Tinjauan Pustaka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Secara Umum
Indonesia memiliki berbagai bahan mentah yang berpotensi untuk diolah
menjadi produk yang bermanfaat untuk kehidupan manusia dan bernilai ekonomis
yang tinggi, antara lain berupa hasil hutan, hasil pertanian, hasil laut, bahan
tambang, dan lainnya. Sejarah menunjukkan bahwa sekitar abad 15 dan 16,
bangsa-bangsa Eropa berupaya keras mencari jalan ke Indonesia untuk
mendapatkan bahan-bahan mentah yang pada waktu itu terutama rempah-rempah.
Namun saat ini, kesejahteraan masyarakat Indonesia, ditinjau dari aspek ekonomi,
masih relatif rendah. Indonesia memiliki berbagai bahan mentah berpotensi
ekonomi, yang bisa ditingkatkan untuk menambah devisa negara.
Saat ini, industri pengolahan bahan-bahan mentah relatif belum banyak
dilakukan. Pengembangan industri pemanfaatan bahan mentah Indonesia tentunya
berpotensi besar untuk bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat indonesia. Rakyat
Papua seolah berjalan di atas bantaran emas dan tembaga, tetapi mereka belum
maksimum untuk menikmatinya. Demikian juga halnya di Newmount, beribu-ribu
ton logam kita dikeruk oleh bangsa lain, sementara rakyat disana dan bangsa
Indonesia secara umum hanya bisa menonton. Dan banyak lagi contoh yang lain.
Pada umumnya alam yang mengandung batuan logam banyak terdapat di
kebijakan pemerintah yang cenderung mengesampingkan pengembangan
pembangunan daerah tersebut dan kurang menyentuh pada penyuluhan wawasan
teknologi pertambangan kepada masyarakat. Oleh karena itu, daerah itu belum
banyak tersentuh kebijakan untuk pengelolaannya. Beberapa provinsi yang
berpotensi memiliki batuan mineral / logam di Indonesia meliputi : Sumatra,
Kalimantan, Maluku, Papua, Flores, Sulawesi, Jawa, dan lain sebagainya.
Dari hasil berbagai bacaan, kandungan logam di berbagai daerah itu
beragam. Namun secara teoritis sangat menguntungkan bila bahan-bahan tersebut
diolah secara profesional, mengingat logam-logam yang terdapat di dalam batuan
tersebut merupakan logam yang sangat dibutuhkan dalam berbagai industri.
Adapun jenis logam yang terdapat dalam kandungan batuan umumnya adalah
logam-logam argentum (perak), cupri (tembaga), plumbun (timah hitam), nikel,
platinum (platina), zeng, mangan, tin (timah putih) bahkan aurum (emas).
Salah satu batuan yang mengandung tembaga atau copper terdapat di
daerah Papua. Keterdapatan tembaga di alam sebagai native copper termasuk
jarang. Sebagian besar terikat dengan sulfur atau teroksidasi dengan oksigen yang
disebut dengan batuan sulfida dan oksida.
Tembaga atau cuprum menempati urutan ke dua penggunaannya dalam
industri dan dunia modern setelah besi (Kirk & Othmers, 1972). Logam tembaga
digunakan untuk kawat listrik, untuk membuat logam paduan, peralatan industri.
Meskipun aluminium dapat digunakan untuk tegangan tinggi pada jaringan
transmisi, tetapi tembaga masih memegang peranan penting untuk jaringan bawah
Tinjauan Pustaka
2.2. Batuan Logam
Logam-logam yang terdapat dalam batuan dapat berupa logam murni atau
suatu senyawa dan campuran dengan logam lain yang disebut amalgam. Di
daerah-daerah yang telah disebutkan di atas di Indonesia terdapat batuan logam
kebanyakan dalam bentuk senyawa. Oleh karena itu, dalam teknologi
pemurniannya harus dilakukan dengan penanganan yang spesifik tergantung pada
senyawa yang dibentuknya. Batuan adalah sekumpulan mineral-mineral yang
menjadi satu. Bisa terdiri dari satu atau lebih mineral. Lapisan lithosphere di bumi
terdiri dari batuan, sedangkan mineral adalah substansi yang terbentuk karena
kristalisasi dari proses geologi, yang memiliki komposisi fisik dan kimia. Batuan
diklasifikasikan berdasarkan mineral dan komposisi kimia, dengan tekstur
partikelnya dan dengan proses terbentuknya, maka batuan diklasifikasikan
menjadi Igneous, sedimentary dan metamorphic. Ketiga jenis batuan ini pada
proses pembentuknya saling melengkapi dan berupa siklus.
(http://en.wikipedia.org/wiki/mineral,2008).
Tembaga (Cu) mempunyai sistim kristal kubik, secara fisik berwarna
kuning dan apabila dilihat dengan menggunakan mikroskop bijih akan berwarna
pink kecoklatan sampai keabuan. Unsur tembaga terdapat pada hampir 250
mineral, tetapi hanya sedikit saja yang komersial. Pada endapan sulfide primer,
kalkopirit (CuFeS2) adalah yang terbesar, diikuti oleh kalkosit (Cu2S), bornit
(Cu5FeS4), kovelit (CuS) dan anergit (Cu3AsS4). Mineral tembaga utama dalam
bentuk deposit oksida adalah krisokola (CuSiO3.2H2O), malasit (Cu2(OH)2CO3),
2.3 Landasan Teori
Ekstraksi adalah suatu metode pemisahan dua atau lebih komponen dari
suatu bahan menggunakan zat pelarut an organik. Secara umum proses ekstraksi
ada dua cara ditinjau dari segi bahan bakunya, yaitu ekstraksi cair-cair dan
ekstraksi padat-cair. Kedua proses ini pada dasarnya mempunyai prinsip kerja
yang sama yaitu mengambil salah satu komponen dari partikel padat atau cair
dengan jalan menambahkan zat pelarut tertentu yang dapat melarutkan komponen
tersebut, tetapi tidak melarutkan zat lainnya. (Geankoplis, 1983).
Ekstraksi menggunakan pelarut diperkenalkan oleh Milton tahun 1858,
namun gagal karena pelarut yang mahal terbuang. Sekitar tahun 1890, teknik yang
merupakan penyempurnaan cara Milton, berhasil digunakan secara komersil,
karena bahan pelarut tidak terbuang dan dapat digunakan berulang kali. Sampai
sekarang teknik ini masih dipakai oleh sebagian industri.
(http://www.tekmira.esdm.go.id/data/ekstraksi/ulasan.asp?xdir=ekstraksi&commI
d=30&comm=ekstraksi).
Ekstraksi bijih tembaga termasuk dalam ekstraksi padat-cair. Proses ini
dapat terjadi dengan pengontakkan antara pelarut dan padatan yang mengandung
suatu komponen, sehingga komponen tersebut larut ke dalam pelarut.
Secara umum mekanisme proses ekstraksi yaitu proses perubahan fase
solute untuk larut ke dalam pelarut, yang kemudian bereaksi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pada proses ekstraksi padat-cair,
Tinjauan Pustaka
1. Jenis Pelarut
Pelarut yang baik adalah pelarut yang dapat melarutkan, tidak bereaksi
dengan bahan dan mempunyai harga yang tidak terlalu mahal.
2. Suhu ekstraksi
Suhu ekstraksi sangat dipengaruhi oleh titik didih pelarut. Suhu ekstraksi
yang terlalu tinggi melebihi titik didih pelarut akan mengakibatkan menurunnya
volume pelarut, sehingga proses menjadi kurang efisien.
3. Waktu ekstraksi
Semakin lama waktu ekstraksi dijalankan, semakin sempurna terjadinya
kontak antara pelarut dengan partikel-partikel sampai dengan batas tertentu,
sehingga hasil ekstraksi makin sempurna.
4. Ukuran Partikel
Ukuran partikel yang kecil akan memperbesar luas permukaan kontak
antara partikel bahan dengan pelarut,sehingga akan mempercepat proses reaksi.
Besarnya ukuran partikel yang seragam dimaksudkan agar tiap partikel
mempunyai waktu ekstraksi yang sama.
4. Pengadukan
Pengadukan akan membantu terjadinya kontak antara pelarut dengan
partikel, sehingga akan mempercepat proses reaksi.
Reaksi yang terjadi :
1. Pada roasting 1 :
b. CuO + O2 Cu + 3/2 O2
2. Pada proses extraction
3Cu + 8HNO3→ 3Cu(NO3)2 + 2NO + 4H2O
3. Pada proses precipitation
Cu(NO3)2 + 2Fe 2FeNO3 + Cu
4. Pada proses roasting II
Cu + Na2B4O7.10H2O Cu + slug
2.4 Hipotesa
Proses ekstraksi bijih tembaga dari batuan mineral dapat menghasilkan
tembaga, dipengaruhi oleh kecepatan pengaduk, dan konsentrasi solvent atau
Metode Penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Bahan yang digunakan
Bahan berupa batuan biji tembaga diperoleh di daerah Papua. Batuan
dianalisis kandungan logam yang ada di dalamnya. Batuan dihaluskan dan diayak
lolos 200 mesh.Dan digunakan solvent HNO3 dalam proses ekstraksi.
3.2. Alat yang digunakan
Peralatan yang digunakan terdiri atas ekstraktor untuk memisahkan
tembaga dari batuan dengan pelarut asam nitrat,retort untuk pembakaran awal
dalam pelogaman(menghilangkan senyawa kimia dalam batuan),
furnace(peleburan).
3.3. Kondisi yang digunakan
Variable :
- kecepatan pengaduk : 100, 125, 150, 175, 200 rpm
- konsentrasi nitrat : 2, 4, 6, 8, 10 N
Kondisi yang ditetapkan :
- Ukuran mesh : 200 mesh
- Berat : 100 gr
- Waktu : 120 menit
- Volume nitrat : 233ml
3.4. Prosedur Penelitian
Batuan biji tembaga yang telah dihaluskan lolos 200 mesh ditimbang
seberat 100 gram. Dilakukan pencucian untuk menghilangkan kotoran dan
retorting untuk menghilangkan senyawa kimia yang terikat dalam logam.Setelah
itu batuan di ekstraksi menggunakan asam nitrat sebagai pelarut dengan variable
tertentu. Dari proses tersebut didapat larutan dan endapan. Selanjutnya endapan
kita pisahkan,dan larutan kita ambil.Berikut kita lakukan pengendapan dengan
menggunakan logam besi (Fe). Endapan yang dihasilkan dicuci beberapa kali
yang terakhir dicuci dengan air aquades.Kemudian kita lakukan proses retorting,
proses terakhir adalah kita lebur dengan furnace pada suhu titik lelehnya yang
Metode Penelitian
3.5 Gambar alat
SKEMA PROSES PENELITIAN
Roasting at temperature 800oC a. 2CuS + 3O2 2CuO + 2SO2
b. SO2 + H2O + 1/2O2 H2SO4
screening
Tailing solution
Metode Penelitian
3.6 Analisa Bahan
Analisa bahan dan hasil penelitian dilakukan di Laboratorium
Instrumentasi Jurusan Teknik Kimia UPN ’Veteran’ Jatim dengan menggunakan
alat spektrometer Pharo.
- Prosedur PentaKadarTembaga (Cu) secara dekstruksi asam
a. Siapkan erlenmeyer volume 250ml;
b. Timbang contoh uji yang telah dihomogenkan sebanyak ± 3,00g ,
masukkan ke dalam erlenmeyer;
c. Tambahkan 25ml air suling, aduk dengan menggunakan batang
berpengaduk;
d. Tambahkan 5ml sampai 10ml asam nitrat, HNO3 pekat, aduk hingga
bercampur rata;
e. Tambahkan 3 butir sampai 5 butir batu didih, tutup dengan kaca arloji;
f. Letakan erlenmeyer tersebut di atas penangas listrik, atur suhunya pada
105oC sampai dengan 120oC;
g. Panaskan sampai volume contoh uji tinggal ± 10ml;
h. Angkat dan diinginkan;
i. Tambahkan 5ml asam nitrat, HNO3 pekat dan 1 ml sampai dengan 3ml
asam perklorat HClO4 pekat tetes demi tetes melelui dinding kaca
erlenmeyer;
j. Panaskan kembali pada penangas listrik sampai timbul asam putih dan
k. Setelah timbu asap putih, pemanasan dilanjutkan selama ± 30menit;
l. Jika larutan contoh uji belum jernih, ulangi langkah i sampai dengan k;
m. Dinginkan contoh uji. Saring dengan kertas saring kuantitatif dengan
ukuran pori 8,0 µm. Tempatkan filtrat contoh uji pada labu ukur 100ml
dan tambahkan air suling sampai tanda tera, filtrat siap diukur ke dalam
SSA.
n. Lakukan pengukuran blanko:
1. Siapkan erlenmeyer volume 250ml;
2. Pipet 25ml air suling, masukkan ke dalam erlenmeyer tersebut;
3. Lakukan langkah pada butir d sampai dengan m
o. Pembuatan spike matrix :
1. Siapkan erlenmeyer volume 250 ml;
2. Masukkan ± 3,0 g contoh uji yang telah dihomogenkan ke dalam
erlenmeyer, tambahkan 2 ml larutan baku tembaga, Cu 10 µm;
3. Lakukan langkah pada butir d sampai m
Hasil analisa awal kadar tembaga (Cu) yang kita peroleh dengan
Hasil dan Pembahasan Penelitian
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1. Hasil Penelitian
Tabel 1. Pengaruh Kosentrasi Asam Nitrat Terhadap Kadar Tembaga Dalam
Batuan Mineral
Konsentrasi (N)
Kecepatan Pengadukan (rpm)
4.2. Pembahasan
Tabel 2. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 2 N
Kecepatan Pengadukan (rpm)
Kadar (mg/ liter)
100 9,526
125 6,664
150 3,802
175 4,182
200 5,744
Hasil dan Pembahasan Penelitian
Pembahasan :
Dengan bertambahnya kecepatan pengadukan (rpm) kadar tembaga yang di dapaat semakin besar, tetapi pada pelaksanaan praktikum kami kecepatan pengaduk 125 rpm dan 150 rpm pada konsentrasi nitrat 2N menurun diakibatkan sebagian tembaga tidak bereaksi dengan asam nitrat . Dilihat dari reaksi :
0,1875 Cu + 0,5 HNO3 0,1875 Cu(NO3) + 0,125 NO + 0,25 H2O
Pada konsentrasi asam nitrat 2N reaksi belum stabil sehingga sebagian tembaga tidak terikat pada asam nitrat. Di dalam batuan / ores banyak senyawa yang mengandung Cu, seperti CuS, Cu2S, CuO, Cu2O, CuFeS2, Cu5FeS4 , dan dari
beberapa senyawa tersebut ada yang bersifat reaktif dan bersifat kurang reaktif. Senyawa yang tidak reaktif seperti Cu2S, Cu2O, Cu5FeS4 inilah yang bereaksi
pada konsentrasi nitrat 2N pada kecepatan pengadukan 125 rpm dan 150 rpm sehinggat tembaga yang terikat tidak sempurna. Karena Cu yang bereaksi dengan asam nitrat ini adalah Cu yang kurang reaktif.
Table 3. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 4 N
Grafik 2. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 4 N.
Pembahasan :
Pada konsentrasi asam nitrat 4 N , dengan bertambahnya kecepatan pengadukan kadar tembaga yang dihasilkan semakin besar karena semua tembaga dapat terikat oleh pelarutnya pada ekstraksi berlangsung. Reaksinya adalah :
Hasil dan Pembahasan Penelitian
Table 4. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 6 N
Kecepatan Pengadukan (rpm)
Kadar (mg/ liter)
100 7,406
125 8,510
150 9,610
175 10,717 200 14,124
Grafik 3. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 6 N.
Pembahasan :
Table 5. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 8 N
Kecepatan Pengadukan (rpm)
Kadar (mg/ liter)
100 6,558
125 9,125
150 11,691 175 12,012
200 4,332
Grafik 4. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 8 N.
Pembahasan :
Pada konsentrasi asam nitrat 8 N , dengan bertambahnya kecepatan pengadukan kadar tembaga yang dihasilkan semakin besar karena semua tembaga dapat terikat oleh pelarutnya pada ekstraksi berlangsung. Reaksinya adalah :
Hasil dan Pembahasan Penelitian
Table 6. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 10 N
Kecepatan Pengadukan (rpm)
Kadar (mg/ liter)
100 23,770 125 29,750 150 32,729 175 35,019 200 36,989
Grafik 5. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 10 N.
Pembahasan :
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
1. Dari hasil proses ekstraksi batuan tembaga dengan asam nitrat dengan
kondisi yang telah terpilih, maka dapat dikatakan bahwa asam nitrat dapat
dibuat untuk mengambil tembaga dari batuan mineral.
2. Dengan berubahnya konsentrasi asam nitrat pada kecepatan pengadukan
tertentu hasil yang didapat tidak stabil, karena dengan berubahnya
konsentrasi molnya pun ikut berubah. Reaksi akan berjalan baik pada
kondisi asam nitrat 8 mol, sedangkan pada pelaksanaan praktikum kami
hanya pada kondisi 2,5 mol atau 10N.
V.2 Saran
Bagi peneliti yang akan mengembangkan penelitian ini dapat
mencoba menggunakan pelarut lain seperti asam sulfat dan menambah
berat batuan mineral yang akan diekstrak, selain itu juga perlu diperhatikan
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, C.J. 1983, ”Transport Procces and unit peration 2end”. Allyn and
Bacon inc, Boston.
Kirk –Othmers, 1972, “Encyclopedia of Chemical Technology 2end”.
Treadwell, F.B, 196, ” Analytical Chemistry Qualitative Analysis volume 1”.
Thirteenth Printing , United State of America.
http://www.tekmira.esdm.go.id/data/Tembaga/ulasan.asp?xdir=Tembaga&commI
d=30&comm=Tembaga.
PENELITIAN
OLEH :
1. Candra Asmitha Mewal 0731010041
2. Nina Yulia Rosita 0731010055
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
penelitian yang berjudul “PROSES PENGAMBILAN TEMBAGA DARI
BATUAN MINERAL”.
Adapun tugas Penelitian ini dilaksanakan untuk melengkapi persyaratan
akademis dalam menempuh program sarjana Teknik Kimia di Fakultas Teknologi
Industri, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penyusun menyadari tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, tidaklah
mungkin semua itu dapat terlaksana dan tersusun sedemikian rupa, untuk itulah,
pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih atas bantuan dan
bimbingan selama pelaksanaan penyusunan Penelitian ini kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahNya kami bisa
menyelesaikan laporan praktek kerja lapangan ini dengan tepat.
2. Bapak Ir. Sutiyono, MT selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Ir. Retno Dewati, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Ir.Siswanto selaku Dosen Pembimbing dalam penyusunan
5. Orang tuaku tercinta serta saudaraku tersayang yang telah banyak
memberikan dorongan moril, materiil serta do’a selama penyusunan
Penelitian ini.
6. Partnerku Nina Yulia Rosita yang membantu untuk menyelesaikan
penelitian ini.
7. Sahabat-sahabatku Tekkim’07B yang telah banyak memberikan bantuan.
Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam menyelesaikan Penelitian ini.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pelaksanaan
dan penyusunan Penelitian ini, oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Penelitian ini.
Akhir kata, semoga Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.
Surabaya, Agustus 2010
DAFTAR ISI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Secara Umum ……….. 32.2. Batuan Logam ………. 5
2.3. Landasan Teori ………. 6
2.4. Hipotesa ……… 8
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Bahan yang digunakan……...……… 93.2. Alat yang digunakan……… 9
3.3. Kondisi yang digunakan ………. 9
3.4. Prosedur penelitian ………. 10
3.5. Gambar Alat ……… 11
BAB V KESIMPULAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Kesimpulan ……….. 22
5.2. Saran ……… 22
Daftar Pustaka
Lampiran
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pengaruh Kosentrasi Asam Nitrat Terhadap Kadar Tembaga Dalam Batuan Mineral
Tabel 2. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral
pada Konsentrasi Nitrat 2 N
Table 3. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral
pada Konsentrasi Nitrat 4 N
Table 4. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral
pada Konsentrasi Nitrat 6 N
Table 5. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral
pada Konsentrasi Nitrat 8 N
Table 6. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral
pada Konsentrasi Nitrat 2 N.
Grafik 2. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral
pada Konsentrasi Nitrat 4 N.
Grafik 3. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral
pada Konsentrasi Nitrat 6 N.
Grafik 4. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral
pada Konsentrasi Nitrat 8 N.
Grafik 5. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral
atau lebih mineral . Logam-logam yang terdapat dalam batuan dapat berupa logam murni atau
suatu senyawa dan campuran dengan logam lain yang disebut amalgam. Proses Pengambilan
logam ini dilakukan dengan proses ekstraksi padat cair menggunakan pelarut asam nitrat.
Penelitian ini untuk mempelajari perolehan tembaga dengan proses ekstraksi dalam
batuan mineral, melalui variable kecepatan pengadukan, dan konsentrasi nitrat serta
mendapatkan kondisi yang terbaik dalam proses tersebut.
Batuan mineral yang telah dihaluskan lolos 200 mesh ditimbang seberat 100 gram.
Dilakukan pencucian untuk menghilangkan kotoran, dan retorting untuk menghilangkan
senyawa kimia yang terikat dalam logam.Setelah itu batuan di ekstraksi menggunakan asam
nitrat sebagai pelarut dengan variable kosentrasi asam nitrat dan kecepatan pengadukkan.
Dari proses tersebut didapat larutan dan endapan. Selanjutnya endapan kita pisahkan dari
larutannya.Berikut pada larutan kita masukkan logam besi (Fe) sebagai pengendap. Endapan
yang dihasilkan dicuci beberapa kali dengan air bersih yang terakhir dicuci dengan air
aquades.Kemudian kita lakukan proses retorting pada suhu 800 oC dan proses terakhir adalah kita lebur dengan furnace pada suhu 1070 oC selanjutnya kita timbang tembaga yang didapat.
Dari hasil analisa diperoleh hasil terbaik pada kosentrasi asam nitrat 10N dan
Pendahuluan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam salah
satunya berupa batuan(ores) yang mengandung bermacam-macam mineral. Pada
umumnya alam yang mengandung batuan logam banyak terdapat di daerah yang
tandus. Sumber daya alam mineral ini merupakan bahan baku yang penting baik
secara langsung maupun tidak langsung bagi berbagai macam industri seperti
manufaktur,transportasi,elektronik, bidang yang membutuhkan sifat konduktivitas
listrik dan panas yang tinggi, seperti untuk pembuatan tabung-tabung dan
kelengkapan industri. Khusus potensi tembaga terbesar yang dimiliki Indonesia
terdapat di Papua, potensi lainnya di Jawa Barat, Sulawesi Utara dan Sulawesi
Selatan. Jenis batuan ini yang sudah di olah dan sangat terkenal berada di Timika
PT Freeport Indonesia. Oleh karena itu, bila penelitian ini berhasil akan dapat
disosialisasikan kepada masyarakat tentang cara pengambilan tembaga dengan
proses ekstraksi.
Dalam penelitian ini digunakan batuan bijih tembaga yang diperoleh dari
daerah Jayapura. Batuan dihancurkan hingga halus, kemudian digunakan proses
ekstraksi selanjutnya dilakukan pengendapan. Setelah proses tersebut selesai
dalam waktu tertentu, hasilnya di bakar (di leburkan)untuk dijadikan logam
Hasil dari penelitian ini merupakan produk berbentuk logam tembaga atau
copper dengan kemurnian tertentu.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mempelajari perolehan tembaga dengan
proses ekstraksi dalam batuan mineral, dengan pengaruh kecepatan pengadukan,
dan konsentrasi nitrat.
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini :
1) Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian terapan, serta
menambah wawasan dalam berpikir ilmiah
2) Batuan mineral yang merupakan bahan mentah dapat dimanfaatkan menjadi
bahan yang mempunyai nilai ekonomi baik terhadap masyarakat maupun