• Tidak ada hasil yang ditemukan

TIM PPG DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN LABUHANBATU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TIM PPG DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN LABUHANBATU"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

Page 1 of 40

LAPORAN

PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU (PPG)

DI KABUPATEN LABUHANBATU

Disusun oleh

TIM PPG DINAS PENDIDIKAN

KABUPATEN LABUHANBATU

2014

(2)

Page 2 of 40 KATA PENGANTAR

Isu tentang ketidakseimbangan ketersediaan guru di sekolah, baik sebagai guru kelas, maupun guru mata pelajaran terus berlarut, tanpa ada pemecahan yang konkrit mulai pada jenjang satuan pendidikan, kabupaten/kota, propinsi, hingga nasional. Kelebihan dan ketidakmerataan guru sudah menjadi isu nasional, dan upaya mengatasinya sudah dikeluarkan melalui Peraturan Bersama 5 Menteri pada tahun 2011. Pemkab Kabupaten Labuhanbatu bekerjasama dengan USAID-Prioritas merespon positip dengan melakukan berbagai kegiatan pemetaan data menuju penataan dan pemerataan guru.

Penerbitan laporan ini sebagai upaya serius Pemda dalam hal ini Dinas Pendidikan melakukan penataan guru dengan benar, sekaligus menjadi dasar pengambilan keputusan penataan guru berdasar data-data yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan berpartisipasi dalam Program Penataan dan Pemerataan Guru Kabupaten Labuhanbatu. Akhirnya kami berharap, semoga dokumen ini memberikan manfaat dan kebaikan bagi kita semua.

.

Menindaklanjuti Terbitnya Peraturan Bersama 5 Menteri tentang Penataan Dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil, Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah raga Kabupaten Labuhanbatu bersama sama dengan USAID PRIORITAS melakukan análisis data dan kebijakan berkaitan dengan Penataan dan Pemerataan Guru (PNS) dengan harapan dapat mengatasi ketidakseimbangan ketersediaan guru di sekolah sehingga visi dan misi Kabupaten Labuhanbatu untuk mewujudkan masyarakat Kabupaten Labuhanbatu yang cerdas dan terampil dapat segera tercapai.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan berpartisipasi dalam Program Penataan dan Pemerataan Guru Kabupaten Labuhanbatu. Akhirnya kami berharap, semoga dokumen ini memberikan manfaat dan kebaikan bagi kita semua.

(3)

Page 3 of 40 DAFTAR ISI

Hlm.

Daftar Isi ii

Daftar Lampiran iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1. Latar Belakang 1

2. Tujuan

3. Hasil Yang Diharapkan 4. Metode Pemecahan Masalah

BAB II HASIL PEMETAAN DISTRIBUSI GURU 1. Ketersediaan dan Kelengkapan Data 2. Analisis Pemetaan Guru:

a. Kecukupan guru kelas dan guru mapel di SD Negeri b. Distribusi guru PNS di SD Negeri

c. Kecukupan guru mapel di SMP Negeri

d. Mismatch (guru mengajar tidak sesuai bidangnya) di SMP Negeri

e. Distribusi sekolah menurut kualifikasi guru f. Distribusi guru menurut jumlah jam mengajar g. Distribusi sekolah kecil

h. Distribusi sekolah dengan kelas terlalu besar i. Proyeksi ketersediaan guru setelah pensiun 3. Isu Strategis Dalam Distribusi Guru

BAB III ALTERNATIF KEBIJAKAN BAB IV REKOMENDASI KEBIJAKAN LAMPIRAN-LAMPIRAN

(4)

Page 4 of 40 DAFTAR LAMPIRAN

No Jenis Lampiran Hlm

1 Daftar sekolah SD Negeri yang hanya memiliki guru maksimal 6 orang

2 Daftar sekolah SD dan SMP Negeri dengan jumlah guru PNS maksimal 4 orang

3 Daftar sekolah SD yang memiliki guru S-1 dibawah 2 orang 4 Daftar sekolah SMP Negeri yang kekurangan guru PNS beserta

mapelnya

5 Daftar nama kepala sekolah yang belum memenuhi kualifikasi S-1 sesuai SPM

6 Daftar nama guru mapel utama SMP Negeri yang belum memenuhi kualifikasi S-1

7 Daftar sekolah yang tidak memenuhi SPM karena jumlah guru berkualifikasi S-1 kurang dari 70%

8 Daftar sekolah kecil dengan siswa dibawah 90 orang (tidak sampai ½ SPM)

9 Daftar SD dan SMP Negeri dengan rasio siswa rombel diatas 40 siswa

10 Daftar SD Negeri yang tidak memenuhi SPM karena rasio siswa rombel diatas 32 siswa

11 Daftar SMP Negeri yang tidak memenuhi SPM karena rasio rombel diatas 36 siswa

(5)

Page 5 of 40 BAB 1

PENDAHULUAN

Abstrak

Jumlah guru di Kabupaten Labuhanbatu masih kurang tapi juga berlebih. Kurang bila menghitung hanya guru PNS, sementara berlebih bila menghitung keseluruhan guru, termasuk guru non PNS. Kebutuhan guru SD Negeri sebanyak 2.201 orang dan baru dipenuhi oleh guru kelas PNS sebanyak 1.710 sehingga masih kekurangan 491 orang. Namun kekurangan itu saat ini telah diisi guru kelas non PNS hingga kelebihan 352 orang. Sementara untuk SMP Negeri, kebutuhan guru sudah cukup dipenuhi oleh guru PNS dan ketika dihitung guru non PNS menjadi berlebih 287 orang. Namun demikian persoalan utama justru karena ketidakseimbangan distribusi, hasil pemetaan menunjukkan masih ada 14 sekolah yang hanya memiliki tidak lebih 1 guru PNS dan 69 sekolah hanya memiliki guru PNS maksimal 4 orang. Selain itu ketidakseimbangan distribusi mengakibatkan masih ada sekolah yang tidak memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang seharusnya telah tuntas pada tahun 2014. Diantaranya masih ada 30 sekolah SD Negeri yang memiliki guru S-1 kurang dari 2 orang dan 20 Kepala SD Negeri belum memenuhi kualifikasi S-1. Rekomendasi kebijakan yang diusulkan dan disetujui adalah (a) rekutmen dan mutasi guru PNS, dan (b) penempatan guru PNS K1 dan K2 di sekolah yang kekurangan, (c) mobile teacher, (d) peningkatan kualifikasi guru ke jenjang S1, (e) seleksi ulang guru honor dan (f) pemberian tambahan penghasilan guru terpencil.

A. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pasal 14 ayat (1) huruf f menetapkan bahwa penyelenggaraan pendidikan merupakan satu dari enam belas urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Provinsi, dan Pemerintahan Kabupaten/Kota, pada Lampiran A ditegaskan bahwa kewenangan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pendidikan khususnya di bidang Kebijakan dan Standar, Pembiayaan, Kurikulum, Sarana dan Prasarana, Guru, dan Pengendalian Penilaian Hasil Belajar, Evaluasi, Akreditasi, dan Penjaminan Mutu.

(6)

Page 6 of 40 Dalam pelaksanaan otonomi daerah di bidang pendidikan, guru sebagai pendidik profesional mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis. Dalam perkembangannya, fungsi, peran, dan kedudukan guru terkendala oleh berbagai hal, antara lain distribusi guru yang tidak merata, pengangkatan/penempatan yang bercorak primordial, mobilitas guru yang sangat terbatas di lingkup daerah tertentu, peningkatan profesional guru terhambat serta terpengaruh suhu politik daerah. Kondisi guru yang demikian dapat menimbulkan persoalan yang menghambat peningkatan mutu pendidikan secara nasional.

Dalam rangka mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional diperlukan guru yang lebih profesional, independen, nondiskriminatif, dan berwawasan kebangsaan yang dijiwai nilai-nilai Pancasila. Disisi lain, pemerintah juga telah mengupayakan berbagai cara dalam peningkatan kualitas guru, antara lain melalui pelatihan, seminar, dan lokakarya bahkan melalui peningkatan jenjang pendidikan formal yang diperlukan sebagai persyaratan minimal kualifikasi dengan cara pemberian beasiswa untuk mengikuti pendidikan yang lehih tinggi. Namun begitu, masih juga terdapat guru yang berbuat kesalahan yang tidak patut diteladani, sehingga upaya peningkatan kualitas guru perlu terus dibenahi dan ditingkatkan secara maksimal dan berkesinambungan.

Sampai tahun 2013 rasio guru:siswa secara nasional mencapai 1:16. Ini berarti secara nasional guru sudah berlebih, akan tetapi dilihat distribusinya ternyata masih belum merata. Penataan guru sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2007, dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan dimana diatur pembagian wewenang untuk perpindahan guru antar sekolah dan antar daerah. Saat itu sudah disadari bahwa secara akumulatif guru telah berlebih dan perlu dilakukan penataan. Bahkan Kemendikbud mensinyalir bila dilakukan penataan akan menghemat anggaran Negara hingga 80 triliun.

Tahun 2010 telah dikeluarkan Permendiknas Nomor 20 tentang Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria bidang pendidikan yang salah satunya mengatur tentang pendistribusian guru. Namun karena tidak disertai sangsi maka semua peraturan

(7)

Page 7 of 40 tersebut menjadi mandul dan akhirnya tidak diimplementasikan oleh daerah. Berbeda ketika keluar peraturan bersama 5 menteri tahun 2011, hampir semua menteri melengkapinya dengan sangsi bagi daerah yang belum melakukan penataan guru. MenPAN-RB lebih dahulu mengeluarkan sangsi penundaan formasi guru PNS bagi daerah yang sudah kelebihan guru dan ditunjukkan dengan alokasi belanja tidak langsung yang melebihi 50%. Tahun 2013 sudah ada ratusan kabupaten/kota yang ditunda penerimaan formasi CPNS dan hanya menyetujui di 226 kabupaten/kota saja. Sementara itu sangsi dari Menkeu adalah akan mengurangi alokasi dana perimbangan, Mendikbud akan mengurangi bantuan finansial pendidikan, Mendagri akan menjadikannya sebagai bagian dari penilaian kinerja Kepala Daerah.

Sejak pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ditemukan berbagai permasalahan terkait dengan pengelolaan guru, antara lain mengenai penyiapan, pengangkatan, penempatan, penugasan, pemindahan, pembinaan dan pengembangan, pemberhentian, pemberian penghargaan dan pelindungan. Padahal sudah ada acuan dasar pelaksanaan penataan dan pemerataan guru, yaitu: (a) PP 38 tahun 2007 tentang Pembagian Kewenangan antara Pusat dan Daerah; (b) Permendiknas No 20 Tahun 2010 tentang SNPK (Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria) di Bidang Pendidikan; (c) Peraturan bersama 5 Menteri Tahun 2011 tentang Penataan dan Pemerataan Guru; dan (d) Permendikbud No 62 tahun 2013 tentang Sertfikasi Guru Dalam Jabatan Dalam Rangka Penataan dan Pemerataan Guru.

Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan dan indek pembangunan pendidikan serta penataan dan pemerataan guru PNS di Kabupaten Labuhanbatu dengan menganalisis kebutuhan dan kekurangan guru PNS pada setiap jenjang pendidikan dasar, yaitu meliputi 270 SD dan 53 SMP (Negeri dan Swasta). Untuk dapat memberikan jaminan pada guru PNS supaya dapat memenuhi beban kerja 24 jam pelajaran per minggu, diperlukan penataan dan pemerataan guru PNS antar jenjang dan jenis pendidikan serta mengoptimalisasi tugas guru.

(8)

Page 8 of 40 B. Tujuan

Tujuan dilakukannya penataan dan pemerataan guru di Kabupaten Labuhanbatu adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui:

1. Pemenuhan kekurangan guru kelas dan guru mata pelajaran

2. Pemenuhan jam mengajar guru yang telah disertifikasi sesuai standar

3. Pemerataan guru yang memenuhi kualifikasi dan telah disertifikasi sesuai kriteria dalam SPM dan SNP

4. Peningkatan kinerja sekolah kecil dan sekolah berkinerja rendah 5. Peningkatan efisiensi anggaran pendidikan

C. Hasil yang diharapkan

Dengan dilaksanakannya penataan dan pemerataan guru diharapkan: 1.Tidak ada sekolah yang mengalami kekurangan guru

2.Jumlah guru yang tidak memenuhi jam mengajar semakin kecil 3.Peningkatan kinerja sekolah kecil dan sekolah berkinerja rendah

4.Penambahan alokasi program peningkatan mutu dari efisiensi anggaran

D. Metode Pemecahan Masalah

Metode workshop dan pendampingan digunakan dalam menyusun pemetaan ini. Workshop dilaksanakan secara serempak dalam waktu yang terbatas untuk memulai satu tahapan. Biasanya setiap tahapan tidak dapat selesai hanya dengan mengejar output sehingga harus dilanjutkan dengan pendampingan.

(a) Workshop Sosialisasi

Kegiatan ini bertujuan untuk menyamakan persepsi terhadap agenda penataan dan pemerataan guru diantara pemangku kepentingan pendidikan di Kabupaten Labuhanbatu. Lebih jauh yang ingin dicapai adalah terbangun komitmen bersama

(9)

Page 9 of 40 antara USAID PRIORITAS dengan Kabupaten/Kota mitra dalam penataan dan pemerataan guru, serta meningkatan kesadaran akan pentingnya data sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan. Workshop dilaksanakan pada tanggal 31 Juli 2013 di Gedung PKK Kabupaten Labuhanbatu yang dihadiri Bapak Bupati, Kepala Dinas Pendidikan dan jajarannya serta stakeholder pendidikan diantaranya dari Bappeda, BKD, Kemenag dan Dewan Pendidikan. Forum ini juga menyepakati siapa saja yang masuk dalam Tim PPG (baik tim tehnis maupun tim kebijakan) dan memberi tugas untuk segera bekerja. Dalam pendampingan tim tehnis kemudian melakukan pengunduhan 1.183 database sekolah SD dan SMP melalui Dapodik, walaupun akhirnya hanya berhasil 87% dengan meninggalkan sebagian sekolah swasta dalam analisis.

(b) Workshop Analisis Data Workshop ini bertujuan untuk mengenalkan software untuk agregasi data, mengenalkan berbagai analisis dan mulai menyusun isu strategis. Dilakukan di Brastagi 19-21

September dengan difasilitasi para Service Provider dari Unimed, IAIN dan LPMP.

(c) Workshop Analisis Kebijakan

Workshop ini berlangsung di Sabang 24-26 Oktober 2013, bertujuan untuk menyepakati isu strategis dalam penataan guru dan mulai menyusun kebijakan yang terkait. Hasilnya

(10)

Page 10 of 40 digodok kembali dalam pendampingan hingga final.

(d)Konsultasi Publik

Hasil-hasil yang sudah dirumuskan dalam workshop sebelumnya berupa isu strategis dan alternatif kebijakan disampaikan oleh Tim kepada Kadis Pendidikan Kabupaten Labuhanbatu 6 Februari 2014. Pada saat itu Kadis Pendidikan menegaskan

untuk segera

mengimplementasikan penataan guru sesuai rekomendasi Tim.

(e) Penyebarluasan informasi melalui media

Untuk menyebarluaskan hasil kerjanya, Tim juga melakukan sosialisasi kepada media local agar ada keterlibatan publik dalam kebijakan ini.

(11)

Page 11 of 40

BAB 2

HASIL PEMETAAN DISTRIBUSI GURU

A. Ketersediaan dan Kelengkapan Data A.1. Kondisi data yang ada di kabupaten

Sumber data yang digunakan sebagai bahan analisis pada pemetaan distribusi guru adalah Data Pokok Pendidik (DAPODIK). Data yang digunakan adalah data Dapodik tahun 2012 pada jenjang SD dan SMP yang telah diunduh baik negeri maupun swasta. Dengan bantuan SIMPK (Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Kabupaten/Kota), software yang dikembangkan USAID PRIORITAS, maka diproses data unduhan tersebut menjadi database yang berbasis sekolah, mapel dan individu guru. Data inilah yang digunakan sebagai bahan untuk analisis.

Grafik 1: Alur sistem pendataan yang digunakan untuk analisisPPG

Jumlah data sekolah SD Negeri yang berhasil di unduh di Kabupaten Labuhan mencapai 99.5% dan SD swasta sebanyak 84%. Data SMP Negeri yang diunduh mencapai 100% dan SMP Swasta 80%. Oleh karena fokus konsentrasi pada analisis ini adalah sekolah negeri maka jumlah data sudah layak untuk digunakan. Sebagai bahan referensi pembanding tingkat keakuratan jumlah data sekolah dan guru digunakan hasil pendataan PADAMU NEGERI per bulan November 2013. PADAMU

(12)

Page 12 of 40 NEGERI merupakan aplikasi yang digunakan oleh dinas dalam melakukan sensus PTK yang aktif mengajar persekolah. Jumlah data sekolah yang diimport berdasarkan data DAPODIK dengan menggunakan aplikasi SIMPK untuk SD mencapai 97% dan SMP mencapai 94% dari total sekolah negeri dan swasta.

Tabel-1: Jumlah Sekolah Negeri dan Swasta di Kabupaten Labuhanbatu

NO JENIS SEKOLAH JUMLAH

SEKOLAH SEHARUSNYA PERSENTASE (DATA DAPODIK) (DATA PADAMU) 1 SD NEGERI 237 238 99.57% 2 SD SWASTA 33 39 84.61% TOTAL 270 277 97.47% 3 SMP NEGERI 29 29 100% 4 SMP SWASTA 24 30 80% TOTAL 53 59 89.83%

Tabel-2: Jumlah Guru Sekolah Negeri dan Swasta di Kabupaten Labuhanbatu

NO JENIS SEKOLAH JUMLAH

GURU SEHARUSNYA PERSENTASE (DATA DAPODIK) (DATA PADAMU) 1 SD NEGERI 2942 3118 94.35% 2 SD SWASTA 256 280 91.42% TOTAL 3198 3.398 94.11% 3 SMP NEGERI 686 705 97.30% 4 SMP SWASTA 334 238 TOTAL 1020 943 97.30%

A.2. Kelengkapan Data berbasis Dapodik

Jumlah guru PNS dan Non PNS di Sekolah Negeri per Kecamatan hasil import SIMPK adalah sebagai berikut:

(13)

Page 13 of 40 Jumlah Guru SMP PNS dan Non PNS di Sekolah

Negeri

Jumlah Sekolah Negeri Jenjang SMP Per Kecamatan

Jumlah Guru SD PNS dan Non PNS di Sekolah Negeri Per Kecamatan

(14)

Page 14 of 40 B. ANALISIS PEMETAAN GURU

B.1. Distribusi Guru Jenjang SD

B.1.1.Gambaran distribusi (kekurangan kelebihan) guru kelas menurut sekolah dan kecamatan

Tabel 3: Rasio siswa terhadap Guru per Kecamatan No Kecamatan Rasio Siswa Per Guru Rasio Siswa Per Guru

Kelas 1 Bilah Barat 15 24 2 Bilah Hilir 19 26 3 Bilah Hulu 15 22 4 Panai Hilir 22 31 5 Panai Hulu 18 27 6 Panai Tengah 17 23 7 Pangkatan 14 22 8 Rantau Selatan 15 25 9 Rantau Utara 18 28 Grand Total 17 25

Jika dilihat dari rasio siswa dan guru pada sekolah negeri di Kabupaten Labuhanbatu terlihat bahwa sebenarnya jumlah guru sudah mencukupi. Standar Pelayanan Minimal (SPM) mensyaratkan 32 siswa per-guru kelas, atau Standar Nasional mensyaratkan 28 siswa per-guru. Dengan rata-rata rasio seperti ini hampir di semua kecamatan memiliki nilai rata-rata rasio dibawah SPM bahkan dibawah SNP. Daerah yang memiliki kepadatan tertinggi adalah Kecamatan Panai hilir dengan rasio masih dibawah SPM. Mengacu kepada rasio 1:32 (1 guru per 32 siswa), kecenderungan adalah di beberapa kecamatan terdapat jumlah sekolah dengan murid yang sedikit atau juga kecenderungan di beberapa sekolah terdapat jumlah guru yang banyak.

(15)

Page 15 of 40 Grafik-2 : Rasio siswa per guru

Bila melihat grafik rasio siswa terhadap guru diatas dari 237 sekolah negeri terdapat 108 sekolah (46%) yang memiliki rasio ½ SPM (8-32) siswa per guru, 15 sekolah (6%) memiliki rasio ¼ SPM dan hanya 5 sekolah negeri (2%) yang memiliki rasio diatas SPM.

Sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal dinyatakan bahwa minimal tersedia 6 orang guru pada 1 satuan pendidikan dan minimal 4 orang pada daerah terpencil. Mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan dinyatakan bahwa selain guru kelas satuan pendidikan harus memiliki guru mapel (Pendidikan Jasmani dan Kesehatan dan Pendidikan Agama). Dengan acuan seperti ini jumlah 6 orang pada satuan pendidikan masih kurang.

Tabel 4: Distribusi sekolah menurut kecukupan guru sesuai SPM

Kelompok Jumlah Guru Jumlah Persen

[1] < 3 Guru 3 1% [2] 4 Guru (SPM Terpencil) 2 1% [3] 5 Guru 5 2% [4] 6 Guru (SPM) 3 1% [5] >6 Guru 223 94% Grand Total 236 100%

(16)

Page 16 of 40 Pada tabel 4 terlihat bahwa 13 sekolah (5%) yang memiliki jumlah guru kurang dari SPM. Bahkan masih dijumpai lagi sekolah dengan jumlah guru kurang dari 3 orang walaupun jumlahnya cuma 3 sekolah (hanya 1 % saja). Hal ini memberikan gambaran bahwa ada sekolah kurang diminati oleh guru.

Tabel 5: Kecukupan Guru SD per Mata Pelajaran.

Dapat kita lihat bahwa hampir disemua mata pelajaran pada jenjang SD terdapat kekurangan guru PNS. Dalam pelaksanaannya kekurangan guru ini ditutupi oleh guru honor dengan pembayaran menggunakan dana BOS. Sehingga di beberapa sekolah membutuhkan biaya yang besar untuk pembayaran honor guru.

B.1.2. Guru Kelas PNS di Sekolah Dasar Negeri

Jika dilihat distribusi guru kelas PNS di sekolah Negeri maka dijumpai ketidak merataan jumlah dimana ada kecamatan yang memiliki rombongan belajar besar dengan jumlah guru kelas yang sedikit.

Mata Pelajaran Jumlah

Sekolah Jumlah Rombel Kebutuhan Guru Mapel Jumlah Guru Mapel Jumlah Guru Mapel PNS +/- guru mapel PNS Guru Kelas 235 1839 1839 1950 1349 -490

Pendidikan Agama Budha 2 23 3 2 2 -1

Pendidikan Agama Islam 215 1727 229 315 228 -1

Pendidikan Agama Katholik 13 105 14 14 6 -8

Pendidikan Agama Kristen 64 545 72 69 43 -29

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 203 1645 219 281 129 -90

(17)

Page 17 of 40 Tabel 6: Sebaran Guru Kelas PNS Per Kecamatan

Seperti yang terlihat pada tabel, jika kita bandingkan antara kecamatan Bilah Hilir dengan kecamatan Bilah Barat dengan jumlah rombel yang hampir sama, dimana Bilah Hilir memiliki rombongan belajar 225 dengan jumlah guru kelas PNS hanya 122 orang, sehingga terdapat kekurangan 103 orang guru kelas PNS. Sementara kecamatan Bilah Barat terdapat kekurangan 45 orang guru dengan selisih rasio siswa per guru kelas tidak jauh berbeda. Hal ini memberi gambaran bahwa guru lebih menarik mengajar di kecamatan Bilah Barat.

Jumlah total kekurangan guru kelas PNS yang mengajar pada Sekolah Dasar Negeri di seluruh kecamatan sebanyak 483 orang. Kekurangan guru ini dipenuhi oleh guru kelas honor (Non PNS) sebanyak 609 orang. Kondisi ini menjadikan kelebihan guru kelas Non PNS sebanyak 126 orang yang tersebar pada 8 kecamatan. Namun walaupun sudah dipenuhi oleh guru honor pada kecamatan Panai Hilir masih juga terjadi kekurangan guru kelas sebanyak 85 orang.

B.1.3. Guru mapel PAI dan Penjaskes menurut sekolah dan kecamatan

Kekurangan guru untuk jenjang sekolah dasar terjadi juga pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Dilihat dari tabel

Kecamatan Jumlah Guru

PNS Jumlah Guru Kelas PNS Rombel Guru Kelas Jumlah Guru Kelas Non PNS +/- Guru Kelas +/- Guru Kelas PNS Bilah Barat 257 182 227 51 6 -45 Bilah Hilir 166 122 225 130 27 -103 Bilah Hulu 300 228 316 114 26 -88 Panai Hilir 119 85 168 81 -2 -83 Panai Hulu 144 106 159 63 10 -53 Panai Tengah 125 106 141 51 16 -35 Pangkatan 186 139 187 56 8 -48 Rantau Selatan 244 169 181 21 9 -12 Rantau Utara 319 235 251 42 26 -16 Grand Total 1860 1372 1855 609 126 -483

(18)

Page 18 of 40 sebaran guru Pendidikan Agama Islam per Kecamatan terjadi total kekurangan 1 orang. Kekurangan yang tertinggi terdapat pada kecamatan Bilah Hilir dengan jumlah 10 orang, sementara kelebihan tertinggi terdapat di kecamatan Rantau Selatan dengan jumlah 18 orang.

Tabel 7: Sebaran Guru PNS Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam perkecamatan

Kecamatan

Guru PNS Mapel Agama

Islam

Kebutuhan guru PNS Mapel Agama Islam

+/- Guru PNS Mapel Agama Islam Bilah Barat 34 31 3 Bilah Hilir 19 29 -10 Bilah Hulu 39 40 -1 Panai Hilir 8 16 -8 Panai Hulu 14 21 -7 Panai Tengah 12 16 -4 Pangkatan 16 20 -4 Rantau Selatan 41 23 18 Rantau Utara 46 34 13 Grand Total 228 229 -1

Dengan sebaran seperti ini sebenarnya jumlah guru sudah mencukupi namun perlu dilakukan pemerataan terutama pada kecamatan yang saling berdekatan dengan domisili guru.

Pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan terjadi kekurangan 90 orang (tabel 8).

(19)

Page 19 of 40 Tabel 8: Sebaran Guru PNS Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

Kekurangan ini tersebar pada seluruh kecamatan dengan rata-rata kekurangan 240 jam per minggu atau setara dengan 10 orang per kecamatan.

Grafik 2: Proyeksi ketersediaan guru kelas 5 sampai 10 tahun ke depan sebagai akibat pensiun.

Dilihat dari ketersediaan guru kelas PNS yang ada sekarang jika diasumsikan tidak ada penambahan rombel pada sekolah negeri maka dapat diproyeksikan kekurangan guru kelas PNS saat ini ditambah yang akan pensiun pada tahun ini

Kecamatan Jumlah Guru PNS Mapel PENJAS Kebutuhan guru PNS Mapel PENJAS +/- Guru PNS Mapel PENJAS Bilah Barat 27 30 -10 Bilah Hilir 26 28 -15 Bilah Hulu 33 32 -5 Panai Hilir 16 17 -9 Panai Hulu 21 20 -9 Panai Tengah 14 15 -9 Pangkatan 22 21 -6 Rantau Selatan 19 23 -9 Rantau Utara 25 34 -19 Grand Total 203 219 -90

Tabel: Sebaran Guru PNS Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Per Kecamatan

1349 1332 1124 719 17 208 405 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600

Saat ini Pensiun tahun

ini Pensiun 5 th ke depan Pensiun 10 tahun ke depan pensiun aktif

(20)

Page 20 of 40 mencapai 500 orang atau 27% dari total kebutuhan guru kelas di sekolah negeri. Demikian juga halnya dengan kekurangan guru mapel Pendidikan Agama (Islam, Kristen, Katholik, Budha) dan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan diproyeksikan kekurangan mencapai 135 orang, diagram berikut.

B.1.4. Distribusi guru PNS di SD Negeri per Sekolah

Sesuai dengan kebutuhannya maka sebenarnya jumlah 6 orang guru PNS di SD Negeri masih sangat minim. Ternyata masih ditemukan 84 sekolah dengan jumlah guru PNS tidak mencapai 6 orang, tabel berikut, bahkan 14 sekolah diantaranya hanya memiliki 2 orang guru PNS. Dapat dikatakan hanya kepala sekolah saja dengan status PNS.

Tabel 9: Jumlah Guru PNS di Sekolah SD Negeri

408 402 318 225 6 84 93 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450

Saat ini Pensiun tahun

ini Pensiun 5 th ke depan Pensiun 10 tahun ke depan pensiun aktif

Jumlah Guru PNS Jumlah sekolah

1-2 orang guru 14 3-5 orang guru 70 6-12 orang guru 114 > 12 orang guru 38

(21)

Page 21 of 40 B.1.5. Pemetaan sekolah kecil

Menurut data ada 32 sekolah SD Negeri (14%) yang masuk kategori sekolah kecil (atau siswa dibawah 90 orang, tidak sampai ½ SPM).Sekolah kecil ini biasanya kurang bermutu atau berkinerja rendah sehingga tidak diminati masyarakat. Bila tidak ditangani serius sekolah ini akan semakin rendah kinerjanya dan tidak bisa bersaing dengan sekolah sekitarnya. Untuk memperbaiki sekolah ini perlu perbaikan dalam pengelolaan dan mutu guru.

Sekolah kecil kurang efisien, karena seharusnya menurut SPM hanya ditangani oleh ½ jumlah guru normal, misalnya guru kelas cukup 3 orang untuk 6 rombel. Dari data yang ada bahkan ditemukan 6% (14 sekolah) dengan jumlah murid kurang dari 60 siswa. Untuk perbaikan pengelolaan sekolah kecil perlu berada dalam pengelolaan sekolah yang baik, bisa jadi diregruping dengan sekolah yang bagus di dekatnya bila memungkinkan.

14 , 6% 18 , 8% 10% 25% 19% 27% 5%

<= 60 siswa 61 - 90 siswa 91 - 120 siswa 121 - 180 siswa

(22)

Page 22 of 40 B.2. DISTRIBUSI GURU JENJANG SMP

B.2.1.Gambaran distribusi guru menurut Mapel, sekolah dan kecamatan Pada jenjang SMP kebutuhan guru mata pelajaran dihitung berdasarkan beban jam mengajar minimal 24 jam per minggu. Bila menghitung ketersediaan guru baik PNS maupun Non PNS di sekolah negeri maka ditemukan kelebihan guru mata pelajaran sebanyak 343 orang. Kelebihan tertinggi pada mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, IPS, IPA, Bahasa Ingrris (kategori mata pelajaran utama SMP), tabel 10 berikut.

Tabel 10: Kebutuhan guru Mapel di Sekolah Negeri

Kekurangan guru mapel pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik sebesar 0.8 (tidak sampai 1 orang) dengan pengertian hanya kekurangan 19.2 jam pelajaran saja, hal ini bisa dipenuhi dengan melakukan penambahan jam mengajar pada guru bidang studi tersebut.

Bila dilihat dari ketersediaan guru PNS saja maka sebenarnya jumlah guru mata pelajaran di sekolah negeri juga sudah mencukupi. Dari 13 mapel ditemukan 10 mata pelajaran kelebihan guru mapel PNS yang tersebar pada SMP Negeri di setiap kecamatan. Namun karena belum terdistribusi dengan baik maka terjadi

Mata Pelajaran Jlh Kebutuhan Guru

mapel SMP Jlh Guru Mapel +/- Guru Mapel

Bahasa Indonesia 45.3 87.0 41.7

Bahasa Inggris 44.5 77.5 33.0

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 45.3 82.5 37.2

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 44.5 84.5 40.0

Keterampilan 10.8 24.5 13.7

Matematika 45.3 90.0 44.7

Pendidikan Agama Islam 22.2 44.5 22.3

Pendidikan Agama Katholik 1.8 1.0 -0.8

Pendidikan Agama Kristen 18.9 23.0 4.1

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 22.2 44.3 22.1

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 22.6 53.8 31.2

Seni Budaya 21.1 45.0 23.9

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 22.0 52.0 30.0

(23)

Page 23 of 40 kekurangan guru mata pelajaran di beberapa sekolah, sehingga dengan kondisi ini masih juga dilakukan merekrut guru honor. Keberadaan guru honor menjadikan penambahan kelebihan guru mapel sebanyak 265 orang (77%) dari total kelebihan. Hal ini memberikan gambaran bahwa penambahan guru honor di sekolah negeri tidak efektif.

Tabel 11: Kebutuhan guru Mapel PNS di Sekolah Negeri

Untuk guru PNS mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik, Pendidikan Agama Kristen dan TIK terlihat masih terjadi kekurangan, sehingga perekrutan guru honor untuk mata pelajaran ini memberikan dampak positif dalam hal pemenuhan kebutuhan guru.

Jika ditinjau lebih dalam lagi, sebaran guru mata pelajaran di sekolah negeri per kecamatan masih dijumpai kekurangan dan kelebihan. Untuk skala wilayah kabupaten terlihat bahwa masih ada 3 kabupaten yang kekurangan guru mata pelajaran yaitu di kecamatan Bilah Hilir, Panai Hilir dan Panai Tengah. Khususnya Kacamatan Bilah Hilir membutuhkan guru mapel yang cukup tinggi dibanding dengan kecamatan lainnya. Mengacu kepada letak geografis kemungkinan untuk dilakukan adalah pemerataan terhadap kecamatan yang saling berdekatan (Bilah Barat dan Bilah Hulu) yang secara agregat terlihat kelebihan guru mapel (PNS).

Mata Pelajaran Jlh Kebutuhan Guru mapel SMP Jlh Guru Mapel PNS +/- Guru Mapel PNS SMP Bahasa Indonesia 45.3 61.0 15.7 Bahasa Inggris 44.5 50.5 6.0

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 45.3 62.5 17.2

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 44.5 46.5 2.0

Keterampilan 10.8 17.5 6.7

Matematika 45.3 70.0 24.7

Pendidikan Agama Islam 22.2 25.5 3.3

Pendidikan Agama Katholik 1.8 0.0 -1.8

Pendidikan Agama Kristen 18.9 10.0 -8.9

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 22.2 25.3 3.1

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 22.6 31.8 9.2

Seni Budaya 21.1 30.0 8.9

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 22.0 14.0 -8.0

(24)

Page 24 of 40 Tabel 12: Sebaran guru Mapel PNS per Kecamatan

Secara rinci, sebaran kelebihan guru memiliki varian yang berbeda, dimana di beberapa kecamatan walaupun secara agregat terlihat kekurangan guru mapel, namun untuk beberapa bidang studi terjadi kelebihan. Seperti kecamatan Bilah Hilir secara agregat kekurangan guru mapel PNS 18 orang, ditemukan juga ada kelebihan guru pada 8 mata pelajaran di 8 sekolah dengan masing-masing kelebihan 12 jam.

Tabel 13: Jumlah sekolah yang kelebihan & kekurangan guru mapel di Kecamatan

Bilah Hilir.

Jika kita lihat sebaran guru mapel PNS pada kecamatan yang saling berdekatan (radius sekolah yang tidak jauh) dengan sekolah di Kecamatan Bilah Barat maka ditemukan juga ada kekurangan guru pada 10 mata pelajaran di 13 sekolah dengan masing-masing kekurangan 12 jam.

Kecamatan Jlh Kebutuhan Guru mapel SMP Jlh Guru Mapel PNS +/- Guru Mapel PNS SMP Bilah Barat 33.5 43.0 9.5 Bilah Hilir 62.1 44.0 -18.1 Bilah Hulu 57.8 87.0 29.3 Panai Hilir 21.3 7.8 -13.5 Panai Hulu 24.0 24.8 0.8 Panai Tengah 21.8 14.8 -7.0 Pangkatan 24.4 37.5 13.1 Rantau Selatan 56.6 81.5 24.9 Rantau Utara 65.2 104.3 39.1 Grand Total 366.5 445 78.0

Kurang > 0.5 org Kurang sd 0.5 org Lebih s.d 0.5 org Lebih >0.5 - 1 org Lebih >1 org

Grand Total Mata Pelajaran

Bahasa Indonesia 2 1 1 1 5

Bahasa Inggris 3 1 1 5

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 1 1 1 1 4

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 4 1 5

Keterampilan 2 1 3

Matematika 2 2 1 5

Pendidikan Agama Islam 2 1 1 4

Pendidikan Agama Kristen 1 1 1 3

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 3 1 4

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 1 1 1 1 4

Seni Budaya 2 1 1 4

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 2 1 1 4

(25)

Page 25 of 40 Tabel 14: Jumlah sekolah yang kelebihan & kekurangan guru mapel di Kecamatan

Bilah Barat.

Dengan demikian sekolah yang kekurangan 12 jam mata pelajaran Bahasa Indonesia di Kecamatan Bilah Hilir dapat dibantu oleh guru dari Kecamatan Bilah Utara. Alternatif yang dilakukan adalah melakukan mutasi guru dengan radius kecamatan terdekat.

Jika dilihat per mata pelajaran, hampir diseluruh mata pelajaran terjadi kekurangan dan kelebihan guru. Kondisi ini menunjukkan bahwa pentingnya dilakukan penataan dan pemerataan guru. Kekurangan guru mapel pada sekolah dapat mengakibatkan proses belajar-mengajar terganggu dan akan memperburuk mutu siswa.

Grafik 4: Jumlah Sekolah Kelebihan dan Kekurangan Guru Mapel

Kurang > 0.5 org Kurang sd 0.5 org Lebih s.d 0.5 org Lebih >0.5 - 1 org Lebih >1 org Grand Total Mata Pelajaran

Bahasa Indonesia 1 1 1 3

Bahasa Inggris 1 1 2

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 1 2 1 4

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1 1 2

Keterampilan 1 1 2

Matematika 1 1 1 3

Pendidikan Agama Islam 1 1 2

Pendidikan Agama Kristen 1 1 2

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 1 2 3

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 1 1 1 3

Seni Budaya 1 1 2

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 1 2 1 4

Grand Total 6 10 5 6 5 32 19 12 14 14 10 15 14 13 21 9 6 10 8 13 4 5 5 2 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Bahasa Indonesia Bahasa Inggris (IPA) (IPS) Matematika Penjaskes (PKn) Seni Budaya (TIK)

(26)

Page 26 of 40 Dalam pemerataan jumlah guru mata pelajaran langkah awal untuk memenuhi kekurangan dapat dilakukan dengan mencari sekolah kelebihan guru terdekat (dalam 1 kecamatan). Seperti yang terlihat pada grafik diatas bahwa terdapat kekurangan guru PNS mapel matematika pada 10 sekolah SMP Negeri.

Tabel 15: Jumlah sekolah kekurangan guru mapel Matematika.

Dengan melihat tabel kekurangan guru mapel matematika berikut terlihat bahwa kekurangan yang terjadi pada 10 sekolah adalah sejumlah 5.08 orang atau setara dengan 120 jam pengajaran, dimulai dari kekurangan terkecil adalah 0.33 orang (8 jam) dan kekurangan terbesar adalah 1 orang (24 jam).

Kecamatan Nama Sekolah Rombel Standar JPM Kebutuhan Jml Guru Mapel

+/- Guru Mapel PNS SMP Bilah Barat SMP N 2 BILAH BARAT 9 4 1.50 3.00 (0.50)

Bilah Hilir SMP TERBUKA 1 BILAH HILIR 6 4 1.00 1.00 (1.00) SMP NEGERI 2 BILAH HILIR 14 4 2.33 4.00 (0.33) SMP Negeri 4 Satu Atap Bilah Hilir 1 4 0.17 1.00 (0.17) SMP N 3 BILAH HILIR 11 4 1.83 2.25 (0.58)

Panai Hilir SMP NEGERI 3 SATU ATAP SEI TAWAR 1 4 0.17 1.00 (0.17) SMP NEGERI 1 PANAI HILIR 12 4 2.00 2.00 (1.00) SMP NEGERI 2 SATU ATAP PANAI HILIR 3 4 0.50 1.00 (0.50)

Panai Hulu SMP NEGERI 3 PANAI HULU 2 4 0.33 1.00 (0.33)

Panai Tengah SMP NEGERI 3 SATU ATAP PANAI TENGAH 3 4 0.50 1.00 (0.50)

(27)

Page 27 of 40 Tabel 16: Jumlah sekolah kelebihan dan kekurangan guru mapel Matematika per

kecamatan.

Jika memperhatikan bahwa kekurangan dan kelebihan guru mapel terjadi pada seluruh kecamatan. Dengan demikian sekolah yang kelebihan guru mapel dapat membantu sekolah yang kekurangan guru mapel dalam satu kecamatan atau mobile teacher dengan memberi jam mengajar guru di sekolah yang kurang jika kebutuhan jamnya hanya sedikit.

Keputusan untuk melakukan mutasi guru menjadi momok yang besar bagi pemangku kebijakan, dimana dalam pelaksanaannya sering menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Untuk itu keputusan dalam melakukan mutasi harus mengacu pada peraturan dan persyaratan yang berlaku. Menurut SKB 5 Menteri kriteria yang digunakan untuk memilih siapa yang akan dipindah diantaranya mereka yang sudah disertifikasi, belum penuh jam mengajarnya dan memiliki masa kerja yang lebih sedikit (didekati dengan usia yang lebih muda).

Kecamatan Nama Sekolah Rombel Standar JPM Kebutuhan Jml Guru Mapel +/- Guru Mapel PNS SMP Bilah Barat SMP N 2 BILAH BARAT 9 4 1.50 3.00 (0.50)

SMP N 1 BILAH BARAT 13 4 2.17 5.00 2.83 SMP N 3 SATU ATAP BILAH BARAT 5 4 0.83 1.00 0.17

Bilah Hilir SMP N 1 BILAH HILIR 15 4 2.50 5.00 2.50 SMP TERBUKA 1 BILAH HILIR 6 4 1.00 1.00 (1.00) SMP NEGERI 2 BILAH HILIR 14 4 2.33 4.00 (0.33) SMP Negeri 4 Satu Atap Bilah Hilir 1 4 0.17 1.00 (0.17) SMP N 3 BILAH HILIR 11 4 1.83 2.25 (0.58)

Bilah Hulu SMP TERBUKA BILAH HULU 3 4 0.50 1.00 0.50 SMP NEGERI 3 BILAH HULU 9 4 1.50 3.00 1.50 SMP N 1 BILAH HULU 21 4 3.50 7.00 3.50 SMP N 2 BILAH HULU 10 4 1.67 4.00 2.33

Panai Hilir SMP NEGERI 3 SATU ATAP SEI TAWAR 1 4 0.17 1.00 (0.17) SMP NEGERI 1 PANAI HILIR 12 4 2.00 2.00 (1.00) SMP NEGERI 2 SATU ATAP PANAI HILIR 3 4 0.50 1.00 (0.50)

Panai Hulu SMP NEGERI 3 PANAI HULU 2 4 0.33 1.00 (0.33) SMP N 2 PANAI HULU 6 4 1.00 3.50 0.50 SMP N 1 PANAI HULU 10 4 1.67 2.25 0.58

Panai Tengah SMP NEGERI 3 SATU ATAP PANAI TENGAH 3 4 0.50 1.00 (0.50) SMP NEGERI 2 PANAI TENGAH 5 4 0.83 2.25 0.42 SMP N 1 PANAI TENGAH 8 4 1.33 3.00 0.67

Pangkatan SMP NEGERI 2 SATU ATAP PANGKATAN 5 4 0.83 3.00 1.17 SMP N 1 PANGKATAN 13 4 2.17 5.00 2.83

Rantau Selatan SMP N 2 RANTAU SELATAN 18 4 3.00 7.00 4.00 SMP N 1 RANTAU SELATAN 23 4 3.83 5.25 0.42

Rantau Utara SMP NEGERI 2 RANTAU UTARA 14 4 2.33 5.00 2.67 SMP NEGERI 1 RANTAU UTARA 14 4 2.33 6.50 3.17 SMP NEGERI 3 RANTAU UTARA 18 4 3.00 4.00

(28)

Page 28 of 40 B.2.2. Distribusi Sekolah Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan Guru SD dan SMP Negeri

Sesuai dengan data yang ada, 49% (1396 orang) guru SD Negeri dan 11% (74 orang) guru SMP Negeri yang belum memenuhi kualifikasi S-1 seperti yang dituntut Standar Nasional Pendidikan (SNP). Sebanyak 12% Kepala Sekolah SD Negeri (20 orang) belum Sarjana, sementara pada SMP Negeri seluruh kepala sekolah telah sarjana.

Sesuai SPM, setiap sekolah SD minimal memiliki 2 orang guru yang telah memenuhi kualifikasi dan telah disertifikasi sebagai guru professional. Ternyata masih ada 30 sekolah SD yang masih memiliki guru S-1 kurang dari 2 orang, dan 17 sekolah diantaranya adalah SD Negeri (daftar terlampir) sementara ada 15 SD Negeri yang memiliki guru S-1 melebihi 12 orang. Dari sisi pemerataan maka struktur yang tidak imbang perlu diperbaiki.

-500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 SD SMP 909 34 487 40 S1 keatas D2 - D3 < D2

(29)

Page 29 of 40 Grafik 6: Distribusi sekolah menurut jumlah guru S-1 sesuai SPM

Grafik 7: Jumlah guru pada 5 mapel utama belum S-1

Pada jenjang SMP, menurut SPM untuk mata pelajaran utama (PPKn, IPA, Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris) harus diampu oleh guru yang telah memenuhi kualifikasi pendidikan S-1 dan telah disertifikasi. Menurut data masih ada 27 orang guru yang mengampu mapel ini belum memenuhi kualifikasi S-1 (daftar terlampir). Menurut SPM setiap SMP harus memiliki guru yang berkualifikasi S-1 minimal 70%. Data menunjukkan bahwa masih ada 2 SMP Negeri yang belum memenuhi.

< 2 orang; 17 7% 2-6 orang; 112 48% > 6 orang; 107 45% 81 70 80 85 49 6 8 3 5 5 0 20 40 60 80 100 Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Matematika Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

(30)

Page 30 of 40 B..2.3. Proyeksi ketersediaan guru 5 sampai 10 tahun ke depan sebagai

akibat pensiun pada SMP Negeri

Analisis guru yang akan pensiun diperlukan untuk menyusun skenario memenuhi kecukupan guru sekaligus mengatasi kelebihannya. Pensiun menjadi salah satu cara yang paling manusiawi dan tidak beresiko.

Berdasarkan analisis data, jika hanya menghitung guru PNS di SMP Negeri (guru mata pelajaran) maka ada 79 guru SMP Negeri yang akan pensiun dalam 5 tahun ke depan. Dengan posisi sekarang dimana guru di SMP Negeri kelebihan sebanyak 79 orang, maka selayaknya dapat diselesaikan dalam waktu tersebut. Namun bila hal ini tidak dipersiapkan dengan skenario yang baik bisa jadi tidak ada solusi yang signifikan. Dengan asumsi tidak ada penambahan rombel maka selayaknya tidak diperlukan untuk merekrut guru honor di sekolah negeri.

Proyeksi ketersediaan jumlah guru mapel PNS pada 5 tahun kedepan sebagai akibat dari pensiun sejumlah 370 orang, jika asumsi tidak ada penambahan rombel maka hanya kelebihan 3 orang. Namun guru mapel IPS, Pendidikan Agama, Seni Budaya dan TIK sudah membutuhkan perhatian dalam pemenuhan jumlah guru.

445 397 366 245 48 31 121 -50 100 150 200 250 300 350 400 450 500

Saat ini Setahun ke depan 5 tahun ke depan 10 tahun ke depan

Jumlah guru & yang akan pensiun

(31)

Page 31 of 40 Tabel 17: Proyeksi ketersediaan Guru Mapel PNS di SMP Negeri 5 tahun

kedepan

B.2.4. Distribusi guru PNS menurut jam mengajar di SD dan SMP Negeri Menurut SNP setiap guru wajib memenuhi jam mengajar sebanyak 24 jam dalam 1 minggu. Guru yang tidak memenuhi jam mengajar tersebut bila sudah lulus sertifikasi tidak akan menerima tunjangan profesi setiap bulannya. Mengacu kepada sanksi ini maka 106 orang guru SD terancam tidak menerima tunjangan profesi, begitu juga dengan kelebihan guru SMP mengakibatkan 194 orang yang telah memiliki sertifikat pendidik terancam tidak menerima tunjangan profesi.

Mata Pelajaran Kebutuhan Guru mapel SMP Jumlah Guru Mapel PNS sekarang jlh guru Mapel PNS 5 tahun kedepan Proyeksi +/- 5 tahun kedepan Bahasa Indonesia 45 61 57 12 Bahasa Inggris 45 51 49 5 IPA 45 63 52 7 IPS 45 47 35 (10) Keterampilan 11 18 14 3 Matematika 45 70 68 23

Pendidikan Agama Islam 22 26 21 (1)

Pendidikan Agama Katholik 2 - 0 (2)

Pendidikan Agama Kristen 19 10 8 (11)

Penjaskes 22 25 19 (3)

PPKN 23 32 29 6

Seni Budaya 21 30 14 (7)

TIK 22 14 4 (18)

(32)

Page 32 of 40 Dengan kondisi seperti ini guru yang kurang jam mengajar dituntut untuk mencari tambahan jam mengajar di sekolah yang lain.

B.2.5. Pemetaan sekolah besar Rasio siswa rombel lebih dari SPM

SPM telah membatasi jumlah siswa tidak boleh lebih dari 32 (SD/MI) dan 36 (SMP/MTs). Saat ini di Kabupaten Labuhanbatu setidaknya ada 23% (55 sekolah) SD Negeri dan 43% (13 sekolah) SMP Negeri yang memiliki kelas terlalu besar atau diatas SPM. Bila tidak direm, pergerakan ini akan terus berlanjut karena ada iming-iming menjanjikan (daftar sekolah terlampir).

42 88 64 106 -50 100 150 200 250 300 350 400

SD

SMP

Jam mengajar Guru SD dan SMP

(33)

Page 33 of 40 Grafik 8: Rasio Siswa per Rombel di SD dan SMP Negeri

(34)

Page 34 of 40 C. ISU STRATEGIS DALAM DISTRIBUSI GURU

Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan di atas, maka selanjutnya dapat ditemukan berbagai isu strategis. Isu strategis disusun berdasarkan analisis kesenjangan dengan membandingkan kondisi riil dengan standar yang ada, baik SPM maupun SNP. Isu-isu strategis dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Kekurangan dan Ketidakseimbangan Distribusi Guru Kelas di SD.

Kekurangan Guru Kelas PNS di SD Negeri mencapai 483 orang, akan tetapi dengan adanya rekrutmen 602 orang guru honor, maka akhirnya terjadi kelebihan guru honor sebanyak 126 orang. Oleh karena distribusinya kurang merata, masih ada 84 SD Negeri yang memiliki guru PNS kurang dari 6 orang, bahkan 14 diantaranya hanya memiliki 2 orang guru PNS saja. Masih ditemukan 2 sekolah SD Negeri yang memiliki guru kurang dari 4 orang (SPM terkecil).

2. Kekurangan Guru Penjaskes dan Guru Agama.

Kekurangan guru PNS Penjaskes SD Negeri sebanyak 90 orang tersebar di seluruh Kecamatan. Guru Pendidikan Agama Islam kekurangan 1 orang saja (sudah mencukupi) namun karena sebarannya tidak merata maka dijumpai sekolah yang kelebihan dan kekurangan. Kekurangan guru Pendidikan Agama Kristen sebanyak 29 orang dan kekurangan guru Pendidikan Agama Katholik sebanyak 8 orang.

3. Kelebihan Guru Mata Pelajaran di SMP.

Hampir di semua mata pelajaran di SMP terjadi kelebihan guru PNS. Kelebihan guru mapel PNS di Sekolah Negeri sebanyak 78 orang (21%), hal ini memberi gambaran bahwa tidak ada alasan untuk merekrut guru mapel, termasuk merekrut guru honor di sekolah. Bila hanya memperhitungkan guru PNS saja secara total juga masih berlebih kecuali mata pelajaran Pendidikan Agama Katholik. Namun demikian karena distribusinya belum merata, hanya 9 sekolah SMP Negeri saja yang sudah mencukupi kebutuhan guru pada mata pelajaran tertentu. Masih ada sekolah SMP Negeri yang kekurangan guru, akan tetapi lebih banyak sekolah yang kelebihan guru mata pelajaran.

(35)

Page 35 of 40 4. Tidak memenuhi ketentuan jam mengajar.

Sebanyak 106 guru mata pelajaran di SD dan 194 guru mata pelajaran di SMP yang telah memiliki sertifikasi tidak memenuhi jam mengajar dan terancam tidak akan mendapat tunjangan profesi. Oleh karena mereka sudah lulus sertifikasi maka diwajibkan untuk memenuhi jam mengajar 24 jam perminggu.

5. Sarjana S1 kurang dua orang dalam setiap SD.

Ada 30 sekolah SD yang masih memiliki guru Sarjana kurang dari 2 orang, (tidak memenuhi Standar Pelayanan Minimal), sementara ada 15 SD Negeri yang memiliki guru Sarjana melebihi 12 orang.

6. Belum memenuhi kualifikasi S1.

Sebanyak 49% (1396 orang) guru SD Negeri dan 11% (74 orang) guru SMP Negeri yang belum memenuhi kualifikasi S-1 seperti yang dituntut Standar Nasional Pendidikan (SNP). Sebanyak 12% Kepala Sekolah SD Negeri (20 orang) belum Sarjana. Sebanyak 27 orang guru pada 5 mata pelajaran utama di SMP Negeri belum memenuhi kualifikasi yang diharuskan SPM. Dua 2 SMP Negeri memiliki guru S-1 kurang dari 70% (SPM).

7. Banyak SD Kecil.

Sebanyak 32 sekolah SD Negeri merupakan sekolah kecil dengan siswa dibawah 90 anak (tidak sampai 15 anak per-rombel).

8. Rombongan Belajar Terlalu besar.

Ditemukan 23% (55 sekolah) SD Negeri dan 43% (13 sekolah) SMP Negeri yang memiliki rombongan belajar terlalu besar melebihi batas SPM (32 dan 36) yang berpotensi menurunkan mutu pembelajaran di kelas.

9. Kebutuhan Guru sampai 5 tahun ke depan.

Kebutuhan guru PNS untuk seluruh mapel di SMP Negeri sejumlah 267 orang. Jika tidak ada penambahan rombel maka jumlah ini terpenuhi sampai 5 tahun kedepan.

(36)

Page 36 of 40 Namun akibat usia pensiun yang berbeda maka guru pada beberapa mata pelajaran terjadi pengurangan yaitu IPS 10 orang, Pendidikan Agama 14 orang, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 3 orang, Seni Budaya 7 orang, dan mapel TIK sebanyak 18 orang.

(37)

Page 37 of 40

BAB 3

ALTERNATIF KEBIJAKAN

Berdasarkan isu-isu strategis yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, maka perlu dibuat berrbagai alternatif kebijakan guna memudahkan implementasinya di lapangan. Tim PPG Kabupaten Labuhanbatu menyusun alternatif kebijakan yang sesuai setelah mempertimbangkan isu strategis yang muncul:

1. Untuk mengatasi kekurangan guru kelas di SD dan SMP perlu diambil kebijakan (a) Pemindahan guru (Mutasi guru) dengan mempertimbangkan tempat tinggal, keluarga, masa kerja, usia, dan akses; dan (b) Penempatan ulang guru PNS K1 dan K2 yang lolos seleksi tahun 2013. Sekolah yang menjadi sasaran mutasi guru adalahSDN yang memiliki kekurangan guru dibawah 8 orang.

2. Untuk mengatasi kekurangan guru Penjaskes, maka dapat dibuat kebijakan penempatan guru PNS K1 dan K2 yang berlatar balakang Penjaskes di SDN yang kekurangan guru Penjaskes.

3. Untuk memenuhi ketentuan jam mengajar minimal 24 jam per minggu bagi 106 guru mata pelajaran di SD dan 194 guru mata pelajaran di SMP yang telah memiliki sertifikasi perlu ditindaklanjuti dengan Penambahan Jam Mengajar

(Mobile Teacher) di Sekolah lain yang membutuhkan/kekurangan guru.

4. Untuk meningkatkan kualifikasi guru SD Negeri (1396 orang) dan guru SMP Negeri (PNS) sebanyak 74 orang yang belum S1 perlu ditindaklanjuti dengan kebijakan menyekolahkan para guru tersebut ke jenjang S1. Peningkatan kualifikasi guru ke jenjang S1 dapat dilakukan melalui kerajasama dengan perguruan tinggi yang ada di Medan atau Rantauprapat.

5. Untuk mengatasi kelebihan guru PNS di SMP Negeri (78 orang) perlu ditindaklanjuti dengan kebijakan mutasi guru ke jenjang pendidikan SMA dan SMK. Hal ini dapat dilakukan setelah mendata kembali kebutuhan guru pada jenjang pendidikan tersebut. Sementara itu, untuk mengatasi kelebihan guru SMP Non PNS sebanyak 265 orang perlu ditindaklanjuti dengan Reseleksi guru honor kecuali bagi guru yang sudah lolos seleksi PNS K1 dan K2.

(38)

Page 38 of 40 6. Untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran perlu ditindaklanjuti dengan Pembatasan jumlah siswa per rombel sesuai ketentuan SPM bagi sekolah dengan rombelnya terlalu besar.

7. Untuk mengurangi kelebihan dan atau kekurangan guru perlu selektif terhadap perpindahan guru kedalam/keluar kabupaten yang cenderung mengakibatkan kelebihan/kekurangan guru.

8. Untuk mengatasi kekurangan guru PNS di SD perlu dindaklanjuti dengan Pengusulan penerimaan CPNS baru untuk mengatasi kekurangan guru.

(39)

Page 39 of 40

BAB 4

REKOMENDASI KEBIJAKAN

Rekomendasi kebijakan mengharuskan analisis kebijakan untuk menentukan alternatif yang terbaik dan alasannya karena prosedur analisis kebijakan terkait masalah etika dan moral. Rekomendasi pada dasarnya pernyataan advokasi dan advokasi mempunyai empat pertanyaan yang harus dijawab yaitu apakah: (a) dapat ditindak lanjuti (actionable), (b) bersifat prospektif, (c) bermuatan nilai selain fakta, dan (d) etis.

Prioritas kebijakan penataan dan pemerataan guru merupakan upaya memecahkan problem kinerja guru bagi kepentingan profesi dan pendidikan atas asas keadilan dan kesejahteraan guru, khususnya di Kabupaten Labuhanbatu. Kebijakan ini setidaknya memenuhi empat hal yang berkaitan dengan guru yakni; (1) tingkat kinerja dan kehidupan meningkat, (2) terjadi keadilan dalam pelaksanaan tugas dan peluang prestasi dan kreasi individual, (3) telah memberikan peluang aktif partisipasi (dalam membahas masalah, perencanaan, keputusan dan implementasi) dan (4) terjaminnya pengembangan berkelanjutan.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan teknis/keefektifan kebijakan, Politik, Ekonomi dan finansial, Kerangka kebijakan pemerintah serta Administrasi, maka Pemerintah Labuhanbatu memiliki prioritas kebijakan penataan dan pemerataan guru melalui program program sebagai berikut:

1. Guru PNS K1 sebanyak 170 orang dan K2 sebanyak 240 orang yang baru lulus akan ditempatkan (ulang) di sekolah yang kekurangan guru PNS minimal 3 orang semua jenjang

2. Melakukan Mutasi guru atau redistribusi guru pada 84 SD Negeri yang memiliki guru PNS kurang dari 6 orang, 14 diantaranya hanya memiliki 2 orang guru PNS saja dan 2 SD Negeri yang memiliki guru kurang dari 4 orang (SPM terkecil).

(40)

Page 40 of 40 3. Meminta usulan formasi CPNS tahun 2014 (belum ada kuota) sesuai dengan

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu.

4. Memberikan Tambahan Penghasilan PNS (TPP) mulai 2014 (diusulkan 1 juta/bln/org) untuk guru terpencil (69 orang SD, 6 SMP, 54 SMA/SMK).

5. Melaksanakan Reseleksi guru honor hingga 3 x di tahun 2014 (sudah ada anggaran), dan mengintruksikan agar tidak ada rekruitmen guru honor lagi kecuali dengan surat Kepala Dinas Pendidikan.

6. Melakukan ikatan perjanjian kerja Guru honor yang tidak lolos ujian PNS menjadi PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kontrak).

7. Menertertibkan SK Kepala Dinas bagi Guru yang mengajar di 2 sekolah untuk menambah jam mengajar guru.

8. Workshop implementasi mengundang semua UPTD utk merumuskan sekolah yang menjadi sasaran PPG, dijadwalkan bulan April 2014.

9. Menerbitkan Surat Edaran sebagai payung hukum untuk moratorium penerimaan

10. Peningkatan koordinasi data antara subbagian program dan kepegawaian, dibawah dibawah koordinasi Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Labuhanbatu maupun dengan Bidang sd dan Bidang SMP.

Gambar

Grafik 1: Alur sistem pendataan yang digunakan untuk analisisPPG
Tabel 3: Rasio siswa terhadap Guru per Kecamatan  No  Kecamatan  Rasio   Siswa Per Guru  Rasio   Siswa Per Guru
Tabel 4: Distribusi sekolah menurut kecukupan guru sesuai SPM  Kelompok Jumlah Guru  Jumlah  Persen
Tabel 5: Kecukupan Guru SD per Mata Pelajaran.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Solusi yang dipakai untuk pemecahan masalah di Jalan Brigjend Sudiarto Semarang adalah alternatif 4 dengan nilai degree of saturation terbaik diantara alternatif solusi lainnya

Convention Center Universitas Muhammadiyah Surakarta: Sebuah bangunan yang menjadi wadah pusat koordinasi kegiatan yang berhubungan dengan konferensi, pameran,

Kemampuan siswa kelas XII SMA Negeri 3 Banda Aceh dalam menyimpulkan pesan-pesan dalam Gurindam Dua Belas karya Ali Haji secara tepat berdasarkan teks gurindam merupakan

Jika dilihat dari kelompok kriptogenik 10 pasien mengalami defisit neurologi yang menunjukkan adanya gangguan perkembangan otak, mungkin dengan pemeriksaan penunjang lebih

Skema yang diharapkan oleh pemerintah dalam keterkaitan Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 170 ayat (3) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

Jumlah klorofil tertinggi terdapat pada perlakuan tanaman kelapa sawit yang ditumbuhkan tanpa Ganoderma dan dengan bakteri S. Pengujian aktivitas enzim; (A)

Hal ini ditinjau dari ciri-ciri guru yang profesional yang meliputi: (1) mampu menunjukan sikap dan pengetahuan yang berkualitas dalam menjalankan tugas-tugas

29 OKTOBER 2011 TAHUN AKADEMIK 2011/2012. FAKULTAS TEKNIK