Evaluasi Pengendalian Persediaan Barang Dagang Pada UD Rumah Tani Pekanbaru
Sutrisna Sunjaya Stepanus Pamungkas Sitorus1*, Agustian Suseno2
1,2Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Singaperbangsa Karawang Indonesia
*Koresponden email: Sutrisna2910@gmail.com
Diterima: 25 Februari 2023 Disetujui: 4 Maret 2023
Abstract
One of the management functions in a company that is often emphasized is inventory control, which aims to ensure that inventory levels do not run out or result in the excess ordering of goods. This study aims to analyze the classification of trading goods using the ABC classification method and to analyze the control of trading goods inventory using the Economic Order Quantity (EOQ) method, then compare it with the current inventory management policy being applied at UD Rumah Tani Pekanbaru. The results of this study show that based on the ABC classification analysis calculation, there are four items that belong to group A and that using the EOQ method will make inventory costs more efficient. This can be seen from the frequency of UD Rumah Tani Pekanbaru orders 24 times a year and the total cost of inventory for 23 types of trading goods is Rp 157,838,781.39, while using the EOQ method the frequency of orders is 3-4 times a year with a cost of Rp 82,059,910.66. The EOQ method recommends that the company prepare safety stock and ROP as preventive measures against potential inventory problems.
Keywords: EOQ, cost optimization, inventory control, Pekanbaru, UD rumah tani
Abstrak
Salah satu fungsi manajemen dalam sebuah perusahaan yang sering diperhatikan adalah pengendalian persediaan, di mana menjaga agar persediaan barang tidak mengalami kehabisan atau tidak mengalami kelebihan dalam pemesanan barang. Penelitian ini bertujuan menganalisis klasifikasi barang dagang menggunakan metode klasifikasi ABC dan menganalisis pengendalian persediaan barang dagang dengan metode Economic Order Quantity (EOQ), lalu membandingkannya dengan kebijakan pengelolaan persediaan yang sedang diterapkan saat ini di UD Rumah Tani Pekanbaru. Hasil penelitian ini menunjukkan berdasarkan perhitungan analisis klasifikasi ABC terdapat empat barang yang termasuk dalam kelompok A dan diperoleh bahwa dengan menggunakan metode EOQ akan mengefisienkan biaya persediaan. Hal ini dapat terlihat dari frekuensi pemesanan UD Rumah Tani Pekanbaru sebanyak 24 kali dalam setahun dan total biaya persediaan 23 jenis barang dagang sebesar Rp 157.838.781,39, sedangkan bila menggunakan metode EOQ jumlah frekuensi pemesanan 3-4 kali dalam setahun dengan jumlah biaya yang dikeluarkan adalah Rp 82.059.910,66. Metode EOQ memberikan saran kepada perusahaan untuk menyiapkan safety stock dan ROP sebagai tindakan pencegahan terhadap masalah-masalah yang mungkin timbul terkait persediaan barang.
Kata Kunci: EOQ, optimasi biaya, pengendalian persediaan, Pekanbaru, UD rumah tani
1. Pendahuluan
Persediaan barang dagang merupakan daftar barang yang disimpan perusahaan untuk dijual.
Persediaan sangat penting karena mengendalikan kegiatan operasional bisnis dan merupakan investasi perusahaan, karena memiliki potensi untuk menghasilkan keuntungan melalui penjualan di kemudian hari.
Perusahaan harus memiliki manajemen persediaan yang optimal guna meminimalkan berbagai masalah yang mungkin akan timbul [1]. Dengan demikian, manajemen persediaan yang baik adalah jika persediaan barang dagang bergantung pada permintaan pelanggan dan tersedianya barang dagang saat dibutuhkan atau adanya permintaan pelanggan [2].
Sangat penting perusahaan memiliki persediaan barang yang optimal guna memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan, yakni dapat memenuhi permintaan pelanggan secara tepat waktu dan dibutuhkan serta berguna untuk mengukur kebutuhan barang dagang yang dijual kepada pelanggan [3]. Perusahaan cenderung akan mendapatkan risiko jika tidak memiliki persediaan barang yang optimal, salah satunya adalah perusahaan mengalami kerugian karena pelanggan beralih ke perusahaan lain yang dapat memenuhi permintaannya [4]. Barang yang selalu tersedia dengan jumlah yang optimal akan memperlancar kegiatan operasional perusahaan [5].
Pengambilan keputusan pada pengendalian persediaan sangat penting untuk mencapai tujuan bisnis dan memastikan ketersediaan yang optimal untuk memuaskan pelanggan. Persediaan yang efektif dan efisien merupakan tantangan dalam kegiatan operasional bisnis, di mana dalam didapatkannya biaya yang seminimum mungkin perlu adanya optimalisasi terhadap kegiatan manajemen persediaan [6]. UD Rumah Tani Pekanbaru merupakan perusahaan dagang yang menjual pupuk dan racun pohon untuk keperluan perkebunan kelapa sawit. Dalam menjalankan operasional bisnisnya, UD Rumah Tani Pekanbaru mendapatkan barang dari produsen yang kemudian dipasarkan kembali untuk retailer dengan harga grosir.
Dalam manajemen persediaan di UD Rumah Tani Pekanbaru masih menggunakan cara manual, yakni mencatat barang yang masuk dan keluar dengan kuantitas persediaan barang merupakan asumsi dari penjualan periode sebelumnya.
Hal tersebut sering menyebabkan permasalahan pada persediaan barang, salah satunya adalah persediaan beberapa jenis barang dagang mengalami overstock di gudang. Ini menyebabkan menurunnya nilai jual barang dagang karena mengalami kerusakan dan banyak dana menganggur. Pada persediaan atau barang dagang yang terlalu minim di gudang sehingga tidak dapat memenuhi permintaan pelanggan karena tidak tersedianya barang saat dibutuhkan (out of stock). Permasalahan tersebut akan membebankan biaya operasional bisnis UD Rumah Tani Pekanbaru dan memerlukan evaluasi terhadap manajemen persediaan yang diterapkan dalam perusahaan guna didapatkan manajemen persediaan yang optimum. Ini berarti kuantitas persediaan yang dapat menunjang kelancaran dalam penjualan dan terhindar dari pengeluaran biaya operasional yang berlebihan.
Pengendalian persediaan barang dagang bertujuan untuk mengurangi biaya operasional perusahaan seefisien mungkin dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian agar dapat mengambil keputusan yang tepat dan menghemat biaya [7][8]. Persediaan adalah bagian penting dari operasi perusahaan dan untuk mengatasi masalah persediaan, perlu dilakukan perencanaan dan pengendalian persediaan yang efektif [9]. Hal ini dilakukan sebagai tindakan pencegahan agar masalah persediaan dapat diminimalisir. Meramalkan permintaan dengan akurat adalah tantangan bagi perusahaan.
Oleh sebab itu, perusahaan perlu melakukan perencanaan yang matang dalam pengendalian persediaan barang dagang untuk mencegah kelebihan atau kekurangan persediaan. Dengan demikian, perusahaan dapat mengatur persediaan secara optimal untuk memenuhi permintaan pelanggan dan menghindari biaya yang tidak perlu [10].
Untuk menyelesaikan masalah persediaan, diperlukan penggunaan metode yang tepat. Salah satu metode yang digunakan untuk pengambilan keputusan persediaan barang adalah klasifikasi ABC dan Economical Order Quantity (EOQ). Metode klasifikasi ABC berguna untuk mengelompokkan barang berdasarkan volume penjualan (kelas) dan setiap kelas diperlukan perlakuan dan penanganan yang tepat [11]. Sementara itu, metode EOQ bertujuan untuk mencapai persediaan minimum dengan biaya rendah dan kualitas yang baik [12]. Implementasi metode EOQ dalam perusahaan dapat membantu meminimalkan risiko kehabisan stok sehingga tidak mengganggu proses bisnis dan menghemat biaya persediaan barang dagang dengan meningkatkan efisiensi dalam manajemen persediaan.
Selain itu, penerapan metode EOQ dapat mengurangi biaya penyimpanan, mengoptimalkan ruang gudang dan ruang kerja, serta mengatasi masalah persediaan berlebihan yang dapat meningkatkan risiko kehilangan nilai persediaan. Pendekatan EOQ sangat mudah dan praktis digunakan untuk merencanakan waktu dan jumlah pembelian barang dagang dengan tepat [13][14]. Persediaan merupakan bagian dari aset perusahaan yang disimpan dan berperan penting dalam memenuhi permintaan pelanggan, serta dapat digunakan untuk mendukung kelancaran proses penjualan [6].
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menentukan sistem pengendalian persediaan yang tepat untuk UD Rumah Tani Pekanbaru. Dalam penelitian ini, metode klasifikasi ABC digunakan untuk mengelompokkan barang-barang ke dalam klasifikasi kelas dan menentukan cara penanganan yang sesuai untuk setiap kelas barang. Metode EOQ diterapkan untuk menentukan jumlah persediaan barang dagang yang optimal, safety stock yang dibutuhkan, serta kapan harus melakukan pemesanan kembali (re-order point) dan berapa jumlah barang dagang yang sebaiknya dipesan untuk mengoptimalkan biaya total persediaan.
2. Metode Penelitian 2.1 Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Data yang diperlukan meliputi informasi pembelian barang, biaya pemesanan, biaya penyimpanan, persediaan barang dagang selama satu tahun (2022), frekuensi pemesanan, waktu tunggu saat pemesanan sampai di gudang, dan daftar harga. Sumber data dikumpulkan dengan menggunakan teknik dokumentasi dan wawancara. Teknik
dokumentasi berguna untuk memperoleh data pendukung penelitian, sementara teknik wawancara digunakan untuk memahami aktivitas operasional yang terkait dengan persediaan dan mengidentifikasi masalah yang sering terjadi dalam aktivitas operasional tersebut, seperti barang yang kurang saat dibutuhkan atau barang yang menumpuk di gudang [15].
Tabel 1. Persediaan Barang Dagang UD Rumah Tani Pekanbaru Tahun 2022
Nama Barang Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sept Okt Nov Des
Bablas 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 70 70
Bayam loreng 40 40 40 40 40 40 40 40 50 50 50 50
Benson 160 160 160 160 160 160 160 180 160 190 190 190
Bentop 60 60 60 60 60 60 60 60 60 65 65 75
Cabe Mahameru 340 340 340 340 350 340 340 340 340 340 360 360
Centatop 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
EM4 pertanian 330 330 420 350 330 330 410 410 410 410 410 410 Gramotop 550 550 550 550 550 530 530 530 450 530 450 450
Gramoxone 80 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
Grimason 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Kangkung sejati 150 120 120 120 130 120 125 130 120 120 120 120 Kontaxone 360 340 340 340 340 340 340 340 340 340 340 340 Kresnaxone 100 100 120 125 120 120 120 120 100 120 120 100
Monitor 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
Mulsa gajah 80 80 90 80 90 80 80 80 90 90 90 100
Mulsa gatot
kaca 90 90 90 90 80 80 80 90 90 80 90 90
Pilarquat 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Sapu bersih 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Selang drip 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 Semangka
mardy 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Top kuat 310 310 310 310 310 310 310 310 310 310 310 310
Typosat 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
Weetox 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
Sumber: UD Rumah Tani Pekanbaru (2022)
Tabel 1 menunjukkan pemesanan barang selama 1 tahun (Januari 2022-Desember 2022) yang digunakan sebagai persediaan barang dagang UD Rumah Tani Pekanbaru guna memenuhi permintaan pelanggan.
Tabel 2. Permintaan Barang Dagang UD Rumah Tani Pekanbaru Tahun 2022
Nama Barang Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sept Okt Nov Des
Bablas 50 50 56 50 50 54 54 56 54 56 56 63
Bayam loreng 22 21 22 25 18 18 19 31 41 35 31 43
Benson 151 151 144 124 156 212 167 177 154 155 177 188
Bentop 55 55 56 44 39 41 56 56 58 63 56 71
Cabe Mahameru 335 340 331 298 344 339 307 351 340 340 356 357
Centatop 20 18 21 16 16 16 22 20 12 12 22 36
EM4 pertanian 300 321 411 333 310 297 401 392 417 405 401 408 Gramotop 550 550 530 541 540 418 478 511 409 530 409 420
Gramoxone 72 68 69 68 60 66 66 58 58 64 58 60
Grimason 15 13 18 14 17 17 18 18 12 18 12 15
Kangkung sejati 142 120 116 112 130 120 121 129 120 114 120 124 Kontaxone 356 340 312 343 233 331 242 232 351 242 351 349
Kresnaxone 99 98 114 99 121 101 101 116 96 116 116 99
Monitor 70 67 68 68 70 70 71 68 71 68 68 69
Mulsa gajah 77 77 86 78 88 76 75 77 87 89 89 93
Mulsa gatot
kaca 88 87 88 87 76 76 72 88 87 72 87 88
Pilarquat 25 24 23 24 21 24 22 23 24 24 24 30
Sapu bersih 46 41 39 41 35 35 38 44 43 42 42 44
Selang drip 95 80 112 112 89 89 89 121 80 138 138 141
Semangka
mardy 46 44 43 44 44 45 44 41 48 40 40 43
Top kuat 306 292 292 300 290 287 287 292 289 292 287 300
Typosat 65 60 72 64 64 60 58 58 58 68 58 54
Weetox 48 54 54 54 58 54 60 52 52 60 60 59
Sumber: UD Rumah Tani Pekanbaru (2022)
Tabel 2 menunjukkan permintaan pelanggan selama satu tahun, dari data tersebut akan dihitung biaya yang diperlukan untuk memesan barang selama satu tahun. Rincian biaya pemesanan dapat dilihat di tabel 3 yang menunjukkan biaya pemesanan untuk barang dagang UD Rumah Tani Pekanbaru.
Tabel 3. Biaya Pemesanan UD Rumah Tani Pekanbaru
Jenis Biaya Perbulan Pertahun
Biaya komunikasi Rp 50.000 Rp 600.000
Biaya ekspedisi Rp 700.000 Rp 8.400.000
Biaya administrasi Rp 10.000 Rp 120.0000 Biaya bongkar muat Rp 300.000 Rp 3.600.000
Total Biaya Rp 1.060.000 Rp 12.720.000
Sumber: UD Rumah Tani Pekanbaru (2022)
Tabel 3 menunjukkan jumlah biaya yang dikeluarkan UD Rumah Tani Pekanbaru untuk pemesanan selama satu tahun sebesar Rp 12.720.000, yang meliputi biaya komunikasi, biaya ekspedisi, biaya administrasi dan biaya bongkar muat.
Tabel 4. Biaya Penyimpanan UD Rumah Tani Pekanbaru
Jenis Biaya Perbulan Pertahun
Biaya pemeliharaan gudang Rp 100.000 Rp 1.200.000
Biaya listrik Rp 150.000 Rp 1.800.00
Biaya man power Rp 900.000 Rp 10.800.000
Total Biaya Rp 1.150.000 Rp 13.800.000
Sumber: UD Rumah Tani Pekanbaru (2022)
Dalam Tabel 4 menampilkan rincian tentang biaya untuk menyimpan barang, yang meliputi biaya pemeliharaan gudang, biaya listrik, dan biaya man power (satu karyawan gudang) selama satu tahun sebesar Rp. 13.800.000.
2.2 Pengolahan Data Klasifikasi analisis ABC
Klasifikasi analisis ABC berguna untuk memfokuskan perhatian manajemen untuk penentuan jenis produk dan perlu diprioritaskan dalam persediaan. Klasifikasi analisis ABC diuraikan sebagai berikut [16];
a. Barang-barang yang termasuk dalam kelompok atau kelas A merupakan barang-barang yang memiliki nilai tinggi, meskipun persentase jumlah persediaannya hanya 20%, namun kontribusi nilai yang diberikan mencapai 80%.
b. Barang-barang yang termasuk dalam kelompok atau kelas B adalah barang-barang yang memiliki nilai yang sedang dengan persentase jumlah persediaannya mewakili 30% dan memberikan kontribusi nilai sebesar 15%.
c. Barang-barang yang termasuk dalam kelompok atau kelas C memiliki nilai yang rendah dengan persentase jumlah persediaannya sebesar 50% dari total persediaan, namun kontribusi nilai yang diberikan hanya sebesar 5%.
Metode EOQ
EOQ adalah metode untuk memperoleh sejumlah barang dengan cara menekan biaya seefisien mungkin dan mengawasi biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. EOQ merupakan metode yang berguna untuk menentukan kuantitas persediaan yang optimal [17], dan berikut adalah perhitungan yang dilakukan dalam metode EOQ.
a. Biaya penyimpanan
H =Total Biaya Penyimpanan
Total Biaya Persediaan (1)
b. Biaya pemesanan
S =Total Biaya Pemesanan
Frekuensi Pemesanan (2)
c. Menghitung EOQ
EOQ = √2DSH (3)
d. Menghitung frekuensi simpan
F = D
EOQ (4)
e. Menghitung Total Inventory Cost (TIC)
TIC = [EOQD S] + [EOQ2 H] (5)
Safety Stock
Safety stock adalah jumlah persediaan cadangan yang disiapkan sebagai tindakan pencegahan apabila terjadi risiko kekurangan barang. Dalam kegiatan persediaan, memiliki persediaan cadangan dapat mengurangi risiko kerugian akibat kekurangan stok serta membantu menghemat biaya penyimpanan [18].
Dalam penelitian ini, batas toleransi yang diterapkan adalah sebesar 5% di atas maupun di bawah perkiraan yang telah dibuat. Untuk menghitung safety stock, digunakan rumus sebagai berikut:
SS = Zσ (6)
Re-Order Point (ROP)
ROP merupakan momen krusial di mana perusahaan perlu melakukan pemesanan ulang barang- barang agar penerimaan dan kedatangan pesanan barang tepat waktu dengan memastikan persediaan barang di atas tingkat safety stock. ROP sendiri adalah kuantitas persediaan yang menunjukkan kapan seharusnya pemesanan ulang dilakukan agar barang yang dipesan dapat tiba tepat waktu. Tahap ini mengindikasikan pentingnya waktu dalam melakukan pemesanan ulang barang untuk menggantikan penggunaan dari persediaan yang tersedia [18]. Terdapat rumus yang digunakan untuk menghitung ROP, yakni:
ROP = d × L + SS (7)
Maximum Inventory
Maximum inventory bertujuan untuk menghindari terjadinya kekurangan atau berlebihan persediaan, karena kedua hal tersebut dapat mengganggu proses distribusi dan dapat berdampak pada kerugian dari UD Rumah Tani Pekanbaru.
MI = EOQ + SS (8)
3. Hasil dan Pembahasan
Penelitian yang dilakukan di UD Rumah Tani Pekanbaru berguna untuk meninjau persediaan barang dagang, dengan tujuan untuk meminimalkan tidak terjadinya penumpukan barang di gudang sehingga banyak dana yang menganggur dalam persediaan atau barang yang tidak tersedia saat dibutuhkan sehingga UD Rumah Tani Pekanbaru tidak dapat memenuhi permintaan pelanggan. UD Rumah Tani Pekanbaru harus merencanakan persediaan yang optimum guna meminimalkan biaya operasi bisnis. Dalam manajemen persediaan juga perlu adanya klasifikasi barang untuk menetapkan tingkat pengendalian dan frekuensi pengawasan persediaan, klasifikasi barang dikelompokkan menjadi tiga kelas yaitu kelas A, kelas B, dan kelas C [11].
3.1 Klasifikasi ABC
Tabel 5 di bawah ini menunjukkan hasil analisis klasifikasi ABC yang dilakukan menggunakan program POM QM V4.
Tabel 5. Klasifikasi Analisis ABC Barang Dagang
Nama Barang Permintaan Harga/Barang Nilai Investasi % Kumulatif Kelompok Gramotop 5886 Rp 320.000 Rp 1.883.520.000 30,07% 30,07% A Top Kuat 3514 Rp 330.000 Rp 1.159.620.000 18,51% 48,58% A Kresnaxone 1276 Rp 310.000 Rp 395.560.000 6,31% 54,89% A
Typosat 739 Rp 407.500 Rp 301.142.500 4,81% 59,70% A
Bablas 649 Rp 440.000 Rp 285.560.000 4,56% 64,26% B
Gramoxone 767 Rp 352.500 Rp 270.367.500 4,32% 68,57% B Mulsa Gajah 992 Rp 260.000 Rp 257.920.000 4,12% 72,69% B Kontaxone 3682 Rp 70.000 Rp 257.740.000 4,11% 76,80% B Mulsa Gatot Kacca 996 Rp 250.000 Rp 249.000.000 3,97% 80,78% B Sapu bersih 490 Rp 500.000 Rp 245.000.000 3,91% 84,69% B
Bentop 650 Rp 290.000 Rp 188.500.000 3,01% 87,70% B
Weetox 665 Rp 210.000 Rp 139.650.000 2,23% 89,93% C
Selang Drip 1284 Rp 90.000 Rp 115.560.000 1,84% 91,77% C Cabe Mahameru 4038 Rp 23.000 Rp 92.874.000 1,48% 93,26% C EM4 Pertanian 4396 Rp 21.000 Rp 92.316.000 1,47% 94,73% C
Centatop 231 Rp 340.000 Rp 78.540.000 1,25% 95,98% C
Pilarquat 288 Rp 220.000 Rp 63.360.000 1,01% 96,99% C
Kangkung sejati 1468 Rp 38.000 Rp 55.784.000 0,89% 97,88% C
Monitor 828 Rp 55.000 Rp 45.540.000 0,73% 98,61% C
Grimason 187 Rp 220.000 Rp 41.140.000 0,66% 99,27% C
Semangka mardy 522 Rp 70.000 Rp 36.540.000 0,58% 99,85% C Bayam loreng 326 Rp 16.500 Rp 5.379.000 0,09% 99,94% C
Benson 1956 Rp 2.000 Rp 3.912.000 0,06% 100,00% C
Sumber: Data Olahan (2023)
Pada Tabel 5, terlihat klasifikasi barang dagang yang terdiri dari 23 jenis barang ke dalam 3 kelas.
Klasifikasi barang kelas A adalah barang yang memiliki nilai investasi paling besar dalam permintaan barang, maka harus dikendalikan dan ditinjau secara ketat yang dapat dilakukan dengan membuat laporan penjualan dan monitoring secara rinci setiap bulan. Oleh karena itu, dalam penyimpanan perlu adanya perlakuan khusus untuk meminimalkan terjadi kerusakan barang karena barang yang terlalu lama di gudang. Klasifikasi barang kelas B tidak seketat barang kelas A, monitoring barang dapat dilakukan secara berkala setiap 1-3 bulan sekali. Klasifikasi barang kelas C perlu dipertimbangkan dengan hati-hati untuk menghindari pengeluaran biaya yang tidak perlu. UD Rumah Tani Pekanbaru harus memastikan bahwa jumlah barang yang dibeli tidak berlebihan. Hal ini dapat membantu menghindari penumpukan barang yang tidak perlu dan mengurangi biaya penyimpanan.
3.2 Metode EOQ
Untuk menganalisis efisiensi persediaan pada 23 jenis barang dagang, digunakan metode EOQ. Hasil analisis dari setiap jenis barang akan akumulasikan untuk mengetahui total biaya persediaan barang. Untuk melakukan analisis metode EOQ, perlu diketahui biaya pemesanan dan biaya penyimpanan untuk setiap jenis barang dagang. Untuk menghitung biaya penyimpanan (bablas), dapat digunakan rumus (1) berikut.
H =Total biaya penyimpanan Total persediaan barang H =Rp 13.800.000
H = Rp 18.649 740
Sedangkan untuk menghitung biaya pesanan setiap kali pesan dalam setahun digunakan rumus (2).
S = Total biaya pemesanan 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑚𝑒𝑠𝑎𝑛𝑎𝑛 S =Rp 12.720.000
24
S = Rp 530.000
Sehingga didapatkan EOQ barang bablas, yakni (3):
EOQbablas= √2DS H
EOQbablas= √2 × 649 × Rp 530.000 Rp 18.649 𝐸𝑂𝑄𝑏𝑎𝑏𝑙𝑎𝑠 = 192 buah barang bablas Dengan frekuensi pemesanan adalah (4):
F = D EOQ F =649
192
F = 3 kali/tahun
Maka EOQ setiap jenis barang dapat diketahui yakni:
Tabel 6. EOQ dan Frekuensi Pemesanan Barang Dagang Nama Barang EOQ Frekuensi Pemesanan
Bablas 192 3
Bayam loreng 114 3
Benson 552 4
Bentop 193 3
Cabe Mahameru 1132 4
Centatop 88 3
EM4 pertanian 1240 4
Gramotop 1677 4
Gramoxone 224 3
Grimason 59 3
Kangkung sejati 411 4
Kontaxone 1077 3
Kresnaxone 366 3
Monitor 247 3
Mulsa gajah 280 4
Mulsa gatot kacca 282 4
Pilarquat 89 3
Sapu bersih 150 3
Selang drip 392 3
Semangka mardy 155 3
Top kuat 1002 4
Typosat 218 3
Weetox 192 3
Sumber: Data Olahan (2023)
Pada Tabel 6, terlihat jumlah pemesanan optimal (EOQ) dan frekuensi pemesanan pada masing- masing barang dagang di UD Rumah Tani Pekanbaru. UD Rumah Tani Pekanbaru dapat mengurangi biaya pemesanan barang, karena dalam setahun pemesanan barang hanya dilakukan 3 sampai 4 kali dengan jumlah kuantitas optimal barang yang akan dipesan.
3.3 Safety Stock, Re-Order Point dan Maximum Inventory
Persediaan pengaman (safety stock) dapat mengatasi ketidakpastian terkait dengan barang dagang dan mencegah terjadinya gangguan selama proses bisnis di UD Rumah Tani Pekanbaru. Safety stock merujuk pada jumlah minimum persediaan barang dagang yang perlu dipertahankan untuk mengurangi risiko keterlambatan kedatangan pemesanan barang, kehabisan persediaan (stock out), dan gangguan lainnya yang dapat mempengaruhi kelancaran operasi bisnis. Oleh karena itu, penggunaan safety stock
sangat penting untuk diterapkan. Untuk mengetahui safety stock (bablas) dapat menggunakan rumus (6) berikut.
SS = Zσ
SS = 1,65 × 8,2
SS = 14 buah barang bablas
Selanjutnya, UD Rumah Tani Pekanbaru dapat menerapkan ROP untuk menentukan waktu yang tepat dalam memesan ulang barang dangan. Dengan demikian, saat pemesanan barang tiba, persediaan barang masih ada di atas safety stock. ROP menjadi momen penting dalam proses pengadaan barang, karena dapat memastikan persediaan barang dagang terjaga dengan baik dan menghindari terjadinya stock out atau kehabisan persediaan. UD Rumah Tani Pekanbaru memiliki lead time 7 hari, maka perhitungan ROP (bablas) yakni (7).
ROP = d × L + SS ROP =649
365× 7 + 14
ROP = 28 buah barang bablas
Besarnya maximum inventory (bablas) UD Rumah Tani Pekanbaru dapat menggunakan rumus (8) berikut.
MI = EOQ + SS MI = 192 + 14
MI = 206 buah barang babas
Di bawah ini adalah perhitungan untuk safety stock, re-order point, dan maximum inventory.
Tabel 7. Perhitungan Safety Stock, Re-Order Point, Dan Maximum Inventory
Nama Barang d SS ROP MI
Bablas 2 14 28 206
Bayam loreng 1 28 35 142
Benson 5 37 72 589
Bentop 2 17 31 210
Cabe Mahameru 11 27 104 1159
Centatop 1 29 36 117
EM4 pertanian 12 28 112 1267
Gramotop 16 68 180 1745
Gramoxone 2 13 27 237
Grimason 1 8 15 67
Kangkung sejati 4 7 35 418
Kontaxone 10 99 169 1176
Kresnaxone 3 18 39 384
Monitor 2 18 32 265
Mulsa gajah 3 6 27 286
Mulsa gatot kacca 3 7 28 289
Pilarquat 1 10 17 100
Sapu bersih 1 16 23 166
Selang drip 4 53 81 445
Semangka mardy 1 11 18 166
Top kuat 10 30 100 1032
Typosat 2 16 30 234
Weetox 2 10 24 202
Sumber: Data Olahan (2023)
Pada kondisi aktual, UD Rumah Tani Pekanbaru tidak menetapkan adanya persediaan pengamanan (safety stock) dan titik pemesanan kembali (re-order point). Sementara itu dengan metode EOQ, UD Rumah Tani Pekanbaru harus menentukan safety stock dan re-order point. Safety stock memiliki peran penting dalam menjaga kelancaran proses penjualan bagi perusahaan. Jika perusahaan mempertimbangkan untuk
mengadakan safety stock, maka perusahaan dapat menghindari risiko stock of out pada situasi-situasi yang dapat mengganggu proses penjualan, seperti kekurangan barang atau keterlambatan pengiriman pesanan dari produsen. Menurut kebijakan perusahaan, pemesanan ulang dilakukan saat persediaan hampir habis.
Namun, dengan menerapkan metode EOQ, perusahaan harus memesan ulang persediaan saat barang mendekati safety stock. Artinya, saat persediaan barang hampir mencapai safety stock, barang yang dipesan sebelumnya selama 7 hari harus sudah tiba di gudang. Hal ini dapat mencegah terganggunya proses penjualan karena keterlambatan pengiriman dari produsen.
3.4 Total Inventory Cost (TIC)
Berikut nilai Total Inventory Cost (bablas) pada UD dengan menggunakan rumus (5) metode EOQ.
TIC = [ D
EOQS] + [EOQ 2 H]
TIC = [649
192Rp 530.000] + [192
2 𝑅𝑝 18.649]
TIC = Rp 3.581.840
Adapun nilai TIC dengan metode EOQ dan TIC kebijakan UD Rumah Tani Pekanbaru untuk semua jenis barang dagang.
Tabel 8. Perbandingan TIC Pada UD Rumah Tani Pekanbaru
Nama Barang TIC EOQ TIC Perusahaan
Bablas Rp 3.581.780,47 Rp 6.864.290,54
Bayam loreng Rp 3.028.304,93 Rp 6.720.480,77
Benson Rp 3.754.299,21 Rp 6.914.039,41
Bentop Rp 3.572.489,97 Rp 6.861.677,85
Cabe Mahameru Rp 3.781.817,85 Rp 6.922.191,28
Centatop Rp 2.796.768,97 Rp 6.667.465,28
EM4 pertanian Rp 3.759.374,74 Rp 6.915.538,46
Gramotop Rp 3.720.552,29 Rp 6.904.123,79
Gramoxone Rp 3.633.127,97 Rp 6.878.852,94
Grimason Rp 3.376.040,58 Rp 6.808.020,83
Kangkung sejati Rp 3.789.962,45 Rp 6.924.615,38
Kontaxone Rp 3.624.452,73 Rp 6.876.378,05
Kresnaxone Rp 3.697.868,71 Rp 6.897.509,16
Monitor Rp 3.551.992,40 Rp 6.855.937,50
Mulsa gajah Rp 3.753.441,92 Rp 6.913.786,41
Mulsa gatot kacca Rp 3.742.876,31 Rp 6.910.673,08
Pilarquat Rp 3.420.877,08 Rp 6.820.000,00
Sapu bersih Rp 3.456.327,53 Rp 6.829.583,33
Selang drip Rp 3.469.865,88 Rp 6.833.269,23
Semangka mardy Rp 3.567.402,42 Rp 6.860.250,00
Top kuat Rp 3.717.250,98 Rp 6.903.158,60
Typosat Rp 3.587.360,75 Rp 6.865.863,10
Weetox Rp 3.675.674,54 Rp 6.891.076,39
Total Biaya Rp 82.059.910,67 Rp 157.838.781,39
Sumber: Data Olahan (2023)
Dari informasi yang terdapat pada Tabel 8, dapat diketahui hasil dari pengelolaan persediaan menggunakan metode EOQ lebih efisien dan efektif untuk diterapkan dibandingkan dengan manajemen persediaan yang digunakan oleh UD Rumah Tani Pekanbaru. Hal ini dapat dilihat frekuensi pembelian sebanyak 3-4 kali dalam setahun jika dibandingkan dengan frekuensi pembelian UD Rumah Tani Pekanbaru yang dilakukan sebanyak 24 kali dalam setahun. Frekuensi pembelian yang terlalu besar akan berdampak pada biaya pemesanan yang semakin tinggi dan tentu akan berdampak pula pada meningkatnya biaya operasional yang dilakukan. Dari hasil analisis tersebut dapat dinyatakan bahwa metode EOQ dapat mengefisienkan biaya operasional terkait persediaan dan memperlancar kegiatan penjualan.
4. Kesimpulan
Tingginya biaya persediaan yang dikeluarkan oleh perusahaan menunjukkan bahwa manajemen persediaan UD Rumah Tani Pekanbaru tidak optimum, hal ini terlihat dari tingginya biaya persediaan yang
dihasilkan. Perusahaan dapat mengatasi permasalahan tersebut dengan menggunakan EOQ sebagai acuan dalam mengelola persediaan barang agar dapat mengoptimumkan biaya total persediaan dan dapat menghindari risiko kelebihan atau kekurangan stok barang. Diharapkan dengan penerapan metode EOQ, proses persediaan dapat berjalan lancar tanpa mengganggu proses penjualan.
Menurut kebijakan UD Rumah Tani Pekanbaru, total biaya persediaan adalah Rp 157.838.781,39 Sementara dengan menggunakan metode EOQ, total biaya persediaan barang dagang adalah Rp 82.059.910,67. Dengan demikian, perusahaan dapat menghemat total biaya persediaan sebesar Rp 75.778.870,72. Dari perbedaan biaya tersebut dapat disimpulkan bahwa metode EOQ lebih efisien daripada kebijakan manajemen persediaan yang diterapkan UD Rumah Tani Pekanbaru. Metode EOQ membantu dalam menentukan frekuensi pemesanan dan tingkat persediaan yang optimal, serta memperhitungkan safety stock, re-order point, dan maximum inventory, yang sangat berpengaruh dalam usaha perusahaan untuk meminimalkan biaya persediaan barang dagang.
5. Referensi
[1] F. A. Setiawan, M. Ekadjaja, dan Y. Peniyanti, “Pengendalian Persediaan Barang Dagang Menggunakan Metode Economic Order Quantity,” J. Bakti Masy. Indones., vol. 3, no. 2, hal. 554–
563, 2021, doi: 10.24912/jbmi.v3i2.10066.
[2] S. M. Rani, “Analisis Pengendalian Persediaan Barang Dagang Menggunakan Metode Eoq Probabilistik (Studi Kasus: Toko Ully Yana Jaya),” J. Ekon. Vol. 18, Nomor 1 Maret201, vol. 2, no.
1, 2020.
[3] V. A. Pradana dan R. B. Jakaria, “Pengendalian Persediaan Bahan Baku Gula Menggunakan Metode EOQ Dan Just In Time,” Bina Tek., vol. 16, no. 1, hal. 43, 2020, doi: 10.54378/bt.v16i1.1816.
[4] A. S. Amar, Kristanto Mulyono, dan S. Nurjanah, “Analisa Persediaan Stock Barang Dengan Menggunakan Metode Economic Oerder Quantity Di Ud Toko Plastik Hanif,” TEKNOSAINS J.
Sains, Teknol. dan Inform., vol. 8, no. 2, hal. 80–85, 2021, doi: 10.37373/tekno.v8i2.91.
[5] A. Candra, “Pengendalian Persediaan Material Pada Produksi Hot Mix Dengan Pendekatan Metode Economic Order Quantity (EOQ),” Jitmi, vol. 1, hal. 145–153, 2018.
[6] A. Muhsin dan A. Noor, “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Dengan Metode Economic Order Quantity Dan Kanban Pada Pt Adyawinsa Stamping Industries,” J. OPSI, vol. 10, no. 1, hal.
128–142, 2017.
[7] H. Tannady dan K. Filbert, “Pengendalian Persediaan dengan Menggunakan Metode Economic Order Quantity dan Silver Meal Algorithm (Studi Kasus PT. SAI),” J. Tek. dan Ilmu Komput., vol.
07, no. 25, hal. 37–43, 2018.
[8] P. . Lahu dan J. S. B. Sumarauw, “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Guna Meminimalkan Biaya Persediaan Pada Dunkin Donuts Manado Analysis of Raw Material Inventory Control To Minimize Inventory Cost on Dunkin Donuts Manado,” Anal. Pengendali. Persediaan Bahan Baku Guna Meminimalkan Biaya Persediaan Pada Dunkin Donuts Manad., vol. 5, no. 3, hal. 4175–4184, 2017, [Daring]. Tersedia pada: http://kbbi.web.id/optimal.
[9] B. Aprilia, A. E. Nugraha, dan D. Herwanto, “Pengendalian Persediaan Bahan Baku dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) pada Salsa Bakery Jepara,” Manag. Anal. J., vol. 3, no. 1, hal. 1–
6, 2014.
[10] C. W. Oktavia dan C. Natalia, “Analisis Pengendalian Persediaan Gula Dengan Perbandingan Eoq Dan Metode Min Max,” J. Penelit. dan Apl. Sist. dan Tek. Ind., vol. XVI, no. 2, hal. 160–170, 2022, doi: http://dx.doi.org/10.22441/pasti.2022.v16i2.004.
[11] D. N. Pratiwi dan S. Saifudin, “Penerapan Metode Analisis Abc Dalam Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada PT.Dyriana (Cabang Gatot Subroto),” Solusi, vol. 19, no. 1, hal. 60–75, 2021, doi: 10.26623/slsi.v19i1.3000.
[12] M. Trihudiyatmanto, “Analisis Persediaan Bahan Buku Dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Pada UD. Gemilang Jaya Wonosobo,” J. PPKM III, no. August, hal. 220–234, 2017, doi:
10.32699/ppkm.v4i3.427.
[13] R. Abdurrofi dan M. Karismariyanti, “Aplikasi Untuk Optimasi Persediaan Bahan Baku Menggunakan Model Economic Order Quantity (EOQ) Pada Pabrik Tahu Di Jawa Barat,”
Semnasteknomedia Online, vol. 4, no. 1, hal. 4–11, 2016.
[14] J. Puspika, “Inventory Control Dan Perencanaan Persediaan Bahan Baku Produksi Roti Pada Pabrik Roti Bobo Pekanbaru,” Jurnal Ekonomi, vol. 21, no. September, hal. 1–15, 2013.
[15] A. W. Kurniawan dan Z. Puspitaningtyas, Metode Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Pandiva Buku, 2016.
[16] H. Jay dan B. Render, Manajemen Operasi, Edisi 9. Jaka: Salemba Empat, 2010.
[17] G. Sirait, “Pengendalian Persediaan Obat Dengan Pendekatan Economic Order Quantity,” J.
Rekayasa Sist. Ind., vol. 4, no. 2, hal. 98–103, 2019, doi: 10.33884/jrsi.v4i2.1276.
[18] M. R. A. Yuwono dan S. Saptadi, “Analisis Perbandingan Metode Eoq, Metode Poq, Dan Metode Min-Max Dalam Pengendalian Persediaan Komponen Pesawat Terbang Boeing 737NG (Studi Kasus: PT Garuda Maintenance Facility Aeroasia Tbk.),” J. Online Tek. Ind., 2021.