• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Third New International (seperti dikutip Al Ichsan, 2013: 4), origami merupakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Third New International (seperti dikutip Al Ichsan, 2013: 4), origami merupakan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Seni melipat kertas, atau yang sering disebut origami, merupakan salah satu seni yang populer di kalangan masyarakat Jepang. Menurut kamus webster‟s Third New International (seperti dikutip Al Ichsan, 2013: 4), origami merupakan seni melipat kertas atau sesuatu (menampilkan bentuk dari burung, serangga, dan bunga) yang dihasilkan dari seni melipat kertas. Jika dilihat dari kata origami itu sendiri, origami (折り紙) berasal dari dua kata, yakni ori (折り) yang berarti melipat, dan kami ( 紙 ) yang berarti kertas, sehingga dapat diartikan dengan „melipat kertas‟.

Hal ini bermula dari zaman Edo (1603-1867), ketika produksi massal dengan harga murah menyebabkan kertas sangat mudah didapatkan, sehingga origami kemudian berkembang pesat dan menjadi populer tidak hanya di kalangan elit. Masyarakat menikmati origami tersebut sebagai suatu elemen dekorasi atau mainan dan mulai terciptalah bentuk-bentuk seperti binatang, benda, dan sebagainya. Pada zaman Meiji (1868-1912), origami digunakan sebagai bahan ajar pada TK dan SD di Jepang. Origami itu sendiri menggunakan kertas yang disebut washi.

Bentuk origami bangau mulai terkenal pada zaman Genroku (1688-1704), dan menjadi populer semenjak saat itu. Hingga pada zaman Perang Dunia kedua, seorang gadis Jepang bernama Sadako Sasaki terkena penyakit Leukimia sebagai

(2)

akibat dari radiasi bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945, berencana membuat seribu origami burung bangau karena ada kepercayaan jika berhasil membuat 1000 bangau kertas, keinginannya akan terkabul. Namun pekerjaannya terhenti pada angka 644, kemudian penyakit leukemia merenggut nyawa Sadako. Kemudian teman-temannya melanjutkannya hingga mencapai seribu buah, dan menguburkannya bersama Sadako. Semenjak saat itu, legenda seribu bangau kertas menjadi sangat terkenal.

Kisah seribu bangau kertas ini sering dikaitkan dengan istilah mitos. Dalam buku berjudul “Ideologi Budaya”, Irmayanti menuliskan bahwa Mitos berasal dari bahasa Yunani muthos yang jika secara harafiah dapat diartikan sebagai cerita atau sesuatu yang dikatakan orang. Dikatakan juga bahwa di dalam mitos itulah sebuah cerita dapat menyingkapkan sebuah pandangan hidup, kehidupan religi, dunia sakral dan dunia profan (tidak sakral) dari masyarakatnya. Mitos kemudian menjadi model tentang apa yang terjadi di masa lalu dan arketipe-arketipe (model atau pola mula-mula) untuk dijadikan referensi tindakan serta sikap manusia sekarang, manusia masa kini, ungkap Eliade (1992) dalam Irmayanti (2004: 29).

Mitos itu sendiri mengacu kepada cerita tradisional, yang dalam hal ini mengarah pada kisah Sadako Sasaki dalam 'mempopulerkan' budaya ini. Budaya yang populer ini bisa dikatakan bersifat transendental, yaitu sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal rohani, yang dalam hal ini dikaitkan dengan „kepercayaan‟ dalam membuat origami ini. Masa itu merupakan puncak kepercayaan ini tersebar dan kian terkenal di masyarakat Jepang, namun seiring

(3)

dengan berjalannya waktu, kepercayaan melipat seribu bangau kertas ini semakin hilang nilai kepercayaannya, hingga saat ini lebih populer hanya untuk sekedar hiasan dan kesenangan bermain origami saja. Dengan kata lain, kebudayaan ini mengalami pergeseran pandangan dari yang semula memiliki nilai kepercayaan yang sangat tinggi, menjadi sesuatu yang tidak terlalu dipercaya.

Penelitian ini akan membahas lebih dalam mengenai kebudayaan tersebut dan penyebab kebudayaan ini berubah di masyarakat. Sebelumnya belum ada skripsi yang membahas mengenai topik ini sehingga topik ini perlu dan cukup menarik untuk diteliti dan bisa digunakan untuk menambah wawasan pembaca.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dijelaskan pada poin sebelumnya, maka dapat dibentuk dua rumusan masalah utama yang menjadi landasan penelitian ini dilakukan, yaitu:

1. Apa faktor-faktor penyebab pergeseran pandangan masyarakat Jepang terhadap seni melipat origami seribu bangau?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan di rumusan masalah, diantaranya:

1. Menjelaskan faktor-faktor penyebab perubahan pergeseran pandangan masyarakat Jepang terhadap seni melipat origami seribu bangau.

(4)

1.4 Tinjauan Pustaka

Beberapa buku akan menjadi bahan untuk membahas topik ini. Misalnya buku berjudul “Origami dan Kirigami” karangan Praman Sukmajanti dan buku “The Japanese Crane” karya Dorothy Britton. Selain itu, terdapat juga artikel-artikel resmi di internet yang mendukung informasi pembahasan topik seribu bangau kertas ini.

Beberapa skripsi juga menjadi tinjauan pustaka untuk penelitian ini, diantaranya adalah skripsi Jurusan Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara oleh Okky Khaireni berjudul “Kebudayaan Origami Dalam Kehidupan Masyarakat Jepang” tahun 2010 dan skripsi Jurusan Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara oleh Rina Wijaya berjudul “Pandangan Orang Jepang Terhadap Burung Bangau” tahun 2010.

Selain buku berbahasa Indonesia, penulis juga akan menggunakan buku berbahasa Jepang yang berjudul “貞子の千羽鶴 (戦争のノンフィクション)” atau dalam bahasa Indonesia bisa diartikan “Seribu Bangau Sadako (Non-fiksi Perang)” mengenai kisah nyata Sadako Sasaki, karya 佐 々 木 雅 弘 (Sasaki Masahiro). Buku “One Thousand Paper Cranes: The Story of Sadako and the Children‟s Peace Statue” karya Takayuki Ishii yang menceritakan hasil wawancara dengan keluarga Sasaki secara langsung, juga menjadi pedoman literatur sumber sejarah bagi penelitian ini.

Beberapa buku mengenai kebudayaan seperti buku “Komunikasi Antar Budaya” yang berisi kumpulan jurnal kebudayaan, dan “Ideologi Budaya” karya Irmayanti Meliono, dan “Ilmu Sosial dan Budaya Dasar” karya Drs. P. Hariyono

(5)

M.T. juga menjadi referensi teori budaya yang dapat digunakan untuk mengkaji permasalahan yang akan dibahas.

1.5 Landasan Teori

Penelitian ini akan menggunakan konsep pemikiran transendental dan banal sebagai acuan arah pergeseran pandangan melipat seribu origami bangau. Keberadaan konsep pemikiran transendental yang akan menjadi acuan budaya transendental, didasari oleh fakta dari kisah Sadako Sasaki di mana budaya melipat origami seribu bangau disebutkan dengan jelas. Keberadaan konsep ini juga diperkuat dengan adanya teori kebutuhan bertingkat yang dikemukakan oleh Abraham maslow, yakni setiap manusia mempunyai kebutuhan (needs) yang munculnya sangat tergantung pada kepentingan individu. Maslow menyebutkan

bahwa terdapat delapan tingkat kebutuhan manusia1. Salah satunya adalah

kebutuhan akan transcendence, yakni kebutuhan untuk mengetahui dan menyelami dunia di luar dirinya, seperti kebutuhan akan dunia spiritual dam

religiositas2. Konsep pemikiran banal, yang akan menjadi landasan budaya banal,

mengacu kepada kondisi kebudayaan yang terlihat pada saat ini. Dari konsep pemikiran ini kemudian akan dikaitkan dengan fakta-fakta yang didapatkan mengenai budaya origami seribu bangau.

1

Hariyono, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, 2009, halaman 174

2

(6)

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif tersebut terdiri dari studi pustaka dengan mengumpulkan bahan-bahan literatur resmi yang dapat digunakan sebagai sumber tertulis yang mendukung penulisan skripsi dengan topik seribu bangau kertas, baik dalam bahasa Indonesia, Inggris, maupun Jepang, baik dari buku, artikel, dan media di internet dengan penelitian dari website-website resmi (di luar blog) melalui akses internet.

Data yang dicari untuk penelitian ini berupa fakta-fakta sejarah mengenai origami, bangau, dan Sadako Sasaki beserta mitos origami burung bangau. Fakta-fakta sejarah mengenai objek penelitian ini didapatkan melalui pemesanan buku secara online dari internet, karena buku yang berisi fakta sejarah yang valid sulit didapatkan di perpustakaan dan toko buku lokal. Selain sulit didapatkan, jangka pengiriman buku juga cukup lama, sehingga cukup menjadi penghambat berjalannya penelitian ini. Selain fakta sejarah, data yang dicari adalah teori-teori mengenai perubahan budaya yang didapatkan dari jurnal-jurnal kebudayaan yang juga membahas mengenai perubahan budaya, namun ranah penelitian yang dibahas di jurnal-jurnal tersebut berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan, tetapi masih dapat dikaitkan dengan penelitian ini. Data berikutnya yang akan didapatkan yaitu berupa hasil wawancara kepada narasumber mengenai fakta kebudayaan yang sedang terjadi di masyarakat, yang nantinya akan dijelaskan pada bab tersendiri.

(7)

Setelah mendapatkan data, data tersebut dipilah-pilah lagi dan disusun mengarah pada penelitian yang akan dibahas. Seperti yang telah disebutkan, dua konsep pemikiran yang telah didapatkan terkait dengan inti permasalahan yang akan dibahas, akan digunakan sebagai alat untuk mengkaji pergeseran pandangan dalam kehidupan nyata sehari-hari, tentunya terkait dengan kepercayaan seni melipat origami seribu bangau ini.

Setelah semua data didapatkan, kemudian data-data tersebut disusun dengan mengaitkan pergeseran pandangan di kehidupan nyata dengan konsep pemikiran transendental dan banal, dan menjelaskan penyebab faktor-faktor penyebab pergeseran pandangan tersebut.

1.7 Sistematika Penulisan

Hasil penelitian akan disajikan dalam empat bab, dengan rincian sebagai berikut. Bab 1 berisi pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, tinjauan pustaka, metode penulisan maupun pengumpulan data, dan sistematika penulisan. Bab 2 akan dijelaskan mengenai asal mula budaya origami ini populer di masyarakat disertai dengan kisah nyata mengenai kehidupan Sadako Sasaki. Bab 3 akan membahas mengenai budaya transendental dan budaya banal beserta penjelasan mengenai origami bangau pada masa dahulu (yang dikaitkan dengan kisah Sadako Sasaki) dan masa kini (berdasarkan hasil wawancara terhadap narasumber). Kemudian penutup yang menyajikan kesimpulan terhadap penelitian ini akan dijelaskan pada Bab 4.

Referensi

Dokumen terkait

informasi rekomendasi penjurusan siswa baru yang akan dibuat di SMK Negeri 1 Bondowoso, yang telah dianalisis ke dalam bentuk yang mudah dimengerti oleh calon. Use

Pada diatas, dapat dilihat bahwa hasil fermentasi cincalok udang rebon yang dibuat dengan metode Backslopping berpengaruh nyata terhadap nilai kadar air, abu,

Nilai impor Sulawesi Tenggara pada bulan Mei 2015 tercatat US$ 36,66 juta atau mengalami peningkatan sebesar 52,24 persen dibanding impor April 2015 yang tercatat US$ 24,08

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pinjaman dana bergulir dari Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Semarang dapat membantu meningkatkan produk, omzet penjualan,

Melihat hal tersebut di atas, maka diperlukan perbaikan-perbaikan proses pembelajaran secara terus menerus, sehingga siswa lebih termotivasi, lebih aktif dan juga

Simpangan baku(S) adalah nilai yang menunjukan tingkat variasi kelompok data atau ukuran standar penyimpangan dari nilai rata-ratanya... X = nilai rata-rata data n = jumlah data

Sedangkan perbedaan penelitiaan yang dilakukan Paina dengan penelitian ini adalah pada objek kajian yang mana pada penelitian Paina meneliti tindak tutur komisif khusus

Pada penelitian ini terlihat bahwa PUFA n-3 pada ikan tuna loin segar dan tuna loin pemberian FS selama penyimpanan 4 minggu didominasi oleh DHA dan EPA yang berada pada