• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN BIAYA PRODUKSI DENGAN METODE ABSORPTION COSTING DAN METODE VARIABLE COSTING PADA PT A LAPORAN AKHIR MAGANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENENTUAN BIAYA PRODUKSI DENGAN METODE ABSORPTION COSTING DAN METODE VARIABLE COSTING PADA PT A LAPORAN AKHIR MAGANG"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS INDONESIA

PENENTUAN BIAYA PRODUKSI DENGAN METODE

ABSORPTION COSTING DAN METODE VARIABLE COSTING

PADA PT A

LAPORAN AKHIR MAGANG

Amy Ramadhani 1006810353

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM EKSTENSI AKUNTANSI JAKARTA

(2)

UNIVERSITAS INDONESIA

PENENTUAN BIAYA PRODUKSI DENGAN METODE

ABSORPTION COSTING DAN METODE VARIABLE COSTING

PADA PT A

LAPORAN AKHIR MAGANG

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Amy Ramadhani 1006810353

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM EKSTENSI AKUNTANSI JAKARTA

(3)

ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Laporan Magang ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Amy Ramadhani

NPM : 1006810353

Tanda Tangan :

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Magang ini diajukan oleh:

Nama : Amy Ramadhani

NPM : 1006810353

Program Studi : Ekstensi Akuntansi

Kekhususan : ---

Judul Laporan Magang

--Indonesia : Penentuan Biaya Produksi dengan Metode

Absorption Costing dan Metode Variable Costing

Pada PT A

--Inggris : Determination of Production Cost under

Absorption Costing Method and Variable Costing Method in PT A

Telah berhasil diselesaikan dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi S1 Ekstensi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Ketua : Drs. Enan Hasan Sjadili Ak., MBA

Pembimbing : Selvy Monalisa S.E., Ak., MBA

Anggota Penguji : Edward Tanujaya S.E., M.Sc. Ditetapkan di : Depok

Tanggal : 6 Juli 2012

KPS Ekstensi Akuntansi

SRI NURHAYATI MM, SAS NIP : 196003171986022001

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan Rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan magang ini. Penyusunan laporan magang ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa tanpa dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik di masa perkuliahan sampai pada penyusunan laporan magang ini sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan magang ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Selvy Monalisa S.E., Ak., MBA selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing penulis dalam penyusunan laporan magang ini.

2. Bapak Drs. Enan Hasan Sjadili Ak., MBA dan Bapak Edward Tanujaya S.E., M.Sc. selaku dosen penguji yang telah membantu dalam penyempurnaan laporan magang ini.

3. Dosen-dosen FEUI lainnya yang telah banyak berbagi ilmu dan pengalaman. 4. Pak Johannes Mau selaku manager in charge, dan senior-senior di KAP T

(Kak Amel, Risa, dan Mbak Ambar) yang telah banyak membimbing selama program magang berlangsung dan membantu dalam usaha memperoleh data yang diperlukan selama penulisan.

5. Kepada Mama dan Papa tercinta yang banyak memberikan dukungan, bimbingan, pengorbanan, kasih sayang, dan doa yang sangat berharga kepada penulis selama menuntut ilmu dalam menyelesaikan pendidikan ini.

6. Kak Icha yang sering membagi ilmunya dan memberikan dukungan baik moril maupun materil. Juga kepada adikku Alvin yang telah memberikan motivasi bagi penulis.

7. Sahabat dan teman seperjuangan, Yoyo. Terima kasih karena tidak pernah bosan mendukung, mendampingi, dan menjadi teman diskusi yang baik.

8. Teman-teman yang telah banyak memberi dukungan sejak berkuliah di DIII sampai di sekarang: Anggita, Ay-ay, Tinus, Ayam, Mega, dan Agnes.

(6)

9. Teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan laporan magang ini.

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan saudara-saudara semua. Dan semoga laporan magang ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Jakarta, 6 Juli 2012

(7)

vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Amy Ramadhani

NPM : 1006810353

Program Studi : Ekstensi Departemen : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi

Jenis Karya : Laporan Magang

demi pengenbangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

PENENTUAN BIAYA PRODUKSI DENGAN METODE ABSORPTION COSTING DAN METODE VARIABLE COSTING

PADA PT A

beserta perangkat yang ada (bila diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Jakarta Pada tanggal: 6 Juli 2012

Yang menyatakan

(8)

ABSTRAK

Nama : Amy Ramadhani

Program Studi : Ekstensi Akuntasi

Judul : Penentuan Biaya Produksi dengan Metode Absorption

Costing dan Metode Variable Costing Pada PT A

Terdapat dua metode dalam menentukan biaya produksi pada perusahaan manufaktur yaitu absorption costing dan variable costing. Pada metode

absorption costing, biaya produksi tetap ikut diperhitungkan sebagai komponen

persediaan dan baru dibebankan ketika penjualan terjadi. Pada metode variable

costing, biaya produksi tetap tidak diperhitungkan sebagai komponen persediaan

dan dibebankan pada periode terjadinya. Perhitungan menurut kedua metode tersebut akan mengakibatkan hasil laba operasi yang berbeda. Laporan Magang ini akan membahas mengenai penentuan biaya produksi dengan kedua metode tersebut pada PT A yang merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi pestisida. Hasil laporan menunjukkan bahwa selain penentuan harga produksi dengan metode absorption costing yang sudah diterapkan oleh PT A, penghitungan biaya produksi dengan metode variable costing juga sebaiknya dilakukan. Hal ini berguna untuk membantu manajemen dalam melakukan perencanaan laba jangka pendek, pengendalian biaya produksi tetap yang lebih baik, dan pengambilan keputusan jangka pendek.

Kata kunci:

Biaya produksi, absorption costing, variable costing, biaya yang diperhitungkan sebagai komponen persediaan, biaya periode

(9)

Universitas Indonesia viii

ABSTRACT

Name : Amy Ramadhani

Study Program : Accounting

Title : Determination of Production Cost under Absorption Costing Method and Variable Costing Method in PT A.

There are two methods in determining production cost: absorption costing method and variable costing method. In absorption costing method, all fixed manufacturing costs are included as inventoriable cost and charged when the sale occurs. In variable costing method all fixed manufacturing costs are excluded from inventoriable cost and charged in the incurred period. Both will result in different operating income. This Internship Report will discuss the determination of production cost by the two methods on PT A, a manufacturing company that produces pesticides. This report concludes that beside the determination of production cost with absorption costing method that have been implemented by PT A, determining production costs with variable costing method should also be made. It is useful for management in planning short-term profit, controlling fixed manufacturing costs, and short-term decision-making.

Key words:

Manufacturing cost, absorption costing, variable costing, inventoriable cost, period cost

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Program Magang ... 1

1.2 Tujuan Penulisan ... 1

1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang ... 2

1.4 Latar Belakang Penulisan dan Rumusan Masalah ... 2

1.5 Sistematika Penulisan Laporan Magang ... 3

2. PROFIL PERUSAHAAN ... 5

2.1 Profil KAP T ... 5

2.2 Profil Perusahaan Klien ... 6

2.3 Kegiatan Magang ... 7

2.3.1 Prosedur Audit KAP T atas Akun Persediaan PT A ... 7

3. LANDASAN TEORI ... 9

3.1 Teori Audit ... 9

3.1.1 Definisi Audit ... 9

3.1.2 Tujuan Audit ... 9

3.1.3 Perencanaan dan Pelaksanaan Audit ... 10

3.2 Definisi Akuntansi Biaya ... 11

3.3 Definisi Biaya... 13

3.4 Penggolongan Biaya ... 13

3.5 Siklus Akuntansi Biaya... 15

3.6 Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi ... 17

3.7 Manfaat dan Kelemahan Variable Costing ... 21

4. PEMBAHASAN ... 24

4.1 Audit terhadap Persediaan PT A ... 24

4.2 Pengklasifikasian Biaya pada PT A ... 27

4.2.1 Biaya Produksi ... 27

4.2.2 Biaya Non-produksi ... 30

4.3 Perhitungan Harga Pokok Produksi PT A ... 32

(11)

Universitas Indonesia x

5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

5.1 Kesimpulan ... 38

5.2 Saran ... 38

5.2.1 Untuk PT A ... 38

5.2.2 Untuk Calon Peserta Magang di KAP ... 39

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Terkait dengan Laporan Laba Rugi PT A Tahun 20X2 ... 19 Tabel 3.2 Laporan Laba Rugi dengan Metode Absorption Costing dan Variabel

Costing (dalam ribuan Rupiah) ... 20

Tabel 3.3 Perbedaan Perlakuan Biaya Produksi Tetap dan Variabel pada Metode

Absorption Costing dan Metode Variable Costing ... 21

Tabel 4.1 Pemakaian Bahan Baku Langsung PT A Tahun 2011 dan 2010 ... 27 Tabel 4.2 Rincian Biaya Tenaga Kerja Langsung PT A Tahun 2011 dan 2010 . 28 Tabel 4.3 Rincian Biaya Overhead Pabrik PT A Tahun 2011 dan 2010 ... 29 Tabel 4.4 Rincian Biaya Penjualan PT A Tahun 2011 dan 2010 ... 31 Tabel 4.5 Rincian Biaya Umum dan Administrasi PT A Tahun 2011 dan 2010

(dalam ribuan Rupiah) ... 32 Tabel 4.6 Perbandingan Harga Pokok Produksi PT A Tahun 2011 dan 2010

dengan Metode Absorption Costing dan Metode Variable Costing (dalam ribuan Rupiah) ... 33 Tabel 4.7 Penjualan PT A pada Tahun 2011 dan 2010 (dalam unit) ... 34 Tabel 4.8 Ringkasan Biaya PT A Tahun 2011 dan 2010 (dalam Rupiah) ... 34 Tabel 4.9 Perbandingan Laporan Laba Rugi PT A Tahun 2011 dan 2010 dengan

Metode Absorption Costing dan Metode Variable Costing

(dalam ribuan Rupiah) ... 35 Tabel 4.10 Jumlah Produksi dan Penjualan PT A Tahun 2011 dan 2010 ... 37

(13)

Universitas Indonesia xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Contoh Kombinasi Biaya untuk Produk Pestisida S400 ... 14 Gambar 3.2 Ilustrasi Proses Produksi ... 16

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Program Magang

Program magang merupakan kebijakan yang diberikan oleh Program Ekstensi Akuntansi FEUI sebagai tugas akhir. Program magang ini dimaksudkan untuk membuka kesempatan bagi mahasiswa dalam menerapkan teori dan pengetahuan yang diterima selama masa perkuliahan ke dalam lingkungan kerja nyata yang bisa diukur secara akademik dan bermanfaat bagi pihak pengguna. Program magang dirancang secara terstruktur, dimana mahasiswa peserta dalam kondisi terbimbing dan terkendali sebagai suatu “laboratorium latihan”. Penulis beranggapan hal ini merupakan sarana pembelajaran yang tepat untuk memulai beradaptasi dengan lingkungan kerja sekaligus mempraktikkan berbagai macam teori dan pengetahuan yang diperoleh selama duduk di bangku perkuliahan, mengasah kemampuan dalam menyelesaikan masalah, pembentukan keterampilan, kemampuan berkomunikasi dan bekerja dalam tim, serta bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain.

Melihat besarnya manfaat dari program magang maka penulis memutuskan untuk memilih program magang sebagai mata kuliah penutup dari seluruh mata kuliah yang telah diambil selama berkuliah di program Ekstensi FEUI.

Mahasiswa peserta magang diwajibkan untuk membuat laporan akhir magang yang topiknya ditentukan sendiri oleh penulis dengan syarat topik tersebut berhubungan dengan pengalaman yang selama proses magang berlangsung, disertai dengan landasan teori berdasarkan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan. Dalam penyusunan laporan magang, mahasiswa wajib menaati ketentuan kerahasiaan data dan informasi yang diterapkan oleh perusahaan tempat magang.

1.2 Tujuan Penulisan

Setelah menjalankan program magang selama tiga bulan lamanya, penulis membuat karya akhir berupa laporan magang yang juga merupakan salah satu persyaratan kelulusan. Tujuan dari penulisan Laporan Magang ini adalah:

(15)

2

Universitas Indonesia  Sebagai syarat wajib dalam program magang;

 Memberikan informasi mengenai penerapan inventory costing dalam salah satu perusahaan manufaktur di Indonesia; dan

 Memberikan gambaran mengenai lingkungan dunia kerja nyata kepada mahasiswa.

1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang

Penulis berkesempatan menjalani pogram magang sebagai asisten auditor yang membantu pelaksanaan posedur-prosedur audit dibawah pengawasan dari senior auditor di Kantor Akuntan Publik BDO Tanubrata Sutanto Fahmi dan Rekan (selanjutnya disebut dengan “KAP T”) yang berlokasi di Prudential Tower, 17th Floor, Jl. Jend. Sudirman Kav. 79, Jakarta 12910. Jangka waktu pelaksanaan magang yang dilakukan oleh penulis adalah selama kurang lebih tiga bulan, dimulai pada tanggal 6 Februari 2012 dan berakhir pada tanggal 30 April 2012. Dalam penugasannya, penulis tergabung dalam tim yang diketuai oleh Bpk. Indra Sri Widodo sebagai partner audit, dan berada di bawah pengawasan Bpk. Johannes Mau sebagai manager in charge dan Ibu Amelia Rahmawati sebagai

auditor in charge.

1.4 Latar Belakang Penulisan dan Rumusan Masalah

Harga pokok produksi adalah biaya yang dikorbankan dalam proses produksi yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Pada praktiknya, biaya overhead pabrik sulit untuk ditelusuri dan dialokasikan ke dalam biaya produk sehingga rentan terjadi kesalahan yang berakibat kesalahan dalam penentuan harga jual produk.

Dalam menentukan harga pokok produksi, terdapat dua pendekatan yaitu

absorption costing dan variable costing. Pada metode absorption costing, biaya

produksi tetap ikut diperhitungkan sebagai inventoriable cost dan baru dibebankan ketika penjualan terjadi. Metode variable costing, biaya produksi tetap dikeluarkan dari inventoriable cost dan dibebankan pada periode terjadinya. Perbedaan tersebut akan mengakibatkan hasil laba operasi yang berbeda pula. Dengan pendekatan ini dapat membantu manajemen untuk melakukan

(16)

3

perencanaan laba jangka pendek, pengendalian biaya produksi tetap yang lebih baik, dan pengambilan keputusan jangka pendek.

Dalam laporan ini, penulis membatasi masalah yang diambil yaitu perhitungan biaya produksi pada PT A berdasarkan metode absorption costing dan variable costing serta dampaknya bagi perencanaan dan keputusan yang diambil oleh manajemen.

1.5 Sistematika Penulisan Laporan Magang BAB 1: Pendahuluan

Bab Pendahuluan berisi tentang latar belakang program magang, tujuan diselenggarakannya program magang, tempat dan waktu pelaksanaan magang, latar belakang penulisan dan rumusan masalah, dan sistematika penulisan laporan magang.

BAB 2: Profil Perusahaan

Bab ini memaparkan mengenai gambaran umum KAP T tempat program magang dilaksanakan, PT A sebagai tempat penulis mengadakan audit yang merupakan klien dari KAP T, dan kegiatan penulis yang berhubungan dengan topik laporan magang selama program magang berlangsung.

BAB 3: Landasan Teori

Bab ini membahas mengenai kerangka teori yang menjadi landasan penulis dalam mengembangkan analisis. Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai landasan teori audit dan landasan teori penentuan harga pokok produksi.

BAB 4: Pembahasan dan Analisis

Bab ini menjelaskan tentang ruang lingkup pembatasan masalah yang telah dibahas pada Bab 1. Pada bab ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai audit terhadap persediaan dan analisis penentuan harga pokok produksi pada PT A.

(17)

4

Universitas Indonesia BAB 5: Kesimpulan dan Saran

Bab terakhir dari laporan ini berisi tentang kesimpulan dari seluruh isi laporan magang dan memuat saran yang ditujukan kepada perusahaan klien dan mahasiswa yang akan mengikuti program magang.

(18)

BAB 2

PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Profil KAP T

KAP T didirikan oleh Richard B. Tanubrata pada 6 Desember 1979. Pada tahun 1992, KAP T resmi bergabung dengan BDO International. BDO International sendiri merupakan salah satu jaringan kantor akuntan publik di dunia, melayani klien-klien lokal maupun internasional. Berpusat di Inggris, BDO memiliki lebih dari 1.000 KAP anggota di 135 negara di dunia. Semua KAP anggota BDO International adalah badan hukum yang independen dan tunduk pada peraturan dan hukum negara masing-masing.

Saat ini BDO Indonesia terdiri atas 14 orang rekan dan lebih dari 250 staf. Fokus KAP T adalah membantu klien untuk menjalani dan meningkatkan bisnis ke arah yang lebih baik dengan didukung oleh staf yang profesional. KAP T berpegang teguh pada “3K”, yaitu Komunitas, Komunikasi, dan Komitmen dalam menjalani tugasnya.

Selama tiga puluh tahun berdiri, KAP T beberapa kali berpindah lokasi. KAP T juga membangun dua cabang lainnya yang bertempat di Jakarta dan Bandung. Karena sulitnya koordinasi terhadap cabang-cabang, pada tahun 2009 KAP T seluruhnya dipindahkan ke Prudential Tower Lt. 17, Sudirman, Jakarta Selatan.

Ruang lingkup kegiatan perusahaan meliputi: 1. Assurance

Jasa assurance yang dilakukan KAP T antara lain:  Audit atas laporan keuangan;

 Audit tujuan khusus;

 Laporan pengendalian internal atas pelaporan keuangan;  Jasa assurance lainnya.

2. Non-assurance

Jasa non-assurance yang dilakukan KAP T antara lain:  Konsultasi perpajakan;

(19)

6

Universitas Indonesia  Konsultasi keuangan perusahaan terkait Penawaran saham perdana (initial

public offering atau IPO);

 Konsultasi khusus terkait restrukturisasi dan peninjauan rencana perusahaan;

 Workshop dan pelatihan.

2.2 Profil Perusahaan Klien

Selama pelaksanaan magang di KAP T, penulis mengaudit dua klien yaitu PT A dan PT AB. PT AB merupakan salah satu entitas anak PT A.

PT A berdiri pada April 1969 sebagai perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang usaha distribusi pestisida. Selanjutnya, perusahaan ini melakukan pengembangan usaha dengan mendirikan pabrik pestisida di daerah Cibinong pada April 1994. Pendirian pabrik pestisida inilah yang kemudian menjadi langkah awal PT A untuk tidak lagi bergerak sebagai distributor tetapi sebagai produsen pestisida.

PT A sebagai produsen pestisida, berkonsentrasi pada penyediaan sarana produk pertanian, mencakup mata rantai pertanian mulai dari pengolahan, hasil produksi, pendayagunaan hasil, distribusi, serta penyimpanan hasil pertanian.

Tidak hanya menjual produknya, PT A merasa bertanggung jawab terhadap optimalisasi penggunaan produknya. Oleh karenanya, PT A juga memberikan edukasi tentang produk pestisida antara lain berupa teknis produk dan aplikasinya bagi para petani Indonesia dengan cara mengadakan Sekolah Lapang di berbagai tempat di Indonesia, khususnya pulau Jawa-Sumatera-Bali. Hal ini dirasa sangat penting karena petani merupakan ujung tombak mata rantai produksi pangan. Jika petani memiliki kualifikasi yang baik dalam berproduksi maka sejalan dengan program peningkatan ketahanan pangan guna menunjang revitalisasi pertanian.

PT A memiliki cabang di kota-kota besar dengan saluran distribusi yang hampir meliputi seluruh daerah di Indonesia. Pola kemitraan bisnis PT A yang profesional, dinamis, dan inovatif telah membawa perusahaan ini pada sistem kemitraan dengan pengusaha-pengusaha mancanegara yang berasal dari Amerika, Eropa, dan Asia.

(20)

7

Para peneliti tanaman pangan di Indonesia telah menemukan berbagai varietas padi jenis unggul baru yang menyebabkan perluasan penanaman yang diintegrasi dengan program perlindungan tanaman. Oleh karena itu, PT A ikut andil dengan menghasilkan produk-produk pestisida ramah tanaman. Produk yang dihasilkan terdiri dari berbagai macam pestisida seperti:

 Insecticide: bahan kimia yang digunakan untuk membunuh serangga.

 Herbicide: bahan kimia yang disebarkan di lahan pertanian untuk membasmi tanaman pengganggu yang mengakibatkan penurunan hasil pada tanaman inti.  Fungicide: bahan kimia yang digunakan untuk membunuh atau menghambat

pertumbuhan jamur penyakit pada tanaman.

PT A juga memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan petani serta masyarakat melalui edukasi dan media informasi yang diharapkan dapat memberikan bekal pengetahuan yang berguna di lapangan pekerjaan.

2.3 Kegiatan Magang

Pelaksanaan magang berlangsung selama kurang lebih tiga bulan dari tanggal 6 Februari 2012 sampai dengan 30 April 2012. Penulis ditempatkan pada tim ISW dan bertugas untuk mengaudit PT A serta salah satu entitas anak yaitu PT AB. Audit PT A dan entitas anak berlangsung di Bogor.

2.3.1 Prosedur Audit KAP T atas Akun Persediaan PT A

Pada awal prosedur audit, auditor melaksanakan proses perencanaan, penyusunan desain pendekatan audit, dan pemahaman atas pengendalian internal klien. Tahap berikutnya yang dilakukan adalah menetapkan materiality, dan performance

materiality. Materiality adalah jumlah salah saji maksimum dari keseluruhan audit

yang masih dapat diterima, sedangkan performance materiality adalah jumlah salah saji maksimum dari suatu akun yang masih dapat diterima. Penentuan

materiality dan performance materiality pada PT A adalah sebagai berikut:

Materiality = 1% × Penjualan bersih tahun berjalan = 1% × Rp200.161.120.343

(21)

8

Universitas Indonesia

Performance materiality = 50% × Materiality = 50% × Rp2.001.611.203 = Rp1.000.805.602

Prosedur audit yang dilakukan KAP T terkait akun persediaan adalah: a. Mencocokkan nilai persediaan di laporan keuangan klien dengan laporan

rincian persediaan dari gudang per 31 Desember 2011. Tujuan audit yang ingin dicapai adalah kelengkapan (completeness), penilaian dan alokasi (valuation and allocation), dan penyajian dan pengungkapan (presentation

and disclosure).

b. Memeriksa kelengkapan dokumen terkait dengan transaksi pembelian dan penjualan persediaan. Tujuan audit yang ingin dicapai adalah keterjadian (occurrence), keakuratan (accuracy), dan pemindahbukuan dan pengikhtisaran (posting and summarization).

c. Melakukan pengujian pisah batas transaksi. Tujuan audit yang ingin dicapai adalah pisah batas (cutoff).

d. Melakukan perhitungan fisik (stock taking) terhadap persediaan. Tujuan audit yang ingin dicapai adalah keberadaan (existence), pisah batas (cutoff) dan hak dan kewajiban (rights and obligations).

e. Melakukan Pengujian persediaan untuk item-item produk tertentu. Tujuan audit yang ingin dicapai adalah kecocokan rincian (detail tie-in) dan penilaian dan alokasi (valuation and allocation).

f. Melakukan prosedur analitis atas perhitungan harga pokok penjualan.Tujuan audit yang ingin dicapai adalah keakuratan (accuracy) dan detail tie-in.

g. Melakukan pengujian Net Realizable Value (NRV) untuk memastikan bahwa nilai persediaan yang tercantum di laporan posisi keuangan klien adalah nilai yang terendah antara NRV atau biaya (lower cost or NRV). Tujuan yang ingin dicapai adalah nilai realisasi (realizable value), penilaian dan alokasi (valuation and allocation), dan penyajian dan pengungkapan (presentation

(22)

BAB 3

LANDASAN TEORI

3.1 Teori Audit 3.1.1 Definisi Audit

Elder, Beasley, Arens, dan Jusuf (2009) mendefinisikan audit sebagai proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti mengenai informasi ekonomi untuk menetapkan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi ekonomi tersebut dengan kriteria. Audit dilakukan untuk menentukan apakah informasi pada laporan keuangan sudah menggambarkan keadaan perusahaan secara wajar atau tidak. Audit harus dilakukan oleh seseorang yang kompeten dan independen.

3.1.2 Tujuan Audit

1. Tujuan Audit Terkait Transaksi

Tujuan audit terkait transaksi dimaksudkan untuk menyediakan kerangka kerja yang membantu auditor mengumpulkan bukti-bukti audit yang memadai terkait dengan transaksi. Tujuan audit terkait transaksi terdiri dari:

a. Keterjadian (occurrence): transaksi yang dicatat benar-benar terjadi. b. Kelengkapan (completeness): semua transaksi yang terjadi sudah dicatat. c. Keakuratan (accuracy): transaksi dicatat dalam jumlah yang benar.

d. Pemindahbukuan dan Pengikhtisaran (posting and summarization): transaksi yang dicatat sudah termasuk dalam buku besar dan telah diikhtisarkan dengan benar.

e. Klasifikasi (classification): transaksi telah diklasifikasikan ke dalam akun-akun yang tepat.

f. Pemilihan waktu (timing): transaksi telah dicatat dalam tanggal yang tepat.

2. Tujuan Audit Terkait Saldo

Tujuan audit terkait saldo dimaksudkan untuk menyediakan kerangka kerja yang membantu auditor mengumpulkan bukti-bukti audit yang memadai terkait dengan saldo. Tujuan audit terkait saldo akun terdiri dari:

(23)

10

Universitas Indonesia a. Keberadaan (existence): jumlah yang termasuk dalam saldo benar-benar

terjadi.

b. Kelengkapan (completeness): jumlah yang terjadi sudah termasuk dalam saldo

c. Keakuratan (accuracy): jumlah yang termasuk sudah disajikan dengan akurat.

d. Klasifikasi (classification): jumlah yang termasuk dalam saldo sudah diklasifikasikan dengan tepat.

e. Pisah batas (cutoff): transaksi mendekati tanggal neraca telah dicatat pada periode yang benar.

f. Detail tie-in: perincian saldo sesuai dengan jumlah di buku besar.

g. Nilai realisasi (realizable value): aset dicatat pada estimasi jumlah yang dapat terealisasi.

h. Hak dan kewajiban (rights and obligations): pengakuan suatu saldo akun sebagai hak atau kewajiban.

3.1.3 Perencanaan dan Pelaksanaan Audit

Dalam melakukan audit, auditor melakukan tahapan-tahapan proses audit seperti: 1. Merencanakan dan mendesain pendekatan audit

 Memahami strategi dan bisnis klien.

 Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian internal.  Melakukan prosedur analitis awal.

2. Melaksanakan uji pengendalian (test of control) dan uji substantif atas transaksi (substantive test of transaction)

 Uji pengendalian yaitu prosedur untuk menguji efektivitas pengendalian dan menilai risiko pengendalian.

 Uji substantif atas transaksi yaitu pengujian atas kesalahan saji secara material untuk menentukan apakah keenam tujuan audit untuk setiap transaksi telah tercapai.

3. Melaksanakan prosedur analitis (analytical procedure) dan pengujian terinci atas saldo (test of detail of balance)

(24)

11

 Prosedur analitis adalah penggunaaan perbandingan dan hubungan untuk menilai kewajaran atas saldo akun maupun data lain pada laporan keuangan.

 Uji terinci atas saldo adalah pengujian atas kesalahan saji secara material untuk menentukan apakah kesembilan tujuan audit terkait saldo untuk setiap saldo telah terpenuhi.

4. Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan

 Menelaah kewajiban bersyarat dan komitmen yakni menelaah potensi kewajiban di masa yang akan datang kepada pihak ketiga untuk jumlah yang tidak diketahui sebagai akibat dari aktifitas yang telah terjadi.

 Menelaah peristiwa kemudian (subsequent event), prosedur audit yang dilaksanakan oleh auditor untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi peristiwa kemudian.

3.2 Definisi Akuntansi Biaya

Perusahaan manufaktur yang mengolah bahan baku untuk menghasilkan barang jadi memerlukan prosedur serta pencatatan tentang proses produksi yang mengolah bahan-bahan tersebut.

Menurut Horngren, Datar, dan Rajan (2011) akuntansi biaya merupakan penentuan harga pokok suatu produk dengan melakukan suatu proses pencatatan, penggolongan dan penyajian transaksi biaya secara sistematis serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan biaya. Akuntansi biaya merupakan alat yang penting guna membantu manajemen dalam melakukan pertimbangan, perencanaan, pengawasan, dan sebagai evaluasi terhadap kegiatan perusahaan. Akuntansi biaya juga digunakan oleh seorang pimpinan sebagai alat informasi dalam rangka pengambilan keputusan baik yang bersifat rutin maupun yang bersifat strategis.

Pengumpulan, presentasi, dan analisis dari informasi mengenai biaya dan laba membantu manajemen untuk:

1. Membuat dan melaksanakan rencana dan anggaran untuk operasi dalam kondisi-kondisi kompetitif dan ekonomi yang telah diprediksikan sebelumnya.

(25)

12

Universitas Indonesia Suatu aspek penting dari rencana adalah potensi untuk memotivasi manusia untuk bekerja secara konsisten dengan tujuan perusahaan.

2. Menetapkan metode perhitungan biaya yang memungkinkan pengendalian aktivitas, mengurangi biaya, dan memperbaiki kualitas.

3. Mengendalikan kuantitas fisik dari persediaan, dan menentukan biaya dari setiap produk dan jasa yang dihasilkan, untuk tujuan penetapan harga dan evaluasi kinerja dari suatu produk, departemen, atau divisi.

4. Menentukan biaya dan laba perusahaan untuk satu tahun periode akuntansi atau periode lain yang lebih pendek. Hal ini termasuk menentukan nilai persediaan dan harga pokok penjualan sesuai dengan pelaporan eksternal.

5. Memilih di antara dua atau lebih alternatif jangka pendek atau jangka panjang yang dapat mengubah pendapatan atau biaya.

Menurut Horngren, Datar, dan Rajan (2011), tiga fungsi utama dari akuntansi biaya dan manajemen biaya adalah sebagai berikut:

1. Menghitung biaya produk, baik barang maupun jasa, dan objek biaya lainnya. Pada hakikatnya, akuntansi biaya adalah proses untuk menelusuri biaya langsung dan pengalokasian biaya tidak langsung ke dalam suatu produk. Hal ini berguna bagi manajer untuk membuat strategi mengenai penetapan harga, bauran produk, dan keputusan manajemen.

2. Memperoleh informasi yang berguna untuk perencanaan, pengendalian, dan evaluasi kinerja.

Anggaran adalah alat yang biasa digunakan untuk perencanaan dan pengendalian. Anggaran mendorong manajer untuk membuat strategi dan rencana untuk mencapai apa yang sudah dianggarkan, mengkoordinasikan dan mengkomunikasikan strategi dan rencana tersebut ke seluruh organisasi, dan menjadikan anggaran tersebut sebagai tolok ukur evaluasi kinerja.

3. Menganalisis informasi yang relevan untuk membuat keputusan.

Ketika manajer harus membuat keputusan mengenai perancangan dan implementasi strategi, manajer harus memperhatikan pendapatan dan biaya. Misalnya ketika manajer harus memutuskan apakah lebih efisien memproduksi

(26)

13

barang tertentu atau membeli dari pihak eksternal. Akuntansi biaya membantu manajer untuk mengidentifikasi informasi mana yang relevan dan informasi mana yang tidak relevan.

3.3 Definisi Biaya

Horngren, Datar, dan Rajan (2011) mendefinisikan biaya sebagai pengorbanan suatu sumber daya untuk memperoleh tujuan yang spesifik. Dalam artian luas, biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan suatu sumber daya ekonomi yang dapat diukur dalam satuan moneter dan telah terjadi atau mempunyai potensi akan terjadi di masa depan bertujuan untuk memperoleh sumber daya yang lain.

Biaya merupakan semua pengorbanan ekonomi yang dapat diukur dengan unit moneter baik yang telah terjadi maupun yang akan terjadi, tidak dapat dihindari, dan digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan. Oleh karena itu biaya harus diartikan dalam hubungannya dengan tujuan dan keperluan penggunaannya.

Terdapat perbedaan yang signifikan antara biaya (cost) dengan beban (expense). Biaya adalah harga yang dikorbankan untuk memperoleh barang atau jasa yang diharapkan memiliki manfaat kini dan di masa yang akan datang, sedangkan beban diartikan sebagai biaya yang sudah expired, atau yang manfaatnya sudah tidak dirasakan lagi.

3.4 Penggolongan Biaya

Biaya digolongkan berdasarkan dua hal, yaitu menurut hubungannya dengan objek biaya dan menurut hubungannya dengan volume produksi.

Objek biaya merupakan suatu aktivitas yang biayanya diukur. Misalnya dalam sebuah industri pestisida, objek biaya yang diukur adalah produk pestisida itu sendiri. Biaya menurut hubungannya dengan objek biaya

dibedakan menjadi dua, yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung.

Biaya menurut hubungannya dengan dengan volume produksi dibedakan menjadi dua, yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya diklasifikasikan menjadi biaya variabel atau biaya tetap jika dilihat hubungannya dengan aktivitasnya dalam suatu periode tertentu. Pengidentifikasian biaya sebagai biaya variabel atau

(27)

14

Universitas Indonesia biaya tetap menjadi masukan yang berguna dalam mengevaluasi kinerja perusahaan dan menjadi informasi yang penting untuk manajemen dalam mengambil keputusan.

a. Biaya langsung

Biaya langsung merupakan biaya yang berhubungan langsung terhadap objek biaya dan bisa ditelusuri secara efisien.

b. Biaya tidak langsung

Biaya tidak langsung adalah biaya yang memiliki hubungan terhadap obyek biaya, namun tidak dapat ditelusuri secara langsung dan efisien.

c. Biaya variabel

Biaya variabel merupakan biaya yang berubah secara proporsional sebanding dengan perubahan volume produksi.

d. Biaya tetap

Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya tidak berubah dalam rentang yang relevan.

Gambar 3.1 menunjukkan contoh keempat jenis biaya tersebut untuk produk pestisida S400 yang dihasilkan oleh PT A.

Gambar 3.1 Contoh Kombinasi Biaya untuk Produk Pestisida S400

Sumber: Cost Accounting: A Managerial Emphasis (Horngren, Datar, dan Rajan, 2011) (telah diolah kembali)

Contohnya dalam produk pestisida S400, yang menjadi biaya langsung adalah harga pembelian dimehypo sebagai bahan baku produk tersebut karena

(28)

15

penelusuran biaya tersebut bisa dilakukan secara efisien, berapa liter dimehypo yang dibutuhkan dalam produksi satu drum S400. Selain itu tenaga kerja yang berhubungan langsung dengan produksi S400 dari mulai pengukuran bahan kimia, pencampuran, sampai pengemasan juga dikategorikan sebagai biaya langsung karena bisa ditelusuri dengan mudah pada produk S400 tersebut. Yang menjadi biaya tidak langsung dalam produk S400 adalah gaji manajer produksi. Manajer produksi memang berhubungan dengan kegiatan produksi, namun biaya gajinya sulit ditelusuri dalam pakaian jadi tersebut secara efisien sehingga biaya gajinya diklasifikasikan menjadi biaya tidak langsung.

Materialitas biaya juga menjadi faktor penentu dalam pengklasifikasian biaya. Semakin biaya tersebut tidak material, maka untuk menelusuri besarnya biaya tersebut ke objek biaya menjadi hal yang tidak efisien. Melanjutkan contoh sebelumnya, pemakaian bahan pembantu misalnya pewarna dalam satu drum S400 bisa saja ditelusuri dengan akurat, namun penelusuran tersebut menjadi tidak efisien karena dalam satu drum S400 bahan pewarna yang digunakan hanya beberapa mililiter dan tidak material. Maka biaya bahan pewarna tersebut diklasifikasikan menjadi biaya tidak langsung.

Jika dihubungkan dengan penggolongan biaya menurut hubungannya dengan volume produksi, biaya pembelian dimehypo dan bahan pewarna dikategorikan sebagai biaya variabel karena biaya-biaya tersebut bertambah seiring bertambahnya volume produksi dan sebaliknya. Biaya gaji manajer produksi dan biaya penyusutan dikategorikan sebagai biaya tetap karena biaya tersebut tidak berubah dalam rentang produksi tertentu.

3.5 Siklus Akuntansi Biaya

Siklus kegiatan perusahaan manufaktur dimulai dengan pengolahan bahan baku di bagian produksi dan berakhir dengan penyerahan produk jadi ke bagian gudang. Dalam perusahaan tersebut, siklus akuntansi biaya dimulai dengan pencatatan harga pokok bahan baku yang dimasukkan dalam proses produksi, dilanjutkan dengan pencatatan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang dikonsumsi untuk produksi serta berakhir dengan disajikannya harga pokok produk jadi yang diserahkan oleh bagian produksi ke bagian gudang.

(29)

16

Universitas Indonesia Siklus akuntansi biaya dalam perusahaan manufaktur digunakan untuk mengikuti proses pengolahan, sejak dimasukkannya bahan baku ke dalam proses produksi sampai dihasilkannya produk jadi dari proses produksi tersebut. Gambar 3.2 menunjukkan ilustrasi proses produksi.

Gambar 3.2 Ilustrasi Proses Produksi

Sumber: Accounting (Warren, Reeve, dan Duchac, 2007) (telah diolah kembali)

a. Bahan baku

Merupakan semua unsur fisik yang membentuk barang jadi dan dapat ditelusuri secara langsung dan efisien pada barang jadi tersebut. Bahan baku dapat dibedakan menjadi bahan baku langsung dan bahan baku tidak langsung. Bahan baku tidak langsung merupakan bahan baku yang diperlukan dalam penyelesaian suatu produk, namun tidak diklasifikasikan menjadi bahan baku langsung karena bukan unsur utama pembentuk barang jadi.

Melanjutkan contoh produk pestisida S400, bahan baku langsungnya adalah dimehypo, sedangkan bahan baku tidak langsungnya adalah bahan pewarna, bahan pencampur, dan drum. Ketika konsumsi bahan baku tidak langsung tersebut sangat minimal dalam suatu produk, maka nilainya dalam produk tersebut menjadi hal yang tidak ekonomis sehingga biasanya bahan baku tidak langsung akan diklasifikasikan langsung ke dalam overhead pabrik.

(30)

17

Kemudahan penelusuran biaya bahan baku menjadi pertimbangan utama dalam mengklasifikasikan biaya sebagai bahan baku langsung.

b. Tenaga kerja langsung

Merupakan tenaga kerja yang terlibat langsung dalam konversi bahan baku menjadi barang jadi dan dapat dibebankan secara layak ke produk tertentu. c. Overhead pabrik

Overhead pabrik terdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak dapat

ditelusuri secara langsung dan efisien ke dalam produk. Pada overhead pabrik biasanya termasuk semua biaya manufaktur selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung.

3.6 Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi

Terdapat dua metode dalam penentuan Harga Pokok Produksi yaitu absorption

costing dan variable costing. Perbedaan yang terdapat dalam kedua metode

tersebut terletak pada pengakuan terhadap biaya produksi tetap. Perbedaan kedua metode tersebut akan berdampak terhadap hasil akhir harga pokok produksi dan juga perbedaan dalam penyajian laporan laba rugi.

Biaya overhead pabrik tetap merupakan period cost atau biaya yang tidak berubah karena perubahan volume produksi. Perubahan overhead pabrik tetap dikarenakan fungsi waktu, jadi ada atau tidaknya produksi, overhead pabrik tetap akan tetap terjadi.

1. Absorption Costing

Absorption costing atau sering pula disebut traditional costing adalah

penentuan harga pokok produksi yang lazim digunakan dalam laporan keuangan yang ditujukan kepada pihak eksternal ketika menghitung harga pokok penjualan yang kemudian digunakan untuk menghitung laba kotor. Dalam absorption costing seluruh biaya produksi baik yang tetap maupun variabel dibebankan seluruhnya ke harga pokok produksi berdasarkan tarif yang ditetapkan di awal. Oleh karena itu, jika dalam suatu periode biaya

overhead pabrik yang terjadi sesungguhnya berbeda dengan yang sudah

ditetapkan di awal, maka akan terjadi overapplied atau underapplied overhead pabrik.

(31)

18

Universitas Indonesia Pada absorption costing, semua biaya overhead, baik yang bersifat tetap maupun variabel, diperhitungkan sebagai harga pokok produksi dan akan melekat pada nilai aset, yaitu di nilai persediaan, sebelum persediaan tersebut terjual. Perlakuan biaya overhead tetap tersebut sebagai aset merupakan penundaan pembebanan. Akan tetapi penundaan pembebanan tersebut tidak bermanfaat karena pada periode berikutnya biaya overhead tetap akan tetap terjadi.

Jadi pada absorption costing, total penjualan dikurangi harga pokok penjualan disebut dengan istilah laba bruto. Disebut laba bruto karena laba ini harus dikurangi dulu dengan beban operasional dan beban lainnya untuk menghasilkan laba bersih.

2. Variable Costing

Variable costing adalah metode penentuan harga pokok produksi alternatif

selain absorption costing yang digunakan dalam pelaporan keuangan internal. Dalam metode ini hanya biaya variabel (baik yang langsung maupun yang tidak langsung) yang diperhitungkan dalam harga pokok produksi, sedangkan biaya overhead tetap dibebankan sebagai biaya periode dan bukan sebagai unsur harga pokok produksi. Dengan demikian, biaya overhead pabrik tetap tidak melekat pada persediaan produk yang belum laku dijual, tetapi langsung dibebankan pada saat terjadinya sebagai period cost.

Pada variable costing, pendapatan dikurangi dengan biaya-biaya variabel yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja variabel, dan biaya

overhead variabel akan menghasilkan margin kontribusi. Margin kontribusi

tersebut dikurangi dengan biaya-biaya tetap, akan menghasilkan laba operasi. Margin kontribusi memusatkan pada ide bahwa setiap unit yang terjual memberikan margin kontribusi tertentu yang dapat digunakan untuk menutupi biaya tetap.

Tabel 3.1 menunjukkan data yang terkait dengan laporan laba rugi perbandingan antara metode absorption costing dan metode variabel costing PT A yang akan diilustrasikan pada Tabel 3.2.

(32)

19

Pada absorption costing, persediaan yang belum terjual pada akhir tahun (persediaan akhir) menjadi pengurang harga pokok penjualan. Dengan kata lain, persediaan akhir masih tercatat pada nilai persediaan yang tercantum dalam aset. Padahal, dalam angka persediaan akhir tersebut terkandung dua unsur nilai yaitu biaya produksi variabel sebesar Rp270.000.000 (Rp90.000 × 3.000 unit) dan biaya produksi tetap sebesar Rp108.000.000 (Rp36.000 × 3.000 unit). Pengakuan biaya produksi tetap sebesar Rp108.000.000 sebagai persediaan ini dirasa tidak bermanfaat karena biaya ini sudah terjadi dan akan terjadi pula pada periode selanjutnya.

Pada variable costing, karena yang menjadi pengurang pendapatan hanyalah biaya yang bersifat variabel, maka persediaan akhir yang dikeluarkan dari harga pokok penjualan adalah senilai biaya produksi variabelnya saja. Semua biaya yang bersifat tetap akan tetap mengurangi margin kontribusi untuk menghasilkan laba operasi.

Tabel 3.1 Data Terkait dengan Laporan Laba Rugi PT A Tahun 20X2

Total produksi pestisida S400 12.000 unit

Persediaan awal 0 unit

Persediaan akhir (3.000 unit)

Penjualan 9.000 unit

Biaya per unit:  Biaya variabel:

Bahan baku langsung Rp70.000

Tenaga kerja langsung 20.000

Jumlah biaya variabel Rp90.000

 Jumlah biaya tetap Rp432.000.000

Biaya tetap per unit (dialokasikan) 36.000

Biaya dalam jumlah keseluruhan Biaya Variabel Biaya Tetap  Biaya produksi (untuk 12.000 unit diproduksi):

Bahan baku langsung Rp840.000.000 0

Tenaga kerja langsung 240.000.000 0

Overhead pabrik 0 Rp432.000.000

Rp1.080.000.000 Rp432.000.000  Biaya non-produksi:

(33)

Tabel 3.2 Laporan Laba Rugi dengan Metode Absorption Costing dan Variabel Costing (dalam ribuan Rupiah)

A. Absorption costing B. Variable costing

Penjualan 1.800.000 Penjualan 1.800.000

Harga pokok penjualan: Harga pokok penjualan variabel:

Persediaan awal 0 Persediaan awal 0

Biaya produksi variabel 1.080.000 Biaya produksi variabel 1.080.000 Biaya produksi tetap 432.000 Harga pokok tersedia untuk dijual 1.080.000

Harga pokok tersedia untuk dijual 1.512.000

Persediaan akhir (378.000) Persediaan akhir (270.000)

Harga pokok penjualan 1.134.000 Harga pokok penjualan variabel 810.000

Biaya non-produksi variabel 15.000

Laba kotor 666.000 Margin kontribusi 975.000

Biaya non-produksi variabel 15.000 Biaya overhead pabrik tetap 432.000

Biaya non-produksi tetap 35.000 Biaya non-produksi tetap 35.000

Laba operasi 616.000 Laba operasi 508.000

Biaya produksi yang dibebankan: Biaya produksi yang dibebankan:

Harga pokok penjualan variabel 810.000 Biaya overhead pabrik tetap 432.000

Harga pokok penjualan 1.134.000 Jumlah 1.242.000

Sumber: Cost Accounting: A Managerial Emphasis (Horngren, Datar, dan Rajan, 2011) (telah diolah kembali)

20 U n iv e rs ita s In d o n e s ia

(34)

21

Dari ilustrasi Laporan Laba Rugi yang disusun berdasarkan variable costing pada Tabel 3.2 menunjukkan bahwa biaya produksi tetap sebesar Rp432.000.000 akan mengurangi margin kontribusi sehingga laba operasi yang disusun berdasarkan variable costing lebih kecil dari laba operasi yang disusun berdasarkan absorption costing.

Selisih sebesar Rp108.000.000 (Rp36.000 × 3.000 unit) ini merupakan biaya produksi tetap pada persediaan akhir yang dibebankan pada periode terjadinya di laporan laba rugi pada metode variable costing, namun dicatat sebagai komponen persediaan akhir di laporan posisi keuangan pada metode absorption costing. Selisih ini ditunjukkan pada Tabel 3.3 yang meringkas perbedaan perlakuan biaya produksi tetap dan variabel pada kedua metode tersebut.

Tabel 3.3 Perbedaan Perlakuan Biaya Produksi Tetap dan Variabel pada Metode

Absorption Costing dan Metode Variable Costing

Absorption Costing Variable Costing

Biaya produksi variabel:

Rp90.000 per S400 yang diproduksi

Diperhitungkan sebagai komponen persediaan

Diperhitungkan sebagai komponen persediaan Biaya produksi tetap:

Rp432.000.000 per tahun /12.000 unit (Rp36.000 per unit)

Diperhitungkan sebagai komponen persediaan yang belum terjual sebesar Rp108.000.000 (Rp36.000 × 3.000 unit)

Dibebankan pada periode terjadinya

Sumber: Cost Accounting: A Managerial Emphasis (Horngren, Datar, dan Rajan, 2011)

3.7 Manfaat dan Kelemahan Variable Costing

1. Variable costing memiliki beberapa manfaat, antara lain: a. Membantu dalam pengendalian biaya

Dalam metode absorption costing, overhead pabrik diperhitungkan dalam tarif biaya overhead pabrik tanpa dibedakan mana yang variabel dan mana yang tetap, dan kemudian dibebankan sebagai unsur biaya produksi. Oleh karena itu manajemen kehilangan perhatian terhadap biaya-biaya tetap tertentu yang dapat dikendalikan.

Dalam metode variabel costing, biaya tetap dipisahkan dalam kelompok tersendiri dalam laporan laba rugi sehingga manajemen memperoleh informasi discretionary fixed cost dan committed fixed cost secara terpisah agar dapat dikendalikan dalam jangka pendek. Menurut Mulyadi (2010)

(35)

22

Universitas Indonesia biaya tetap dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu discretionary

fixed cost dan committed fixed cost.

Discretionary fixed cost adalah biaya yang bersifat tetap karena

ditetapkan oleh manajemen. Biaya ini biasanya bersifat tetap dalam jangka waktu pendek, misalnnya biaya iklan yang ditetapkan oleh manajemen sebesar Rp10.000.000 per bulan.

Committed fixed cost adalah biaya yang timbul akibat kepemilikan

atas aset tetap dan atas organisasi pokok perusahaan. Biaya ini bersifat jangka panjang dan tidak dapat dikurangi. Contohnya adalah biaya penyusutan aset tetap dan gaji karyawan.

Dalam metode variabel costing, biaya tetap dipisahkan dalam kelompok tersendiri dalam laporan laba rugi sehingga manajemen memperoleh informasi discretionary fixed cost dan committed fixed cost secara terpisah agar dapat dikendalikan dalam jangka pendek.

b. Membantu pengambilan keputusan jangka pendek

Jika terjadi perubahan volume kegiatan produksi, biaya periode menjadi tidak relevan karena tidak berubah sebanding dengan volume kegiatan produksi. Menurut absorption costing, penjualan yang terjadi harus bisa menutupi semua biaya baik yang variabel maupun yang tetap, sedangkan menurut variable costing penjualan sebaiknya bisa menutupi biaya yang berubah dalam jangka pendek.

Variable costing membantu manajemen dalam memutuskan

penentuan harga jual produk jangka pendek dan penentuan membeli atau memproduksi sendiri.

c. Membantu perencanaan laba jangka pendek

Manajemen memerlukan informasi biaya yang dipisahkan menurut perilakunya dan menurut perilakunya terhadap perubahan volume produksi untuk perencanaan laba jangka pendek. Dalam jangka pendek, biaya tetap tidak berubah sehingga yang menjadi pertimbangan bagi manajemen hanya biaya variabel. Laporan laba rugi metode variable costing yang memisahkan

(36)

23

informasi biaya variabel dan biaya tetap membantu manajemen untuk merencanakan laba jangka pendek.

2. Variable costing memiliki beberapa kelemahan, antara lain:

a. Jarang suatu biaya bersifat benar-benar variabel atau benar-benar tetap sehingga metode variable costing sulit diterapkan. Hal ini disebabkan karena dalam menentukan suatu biaya bersifat variabel, biaya tersebut harus memenuhi kriteria berikut:

 Harga barang dan jasa tidak berubah

 Metode dan prosedur akuntansi tidak berubah  Tingkat efisiensi produksi perusahaan tidak berubah

Pada kenyataannya, harga barang dan jasa sulit untuk tidak berubah. Jika harga bahan baku suatu perusahaan mengalami kenaikan karena inflasi, berarti harga bahan baku berubah bukan hanya dipengaruhi oleh volume produksi.

b. Metode variable costing dianggap tidak sesuai dengan prinsip akuntansi ”matching cost against revenue” sehingga walaupun manajemen menerapkan metode variable costing untuk keperluan internal, manajemen tetap harus membuat laporan laba rugi metode absorption costing untuk keperluan eksternal.

c. Dalam metode variable costing, laba ditentukan oleh volume penjualan sehingga untuk perusahaan yang kegiatan usahanya bersifat musiman, perusahaan akan menyajikan kerugian yang ekstrim pada suatu periode dan laba yang sangat tinggi pada periode yang lain.

d. Biaya overhead pabrik tetap tidak diperhitungkan dalam persediaan sehingga nilai persediaan menjadi lebih rendah. Hal ini akan menyebabkan nilai modal kerja perusahaan lebih rendah dari yang seharusnya sehingga analisis keuangan perusahaan menjadi tidak relevan.

(37)

Universitas Indonesia BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Audit terhadap Persediaan PT A

Prosedur audit yang dilakukan terkait dengan akun persediaan PT A adalah sebagai berikut:

1. Pencocokan nilai persediaan di laporan keuangan klien dengan laporan rincian persediaan klien per 31 Desember 2011

Pada tahap ini auditor meminta data rincian persediaan yang terdapat di gudang per tanggal 31 Desember 2011, menjumlahkan setiap item persediaan, dan mencocokkan angka totalnya ke laporan keuangan klien. Jika terdapat selisih, auditor melakukan investigasi terhadap perbedaan tersebut dan membuat penyesuaian yang dibutuhkan.

Ketika mengaudit PT A, tim audit tidak menemukan perbedaan yang signifikan antara laporan keuangan klien dengan laporan rincian persediaan dari gudang sehingga tidak ada jurnal penyesuaian yang dibuat.

2. Kelengkapan dokumen pendukung terkait transaksi pembelian dan penjualan persediaan

Auditor meminta data pembelian dan penjualan persediaan selama tahun 2011 lalu memilih beberapa transaksi yang jumlahnya paling besar untuk diperiksa lebih lanjut. Tim audit memutuskan bahwa transaksi-transaksi yang dipilih tersebut jumlahnya paling tidak 80% dari jumlah keseluruhan pembelian atau penjualan. Untuk transaksi pembelian, dokumen yang harus diperiksa adalah

purchase order klien, faktur pembelian, dan bukti penerimaan barang.

Sedangkan untuk transaksi penjualan, dokumen yang harus diperiksa adalah faktur penjualan, faktur PPN, bukti pengiriman barang yang sudah ditandatangani oleh pelanggan klien, dan purchase order dari pelanggan klien.

3. Pengujian pisah batas transaksi pembelian dan penjualan persediaan

Auditor meminta data pembelian dan penjualan lima hari sebelum dan lima hari setelah tanggal neraca, kemudian memeriksa kelengkapan dokumen pada

(38)

25

tanggal tersebut sebagaimana telah dijelaskan pada Poin 2. Auditor memeriksa syarat pengiriman barangnya apakah FOB shipping point atau FOB

destination. Tujuan prosedur audit ini adalah memastikan bahwa

transaksi-transaksi tersebut dicatat pada periode yang tepat sesuai dengan syarat pengirimannya. Karena tidak ditemukan kesalahan periode pencatatan persediaan, maka tidak ada jurnal penyesuaian yang dibutuhkan.

4. Perhitungan fisik (stock taking) terhadap persediaan

Auditor meminta rincian persediaan dari bagian gudang pada tanggal stock

taking dan laporan mutasi persedian selama rentang waktu antara tanggal stock taking dan tanggal laporan keuangan. Perhitungan fisik dilakukan terhadap

beberapa item persediaan yang dipilih oleh auditor berdasarkan jumlah transaksi yang paling besar. Stock taking pada PT A dilakukan pada tanggal 5 Januari 2012 sehingga untuk mendapatkan saldo 31 Desember 2011, perhitungannya adalah sebagai berikut:

Saldo persediaan 31/12/2011 = Saldo persediaan 05/01/2012 - Transaksi barang masuk 31/12/2011-05/01/2012 + Transaksi barang keluar 31/12/2011-05/01/2012

Karena tidak ditemukan selisih yang material, maka tidak ada jurnal penyesuaian yang dibutuhkan.

5. Pengujian persediaan untuk item-item produk tertentu

Auditor meminta laporan mutasi persediaan selama tahun buku dari gudang lalu memilih beberapa item persediaan yang nilai transaksinya paling besar berdasarkan kuantitas dan nilainya paling mahal berdasarkan harga. Tim audit menguji akurasi data klien dengan melakukan perhitungan ulang untuk mendapatkan angka persediaan akhir. Rumus yang digunakan adalah persediaan awal ditambah mutasi barang masuk dan dikurang mutasi barang keluar. Karena tidak ditemukan selisih yang material, maka tidak ada jurnal penyesuaian yang dibutuhkan.

(39)

26

Universitas Indonesia 6. Prosedur analitis atas perhitungan harga pokok penjualan

Auditor meminta klien untuk memberikan detail perhitungan harga pokok penjualan. Selanjutnya auditor menghitung ulang harga pokok penjualan berdasarkan pada data-data yang diperoleh dari klien menggunakan rumus berikut:

Bahan baku langsung:

Persediaan awal xxx

Pembelian xxx

Bahan baku langsung tersedia untuk digunakan xxx

Persediaan akhir (xxx)

Bahan baku langsung digunakan xxx

Tenaga kerja langsung xxx

Overhead pabrik xxx

Biaya produksi tahun 2011 xxx

Work in process 1 Januari 2011 xxx

Biaya produksi diperhitungkan xxx

Work in process 31 Desember 2011 (xxx)

Harga pokok produksi 2011 xxx

Setelah saldo harga pokok produksi didapat, auditor membandingkannya dengan saldo harga pokok produksi di laporan laba rugi klien. Karena tidak ditemukan selisih yang material, maka jurnal penyesuaian tidak dibutuhkan.

7. Pengujian Net Realizable Value (NRV)

Persediaan dinyatakan sebesar nilai terendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi bersih (the lower of cost or net realizable value). Biaya perolehan persediaan ditentukan dengan menggunakan rata-rata tertimbang (weighted

average method). Penyisihan persediaan usang dibentuk untuk menyesuaikan

nilai tercatat menjadi nilai realisasi bersih (net realizable value). Cara perhitungan NRV adalah sebagai berikut:

Persediaan Perhitungan NRV

Bahan baku Sebesar replacement cost

Work-in-process (WIP) Harga jual barang jadi – cost to complete – cost to sale Barang jadi Harga jual – cost to sale

Pengujian NRV dilakukan dengan cara membandingkan angka yang lebih rendah antara NRV dengan cost-nya. Auditor memastikan bahwa nilai

(40)

27

persediaan yang tercantum dalam laporan keuangan klien adalah nilai yang terendah sehingga tidak diperlukan jurnal penyesuaian.

Secara keseluruhan hasil audit tidak menemukan kesalahan yang material. Namun terkadang pihak PT A lambat dalam memberikan data yang dibutuhkan oleh auditor sehingga bukti audit yang didapat auditor kurang dan waktu pelaksanaan audit menjadi tidak efisien.

4.2 Pengklasifikasian Biaya pada PT A 4.2.1 Biaya Produksi

Biaya produksi terdiri atas bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan

overhead pabrik.

a. Bahan baku langsung

Dalam memproduksi pestisida, bahan baku yang digunakan oleh PT A antara lain flubendiamide, dimehypo, niclosamide, glyphosate, dan sebagainya. Bahan baku ini bersifat variabel, yaitu jumlahnya bertambah atau berkurang sebanding dengan penambahan atau pengurangan produksi yang dilakukan oleh PT A. Tabel 4.1 menunjukkan perhitungan pemakaian bahan baku langsung PT A pada tahun 2011 dan 2010.

Tabel 4.1 Pemakaian Bahan Baku Langsung PT A Tahun 2011 dan 2010

Bahan Baku 2011 2010

Persediaan awal Rp12.883.599.000 Rp 8.894.783.000 Pembelian 95.526.706.000 94.449.214.000 Bahan baku langsung tersedia untuk digunakan Rp108.410.305.000 Rp103.343.997.000 Persediaan akhir (14.309.555.000) (12.883.599.000) Pemakaian Rp 94.100.750.000 Rp90.460.398.000

Jumlah produksi 9.908.994 unit 10.817.509 unit

Tarif biaya bahan baku langsung per unit Rp9.496,50 Rp8.362,41 Sumber: Laporan Keuangan PT A 2011 dan 2010 (telah diolah kembali)

(41)

28

Universitas Indonesia b. Tenaga kerja langsung

Biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang terlibat langsung dalam proses produksi. Tabel 4.2 merupakan perincian biaya tenaga kerja langsung PT A tahun 2011 dan 2010.

Sama seperti bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung juga bersifat variabel, yaitu jumlahnya bertambah atau berkurang sebanding dengan penambahan atau pengurangan produksi yang dilakukan oleh PT A.

Tabel 4.2 Rincian Biaya Tenaga Kerja Langsung PT A Tahun 2011 dan 2010

2011 2010

Biaya gaji dan upah – produksi Rp2.452.541.000 Rp2.096.521.000 THR dan gratifikasi – produksi 309.824.000 284.747.000 Biaya transportasi dan uang makan - produksi 162.849.000 165.780.000 Biaya pengobatan – produksi 202.281.000 109.680.000

Jamsostek – produksi 73.433.000 64.469.000

Tunjangan lain – produksi 4.104.000 2.859.000

Jumlah Rp3.205.032.000 Rp2.724.056.000

Jumlah produksi 9.908.994 unit 10.817.509 unit

Tarif biaya tenaga kerja langsung per unit Rp323,45 Rp251,82 Sumber: Laporan Keuangan PT A 2011 dan 2010 (telah diolah kembali)

c. Overhead pabrik

Biaya overhead pabrik juga merupakan biaya terkait dengan kegiatan produksi namun tidak secara langsung melekat pada produk sehingga tidak dapat diidentifikasi secara efisien ke dalam produk. Dengan kata lain overhead pabrik merupakan semua biaya produksi di luar bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Dalam biaya ini diasumsikan terdapat biaya yang bersifat tetap maupun variabel. Tabel 4.3 merupakan rincian biaya overhead pabrik PT A tahun 2011 dan 2010.

Biaya overhead pabrik variabel sebesar Rp359.568.000 untuk produksi sebanyak 9.908.994 unit pada tahun 2011 dan Rp284.842.000 untuk produksi sebanyak 10.817.509 unit pada tahun 2010. Dengan demikian, maka tarif biaya

overhead pabrik variabel per unit adalah Rp36,29 pada tahun 2011 dan

(42)

Tabel 4.3 Rincian Biaya Overhead Pabrik PT A Tahun 2011 dan 2010

Jumlah (Rp 000) Persentase Biaya Tetap (Rp 000) Biaya Variabel (Rp 000)

2011 2010 Tetap Variabel 2011 2010 2011 2010

Biaya ATK dan benda-benda pos 99.824 125.586 60 40 59.894 75.352 39.930 50.234

Biaya utilitas 1.146.408 938.114 80 20 917.126 750.491 229.282 187.623

Biaya perjalanan dinas 79.562 38.644 35 65 27.847 13.525 51.715 25.119

Biaya perizinan 45.449 27.564 30 70 13.635 8.269 31.814 19.295

Biaya perbaikan kendaraan 8.883 92.330 100 0 8.883 92.330 0 0

Biaya perbaikan gedung 768.509 645.676 100 0 768.509 645.676 0 0

Biaya perbaikan mesin 530.323 266.624 100 0 530.323 266.624 0 0

Biaya perbaikan inventaris 160.673 185.462 100 0 160.673 185.462 0 0

Biaya asuransi gedung 71.220 9.948 100 0 71.220 9.948 0 0

Biaya asuransi kendaraan 6.266 3.240 100 0 6.266 3.240 0 0

Biaya asuransi kecelakaan 270 270 100 0 270 270 0 0

Biaya tenaga ahli 360 22.000 100 0 360 22.000 0 0

Biaya peralatan laboratorium 385.681 828.282 100 0 385.681 828.282 0 0

Biaya keselamatan kerja 135.851 39.961 100 0 135.851 39.961 0 0

Biaya IPAL dan AMDAL 130.211 28.488 100 0 130.211 28.488 0 0

Biaya pengembangan SDM 35.113 0 100 0 35.113 0 0 0

Biaya jamuan 11.378 4.285 40 60 4.551 1.714 6.827 2.571

Biaya sumbangan 4.750 7.060 100 0 4.750 7.060 0 0

Biaya penyusutan gedung 462.753 460.346 100 0 462.753 460.346 0 0

Biaya penyusutan mesin 973.860 1.211.118 100 0 973.860 1.211.118 0 0

Biaya penyusutan inventaris 279.945 237.026 100 0 279.945 237.026 0 0

Jumlah 5.337.289 5.172.024 4.977.721 4.887.182 359.568 284.842

Sumber: Laporan Keuangan PT A 2011 dan 2010 (telah diolah kembali)

U n iv e rs ita s In d o n e s ia 29

(43)

30

Universitas Indonesia 4.2.2 Biaya Non-produksi

Yang termasuk dalam biaya non-produksi pada PT A adalah biaya-biaya yang tidak terkait dengan kegiatan produksi perusahaan. Biaya tersebut dikelompokkan menjadi biaya penjualan dan biaya umum dan administratif.

1. Biaya Penjualan

Biaya penjualan adalah biaya yang dibayarkan oleh PT A untuk menjual produknya. Dalam kelompok biaya ini terdapat beberapa akun biaya yang bersifat variabel yaitu biaya insentif dan biaya jamuan dan representasi. Biaya insentif merupakan biaya komisi yang dibayarkan kepada pihak yang membantu terealisasinya penjualan (pihak perantara). Biaya insentif diasumsikan seluruhnya bersifat variabel. Biaya jamuan dan representasi merupakan biaya yang dibayarkan ketika perusahaan menjamu pihak eksternal (misalnya pelanggan) terkait dengan penjualan produknya. Berdasarkan wawancara dengan klien, Penulis berasumsi sebanyak 60% dari biaya ini bersifat variabel. Tabel 4.4 menunjukkan perincian biaya penjualan PT A pada tahun 2011 dan 2010.

Biaya penjualan variabel sebesar Rp3.635.101.444 adalah untuk penjualan sebanyak 12.128.111 unit tahun 2011 dan Rp887.532.240 untuk penjualan sebanyak 10.774.536 unit tahun 2010. Tarif biaya overhead pabrik variabel per unit adalah Rp299,73 per unit tahun 2011 dan Rp82,37 per unit tahun 2010.

2. Biaya Umum dan Administrasi

Biaya umum dan administrasi adalah biaya yang dibayarkan oleh PT A untuk kegiatan yang tidak terkait dengan produksi dan penjualan. Dalam kelompok biaya ini, diasumsikan seluruhnya bersifat tetap. Tabel 4.5 menunjukkan perincian biaya umum dan administrasi PT A pada tahun 2011 dan 2010.

(44)

Tabel 4.4 Rincian Biaya Penjualan PT A Tahun 2011 dan 2010

Jumlah (Rp 000) Persentase Biaya Tetap (Rp 000) Biaya Variabel (Rp 000)

2011 2010 Tetap Variabel 2011 2010 2011 2010

Promosi dan iklan 7.449.355 2.054.822 100 0 7.449.355 2.054.822 0 0

Penyuluhan dan pertemuan petani 4.501.594 5.474.632 100 0 4.501.594 5.474.632 0 0

Pengangkutan 4.128.546 4.685.418 100 0 4.128.546 4.685.418 0 0

Insentif penjualan 3.490.430 750.247 0 100 0 0 3.490.430 750.247

Perjalanan dinas 2.336.931 2.018.239 100 0 2.336.931 2.018.239 0 0

Penelitian dan pengembangan 865.037 1.336.881 100 0 865.037 1.336.881 0 0

Sampel 845.689 614.640 100 0 845.689 614.640 0 0

Jamuan dan representasi 241.119 228.809 40 60 96.448 91.524 144.671 137.285

Sarana dan prasarana penyuluhan 296.021 3.140.019 100 0 296.021 3.140.019 0 0

Asuransi persediaan 33.693 35.395 100 0 33.693 35.395 0 0

Potongan penjualan 0 35.725 100 0 0 35.725 0 0

Jumlah 24.188.415 20.374.827 20.553.314 19.487.295 3.635.101 887.532

Sumber: Laporan Keuangan PT A 2011 dan 2010 (telah diolah kembali)

U n iv e rs ita s In d o n e s ia 31

Gambar

Tabel 3.1  Data Terkait dengan Laporan Laba Rugi PT A Tahun 20X2 ............. 19  Tabel 3.2  Laporan Laba Rugi dengan Metode Absorption Costing dan Variabel
Gambar 3.1  Contoh Kombinasi Biaya untuk Produk Pestisida S400 ................. 14  Gambar 3.2  Ilustrasi Proses Produksi ...............................................................
Gambar 3.1 menunjukkan contoh keempat jenis biaya tersebut untuk produk  pestisida S400 yang dihasilkan oleh PT A
Gambar 3.2 Ilustrasi Proses Produksi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis data terhadap tes sebelum dan sesudah pelaksanaan program menunjukkan informasi tentang tumbuh kembang anak yang memberikan kontribusi sebesar 21,66%

Demikian upaya untuk menyeimbangkan antara memenuhi kepentingan pemilik dan kepentingan masyarakat memberikan tantangan tersendiri kepada pihak manajemen media

Penyelenggaraan ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan, ditujukan untuk tiga hal, yaitu: 1) menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air, 2) menciptakan aspek

perbaikan sistem kontrol kecepatan otomatis Pengetahuan:  Tes Tertulis Keterampilan:  Penilaian Unjuk Kerja  Observasi 3.18 Mendiagnosa Mobil Listrik 4.18 Memperbaiki sistem

Dalam penelitian ini penulis akan melakukan unit analisis dalam film My Name is Khan berupa teks yang terdapat di film tersebut yang mencerminkan pencitraan

2 Ambil kain yang berada dibawah lengan klien dan bersihkan lengan klien dengan alkohol untuk menghilangkan sisa-sisa larutan antiseptik atau tanda yang telah

Stravinsky tınısal zıtlık ve derinlik yakalamak için oldukça zengin vurmalı çalgılar grubu bulunmasına rağmen zaman zaman orkestrayı çeşitli bölümlerde bir vurmalı

Untuk menerapkan Hukum zakat e-commerce dalam era kontemporer ini yang semakin modern sangat memungkinkan karena dari banyaknya peluang kegiatan ekonomi yang