commit to user
1
GERAKAN SOSIAL BARU
(Studi Kasus Pola Jaringan Gerakan Sosial Cinta Lingkungan WALHI
Yogyakarta)
Aghniya Halim
halimaghniya@gmail.com
This research aims to know the network pattern of social movements done by WALHI Yogyakarta
Theory used in this research is the network theory put forward by Barry Wellman and Ronald Burt. The type of this study using the case study approach, with the types of intrinsic case studies. The data taken with the technique of in-depth interviews, observation and documentation. While the selection technique using purposive informants. To ensure the validity of data used triangulation source, while for analysis of the data used is the interactive model.
From the results of research can be concluded that the WALHI Yogyakarta has three main network pattern, first is internal network pattern consisting of members, Sha-Link and Warga Berdaya. This internal pattern ensures that there is a two-way relationship between the members directly to the community and from the community directly to WALHI Yogyakarta through Warga Berdaya, to occur the relationship. The second pattern is the pattern of the network By Case, on this network pattern each element as members and Warga Berdaya role as receiver of reports so that each type of cases can be directly detected by WALHI Yogyakarta. the role of each members based on the closeness of the issue and the region so that people can get the mentoring in accordance with their needs without time consuming. The last pattern is based on four strategic issues, issue is being drafted at PDLH(Regional Meeting Of Environment) every 4 years to see the development of environment conditions and determine what issues that are considered still relevant. The purpose of this network pattern is to continue to monitor and provide prevention to a case of the environment. By doing the research done by members based on their own issues. WALHI Yogyakarta continue to perform analysis in order to see the potential damage to the environment and prevent and provide readiness on the citizens to cope with the potential damage to the environment by providing education and mentoring. Each network pattern keeps running into the cycle that reinforces the social movement of love environment by WALHI Yogyakarta.
commit to user
2
A. Pendahuluan
Manusia dengan segala kemampuanya untuk beradaptasi telah mengalami
perkembangan yang sangat signifikan, tahap perkembangan manusia dari era
prasejarah sampai sejarah, dari nomaden sampai menetap, juga dari berburu menjadi
meramu, bertanam dan akhirnya manusia dengan akal dan pikiranya dapat membuat
berbagai macam alat untuk mempermudah kehidupan manusia di bumi.
Dari berbagai perkembangan kehidupan manusia terdapat ciri yang jelas
terlihat yaitu, memanfaatkan alam untuk dapat menyediakan setiap kebutuhan
manusia, dan dengan kebutuhan alat yang telah diciptakan seperti mesin telah
membuat manusia dapat mengelola setiap sumber daya alam, namun hasil dari
eksploitasi ini adalah kerusakan berbagai kondisi lingkungan hidup, dari pencemaran
udara akibat industri dan penggunaan kendaraan di setiap daerah, pencemaran tanah
akibat sampah manusia, juga berkurangnya hutan dan lahan hijau untuk membuat
perumahan, perkebunan yang sekali lagi dikatakan demi kemajuan dan kebutuhan
manusi, masalah lingkungan ini terus berkembang merata di semua belahan dunia
tanpa terkecuali.
Pada pertengahan abad dua puluh tingkat kepedulian masyarakat terhadap
kelestarian lingkungan menyebabkan munculnya berbagai macam perlawanan untuk
menentang kerusakan lingkungan akibat industri dan modernisasi yang mulai terjadi
hampir merata di seluruh dunia. Gerakan-gerakan ini secara tegas ingin merubah
relasi antara manusia dengan lingkungan atau alam ini sendiri, keinginan untuk
meletakan relasi lingkungan dengan manusia pada derajat yang sama agar
bentuk-bentuk ekspolitasi dan pengrusakan alam tidak lagi terjadi, dan membuat manusia itu
sendiri menerima kerugiannya. Gerakan ini sendiri diawali dengan peradigma deep
ecology atau sering disebut dengan ekophilosofi. Paradigma deep ecology sendiri
adalah gagasan dari Bill Devall yang ingin mengurai kembali posisi manusia yang
mendominasi alam dan menggunakanya sesuka hati, tanpa memikirkan dampak yang
commit to user
3
merubah relasi manusia dengan lingkungan dengna meninjau ajaran agama, filosofi
dan praktiknya. Devall meyakini bahwa dalam ajaran agama samawi ada
kecendrungan dominasi manusia terhadap alam karena terdapat pemahaman bahwa
manusia memiliki status lebih tinggi dibanding mahluk hidup lain dan akhirnya
menyebabkan dominasi manusia terhadap alam(Situmorang, 2013:69).
Pada perkembanganya Gerakan Sosial ini mulai marak di Indonesia pada
tahun 1980-an dengan dimulainya pertemuan dan forum NGO untuk menyebarkan
donor, serta semangat perjuangan. Sehingga Mahasin (dalam Suharko, 2005:103)
menyebutnya sebagai era advokasi kebijakan dan pengembangan jaringan. Advokasi
ini dikhususkan pada isu lingkungan dan isu gender, dan semejak itu isu lingkungan
menjadi isu wajib bagi NGO dan pergerakanya. Dalam ranah sosiologi pergerakan ini
disebut dengan gerakan sosial baru (GSB) gerakan yang muncul pada pertengahans
tahun 1960-an yang tujuanya bukan lagi ekonomis-material, tapi gerakan sosial baru
(GSB) lebih memilih isu strategis, seperti isu kesetaraan gender, isu
masyarakat-masyarakat marjinal, dan isu-isu yang dapat membuat masyarakat-masyarakat bergerak kearah
yang lebih baik.
Dari sekian banyaknya gerakan sosal baru (GSB) yang lahir di Indonesia
pada Oktober 1980 WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) terbentuk,
dengan semangat untuk mengangkat isu-isu lingkungan dan memberikan advokasi
kepada masyarakat yang lingkunganya mengalami kerusakan akibat dari eksploitasi
dan modernisasi yang saat itu tengah marak terjadi. Semenjak saat itu WALHI
menjadi salah satu LSM atau NGO garda depan yang menfokuskan diri pada isu-isu
lingkungan. Perkembanganya mulai massif dengan munculnya WALHI di berbagai
kota sebagai salah satu bentuk dari jaringan pergerakan WALHI guna mengakomodir
semua permasalahan lingkungan di Indonesia.
WALHI Yogyakarta sendiri awalnya terbentuk, pada tanggal 19 September
1986 hasil dari dialog mengenai lingkungan hidup di Yogyakarta oleh para pegiat
lingkungan. Saat dialog itu disadari bahwa ada kebutuhan bersama untuk membentuk
commit to user
4
perjuangan, mempermudah koordinasi dan berbagi informasi guna pelestarian
lingkungan hidup. Usul ini pun diterima dengan baik oleh WALHI pusat di Jakarta
dan akhirnya terbentuklah WALHI Yogyakarta.
WALHI Yogya pada saat ini adalah salah satu LSM dengan aktivitas
advokasi dan pendampingan yang banyak, karena WALHI sendiri memfokuskan diri
pada empat wilayah advokasi yaitu perkotaan, merapi, perbukitan menoreh, pesisir
selatan dan juga kawasan karst. Dalam setiap kegiatanya WALHI Yogya selalu
mendapatkan dukungan banyak dari pegiat lingkungan diluar WALHI juga
masyarakat sekitar yang dengan sadar ikut dalam pergerakan guna mencapai cita-cita
bersama akan relasi seimbang antara manusia dan lingkunganya.
B. Metode Penelitian
Kajian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pilihan pendekatan
studi kasus, dengan jenis studi kasus intrinsik Keunikan dalam kasus yang akan
diteliti oleh penulis ini adalah terletak pada pergerakan WALHI yang merata dan
massif di bandingkan dengan LSM berbasis lingkungan lainya di Yogyakarta, juga
bentuk dari pergerakanya yang melibatkan semua lapisan masyarakat Yogyakarta,
yang pada akhirnya menimbulkan kesadaran juga partisipasi masyarakat Yogyakarta
dalam kegiatan-kegiatan berbasis lingkungan. Stake (dalam Denzin. N. K dan Lincoln
Y, 2009:301)
Penelitian ini dilakukan di Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI)
yang berlokasi di Yogyakarta, tepatnya di Kota Gede. Penelitian ini menggunakan
teknik pemilihan informan purposive sampling. Informan dalam penelitian ini adalah
pengurus WALHI Yogyakarta yang terlibat aktif dalam gerakan sosial cinta
lingkungan. Kriteria yang dipilih sendiri untuk dijadikan informan dari pengurus
WALHI sendiri adalah berdasarkan jabatan di WALHi. Sedangkan informan dari
masyarakat adalah berdasarkan keterlibatan dalam kegiatan advokasi WALHI
commit to user
5
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi atau
pengamatan langsung, wawancara mendalam, perekaman, pemotretan, dengan
informan yang telah ditetapkan dan diperoleh melalui wawancara mendalam.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara mendalam,
pengamatan langsung di lapangan (observasi), dan studi literatur. Adapun validitas
data dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi data (sumber) yaitu pengumpulan
data menggunakan beberapa sumber data untuk mengumpulkan data yang sama.
Dengan mencari data yang sama untuk mencari kebenaran dari masalah dan
mengecek kebenaran suatu informasi pada waktu dan alat yang berbeda. Data yang
terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisa model interaktif menurut Miles
dan Huberman yaitu, reduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan dan
verifikasi.
C. Pembahasan
Pola Jarinngan WALHI Yogyakarta
Bentuk oraganisasi dari WALHI Yogyakarta adalah sebuah forum advokasi
lingkungan, yang pada masa berdirinya adalah terdiri dari lemabaga-lembaga yang
memiliki fokus di penanganan lingkungan, mulai dari pecinta alam dari
universitas-universitas di Yogyakarta, lalu ada LBH Yogyakarta, dan banyak lagi. Keseluruhan
anggota yang dimiliki WALHI Yogyakarta saat ini adalah berjumlah 29 anggota.
Prinsip WALHI Yogyakarta dalam melakukan advokasi adalah dengan menggunakan
jumlah anggotanya yang memiliki kedekatan isu dan wilayah, setiap anggota WALHI
Yogyakarta adalah sebuah lembaga atau LSM yang memiliki program utama sendiri,
namun masih memiliki tanggung jawab besar di WALHI Yogyakarta untuk
melakukan advokasi berdasarkan laporan masyarakat atau isu strategis yang dimiliki
oleh WALHI sendiri. Dengan memfokuskan kepada anggota yang memiliki
kedekatan isu maupun lokasi WALHI Yogyakarta memiliki cakupan wilayah
advokasi yang luas dan juga ragam isu lingkungan yang banyak, dengan begini
commit to user
7
WALHI, Sha-Link adalah salah satu bentuk jaringan yang memiliki fungsi dan peran
sebagai organ support yang tujuanya adalah sebagai penggalang dana, dukungan juga
edukasi.
Disamping Sha-Link itu WALHI memiliki jaringan di dua bentuk yang
berbeda yaitu anggota yang berjumlah 29, dengan kemampuan dan isu
masing-masing dan memiliki profesionalitas dibidangnya. Bentuk jaringan selanjutnya adalah
Warga Berdaya. Warga Berdaya adalah sebuah forum diskusi yang terdiri dari
masyarakat-masyarakat diseluruh Yogyakarta, dimana kegiatan utamanya adalaah
untuk melakukan diskusi dan pengenalan kasus dan isu yang tengah terjadi, ataupun
potensi permasalahan yang akan terjadi berdasarkan fakta dilapangan yang diketahui
oleh masyarkaat. Dengan bentuknya yang berupa forum diskusi maka Warga Berdaya
ini memberikan efek jaringan berupa penyebaran isu dan juga edukasi yang dilakukan
secara tidak langsung dan dilakukan mandiri oleh masyaraka sendiri, dengan
fungsinya sebaga penyebar isu secara otomatis maka dukungan dan pengakuan dari
pihak luar seperti masyarakat lain ataupun media akan semakin meningkat.
Pola Jaringan Eksternal WALHI Yogyakarta
Pola jaringan dalam konteks eksternal WALHI Yogyakarta berhubungan
dengan gerakan sosial yang dilakukan WALHI Yogyakarta melalui advokasi dan
pendampingan masyarakat, yang pada pelaksanaanya WALHI Yogyakarta memiliki
dua metode pengadvokasian dan pendampingan. Pertama berdasarkan kasus atau
commit to user
10
Yogyakarta sebagai data simpanan jika suatu saat hasil riset dan analisa itu dapat
digunakan. Tujuan dari pola ini adalah penyadaran kepada masyarakat ataupun
Pemerintah Daerah agar lebih cepat tanggap dan sadar kondisi lingkungan di
Yogyakarta. Setelah ditemukanya hasil dari riset, dan analisa yang dilakukan oleh
WALHI Yogyakarta, jika ditemukan sebuah potensi masalah atau isu maka WALHI
Yogyakarta bersama anggotanya akan merumuskan cara bagaimana untuk
menanggulangi dan mencegah kerusakan itu terjadi. Saat rumusan telah dilakukan
maka WALHI memilih anggota yang memiliki kedekatan isu dan wilayah dengan
daerah yang dituju, dan juga Diretktur WALHI Yogyakarta akan memberi instruksi
kepada Sha-Link untuk terjun bersama untuk memberikan edukasi kepada masyarakat
juga melakukan aksi penyebaran isu tersebut.
Hambatan Dalam Gerakan
Hambatan yang ditemui dalam gerakan mereka juga yang mempengaruhi
pola jaringan dari sisi internal WALHI Yogyakarta adalah berupa komunikasi yang
kurang luwes antar staff serta kurangnya staff eksekutif dalam kepengurusan WALHI
Yogyakarta saat ini. Hambatan selanjutnya adalah hambatan dari luar WALHI
Yogyakarta berupa keterbukaan informasi dari pemerintah Kabupaten maupun
Propinsi. Ketidakterbukaan ini membuat riset-riset yang dilakukan WALHI
Yogyakarta mengalami pelambatan, sehingga berakibat pada jaringan yang lambat
untuk merespon jika terkait dengan Pemerintah Daerah.
D. Kesimpulan
Bentuk pola jaringan internal dalam WALHI Yogyakarta yang mendukung
gerakan sosial mereka adalah berbentuk seperti lingkaran berlapis, WALHI
Yogyakarta sebagai pusat dari jaringan dikelilingi oleh dua lapis jaringan, pertama
adalah terdiri dari anggota WALHI Yogyakarta sendiri yang terdiri dari 29 anggota,
yang masing-masingnya adalah lembaga yang juga memiliki anggota berupa
commit to user
11
Dalam internal WALHI Yogyakarta secara garis komando Direktur juga
membawahi Sha-Link yang merupakan organ support, Sha-Link merupakan jaringan
yang lebih luas secara bentuk dan komposisi, karena merupakan relawan-relawan dari
berbagai macam kalangan serta daerah asal yang ingin berkontribusi dalam
pelestarian lingkungan di Yogyakarta. Pola internal memastikan ada hubungan dari
anggota langsung ke masyarakat, dan dari masyarakat langsung ke WALHI
Yogyakarta melalui Warga Berdaya
1. Pola Jaringan Eksternal WALHI Yogyakarta
Dalam pola jaringan eksternal yang dimiliki WALHI Yogyakarta didasarkan
kepada bentuk kerja WALHI Yogyakarta yang dibagi menjadi dua jenis, yaitu kerja
berdasarkan laporan warga, dan berdasarkan analisa dari empat isu strategis yang
dimiliki WALHI Yogyakarta. Setiap bentuk kerja memiliki pola jaringan tersendiri
untuk memastikan gerakan yang dilakukan sesuai dengan yang dibutuhkan dan juga
mendapat dukungan yang tepat baik dari segi data, jumlah massa, serta rencana
gerakan.
a. Pola Jaringan By Case
Bentuk dari pola ini jauh lebih kompleks dibandingkan dengan bentuk
pola jaringan sebelumnya, namun bentuk dasar polanya tetap berasal dari jaringan
internal. Pemicu dari berlakunya pola ini adalah dari masuknya laporan ke
WALHI Yogyakarta dari warga dengan permasalahan lingkungan. Dengan
adanya jaringan yang tersebar dari anggota serta Warga Berdaya membuat
masyarakat dapat langsung memberikan laporan kepada WALHI Yogyakarta
melalui salah satu anggota, melalui Warga Berdaya saat melakukan pertemuan
ataupun mendatangi langsung kantor WALHI Yogyakarta.
Setelah laporan masuk, maka selanjutnya anggota dan eksekutif daerah
(WALHI) melihat dan menganalisa laporan apakah memang perlu di advokasi
diihat dari siapa pelapor, siapa yang terdampak dari kasus yang dilaporkan.
Contohnya adalah ketika warga Karangwuni memberikan laporan berupa surat
commit to user
12
koordinasi antara LBH Yogyakarta dengan WALHI Yogyakarta, karena LBH
Yogyakarta merupakan salah satu anggota WALHI, maka selanjutnya adalah
menentukan bentuk bantuan dan gerakan yang di lakukan.
b. Pola Jaringan Berdasarkan Empat Isu Strategis
Pola jaringan ditemukan dalam salah satu bentuk kerja WALHI
Yogyakarta dengan tujuan preventif dan edukasi untuk meningkatkan kepedulian
masyarakat terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya. Bentuk kerja yang
menggunakan jaringan ini adalah kerja riset yang dilakukan setiap saat oleh
WALHI Yogyakarta. Berdasarkan empat isu strategis tersebut maka WALHI
Yogyakarta melakukan riset dengan cara melakukan riset di lapangan, lalu analisa
kebijakan, serta analisa media untuk melihat kemungkinan terjadinya
permasalahan lingkungan. Dalam pola ini gerak jaringan berfokus di eksekutif
daerah (WALHI) serta 29 anggotanya, riset dilakukan setiap anggota berdasarkan
kedekatan isu yang dimiliki anggota, bila ditemukan krisis maka hasil riset
tersebut akan dibicarakan kembali oleh WALHI Yogyakarta untuk melihat bentuk
aksi apa yang sesuai dengan masalah tersebut, biasanya bentuk aksi yang
dilakukan adalah berupa kampanye penyadaran ataupun edukasi langsung kepada
pihak terkait dimana kemungkinan permasalahan lingkungan itu dilakukan. Aktor
dalam jaringan yang telibat dalam aksi adalah seluruh anggota, namun untuk
edukasi maka yang berperan adalah anggota yang memiliki kedekatan isu dan juga
wilayah serta Sha-Link yang memang kerja utamanya adalah untuk edukasi serta
penyebaran isu lewat aksi bersama.
E. DAFTAR PUSTAKA
Agusyanto. Ruddy. 2014. “Jaringan Sosial Dalam Organisasi” Jakarta : Rajawali
Press
Arikunto, S .2006. “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktir” Jakarta : Rineka
commit to user
13
Denzin, N.K dan Lincoln, Y. 2009. Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Diani, Mario. 2015. The Cement of Civil Society. New York : Cambridge University Press.
Faulks, Keith. 2012. Political Sociology: A Critical Introduction. Edinburgh : Ediburgh University Press.
Imam, Supardi. 2003. Lingkungan Hidup dan Kelestarianya. Bandung : PT Alumni.
Irwan, Djamal Zoer’aini. 2014. Prinsip-Prinsip Ekologi Ekosistem, Lingkungan, dan
Pelestarianya. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Kerlinger, Fred N and Lee, Howard B. 2008. “Foundations of Behavioral Research” New York : Harcourt College Publisher
Larana, Enrique. 1994. New Social Movements : From Ideolgy to Identity. Philadelphia : Temple University Press
Lester, R. Brown (ed). 1992. The Worldwatch Reader, on Global Environtmental Issue. New York : Worldwatch Institute.
Miles, Matthew B. & Huberman, A. Michael 1992. “Analisis Data Kualitatif:Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru”. Jakarta : UI-Press
Moleong, Lexy J. 2005 Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2010. Metode Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainya. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Peet, Richard and Watts, Michael. 1996. “Liberation Ecologies : Environment,
Development, Social Movements” Ney York: TJ Press
Poerwandari, E.Kristi 1998 Pendekatan Kualitaif Dalam Penelitian Psikologi. Depok : LPS3P UI.
Ritzer, George and Douglas J Goodman. 2010 Teori Sosiologi Modern . Jakarta : Kencana.
commit to user
14
Sastrosupeno, Suprihadi.M. 1984. Manusia Alam dan Lingkungan. Proyek Penulisan Dan Penerbitan Buku/Majalah Pengetahuan Umum dan Profesi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Situmorang, A.Wahid. 2013. Gerakan Sosial : Teori dan Praktik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Slamet, Y. 2006 Metode Penelitian Sosial. Surakarta : LPP UNS. UNS Press.
Subagyo, Joko 2004. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Suharko. 2005. Merajut Demokrasi, Hubungan NGO-Pemerintah dan Pengembangan Tata Pemerintahan Demokratis. Yogyakarta : Tiara Wacana.
Sztompka, Piotr. 2007. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta : Prenada.
Yin, Robert K. 2013. Studi Kasus : Desain dan Metode. Jakarta : Rajawali Pers
Jurnal
Jurnal Sospol UGM Volume 10, nomor 1. Juni 2006. ISSN : 1410-4946
Social Movement Theory and the Evolution of New Organizational Forms Vol 3.
Diakses pada 28 Maret 2016 melalui
http://webuser.bus.umich.edu/organizations/smo/protected/resources/swam iwade.pdf
Welp, Yanina. 2015. “The Mexican Movements #yosoy132” Social Protests and Democratic Responsiveness: Assessing Realities in Latin America and the Caribbean and the European Union” Diakses pada 13 April 2016 melalui https://eulacfoundation.org/en/system/files/Social_Protests_eng.pdf
Rai, Bina. 2015. “New Social Movements in India : An Ascpect of Environmental
Movements” In International Journal of Science and Research (IJSR) Vol.
4 Issue 9, September 2015. ISSN : 2319-7064
Penelitian
commit to user
15
Suryani Amin 2008 “ Gerakan Sosial Petani: Studi Mobilisasi dan Perubahan Sosial
Kasus Paseduluran Petani Penggarap Perkebunan Tratak(P4T) Kabupaten Batang http://lib.uiac.id/file?file=digital/115665-T%2024
Internet
Suryani Amin, FISIP UI, 2008. Gerakan Sosial dan Perubahan Sosial
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/115665-T%2024000-Gerakan%20sosila-Tinjauan%20literatur.pdf
Deskripsi Dokumen: http://lib.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?id=91495&lokasi=lokal http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29937/3/Chapter%20II.pdf diakses pada 31 Oktober 2015 pukul 07.15
http://www.hpli.org/isu.php diakses pada 22 Oktobers 2015 pukul 16.47
Undang-Undang
Undang Undang No. 5 Tahun 1990 Pasal 1 Ayat 3