pulangkan. Karena bukan apa dek payah kita kalo uda gak di

percaya sama orang. Sewaktu-waktu butuh payah. Ibu sebenernya pun malas tinggal di

sini dek. Kalau punya uang banya ibuuda ngontrak tempat lain ataubeli rumah pun bila

perlu. Di sini murah memanng biaya kontrak. Tapi tengok lah dek takut kali ibu banjir.

Kalok ujan malam dah positip kami gak tidur. Kasian juga anak-anak sebenernya, ibu

mikirin juga nasib anak-anak, kalau bisa cepat beli rumah di tempat lain lah, kecil gak

(16)

Kemudian saat mengenai kondisi sosial keluarga tersebut yang peneliti lihat

lingkungan rumah mereka memang cukup bersih dari tetangga yang lainnya. Namun jika

di lihat dari segi keamanan sangat miris. Rumah mereka tepat di bantaran sungai yang

seharusnya menjadi zona hijau. Kemudian yang peneliti dapatkan di lapangan banyak

sampah-sampah rumah tangga yang mereka buang ke sungai merusak pandangan di

sekitarnya, tetapi memang sebenarnya . ditempat tersebut tidak terjamin dikarenakan

banjir yang tiba-tiba melanda. Keluarga ibu SH pernah menerima bantuan sosial berupa

RASKIN,dsb. Mereka sebenarnya tidak merasa nyaman tinggal dibantaran sungai, tetapi

kondisi yang memaksa mereka tinggal dan bertahan ditempat tersebut. Mereka bertahan

hidup dibantaran sungai faktor pendukung lainnya adalah karena mereka sudah nyaman

dengan orang orang disekitar tempat mereka tinggal. Saat musim hujan lokasi bantaran

sungai ini sering kali dilanda banjir. Berikut merupakan hasil wawancara penelitian yang

peneliti cantumkan . berikut merupakan hasil wawancara penelitian :

“ disini yang membuat ibu betah sebenarnya orang orangnya juga, tetangganya

udah kenal baik semua sama ibu, sedih juga rasanya mau pindah. Tapi kalok ada rejeki

mau pindah tempat lain. Kalo dibilang aman ya aman kalok kasus pencurian jarang

terjadi, takutnya banjir ini memang.

Analisis data

Dari data wawancara dan observasi yang telah peneliti lakukan selama penelitian

pada keluarga ibu SH, disini peneliti menganalisis bahwa hal yang menyebabkan

keluarga mereka tinggal di bantaran sungai adalah karena mereka tidak punya pilihan lain,

penghasilan suami juga masih di bawah rata-rata, dimana menurut peneliti masih berada di

(17)

lingkungan bantaran sungai walaupun lingkungan tersebut berbahaya dan mengancang

keselamatan mereka adalah mereka tetap bersyukur dengan apa yang di dapat,Ibu SH juga

memanfaatkan penghasilan suami seoptimal mungkin agar pengeluaran atau belanja

bulanan dapat terkontrol dan tidak boros. Mereka juga sudah menyesuaikan diri dengan

lingkungan tempat tinggal mereka. Mereka tetap menjaga kebersihan lingkungan rumah

mereka sebisa mungkin. Karena seperti yang kita tahu sangat banyak sampah-sampah

(18)

5.1.2 Informan 2

tahun, bersuku jawa, dan berdomisili di kelurahan jati, Kecamatan Medan Maimun. Beliau

berstatus janda yang memiliki dua orang, anak pertama duduk di bangku SD dan anak ke

dua belum bersekolah. Pendidikan terakhir ibu NR adalah SMA. Pekerjaannya sehari-hari

adalah pedagang. Beliau berjualan di depan rumahnya dengan membuka kedai smpah

kecil-kecilan. Jumlah tanggunga ibu NR ada 2 orang yaitu hanya anak-anaknya saja. Ibu

NR baru bercerai dengan suaminya, jadi saat ini sumber penghasilan utama hanya dari

kedai kecil yang dia miliki tersebut. Penghasilan seorang pedagang juga tidak menentu,

jika dalam satu hari ibu NR mendapatkan keuntungan dua puluh ribu rupiah, maka

akumulasi keuntungan dalam sebulan ibu NR mendapatkan penghasilan enam ratus ribu

rupiah, dan jika lebih kemungkinan lebih pula penghasilan perbulannya. Ibu NR tidak

punya penghasilan sampingan atau penghasilan tambahan. Sehari-hari hanya

(19)

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mantan suami ibu NR juga tidak pernah mengirimkan

uang bulanan untuk kebutuhan hidup anaknya. Jika dilihat dari segis kepemilikan harta

benda, ibu NR hanya punya seadanya. Televisi berukuran minim,dan sebagainya. Ibu NR

tidak memiliki sepeda motor, untuk transportasi ibu NR menggunakan angkutan umum.

Alasan ibu NR tinggal di lingkungan tersebut karena tidak memiliki tanah untuk

mendirikan rumah, jadi beliau memilih bantaran sungai sebagai alternatif lain. Berikut

merupakan hasil kutipan wawancara penelitian dengan informan ke dua :

“ anak ibu dua dek, satu masih SD, dan yang satu blom sekolah. Jumlah

tanggungan ya dua dek. Ibu kan udah cerai sama suami, sekarang ibu jualan dek, yah gini

dek jualan jajanan anak-anak, yah kede sampah kecil-kecilan. Penghasilan sehari-hari

Cuma dari hasil dagang ini lah dek, mana ada lagi. Kalo di bilang cukup ya alhamdulillah

dek. Ibu tanah pun gak punya dek, kalo punya tanah males ibu tinggal di sini, yai ini

nempel-nempel tinggalnya, tengok lah dinding rumah ibu gak bisa di buat sandaran, jebol

nanti dek. Penghasilan sebulan tergantung dek. Orang dagang gak punya penghasilan

tetap. Penghasilan ibu tergantung dek. Kalo sehari 20 ribu kau kalikan sendiri dek brapa

perbulan, kadang ada rezeki lebih dari itu. Mantan lakik ku mana pernah peduli dek, gak

pernah dia ngirim uang untuk anak anaknya. Ibu lah banting tulang.alat elektronik Cuma

itu lah tv kesayangan kami, kondisinya udah tua gitu. Kadang rusak canelnya kami goyang

antenanya dek, “

Yang peneliti amati, Lingkungan sosial yang mereka hadapi sehari-hari menurut

peneliti cukup membahayakan, contohnya saja tempat bermain anak. Selepas pulang

sekolah anak-anak mereka terkadang bermain di bantaran sungai dan mandi-mandi di

(20)

dari segi kesehatan pasti banyak kuman yang masuk kedalam tubuh, dan dari segi

keamanan, jika lengah bisa jadi marabahaya mengancam seperti hanyut terbawa arus

sungai dan tenggelam, anak ibu NR juga sudah terbiasa dengan lingkungan bermain di

bantaran sungai dengan teman temanya. Ibu NR mencuci menggunakan air sungai, jika

sungai telah tercemari dengan bakteri bisa jadi bakteri yang di bawa oleh sampah

menempel di pakaian selanjutnya pakaian di pakai oleh keluarga mereka, mungkin dari

segi kesehatan hal ini juga termasuk mengancam kesehatan keluarga. Tetapi karena kondisi

tertentu ibu NR mau tidak mau harus tinggal di lingkungan tersebut. Dan yang peneliti

lihat ibu NR juga telah merasa nyaman tinggal di bantaran sungai karena sudah terbiasa.

Berikut merupakan pernyataan ibu NR saat peniliti melakukan wawancara penelitian

mengenai kondisi sosial lingkungan :

“ Di bilang betah atau enggak ya di betah-betahin dek, kan ibu udah cukup lama

juga tinggal di sini, jadi udah terbiasa juga tinggal di sini. Kalau masalah banjir pun gak

setiap hari banjir dek. Palingan 1 tahun hanya beberapa kali aja. Ya anak ibu dari bayi

tinggal sini udah biasa dia sama lingkungan sini, udah pande pun dia berenang, kadang

ibu marahin, pulang sekolah langsung pigi maen, nyebur sungai. Kalau di bilang aman ya

aman lingkungan ini dek. Yang penting jangan ceroboh narok barang kayak HP atau

barang berharga lainnya, .”

Analisi Data :

Dari data wawancara dan observasi yang telah peneliti lakukan selama penelitian

pada keluarga ibu NR, disini peneliti menganalisis bahwa hal yang menyebabkan

keluarga mereka tinggal di bantaran sungai adalah karena mereka tidak punya pilihan lain,

(21)

dimana menurut peneliti masih berada di dalam zona kemiskinan. Salah satu stragi mereka

untuk tetap bertahan tinggal di lingkungan bantaran sungai walaupun lingkungan tersebut

berbahaya dan mengancam keselamatan mereka adalah mereka tetap menikmati suasana

kondisi lingkungan sekitar. Berdagang adalah mata pencarian yang selama ini keluarga

mereka lakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Ibu NR memanfaatkan

(22)

5.1.3 Informan 3

Nama : TR

Usia : 43 tahun

Jenis kelamin : Laki-Laki

Suku : Batak

Alamat : Kelurahan Jati, Kecamatan Medan Maimun

Pekerjaan : Pedagang Botot

Agama : Kristen

Status : Menikah

Pendidikan Terakhir : SD

Informan Ketiga dalam Penletian ini adalah Kepala rumahtangga yaitu Bapak TR,

seorang laki-laki berusia 49 tahun, bersuku batak dan berdomisili di Kelurahan Jati,

Kecamatan Medan Maimun, pekerjaan sehari-hari adalah mencari Botot dan menjualnya ke

agen. Bapak TR beragama kristen, dan pendidikan terakhir adalah SD. Bapak TR memiliki

empat orang anak, dua laki-laki dan dua perempuan, jumlah tanggungan keluarga sebanyak

enam orang termasuk istri. Bapak TR dan keluarga baru 5 tahun tinggaldi lingkungan

tersebut. Sebelumnya mereka berasal darikota tebing tinggi. Karena alasan tertentu mereka

pindah ke bantaran sungai deli. Bapak TR mencari botot di sekitarsungai dan kota medan

sekitar tempat tinggalnya. Namun untuk memenuhi kebutuhan ekonomi saat ini telah

terbantu, di karenakan anak pertama dan kedua telah dapat membantu memenuhi kebutuhan

ekonomi keluarga. Dalam satu hari bapak penghasilan bapak TR bisa mencapai duapuluh

(23)

ratus lima puluh ribu, tetapi hal ini juga tidak tentu, bisa jadi lbih, bisa jadi kurang dari nilai

nominal yang telah di sebutkan di atas. Bapak TR idak memiliki pekerjaan sampingan ,

tetapi penghasilan tambahan berasal dari anak-anaknya yang sudah bekerja , anak

pertamanya bekerja sebagai hausekeeping di sebuah sekolah di lingkunga tempat

tinggalnya, dan anak keduanya bekerja menjaga tokoh pakaian di pasar tradisional. Jadi

pemasukan bulanan sudah cukup terbantu. Keluarga mereka memiliki satu sepeda motor

yang saat ini masih berstatus kredit. Mereka memiliki televisi berukuran standart, jika di

lihat kebutuhan elektronik juga sudah cukup memadai. Alasan bapak TR tinggal di

lingkungan bantaran sungai karena strategis untuk mencari nafkah, murah, dan terjangkau.

Berikut merupakan pernyataan pernyataan bapak TR saat di wawancarai :

“ aku baru empat tahun tinggal di sini dek, anggota ku ada empat, jumblah

tanggungan lima dek, kerjaan ku cari botot dek, keliling naik becak dayung ke

rumah-rumah, kadang ku cari sekitar sungai dek, terus ku jual lagi ke agen. Anak ku dua orang

udah kerja, satu di sekolah bersi-bersi, yang ke dua jaga toko baju di pajak. Kebantu udah

penghasilan keluarga kami.aku baru kredit motor itu dek. Kalau barang elektronik banyak

juga, TV ada, Hp ada, Kipas angin ada, kulkas yang gak punya kami dek. Betah kami

tinggal sini dek suka pulak aku liat air ngalirdek. Tenang pikiran aku, orang yang tinnggal

di tengah kota belum tentu senang kan dek, lagi pulak memang enak aku cari botot sini dek.

Banyak sampah plastik disini, nyangkut di bantaran sungai kadang dek. Akibat ulah orang

yang gak bertanggung jawab, berarti kan berjasa juga aku dek, ku bersihkan sungai, aku

keliling komplek dek cari barang bekas orangitu yang uda gak terpakai bisa di jual sama

aku.kotornya untung aku dalam satu hari duapuluh lima ribu dek, bisa lebih lah, kadang

(24)

mandiri dek, pande orangtuh cari duit, kadang gak minta aku memang orang itu yang

pengertian bantu orangtuanya. Memang salut lah nengok anak ku dek. Rajin orang itu,

bantu biaya sekolah adik nya juga kadang. Sebenernya aku gak ngarap di kasi dek, asal

orang itu senang sama kecukupan udah bersyukur aku dek.

Kondisi rumah bapak TR terbuat dari papan, namun papan rumah bapak TR terlihat

lebih kokoh daripada rumah informan penelitian sebelumnya, bapak Tr juga merasa

nyaman tinggal di lingkungan bantaran sungai, menurutnya hal ini membawa ketenanga

sendiri, bahkan bapak TR pandai memanfatkan situasi, dengan memanfaatkan sampah di

lingkungan atau sekitar bantaran sungai menjadi nilai ekonomi, yang mana cukup untuk

memenuhi kebutuhan keluarga, hal tersebut yang membuat bapak TR bertahan di

lingkungan bantaran sungai. Kondisi bantaran yang penuh sampah merupakan sumber

rezeki bagi bapak TR,. Berikut merupakan hasil kutipan wawancara mengenai kondisi

sosial lingkungan bapak TR, :

“ aku senang dek memang tenang pikiran aku denger suara air ngalir sama lihat air

ngalir dek, lagi rezeki juga dek sampah bisa kita manfaatkan jadi sumber rezeki dek, uda

nyaman aku tinggal di sini dek, murah pulak memang biaya kontraknya dek, uda empat

tahun aku di sini dek aman-aman aja rasaku, perkasa banjir bisa kita atasi, pokoknya kalo

udah ujan deras waspada aja dek, itu ajanya paleng bahayanya, banjir ngungsi kami dek,

udah gampang, lagi gak tiap hari juga banjir kan dek.

Analisi Data :

Dari data wawancara dan observasi yang telah peneliti lakukan selama penelitian pada

(25)

dalam Keluarga Pra Sejahtera yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau

lebih dari 5 kebutuhan dasarnya (basic needs) Sebagai keluarga Sejahtera I, seperti

kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, papan, sandang dan kesehatan. Namun kondisi

keluarga bapak TR lebih baik di banding Keluarha informan penelitian yang pertama dan ke

dua, hal yang menyebabkan keluarga mereka bertahan hidup di bantaran sungai adalah

bantaran sungai merupakan tempat yang strategis sebagai peluang usaha bagi keluarga

mereka, biaya yang terjangkau,serta dapat juga di jadikan sarana rekreasi keluarga keluarga.

Menurut bapak TR tempat tinggalnya cukup nyaman dan aman, beliau sangat menikmati

(26)

5.1.4 Informan 4

Nama : RM

Usia : 51 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Suku : Batak

Alamat : Kelurahan Jati, Kecamatan Medan Maimun

Pekerjaan : Ibu Rumah tangga

Agama : Kristen

Status : Menikah

Pendidikan Terakhir : SD

Informan ke empat yang peneliti wawancarai adalah ibu RM, seorang

wanita berusia lima puluh satu tahun bersuku batak, dan beragama kristen. Pendidikan

terakhir adalah SD, ibu RM adalah seorang Ibu Rumah Tangga. Anak ibu RM

berjumlah satu orang, dan saat ini anaknya telah berumahtangga dan tinggal di jalan

denai medan. Pekerjaan sehari-hari suami ibu RM adalah berjualan Baso bakar di

sekolah SD, saat ini mereka sudah tidak memiliki tanggungan lagi di karenakan putri

mereka satu-satunya telah menikah, dan saat ini telh tinggal bersama suaminya.

Penghasilan perbulan tidak menentu, tergantung dari seberapa laku barang dagangan

mereka. Mereka tidak punya pekerjaan sampingan penghasilan utama mereka hanya

dari berjualan Baso bakar, dan dari hasil berjualan sehari-hari menurut mereka sudah

cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Alasan mereka tinggal di bantaran

(27)

tersebut. Jadi sudah terasa nyaman. Barang elektronik yang mereka miliki juga sangat

minim, dan seadanya.berikut merupakan pernyataan informan ke empat saat

wawancara berlangsung :

“ jumlah anak ibu ada satu orang, dia udah nikah dan di bawak suaminya

nak. Udah gak ada lagi tanggungan ibu sekarang tinggal berdua aja sama bapak.

Bapak hari-harinya jualan baso bakar di SD, penghasilan gak nentu nak, tapi cukup

nak. Orang Cuma dua orang kami nak. Kerjaan sampingan gak ada bapak nak. Ibu

Cuma punya Tv nak, tengok lah itu nak model lama pun Tv nya. Ibu udah lama

tinggal di sini, mau pindah pun sayang, udah enak di sini. Tetangga uda kayak kayak

saudara nak. Nyaman udah nak.

Kondisi perumahan ibu RM sama halnya seperti kondisi pemukiman

bantaran sungai pada umumnya, rumah dengan ukuran minim, dengan ruang gerak

terbatas, namun kebersamaan mereka dengan tetangga terjalin dengan baik, hal inilah

salah satu faktor pendukung ibu RM dan keluarga nyaman tinggal di bantaran sungai.

Kemudian keterbatasan aset seperti kepemilikan tanah, dan harta benda juga

tampaknya menjadi faktor pemicu utama keluarga ibu RM tinggal di bantaran sungai,

yang mana menurut peneliti berbahaya bagi keselamatan mereka, berikut merupakan

kutipan wawancara penelitian bersama informan ke empat :

“Ibu kalo gak tinggal di sini mau dimana lagi tinggal, disini ibu sudah lama

nak, nyaman ibu rasa sudah, nanti kalau ada rezeky ibu buat ruma tempat lain, tapi

ngumpulin uang dahulu memang. Di sini pun aman kok nak, memang ibu sangsi kali

kalo banjir tiba-tiba, bisa hanyut rumah kami nak, makanya kalau uda hujan siaga

(28)

Analisis data

Menurut hasil analisis peneliti, alasan utama informan ke empat tinggal di bantaran

sungai karena kondisinya yang serba keterbatasan, dan salah satu strategi informan ke

empat dalam bertahan hidup jika di lihat dari sisi mata pencarian yaitu bedagang, dengan

modal seadanya. Dan jika di lihat dari segi sosial yang membuat keluarga mereka bertahan

hidup di bantaran sungai adalah orang-orang di sekitar yang ramah, atau tetangga yang

(29)

5.2 Analisis Data Informan

Dari empat informan penelitian yang telah di dapatkan di lapangan, rata-rata informan

masuk kedalam kategori, Keluarga Pra Sejahtera Yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi

salah satu atau lebih dari 5 kebutuhan dasarnya (basic needs) Sebagai keluarga Sejahtera I,

seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, papan, sandang dan kesehatan. Krena seperti

yang kita ketahui di dalam penelitian pada empat informan di atas kondisi rumah rata-rata kurang

layak huni, ukurannya yang sempit dan keberadaannya yang tepat di bantaran sungai, dimana hal

ini sangat membahayakan nyawa penduduk sekitar. Kemudian jika kita lihat kebutuhan

kesehatan juga kurang memadai, sanitasi lingkungan yang kurang baik menurut peneliti hal ini

mengganggu kesehatan warga, banyak sampah tergenang, dan jika banjir rumah jadi kotor.

Kemudian mengenai pemenuhan kebutuhan sandang pangan dan papan juga masih

kurang memadai, salah satu strategi mengapa mereka bertahan hidup di bantaran sungai adalah

mereka menikmati keadaan lingkungan sekitar, dalam kata lin mereka telah beradaptasi dengan

kondisi lingkungan, kemudian kebanyakan dari mereka memanfaatkan profesi berdagang untuk

bertahan hidup, kemudian biaya hidup di lingkungan tersebut cukup terjangkau. Alasan mereka

tinggal di lingkungan itu karena mereka tidak punya pilihan akan tinggal di mana.

Peneliti mengategorikan kemiskinan tersebut kedalam kemiskinan relatif yaitu

kemiskinan yang lebih banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan dimana seseorang ataupun

keluarga itu tinggal. Sehingga walaupun seseorang atau keluarga itu pendapatnya dapat

memenuhi seluruh keperluan primernya, akan tetapi masih tergolong berpendapatan rendah

(30)

kemiskinan relatif. Kemiskinan relatif dapat diperkirakan dengan memperhatikan golongan

(31)

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan

Strategi bertahan hidup adalah sebagai rangkaian tindakan yang dipilih secara standar oleh

individu dan rumah tangga yang miskin secara sosial ekonomi. Melalui strategi ini seseorang

bisa berusaha untuk menambah penghasilan lewat pemanfaatan sumber-sumber lain ataupun

mengurangi pengeluaran lewat pengurangan kuantitas dan kualitas barang atau jasa. Cara-cara

individu menyusun strategi dipengaruhi oleh posisi Individu atau kelompok dalam struktur

masyarakat, sistem kepercayaan dan jaringan sosial yang dipilih, termasuk keahlian dalam

memobilitasi sumber daya yang ada, tingkat keterampilan, kepemilikan aset, jenis pekerjaan,

status gender dan motivasi pribadi.Berdasarkan analisis data yang telah di uraikan pada Bab V,

peneliti membuat kesimpulan sebagai berikut, Bahwa strategi yang di gunakan informan untuk

betahan hidup di bantaran sungai adalah mereka memanfaatkan sumberdaya yang ada, seperti

sampah yang ada di sungai dapat informan manfaatkan sebahgai penghasilan, kemudian mereka

lebih memili alternatif berdagang dalam bidang mata pencarian, dalam bertahan hidup di

bantaran sungai mereka beradaptasi dengan lingkungan sekitar, baik itu lingkungan alam yang

ekstrim dan lingkungan sosial mereka. Kebanyakan dari informan sudah nyaman dengan

lingkungan sosial, hal ini yang menyebabkan informan dapat bertahan hidup di bantaran sungai.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka saran penulis adalahsebagai berikut :

1. Kepada masyarakat.

Kepada masyarakat agar dapat ikut serta melestarikan lingkungan sekitar terutama sungai,

(32)

sendiri, khususnya mereka yang tinggal di bantaran sungai agar tidak membuang sampah

sembarangan, dan diharapkan waspada akan bahaya banjir.

2. Kepada Pemerintah

Bagi pemerintah agar melakukan upaya peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat

dan melakukan pengentasan kemiskinan yang tepat sasaran. Khususnya masalah kemiskinan

yang terjadi di bantaran sungai, agar segera di berikan solusi pengentasan masalah

kemiskinan yang baik dan tanpa merugikan siapapun atau warga setempat yang hidup di

(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Strategi

Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan,

perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Di dalam strategi yang

baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang

sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan

memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif. Strategi dibedakan dengan taktik yang

memiliki ruang lingkup yang lebih sempit dan waktu yang lebih singkat, walaupun pada

umumnya orang sering kali mencampuradukkan ke dua kata tersebut. Contoh berikut

menggambarkan perbedaannya, "Strategi untuk memenangkan keseluruhan kejuaraan dengan

taktik untuk memenangkan satu pertandingan". Pada awalnya kata ini dipergunakan untuk

kepentingan militer saja tetapi kemudian berkembang ke berbagai bidang yang berbeda seperti

strategi bisnis, olahraga (misalnya sepak bola dan tenis), catur, ekonomi, pemasaran,

perdagangan, manajemen strategi, dll.

(https://id.wikipedia.org/wiki/Strategi, diakses pada tanggal 19 september 2015 pukul 10:00 WIB

)

Strategi adalah metode atau rencana yang dipilih untuk membawa masa depan yang

diinginkan, seperti pencapaian tujuan atau solusi untuk masalah; pengertian strategi adalah seni

dan ilmu perencanaan dan memanfaat sumber daya untuk penggunaan yang paling efisien dan

efektif. Istilah srategi berasal dari kata Yunani untuk ahli militer atau memimpin pasukan.

(34)

terbagi atas 5 definisi yaitu strategi sebagai rencana, strategi sebagai pola, strategi sebagai posisi

(positions), strategi sebagai taktik (ploy) dan terakhir strategi sebagai perpesktif.

1. Pengertian strategi sebagai rencana adalah sebuah program atau langkah terencana (a

directed course of action) untuk mencapai serangkaian tujuan atau cita cita yang telah

ditentukan; sama halnya dengan konsep strategi perencanaan.

2. Pengertian strategi sebagai pola (pattern) adalah sebuah pola perilaku masa lalu yang

konsisten, dengan menggunakan strategi yang merupakan kesadaran daripada

menggunakan yang terencana ataupun diniatkan. Hal yang merupakan pola berbeda

dengan berniat atau bermaksun maka strategi sebagai pola lebih mengacu pada sesuatu

yang muncul begitu saja (emergent).

3. Definisi strategi sebagai posisi adalah menentukan merek, produk ataupun perusahan

dalam pasar, berdasarkan kerangka konseptual para konsumen ataupun para penentu

kebijakan; sebuah strategi utamanya ditentukan oleh faktor faktor ekternal.

4. Pengertian strategi sebagai taktik, merupakan sebuah manuver spesifik untuk mengelabui

atau mengecoh lawan (competitor)

5. Pengertian strategi sebagai perspektif adalah mengeksekusi strategi berdasarkan teori

yang ada ataupun menggunakan insting alami dari isi kepala atau cara berpikir ataupun

ideologis.

(http://www.apapengertianahli.com/2014/12/pengertian-strategi-menurut-beberapa-ahli.html

(35)

1. Strategi Bertahan Hidup

Snel dan Staring dalam Resmi Setia (2005;6) mengemukakan bahwa strategi bertahan

hidup adalah sebagai rangkaian tindakan yang dipilih secara standar oleh individu dan rumah

tangga yang miskin secara sosial ekonomi. Melalui strategi ini

seseorang bisa berusaha untuk menambah penghasilan lewat pemanfaatan sumber

-sumber lain ataupun mengurangi pengeluaran lewat pengurangan kuantitas dan kualitas barang

atau jasa. Cara-cara individu menyusun strategi dipengaruhi oleh posisi Individu atau kelompok

dalam struktur masyarakat, sistem kepercayaan dan jaringan sosial yang dipilih, termasuk

keahlian dalam memobilitasi sumber daya yang ada, tingkat keterampilan, kepemilikan aset,

jenis pekerjaan, status gender dan motivasi pribadi.

Nampak bahwa jaringan sosial dan kemampuan memobilisasi sumber daya yang ada

termasuk didalamnya mendapatkan kepercayaan dari orang lain membantu individu dalam

menyusun strategi bertahan hidup.Dalam menyusun strategi, individu tidak hanya menjalankan

satu jenis strategi saja, sehingga kemudian muncul istilah multiple survival strategies atau

strategi bertahan jamak. Selanjutnya Snel dan Starring mengartikan hal ini sebagai

kecenderungan pelaku-pelaku atau rumah tangga untuk memiliki pemasukan dari berbagai

sumber daya yang berbeda, karena pemasukan tunggal terbukti tidak memadai untuk menyokong

kebutuhan hidupnya. Strategi yang berbeda-beda ini dijalankan secara bersamaan dan akan

saling membantu ketika ada strategi yang tidak bisa berjalan dengan baik.

2.Teori Mc Clelland

Dalam teori ini ditekankan mengenai adanya beberapa individu memiliki dorongan yang

kuat untuk berhasil. Mereka lebih berjuang untuk memperoleh pencapaian pribadi daripada

(36)

baik atau efisien dibandingkan sebelumnya. Dorongan ini kebutuhan pencapaian (nAch). Mc

Clelland dalam Robinson (2007:230)

menemukan bahwa individu dengan prestasi tinggi membedakan diri mereka dari

individu lain menurut keinginan mereka untuk melakukan hal-hal dengan lebih baik.

Mereka mencari situasi-situasi dimana bisa mendapatkan tanggung jawab pribadi guna mencari

solusi atas berbagai masalah, bisa menerima umpan balik yang cepat tentang kinerja sehingga

dapat dengan mudah mereka berkembang atau tidak, dan dimana mereka bisa menentukan

tujuan-tujuan yang cukup menantang.

3. Teori Aksi

Dalam teori ini ditekankan bahwa individu menentukan sendiri barang sesuatu yang bermakna

bagi dirinya sendiri. Jadi sebagai subyek, manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai

tujuan-tujuan tertentu yang memberikan makna baginya.

2.2 Pengertian Kemiskinan

Secara umum istilah miskin atau kemiskinan dapat dengan mudah kita artikan sebagai suatu

kondisi yang kurang atau minim. Dalam hal ini konsep kurang maupun minim dilihat secara

komparatif antara kondisi nyata kehidupan pribadi atau sekelompok orang di satu pihak dengan

kebutuhan pribadi atau sekelompok orang di lain pihak. Pengertian minim di sini bersifat

(37)

dengan kondisi tertentu yang dimiliki dan dihadapi seorang atau sekelompok orang di sebuah

desa di jawah tengah dapat di kategorikan sebagai kondisi yang cukup atau memadai. Namun

kondisi yang sama, yang di miliki dan dihadapi seseorang atau sekelompok orang di Jakarta

jelas-jelas di kategorikan sebagai kondisi minim atau kurang.

Selain waktu dan lingkungan, kondisi yang di hadapi dan dialami seseorang atau

sekelompok orang juga dapat di bedakan sebagai budaya maupun kelas. Budaya dan kelas dalam

masyarakat yang berbeda tentu saja dapat menuntut standar kebutuhan yang berbeda pula. Oleh

karena itu generalisasi standar hidup tidak di temukan dalam dunia nyata. ( Siagian Matias

,2012:4-5)

Langkah pertama yang tepat di lakukan dalam upaya memahami ikemiskinan secara

holistic adalah dengan melakukan kajian tentang aspek-aspek kemiskinanitu sendiri yaitu :

1. Kemiskinan itu multi dimensi.

Sifat kemiskinan sebagai suatu konsep yang memiliki dimensi berakar dari kondisi

kebutuhan manusia yang beraneka ragam. Akibatnya jika kita mengemukakakn

seseorang atau suatu kelompok itu miskin, masih akan menimbulkan pertanyaan.

Apanya yang miskin atau miskin apa? Sebagai contoh di tinjau dari segi kebijakan

umum, maka kemiskinan itu meliputi aspek-aspek primer seperti miskin akan

asset-asset, organisasi-organisasi sosial, kelembagaan sosial berbagai pengetahuan serta

berbagai keterampilan yang di anggap dapat mendukung kehidupan manusia. Sedangkan

aspek skundernya adalah minimnya informasi, jaringan sosial, dan sumber-sumber

keuangan yang kesemuaanya merupakan factor-faktor yang dapat di gunakan

memperoleh suatu fasilitas yang yang dapat mendukung upaya mempertahankan, bahkan

(38)

2. Aspek-aspek kemiskinan saling berkaitan , baik secara langsung maupun tidak langsung.

Sebagai konsekwensi logisnya, kemajuan atau kemunduran pada salahsatu aspek

dapat mengakibatkan kemajuan atrau kemunduran pada aspek lainnya. Justru kondisi

seperti inilah yang mengakibatkan tidak mudahnya menganalisis kemiskinan itu menuju

pada pemahaman yang komperhensif. Hal lain yang juga harus di pahami sebagai

konsekwensi logis dari kondisi kemiskinan seperti ini adalah pemahaman tentang

kemiskinan hanya dapat di peroleh jika kita menganalisis kemiskinan itu secara agregat.

3. Kemiskinan itu adalah fakta yang terukur.

Fenomena yang sering kita temui adalah, pendapatan yang di peroleh sekelompok

yang bermukim di tempat yang sama boleh sama, namun kualitas individu atau keluarga

yang dimiliki mungkin saja berbeda. Keadaan yang demikian sering mengkondisikan

kita untuk mengidentifikasi kemiskinan sebagai sesuatu yang serba abstrak dan tidak

mungkin di ukur. Cara berfikir seperti ini harus di cegah kareana akan menjauhkan kita

dari pemahaman yang bbenar dan holistic tentang kemiskinan itu sehingga kitapun

mustahil dapat menemukan solusi.

4. Bahwa yang miskin adalah manusianya, baik secara individual maupun kolektif.

Kita sering mendengar istilah kemiskinan pedesaan, kemiskinan perkotaan, dan

sebagainya. Berbagai istilah tersebut bukanlah berarti bahwa yang mengalami

kemiskinan itu adalah desa atau kota. Kondisi desa kota itu merupakan penyebab

kemiskinan bagi manusia. Yang demikian pihak yang menderita miskin hanyalah

manusia, baik secara individu maupun kelompok , dan bukan wilayah. ( Siagian Matias,

(39)

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi

kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan

kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar,

ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan

masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif,

sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi

memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan, dll.

Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:

1. Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan

sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami

sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.

2. Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan

ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini

termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan,

karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang

ekonomi. Gambaran kemiskinan jenis ini lebih mudah diatasi daripada dua gambaran yang

lainnya.

3. Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai"

di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.

Gambaran tentang ini dapat diatasi dengan mencari objek penghasilan di luar profesi secara

halal. Perkecualian apabila institusi tempatnya bekerja melarang.

Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori , yaitu Kemiskinan

(40)

konsisten , tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat / negara. Sebuah contoh dari pengukuran

absolut adalah persentase dari populasi yang makan dibawah jumlah yg cukup menopang

kebutuhan tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa).

Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dg pendapatan

dibawah USD $1/hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per hari, dg

batasan ini maka diperkiraan pada 2001 1,1 miliar orang didunia mengonsumsi kurang dari

$1/hari dan 2,7 miliar orang didunia mengonsumsi kurang dari $2/hari."[1] Proporsi penduduk

negara berkembang yang hidup dalam Kemiskinan ekstrem telah turun dari 28% pada 1990

menjadi 21% pada 2001.[1] Melihat pada periode 1981-2001, persentase dari penduduk dunia

yang hidup dibawah garis kemiskinan $1 dolar/hari telah berkurang separuh. Tetapi , nilai dari

$1 juga mengalami penurunan dalam kurun waktu tersebut.

Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia bekembang, ada bukti tentang

kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi ini menghadirkan

kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari dan daerah pinggiran kota dan ghetto yang

miskin. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin, atau kelompok

orang-orang miskin, dan dalam pengertian ini keseluruhannegara kadang-kadang dianggap

miskin. Untuk menghindari stigma ini, negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara

berkembang.

Dalam sebuah lingkungan belajar, terutama murid yang lebih kecil yang berasal dari

keluarga miskin, kebutuhan dasar mereka seperti yang dijelaskan oleh Abraham

Maslow dalam hirarki kebutuhan Maslow; kebutuhan ini beralih ke kemiskinan pada umumnya,

(41)

Perdebatan yang berhubungan dalam keadaan capital manusia dancapital individual seseorang

cenderung untuk memfokuskan kepada akses capital instructional dan capital social yang

tersedia hanya bagi mereka yang terdidik dalam sistem formal.

Deklarasi Copenhagen menjelaskan kemiskinan absolut sebagai "sebuah kondisi yang

dicirikan dengan kekurangan parah kebutuhan dasar manusia, termasuk makanan, air

minum yang aman, fasilitas sanitasi, kesehatan, rumah, pendidikan, dan informasi."

Bank Dunia menggambarkan "sangat miskin" sebagai orang yang hidup dengan

pendapatan kurang dari PPP$1 per hari, dan "miskin" dengan pendapatan kurang dari PPP$2 per

hari. Berdasarkan standar tersebut, 21% dari penduduk dunia berada dalam keadaan "sangat

miskin", dan lebih dari setengah penduduk dunia masih disebut "miskin", pada 2001.

A. Jenis-Jenis Kemiskinan dan Pengaruh Terhadap Pelayanan Kesehatan

1. Kemiskinan strukural

Merupakan kemiskinan yang disebabkan kebijakan-kebijakan pemerintah yang belum pro

rakyat. Menurut Lono Lastoro (Dosen Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah

Mada), kemiskinan struktural bukan karena kemalasan si miskin atau etos kerja, tetapi karena

sistem sosial, politik dan ekonomi negara yang menyebabkan satu atau banyak kelompok

termarginalkan.

Kemiskinan struktural yang muncul bukan karena ketidakmampuan si miskin untuk

bekerja (malas), melainkan karena ketidakmampuan sistem dan struktur sosial dalam

menyediakan kesempatan-kesempatan yang memungkinkan si miskin dapat bekerja. Struktur

sosial tersebut tidak mampu menguhubungkan masyarakat dengan sumber-sumber yang

tersedia, baik yang disediakan oleh alam, pemerintah maupun masyarakat yang ada

(42)

penggali pasir dan mereka yang tidak terpelajar dan tidak terlatih. Pihak yang berperan besar

dari terciptanya kemiskinan struktural ini adalah pemerintah, karena pemerintah yang

memiliki kekuasaan dan kebijakan cenderung membiarkan masyarakat dalam kondisi miskin,

tidak mengeluarkan kebijakan yang pro masyarakat miskin, jikapun ada lebih berorientasi

pada proyek, bukan pada pembangunan kesejahteraan. Sehingga tidak ada masyarakat miskin

yang „naik kelas‟, artinya jika pada awalanya buruh, nelayan, pemulung maka selamanya

menjadi buruh nelayan dan pemulung, karena tidak ada upaya dalam menaikan derajat dan

kemampuan mereka baik itu dalam kesempatan pendidikan atau pelatihan.

a. Beberapa faktor yang dianggap sebagai penyebab kemiskinan majemuk meliputi tiga aspek

yaitu :

1. .Kelembagaan, rakyat miskin tidak punya akses ke pembuat keputusan dan kebijakan,

sedangkan kelembagaan yang ada tidak pernah menjaring atau menyalurkan aspirasi

yang muncul dari bawah, dan setiap kebutuhan rakyat miskin sudah didefinisikan dari

atas oleh kelembagaan yang ada, sehingga kemiskinan tidak dapat terselesaikan.

2. Regulasi, kebijakan pemerintah yang mengutamakan kepentingan ekonomi.Kebijakan

ekonomi dalam investasi modal pada sektor-sektor industri yang tidak berbasis pada

potensi rakyat menutup kesempatan masyarakat untuk mengembangkan potensinya dan

menjadi akar proses pemiskinan.

3. Good governance, tidak adanya transparansi dan keterbukaan pada pembuatan dan

pelaksanaan kebijakan yang mengakibatkan kebijakan hanya bisa diakses oleh

orang-orang tertentu. Segala bentuk regulasi diputuskan oleh lembaga-lembaga pembuat

kebijakan tanpa mengikutkan para pelaku yang terlibat dan tidak memahami aspirasi

(43)

b. Aspek politik yang mengakibatkan kemiskinan yaitu:

1. Tidak ada budaya demokrasi yang mengakar.

2. Keputusan-keputusan politik yang sangat dipengaruhi keputusan dan kepentingan

politik dari luar negeri.

3. Tidak ada kontrol langsung dari rakyat terhadap birokrasi.

4. Tidak berdayanya mekanisme dan sistem perwakilan politik menghadapi kepentingan

modal.

c. Aspek ekonomi yang mengakibatkan munculnya kemiskinan yaitu:

1. Kebijakan globalisasi atau liberalisasi sistem ekonomi.

2. Rendahnya akses terhadap faktor produksi pembangunan yang

berorientasipertumbuhan.

3. Spekulasi mata uang.

d. Aspek sosial budaya yang mengakibatkan kemiskinan yaitu:

1. Hancurnya identitas sosio kultural yang hidup di masyarakat.

2. Hancurnya kemampuan komunikasi antar berbagai kelompok dan gerakan social.

3. Marginalisasi mayoritas rakyat.

4. Lemahnya kelembagaan yang ada.

5. Kuatnya budaya bisu di semua lapisan masyarakat.

2. Kemiskinan Kultural

Sedangkan kebudayaan kemiskinan, merupakan kemiskinan yang muncul sebagai akibat

adanya nilai-nilai atau kebudayaan yang dianut oleh orang-orang miskin, seperti malas, mudah

menyerah pada nasib, kurang memiliki etos kerja, atau mungkin adanya budaya hedonisme, dan

(44)

dirinya dalam lembaga-lembaga utama, sikap apatis, curiga, terdiskriminasi oleh masyarakat

luas. Dalam komunitas lokal ditemui ada rumah yang bobrok, penuh sesak dan bergerombol.

Ditingkat keluarga, masa kanak-kanak cenderung singkat, cepat dewasa, cepat menikah. Pada

individu mereka ada perasaan tidak berharga, tidak berdaya dan rendah diri akut. Pandangan lain

tentang budaya kemiskinan adalah, bahwa kebudayaan kemiskinan merupakan efek domino dari

belenggu kemiskinan struktural yang menghinggap masyarakat terlalu lama, sehingga membuat

masyarakat apatis, pasrah, berpandangan jika sesuatu yang terjadi adalah takdir, dalam konteks

keagamaan disebut dengan pahamJabariah, terlebih paham ini disebarkan dan di doktrinasikan

dalam mimbar agama. Contoh kemiskinan ini ada pada masyarakat pedesaan, komunitas

kepercayaan atau agama, dan kalangan marginal lainnya.

3. Kemiskinan Rasional

Merupakan suatu kemiskinan yang disebabkan oleh keterbatasan kualitas maupun kuantitas

SDA dan SDM, tidak adanya/ hilangnya sumber daya alam yang menguntungkan dan kurangnya

keahlian dan kualitas sumber daya manusianya mau tidak mau menjadi penyebab terjadinya

kemiskinan rasional. Selain itu pula bisa diakibatkan oleh musibah, bencana alam dan

bencana-bencana lainnya, seperti tahun 2004 ketika terjadi tsunami di Aceh, suka tidak suka masyarakat

yang terkena tsunami harus kehilangan harta benda mereka dan hidup dengan kekurangan, atau

mungkin sama halnya dengan korban amuk massa dan sebagainya. Juga dalam konsep roda

kehidupan, dimana ada saatnya seorang pemilik perusahaan yang jatuh miskin dikarenakan

perusahaanya merugi, berubahnya seseorang yang kaya menjadi miskin karena sebab dan akibat

(45)

2.2.1 Indikator Kemiskinan 2.2.1.1 Menurut BPS

Pengertian kemiskinan antara satu Negara dengan Negara lain tentu berbeda. Di

Indonesia, pemerintah melalui Badan Pusat Statistik (BPS) membuat kriteria kemiskinan, agar

dapat menyusun secara lengkap pengertian kemiskinan sehinggadapat diketahui dengan pasti

jumlahnya dan cara tepat menanggulanginya. Kriteria BPS tersebut adalah:

1. Tidak miskin, mereka yang pengeluaran per orang per bulan lebih dari Rp 350.610.

2. Hampir Tidak Miskin, dengan pengeluaran per bulan per kepala antara Rp 280.488.s/d. –

Rp 350.610.- atau sekitar antara Rp 9.350 s/d. Rp11.687.- per orang per hari. Jumlah

masyarakat yang dikategorikan “hampir tidak miskin” mencapai 27,12 juta jiwa.

3. Hampir Miskin, dengan pengeluaran per bulan per kepala antara Rp 233.740.- s/d Rp

280.488.- atau sekitar antara Rp 7.780.- s/d Rp 9.350.- per orang per hari. Jumlah

masyarakat yang dikategorikan “hampir miskin” mencapai 30,02 juta.

4. Miskin, dengan pengeluaran per orang perbulan per kepala Rp 233.740.-kebawah atau

sekitar Rp 7.780.- kebawah per orang per hari.Jumlah masyarakat yang dikategorikan

“miskin” mencapai 31 juta.

5. Sangat Miskin (kronis), tidak ada kriteria berapa pengeluaran per orang per hari.

Tidak diketahui dengan pasti berapa jumlah pastinya. Namun, diperkirakan masyarakat

yang dikategorikan “sangat miskin” mencapai sekitar 15 juta.

Telah banyak program dari pemerintah untuk penanggulangan kemiskinan. Salah satunya

yaitu Program Bantuan Langsung Tunai (BLT). Dalam penetapan keluarga miskin yang berhak

menerima bantuan ini, pemerintah menggunakan acuan dari BPS tentang 14 Kriteria

(46)

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.

2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.

3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas

rendah/tembok tanpa diplester.

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain.

5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan.

7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.

8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.

9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.

11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.

12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan

0, 5 ha. Buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau

pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp 600.000 per bulan.

13. Pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat

SD/hanya SD.

14. 500.000, seperti: sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor,

atau barang modal lainnya.

2.2.1.2 Menurut Bapenas

Indikator kemiskinan menurut Bappenas (2006) adalah:

1. Terbatasnya kecukupan dan mutu pangan

(47)

3. Terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan

4. Terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha

5. Lemahnya perlindungan terhadap aset usaha dan perbedaan upah

6. Terbatasnya akses layanan perumahan dan sanitasi

7. Terbatasnya akses terhadap air bersih

8. Lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah

9. Memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumberdaya alam, serta

terbatasnya akses masyarakat terhadap sumber daya alam

10. Lemahnya jaminan rasa aman

11. Lemahnya partisipasi

12. Besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga;

13. Tata kelola pemerintahan yang buruk yang menyebabkan inefisiensi dan inefektivitas

dalam pelayanan publik, meluasnya korupsi, dan rendahnya jaminan sosial terhadap

masyarakat.

2.2.1.3 Menurut Keluarga Sejahtera ( KS )

Indikator Keluarga Sejahtera pada dasarnya berangkat dari pokok pikiran yang

terkandung didalam undang-undang no. 10 Tahun 1992 disertai asumsi bahwa kesejahteraan

merupakan variabel komposit yang terdiri dari berbagai indikator yang spesifik dan operasional.

Berikut indikator menurut Keluarga Sejahtera ( KS ) :

a. Keluarga Pra Sejahtera

Adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih dari 5 kebutuhan

dasarnya (basic needs) Sebagai keluarga Sejahtera I, seperti kebutuhan akan pengajaran

(48)

b. Keluarga Sejahtera Tahap I

Adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara

minimal yaitu:

1. Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota keluarga.

2. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 (dua) kali sehari atau lebih.

3. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/sekolah

dan bepergian.

4. Bagian yang terluas dari lantai rumah bukan dari tanah.

5. Bila anak sakit atau pasangan usia subur ingin ber-KB dibawa ke sarana / petugas

kesehatan.

c. Keluarga Sejahtera tahap II

Yaitu keluarga-keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kriteria keluarga sejahtera

I, harus pula memenuhi syarat sosial psikologis 6 sampai 14 yaitu :

1. Anggota Keluarga melaksanakan ibadah secara teratur.

2. Paling kurang, sekali seminggu keluarga menyediakan daging/ikan/telur sebagai lauk

pauk.

3. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru per tahun.

4. Luas lantai rumah paling kurang delapan meter persegi tiap penghuni rumah.

5. Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan sehat.

6. Paling kurang 1 (satu) orang anggota keluarga yang berumur 15 tahun keatas

mempunyai penghasilan tetap.

7. Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa membaca tulisan latin.

(49)

9. Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih pasangan usia subur memakai

kontrasepsi (kecuali sedang hamil)

d. Keluarga Sejahtera Tahap III

Yaitu keluarga yang memenuhi syarat 1 sampai 14 dan dapat pula memenuhi syarat

15 sampai 21, syarat pengembangan keluarga yaitu :

1. Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.

2. Sebagian dari penghasilan keluarga dapat disisihkan untuk tabungan keluarga untuk

tabungan keluarga.

3. Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan itu dimanfaatkan

untuk berkomunikasi antar anggota keluarga.

4. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya.

5. Mengadakan rekreasi bersama diluar rumah paling kurang 1 kali/6 bulan.

6. Dapat memperoleh berita dari surat kabar/TV/majalah.

7. Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi yang sesuai dengan kondisi

daerah setempat.

e. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus

Keluarga yang dapat memenuhi kriteria 1 sampai 21 dan dapat pula memenuhi

kriteria 22 dan 23 kriteria pengembangan keluarganya yaitu :

1. Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan sumbangan bagi

kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materiil.

2. Kepala Keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus

perkumpulan/yayasan/institusi masyarakat.

(50)

Adalah keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan KS - I karena alasan ekonomi

tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi :

1. Paling kurang sekali seminggu keluarga makan daging/ikan/telor.

2. Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel

pakaian baru.

3. Luas lantai rumah paling kurang 8 meter persegi untuk tiap penghuni.

g. Keluarga Miskin Sekali

Adalah keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan KS - I karena alasan ekonomi

tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi :

1. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 kali sehari atau lebih.

2. Anggota keluarga tidak memiliki pakaian berbeda untuk dirumah, bekerja/sekolah

dan bepergian.

3. Bagian lantai yang terluas bukan dari tanah.

2.3 Penyebab Kemiskinan

Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:

1. penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku,

pilihan, atau kemampuan dari si miskin. Contoh dari perilaku dan pilihan adalah penggunaan

keuangan tidak mengukur pemasukan.

2. penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga.

Penyebab keluarga juga dapat berupa jumlah anggota keluarga yang tidak sebanding dengan

(51)

3. penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan

sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar. Individu atau keluarga yang

mudah tergoda dengan keadaan tetangga adalah contohnya.

4. penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk

perang, pemerintah, dan ekonomi. Contoh dari aksi orang lain lainnya adalah gaji atau honor

yang dikendalikan oleh orang atau pihak lain. Contoh lainnya adalah perbudakan.

5. penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari

struktur sosial.

Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari

kemalasan, namun diAmerika Serikat (negara terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki

jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagaipekerja miskin; yaitu, orang yang tidak sejahtera atau

rencana bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan.

2.4. Kebutuhan Manusia

Kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakkan mahluk hidup dalam

aktivitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan) bagi setiap individu untuk berusaha. Pada

dasarnya,manusia bekerja mempunyai tujuan tertentu,yaitu memenuhi kebutuhan. Kebutuhan

tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari. Selama hidup manusia membutuhkan

bermacam-macam kebutuhan. Seperti: makanan, pakaian, perumahan, pendidikan, dan kesehatan.

Kebutuhan dipengaruhi oleh kebudayaan, lingkungan, waktu, dan agama. Semakin tinggi tingkat

kebudayaan suatu masyarakat, semakin tinggi / banyak pula macam kebutuhan yang harus

dipenuhi.

Model akademis kebutuhan yang paling terkenal adalah model yang dikembangkan oleh

(52)

bahwa manusia memiliki berbagai tingkat kebutuhan, mulai dari keamanan sampai aktualisasi

diri. Model ini kemudian dikembangkan lagi oleh Clayton Alderfer.

Studi akademis tentang kebutuhan mencapai puncaknya pada tahun 1950-an. Saat ini, studi

tentang kebutuhan kurang banyak diminati. Meskipun begitu, ada beberapa studi terkenal yang

berhubungan dengan kebutuhan, misalnya studi yang dilakukan oleh Richard Sennett yang

meniliti tentang pentingnya rasa hormat. Studi lain yang dipelajari adalah tentang konsep

kebutuhan intelektual yang teliti dalam kependidikan.

Model Compassionate Communication, dikenal juga dengan nama Nonviolent

Communication (NVC) buatan Marshall Rosenberg menyebutkan tentang adanya perbedaan

antara kebutuhan universal manusia (apa yang menopang dan mendorong kehidupan manusia)

dengan strategi tertentu untuk memuaskan kebutuhan itu. Bertentangan dengan Maslow, model

Rosenberg tidak membagi kebutuhan ke dalam hierarki-hierarki tertentu. Dalam model tersebut,

perasaan dijadikan indikator apakah kebutuhan itu telah terpuaskan atau belum. Salah satu tujuan

dari model Rosenberg ini adalah mendorong manusia untuk mengembangkan kesadaran bahwa

kebutuhan makhluk hidup akan terus bertambah sepanjang hidupnya sehingga manusia harus

berusaha mencari strategi yang lebih efektif untuk menutupi kebutuhannya itu.

A. Kebutuhan menurut tingkatan atau intensitasnya :

1. Kebutuhan primer

Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang harus/wajib terpenuhi, artinya apabila

kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka manusia akan mengalami kesulitan dalam hidupnya.

Contoh: sandang (pakaian), pangan (konsumsi), papan (tempat tinggal),pendidikan dan

pekerjaan (sifatnya opsional)

Gambar

Tabel 4.1.2
Tabel 4.1.3
Tabel 4.1.5 Jumlah Penduduk  Bedasarkan Usia 2014

Referensi

Dokumen terkait

Alasan penggunaan metode ini karena dapat memberikan hasil yang akurat yang didapatkan dari perhitungan berdasarkan bobot gejala yang dipilih pengguna, mampu

[r]

Sama-Bajau, Bajo, Indonesian Bajo, baun Same, phonology, pre-nasalization, gemination, vowel length, epenthesis, aphaeresis, demarcative glottal stop,

(2) Supervisi, pengawasan, evaluasi, serta pemberian bantuan, fasilitasi, saran, arahan, dan/atau bimbingan oleh pemerintah kabupaten atau kota kepada satuan atau program

SEKRETARIAT DAERAH

[r]

Eksplorasi Fungi Perombak di Bawah Tegakan Macaranga indica dan Hibiscus macrophyllus pada Areal Restorasi Resort Sei Betung Taman Nasional Gunung

□ Mengingkari penyakit yang diderita □ Menyalahkan hal-hal diluar dirinya.. Jelaskan