• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua yang dikenal semenjak Islam masuk ke Indonesia, terlihat dari tradisi pesantren yang masih melekat sejak zaman dulu hingga sekarang seperti nilai-nilai yang dianut di pesantren yaitu nilai kesederhanaan, nilai pengabdian, nilai kebersamaan, nilai kemandirian, dan nilai kearifan.1

Kegiatan pembelajaran yang ada di dalam pondok pesantren seperti bimbingan klasikal maupun pendidikan tradisional, yang menggunakan kitab-kitab klasik ataupun kitab kuning. Pendidikan pesantren secara komprehensif dapat dilihat dari berbagai aspek pola hidup pesantren, yang meliputi materi pelajaran, metode pengajaran, prinsip-prinsip pendidikan, sarana, tujuan pendidikan pesantren, kehidupan kyai dan santri serta hubungan keduanya. Hal-hal tersebut adalah bagian dari program pendidikan yang menyeluruh pada pesantren, yang dirangkum dalam prinsip dan nilai kultural yang dianut pondok pesantren.2

Pendidikan secara komprehensif bukan hanya beberapa aspek seperti dijelaskan sebelumnya, namun terdapat pula tradisi spiritual yang tidak bisa lepas dari kehidupan pesantren seperti pengajian kitab-kitab tentang ajaran Islam, doa bersama, kedisiplinan untuk melaksanakan sholat sunnah dan sentuhan-sentuhan qalbu yang didapatkan dari para pengasuh pondok atau pak kyai. Hal tersebut adalah bagian dari aspek spiritual dalam pembentukan ketauhidan santri.3

Permasalahan yang kompleks, yang dihadapi oleh santri di pesantren seperti masalah dengan teman sebaya, keluarga, hubungan lawan jenis, kegiatan pondok pesantren yang begitu padat setiap harinya dari pagi sampai malam hari, kemudian santri disibukkan dengan aktifitas-aktifitas kepesantrenan seperti muhadatsah (percakapan bahasa Arab dan Inggris), aktivitas pembelajaran di kelas, ekskul, piket, berjamaah, pengajian, dan berbagai kegiatan lainnya.

1 Mansur, Moralitas Pesantren, (Yogyakarta: Syafiria Insania press, 2004), h.59.

2 M. Sulthon Masyhud, Management Pondok Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2003), h.

88.

3 Erham Wilda, Konseling Islami, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2003), h. 20.

(2)

Jika dilihat sejak zaman dulu hingga saat ini kepercayaan masyarakat terhadap pesantren tidak pernah pudar, karena dapat dilihat ada banyak alasan seseorang memasuki pesantren diantaranya ingin mempelajari kitab-kitab yang membahas tentang islam, ingin memperoleh pengalaman kehidupan di pesantren dan lain-lain. Alasan lain karena pendidikan pesantren memberikan kontribusi berharga dalam pengembangan kepribadian santri dilihat dari sistem yang menjadi alat dalam pembentukan sikap dan mental positif santri seperti kemandirian, kreativitas, dan kemerdekaan.

Dilihat dari beberapa alasan tersebut maka terbukti bahwa kepercayaan masyarakat terhadap pesantren masih melekat, namun dari hasil observasi peneliti langsung ke pondok pesantren didapatkan pernyataan santri bahwa alasan mondok atau tinggal di pesantren diantaranya karena keinginan orang tua yang ingin anaknya berada di pondok pesantren, ada juga yang ingin ke pondok pesantren karena melihat jadwal kegiatan santri yang menarik, ada juga yang hanya mengikuti temannya, dan berbagai macam alasan lainnya.4

Hal ini yang menjadi salah satu hal menarik pada penelitian ini yaitu individu masuk pondok pesantren bukan hanya untuk mendalami ilmu agama, namun karena juga untuk menghindari permasalahan dalam keluarga, atau lingkungan bahkan temannya. Maka analisa penulis dari akar timbulnya masalah yang terjadi di pondok pesantren dan yang penulis alami sendiri dalam kehidupan pesantren dan mengetahui secara langsung berbagai macam masalah yang terjadi pada santri diantaranya seperti masalah pribadi, kelompok, konflik antar santri maupun masalah yang menyangkut keluarga santri dan berpengaruh terhadap kondisi santri selama di pondok pesantren.

Sebagian santri mempunyai pengalaman hidup yang menyenangkan, sebagian santri juga mempunyai permasalahan dalam hidupnya, baik di lingkungan pesantren ataupun di lingkungan keluarga. Dalam menyikapi sebuah permasalahan, ada yang menyikapi permasalahannya dengan dewasa dan bijak, namun ada juga

4 Observasi kegiatan santri langsung di Pondok Pesantren Nasyrul Ulum - Cilegon Banten, Senin 03 Oktober 2022.

.

(3)

yang tidak mampu menyelesaikan masalah dengan baik. Kemudian berperilaku negatif sehingga dikaitkan dengan permasalahan yang sedang santri alami seperti permasalahan dalam keluarganya, masalah dengan teman sebaya di pondok pesantren, atau hubungan dengan lawan jenis.

Santri yang bisa mengatur waktu dan bisa menyelesaikan setiap masalahnya dengan baik tidak akan terjerumus pada perbuatan yang negatif, sedangkan santri yang tidak dapat menyelesaikan masalahnya dengan baik dapat menimbulkan perilaku negatif kemudian mereka mengekspresikan diri secara berlebihan dengan perilaku tidak disiplin pada peraturan pondok pesantren seperti merokok, keluar pondok pesantren tanpa izin, pacaran, ataupun meninggalkan pondok pesantren tanpa izin.

Selain itu permasalahan yang sering ditemui di pesantren yaitu masalah pertemanan antar santri, melawan rasa bosan dengan kegiatan sehari, menjahili temannya dengan berlebihan, atau memiliki keinginan untuk mempunyai pacar.

Oleh karena itu terdapat gejala perilaku santri yang bisa dilihat seperti merokok, meninggalkan pondok pesantren tanpa izin, atau memiliki hubungan dengan lawan jenis (pacar).5

Perilaku negatif santri yang tidak disiplin dan melanggar peraturan yang sudah ditetapkan pesantren membuat pihak pondok lebih intens dalam mengawasi dan membimbing santri agar tidak melakukan pelanggaran. Karena banyaknya santri yang melakukan pelanggaran-pelanggaran sehingga kepengurusan yang ada di pondok pesantren yang membuat peraturan dengan 3 poin, yaitu 1) Poin ringan, 2) Poin sedang, dan 3) Poin besar.

Santri yang melakukan pelanggaran akan dikenakan hukuman sesuai dengan ketentuan yang sudah dijelaskan di buku tata tertib pondok pesantren. Hukumannya pun banyak perbedaan yang ada di santri putra atau putri. Pelanggaran terbesar pada putra akan mendapatkan hukuman seperti jundi (potongan rambut pendek seperti TNI) atau bahkan sampai di botak. Sedangkan di putri hukuman terbesar adalah

5 Wawancara dengan pengurus bagian keamanan di Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Cilegon, Jum’at 07 Oktober 2022.

(4)

menggunakan kerudung khusus hukuman.6 Jadi ketika santri melakukan kesalahan dan mendapatkan hukuman, semua santri pasti melihat dan memperhatikan. Kalau ada santri yang sering mendapatkan hukuman yang sama, pasti santri lainnya mempunyai penilaian kalau santri pelanggar itu nakal dan tidak bisa berubah.

Ketika santri sering melakukan pelanggaran di poin besar dilakukan secara berulang-ulang kali dengan kesalahan yang sama, nama santri tersebut akan sampai kebagian pengasuhan yang ada di pondok pesantren. Sehingga nama santri tersebut akan dibawa ke dalam rapat mingguan bersama ustadz-ustadzah dan pimpinan pondok pesantren. Setelah sering disebutkan nama santri yang sering melanggar peraturan poin besar ini, semua ustadz dan ustadzah akan mendengar dan mempunyai persepsi kalau anak tersebut adalah anak yang nakal. Yang secara tidak langsung timbul stigma nakal dari ustadz atau ustadzah tersebut. Walaupun sudah melakukan hukuman yang semestinya, tapi santri tersebut tidak terlihat adanya perubahan.

Hal ini yang menjadi pengaruh pada psikologis santri selama menjalani proses penyesuaian kehidupan di pesantren. Segala macam bentuk program dan sistem yang digunakan di pondok pesantren semata-mata adalah sebagai alat dalam pembentukan jati diri santri, santri harus mampu belajar mandiri, belajar bertanggung jawab, belajar bersosial maupun dalam meningkatkan ketauhidan santri yang berada di pondok pesantren.

Pembinaan sangat penting dilakukan untuk mengetahui dan membimbing santri dalam rangka meminimalisir gejala seperti yang sudah dipaparkan di atas berdasarkan hasil observasi mengenai pola hidup dan sistem pendidikan di Pondok Pesantren Nasyrul Ulum - Cilegon Banten diperoleh gejala bentuk problematika yang beragam yang dialami semua santri.

Santri yang ada di Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Cilegon umumnya masih berumur 13-19 tahun, pada umur-umur tersebut bisa dimasukkan kedalam kategori remaja. Remaja adalah suatu perbuatan atau tindakan yang mempunyai akibat hukum, apabila dilakukan oleh orang dewasa disebut kejahatan atau

6 Wawancara dengan pengurus bagian keamanan di Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Cilegon, Jum’at 07 Oktober 2022.

(5)

pelanggaran dan apabila perbuatan atau tindakan itu dilakukan oleh anak remaja dapat dikategorikan sebagai kenakalan remaja. Meskipun kenakalan remaja senantiasa diasosiasikan dengan perbuatan atau tindakan kejahatan, akan tetapi yang jelas arti kenakalan dan kejahatan sangatlah berbeda. Suatu kenakalan belum tentu mengakibatkan hal-hal yang ekstrim jika dibanding dengan perbuatan kejahatan.7 Dari pendapat tentang kenakalan remaja yang dikemukakan oleh ahli, dapat diambil pengertian bahwa kenakalan remaja yang dimaksud adalah sesuatu perbuatan atau tingkah laku yang melanggar nilai moral dan melanggar hukum. Perilaku tersebut dilakukan dengan disadari oleh remaja bahwa perbuatan tersebut akan mengakibatkan ketidak tenangan lingkungan dan akan merugikan orang lain juga merugikan diri sendiri.

Berbagai upaya dalam mengatasi masalah-masalah tersebut tidak hanya dapat diatasi oleh orang tua, tetapi harus ada usaha antara orang tua, pengurus, ustad dan ustadzah, dan juga lembaga pendidikan baik formal maupun non formal, harus saling melengkapi dan bertanggung jawab atas usaha pembinaan remaja. Seperti yang ada dalam Q.S At-taubah ayat 71 yang berbunyi:

ِرَكْنُمْلا ِهَع َنْىَهْنَيَو ِفْوُرْعَمْلاِب َنْوُرُمْأَي ٍۘ ضْعَب ُءۤاَيِلْوَا ْمُهُضْعَب ُتٰنِمْؤُمْلاَو َنْىُنِمْؤُمْلاَو َةىٰلَّصلا َن ْىُمْيِقُيَو

َنْىُتْؤُيَو

ٌمْيِكَح ٌزْيِزَع َ ّٰاللّ َّنِاۗ ُ ّٰاللّ ُمُهُمَحْرَيَس َكِ ىٰۤلوُاۗ ٗهَلْىُسَرَو َ ّٰاللّ َنْىُعْيِطُيَو َةىٰكَّزلا

Yang artinya: Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Q.S. At-Taubah : 71)

Hasil wawancara penulis dengan pimpinan Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Cilegon, tentang kenakalan remaja (santri) beliau mengatakan bahwa: “Kenakalan- kenakalan yang dilakukan oleh santri masih tergolong kenakalan remaja pada umumnya saja, kenakalan tersebut seperti terlambat masuk sekolah, merokok, tidak

7 Safiyudin, Beberapa Hal Tentang Masalah Kenakalan Remaja, (Bandung: P.T Karya Nusantara, 1975) h.32

(6)

mengaji, berkelahi, meninggalkan sholat berjamaah, membolos, meninggalkan pondok pesantren tanpa izin, atau memiliki hubungan dengan lawan jenis”.8

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, santri yang mendapatkan stigma nakal di Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Cilegon merupakan santri yang sering melakukan pelanggaran pada poin besar yang sama berulang- ulang kali. Pelanggaran yang dilakukannya ini adalah macam kesalahan poin besar yang di pondok pesantren, seperti merokok, meninggalkan pondok pesantren tanpa izin dan juga berpacaran.

Pada permasalahan yang dialami oleh santri tersebut, peneliti menganggap bahwa teknik SFBC (Solution Focused Brief Counseling) merupakan pendekatan yang sesuai untuk mengatasi santri yang mendapatkan stigma nakal di Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Cilegon. Ditandai dari 2 hal yang ada pada fokus SFBC yaitu: 1) Yang berfokus pada solusi, 2) Waktu yang singkat. Penerapan ini dapat dijalankan di lembaga pendidikan karena membutuhkan pemecahan masalah yang cepat dan efektif.

Penerapan SFBC dipilih karena pendekatan ini menekankan pada penyelesaian masalah yang ada dengan waktu yang singkat. Dengan peran konselor sebagai pemandu untuk menggali kemampuan yang ada dan membangun solusi.

Serta mengembangkan tanggung jawab dan merespons ungkapan serta harapan yang dimiliki responden.

Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan SFBC karena dapat menyesuaikan dengan keadaan santri. Santri yang kesehariannya penuh dengan aktivitas, yang dimulai dari sebelum sholat subuh sampai hendak tidur pada malam hari di jam 10. Sehingga susah untuk melakukan konseling sampai banyak pertemuan. Dengan menggunakan pendekatan SFBC ini, santri akan menjalani hanya dalam beberapa kali pertemuan saja, yang fokusnya terhadap solusi untuk kedepannya.

8 Wawancara dengan pimpinan Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Cilegon Banten, Senin 26 September 2022, di rumah pimpinan Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Cilegon

(7)

Peran penting penerapan SFBC (Solution Focused Brief Counseling) di Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Cilegon diharapkan semoga mampu mengatasi permasalahan yang diangkat sebagai responden yaitu merokok, meninggalkan pondok pesantren tanpa izin, dan berpacaran. Sehingga santri tersebut meningkatkan harapan santri di masa depan agar lebih baik. Serta menjelaskan apa yang sebenarnya diinginkan dari santri tersebut.

Setiap masalah membutuhkan solusi untuk lebih mengembangkan metode konseling yang ada. Keberadaan konseling ini dinilai sangat penting mengingat banyaknya permintaan yang diterimanya dari masyarakat dan lembaga pendidikan untuk membantu memecahkan masalah yang dihadapi.

Berdasarkan dari permasalahan yang sudah diuraikan, penulis termotivasi untuk meneliti lebih jauh terkait dalam mengatasi pelanggaran yang terjadi di lingkungan pondok pesantren sehingga menimbulkan stigma nakal yang diberikan secara tidak langsung. Mengingat santri termasuk agent of change atau agen perubahan yang kehadirannya diharapkan mampu menjawab tantangan-tantangan modernitas di masyarakat. Maka penulis memberi judul “Penerapan Solution Focused Brief Counselling (SFBC) Pada Santri Dengan Stigma Nakal Di Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Cilegon.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan maka peneliti bermaksud mengidentifikasi masalah yang ada, yaitu :

1. Bagaimana kondisi perilaku santri dengan stigma nakal di Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Cilegon?

2. Bagaimana penerapan Solution Focused Brief Counselling (SFBC) dalam mengatasi santri dengan stigma nakal di Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Cilegon?

3. Bagaimana kondisi perilaku santri dengan stigma nakal setelah mendapatkan penerapan Solution Focused Brief Counselling (SFBC) di Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Cilegon?

(8)

C. Tujuan Penelitian

Dari uraian latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kondisi perilaku santri dengan stigma nakal di Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Cilegon

2. Untuk mengetahui penerapan Solution Focused Brief Counselling (SFBC) dalam mengatasi santri dengan stigma nakal di di Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Cilegon

3. Untuk mengetahui kondisi perilaku santri dengan stigma nakal setelah mendapatkan penerapan Solution Focused Brief Counselling (SFBC) di Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Cilegon

D. Manfaat Penelitian

 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sehingga dapat menambah pengetahuan dan keilmuan dalam bidang bimbingan dan konseling Islam serta bidang psikologi terutama yang berkaitan dengan stigma nakal melalui konseling dengan penerapan Solution Focused Brief Counselling (SFBC).

Menambah ilmu dalam pengetahuan bimbingan dan konseling khususnya tentang konseling pendidikan dan konseling penerapan SFBC (Solution Focused Brief Counseling) dalam mengatasi santri dengan stigma nakal di Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Cilegon.

 Manfaat Praktis

a) Bagi responden, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan membantu santri dengan stigma nakal di Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Cilegon.

b) Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan di kemudian hari apabila menangani kasus yang serupa.

(9)

c) Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu bahan rujukan untuk peneliti selanjutnya, baik di kalangan UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten maupun pihak-pihak lain.

d) Sebagai penambah wawasan mengenai pentingnya pengetahuan dalam menangani permasalahan di lingkungan Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Cilegon, dan dapat menambah pengetahuan atau masukan dalam mengatasi masalah yang dialami oleh santri.

E. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Untuk dukungan masalah yang dibahas, mencari beberapa penelitian terdahulu yang masih relevan terhadap masalah yang menjadi objek penelitian saat ini. Peneliti mencantumkan beberapa penelitian yaitu:

1. Skripsi Nurul Wathoniah dengan judul “Penerapan Solution Focused Brief Counseling (SFBC) Untuk Meningkatkan Self-Esteem Remaja Akhir Dari Keluarga Broken Home” (Studi di Desa Talagasari, Kecamatan Cikupa, Kab. Tangerang – Banten). Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Untuk mengetahui kondisi self-esteem remaja akhir dari keluarga broken home di Desa Talagasari, (2) Untuk menerapkan Solution Focused Brief Counseling (SFBC) dalam meningkatkan self-esteem remaja akhir dari keluarga broken home di Desa Talagasari, (3) Untuk mengetahui hasil penerapan Solution Focused Brief Counseling (SFBC) dalam meningkatkan self- esteem remaja akhir dari keluarga broken home di Desa Talagasari. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan penelitian tindakan. Penelitian mengambil latar belakang di Desa Talagasari Kecamatan Cikupa kab. Tangerang – Banten. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi: (1) Mengetahui kondisi self-esteem remaja akhir dari keluarga broken home di Desa Talagasari Kec. Cikupa Kab. Tangerang – Banten. (2) Bentuk penerapan solution Focused Brief Counseling (SFBC) di Desa Talagasari Kec. Cikupa Kab. Tangerang – Banten. (3) Mengetahui hasil penerapan Solution Focused Brief Counseling (SFBC) dalam meningkatkan self-esteem remaja akhir dari keluarga broken home di Desa Talagasari.

(10)

Persamaan antara skripsi peneliti dengan skripsi Nurul Wathoniah yaitu sama-sama menggunakan SFBC (Solution Focused Brief Counselling) sebagai teori yang dipakai dalam skripsi. Sama juga dalam menggunakan metode penelitian kualitatif untuk menggambarkan kejadian terjadi. Memiliki 1 tujuan yang mirip yaitu untuk melihat hasil penerapan SFBC yang sudah dilakukan bersama konseli.

Beberapa perbedaan antara skripsi peneliti dengan skripsi Nurul Wathoniah yaitu subjek penelitiannya dimana subjek penelitian peneliti adalah santri dengan stigma nakal, sedangkan subjek penelitian Nurul Wathoniah adalah remaja akhir dari keluarga broken home. Perbedaan juga ada dalam setting penelitian dimana peneliti memiliki setting penelitian di Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Cilegon yang dilakukan dari bulan Agustus 2022 sampai November 2022 sedangkan setting penelitian Nurul Wathoniah dilakukan di desa Talagasari Kec. Cikupa Kab.

Tangerang dari bulan Desember 2020 sampai Februari 2021.

2. Skripsi Desi Khulwani dengan judul “Bimbingan Dan Konseling Islam Untuk Mengatasi Problematika Santri” (Studi kasus pada Santri asrama An Nisa Pondok Pesantren Wahid Hasyim, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta).

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan bentuk problematika yang dialami santri asrama An Nisa di Pondok Pesantren Wahid Hasyim, (2) Mendeskripsikan bentuk bimbingan dan konseling Islam yang digunakan di pondok pesantren Wahid Hasyim. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yang dilakukan dengan mengambil latar belakang di Asrama An Nisa Pondok Pesantren Wahid Hasyim. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi:

bentuk problematika dan bentuk bimbingan dan konseling islam pada santri asrama An Nisa di Pondok Pesantren Wahid Hasyim.

Persamaan antara skripsi peneliti dengan skripsi Desi Khulwani yaitu sama- sama menggunakan santri sebagai subjek penelitiannya. Setting penelitian yang sama dilakukan berada di lingkungan pondok pesantren. Penelitiannya juga sama menggunakan metode kualitatif.

(11)

Perbedaan yang ada antara skripsi peneliti dengan skripsi Desi Khulwani yaitu pada teori yang digunakan, peneliti menggunakan teori SFBC sedangkan Desi Khulwani menggunakan teori bimbingan dan konseling Islam. Perbedaan yang sangat jelas pada tujuan penelitian antara peneliti dan Desi Khulwani. Waktu penelitian yang dilakukan juga berbeda. Peneliti melakukan penelitian pada bulan Agustus 2022 sampai November 2022 sedangkan Desi Khulwani dilakukan pada tahun 2015.

3. Skripsi Nur Alfiah dengan judul “Penerapan SFBC (Solution Focused Brief Counseling) Dalam Menangani Santri Remaja Tengah Pelanggar Tata Tertib” (Studi Kasus Di Pondok Pesantren Al-Mubarok Serang-Banten). Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui kondisi psikologis santri yang mendapat sanksi pacaran, (2) Untuk mengetahui pelaksanaan penerapan SFBC dalam menangani perilaku pacaran yang dilakukan oleh santri di Pesantren Al-Mubarok Serang Banten, (3) Untuk mengetahui hasil proses konseling SFBC”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan dan metode penelitian kualitatif yang mengambil latar belakang di Pondok Pesantren Al-Mubarok Serang Banten.

Persamaan yang ada pada skripsi peneliti dengan skripsi Nur Alfiah yaitu sama-sama menggunakan SFBC (Solution Focused Brief Counseling) sebagai teori yang digunakan. Setting penelitian yang dilakukan di lokasi pondok pesantren sebagai persamaan yang terlihat. Subjek penelitian yang sama sama menjadikan santri sebagai subjek penelitian. Persamaan lainnya ada pada tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui penerapan SFBC dan mengetahui hasil penerapan SFBC. Metode yang digunakan juga sama menggunakan metode kualitatif.

Perbedaan yang ada pada skripsi peneliti dengan skripsi Nur Alfiah adalah pada setting tempat penelitian. Peneliti menjadikan Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Cilegon sedangkan Nur Alfiah menjadikan Pondok Pesantren Al-Mubarok Serang Banten sebagai setting penelitian. Waktu penelitian yang dilakukan pun berbeda, peneliti melakukan penelitian dari bulan Agustus 2022 sampai November 2022 sedangkan Nur Alfiah melakukan penelitian pada tahun 2018.

(12)

4. Skripsi Fahriyah dengan judul “Dampak Pemberian Hukuman Terhadap Psikologi Santri” (Di Pondok Pesantren Al-Rahmah Kel. Lebak Wangi Kec.

Walantaka Serang). Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk mengetahui bentuk-bentuk hukuman di pondok pesantren Al-Rahmah, (2) Untuk mengetahui persepsi ustadz dan santri terhadap pemberian hukuman di pondok pesantren Al-Rahmah, (3) Untuk mengetahui dampak dan penanganan pemberian hukuman terhadap psikologis santri di pondok pesantren Al-Rahmah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan jenis penelitian menggunakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu berusaha menggambarkan peristiwa yang terjadi pada subjek penelitian.

Ada persamaan yang ada pada skripsi peneliti dengan skripsi Fahriyah yaitu pada subjek penelitian yaitu santri. Pada setting penelitian juga sama berada di lingkungan pondok pesantren. Metode penelitian yang sama menggunakan metode penelitian kualitatif untuk menerangkan hasil dari penelitian.

Beberapa perbedaan yang ada pada skripsi peneliti dan skripsi Fahriyah yaitu pada tujuan penelitian yang sangat berbeda. Pada setting tempat penelitian yang dilakukan oleh Fahriyah yaitu di Pondok Pesantren Al-Rahmah sedangkan peneliti di Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Cilegon. Pada skripsi Fahriyah dilakukan penelitian pada tahun 2016 sedangkan peneliti melakukan penelitian dari bulan Agustus 2022 sampai November 2022.

F. Definisi Operasional

1. Solution Focused Brief Counseling (SFBC) adalah sebuah pendekatan konseling yang menekankan penyelesaian masalah dengan mencari solusi secara cepat dan tepat dalam mengatasi masalah-masalah yang ada. Pada teknik SFBC, konselor mempunyai peran sebagai pemandu konseli untuk mengeksplorasi kekuatan-kekuatan yang dimilikinya dan membangun solusi. Konselor juga membantu konseli untuk menumbuh kembangkan tanggung jawab pada konseli dan memiliki kemampuan untuk merespons ungkapan-ungkapan atau harapan-harapan dari konseli.

2. Santri adalah peserta didik yang menempuh pendidikan formal dan non formal di pondok pesantren.

(13)

3. Stigma adalah sebuah pandangan atau pikiran negatif terhadap seseorang ataupun kelompok berdasarkan perilaku yang dianggap menyimpang terhadap sebuah nilai atau kebiasaan. Stigma merupakan tanda atau ciri yang menandakan pemiliknya membawa suatu yang buruk sehingga dinilai lebih rendah dibandingkan dengan orang normal.

4. Stigma nakal adalah pandangan atau pikiran negatif terhadap seseorang ataupun kelompok berdasarkan perilaku yang dianggap nakal pada umur remaja awal hingga remaja akhir. Stigma ini biasanya diberikan kepada siswa atau santri karena sering melakukan pelanggaran yang sama berulang kali. Stigma nakal ini terlintas oleh ustadz atau ustadzah, atau teman santri yang berada di lingkungan tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Adanya distribusi makanan dalam kehidupan masyarakat ikut menambah asupan gizi keluarga, dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap status kesehatan ibu dan anak,

Peta spasial menunjukkan bahwa kecamatan yang memiliki kepadatan rumah tinggi memiliki kejadian kasus DBD tinggi seperti kecamatan Mranggen (95 kasus), Demak (55

Atas dasar itu diperlukan suatu cara yang tepat untuk mengatasi kesulitan siswa yaitu dengan mengembangkan LKS dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pada umumnya, masing-masing negara memang mengatur persoalan pembatalan putusan arbitrase. Namun demikian, oleh karena persoalan pembatalan putusan arbitrase internasional

1) Seharusnya BRIGADIR POLISI DEDEN SETIAWAN NRP. 72120348., berdasarkan Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 Tentang Pemberhentian Anggota Kepolisian

Fiijahil musthofal mukhtaar robbi faz'alna minal akhyaar Allah Allahu Allah Allahu,,,,, robbi faz'alna minal akhyaar. Nuusyahib hustamannamwa watadnumin nana'alwaa

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan model Altman (1968) dan Ohlson (1980) dalam memprediksi financial distress perusahaan. Penelitian ini mengambil sampel perusahaan

Menurut Yusuf Qardhawi dalam kitabnya Fiqh Az-Zakah, Pajak merupakan kewajiban yang ditetapkan oleh wajib pajak, harus disetorkan kepada Negara sesuai dengan