• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of THE EFECTIVENESS OF THEROLE OF INTERNAL AUDIT IN PREVENTING, DETECTING, AND INVESTING FRAUD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of THE EFECTIVENESS OF THEROLE OF INTERNAL AUDIT IN PREVENTING, DETECTING, AND INVESTING FRAUD"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

RAJ, 2 (5) 2022: 709-718, http://journal.yrpipku.com/index.php/raj |

Copyright © 2019 THE AUTHOR(S). This article is distributed under a a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International license.

THE EFECTIVENESS OF THEROLE OF INTERNAL AUDIT IN PREVENTING, DETECTING, AND INVESTING FRAUD

EFEKTIVITAS PERAN AUDIT INTERNAL DALAM MENCEGAH, MENDETEKSI, DAN MENGINVESTIGASIKECURANGAN

Istya Dwi Saputri

1

M. Shohibun Najammudin

2

Elsafara Choirunisa Prabowo*

3

Novi Khoiriawati

4

Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung elsafr13@gmail.com

ABSTRACT

Fraud is still a familiar problem in companies. There are still many individuals who commit fraud with various motives and various circumstances. Fraud is a problem that cannot be eliminated but can be minimized. This can be minimized by implementing certain strategies to prevent such fraud. Thus, the role of the internal auditor is needed as the party in charge and authorized in dealing with fraud problems. Internal audit plays an important role in preventing, detecting, and investigating fraud.

Internal audit has the authority to deal with internal fraud within the company. This study aims to determine the effectiveness of the role of internal audit in dealing with this fraud problem in terms of prevention, detection and investigation. This study uses a qualitative methodology by looking at existing speculations and the consequences of past examinations or by studying the literature. This research is expected to provide knowledge and can provide input regarding how the performance of internal audit in preventing, detecting, and investigating fraud.

Keywords: Fraud, Internal Audit, Efectiveness, Role

1. Pendahuluan

Suatu organisasi maupun perusahaan pasti memiliki tujuan dalam membuat organisasi maupun perusahaan tersebut. Organisasi maupun perusahaan dibuat untuk mencapai tujuan bersama para anggota di dalamnya. Masing-masing anggota di dalamnya pasti memiliki visi misi maupun tujuan yang sama. Untuk menjalankan suatu organisasi maupun perusahaan yang baik diperlukan suatu struktur organisasi yang baik pula. Di dalam suatu organisasi maupun perusahaan juga pasti memiliki aset milik organisasi maupun perusahaan tersebut. Para anggota harus bekerja sama untuk menjaga keamanan aset yang ada di dalamnya tersebut.

Karena sebuah aset atau harta perusahaan dapat hilang akibat kesengajaan maupun ketidaksengajaan. Jika hal ini terjadi karena kesengajaan diperlukan pengamanan yang ketat dan ahli untuk mengetahui kira-kira apa yang menyebabkan hilangnya aset tersebut dan siapa yang menyebabkannya, sehingga diperlukan audit internal dalam organisasi maupun perusahaan.

Peran audit internal dalam sebuah perusahaan sangatlah penting, terlebih lagi jika sudah menyangkut permasalahan kecurangan. Menurut kamus keuangan, audit internal adalah proses audit yang dilakukan oleh auditor internal untuk memastikan tidak ada manipulasi/kecurangan dalam tugas dan tanggung jawab manajemen dan wali amanat. Serta tugas dan tanggung jawab itu dilaksanakan dengan baik. Audit internal berperan dalam proses mencegah, mendeteksi, dan menginvestigasi kecurangan (fraud). Audit internal memiliki peran penting untuk memeriksa data keuangan tahunan secara keseluruhan dan mendetail dalam

(2)

710

suatu perusahaan. Auditor internal dituntut untuk memiliki pandangan yang netral dalam menilai suatu hal atau penilaiannya dilakukan secara objektif sama seperti lembaga auditor independen meskipun ia berada dalam internal perusahaan.

Kecurangan terjadi disebabkan oleh banyak hal. Salah satunya adanya sistem pemisahan kekuasaan seperti pemisahan fungsi tugas antara pihak pemilik dan pihak manajemen, Upaya ini merupakan strategi untuk mengoptimalkan dana investasi pemilik, sebagai imbalannya manajemen akan menerima kompensasi atas upaya yang dikeluarkan (Yessy dan Yustrida, 2020). Dengan demikian, perbedaan kepentingan antara manajemen dan pemilik mengakibatkan masing-masing harus mengoptimalkan keuntungan yang mereka peroleh darinya. Dengan adanya pemisahan tugas tersebut dapat memungkinkan terjadinya ketidakpuasan kepentingan pemilik atas tindakan manajemen. Manajemen dapat menghalalkan segala cara untuk melakukan kecurangan tersebut terlebih lagi jika ada peluang.

Namun pada dasarnya, kecuranagn adalah praktik yang tidak etis dan dapat merugikan pihak lain. Dalam laporan keuangan, kecurangan dapat dilakukan dengan menghilangkan informasi keuangan atau pengungkapan material, yang dapat menyebabkan kesalahan dalam pengambilan keputusan oleh pengguna laporan keuangan fox (Halbouni, Obeid dan Garbou, 2016).

Lebih lanjut Indonesia Corruption Watch (ICW) pada tahun 2021 menyebutkan ada 553 penindakan kasus korupsi dengan potensi kerugian negara mencapai Rp. 29,438 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa kecurangan yang terjadi di Indonesia masih tergolong tinggi. Tidak hanya di Indonesia kecurangan juga terjadi pada beberapa perusahaan besar dunia seperti Xerox, Worldcom, Enron Corporation, Global Crossing, dan lain sebagainya.

Kecurangan sendiri juga merupakan salah satu masalah yang sering terjadi pada organisasi dan perusahaan, baik kecil maupun besar. Tiga kondisi kecurangan yang diuraikan dalam SAS 99 (AU 136) disebut dengan segitiga kecurangan (fraud triangle) menyebutkan bahwa kecurangan terjadi karena (a) adanya tekanan, (b) adanya peluang atau kesempatan, dan (c) adanya rasionalisasi yang menyebabkan seseorang mewajarkan terjadinya kecurangan tersebut. Dampak dari kecurangan sendiri sangat buruk bagi perusahaan maupun organisasi.

Dengan adanya kecurangan ini dapat menimbulkan persaingan yang tidak sehat antar organisasi maupun perusahaan. dengan adanya kecurangan ini juga dapat mengganggu aktivitas dan pertumbuhan perusahaan.

Efektivitas peran audit internal dalam perusahaan merupakan tolak ukur bagaimana kinerja suatu auditor internal pada organisasi maupun perusahaan. Dalam SAS 85 disebutkan bahwa auditor internal berperan dalam tanggungjawab untuk mencegah, mendeteksi, dan bertanggungjawab pada pelaporan keuangan yang dibuat, yang nantinya akan dilaporkan dan digunakan sebagai pengambilan keputusan. Oleh karena itu, penelitian ini menjelaskan bagaimana mengoptimalkan peran audit internal dalam pencegahan, deteksi, dan investigasi perbuatan curang.

2. Tinjauan Pustaka

Menurut Keputusan Bapepam dan lembaga keuangan digital: Kep496/BL/2008, audit internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang independen dan obyektif yang bertujuan untuk menambah nilai dan meningkatkan operasional perusahaan, melalui pendekatan sistem pengendalian, dengan mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas tata kelola perusahaan, pengendalian dan proses manajemen risiko.

Fitrianty dan Saiufin (2019) Audit internal bertindak sebagai evaluator independen untuk meninjau operasi bisnis dengan mengukur dan mengevaluasi kecukupan kontrol dan efektivitas dan efisiensi operasi bisnis seperti: bentuk layanan yang diberikan kepada bisnis, serta berperan dalam pengelolaan perusahaan. bisnis dan risiko yang terlibat dalam menjalankan bisnis.

(3)

711

Tugiman (1996) menetapkan bahwa audit internal berperan dalam memastikan efektivitas dan kecukupan pengendalian internal berada di tempat dan membantu anggota organisasi melakukan pekerjaan mereka untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Kecurangan (fraud)

Kecurangan adalah penipuan yang dilakukan dengan sengaja atau dengan unsur kesengajaan untuk keuntungan individu atau kelompok. Dengan penipuan ini, ia dapat menyebabkan kerugian kecil atau besar dan kerugian bagi pihak lain untuk kesenangan dan kepuasan pribadi. Pada dasarnya, fraud adalah serangkaian tindakan tidak wajar dan melawan hukum yang dilakukan oleh orang-orang di luar dan di dalam perusahaan, dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dan merugikan orang lain.

Widaningsih dan Hakim (2015) kecurangan biasanya dilakukan dengan memanipulasi dokumen, memproses dokumen, atau menandai dengan merugikan keuangan publik atau perusahaan. Tidak cukup hanya mencegah fraud, fraud harus dideteksi sedini mungkin.

Karpoff dan Lott (1993), seperti dalam Mursalin (2014) memperkenalkan empat jenis penipuan, yaitu (1) Penipuan pihak terkait: terjadi ketika perusahaan melakukan penipuan terhadap kontrak eksplisit atau implisit dengan pemasok, karyawan, franchisee atau pelanggan lain, (2) Penipuan pemerintah: Terjadi ketika bisnis terlibat dalam penipuan berdasarkan kontrak tersirat atau tersurat dengan lembaga pemerintah Pemerintah, (3) Penipuan Pelaporan Keuangan: Terjadi ketika pejabat perusahaan salah menggambarkan posisi keuangan perusahaan dan (4) Pelanggaran Peraturan: termasuk pelanggaran peraturan yang ditetapkan oleh instansi pemerintah.

Audit Investigasi

Menurut Tuanakotta (2012) dari Journal (Wiralestari 2017), audit investigasi dapat dengan mudah didefinisikan sebagai upaya untuk membuktikan kesalahan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Cek ini disebut juga dengan opinion check karena bertujuan untuk membuktikan adanya kecurangan dan kegiatan illegal lainnya. Audit investigatif adalah audit dalam lingkup identifikasi kerugian ekonomi, audit hambatan kelancaran pembangunan, audit eskalasi, dan audit kerusakan. Penyidikan pendahuluan juga merupakan tata cara pengumpulan dan penyidikan bukti-bukti yang berkaitan dengan kejadian-kejadian tidak wajar yang merugikan keuangan dan perekonomian negara. (Achyarsyah dan Rani, 2018). Definisi investigatif dapat bergantung pada sudut pandang makna dan tujuan. Dari sudut pandang pakar akuntansi dan audit, Kantor Audit dan Kepatuhan Universitas Pennsylvania (OAC) (2002) menyatakan dalam makalah Andriani, Rahmawati dan Muhammad Kasran (2020): Investigasi penipuan harus mengidentifikasi kejadian penipuan, mengidentifikasi kerusakan, mengidentifikasi kondisi rentan, memberikan rekomendasi perbaikan untuk mencegah terulangnya, dan mendukung klaim asuransi dan penegakan hukum yang sesuai".

3. Metode Penelitian

Penulis pada penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.

Penelitian dengan deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang memiliki tujuan guna melakukan eksplorasi sekaligus melakukan pemahaman makna terkait masalah sosial ataupun kemanusiaan (Kusumastuti, 2019). Pendekatan kualitatif pada kegiatan penelitian sangat memiliki keterkaitan dengan penilaian subjektif yang berasal dari sikap, pendapat dan perilaku.

Kemudian, pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kajian pustaka.

Secara umum, kajian pustaka merupakan ringkasan yang didapatkan dari sumber bacaan yang berkaitan dengan topik penelitian yang sedang dilakukan (Ridwan, Ulum, Muhammad, Indragiri, & Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2021). Berdasarkan kajian terbaru, kajian pustaka juga digunakan guna menciptakan konteks masa lalu. Kajian pustaka pada hakekatnya juga diartikan atau dimaknai sebagai bahan bacaan yang memiliki keterkaitan erat dengan topik penelitian yang sedang dilakukan. Pada penelitian ini, kajian pustaka dijadikan

(4)

712

sebagai sumber utama di dalam memaparkan serta menjelaskan terkait peran dari proses auditing sebagai salah satu upaya pengendalian korupsi di Indonesia.

4. Hasil dan Pemabahasan 4.1 Internal Audit

Menurut Moeller (2016) dalam Yessy dan Yustrida (2020), Audit internal adalah fungsi evaluasi yang dibentuk secara internal dan independen yang meninjau dan mengevaluasi semua kegiatan operasional dan non-operasional. Internal audit sebagai lembaga yang bertugas mencegah, mendeteksi dan menginvestigasi kecurangan harus memahami betul apa saja peran yang harus dijalankan dan bagaimana ruang lingkup dalam pengendaliannya. Dalam menjalankan tugasnya internal auditor wajib memahami dan mematuhi acuan tugasnya sesuai pada standar International Standards for The Profession Practice of Internal Audit (IPPF) yang menggambarkan karakteristik yang harus dimiliki oleh internal audit diantaranya yaitu: (a) Independensi dan Objektivitas, (b) kecakapan dan kecermatan serta professional dalam tugas, dan (c) bisa mengembangkan profesinya secara berkelanjutan. Auditor internal juga diharapkan dapat menjaga integritas dengan meningkatkan kapabilitasnya, tetap menjadi yang terdepan dan mempersiapkan diri untuk menjadi mitra profesional. (Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan, 2020). Hal itu dikarenakan sangat pentingnya peran internal audit dalam perusahaan. jika terjadi sebuah kecurangan atau hal-hal yang mencurigakan maka yang pertama kali turun tangan atau menyelidiki adalah internal audit.

4.2 Peran Audit Internal dalam Pencegahan Kecurangan

Untuk mengurangi motivasi perbuatan kecurangan diperlukan peran dari berbagai pihak dalam organisasi maupun perusahaan. Tidak hanya karyawan saja yang berkewajiban namun pemilik dan manajer dalam perusahaan juga diharapkan dapat berpartisipasi dalam pencegahan tersebut. Untuk membuat karyawan mengurangi perepsi melakukan kecurangan pemilik dan manajer dapat membuat peraturan tegas tentang kecurangan tersebut. Misalnya seperti menerapkan kebijakan hukuman yang berat jika memang ditemukan pelanggaran dalam perusahaan. Pemilik dan manajer juga dapat mengirimkan pesan yang menunjukkan bahwa ada yang mengawasi setiap tindakan yang dilakukan karyawan. Bila perlu pemilik dan manajer dapat menggunakan jasa akuntan eksternal untuk memeriksa pembukuan dalam perusahaan.

Pemilik dan manajer perusahaan sebagai pemegang kekuasaan tidak boleh memberikan celah untuk siapapun dalam perusahaan untuk melakukan kecurangan. Karena jika terbuka sedikit celah maka itu akan memberikan peluang bagi seseorang untuk melakukan kecurangan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pemilik dan manajer yaitu:

1. Mengadakan pelatihan dan pendidikan kepada karyawan tentang pencegahan kecurangan terkait dengan pengamanan aset dan tanggungjawab dalam pengelolaannya.

2. Mengevaluasi pengendalian internal secara teratur untuk menilai seberapa efektif pengendalian tersebut

3. Menerapkan pemisahan tugas sebagai aspek penting dalam pengendalian internal, seperti pemisahan bagian pencatatan, pelaksanaan, dan penyimpanan

4. Menggunakan sistem pencatatan tunggal untuk menghindari adanya kecurangan. Jadi pencatatan transaksi hanya berpusat pada satu sistem saja untuk meminimalisir kecurangan.

5. Perusahaan harus selalu mempelajari terkait identifikasi hal-hal yang dianggap menyimpang sebagai indikasi jika terjadi suatu masalah.

6. Membuka dan menyediakan sarana pengaduan bagi karyawan, agar karyawan dapat melaporkan hak-hal yang dianggap tidak wajar atau melaporkan kecurigaan karyawan dengan tetap menjaga kerahasiaan dan untuk melindungi karyawan itu sendiri.

Pencegahan kecurangan adalah kebijakan yang secara umum membantu memastikan bahwa dewan direksi, manajemen, dan karyawan perusahaan lainnya mengambil langkah-

(5)

713

langkah yang diperlukan untuk memastikan bahwa mereka dapat memberikan jaminan yang sesuai. Aktivitas manajemen terkait dengan penetapan sistem dan prosedur. Tiga tujuan utama tersebut adalah; keandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi, serta kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. (COSO: 1992).

Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kecurangan adalah meningkatkan kultur perusahaan. Untuk mengimplementasikan hal ini yaitu dengan menerapkan prinsip- prinsip Good Corporate Governance (GCG) agar tercapai praktik usaha yang sehat, efisien, dan memberikan keuntungan tidak hanya kepada pemilik dan manajer namun karyawan dalam perusahaan juga. Prinsip-prinsip dasar tersebut menurut Hasan (2000) yaitu:

a. Keadilan (fairness), tujuan dari prinsip ini adalah untuk melindungi kepentingan pemegang saham minoritas dan stakeholders lainnya dari rekayasa transaksi yang bertentangan dengan peraturan dan kebijakan yang berlaku.

b. Transparansi, dengan adanya transparansi ini maka akan terjadi keterbukaan (disclosure) bagi stakeholder atau pihak-pihak yang terkait untuk melihat dan memahami bagaimana proses pengambilan keputusan dan pengelolaan dalam suatu perusahaan, dalam hal ini perusahaan juga berkewajiban untuk melaporkan dan menmberikan informasi terkait laporan kueuangan atau informasi material kepada para stakeholder seperti pemegang saham, pemerintah, dan pihak-pihak yang menggunakan informasi ini, yang dilaporkan secara benar, akurat, teratur, dan tepat waktu.

c. Akuntabilitas (accountability), tujuan dari prinsip ini adalah untuk menentukan dan menciptakan sistem pengawasan yang efektif yang didasarkan pada masing masing kekuasaan antar stakeholder. Dalam akuntabilitas ini juga terdapat proses pertanggungjawaban para pengurus perusahaan atas keputusan yang telah dibuat dan atas kinerja yang telah dilakukan selama ini.

d. Tanggung jawab (responsibility), tujuan dari prinsip ini adalah untuk mengetahui seberapa bertanggungjawab perusahaan dalam mematuhi kebijakan dan peraturan yang terkait hukum maupun kebijakan peraturan yang telah ditentukan dalam perusahaan termasuk dalam pertanggungjawaban terhadap lingkungan eksternal dimana perusahaan itu berada.

e. Moralitas, tujuan dari prinsip ini adalah untuk mengetahui seberapa tinggi moralitas seluruh anggota perusahaan, yaitu seberapa jujur dan seberapa peka anggota terhadap lingkungan sosialnya.

f. Kehandalan, tujuan dari prinsip ini adalah untuk mendorong pihak manajemen atau pengelola perusahaan untuk memiliki kompetensi dan profesionalisme dalam pengelolaan perusahaan.

g. Komitmen, pengelola perusahaan diharuskan memiliki komitmen penuh untuk selalu menomorsatukan kepentingan perusahaan di atas kepentingan pribadi mereka.

Mereka juga dituntut untuk selalu mengoptimalkan dan meningkatkan nilai perusahaan dan menurunkan risiko yang akan dihadapi perusahaan. dalam pedoman GCG yang disusun oleh The National Committee on Corporate Governance (Maret 2000) telah disarankan bahwa perusahaan harus memenuhi 13 (tiga belas) aspek penting yang harus diperhatikan manajemen perusahaan yaitu Pemegang saham, Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Sistem Audit, Sekertaris Perusahaan, Stakeholders, Keterbukaan, Kerahasiaan, Informasi internal perusahaan, Etika perusahaan dan Anti Korupsi, Donasi, Kepatuhan pada peraturan dan perundang-undangan (kesehatan dan keselamatan kerja, serta Pelestarian Lingkungan).

4.3 Peran Audit Internal dalam Mendeteksi Kecurangan

Dalam membangun suatu organisasi maupun perusahaan mustahil jika tidak tejadi suatu masalah baik dari internal perusahaan seperti kecurangan maupun dari luar perusahaan.

risiko yang bisa saja dihadapi oleh perusahaan yang berasal dari internal perusahaan seperti

(6)

714

penyimpangan yang dilakukan oleh pegawai perusahaan, tindakan illegal, maupun tindakan lainnya akan berakibat buruk bagi perusahaan itu sendiri. Akibat yang dapat ditanggung oleh perusahaan tersebut misalnya menurunnya nama baik dan reputasi perusahaan di mata masyarkat, masyarakat tidak memiliki kepercayaan terhadap perusahaan tersebu, perusahaan harus menghadapi masalah hukum, akibat paling buruknya dapat menurunkan kualitas perusahaan sehingga dapat menyebabkan kebangkrutan. Dengan adanya scenario terburuk ini auditor internal diharapkan dapat menyusun strategi dan bergerak cepat dalam mendeteksi adanya kecurangan dalam suatu perusahaan.

Auditor internal harus memiliki wawasan yang luas mengenai apa saja jenis-jenis kecurangan yang bisa saja terjadi. Karena untuk mendeteksi diperlukan strategi dan diperlukan pemahaman yang baik mengenai jenis dan karakteristik kecurangan tersebut. Audit internal juga dituntut untuk dapat mendeteksi sebuah kecurangan sedini mungkin agar dampaknya tidak meluas dan dapat ditangani secara cepat dan tepat.

Hasil penelitian dari beberapa jurnal yang telah kami baca sebagian besar menunjukan hasil pengaruh yang besar terhadap probabilitas yang signifikan. Mendeteksi kecurangan merupakan awal dari pendeteksian fraud yang mungkin dapat dibongkar oleh audit internal karena terdapat perencanaan yang baik. Dalam hal ini audit internal lebih sering mendeteksi kecurangan dengan cara independensi. Kecukupan sumbedaya dari pihak audit internal juga dibutuhkan guna mempertimbangkan besar kecilnya cakupan area perusahaan yang akan dideteksi kemungkinan kecuranganya. Namun keadaan dilapangan sangat berbeda, masih banyak peran auditor internal yang dibawah rata-rata untuk pendeteksian kecurangan secara independensi. Sebabnya karena audit internal tidak dapat di intervensi terhadap pekerjaanya.

Mendeteksi terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan dapat dilakukan dengan beberapa teknik di bawah ini:

1. Memeriksa jajaran manajerial

Kasus penipuan dan penggelapan pelaporan keuangan seringkali melibatkan pihak-pihak dalam manajemen atau pengambil keputusan. Oleh karena itu, manajemen harus diselidiki untuk menentukan maksud dari penipuan tersebut.

2. Adanya keterkaitan dengan pihak eksternal

Memiliki hubungan dengan luar Salah satu cara yang umum digunakan untuk melakukan penipuan adalah dengan memberikan dukungan kepada organisasi, baik nyata maupun fiktif. Untuk itu perlu dideteksi hubungan antara organisasi dengan lembaga keuangan, lembaga dan individu, auditor eksternal, entitas pemerintah atau investor.

3. Sifat organisasi

Kecurangan sering tidak terdeteksi karena struktur organisasi yang digunakan untuk menyembunyikan penipuan. Misalnya, struktur organisasi yang terlalu kompleks atau tidak ada audit internal di suatu departemen. Untuk itu, peneliti perlu mengetahui informasi rinci tentang organisasi, termasuk pemilik bisnis.

4. Laporan keuangan dan karakteristik operasional

Laporan Keuangan dan Karakteristik Operasional Lakukan pemeriksaan yang mencakup akun pendapatan, aset, kewajiban, pengeluaran, atau ekuitas. Tanda penipuan yang umum terdeteksi adalah mengubah laporan keuangan.

5. Auditor Internal

Ini adalah kegiatan konsultasi independen dan objektif yang bertujuan untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Definisi lain adalah penilaian yang dilakukan oleh karyawan organisasi, yang memiliki wewenang untuk meninjau catatan akuntansi perusahaan dan pengendalian internal. Tujuan auditor internal adalah untuk meminta pertanggungjawaban manajemen dengan memberikan analisis, saran, dan evaluasi atas kegiatan yang diaudit.

6. Auditor eksternal

(7)

715

Auditor eksternal diperlukan untuk mendeteksi kecurangan dalam organisasi dan melakukan analisis ketika auditor internal menghadapi kesulitan.

Berdasarkan empat pilar utama pencegahan penipuan, peran penting audit internal untuk mendukung tindakan pencegahan penipuan termasuk pencegahan penipuan (fraud prevention), deteksi penipuan (fraud detection), dan investigasi penipuan (fraud investigation).

Teknik-teknik menegtahui adanya perbuatan curang yaitu dengan dilakukannya cara- cara berikut ini:

1. Critical Point Auditing (CPA) Adalah teknik yang memungkinkan Anda untuk mengidentifikasi gejala suatu operasi dengan memeriksa catatan akuntansi. Poin-poin penting dari tes ini adalah:

a. Analisis Trend; Pengujian ini dilakukan terutama untuk keakuratan pembukuan buku besar dan mencakup perbandingan dengan data serupa dari periode sebelumnya dan dari unit bisnis.

b. Pengujian Khusus dilakukan pada aktivitas yang berisiko tinggi terhadap penipuan 2. Job Sensitivity Analysis (JSA) adalah metode berbasis hipotesis untuk menganalisis

sensitivitas kerja. Dengan kata lain, teknik ini menganalisis risiko kecurangan dari perspektif “pelaku potensial” untuk dapat menerapkan pencegahan kecurangan, seperti dengan memperkuat pengendalian internal pada titik-titik internal yang rentan terhadap kecurangan.

4.4 Peran Audit Internal dalam Menginvestigasi Kecurangan

Kecurangan atau penipuan adalah penipuan, menyalahgunakan kepercayaan, dan merugikan pihak lain untuk keuntungan mereka sendiri. Diperlukan perlakuan khusus untuk mengungkap adanya penipuan ini. Keterlibatan audit investigasi bekerja secara efektif untuk menangani kasus-kasus kecurangan yang ditemukan oleh Kas Daerah dan bahkan memberikan efek jera untuk menghentikan pelaku kecurangan untuk melakukan kecurangan. Implementasi membutuhkan keahlian agar dapat dijalankan secara optimal sesuai dengan derajat pencapaian tujuan keberhasilan.

Tujuan dari pemeriksaan investigasi adalah untuk membuktikan adanya penipuan dan kegiatan ilegal lainnya. Pelaksanaan audit investigatif bertujuan untuk menetapkan kebenaran suatu hal melalui proses penyelidikan, pengumpulan, dan penilaian atas bukti-bukti yang berkaitan dengan kecurangan dan pengungkapan fakta-fakta kecurangan, antara lain:

1. Adanya penipuan (subyek)

2. Mengidentifikasi Penipuan khusus (objek) 3. Deskripsi modus penipuan (modus) 4. Kuantifikasi nilai kerusakan dan efeknya

Audit investigasi sangat berperan dalam pengungkapan kecurangan (fraud), menurut Wuysang, R. V. O, Nangoi, G & Pontah, W (2016) beberapa teknik yang dilakukan untuk pengungkapan fraud dengan:

1. Klarifikasi kasus dan prosedurnya

2. Identifikasi akar penyebab perbedaan dan rekomendasi 3. Mengidentifikasi pihak-pihak yang terlibat/bertanggung jawab 4. Perhitungan kerugian keuangan negara.

Menurut Swarna dalam audit investigatif teknik audit lebih ditekankan kepada review analitikal (Wuysang, R. V. O, Nangoi, G & Pontah, W (2016). Menurut Theodorus M Tuankotta dalam jurnal (Achyarsyah dan Rani, 2018), terdapat 7 (tujuh) teknik auditing yang digunakan dalam pengungkapan kecurangan, diantaranya yaitu:

1. Memeriksa fisik (physical examination)

Pemeriksaan fisik secara umum diartikan sebagai perhitungan uang tunai (dalam rupiah atau mata uang asing), surat berharga, inventaris, aset tetap dan aset berwujud lainnya.

(8)

716 2. Meminta konfirmasi (confirmation)

Dalam kasus penyelidikan, permintaan informasi harus diperkuat, baik digabungkan dengan informasi dari sumber lain atau diperkuat dengan cara lain, seperti prosedur normal dalam penyelidikan.

3. Memeriksa dokumen (documentation)

Memeriksa dokumen adalah teknik penting yang digunakan dalam investigasi. Dengan kemajuan teknologi, dokumen atau informasi yang telah diproses disimpan dan ditransfer dalam bentuk digital.

4. Review analitikal (analytic review atau analytical review)

Evaluasi analitik merupakan salah satu bentuk penalaran deduktif. Alasan untuk memaparkan evaluator atau penyelidik pada gambaran tentang kewajaran, relevansi, atau relevansi dari bagian data individual yang disimpulkan dari gambaran yang diperoleh secara keseluruhan, komprehensif, dan agregat.

5. Meminta informasi lisan atau tertulis (inquiries of the auditee)

Permintaan informasi lisan atau tertulis dapat berarti bahwa semua informasi yang diterima pewawancara perlu diaudit lebih lanjut, misalnya dengan meminta informasi hasil audit sebelumnya kepada auditee.

6. Menghitung kembali (reperformance)

Perhitungan ulang tidak lebih dari memverifikasi kebenaran perhitungan. Dalam investigasi, perhitungan yang ditemui seringkali sangat kompleks, berdasarkan kontrak atau perjanjian yang kompleks.

7. Mengamati (observation)

Auditor atau penyidik harus mengamati setiap informasi lisan atau tertulis yang diterima dan menganalisis bagaimana proses penulisan laporan disampaikan

Investigasi Menurut Pickett & Pickett (2002) dalam jurnal (Wiralestari 2017), ada beberapa kriteria penyaringan penipuan, antara lain:

a. Semua inspeksi harus dilakukan sesuai dengan praktik audit standar yang disetujui b. Pengumpulan Bukti, Bukti dan Prinsip Kehati-hatian Bukti

c. Pastikan semua dokumen aman, terlindungi, terindeks, dan memiliki jejak audit yang tersedia.

d. Dengan kata lain, pastikan penyidik memahami, menghormati hak orang lain, praduga tak bersalah dan menghormati kebebasan sendiri

e. Beban pembuktian harus melampaui keraguan yang masuk akal. B. Setidaknya dua bukti kuat

f. Pelajari berbagai mata pelajaran dan tujuan waktu mereka.

g. Dokumentasikan semua fase proses deteksi atau investigasi penipuan. Ini termasuk pengarsipan dan penyimpanan catatan, termasuk perencanaan, pengumpulan bukti dan bukti, wawancara dan kontak pihak ketiga, perlindungan kerahasiaan, kepatuhan terhadap protokol dan prosedur, hukum, kewajiban hukum, dan kebutuhan pelaporan lainnya.

4.5 Efektivitas Audit Internal dalam Pencegahan, Mendeteksi, dan Menginvestigasi Kecurangan

Bermacam-macamnya motif kecuranga dan beragamnya jenis kecurangan menuntut entitas bisnis untuk selalu terbuka dan mempelajari strategi dalam pencegahan kecurangan dan penyimpangan. Dalam hal ini audit internal dituntut untuk selalu up to date dalam mengetahui beragam jenis kecurangan tersebut. Terlebih lagi di era digital ini apapun dapat dicari dan apapun dapat terjadi. Audit internal juga dituntut untuk mengoptimalkan strategi dan selalu memperbarui strategi seiring dengan banyaknya jenis kecurangan dengan cara yang belum pernah dijumpai sebelumnya. Usaha-usaha di atas bertujuan untuk meminimalisir kerugian yang diderita oleh perusahaan. Amanat SAS 85 menyatakan bahwa fungsi audit

(9)

717

internal berperan dalam pencegahan dan pendeteksian kecurangan. Sebagai bentuk dukungan hal tersebut entitas perlu memberikan perhatian lebih kepada efektivitas internal auditor dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya. Efektivitas yang dimaksud adalah seberapa baik dan optimal peran internal auditor dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

Dalam rangka meraih efektivitas internal audit untuk mencegah, mendeteksi, dan menginvestigasi kecurangan diperlukan peran semua pihak-pihak terkait untuk mendukung keefektivitasan audit internal. Entitas bisnis juga perlu memperhatikan dan mempertimbangkan beberapa aspek untuk mencapai efektivitas audit internal tersebut diantaranya, kompetensi auditor internal, ukuran sumberdaya, independensi, dan lain sebagainya. Dukungan manajemen juga memiliki dampak yang signifikan terhadap efektivitas peran audit internal dalam pencegahan, investigasi, dan deteksi kecurangan. Dukungan manajemen dapat berupa pelaksanaan pengendalian internal yang optimal, termasuk pertimbangan yang lebih rinci atas temuan auditor internal dan rekomendasi kecurangan. Hal ini memungkinkan audit internal untuk bekerja secara optimal dan harmonis dalam pencegahan, deteksi, dan investigasi kecurangan, sehingga menghasilkan lingkungan bisnis yang sehat dengan kecurangan yang minimal.

5. Penutup

Menurut Moeller (2016) dalam Yessy dan Yustrida (2020), Audit internal adalah fungsi evaluasi yang dibentuk secara internal dan independen yang meninjau dan mengevaluasi semua kegiatan operasional dan non-operasional. Audit internal perlu memiliki pemahaman yang sangat jelas tentang peran yang harus dimainkannya dan ruang lingkup pengendaliannya sebagai badan yang bertanggung jawab untuk pencegahan, deteksi, dan investigasi penipuan.

Untuk mengurangi motivasi perbuatan kecurangan diperlukan peran dari berbagai pihak dalam organisasi maupun perusahaan. Tidak hanya Internal Audit saja yang berkewajiban namun pemilik dan manajer dalam perusahaan juga diharapkan dapat berpartisipasi dalam pencegahan tersebut. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kecurangan adalah dengan menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) agar tercapai praktik usaha yang sehat, efisien, dan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Tanggung jawab dan peran Internal Audit selain mencegah terjadinya kecurangan, juga mendeteksi adanya kecuranganyang terjadi. Diantara teknik-teknik untuk mendeteksi terjadinya kecurangan yaitu:

a.) Memeriksa jajaran manajerial, b.) Adanya keterkaitan dengan pihak eksternal, c.) Sifat organisasi, d.) Laporan keuangan dan karakteristik operasional, e.) Auditor Internal, f.) Auditor eksternal. Audit internal juga berfungsi sebagai tinjauan investigasi untuk mengungkapkan laporan keuangan yang curang oleh perusahaan. Penerapan prinsip-prinsip dasar audit investigasi dan teknik audit investigasi yang dapat dilakukan secara tepat, kompeten dan maksimal berdampak signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan yang curang, curang dan sebelum situasi tersebut terjadi.

Untuk keberhasilan mewujudkan efektivitas peran audit dalam mencegah, mendeteksi, dan menginvestigasi diperlukan semua peran entitas bisnis dan perusahaan. Audit internal juga berperan penting dalam perusahaan. Auditor internal harus bisa menjadi lembaga yang dapat dipercaya dan menjadi lembaga yang dapat menjalankan tugas dengan baik dan optimal. Auditor internal juga diharapkan dapat bertanggungjawab terhadap tugasnya dalam menangani kecurangan agar berjalan efektif dan optimal.

Daftar Pustaka

Achyarsyah, Padri dan Rani Mirantika. (2018). Pengaruh Akuntansi Forensik Dan Audit Investigatif Terhadap Pengungkapan Kecurangan Pelaporan Keuangan (Studi Pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia). Jurnal Universitas Nasional. Vol. 17(2). 1-27.

(10)

718

BPKP, 2008. Surat Keputusan Ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep- 496/BL/2008 tentang Pembentukan Dan Pedoman Penyusunan Piagam Unit Audit Internal.

Ginanjar, Yogi, dan Mulya Samsul. (2020). Peran Auditor Internal dalam Pendeteksian dan Pencegahan Fraud Pada Bank Syariah di Kota Bandung. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam.

6(3). 529-534.

Halbouni, S. S, Obeid, M., dan Garbou, A. (2016). Corporate Governance and Information Technology in Fraud Prevention and Detection: Evidence from the UAE. Managerial Auditing Journal. 31 (6/7)

Lestari, Yessy Aryanti dan Yustrida Bernawati. (2019). Efektivitas Peran Internal Audit dalam Mencegah dan Mendeteksi Kecurangan. Jurnal Akuntansi dan Pajak. 20(2). 189-196.

Lestari, Intan Tri, Hendra Gunawan, dan Pupung Purnamasari, (2016). Pengaruh Peran Audit Internal dan Efektivitas Whistleblowing System terhadap Pencegahan Fraud (Survei pada Bank Umum Syariah Kota Bandung). Prosiding Akuntansi. 2(1). 205-212.

Mursalin. (2014). Peran Internal Auditor dalam Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan (Fraud) pada Perusahaan. Jurnal Media Wahana Ekonomika. 11(1). 32-52.

Ningsih, Fitriany dan Saifudin. (2019). Peran Audit Internal Dalam Rangka Pencegahan Fraud (Studi Kasus PT. Java Prima Abadi). Majalah Ilmiah Ilmu Sosial. 17(4). 99-121.

Norsain. (2014). Peranan Audit Internal Dalam Mendeteksi dan Mencegah Kecurangan (Fraud). Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Wiraraja. 4(1). 13-21.

Novita. (2017). Pengaruh Audit Internal Terhadap Pendeteksian Financial Statement Fraud dan Implikasinya Pada Good Governance (Studi Pada Dinas Se-Kota Bandung). Jurnal Aktiva:

Riset Akuntansi dan Keuangan. 1(1). 1-12.

Rahmawati, Andriani dan Muhammad Kasran. (2019). Pengaruh Akuntansi Forensik Dan Audit Investigasi Terhadap Pengungkapan Fraud (Studi Pada Kantor Bpkp Di Kota Makassar).

Jurnal Akuntansi, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Palopo.

Widaningsih, Mimin dan Desy Nur Hakim. (2015). Pengaruh Profesionalisme Auditor Internal terhadap Pencegahan dan Pendekatan Fraud. Junral Riset Akuntansi dan Keuangan. 3(1).

586-602.

Wiralestari. (2017). Fraud: Akuntansi Forensik Dan Audit Investigatif. Jurnal Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Jambi. 6(1). 43-59.

Wuysang, R. V. O., Nangoi, G. & Pontah, W. (2016). Analisis Penerapan Akuntansi Forensik Dan Audit Investigatif Terhadap Pencegahan Dan Pengungkapan Fraud Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Perwakilan Bpkp Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Riset Akuntansi dan Auditing Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado. 7(2). 31- 53

Mitchell, J.A. (2017). Citation: Why is it so important. Mendeley Journal, 67(2), 81-95

Mitchell, J.A. (2017). Citation: Why is it so important. Mendeley Journal, 67(2), 81-95.

Retrieved from https://www.mendeley.com/reference-management/reference- manager

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan pengujian maka dapat disimpulkan bahwa, dibutuhkan Google Maps API , Google Fusion API dan juga Leaflet untuk membuat WebGIS penyuluh

Burhanuddin hendaknya dapat membuka wawasan berpikir ke arah yang lebih rasionil dan tidak terperangkap dengan tradisi-tradisi yang bercampur dengan paham- paham syirik, bid’ah

Berdasarkan parameter persepsi kemanfaatan tentang penerapan EWARS sesuai pada lembar kuisioner, ditemukan bahwa sebagian besar responden menunjukkan persepsi

Output  penyelenggaraan kegiatan di atas adalah data dan informasi yang disajikan dalam bentuk peta (spasial) dengan skala lebih besar dari pada skala peta rencana

Rentang tegangan yang terjadi pada tiap gelombang akan menghasilkan tegangan yang bervariasi dengan jumlah siklus yang berbeda untuk masing-masing besar tegangan, untuk

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan berlaku untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah..

Salah satu indikator untuk menggambarkan tingkat prestasi siswa atau keberhasilan suatu lembaga pendidikan adalah dengan melihat tingkat persentase kelulusan

Menjadi bagian tim verifikator dan penelaahan Whistle Blowing System (WBS) pengadaan barang dan jasa.. Pada tahun 2013 dilakukan penilaian sebanyak 9 Unit Kerja, sedangkan