• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Buku Saku (buku Sahabat Setiaku) Untuk Membiasakan Baca Tulis Di Sdn Inti Pengambangan 3 Kota Banjarmasin (piloting Gerakan Literasi Sekolah Gugus Banua Anyar)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Program Buku Saku (buku Sahabat Setiaku) Untuk Membiasakan Baca Tulis Di Sdn Inti Pengambangan 3 Kota Banjarmasin (piloting Gerakan Literasi Sekolah Gugus Banua Anyar)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM BUKU SAKU (BUKU SAHABAT SETIAKU) UNTUK MEMBIASAKAN BACA TULIS

DI SDN INTI PENGAMBANGAN 3 KOTA BANJARMASIN

(PILOTING GERAKAN LITERASI SEKOLAH GUGUS BANUA ANYAR)

PENGANTAR

United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization

(UNESCO) menetapkan tanggal 8 September sebagai Hari Literasi Internasional. Hal ini bertujuan untuk mengingatkan warga dunia tentang pentingnya budaya literasi (baca tulis) dalam kehidupan. Budaya literasi erat kaitannya dengan kemajuan sebuah bangsa. Bangsa yang beradab pada umumnya adalah bangsa yang memiliki budaya dan tradisi literasi yang kental.

Dalam sebuah laporan penelitian yang dilansir koran The Jakarta Post pada tanggal 12 Maret 2016 (http://unjkita.com/) menempatkan Indonesia pada posisi 60 dari 61 negara dalam hal budaya literasi. Indonesia hanya setingkat lebih tinggi dari Botswana, sebuah negara miskin di Afrika. Hasil penelitian juga menempatkan lima negara pada

posisi terbaik yaitu Finlandia, Norwegia, Islandia, Denmark, dan Swedia. Hasil penelitian di atas menunjukkan betapa lemahnya budaya

literasi dalam masyarakat Indonesia. Bangsa kita masih mengandalkan apa yang dilihat dan didengar dalam berpikir, bersikap, dan bertindak. Kita belum terbiasa melakukan sesuatu berdasarkan pemahaman dari membaca.

(2)

para siswa membaca buku non pelajaran 15 menit sebelum jam belajar dimulai.

Bagi masyarakat muslim, pentingnya literasi ditekankan dalam wahyu pertama Allah kepada Nabi Muhammad SAW., yakni perintah membaca (Iqra’) (QS. Al-Alaq:1) yang dilanjutkan dengan ‘mendidik melalui literasi’ (‘Allama bil qalam).

MASALAH

Salah satu penyebab rendahnya tradisi literasi di Indonesia adalah masih kurangnya aktivitas terkait literasi di lembaga pendidikan, meskipun demikian kita tidak bisa hanya mengandalkan lembaga pendidikan untuk peningkatan literasi ini. Program sekolah terkait peningkatan literasi masih belum sebanyak seharusnya, baik itu yang terkait dengan pelajaran bahasa, perpustakaan sekolah, maupun ekstrakurikuler.

Dalam konteks pendidikan nasional kita, minat baca tulis masyarakat kita sangat menghawatirkan. Hal ini disebabkan adanya pelbagai persoalan, misalnya hampir semua kota-kota besar di Indonesia tidak memiliki perpustakaan yang memadai, padahal keberadaan perpustakaan yang memadai adalah salah satu ciri kota-kota modern di

negara maju.

Sementara itu perpustakaan yang ada di sekolah memiliki fasilitas

yang kurang memadai sehingga tingkat kunjungan siswa untuk memanfaatkan perpustakaan masih rendah. Hal ini merupakan fakta yang miris karena bisa menjadi indikator rendahnya budaya baca di sekolah. Anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menonton TV dan bermain daripada membaca buku.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, seringkali belum memiliki program pengembangan literasi atau menumbuhkan budaya baca tulis secara sistemik dan holistik. Padahal siswa menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah.

(3)

Sekolah ini merupakan salah satu sekolah binaan Penulis. Adapun yang menjadi kendala dalam membiasakan baca tulis di sekolah ini adalah:

1. Sekolah belum memiliki program yang menumbuhkan kesadaran dan kebiasaan baca tulis secara sistemik dan holistik.

2. Perpustakaan sekolah yang belum memadai, antara lain: a. Kurangnya jumlah koleksi buku

b. Tingkat kunjungan dan peminjaman buku masih rendah. c. Situasi dan kondisi ruangan yang kurang kondusif.

3. Rendahnya partisipasi orang tua (komite sekolah), masyarakat,

dan lembaga terkait untuk mendukung kegiatan baca tulis di sekolah.

Karenanya menjadi sangat penting dilakukan suatu program kegiatan untuk membiasakan baca tulis di sekolah dalam rangka Gerakan Literasi Sekolah untuk meningkatkan mutu sekolah dan mewujudkan

lembaga pendidikan sebagai agen literasi untuk masyarakat. PEMBAHASAN DAN SOLUSI

Solusinya ketika kita melihat persoalan di sekolah yang sedemikian krusial dalam hal kesadaran literasi, dibutuhkan kerjasama banyak pihak untuk mengatasinya. Paling penting adalah adanya tindakan nyata yang bukan sekedar wacana semata. Dibutuhkan intervensi secara sistemik, masif, dan berkelanjutan untuk menumbuhkan budaya literasi di sekolah.

Pendekatan yang dianggap paling efektif adalah penyadaran literasi sejak dini dengan melibatkan dunia pendidikan khususnya tingkat dasar. Hal ini karena tidak dipungkiri hampir seluruh anak berstatus sebagai pelajar dan melalui proses pendidikan, sebuah program yang sistematik bisa masuk dengan efektif.

(4)

tentu akan membuat anak tertarik untuk membaca. Selanjutnya, jika guru dan orang tua teratur menugaskan anak untuk membaca, menulis, dan

dievaluasi maka proses pembiasaan ini akan berhasil.

Atas dasar pemikiran inilah, Penulis mencoba berbagi pengalaman selama melaksanakan kegiatan membiasakan baca tulis di sekolah. Kegiatan ini telah Penulis lakukan sejak tahun 2014, saat Penulis menjadi guru kelas di SDN Inti Kebun Bunga 5 Banjarmasin. Setelah Penulis diberi kepercayaan menjadi Pengawas Sekolah di Gugus Banua Anyar maka pengalaman di sekolah yang lama, Penulis jadikan panduan dengan memasukkan beberapa revisi dan pengembangan untuk dilaksanakan di salah satu sekolah binaan. Diantara 11 sekolah binaan, dipilih 1 sekolah menjadi piloting yaitu SDN Inti Pengambangan 3 Kota Banjarmasin. Alasan memilih sekolah ini adalah karena sudah berkriteria sekolah inti, sebagai tempat sekretariat KKG, dan pusat kegiatan KKG Gugus Banua Anyar Kota Banjarmasin.

Program kegiatan ini diberi nama BUKU SAKU (Buku Sahabat Setiaku). Program BUKU SAKU adalah program yang dilakukan untuk membiasakan baca tulis bagi semua warga sekolah dan lingkungan

sekitar.

Program BUKU SAKU terdiri dari 3 tahap kegiatan yaitu

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Penulis melakukan pendampingan dalam semua tahap program kegiatan. Secara rinci dijelaskan sebagai berikut:

1. Perencanaan

a. Melakukan pertemuan dan koordinasi

(5)

sesuai dengan program Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang menuntut partisipasi lebih besar dari warga

sekolah dalam setiap kebijakan dan proses pengambilan keputusan yang dibuat secara kolektif dan sinergis dengan stakeholder (Duhou, 2002:xix).

Telah disepakati target buku yang dibaca selama pelaksanaan piloting yaitu sebanyak 1.300 buku non pelajaran dan resume buku sebanyak 650 buah selama 1 bulan. Semua warga sekolah bertugas dan bertanggungjawab atas keberhasilan program ini.

b. Melakukan sosialisasi

Penulis melakukan sosialisasi awal kepada kepala sekolah, guru, dan karyawan berupa penjelasan teknis pelaksanaan program dan pembagian tugas beserta uraian tugas yang harus dilakukan sebagai penanggung jawab kegiatan. Sosialisasi ini dilaksanakan di aula KKG Gugus Banua Anyar.

Sosialisasi berikutnya dilakukan kepada siswa

berupa penjelasan cara melaksanakan program BUKU SAKU selama siswa berada di sekolah maupun di luar

sekolah. Sosialisasi ini dilaksanakan di aula KKG Gugus Banua Anyar untuk siswa kelas 4, 5, dan 6. Sedangkan untuk seluruh siswa dilaksanakan sosialisasi pada saat upacara bendera hari senin atau pada saat siswa berkumpul di lapangan sebelum masuk kelas.

(6)

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan program BUKU SAKU ini terbagi dalam 2

kegiatan yaitu kegiatan utama dan kegiatan pendukung. Kegiatan Utama:

Adalah kegiatan ekstrakurikuler yang didesain untuk menumbuhkan karakter yang berupa budi pekerti, apresiasi sastra, dan keteladanan tokoh (Asmani, 2011:64). Kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:

a. Membaca buku non pelajaran 15 menit setiap hari di luar jam belajar di dalam kelas

Gambar 1: Siswa sedang membaca buku non pelajaran di dalam kelas

Program ini merupakan program yang krusial untuk menjamin terciptanya kebiasaan baca tulis pada warga sekolah. Program ini dilaksanakan di dalam kelas dan diawasi oleh guru kelas masing-masing.

[image:6.595.175.509.318.538.2]
(7)

boleh dikembalikan sebelum selesai dibaca dan dibuat resumenya.

Bahkan sekolah telah mewajibkan agar selama berada di sekolah, siswa selalu bersama dengan buku non pelajaran ditangannya (buku sebagai sahabat setia). Jika ada waktu luang maka siswa dapat membaca di lingkungan sekolah.

b. Membaca buku non pelajaran di perpustakaan sekolah dan pojok baca di lingkungan sekolah

Buku non pelajaran juga telah disiapkan di perpustakaan dan pojok baca di lingkungan sekolah (kantin, selasar, dan tempat orang tua menunggu anaknya pulang sekolah). Buku ini hanya boleh dibaca di tempat dan tidak boleh dibawa pulang.

Siswa sudah mulai membaca buku-buku tersebut selain buku yang dipegangnya. Bahkan orang tua siswa yang menunggu anaknya pulang sekolah juga sudah mulai memanfaatkan waktunya untuk membaca.

c. Membaca buku non pelajaran di layanan mobil perpustakaan keliling

Telah dilakukan kerjasama dengan pihak perpustakaan daerah. Perpustakaan daerah telah mendatangkan mobil perpustakaan keliling ke sekolah secara rutin seminggu sekali. Siswa dapat membaca dan meminjam buku. Siswa dapat membaca buku di bawah pohon atau lingkungan sekolah lainnya.

d. Membaca buku non pelajaran secara bersama-sama di lapangan sekolah

(8)

kegiatan ini juga ditampilkan pembacaan puisi, bercerita, menyanyi, dan lainnya oleh guru dan siswa.

e. Membaca buku non pelajaran di luar sekolah

Kegiatan ini bisa dilakukan siswa secara pribadi dengan orang tua, keluarga, dan teman-temannya di rumah, perpustakaan daerah, toko buku, dan tempat lainnya. Setiap buku yang telah selesai dibaca dan dibuat resumenya dapat dimasukkan ke dalam buku jurnal BUKU SAKU.

f. Membuat dan mengisi buku yang memuat jurnal BUKU SAKU, resume buku, dan buku penghubung

Guru kelas membimbing siswa membuat dan mengisi buku yang berisi jurnal BUKU SAKU, resume buku, dan buku penghubung untuk orang tua. Jurnal dapat ditandatangani oleh guru dan orang tua jika siswa sudah menyelesaikan membaca 1 buku.

Siswa kelas 1, 2, dan 3 hanya membaca buku. Sedangkan siswa kelas 4, 5, dan 6 setelah selesai

membaca 1 buku wajib membuat resume tentang isi buku tersebut, kemudian siswa yang ditunjuk secara acak

membacakan di depan kelasnya, dan berdiskusi untuk mengambil nilai-nilai positif dari buku yang telah dibacanya. Kemudian guru memberikan penguatan nilai-nilai positif tersebut kepada siswa. Nilai-nilai positif ini diharapkan dapat membentuk karakter dan budi pekerti yang baik pada siswa.

g. Menyediakan majalah dinding kelas dan sekolah untuk menampung hasil karya siswa

(9)

buku, puisi, cerita pendek, anekdot, poster, lukisan, dan lainnya.

Kegiatan Pendukung:

a. Melakukan kerjasama dengan orang tua siswa (komite sekolah), perpustakaan daerah, dan pihak terkait lainnya

Program ini ditujukan untuk membantu perpustakaan sekolah dalam menambah koleksi buku non pelajaran dan menambah jumlah dan variasi buku bacaan siswa. Program pengembangan mencakup penambahan koleksi buku maupun inovasi lain untuk mendekatkan siswa kepada perpustakaan.

Kepala Sekolah membuat surat edaran permohonan bantuan buku non pelajaran (cerita, majalah anak-anak, dan lainnya yang baru atau bekas tapi layak baca) kepada orang tua siswa (komite sekolah), perpustakaan daerah, dan pihak terkait lainnya. Selama 3 minggu kegiatan berlangsung telah diperoleh bantuan buku non pelajaran sebanyak 135 buah.

Sementara itu guru kelas mencatat dan mendokumentasikan sumbangan buku non pelajaran

tersebut secara tertib dan menyerahkan ke perpustakaan. b. Menggalakkan tabungan sampah di bank sampah sekolah

untuk membeli buku

(10)

c. Memberikan reward

Pemberian reward ini berpengaruh besar terhadap

keberhasilan membiasakan baca tulis di sekolah karena membuat siswa bersemangat untuk membaca dan membuat resume buku yang dibacanya. Hal ini sesuai dengan hierarki kebutuhan Maslow (Usman, 2011:257) bahwa setelah kebutuhan berkelompok terpenuhi, maka muncul kebutuhan baru yang diinginkan manusia, yaitu kebutuhan akan penghargaan atau ingin berprestasi.

Pemberian penghargaan dari sekolah dapat memotivasi siswa untuk membaca buku lebih banyak. Hal ini terbukti dengan banyaknya siswa yang setiap hari menyelesaikan membaca 1 buku cerita beserta resumenya yang meminta tanda tangan guru dan orang tua. Siswa juga bangga menunjukkan kepada orang tuanya bahwa dia telah menyelesaikan membaca sejumlah buku dan membuat resumenya.

Pemberian reward terbagi 2 yaitu reward mingguan dan bulanan. Reward mingguan berupa piagam penghargaan yang diberikan kepada siswa dari tiap kelas

yang membaca dan menulis resume terbanyak dalam 1 minggu. Reward mingguan diserahkan pada saat upacara

bendera setiap hari senin.

(11)

d. Membuat kalimat-kalimat motivasi untuk membaca dan menulis

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul

karena adanya rangsangan dari luar (Djamarah dalam Wahab, 2015:129). Menurut Syah (2003:152), faktor

eksternal yang mempengaruhi siswa untuk membaca

adalah adanya dorongan yang timbul dari lingkungan nonsosial seperti adanya alat-alat belajar.

Salah satu alat belajar yang digunakan adalah adanya kalimat-kalimat motivasi untuk membaca dan menulis di dinding kelas dan sekolah. Berdasarkan pengamatan Penulis, kalimat-kalimat motivasi mampu meningkatkan motivasi untuk membaca dan menulis di kalangan siswa.

e. Menciptakan tepuk BUKU SAKU

Tepuk BUKU SAKU adalah tepuk untuk menumbuhkan semangat baca tulis kepada semua orang yang mendengarnya. Biasanya tepuk BUKU SAKU

dilakukan pada kegiatan upacara bendera, upacara pramuka, membaca di kelas, membaca bersama di

lapangan sekolah, dan kegiatan lainnya.

f. Menciptakan situasi dan kondisi ruangan perpustakaan sekolah yang kondusif

Situasi dan kondisi ruangan perpustakaan harus kondusif dan nyaman untuk membaca. Hal yang dapat dilakukan adalah menjaga kebersihan, merapikan buku, menyusun meja dan kursi, menyediakan bunga/tanaman hias, dan lainnya.

g. Membuat laporan kegiatan perpustakaan sekolah

(12)

Laporan berisi perkembangan jumlah kunjungan dan peminjam buku, sarana dan prasarana, dan kegiatan

lainnya. Laporan ini berguna untuk pengambilan keputusan dan kebijakan pengembangan perpustakaan sekolah di masa akan datang.

3. Evaluasi

Pelaksanaan piloting program BUKU SAKU di SDN Inti Pengambangan 3 Kota Banjarmasin memperoleh hasil yang sangat memuaskan. Hanya dalam waktu 3 minggu dari waktu pelaksanaan selama 1 bulan, siswa telah berhasil membaca 2.012 buku non pelajaran dari target 1.300 buku. Sedangkan resume yang dihasilkan sebanyak 1.332 buah dari target 650 buah. Adapun target pembelian 10 buku non pelajaran dari uang hasil tabungan bank sampah optimis terpenuhi. Saat ini sudah terkumpul banyak sampah yang siap untuk dijual dan motivasi siswa menabung sampah di bank sampah sekolah juga tinggi.

Langkah berikutnya adalah membuat buku panduan sederhana tentang pelaksanaan Program BUKU SAKU yang

dapat digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan program. Buku panduan ini dapat digunakan di sekolah-sekolah pada

Gugus Banua Anyar Kecamatan Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin dan sekolah lainnya.

KESIMPULAN DAN HARAPAN PENULIS Kesimpulan:

1. SDN Inti Pengambangan 3 telah memiliki program untuk menumbuhkan kesadaran dan kebiasaan baca tulis yaitu Program BUKU SAKU (Buku Sahabat Setiaku). Program BUKU SAKU adalah program yang dilakukan untuk membiasakan baca tulis bagi semua warga sekolah dan lingkungan sekitar.

(13)

terciptanya situasi dan kondisi ruangan perpustakaan yang nyaman dan kondusif untuk membaca.

3. Partisipasi orang tua (komite sekolah), masyarakat, dan lembaga terkait untuk mendukung kegiatan baca tulis di sekolah telah meningkat.

Harapan:

1. Program BUKU SAKU dalam Gerakan Literasi Sekolah diharapkan dapat membentuk karakter siswa yang berbudi pekerti luhur.

2. Panduan sederhana Program BUKU SAKU Gugus Banua Anyar dapat dijadikan sebagai salah satu referensi untuk menyelenggarakan kegiatan serupa. Kegiatan yang dilaksanakan dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah masing-masing.

3. Program BUKU SAKU Gugus Banua Anyar ini dapat diperkaya dengan kegiatan lain seperti pameran buku, lomba mengarang, lomba menulis surat, lomba resensi buku, lomba bercerita, lomba mencipta dan membaca puisi, kunjungan ke tempat bersejarah (museum, cagar budaya, rumah adat, dan lainnya), membentuk

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’anul Karim. 2009. Jakarta: Lautan Lestari

Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. Pendidikan Karakter di Sekolah.

Jokjakarta:Diva Press

Duhou, Ibtisam Abu. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Penerbit Logos Wacana Ilmu

http://unjkita.com/apa-kabar-minat-baca-bangsaku/ (diakses tanggal 26 Oktober 2016 pukul 20.15 Wita)

Permendikbud nomor 23 tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada

Usman, Husaini. 2011. Manajemen (Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan). Jakarta: Bumi Aksara

(15)

Gambar

Gambar 1: Siswa sedang membaca buku non pelajaran di dalam kelas

Referensi

Dokumen terkait

Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk penelitian ini terutama: Untuk pembuatan adsorben Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah abu vulkanik hasil erupsi gunung

Penerapan penialain otentik berpotensi mendatangkan berbagai manfaat dan keuntungan, yaitu peserta didik dapat berperan aktif dalam proses penilaian, sehingga

Gartanin merupakan senyawa xanthon dengan kandungan terbanyak kedua setelah α-mangostin yang terdapat dalam manggis, dimana kedua senyawa tersebut paling banyak

Dengan menggunakan teori psikoanalisa Freud tentang struktur jiwa manusia yaitu id, ego, dan super ego yang saling menekan satu dengan yang lainnya dan menuntut

Menurut Winatapura (2005) model diartikan sebagai kerangka prosedural yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Model pembelajaran yang di maksud

Untuk memastikan bahwa pengguna dalam hal ini admin telah login , maka dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan file ceksession.php. File ini dicantumkan

Paling sedikit 3(tiga) kali peneliti mempersentasikan penelitiannya dihadapan riviewer sesuai dengan bidang ilmunya. Adapun proses monitoring di Institut Pertanian Bogor dilakukan

Hal ini dikarenakan bahwa dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi dikatakan bahwa Badan Pemeriksa Keuangan termasuk