• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Sintok (Cinnamomum sintoc BL.) Dengan Metode Transit Intestinal Pada Mencit.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aktivitas Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Sintok (Cinnamomum sintoc BL.) Dengan Metode Transit Intestinal Pada Mencit."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

AKTIVITAS ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL KULIT

BATANG SINTOK (

Cinnamomum sintoc

BL.) DENGAN

METODE TRANSIT INTESTINAL PADA MENCIT*

Oleh:

Sri Adi Sumiwi, Rini Hendriani, Irfani syahrul

__________________________________________________________________

ABSTRAK

Pengujian aktivitas antidiare dari kulit batang sintok (Cinnamomum sintoc BL.) dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui aktivitas antidiare ekstrak etanol kulit batang sintok (Cinnamomum sintoc BL.) dalam upaya menggali potensi tanaman yang dapat digunakan untuk pengobatan diare. Evaluasi dilakukan dengan menghitung rasio usus yang dilewati oleh marker yang menggambarkan berlangsungnya peristaltik usus. Ekstrak etanol dari kulit batang sintok diberikan secara oral pada mencit dengan dosis 250 mg/kg, 500 mg/kg, 1000 mg/kg dengan pembanding loperamida HCl dosis 2 mg/70kg berat badan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit batang sintok memiliki aktivitas antidiare. Berdasarkan data statistik dengan α = 0.05, terdapat perbedaan yang bermakna pada kecepatan transit usus untuk kedua ekstrak uji dosis 500 mg/kg dan 1000 mg/kg dibandingkan dengan kelompok kontrol.

ABSTRACT

The purpose of the present experiment was to investigation the activity of antidiarrheal from the ethanol extract of sintok bark (Cinnamomum sintoc BL.) for plants potential as a treatment for diarrheal. Evaluation of antimotility effect was assessed by calculating the gastrointestinal transit rate determinated by the distance marker. The ethanol extract of sintoc bark were given orally in Swiss webster mice with dose of 250 mg/kg, 500 mg/kg and 1000 mg/kg by control loperamide HCl with dose 2 mg/70kg body weight. The result of the experiment showed that the extract of sintoc bark gave activities of antidiarrheal. The statistic

analysis at α = 0.05, gave significantly different in intestinal transit time in mice treated by both extract dose of 500 mg/kg and 1000 mg/kg compared to that of control group.

Keyword : antidiarrheal, intestinal transit time method and sintoc.

(2)

PENDAHULUAN

Diare merupakan penyakit yang sering terjadi di masyarakat. Penyakit ini sering terjadi karena faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu keadaan gizi yang buruk, sikap masyarakat, keadaan sosial ekonomi dan lingkungan. Diare hingga kini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat Indonesia yang utama baik ditinjau dari segi kesakitan maupun kematian yang ditimbulkan. Sampai saat ini sering terjadi wabah diare di berbagai daerah yang disertai dengan sejumlah kematian (Triatmojo,).

Diare merupakan suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya. (3 kali atau lebih, dalam 1 hari). Di dunia, diare merupakan penyebab kematian ke-3 paling umum pada balita, dan membunuh lebih dari 1,5 juta orang per tahun (Anonim, 2006). Menurut WHO (1980), diare adalah suatu kondisi buang air besar dengan feces encer atau cair lebih dari 3 kali sehari, diare juga diartikan sebagai

suatu gangguan saluran pencernaan yang ditandai dengan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali sehari dan disertai dengan keluhan nyeri perut (Tan, 2002). Perubahan konsistensi dan frekuensi ini terjadi akibat adanya peningkatan pelepasan (sekresi) cairan dalam saluran cerna, gangguan penyerapan cairan akibat kerusakan dinding usus, dan adanya peningkatan yang abnormal dari gerak atau motilitas saluran cerna (Habib, 2005). Pada dasarnya diare merupakan mekanisme alamiah tubuh untuk mengeluarkan zat-zat racun yang tidak dikehendaki dari dalam usus. Bila usus sudah bersih maka diare akan berhenti dengan sendirinya (Anonim, 2004).

(3)

sisa-3

sisa (serat-serat) tersebut, sehingga sebagian besar daripadanya dapat diserap pula selama perjalanan melalui usus besar. Airnya juga diresorpsi kembali, sehingga lambat laun isi usus menjadi lebih padat.

Menurut teori klasik, diare disebabkan oleh meningkatnya peristaltik usus, hingga pelintasan chymus sangat dipercepat dan masih mengandung banyak air pada saat meninggalkan tubuh sebagai tinja. Penelitian dalam tahun-tahun terakhir menunjukkan bahwa penyebab utamanya adalah bertumpuknya cairan di usus akibat terganggunya resorpsi air. Diare dapat bersifat akut atau kronis dan spesifik atau non spesifik, tetapi yang terbanyak adalah non spesifik (Winarno,)

Pada keadaan normal, proses resorpsi dan sekresi dari air dan elektrolit

elektrolitberlangsung pada waktu yang sama di sel-sel epitel mukosa. Proses ini diatur oleh beberapa hormon, yaitu resorpsi oleh enkefalin (morfin endogen), sedangkan sekresi diatur oleh prostaglandin dan

neurohormon VIP (Vasoactive Intestinal Peptide). Biasanya, resorpsi melebihi sekresi, tetapi karena sesuatu sebab sekresi menjadi lebih besar daripada resorpsi, maka terjadilah diare. Terganggunya keseimbangan antara resorpsi dan sekresi, dengan diare sebagai gejala utama, sering kali terjadi pada gastroenteristis (radang lambung-usus) yang disebabkan oleh kuman dan toksinnya (Tan, 2002). Enteritis berarti infeksi yang disebabkan baik oleh virus maupun bakteri. Pada diare infeksius umum, infeksi paling luas terjadi pada seluruh usus besar dan pada ujung distal ileum. Dimana pun infeksi terjadi, mukosa teriritasi secara luas, dan kecepatan sekresinya sangat tinggi (Guyton, 1996).

(4)

yang disebabkan oleh oleum Ricini. Metode transit intestinal dapat digunakan untuk mengevaluasi aktivitas antidiare, laksansia, antispasmodik, berdasarkan pengaruhnya pada rasio jarak usus yang ditempuh oleh suatu marker dalam waktu tertentu terhadap panjang usus keseluruhan pada hewan percobaan mencit atau tikus. Metode proteksi terhadap diare yang disebabkan oleh oleum Ricini

berkhasiat sebagai laksansia, mengurangi absorpsi neto cairan dan elektrolit serta menstimulasi peristaltik usus sehingga dapat melindungi hewan percobaan mencit terhadap diare yang diinduksi dengan oleum Ricini tersebut (Kelompok Kerja Ilmiah Phyto Medica,)..

Sintok ialah sejenis tumbuhan berbatang berkayu yang memanjang dan berasal dari suku Lauraceae. Sintok dapat digunakan sebagai obat luar maupun dalam. Bagian yang dapat digunakan sebagai obat adalah kulit batang, kulit cabang dan daun. Sedangkan buahnya dapat digunakan sebagai sampo dan sabun untuk menghitamkan rambut dan menghilangkan kotoran atau daki

dengan bau yang wangi dan menyegarkan. Kulit batang sintok digunakan sebagai obat cacing (antelmentik) terhadap tusukan atau gigitan binatang beracun dan rematik (antiinflamasi), mengobati penyakit sifilis, untuk mengurangi sekresi usus (disentri), dan dapat menghilangkan kejang perut bagian bawah (Heyne,).

Untuk melengkapi data farmakologi kulit batang sintok (Cinnamomum sintoc BL.), maka dilakukan efek farmakologi terhadap diare pada hewan percobaan dengan metode transit intestinal.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah yang timbul adalah apakah ekstrak etanol kulit batang sintok (Cinnamomum sintoc BL.) memiliki aktivitas sebagai antidiare dan berapakah dosis antidiare yang paling efektif dari ekstrak etanol etanol kulit batang sintok (Cinnamomum sintoc

BL.) tersebut.

(5)

5

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai aktivitas antidiare dari ekstrak etanol kulit batang sintok (Cinnamomum sintoc BL), serta dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan tanaman obat berkhasiat di Indonesia.

METODE PENELITIAN

1. Determinasi dan Pengumpulan

Bahan

Kulit batang sintok yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Pasar Baru, Bandung. Determinasi dilakukan di Herbarium

Laboratorium Taksonomi

Tumbuhan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran.

2 Pengolahan Bahan

Kulit batang sintok yang diperoleh, dicuci lalu dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di

udara terbuka. Setelah kering, kulit batang tersebut dibuat serbuk dengan menggunakan mesin penggiling.

3 Ekstraksi

Bahan berupa simplisia kering kulit batang sintok (Cinnamomum sintoc BL.) sebanyak 1 kg dihaluskan, kemudian diperoleh serbuk sebanyak 947,04 gram. Serbuk simplisia tersebut dimaserasi dengan pelarut etanol 70 % pada suhu kamar selama 3x24 jam. dan setiap 1x24 jam ekstrak ditampung dan residunya dimaserasi kembali dengan etanol yang baru. Jumlah pelarut total yang digunakan adalah 10 liter. Seluruh filtrat dikumpulkan dan dipekatkan menggunakan rotary evaporator, lalu diuapkan diatas penangas air dengan menggunakan cawan penguap hingga diperoleh ekstrak kental. Kemudian, ekstrak yang diperoleh ditimbang.

4. Pengujian Antidiare

Pengujian aktivitas antidiare dilakukan terhadap ekstrak dengan dosis yang berbeda. Metode yang digunakan adalah metode transit intestinal (Suryawati, 1993). Berikut uraian lengkap pengujian aktivitas

antidiare dengan metode transit intestinal pada mencit :

Pengelompokkan mencit

Mencit diambil secara acak kemudian dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yaitu :

(6)

ekstrak etanol kulit batang sintok dosis 250 mg/kgBB dalam suspensi PGA 2%, kelompok uji yang diberi ekstrak etanol kulit batang sintok dosis 500 mg/kgBB dalam suspensi PGA 2% dan kelompok uji yang diberi ekstrak etanol kulit batang sintok dosis 1000mg/kgBB dalam suspensi PGA 2%.

Pembanding yang digunakan adalah loperamida HCl dosis 2mg/70 kgBB

dalam suspensi PGA 2%.

Tahap pengujian aktivitas antidiare: Setelah dipuasakan selama kurang lebih 18 jam, mencit diberi sediaan secara per oral dengan volume pemberian 1ml/100 gram berat badan sesuai pengelompokkannya berdasarkan dosis. 45 menit setelah pemberian ekstrak, masing-masing mencit diberi larutan tinta cina sebanyak 0,1 ml/10 gram. Setelah 65 menit, semua mencit dikorbankan secara dislokasi tulang leher. Usus dikeluarkan secara hati-hati, jangan sampai terenggang. Panjang seluruh usus yang dilalui marker tinta cina mulai dari pilorus sampai ujung akhir (berwarna hitam) diukur. Demikian pula panjang seluruh usus dari

pilorus sampai rektum dari masing-masing mencit. Kemudian dihitung rasio antara jarak yang ditempuh marker terhadap panjang usus keseluruhan. Nilai rasio ini kemudian di rata-rata untuk masing-masing kelompok, dan nilai dari masing-masing kelompok tersebut dibandingkan (kelompok kontrol, kelompok uji dan kelompok pembanding).

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Ekstraksi

Pada proses ekstraksi digunakan metode maserasi dengan cairan penyari etanol 70%. Dalam proses ini digunakan etanol sebagai cairan penyari karena etanol dapat melarutkan hampir semua metabolit sekunder yang terkandung dalam simplisia dan selain itu digunakan karena relatif aman, tidak toksik seperti pelarut lainnya misal metanol yang dapat menyebabkan kebutaan. Jumlah volume total etanol yang digunakan adalah 10 liter.

(7)

1

Tabel 1 Hasil Ekstraksi Simplisia Kulit Batang Sintok (Cinnamomum sintoc BL.) secara Maserasi dengan Etanol 70%

Bahan Kulit Batang Sintok Berat

Berat simplisia (g) 947,04 g

Berat ekstrak total (g) 125,26 g

Rendemen 13,23 %

2.Aktivitas Antidiare

Pengamatan terhadap hasil uji aktivitas antidiare masing-masing dosis dari ekstrak kulit batang sintok memberikan aktivitas antidiare lebih baik dari PGA 2% (kontrol negatif), dilakukan dengan mengamati parameter transit usus. Kemudian

dilakukan analisis data secara statistik terhadap parameter tersebut.

Hasil Uji Aktivitas Antidiare

Ekstrak Kulit Batang Sintok

Rata-rata panjang usus keseluruhan dan panjang usus yang dilalui marker pada semua kelompok mencit dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata Panjang Usus Keseluruhan dan Panjang Usus Yang Dilalui Marker Pada Semua Kelompok Mencit

Kelompok Perlakuan Rata-rata panjang usus keseluruhan

Rata-rata panjang usus yang dilalui marker

Kontrol Negatif PGA 2% 58,3 cm 18,2 cm

Kontrol Positif loperamida HCl 2 mg/kgBB

63,5 cm 14,4 cm

Dosis I 250 mg/kgBB 64,4 cm 15,3 cm

Dosis II 500 mg/kgBB 57 cm 11,4 cm

Dosis III 1000 mg/kgBB 59,9 cm 11 cm

Berdasarkan Tabel 2 dapat dihitung perbandingan jarak tempuh marker dengan panjang usus keseluruhan dan rata-rata

(8)

kontrol positif, serta perbandingan diantara semua kelompok uji. Hasil

yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3. Rata-rata Rasio Jarak Tempuh Marker dengan Panjang Usus Keseluruhan Pada Semua Kelompok Mencit

Kelompok Perlakuan Rata-rata rasio jarak tempuh marker dengan panjang usus keseluruhan

Kontrol Negatif PGA 2% 0,312

Kontrol Positif loperamida HCl 2 mg/kgBB

0,228

Dosis I ekstrak sintok 250 mg/kgBB 0,236

Dosis II ekstrak sintok 500 mg/kgBB 0,201 Dosis III ekstrak sintok 1000 mg/kgBB 0,185

Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang bermakna mengenai efek kelompok perlakuan, maka dilakukan analisis statistika. Metode analisis statistik yang

digunakan adalah Analisis Varians (ANAVA) dengan Desain Acak Sempurna. Data dari Tabel 3 disusun menjadi daftar Anava seperti yang tertera pada Tabel 4.

Tabel 4 Daftar Anava Aktivitas Antidiare Pada Perlakuan Uji

Sumber variasi dk JK KT FHitung F0,05

Rata-rata Perlakuan Kekeliruan

1 4 20

1,35117376 0,04832984 0,0780204

1,35117376 0,01208246 0,00390109

3,09 2,87

Jumlah 25 1,477524

Berdasarkan Tabel 4 dapat terlihat bahwa dengan taraf nyata α = 0,05,FHitung lebih besar daripada

FT abel. Sehingga hipotesis nol ditolak,

yang berarti terdapat perbedaan efek aktivitas antidiare untuk

(9)

9

perlakuan yang satu dengan yang lainnya. Hasil uji Rentang

Newman-Keuls dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 memberikan informasi dimana dengan taraf nyata α = 0,05 terdapat perbedaan efek yang bermakna pada kulit batang sintok E2

(dosis 500mg/kgBB) dengan P (kontrol negatif) dan terdapat perbedaan efek yang bermakna pada

kulit batang sintok E3 (dosis

(10)

bermakna diantara rata-rata perlakuan. .

Gambar 1 Diagram ratio panjang usus mencit yang dilalui marker terhadap panjang usus pada berbagai kelompok perlakuan

Evaluasi dapat dilakukan berdasarkan perhitungan penurunan rasio panjang usus yang dilalui marker terhadap panjang usus.Kelompok hewan yang diberi loperamid HCl adalah :

Penurunan rasio setelah pemberian loperamid =

Rasio kel. kontrol- Rasio kel.loperamid HCl X 100% Rasio kel. Kontrol

Dari hasil perhitungan seperti di atas diperoleh hasil penurunan rasio pemberian loperamid HCl dosis 2 mg/70kg adalah 26,9 %, penurunan rasio setelah pemberian bahan uji dosis 250 mg/kg BB adalah 24,4%,

penurunan rasio setelah pemberian bahan uji dosis 500 mg/kg BB adalah 35,6% sedangkan penurunan rasio setelah pemberian bahan uji dosis 1000 mg/kg BB adalah 40,7%

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil pengujian aktivitas antidiare dari ekstrak etanol 70 % kulit batang sintok (Cinnamomum sintoc BL.) menggunakan metode transit intestinal dengan dosis 250 mg/kg, 500 mg/kg dan 1000 mg/kg berat badan mencit menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit batang sintok memiliki aktivitas antidiare. Berdasarkan analisis data statistika 0

0.2 0.4 0.6 0.8 1

Kelompok perlakuan

R

a

ti

o

(X/

Y)

(11)

11

dengan α = 0.05, kedua ekstrak uji dosis 500 mg/kg dan 1000 mg/kg berat badan mencit menunjukkan perbedaan efek yang bermakna terhadap kecepatan transit usus dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Dilihat dari penurunan rasio panjang usus yang dilewati marker dengan panjang usus setelah pemberian ekstrak kulit batang sintok berturut-turut dosis 250, 500 dan 1000 mg/kg BB adalah 24,4%, 35,6% dan 40,7%

Saran

Penelusuran senyawa bioaktif antidiare dari kulit batang sintok perlu dilanjutkan dengan metode uji yang lain misalnya, dengan metode proteksi terhadap diare oleh minyak jarak, serta penelitian menggunakan fraksi-fraksi dari ekstrak untuk mengetahui pada fraksi manakah kandungan kimia aktif yang memberikan efek aktivitas antidiare yang paling baik.

DAFTAR PUSTAKA

____________, 2004, Memilih Obat Diare. http :// www.republika.co.id.htm,[28

Juni 2007]

____________, 2006, Diare, http://www.wikipedia.org//. [15 Mei 2007]

Adnyana, I Ketut., dan Elin Yulinah, 2004, Efek Ekstrak Daun Jambu Biji Daging Buah Putih dan Jambu Biji Daging Buah Merah Sebagai Antidiare,Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXIX, No.1, Unit Bidang Ilmu Farmakologi-Toksikologi, Departemen Farmasi, Institut Teknologi Bandung, Hlm.3-4,7.

Backer, CA., and Bakkuinzen v/d Brink RC Jr., 1963, Flora of Java, Volume I, Wolter-Noordhoff NV, Groningen: P.121.

Darmansyah, I., 2004, Populer Artikel : Pengobatan Diare, http ://www. iwandarmansyah.web.id,[20 April 2007]

Guyton, A. C., 1996, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, terj. Petrus Andrianto, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta : Hlm.609.

(12)

Heyne, K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid ke-2, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan, Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta: Hlm. 805-806.

Katzung, B. G., 1989, Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi Ketiga, Alih Bahasa: Binawati H. Kotuabulun, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta :Hlm.933-935.

Kelompok Kerja Ilmiah Phytomedica, 1991, Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik, Yayasan Phytomedica, Jakarta: Hlm.23-25.

Mutschler, E., 1991, Dinamika Obat Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi, Edisi kelima, Alih Bahasa Mathilda B. Widianto dan Anna Setiadi Ranti, Penerbit ITB, Bandung: Hlm.542-543.

Setiawati, Arini., dkk., 1995, Farmakologi Dan Terapi, Edisi 3, Pengantar Farmakologi, Penerbit Gaya Baru, Jakarta : Hlm.22.

Shulz, V., R. Hansel, V.E. Tyler., 1998, Rational Phytotherapy, Springer, Berlin: Hlm.191-192.

Tan, H.T., dan Raharja, K., 2002, Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek Sampingnya, Edisi Kelima, Cetakan Kedua, Jakarta : Hlm.270-274.

Triatmojo, B., 1994, Penggunaan Antibiotik Secara Rasional Pada Diare, Cermin Dunia Kedokteran, No.97, Jakarta : Hlm.33-34.

Wingate D., et al, 2001, Pedoman Pengobatan Mandiri untuk Diare Akut Dewasa, http ://www.tempo.co.id.htm,[28 Juni 2007]

Gambar

Tabel 5. Hasil Uji Rentang Newman-Keuls Seluruh Perlakuan Uji Pada α =
Gambar 1  Diagram ratio panjang usus mencit yang dilalui marker terhadap

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Mengetahui hubungan kondisi lingkungan rumah (kepadatan hunian, ventilasi, bahan bakar memasak, jenis lantai, dan kelembaban) terhadap kejadian ISPA pada balita

Daya tahan tubuh, terdiri dari utuhnya sel epitel mukosa dan gerak mukosilia , makrofag alveoli , dan Ig A (Amin, 2011). Umur mempunyai pengaruh besar terutama pada ISPA

Rumput mengandung zat-zat makanan yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup ternak, seperti air,lemak, serat kasar, protein, mineral serta vitamin.Rumput yang umum digunakan

Dalam melakukan kegiatannya untuk menjaga ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, sudah seharusnya Satpol PP mengawasi dan meneribkan pedagang kaki lima yang

Adapun judul penelitian ini adalah “ Hegemoni Tengkulak Terhadap Petani Lada Putih ( Muntok White Pepper ) Di Desa Ranggas Kecamatan Air Gegas Kabupaten Bangka

Dengan ini saya Nama: Nesa Natasya NIM: H0711068 Program Studi: Agroteknologi menyatakan bahwa dalam skripsi saya yang berjudul “HASIL DAN KANDUNGAN PROTEIN

13) Dapat dipercaya : diantaranya adalah siswa jujur, mampu mengikuti komitmen, mencoba melakukan tugas yang diberikan, menjadi teman yang baik dan membantu orang