• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL SKRIPSI_Pengelolaan dana Desa dalam memberdayakan ekonomi masyarakat (studi kasus di desa Selasi kecamatan Ambalau kabupaten Buru Selatan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PROPOSAL SKRIPSI_Pengelolaan dana Desa dalam memberdayakan ekonomi masyarakat (studi kasus di desa Selasi kecamatan Ambalau kabupaten Buru Selatan)"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGELOLAAN DANA DESA DALAM MEMBERDAYAKAN EKONOMI MASYARAKAT (Studi Kasus Di Desa Selasi Kecamatan

Ambalau Kabupaten Buru Selatan)

PROPOSAL

Oleh:

Salmin Loilatu

Nim: 190101022

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) AMBON

2023

(2)

ii

(3)

iii DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

DAFTAR ISI. ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang. ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Pemerintah Desa ... 10

B. Dasar-Dasar Pembangunan Desa ... 12

C. Dana Desa ... 14

D. Pemberdayaan Masyarakat ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

A. Lokasi Penelitian ... 23

B. Informasi Penelitian ... 23

C. Teknik Pengumpulan Data ... 23

D. Teknik Analisis Data ... 24

DAFTAR PUSTAKA

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pusat daerah, dimana hal ini disambut positif dari semua pihak dengan segenap harapan bahwa melalui otonomi daerah akan dapat merangsang terhadap adanya upaya untuk menghilangkan praktek-praktek sentralistik yang pada satu sisi dianggap kurang menguntungkan bagi daerah dan penduduk lokal. Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah diberikan kewenagan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di lauar yang menjadi urusan Pemerintahan yang ditetapkan dalam Undang- Undang.1

Proses desentralisasi yang telah berlangsung telah memberikan penyadaran tentang pentingnya kemandirian daerah yang bertumu pada pemberdayaan potensi lokal. Meskipun pada saat ini kebijakan yang ada masih menitik beratkan otonomi pada tingkat Kabupaten/Kota, namun secara esensi sebenarnya kemandirian terebut harus mulai dari level pemerintahan ditingkat paling bawah yaitu Desa.

Pemerintahan Desa diyakini lebih mampu melihat kebutuhan yang harus lebih diprioritaskan masyarakat dibandingkan Pemerintah Kabupaten yang secara nyata

1, Sukanto, Efektifitas Alokasi Dana Desa (ADD) dan Kemiskinan Di Provinsi Sumatera Selatan, Juenal Ekonomi Pembangunan, Volume 12, No 1 (Juni 2014)

(5)

2

memiliki ruang lingkup permasalahan lebih luasa dan rumit. Untuk itu, embangunan pedesaan yang dilaksanakan harus sesuai dengan masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki, aspirasi masyarakat dan prioritas pembangunan pedesaan yang telah ditetapkan.

Upaya untuk mensejahterakan masyarakat desa tidak lari dari upaya pemberdayaan masyarakat yang berbasis kelembangan lokal, peran sumber manusia yang mampu serta profesional dapat dijadikan refleksi pada situasi dan keinginan. Membuahkembangkan nilai-nilai kesetiakawanan, kebersamaan, hidup saling tolong menolong sebagai modal masyarakat untuk menggerakan masyarakat miskin, menemukan potensi-potensi lokal untuk dikelola sebagai sumber energy bersama. Wujud partisipasi tersebut, dan masyarakat merupakan elemen kunci setiap unsur dan sistem program pemerintah dalam mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.2 Kewenagan yang di berikan dalam Undang-Undang Desa sebagaimana tertuang dalam BAB IV Pasal 18 yaitu kewenagan desa meliputi kewenagan di bidang penyelenggara pemerintah desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan prakrasa masyarakat, hak asal usul , dan adat isti adat.3

Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, pada ayat pasal yang telah diamandemen pada Peraturan Pemerintah Nomor 168 tahun

2 Ahmad Lonthor, Otonomi Desa Dan Kesejahteraan Masyarakat (2014, h.49-50)

3 Ahmad Lonthor, Otonomi Daerah di Tengah Konflik Merancang Succes Story

implementasi Otonomi Daerah Di Provinsi maluku dalam Suatu Pengantar Menteri Dalam Negeri H. Moh.Ma’ruf, Cet II, 2012.

(6)

3

2014 ke 11 ayat 2 yang menyatakan bahwa dana desa dialkoasikan secara berkeadilan berdasarkan:

a. Alokasi dasar, dan

b. Alokasi yang dihitung memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geogrrafis desa setiap kabupaten/kota4

Dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yaitu adanya komitmen negara dalam melindungi dan memberdayakan desa agar menjadi kuat, maju, mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.

Upaya pemerintah Indonesia yang terus mengupayakan peningkatan anggaran pembangunan di desa di maksudkan agar laju pembangunan Desa dan Kota semakin seimbang. Dengan dikeluarkannya UU RI No. 6 Tahun 2014 tentang Desa membawa angin segar tersendiri bagi desa, selain diakuinya kedudukan desa dalam struktur ketetanegaraan Indonesia juga memberikan kemandirian desa dalam mengelola dan menguru rumah tangganya sendiri, termasuk kewenagan untuk melakukan keputusan yang bersifat lokal berdasarkan kearifan lokal yang dimiliki.5

4 Ibid, h. 3

5 Nasarudin Umar, Pola Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Tahun 2015, h 31

(7)

4

a. Desa bukan hanya sekedar sebagai obyek penerima manfaat, melainkan sebagai subyek pemberi manfaat bagi warga masyarakat setempat;

b. Sebagai komponen desa mempunyai rasa kebersamaan dan gerakan untuk mengembangkan aset lokal sebagai sumber penghidupan dan kehidupan

c. agi warga masyarakat.

d. Desa mempunyai kemampuan menghasilkan dan mencukupi kebutuhan dan kepentingan masyarakat setempat seperti pangan, energi, layanan dasar dll;

Sebagai cita-cita jangka panjang, desa mampu menyediakan lapangan pekerjaan, menyediakan sumber-sumber pendapatan bagi masyarakat serta menghasilkan pendpatan asli desa dalam jumlah yang memadai.6

Dana desa tersebut bertujuan untuk memberikan/meningkatkan pelayanan publik memberantaskan kesenjangan antar desa, memperkuat masyarakat desa sebagai kukan pembangunan desa scara mandiri sesuai dengan potensi masing- masing desa sebagai sarana dari pemerintah sebagai penunjang peningkatan untuk pembangunan dan pemberdayaan desa.

Dengan demikian pemerintah desa harus mengambil tindakan dari adanya kebijakan pemerintah pusat yang telah menggulirkan Dana Desa sebagia stimulus pembangunan desa secara adil dan merata dalam pembangunan. Peran pemerintah dalam membangun desa sangat penting dimana pemrintah adalah unit pelaksana

6 Chabib Sholeh Heru Rochansjah, Penglolaan Keuangan Desa, Bandung: FOKUS MEDIA, 2015, h.

(8)

5

utama dalam pembangunan yang akan dibantu oleh beberapa lembaga yang lain seperti Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) serta Masyarakat Desa.

Berkenaan dengan desentralisasi/otonomi maksud pemberian Dana desa (DD) adalah sebagai bantuan stimulan atau dana perangsang untuk mendorong dalam membiayai prgram Pemerintah Desa yang ditunjang dengan partisipasi swadya gotonong royong masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat.

Melihat apa yang diamanatkan melalui dna desa ini, program pembangunan dan pemberdayaanlah yang memag menjadi tujuan utamanya, dan peran pemerintah desa dalam hal ini menjadi kunci bagaimana mengalokasikan dana tersebut dengan semestinya, yakni untuk pembangunan dan pemberdayaan.

Maka dari itu, pemerintah desa harus kembali pada tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin desa, yakni diantaranya:

1. Membina kehidupan masyarakat desa.

2. Membina ekonomi desa.

3. Mengordinasikan pembangunan desa secara partisipatif.

4. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang- undangan.

Arah pemberdayaan masyarakat desa yang paling efektif dan lebih cepat untuk mencapai tujuan adalah dengan melibatkan masyarakat (masyarakat umum, masyarakat kurang mampu) dn unsur pemerintahan yang memang menggunakan kebijakan pmbangunan yang lebih reaktif memberikan prioritas kebutuhan

(9)

6

masyarakat desa dalam alokasi anggaran. Pembangunan desa dengan pemberdayaan masyarakat langsunung memiliki hasil yang lebih efektif dan efesiensi dibandingkan dengan pembangunan desa dengan menggunakan tenagga proyek ataupun pekerja dari desa lain.

Dengan adanya Dana Desa menjadikan sumber pemasukan di setiap desa akan meningkat. Meningkatnya pendapatan desa yang diberikan oleh pemerintah untuk meningkatkan sarana pelayanan masyarakat berupa pemenuhan kebutuhan dasar, penguatan kelembagaan desa dan kegiatan lainya yang di butuhkan masyarakat desa yang diputuskan melalui Musrenbang Desa. Tetapi dengan adanya Dana Desa juga memunculkan permasalahan baru, yaitu tak sedikit masyarakat yang mengkhawatirkan tentang pengelolaan Dana Desa. Hal ini berkaitan dengan kondisi perangkat desa yang dianggap masih rendah kualitas SDM-nya, dan belum kritisnya masyarakt atas pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDesa) sehingga bentuk pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat tidak dapat maksimal.

Pengelolaan meliputi pengeluaran dan penerimaan dilaksanakan melalui rekening kas desa atau sesuai ketetapan pemerintah kabupaten/kota dengan dukungan bukti yang lengkap dan sah, pemdes dilarang melakukan penguatan selain yang ditetapkan dalam perdes, bendahara dapat menyimpan uang dalam kas desa dan besarnya ditetapkan dengan PerBup/Walikota, pengadaan barang dan jasa desa diatur dengan PerBup/Walikotadan penggunaan biaya tak terduga dibuat rincian RAB dan disahkan kepala desa. Penatausahaan meliputi melakukan tutup buku setiap akhir bulan wajib dilaksanakan oleh bendahara desa, pencatataan setiap penerimaan dan pengeluaran, mempertanggungjawabkan uang melalui

(10)

7

laporan, lapora disampaikan setiap bulan kepada kades paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya dan menggunakan buku kas umum, buku kas pembantu dan buku bank. Realisasi APBDesa awal taun pertama sampai akhir tahun. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa disampaikan setiap akhir tahun anggaran yang terdiri dari pendapatan, belanja, dan pembiayaan dimana ditetapkan dengan perdes dan lampiran format laporan.

Adapun permasalahan mengenai pengelolaan dana desa di desa selasi dilakukan tidak singnifikan atau tidak dilakukan pada pembangunan desa secara menyeluruh namun masih ada pengelolaan secara tertutup sehingga dana desa yang diperoleh tidak dipergunakan untuk kebutuhan masyarakat, sehingga pembangunan di desa selasi masih sangat minim. Banyak program yang di rancang oleh pemerintah desa namun program-program tersebut tidak dlakukan secara keseluruhan tetapi ada program yang diabaikan saja padahal program- program itu sudah di anggarakan namun kini tidak terlaksana dan anehnya lagi pemerintah desa melakukan pelaporan anggaran desa namun anggaran itu tidak jelas dikemanakan anggaran itu. Padahal anggaran tersebut sudah diatur dalam permendagri UU NO 133 tahun 2014 tentang tugas bendahara adalah brtanggungjawab melakukan pencaatan setiap akhir bulan secara tertib, mempertanggungjawabkan uang, menyampaikan laporan pertanggungjawaban setiap bulanya. Dan dalam kegiatan pengelolaan keuangan bendahara bertugas bersama kaurr keuangan.

Dana desa merupakan salah satu alat untuk membantu terlaksanaya pemerintahan desa, pembangunan desa, dan pemberdayaan masyarakat dalam upaya meningkatkan perekonomian masyarakat. Dengan adanya dana desa ini,

(11)

8

diharapkan, agar dapat membantu masyarakat dalam segi kebutuhan, pembangunan sarana dan prasarana, serta dapat mengembangkan potensi ekonomi lokal yang didasarkan atas kondisi dan potensi desa. Namun, pengelolaan dana desa Desa Selasi dalam pemberdayaan perekonomian masyarakat belum dapat terwujud karena pemerintah desa masih terfokus dalam pmbangunan infrastruktus desa.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitan dengan judul ‘’Pengelolaan Dana Desa dalam Memberdayakan Ekonomi Masyarakat’’ studi kasus di Desa Selasi Kecamatan Ambalau Kabupaten Buru Selatan. Dikarenakan masyarakat masih banyak yang membutuhkan bantuan dari pemerintah desa dalam segi ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakat kedepannya.

B. Rumusan Masalah

1. bagaimana perencanaan anggaran dana desa di Desa Selasi Kecamatan Ambalau Kabupaten Buru Selatan?

2. Bagaimana penerapan dana desa dalam membangun desa Di Desa Selasi Kecamatan Ambalau Kabupaten Buru Selatan?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah:

(12)

9

a. Untuk mengetahui dan memahami proses proses pengelolaan/perencanaan anggaran dana desa selasi.

b. Untuk menganalisis efektifitas perencanaan anggaran di desa sudah sesuai dengan undang-undang yang berlaku dan tidak terjadi penyelewengan.

c. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana proses pencairan dana desa.

2. Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang menjadi fokus kajian penelitian dan tujuan yang ingin dicapai, maka diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat baik itu kontribusi teoritis, kontribusi praktik, manfaat bagi pembaca maupun manfaat bagi peneliti sendiri yaitu:

a. Manfaat teoritis

Manfaat teoritis dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih dalam memahami pengelolaan permendagi No 20 Tahun 2018 pada desa Di Desa Selasi Kecamatan Ambalau Kabupaten Buru Selatan.

b. Manfaat Praktisi

Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi desa dalam hal pengelolaan keuangan desa dan pengelolaan desa dalam perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban, APBDesa.

(13)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pemerintah Desa

Dalam UU RI Nomor 22 tahun 1999, desa sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenagan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan asal usul adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten. Penegertian ini mengandung makna dan konsekuensi logis dalam penataan sistem pemerintahan dan birokrasi.7 Hal-hal yang mendasari penyelenggaraan pemerintah dan birokrasi desa sebagai berikut:

a. Landasan pemikiran dalam pegaturan tentang pemerintahan desa adalah keanaekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi, dan pembrdayaan masyarakat.

b. Penyelenggaraan pmerintah desa merupakan bagian atau subsistem dari sistem penyelenggaraan pemerintahan sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat. Kepala Desa bertanggung jawab pada Badan Perwakilan Desa (BPD) dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas itu kepada bupati.

c. Desa dapat melakukan perubahan hukum, baik hukum publik maupun hukum perdata, memiliki kekayaan, harta benda, dan bangunan serta dapat di tuntut dan menuntut di pengadilan. Oleh karena itu, kepala desa mempunyai

7 Ibid, Nurman, h. 233.

(14)

11

wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan perjanjian yang saling menguntungkan.

Dalam batang tubuh UU RI Nomor 22 Tahun 1999 desa tidak dinyatakan secara eksplisit memiliki otonomi tetapi disebutkan memiliki otonomi asli berada dalam bagian penjelasan. Hal ini menyangkut keberadaan pemerintah desa yang memposisikan pemerintah desa dan Badan Perwakilan Desa sebagai pemegang pemerintahan ‘’birokrasi desa’’. Kemungkinan lembaga lain yang telah lam adiakui oleh masyarakat sulit untuk memegang peranan ini.

Pemerintahan desa merupakan subistem dalam sistem pemerintahan nasional. Keberadaan pasal yang mengatur pembentukan pemerintah dan perangkat desa akan menghasilkan kepala desa sebagai pemimpin pemerintah esa dan BPD yang akan membatsi peran pemimpin desa dan atau lembaga perwakilan lain yang bersifat asli yang ada di desa yang bersangkutan.8 Susunan pemerintahan desaterdiri dari Pemerintah Desa (Pemdes) dan di Badan Perwakilan Desa (BPD). Pemdes dipimpin oleh kepala desa dan dibantu perangkat desa yang bertanggung jawab langsung kepada kepala desa. BPD adalah badan perwakilan yang terdiri dari atas pemuka masyarakat yang ada di desa dan berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat peraturan desa (Perdes), menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggara pemerintahan desa.9

8 Ibid, Nurman,. 234.

9 Ibid, Nurman, h. 237

(15)

12 B. Dasar-Dasar Pembangunan Desa

Pembangunan desa dan pembangunan masyarakat desa telah menjadi dua istilah yang sering di campuraduan pengertiannya. Padahal secara definisi keduanya memiliki pengertian yang sedikit berbeda. Sumarja menyebutkan bahwa pembangunan masyarakat desa (community development) adalah usaha pembanunannya hanya diarahkan pada kualitas manusianya, sedangkan pembangunan desa (rural development) mengusahakan pembangunan masyarakat yang dibarengi lingkungan hidupnya.10

Secara rinci Djiwadono menyebutkan bahwa tujuan pembangunan desa meliputi:

a. Tujuan ekonomi meningkatkan produktivitas di daerah pedesaan dalam rangka mengurangi kemiskinan di daerah pedesaan.

b. Tujuan sosial diarahkan kepada pemerataan kesejahteraan penduduk desa.

c. Tujuan kultural dalam arti meningkatkan kualitas hidup pada umumnya dari masyarakat pedesaan.

d. Tujuan kebijakan menumbuhkan dan mengembangkan partisipasi masyarakat desa secara maksimal dalam menunjang usaha-usaha pembangunanserta dalam memanfaatkan dan mengembangkan hasil-hasil pembangunan.11

Dari uraian tersebut jelas sekali bahwa usaha untuk mncapai tujuan tersebut sangat erat kaitanya dengan masalah kemampuan sumber daya alam, sumberdaya

10 Ibid, Nurman, h. 240.

11 Ibid, Nurman, h. 242.

(16)

13

manusia, dan sumber daya modal. Menurut Napitupulu bahwa sumber daya manusia merupakan masalah yang paling penting terutama dalam hal partisipasi masyarakat serta maksimal dalam usaha-usaha pembangunan dan pemanfaatkan dan mengembangkan hasil-hasil pembangunan.

Pembangunan desa dan pembangunan masyarakat desa sebagai usaha pemerintah dan masyarakat yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan penghidupan. Kedua pengertian tersebut tidaklah perlu dibedakan dengan mutlak.

Karena hakikatnya didalam pembangunan desa sudah tercakup didalam pembangunan desa sudah tercakup di dalamnya pembangunan masyarakat desa.

Pada dasarnya pembangunan pedesaan bertujuan dan diaahkan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur material dan spiritual berdasarkan pancasila didalam wadah Negara Republik Indonesia yang merdeka, bersatu dan berdaulat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tentram, da dinamis.

Pembangunan masyarakat pedesaan untuk menciptakan kehidupan yang demokratis, baik dalam kegiatan dan aktivitas ekonomi, sosial, budaya dan politik, ternyata haruslah berbasis pada beberapa prinsip dasar latar belakang sejarah hukum dan kemajemukan etnis, sosial, budaya, dan demokrasi, otonomi, partisipasi dan kontrol bagi warga masyarakat.12

12 Ibid, Nurman, hlm. 243

(17)

14 C. Dana Desa

1. Pengertian Dana Desa

Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan, pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan, kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat.13

2. Sumber dana desa

Belanja negara adalah keharusan pemerintah pusat yang dinyatakan sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.14 Belanja negara terdiri dari belanja pemerintah pusat, dan transfer kepada daerah.15 Belanja pemerintah pusat menurut jenisnya adalah belanja barang, belanja pegawai, belanja modal, pebayaran bunga utang, belanja hibah, bantuan sosial, subsidi, belanja lain-lain dan transfer ke daerah yang termasuk anggaran transferke daerah yaitu dana otonomi khusus, dana penyesuaian dan dana perimbangan.

Berdasarkan pada Perarturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, pada ayat pasal yang telah diamandemen pada Peraturan Pemerintah Nomor 168 tahun 2014 ke 11 ayat 2 yang telah dipertimbangkan dan dirumuskan dalam pengalokasian dana desa menyatakan bahwa dana desa dialokasikan secara berkeadilan berdasarkan:

13 A saibani. Pedoman Umum Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, (jakarta, Media Pustaka. 2014), h. 4

14 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.

15 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013 Tentang Anggaraan Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaraan 2013.

(18)

15 a. Alokasi dasar, dan

b. Alokasi yang dihitung memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis desa setiap kabupaten/kota.16

3. Ketentuan penyaluran dan penggunaan Dana Desa yang bersumber dari APBN

Mekanisme penyaluran Dana Desa terbagi enjadi 2 (dua) tahap yakni tahap mekanisme transfer APBN dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN) ke Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) dan tahap mekanisme trasfer APBD dari RKUD ke kas desa. 17

Mekanisme pencairab dana dan penyaluran Alokasi Dana Desa.18

a. Pencairan Dana Desa dilakukan bertahap dengan presentase tertentu yang telah ditetapkan.

b. Pencairan pertama diajukn oleh Kepala Desa kepada Bupati melalui Camat disertai dengan kelengkapan administrasi yang telah ditentukan.

c. Pencaira tahap kedua, dapat dilakukan apabila pengguanaan pada pencairan pertama sudah dipertanggunjawabkan baik secara administratif, secara teknis dan secara hukum.

Alokasi Dana Desa dimaksudkan untuk membiayai program pemerintah desa dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Sementara tujuan Alokasi Dana Desa adalah:

16 Ibid, h. 3

17 Laporan Hasil Kajian Pengelolaan Keuangan Desa: Alokasi Dana Desa dan Dana Desa, Deputi Bidang Pencegahan KPK, 2015

18 Ibid. h. 19.

(19)

16

a. Menanggulangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan.

b. Meningkatkan perencana dan penganggaran pembangunan ditingkat desa dan pemberdayaan masyarakat.

c. Meningkatkan pembangunan infrastruktur pedesaan.

d. Meningkatkan pengamanan nilai-nilai keagamaan, sosial, budaya dalam rangka mewujudkan peningkatan kesejahteraan sosial.

e. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat desa

f. Mendorong peningkatan keswadayaan dan gotong royong masyarakat.

g. Meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa).19

Berdasarkan prinsip pengelolaan dana desa bagian yang tak terpisahkan dari pengelolaan keuangan desa dalam APBD, seluruh kegiatan yang dibiayai Alokasi Dana Desa direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara terbuka dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat desa, semua kegiatan harus di pertanggung jawabkan secara administratif, secara tknis, dan secara hukum. Alokasi Dana Desa dipergunakan secara tertera, ekonomis, efesien, efektif, berkeadilan, dan terkendali.

Jenis kegiatan yang kan dibiayai melalui Dana Desa sangat terbuka untuk meningkatkan sarana pelayanan masyarakat berupa pemenuhan kebutuan dasar, penguatan kelembangan desa dan kegiatan lainnya yang dibutuhkan masyaraat desa yang diputuskan melalui Musyawarah Desa.20 Penggunaan Alokasi Dana Desa yang diterima pemerintah desa 30% Alokasi dana desa dipergunakan untuk

19 Chabib Sholeh, Heru Rochansjah. Op.cit. h. 62

20 Ibid, h. 16

(20)

17

operasional penyelnggaraan pemerintah desa dalam pembiayaan operasional desa, biaya operasional BPD, biaya operasional tim penyelenggara alokasi dana desa.

Sedangkan 70% dana desa dipergunakan untuk pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan sarana dan prasarana ekonomi desa, pemberdayaan dibidang pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi masyarakat terutama untuk mengentaskan kemiskinan dan bantuan keuangan kepala lembaga masyarakat desa,21

Secara umum Dana Desa digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahn, pembangunan, pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan, namun Peraturan Menteri Keuangan tersebut, disebutkan bahwa pembangunan Dana Desa dilaksanakan sesuai dengan prioritas yang ditetapkan oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

Adapun prioritas penggunaan Dana Desa yang diatur dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2015 menyebutkan bahwa prioritas penggunaan Dana Desa untuk pembangunan desa, dialokasikan untuk mencapai tujuan pembangunan desa yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup masyarakat serta penanggulangan kemiskinan, melalui:

21 Ibid, h. 16

(21)

18

1. Prioritas penggunaan Dana Desa untuk pemenuhan kebutuhan

a. Pengebangan pos kesehatan Desa dan Polindes:

b. Pengelolaan dan pembinaan Posyandu; dan

c. Pembinaan dan Pengelolaan Pendidikan Anak Usia Dini.

2. Prioritas penggunaan Dana Desa untuk pembangunan sarana dan prasarana desa didasarkan atas kondisi dan potensi desa, sejalan dengan pencapaian target RPJMDes dan RKPDes setiap tahunnya, yang diantaranya dapat meliputi:22

a. Pembangunan dan pemeliharaan jalan desa;

b. Pembangunan dan pemeliharaan jalan usaha tani;

c. Pembangunan dan pemeliharaan embung desa;

d. Pembangunan energi baru dan terbarukan;

e. Pembangunan dan pembangunan sanitsi lingkungan;

f. Pembangunan dan pengelolaan air bersih berskala des;

g. Pembangunan dan pemeliharaah irigasi tersier;

h. Pembangunan dan pemeliharaan serta pengelolaan saluran untuk budidaya perikanan; dan

i. Pengembangan sarana dan prasarana produksi di desa.

22 Pasal 8 Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2015.

(22)

19 D. Pemberdayaan Masyarakat

1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Falsafah pemberdayaan masyarakat dapat dikatakn sebagai kerjasama dengan masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Pemberdayaan semakin popular dalam konteks pembangunan dan pengentesan kemiskinan yang terjadi pada saat ini. Konsep pemberdayaan diusung adalah untuk melihat yang tidak berdaya atau lemah (powerless).23 Oleh karen itu, pemberdayaan sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan masyarakat yang sejahtera.

Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu strategi yang banyak diterima dan dikembangkan. Dimana pemberdayaan harus berpihak pada pntingnya individu didalam perjalanan pertumbuhan masyarakat dan bangsanya.24

Pemberdayaan dilakukan secara bertahap, berkesinambungan dn dilakukan secara terus menerus, besar dan telaten. Filosofi pemberdayaan adalah bekerja bersama masyarakat untuk membantu agar mereka dapat meningkatkan harkatnya sebagai manusia (helping people to help thmselves)).25

Pemberdayaan sebenarnya merupakan istilah yang khas Indonesia dari pada barat. Dibarat istilah tersebut diterjemahkan sebagai empowerment, dan istilah itu benar tetapi tidak tepat. Pemberdayan yang dimaksud adalah memberi ‘’daya’’

bikan ‘’kekuasaan’’ daripaa ‘’pemberdayaan’’ itu sendiri. Barangkali istilah yang

23 Oos M. Anwas, Pemberdayaan Masyarakat di Era Global, Bandung, Alfabeta, 2014, h.48.

24 Oos M. Anwas, Op.Cit., h. 58

25 Aprilia Theresia, dkk, Op.Cit., h. 146

(23)

20

tepat adalah ‘’energize’’ atau katakan ‘’memberi energi’’. Pemberdayaan adalah pemberi energi agar yang bersangkutan mampu untuk bergerak secara mandiri.26

Menurut Wahjudin Sumpeno, pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan oleh unsur yang berasal dari luar tatanan terhadap sesuatu tatanan, agar tatanan tersebut mampu berkembang secara mandiri. Dengan kata lain, pemberdayaan sebagai upaya perbaikan wujud interkoneksitas yang terdapat di dalam suatu tatanan atau upaya penyempurnan terhadap elemen atau kompenen tatanan yang ditunjukan agar tatanan dapat berkembang secara mandiri. Jadi, pemberdayaan adalah upaya yang ditunjukan agar suatu tatanan dapat mencapai suatu kondisi yang memungkinkan untuk membangun dirinya sendiri.27

Pemberdayaan memiliki makna bahwa penyelenggaraan pemerintah desa ditunjukan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat melalui penetapan kebijakan, program dan kegiatan sesui dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat.28 Desa yang otonom diberi ruang gerak yang luas dalam perencanaan pembangunan sebagai kebutuhan nyata masyarakat dan tidak banyak dibebani oleh program kerja dari dinas atau instansi pemerintah. Upaya pemberdayaan dapat mempercepat proses penyiapan masyarakat melalui berbagai cara dan pendekatan yang mampu mewadahi seluruh komponen sumber daya manusia dan kelembangan.

Proses pemberdayaan perludilakukan dengan sangat cermat, karena setiaptatanan memiliki karakteristik tersendiri, sehingga tidak semua strategi yang

26 Ambar Teguh Sulistiani, Kemitraan dan model-model Pemberdayaan, (Yogyakarta:Gava Media, 2004), h. 78.

27 Op., Cit, Nurman, h. 246.

28 Ibid,Nurman, h 246.

(24)

21

berasal dan luar tatanan akan efektif, bahkan dalam banyak hal tidak jarang bersifat kotra produktif. Pemberdayaan memerlukan proses dalam penyesuaian yaitu seperti budaya, dan kelembangan melalui reintrepretasi, rektualisasi, dan informasi.

2. Tujuan Pemberdayaan

Tujuan yang ingin di capai dari pemberdayaan masyarakat adalah untuk membentuk induvidu da masyarkat dan masyarakat menjadi mandiri.

Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut. Kemandirian masyarakat adaalah merupakan suatu kondisi yang dialami masyarakat yang ditandai oleh kemampuan kongnitif, konatif, psikomotrik, afektif, dengan pengarahan sumber daya yang dimiliki oleh lingkungan masyarakat tersebut.29

Menurut Paul Freire dalam Kebun dan Lele, pemberdayaan masyarakat berarti pada suatu metodologi yang disebut conscientization yaitu merupakan proses belajar untuk melihat kontradiksi sosial, ekonomi, dan politik dalam masyarakt. Pradigma ini mendorong masyarakat untuk mencari cara menciptakan kebebasan dari struktur-struktur yang opersif. Bertolak dari pengertian ini maka sebuah partisipasi masyarakat tdak hanya sebatas pada pelaksanaan suatu program saja melainkan menyentuh pada nilai politik.30

29 Op., Cit, Ambar Teguh Sulistiani, h. 80.

30 Op., Cit, ambar Teguh Sulistiani, h. 82

(25)

22

3. Pembangunan Desa dalam Manajemen Pembangunan Daerah

Pembangunan Desa tidak terlepas dari konteks manajemen pembangunan daerah baik di tingkat kabupaten maupun di tingkat provinsi karena kedudukan desa dalam konteks yang lebih luas (sosial, ekonomi, akses pasar dan politik) harus melihat keterkaitan antar desa, desa dalam kecamatan, antar kecamatan dan kabupaten dan antar kabupaten. Oleh karena itu, pembangunan desa harus dilihat dalam konteks pembangunan daerah. Hal itu tidak berarti menggugat atau memperlemah upaya otonomi desa tetapi justru memperkuat posisi tawar dan pencepatan pembangunan didesa yang bersangkutan. Manajemen pembangunan daerah ditingkat kabupaten dan provinsi merupakan serangkaian kegiatan penyusutan dan penetapan kebijakan program pembangunan daerah disegala bidang baik sosial, ekonomi, politik, pendidikan, kesehatan, sarana dan prasarana, budaya, agama dan keamanan.

(26)

23 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Selasi Kecamatan Ambalau Kabupaten Buru Selatan, pemelihan objek dilakukan dengan pertimbangan, karena desa selasi adalah desa penulis sendiri dan penulis ingin mengetahui bagaimana cara pengelolaan anggaran dana desa.

B. Informan Penelitian

Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan cara purposive sampling, yaitu cara pengambilan sampel dilakukan berdasarkan perimbangan tertentu, sehingga yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah narasumber yang terdiri dari beberapa masyarakat, Kepala Desa, Sekretaris Desa, Bendahara Desa, Badan Pemasyarakatan Desa dan Staf Desa.

C. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Penggunaan metode observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap lokasi yang akan diteliti.

2. Waeancara

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dengan menggunakan kuisioner penelitian, wawancara langsung

(27)

24

terhadap responden sebagai sampel penelitian ini adalah narasumber, terdiri dari beberapa masyarakat, Kepala Desa Sekretaris Desa, Bendahara Desa, Badan Pemasyarakatan Desa dan Staf Desa Selasi tentang pengelolaan dana desa, dan proses wawancara juga dibantu dengan alat perekam.

D. Teknik Analisis Data

Metode analisa data dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif sesuai dengan pendapat (Sukmadinata, 2016:60) bahwa penelitian Kualitatif adalah suatu penelitian yang ditunjukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, presepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Dan proses analisa akan dilakukan setelah penelitian memperoleh data wawancara secara langsung pada respnden.

(28)

25

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Lonthor, Otonomi Daerah di Tengah Konflik Merancang Succes Story implementasi Otonomi Daerah Di Provinsi maluku dalam Suatu Pengantar Menteri Dalam Negeri H. Moh.Ma’ruf, Cet II, 2012.

Ahmad Lonthor. 2014. Otonomi Desa Dan Kesejahteraan Masyarakat

Anwas, Oos M. 2014. Pemberdayaan Masyarakat di Era Global, Bandung, Alfabeta

Iqbal Hasan. 2012, pokok-pokok materi metodologi Dan Aplikasinya, ( Bogor:

Ghalia Indonesia,)

Laporan Hasil Kajian Pengelolaan Keuangan Desa: Alokasi Dana Desa dan Dana Desa, Deputi Bidang Pencegahan KPK, 2015

Nasarudin Umar.2015. Pola Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD)

Pasal 8 Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2015Sukanto, Efektifitas Alokasi Dana Desa (ADD) dan Kemiskinan Di Provinsi Sumatera Selatan, Juenal Ekonomi Pembangunan, Volume 12, No 1 (Juni 2014)

Rochansjah, Chabib Sholeh Heru.2015. Penglolaan Keuangan Desa, Bandung:

FOKUS MEDIA

Suharto, dkk, Perekayasan Metodologi Penelitian, Yogyaarta, Andi, 2004

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D), (Bandung: Alfabeta, 2010)

Saibani, A.2014. Pedoman Umum Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Jakarta, Media Pustaka.

Sulistiani, Ambar Teguh.2004. Kemitraan dan model-model Pemberdayaan.

Yogyakarta:Gava Media

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013 Tentang Anggaraan Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaraan 2013.

Referensi

Dokumen terkait

Desa Wisata ini sangat sesuai dengan karateristik masyarakat pedesaan karena memiliki strategi pengembangan community based-tourism yaitu masyarakat dituntut berperan

Hanya bedanya, pada masa Orde Lama Pancasila dimanipulasi menjadi kekuatan politik dalam bentuk bersatunya tiga kekuatan yang bersumber dari tiga aliran yaitu

(1) Gaji, pensiun, atau tunjangan ketiga belas bagi PNS, Prajurit TNI, Anggota POLRI, Pejabat Negara, dan Penerima Pensiun atau Tunjangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat

Program fungsi merupakan suatu penjelasan secara rinci dari master program atau perumusan kecenderungan rumah sakit dalam bentuk-bentuk kegiatan pada rumah sakit,

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka dapat dibuat batasan masalah dalam penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh model

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada  bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah penelitian, secara umum

Penelitian ini akan meneliti tentang simbol-simbol atau atribut yang merepresentasikan wanita dengan menggunakan metode semiotik. Pemilihan sampul album

Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui jumlah curahan waktu tenaga kerja wanita, menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap curahan waktu tenaga kerja wanita