• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUJUAN DAN MATERI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DALAM PERSPEKTIF HADIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "TUJUAN DAN MATERI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DALAM PERSPEKTIF HADIS"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Elvis Winda, Nepi Apriana, Suryani: ….Perspektif Hadis

230 | J u r n a l M a n t h i q Jurnal Manthiq: Vol VII Edisi II 2022

TUJUAN DAN MATERI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DALAM PERSPEKTIF HADIS

Elvis Winda1, Nepi Apriana2 , Suryani 3

1,2,3 Universitas Islam Negeri Fatmawati Sukarno Bengkulu, Indonesia

windaelvis@gmail.com1, nevibklu927@gmail.com2, suryani@uinfasbengkulu.ac.id3

….………..………

Abstract.Early childhood education is described as an important period in child development. Children are born in a state of weakness and helplessness and do not know anything, but they are born in a state of fitrah, that is, pure and clean from all kinds of bad things. Therefore, to maintain and develop the nature that exists in children, parents and educators are obliged to provide positive upbringing to children.

Early childhood education in the perspective of hadith aims to instill Islamic values in children from an early age, so that children become Muslim people who are kāffah, who believe and fear Allah SWT. The material for early childhood education in the perspective of hadith is in the form of material for the hadith of deeds such as tauhid education, worship education and moral education.

Key words: Early childhood; Education; Hadith Perspective.

Abstrak Pendidikan anak usia dini digambarkan sebagai periode penting dalam perkembangan anak. Anak lahir dalam keadaan lemah tak berdaya serta tidak mengetahui apa-apa, tetapi ia lahir dalam keadaan fitrah, yakni suci dan bersih dari segala macam keburukan. Karenanya untuk memelihara sekaligus mengembangkan fitrah yang ada pada anak, orang tua dan pendidik berkewajiban memberikan didikan positif kepada anak. Pendidikan anak usia dini dalam perspektif hadis bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai keislaman kepada anak sejak dini, sehingga anak menjadi manusia muslim yang kāffah, yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Materi pendidikan anak usia dini dalam perspektif hadis berupa materi Hadis perbuatan seperti pendidikan tauhid, pendidikan ibadah dan pendidikan akhlak.

Kata kunci: Anak Usia Dini; Pendidikan; Perspektif Hadis.

(2)

Elvis Winda, Nepi Apriana, Suryani: ….Perspektif Hadis

231 | J u r n a l M a n t h i q PENDAHULUAN

Pendidikan adalah faktor yang sangat penting dalam menjalani kehidupan. Karena pendidikan berperan dalam membentuk dan menghasilkan sumber daya manusia berilmu dan beraklhak mulia. Mansur, dalam bukunya menjelaskan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh yang mencakup aspek fisik dan nonfisik. Pendidikan Anak Usia Dini adalah sesuatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memilki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Pendidikan anak usia dini dikenal sebagai pendidikan pembibitan, adalah cabang dari teori pendidikan yang berkaitan dengan pengajaran anak-anak sejak lahir hingga usia delapan tahun. Pendidikan anak usia dini digambarkan sebagai periode penting dalam perkembangan anak. Anak dilahirkan dalam keadaan polor tidak mengetahui tentang kehidupan didunia, tetapi lahir dalam keadaan fitrah, yaitu suci dan bersih dari segala macam keburukan.

Untuk memelihara dan mengembangkan fitrah yang ada pada anak, orang tua dan

pendidik berkewajiban membimbing anak ke arah yang positif.

Dalam mendukung perkembangan anak usia dini yang menjadi kewajiban orang tua adalah memberikan pendidikan positif pada anaknya, sehingga tidak menjadi/mengikut ajaran Yahudi, Nasrani atau Majusi, melainkan menjadi muslim seutuhnya. Dalam pandangan Islam, mendidik anak merupakan pekerjaan mulia yang harus dilaksanakan orang tua, sejalan dengan sabda Rasul :

Artinya: Menceritakan kepadaku Qutaibah;

menceritakan kepadaku Yahya ibn Ya’la dari Nasih dari Simak ibn Harb dari Jabir ibn Samrah ia berkata Rasulullah SAW bersabda

“Jika ada seseorang yang mendidik anaknya itu lebih baik ketimbang bersedekah dengan satu sha’ (HR. Abu Daud:7).

Anak merupakan amanah di tangan kedua orang tuanya, selain itu kita sebagai seorang pendidik juga ikut bertanggung jawab dalam mendidik anak usia dini. Hatinya yang bersih merupakan permata yang berharga, lugu dan bebas dari segala macam ukiran dan gambaran. Ukiran berupa didikan yang baik akan tumbuh subur pada diri anak, sehingga ia akan berkembang dengan baik dan sesuai ajaran Islam, dan pada akhirnya akan meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Jika anak sejak dini dibiasakan dan dididik dengan hal-hal yang baik dan

(3)

Elvis Winda, Nepi Apriana, Suryani: ….Perspektif Hadis

232 | J u r n a l M a n t h i q

diajarkan kebaikan kepadanya, ia akan tumbuh dan berkembang dengan baik dan akan memperoleh kebahagiaan. Selain itu anak adalah tanggung jawab kedua orang tua, dengan demikian orang tua mempunyai tanggung jawab terhadap anak-anaknya. Di antara tanggung jawab tersebut adalah tanggung jawab iman anak termasuk didalam pembinaan ibadah bagi anak.

Peran orang tua yang digantikan oleh sekolah bukan menjadi patokan ukuran berhasilnya penerapan pendidikan anak usia dini. Tetap harus ada kerjasama yang berkesinambungan antara orang tua dan sekolah, agar tujuan dan materi pendidikan anak usia dini dapat tercapai secara maksimal. Pendidikan tersebut harus dilakukan secara terus menerus, mulai sejak dini agar membekas pada anak. Pendidikan bagi anak usia dini amatlah penting sehingga pemahaman terhadap hadis ini harus dikaji dan dipahami agar dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan uraian diatas, maka studi ini akan mengkaji tujuan dan materi pendidikan anak usia dini dalam perspektif hadis.

Umat Muslim memiliki dua pedoman untuk menjalankan hidup yaitu Al-Quran dan As-Sunnah (hadis). Hadis merupakan perkataan, perbuatan, dan taqrir atas Nabi Muhammad SAW, dengan dijadikan untuk pedoman hidup maka hadis ini mengandung banyak aturan dalam kehidupan sosial, maka

dari itu perlu pembelajaran dan pendidikan mendalam mengenai hadis untuk direfleksikan dalam kehidupan sehari-hari.

Khususnya pada anak usia dini yang belajar melalui apa yang ia lihat, jadi sebagai orang tua harus memberi contoh yang baik untuk anak dalam menjalani kehidupan.

Hadis memiliki keragaman pembahasan, sedang Hadis yang dimaksud dalam pembahasan ini lebih condong kedalam hadis-hadis yang berkaitan dengan tujuan pendidikan anak usia dini dan materi pendidikan anak usia dini dalam perspektif hadis yang dapat membentuk karakter anak menjadi baik, serta hadis yang dapat dipahami anak usia dini dengan mudah.

Misalnya hadis yang terdapat nilai-nilai tentang pendidikan tauhid, pendidikan akidah dan pendidikan akhlak. Yang nantinya akan mementuk anak menjadi anak yang mempunyai tata cara berperilaku yang baik, dapat bersosialisasi dengan baik, beretika dan memiliki aqidah dasar, serta memiliki akhlak mulia.

PEMBAHASAN

Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Perspektif Hadis

Pendidikan anak usia dini dalam perspektif hadis bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai keislaman kepada anak sejak dini, sehingga anak menjadi manusia muslim yang kāffah, yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Yang

(4)

Elvis Winda, Nepi Apriana, Suryani: ….Perspektif Hadis

233 | J u r n a l M a n t h i q

nantinya anak akan terhindar dari kemaksiatan, anak senantiasa taat kepada Allah SWT dan patuh serta selalu beramal soleh. Kondisi seperti inilah yang dikehendaki dalam pendidikan Anak Usia Dini dalam perspektif hadis, sehingga kelak akan mengantarkan anak pada jalah yang diridhoi Allah SWT.

Selain itu tujuan pendidikan anak usia dini dalam perspektif hadis adalah memelihara, membantu pertumbuhan dan perkembangan fitrah manusia yang dimiliki anak, sehingga jiwa anak yang lahir dalam kondisi fitrah tidak terkotori oleh kehidupan duniawi yang dapat menjadikan anak sebagai Yahudi, Nasrani atau Majusi, hal ini senada dengan firman Allah :

Artinya:"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat- malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (At Tahrim:6).”

Hadis-Hadis tentang Tujuan Pendidikan anak usia dini

Menuntut Ilmu

Setiap umat dalam agama islam tentunya sejak usia dini dianjurkan untuk

menuntut ilmu dan belajar agar kualitas meningkat menjadi umat yang cerdas, pintar dan unggul, supaya tidak menjadi umat terbelakang, bodoh dan lemah sehingga ditindas, dikuasai oleh umat lain dalam setiap aspek.

Menuntut ilmu adalah ikhtiar atau usaha untuk mempelajari ilmu dunia dan ilmu akhirat, agar ilmu tersebut bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Menuntut ilmu merupakan usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah tingkah laku dan perilaku kearah yang lebih baik karena pada dasarnya ilmu menunjukkan jalan menuju kebenaran dan meninggalkan kebodohan.

Adapun kegiatan belajar adalah upaya memperoleh ilmu pengetahuan, pemahaman, kecakapan, kebiasaan dan sikap yang disimpan dan dilaksanakan sehingga melahirkan perubahan pengetahuan dan tingkah laku. Jadi, dalam kegiatan belajar terdapat usaha memperoleh ilmu pengetahuan agar terjadi perubahan pada diri seseorang menuju ke arah yang lebih baik.

Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: “Dari Abdullah bin Mas’ud Ra.

berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda

“Jadilah orang yang alim, atau orang yang mencari ilmu, atau orang yang suka mendengarkan ilmu dan jangan menjadi orang yang keempat, yaitu orang yang

(5)

Elvis Winda, Nepi Apriana, Suryani: ….Perspektif Hadis

234 | J u r n a l M a n t h i q

merusak ilmu (berbuat kerusakan dengan ilmu)(HR. ad-Darimi:25)”.

Hadis ini memiliki 3 (tiga) periwayatan yang semuanya ada di Sunan al-Darimi, satu di antaranya da’if, dan dua lainnya mauquf namun dengan redaksi yang berbeda-beda.

Dua redaksi lain yang berbeda dari riwayat al-Darimi akan dipaparkan sebagaimana berikut. Pertama, hadis dalam Sunan ad- Darimi pada mukadimah bab Pengembaraan Ilmu yang bertaraf da’if. Hadis ini diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud dari jalur Qabishah dari Shufyan dari Atho’ ibn Saib dari Hasan. Dalam riwayat tersebut hanya terdapat tiga orang yang berhadapan dengan ilmu, yaitu orang yang berilmu, orang yang menuntut ilmu, dan orang yang suka mendengarkan ilmu, tanpa menyebut orang yang mencintai ilmu. Sejalan dengan hadis :

Artinya: “Belajarlah, sesungguhnya manusia tidak dilahirkan dalam keadaan berilmu” (Ad Diwan As Syafi’i:69).

Betapa pentingnya pendidikan telah terbukti dengan modal yang telah dibekalkan kepada manusia berupa akal untuk berfikir membuatnya berbeda dengan makhluk ciptaan Allah yang lain. Pendidikan berperan sangat besar sebagai bimbingan, dengan hasil perefleksian pendidikan dalam etika, tingkah laku, dan sifat mendasar setiap individu

untuk menghadapi kehidupan sosial (Ali:

2008, h.117).

Dalam menuntut ilmu tidak mengenal waktu, dan juga tidak mengenal jenis kelamin.

Pria dan wanita memiliki kesempatan yang sama untuk menuntut ilmu, namun sebaiknya anak sudah di didik sejak usia dini untuk menuntut ilmu, sebagai penentu kehidupan yang akan di jalani anak hingga dewasa.

Sehingga setiap umat manusia dapat menggali dan mengembangkan potensi yang diberikan oleh Allah swt kepada kita sehingga potensi tersebut berkembang dan sampai kepada kesempurnaan yang diharapkan.

Maka dari itu agama menganggap bahwa menuntut ilmu itu termasuk bagian dari ibadah, yang tidak terbatas hanya tentang salat, puasa, haji, dan zakat. Karena dengan adanya ilmu kita bisa melaksanakan ibadah- ibadah yang lain dengan baik dan benar.

Terdapat riwayat dari Abu Darda’ ra. Ia berkat:

Artinya:“Sesungguhnya Engkau tidak akan menjadi seorang alim (orang yang berilmu) sampai Engkau belajar (menuntut ilmu). Tidaklah Engkau menjadi penuntut ilmu, sampai Engkau mengamalkan ilmu yang telah Engkau pelajari (Al-Khatib al-Baghdadi: h.16- 17)”.

Ungkapan di atas mengandung makna bahwa seseorang tidak dikategorikan berilmu

(6)

Elvis Winda, Nepi Apriana, Suryani: ….Perspektif Hadis

235 | J u r n a l M a n t h i q

sampai dia mengamalkan atau merealisasikan ilmunya itu dalam tindakan sehari-hari. Perlu dipahami bahwa orang yang berilmu perlu mengamalkan ilmunya terlebih dahulu dalam tindakan nyata pada dirinya sebelum menyampaikan dan mengajarkan kepada orang lain. Masyarakat yang terbebas dari kebodohan, mengamalkan apa yang mereka ketahui, takut kepada Allah dan berhati-hati terhadap akibat kemaksiatan, mampu menyebarkan dakwah dan membela agama, serta menerangkan rahasianya kepada seluruh umat manusia.

Kegiatan menuntut ilmu dan mengamalkannya yang dinilai setara dengan jihad karena merupakan kegiatan menghidupkan agama ataupun dari sisi bahwa kegiatan menuntut ilmu dan belajar memerlukan kesabaran, keuletan, dan pengorbanan yang tinggi. Menyetarakannya sebagai jihad melawan hawa nafsu merupakan motivasi serta menunjukkan betapa mulia dan tinggi kedudukan menuntut ilmu dan pelakunya dalam Islam. Namun demikian, perlu diingat bahwa seseorang yang belajar atau menuntut ilmu seharusnya tidak menjadikan ilmu sebagai tujuan, tetapi sebagai wasilah atau sarana untuk beramal shaleh dalam aqidah ibadah, akhlak dan muamalah.

Materi Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Hadis

Materi pendidikan anak usia dini dalam perspektif hadis sangat penting diterapkan karena itu adalah salah satu cara agar penanaman nilai agama dan moral sejak dini berhasil dilaksanakan. Ibnu Sina mengatakan bahwa pendidikan anak harus dimulai dengan membiasakan mengerjakan hal-hal yang terpuji semenjak kecil sebelum ia dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik. Materi Hadis berupa perbuatan seperti :

1. Pendidikan Tauhid

Anak usia dini harus dibekali ilmu tentang tauhid sejak dini. Pendidikan Tauhid merupakan bagian dari akidah seorang muslim terhadap Allah SWT.

Apabila tauhid seorang muslim dan muslimah benar, maka dapat dikatakan bahwa ia memiliki agama yang baik. Bagi umat islam bertauhid merupakan awal dan akhir (tujuan) dari seluruh kehidupannya. Artinya, seluruh aktivitas kehidupannya harus senantiasa dalam bingkai tauhid. Tauhid tidak hanya mengisi sisi kosong kesadarannya, melainkan selalu mengaliri ruang kesadarannya kapanpun dan bagaimanapun keadaannya (M.

Hasbi:2009,h3-4).

Pendidikan tauhid adalah pendidikan yang mengikat anak dengan dasar iman, rukun Islam dan dasar syari’at, di mulai dari anak dapat mengerti dan

(7)

Elvis Winda, Nepi Apriana, Suryani: ….Perspektif Hadis

236 | J u r n a l M a n t h i q

memahami sesuatu. Tauhid juga merupakan pemurnian ibadah kepada Allah. Maksudnya adalah menghambakan diri hanya kepada Allah secara murni dan konsekuen dengan mentaati segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah SWT, dengan penuh rasa rendah diri, cinta, harap dan takut kepada-Nya (Muhammad Bin Abdul Wahab: 2-3).

Tanpa adanya pendidikan tauhid pada anak usia dini, maka anak akan tumbuh menjadi pribadi yang kurang berakhlak dan berkarakter.

Tujuan pendidikan tauhid menurut pendapat Al-Ghazali yang dikutip oleh Abidin Ibnu Rusn ialah pendidikan dalam prosesnya haruslah mengarah kepada pendekatan diri kepada Allah dan kesempurnaan insani untuk mencapai tujuan kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat. Secara khusus tujuan pendidikan tauhid menurut Chabib Thoha adalah untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah Yang Maha Esa serta nilai ketuhanan sehingga dapat menjiwai lahirnya nilai etika insani.

Pada usia 0 tahun - 7 tahun merupakan cikal bakal pendidikan Anak bermula. Dalam Islam hal yang terpenting adalah pilar atau pondasi dan pondasi dalam islam adalah aqidah. Aqidah mulai dimunculkan saat bayi lahir ke dunia, dengan memperdengarkan kalimat Allah

di telinga bayi, seperti Azan dan Iqomah.

Sebagaimana diperintahkan Nabi Muhammad dalam sabdanya:

Artinya: “Muhammad bin Basysyar menceritakan kepada kami, Yahya bin Said dan Abd Rahman bin Mahdiy menceritakan kepada kami (Muhammad), keduanya berkata kami menerima berita dari Sufyan dari Ashim bin Ubaidillah, dari Ubaidllah bin Abi Rafi; bersumber dari ayahnya katanya Saya melihat Rasulullah SAW mengumandangkan azan ditelinga al- Hasan bin ali ketika fatimah melahirkannya (Al-Tirmidzi:3)”.

Ibnu Qayyim seperti dikutip oleh Al Mun’im Ibrahim menyebutkan bahwa rahasia azan adalah agar awal yang didengar bagi bayi yang baru lahir adalah azan yang mengandung keagungan Allah SWT. Selain itu pembacaan Azan dengan spiritual yang tinggi akan membuat koneksi di otak bayi antara azan dan perjanjiannya dengan Allah waktu bayi berusia 4 bulan dalam kandungan. Saat ruh ditiupkan dan bayi mengakui bahwa Allah satu-satunya Tuhan yang wajib disembah. Dalam terminologi Islam, tauhid berarti meyakini bahwa Allah swt. itu Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya, yang dirumuskan dalam kalimat syahadat La Ilaha Illallah (tidak ada Tuhan selain Allah). Sejalan dengan Hadis :

(8)

Elvis Winda, Nepi Apriana, Suryani: ….Perspektif Hadis

237 | J u r n a l M a n t h i q

Artinya: “Ibnul Qayyim berkata “Rahasia kenapa ketika seorang bayi harus dikumandangkan adzan pada telinganya adalah bertujuan agar suara yang pertama kali masuk ke telinga anak adalah kalimat- kalimat yang mengandung makna kebesaran dan keagungan Allah swt. dan dua kalimat syahadat yang digunakan sebagai kunci pintu masuk Islam Abdul Mun’im Ibrahim:2002, h.65).”

Karena hal ini akan menjadi modal kecerdasan spiritual anak usia dini. Dan usia 0-3 tahun merupakan masa emas bagi seorang anak karena semua kemampuannya mulai berkembang (kognitif, bahasa dan psikomotor). Dan pada usia ini anak menyerap informasi lebih cepat dari kemampuan orang dewasa seperti sponge yang menyerap air sehingga apapun yang diberikan kepada anak akan terserap seluruhnya. Oleh karena itu Perkembangan dan pertumbuhan anak tidak luput dari peran orang tua.

2. Pendidikan Ibadah

Pendidikan ibadah termasuk salah satu dari beberapa prinsip pendidikan yang harus mendapat perhatian penuh dari orang tua sebab pendidikan ibadah khususnya shalat merupakan pokok ajaran yang sangat penting, dalam rangka

menjadikan anak beriman dan bertakwa kepada Allah swt. Orang tua atau pendidik perlu mengarahkan dan menuntun anak dalam melaksanakan ibadah khususnya shalat, sebagaimana yang telah digariskan dalam ajaran Islam.

Hadis nabi menginformasikan bahwa orang tua mempunyai tanggung jawab untuk membina anak-anaknya untuk menunaikan salat, bahkan pembinaan tersebut mulai sejak mereka berumur tujuh tahun, dan memberikan sanksi kepada anak yang melalaikan salat bila mereka telah berumur sepuluh tahun.

Sebagaimana dinyatakan dalam salah satu riwayat berikut ini:

Artinya:“Ali bin Hajar menceritakan kepada kami, Haramlah bin ‘Abd al-‘Azis bin al-Rabi memberitahukan kepada kami dari pamannya Abd al-Malik bin al-Rabi bin Sabrah dari bapaknya dari kakeknya berkata, telah berkata Rasul Allah SAW:

ajarilah anak-anak kamu mengerjakan salat pada umur tujuh tahun dan pukullah apabila mereka meninggalkannya setelah berumur sepuluh tahun (Abi Isa Muhammad bin Isa bin Surat al-Turmizi:

253)”.

(9)

Elvis Winda, Nepi Apriana, Suryani: ….Perspektif Hadis

238 | J u r n a l M a n t h i q

Artinya:“Abd Allah menceritakan kepada kami, bapakku menceritakan kepadaku, Muhammad bin Abd al-Rahman al-Thufawi dan Abd Allah bin Bakir al-Sahmiy menceritakan kepada kami, Sawwar Abu Hamzah menceritakan kepada kami dari

‘Arm bin Syu’aib dari bapakknya dari kakeknya berkata, telah bersabda Rasul Allah, Perintahkanlah anak-anakmu mengerjakan salat dari usia tujuh tahun dan pukullah mereka kalau enggan mengerjakannya pada usia sepuluh tahun, serta pisahkanlah tempat tidur mereka, jika kamu menikahi hambanya atau memberikannya upah, maka kamu tidak melihat sesuatu dari auratnya, karena sesungguhnya aurat hamba itu di bawah pusat dan dua lututnya (Abu Abd Allah bin Muhammad bin Hanbal al-Syaibaniy al- Marwaziy: 2)”.

Orang tua membimbing anak mengenai ibadah (shalat) termasuk dalam kategori tanggungjawab pendidikan iman orang tua terhadap anak. Ulama menjelaskan bahwa tanggungjawab pendidikan iman dari orang tua kepada anaknya meliputi, perintah mengawali mendidik anak dengan kalimat tauhid setelah itu orang tua memperkenalkan

halal dan haram sebagaimana yang pertama dipahami.

Untuk tahap pengenalan pertama dalam bentuk pemahaman yang sederhana agar mudah dimengerti oleh anak selanjutnya orang tua mendidik anak mengerjakan shalat sejak mereka berumur tujuh tahun sebagaimana hadis Nabi Muhammad SAW.

Anak yang telah diperintahkan dan dididik untuk mengerjakan shalat sejak umur tujuh tahun wajar saja bila pada usia sepuluh tahun meninggalkan atau tidak mengerjakan shalat mendapat sanksi atau hukuman. Hal ini karena sebelum usia sepuluh tahun, anak memang telah diperintahkan dan dididik untuk mengerjakan shalat. Tiga tahun sebelum umur sepuluh tahun, merupakan proses atau tahap pembiasaan dan pendidikan anak untuk melaksanakan kewajiban shalat, baik itu diberikan oleh orang tua maupun pendidik yang bertanggungjawab terhadap anak tersebut. Selama tiga tahun melalui proses pembiasaan dan suri tauladan dari orang tua dan pendidik, anak sudah harus menyadari bahwa shalat itu adalah suatu kewajiban, meskipun harus disadari oleh pendidik bahwa sanksi yang diberikan kepada anak yang meninggalkan shalat haruslah ada tata caranya yaitu sanksi yang mendidik.

3. Pendidikan Akhlak

(10)

Elvis Winda, Nepi Apriana, Suryani: ….Perspektif Hadis

239 | J u r n a l M a n t h i q

Menurut pendekatan etimologi akhlak berasal dari bahasa arab Jama’ dari bentuk mufradnya Khuluqun yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi persesuaian dengan kata Khalkun yang artinya kejadian serta berhubungan erat dengan Khalik yang berarti Pencipta, dan Makhluk yang berarti yang Diciptakan.

Menurut Muhyiddin Ibnu Arabi, akhlak diartikan sebagai suatu keadaan jiwa seseorang yang mendorong manusia untuk berbuat tanpa melalui pertimbangan dan pilihan terlebih dahulu.

Keadaan tersebut boleh jadi merupakan tabiat atau bawaan dan boleh jadi juga merupakan kebiasaan melalui latihan dan perjuangan.

Pendidikan akhlak adalah pendidikan mengenai dasar-dasar akhlak dan keutamaan perangai, tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa analisa sampai ia menjadi seorang mukallaf, seseorang yang telah siap mengarungi lautan kehidupan.

Anak tumbuh dan berkembang dengan berpijak pada landasan iman kepada Allah dan terdidik untuk selalu kuat, ingat bersandar, meminta pertolongan dan berserah diri kepada-Nya, maka ia akan memiliki potensi dan respon yang instingtif didalam menerima setiap

keutamaan dan kemuliaan, di samping terbiasa melakukan akhlak mulia.

Pendidikan akhlak merupakan tujuan utama pendidikan pada umumnya, sebab tujuan pendidikan itu adalah membentuk orang yang berbudi pekerti luhur disamping menumbuhkan kepribadian yang kuat. Akan tetapi, hal ini tidak berarti bahwa kurang memperhatikan pendidikan jasmani, pertumbuhan akal pikiran, kepedulian sosial, kegiatan praktis atau keterampilan maupun aktivitas keilmuan lainnya. Sebab dalam pertumbuhannya anak usia dini sangat memerlukan fisik jasmaniah yang sehat dan kuat, begitu juga perkembangan akal pikiran, etika, kepedulian sosial yang baik, terampil bekerja dan senang akan ilmu pengaetahuan.

Artinya: “Nasir bin Ali al-Jahdhaniy mencertiakan kepada kami yang bersumber dari ‘Amin bin ‘Ali bin Abi ‘Amr al-Khazzaz yang bersumber dari Ayyub bin Musa dari Bapaknya dari kakeknya sesungguhnya Rasulullah bersabda “Tidak ada suatu pemberian yang diberikan oleh seorang ayah kepada anaknya yang lebih utama dari pada pemberian budi pekerti yang baik.”

Pendidikan akhlak berkaitan dengan pendidikan agama tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa pendidikan akhlak dalam

(11)

Elvis Winda, Nepi Apriana, Suryani: ….Perspektif Hadis

240 | J u r n a l M a n t h i q

perspektif hadis adalah bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan agama, yang baik menurut akhlak adalah apa yang baik menurut ajaran agama, dan yang buruk menurut akhlak adalah apa yang dianggap buruk oleh ajaran agama. Hampir sepakat para Filosof pendidikan Islam bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam, sebab tujuan tertinggi pendidikan Islam adalah mendidik jiwa dan akhlak.

Dapat dikatakan bahwa terutama orang tua dan pendidik mempunyai tanggungjawab sangat besar dalam mendidik anak-anak dengan kebaikan dan dasar-dasar moral. Orang tua dan pendidik hendaknya memberikan contoh tauladan yang baik tentang akhlak ini terhadap anak usia dini, baik melalui perkataan maupun perbuatannya. Hal yang wajar dilakukan oleh orang tua maupun pendidik, sebab orang tua dan pendidik yang memilih integritas kepribadian yang baik dapat meyakinkan anak-anak untuk memegang akhlak yang diajarkan.

Ibnu Sina dalam bukunya al-Siyasah sebagaimana yang dikutip oleh Hasan Abd.

Ali telah membentangkan pendapat yang berharga dalam pendidikan dan pengajaran anak. Beliau memberi nasehat supaya pendidikan anak usia dini dimulai dengan pelajaran al-Qur’an, yaitu setelah anak siap secara fisik dan mental untuk belajar. Pada waktu yang sama ia belajar

“a, b, c,” membaca, menulis dan mempelajari dasar-dasar agama, setelah itu, belajar syair-syair dan dimulai dengan yang singkat-singkat, karena menghafal syair-syair pendek itu lebih gampang dan mudah. Kemudian dipilih syair-syair terbaik perihal kesopanan yang tinggi, pujian terhadap ilmu, celaan terhadap kejahilan. Juga dianjurkan untuk menghafal syair-syair yang mendorong berbuat baik kepada ibu-bapak, melakukan amal saleh, memuliakan tamu, dan lain-lain kejahilan. Bila anak telah selesai menghafal al-Qur’an dan mengerti tata bahasa Arab, barulah amati, diarahkan, dan diberikan petunjuk ilmu yang sesuai dengan bakat dan kesediaannya.

Khusus mengenai pendidikan yang bersifat jasmani, Ibnu Sina mengemukakan hendaknya tujuan pendidikan tidak melupakan pembinaan fisik dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya seperti olah raga, makan, minum, tidur dan menjaga kebersihan. Melalui pendidikan jasmani atau olah raga, seorang peserta didik diarahkan agar terbina pertumbuhan dan cerdas otaknya. Sedangkan dengan pendidikan budi pekerti diharapkan peserta didik memiliki kebiasaan bersopan santun dalam pergaulan hidup sehari-hari. Sementara dengan pendidikan kesenian seorang peserta didik akan dapat

(12)

Elvis Winda, Nepi Apriana, Suryani: ….Perspektif Hadis

241 | J u r n a l M a n t h i q

mempertajam perasaannya dan meningkat daya khayalnya. Selain itu, Ibnu Sina juga mengemukakan tujuan pendidikan yang bersifat keterampilan yang ditujukan pada pendidikan bidang perkayuan, penyablonan, dan sebagainya, sehingga akan muncul tenaga-tenaga pekerja yang profesional yang mampu mengerjakan pekerjaan secara profesional.

Ibnu Miskawaih mengatakan bahwa orang yang telah sepakat untuk mendidik anak mereka berdasarkan adab syariah, dan menjadikan anak terbiasa dengannya, kemudian sesudah itu ia memperhatikan buku-buku yang berkaitan dengan akhlak hingga anak berkata jujur. Setelah itu baru memperhatikan berhitung dan ilmu, yaitu kebahagiaan yang sempurna (Ibnu Miskwaih: 1322H, h. 17) .

KESIMPULAN

Pendidikan anak usia dini dalam perspektif hadis bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai keislaman pada anak, menjadikan anak yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Tidak hanya itu setiap umat islam termasuk anak usia dini wajib untuk menuntut ilmu agar menjadi serdas, pintar dan unggul. Sehingga akan terjadi perubahan sikap, pola pikir dan tingkah laku pada diri seseorang menuju arah yang lebih baik sesuai dengan hadis yang telah diriwayatkan dalam islam.

Materi pendidikan anak usia dini dalam perspektif hadis harus di terapkan sejak dini dengan cara membiasakan anak untuk kebiasaan yang baik. Adapun materi Hadis berupa perbuatan seperti pendidikan tauhid, pendidikan ibadah dan pendidikan akhlak.

Pendidikan Tauhid yang di berikan kepada anak sejak lahir yaitu adzan yang berisi kalimat syahadat yang sebagai pintu masuk agama islam, selain itu ketika anak mulai dapat memahami sesuatu orang tua wajib mendidik anak dengan dasar iman, rukun islam dan dasar syariat. Pendidikan Ibadah salah satunya shalat yang akan menjadikan anak beriman dan bertakwa kepada Allah SWT dimana orang tua harus tegas dalam membina anak untuk menunaikan shalat.

Pendidikan Akhlak sejak usia dini akan mementuk anak untuk memiliki budi pekerti, tabiat dan tingkah laku yang baik, memiliki kepedulian sosial dan sopan santun yang dapat terbentuk dalam diri anak.

DAFTAR PUSTAKA

Abd, Rahmat, Syukur. (2006). Konsep Islam Tentang Pendidikan Prenatal. Jakarta:

Diadit Media.

Abuddin, Nata. (2003). Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Abdul Mun’im Ibrahim, Tarbiyatul Banat fil Islam (Mesir: Maktabah Awlad, Syeikh, 1423/2002), h. 65.

(13)

Elvis Winda, Nepi Apriana, Suryani: ….Perspektif Hadis

242 | J u r n a l M a n t h i q

Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyah al-Aulad Fil Islam (Al-Iskandariyah: Darussalam, 2005), juz 1, h. 117.

Abdullah Nasikh ‘Ulwan, Tarbiyah al-Aulad fi al-Islam, Juz I (Beirut: Dar al-Salam, 1978 M),155.

Abidin Ibnu Rusn. (1998). Pemikiran Al Ghazali tentang Pendidikan.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Abu Abd Allah bin Muhammad bin Hanbal al- Syaibaniy al-Marwaziy, Musnad Ahmad bin Hanball, Juz II (Beirut: al-Maktabat al-Islamiyat, 1978), h. 187.

Abu Isa Muhammad bin Isa bin Surat al- Turmizi, Sunan al-Turmizi wa Huwa al- Jami’ al-Shahih, Juz I (Indonesia:

Muktabah Dahlan, tth), h.253.

Abu Isa Muhammad ibn Isa ibn Saurah ibn Musa ibn ad-Dahhak al-Sulami al-Bughi alTirmidzi, dikenal Imam al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, jilid 3 (Libanon: Dar al-Fikr, 2003), hlm.173.

Ahmad, M; dan Mudzakir, M. (2002). Ulumul Hadis. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Al-Baihaqi dalam musnad-nya. Beliau tidak masuk dalam sembilan penyusun kitab hadis yang paling kredibel (Kutubu At- Tis’ah).

Ali, N. (2008). Kependidikan Islam dalam Perspektif Hadis Nabi. Jurnal Penelitian Agama, h. 117.

Al-Khatib al-Baghdadi dalam al-Iqtida h. 16- 17.

Asari, Hasan. (2020). Hadis-Hadis Pendidikan Sebuah Penelusuran Akar-Akar Ilmu Pendidikan Islam. Medan : Perdana Publishing.

Astuti, Ria; Munastiwi, Erni. (2018).

Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Tauhid (Studi Kasus PAUD Ababil Kota Pangkalpinang). Al-Mudarris : Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam.At-tirmidzi, Sunan At-tirmidzi, kitab Maa ja a fi al- walad, Juz 7, hlm. 205, No. 1874 dalam CD ROM Maktabah Syamilah.

Al-Turmużī, op. cit., Juz IV, h. 338. Hadis yang sama terdapat pada: Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥambal, Musnad Aḥmad, op.cit., Juz. III, h. 412, Juz. IV, 77 dan 78.

Chabib, Thaha. (1996). Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hasan, Langgulung. (1989 M). Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisis Psikologi dan Pendidikan. Jakarta: Pustaka al-Husna.

Hasan, Langgulung. (2004). Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisis Psikologi dan Pendidikan. Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru.

Hasbi, M. (2009). Konsep Tauhid sebagai Problematika Pendidikan Agama bagi Siswa Madrasah. Jurnal Pemikran Alternatif Kependidikan, Insania, Vol.

14, No. 2.

(14)

Elvis Winda, Nepi Apriana, Suryani: ….Perspektif Hadis

243 | J u r n a l M a n t h i q

Ibnu Miskwaih, Tahzib al-Akhlaq wa Tark al- A’raq (Kairo: al-Khairiyah, 1322 H), 17.

Iqbal, Moch. "Telaah Praksis Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dalam Pembentukan Karakter Siswa." Tadbir:

Jurnal Studi Manajemen Pendidikan 3.2 (2019): 165-178.

Lihat ‘Abdullah Nasikh ‘Ulwan, Tarbiyah al- Aulad fi al-Islam, Juz I (Beirut: Dar al- Salam, 1978 M),h.155.

Lihat Ibnu Miskwaih, Tahzib al-Akhlaq wa Tark al-A’raq (Kairo: al-Khairiyah, 1322 H), h.17.

Magfirah, Nasir; Tasmin, Tangngareng. 2022.

Problematika Pembinaan Karakter Anak (Analisis Kritis Hadis Mauöu´I). Jurnal Ushuluddin Volume 24 Nomor 1.

Masang, Azis. (2018). Metode Paud Dalam Perspektif Hadits Tematik Tarbawy.

Jurnal Pilar: Jurnal Kajian Islam Kontemporer Volume 09 , No. 1.

Munir, Abdul. (2015). Pendidikan Usia Dini Dalam Perspektif Hadis. Jurnal Ilmiah

“Kreatif” Vol. XII No. 1.

Nila., W. Indriani., Siti Nurjanah. (2021).

Pendidikan Anak Dalam Perspektif Hadist. Anwarul: Jurnal Pendidikan dan Dakwah Volume 1, Nomor 1.

Raharjo, dkk. (1999). Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Tokoh Klasik dan

Kontemporer, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rizki, Faizah, Isnaeni. (2020). Pendidikan Hadis Untuk Anak Usia Dini. Jurnal Studi Hadis Nusantara Vol. 2 No. 1.

Rosihon, Anwar. (2010). Akhlak Tasawuf.

Bandung: Pustaka Setia.

Rustina, N. (2019). Hadis Kewajiban Menuntut Ilmu Dan Menyampaikannya Dalam Buku Siswa Al-Qur’an Hadis Madrasah Aliyah Di Kota Ambon. Ambon: LP2M IAIN Ambon.

Solichin, Muchlis, Mohammad. (2006). Belajar Dan Mengajar Dalam Pandangan Al- Ghazâlî, TADRÎS. Volume 1, h.140.

Suryani. (2015). Studi hadis-hadis pendidikan salat kepada anak: analisis berdasarkan kritik hadis. Bogor: PT Penerbit IPB Press.

Sulaiman. (2020). Desain Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Perspektif Al-Qur’an Dan Hadits. Jurnal Genius: V o l . 1 N o . 2 h. 158-172.

Zuhriyah, Nurul. (2011). Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Zulkarnain. (2008). Transformasi Nilai-nilai Pendidikan Islam, Manajemen Berorientasi Link and Match.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

(15)

Elvis Winda, Nepi Apriana, Suryani: ….Perspektif Hadis

244 | J u r n a l M a n t h i q

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti tentang hubungan dukungan emosional keluarga dengan tingkat kecemasan anak prasekolah pada saat pemasangan intravena

4 Ayi Sofyan, Etika Politik Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h. Perlu diketahui bahwa prinsip yang kedelapan yang diteliti oleh Eva, menurut penulis, jika prinsip

Dalam penelitian ini yang termasuk sebagai sumber data primer adalah data yang diperoleh peneliti dari hasil observasi, dokumentasi, dan hasil wawancara dengan kepala

Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis senyawa dibenzalaseton dan 4,4’-diklorodibenzalaseton serta menentukan pengaruh gugus kloro terhadap sintesis

Ketika para siswa selesai dengan tugas mensolder, beritahu para siswa bahwa mereka akan menggunakan PCB yang mereka rakit untuk menbuat lentera, Tanyakan pada

Terkait dengan permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk melihat kinerja keuangan perusahaan yang dinilai dengan

Mulai dari cara pandang yang baru terhadap sumber daya manusia yang ada sampai kepada peningkatan kualifikasi dan spesifikasi sumber daya manusia yang diperlukan serta

Tofu Bamboo Charcoal Roll ( Toba Crol) adalah suatu olahan tahu dari kacang kedelai lokal dan tepung kacang kedelai, produk ini merupakan salah satu jenis makanan utama yang mengacu